backstage atau front stage pada youtube

Upload: kurniawanican

Post on 16-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Backstage atau front stage pada youtube

AbstrakPada artikel ini akan menjelaskan mengenai backstages behavior pada video di youtube dengan mengambil 10 sampel vidio yang akan di telaah menggunakan teori backstages language oleh Goffmans Presentation of Self in Everyday Life.

1. PendahuluanAdanya internet memberikan dampak yang besar dalam komunikasi antar individu di kehidupan sosial. Munculnya blog, website pribadi dan media sosial, membentuk suatu interaksi sosial, komunitas dan jenis komunikasi yang baru. Berkembangnya interaksi lingkungan sosial ini mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut bagaimana cara teknologi menjembatani interaksi sosial di era modern seperti ini. Salah satu contoh teknologi yang diamati dalam artikel ini adalah situs youtube.Penulis menggunakan teori dramaturgical Goffman dalam menganalisis kasus ini, salah satunya adalah teori concept of region and region behavior. Pada awal penilitan, konsep Goffman akan digunakan untuk menelaah beberapa vidio dari Youtube dengan menggunakan definisi backstage behavior. Pertanyaan yang muncul adalah : apakah ada ketidakjelasan batasan antara beackstage dan frontstage behavior pada vidio yang diunggah dalam Youtube?

2. YoutubeYoutube merupakan salah satu media sosial online yang memiliki 55 juta pengguna tiap bulannya dan memiliki audiens terbanyak ke-8 sedunia. Youtube memungkinkan setiap orang untuk mengunggah vidio mereka keinternet dan membagikannya ke jaringan sosial internet. Pengunjung Youtube dapat mencari berbagai macam jenis vidio berdasarkan kategori-kategorinya. Vidio-vidio pada Youtube menunjukkan kepada kita betapa banyaknya pemain, tim dan pertunjukkan yang terlibat. Pada studi ini akan digunaan teori Goffman, terutama teori backstage behavior untuk menelaah 10 vidio dari Youtube.

3. GoffmanKonsep Erving Goffman menjelaskan menjelaskan tentang interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Konsep dramaturgical menjelaskan tentang peran sosial individu dalam interaksinya. Pertunjukan dalam konsep ini didefinisikan sebagai seting dimana seorang individu (aktor) melakukan peran yang berbeda untuk memberikan keuntungan kepada pengamat (audiens). Kesan yang diberikan aktor selama pertunjukan didefinisikan oleh Goffman sebagai sign vehicles.Batasan antara audiens dan aktor (tim) didefiniskan sebagai region. Goffman membagi region menjadi beberapa area, antara lain area front stage, backstage, dan outside. Front stage behavior terletak di depan audiens; dimana aktor menampilkan pertunjukan kepada audiens sehingga memenuhi harapan dari kebutuhan publik. Area backstage adalah ketika aktor tidak memberikan pertunjukan dan terpisah dari audiens. Dan yang terakhir ialah area outside, dimana area yang tidak termasuk dalam front stage atau backstage dan terpisah dari audiens. Dengan membedakan area tersebut, Goffman memberikan kita batasan yang jelas, dimana tim, aktor dan audiens memiliki peran yang berbeda untuk membentuk suatu interaksi yang sesuai. Teori Goffman fokus pada interaksi antar muka, namun pada kasus vidio dalam Youtube, peneliti menunjukkan bahwa teori Goffman dapat menjadi teori yang berarti dalam menelaah sumber-sumber online.

4. Tinjauan PustakaCommunication behavior dibagi menjadi play-group meetings, night-out meetings, dan private discussion. Front stage behavior pada play-group meeting contohnya seperti diskusi para tenaga kesehatan, dokter dan suatu perjanjian. Diskusi tersebut hanya terbatas pada keadaan-keadaan formal dan tidak melibatkan backstage behavior. Komunikasi backstage behavior contohnya pada night-out gathering, dimana wanita yang pergi tanpa membawa anak atau suaminya berbincang-bincang mengenai hal-hal yang tidak akan mereka bahas dalam acara formal (play-group meetings) atau ketika bersama anak atau suami mereka. Pada private discussion, perbincangan terbatas pada hal-hal yang tabu seperti perbincangan mengenai hubungan sex atau penyakit seksual.Peneliti mempelajari Organic Online Learning Community (OOLC) dan menunjukkan bahwa bahasa dan pseudonimity adalah dua aspek penting dalam menentukan back regions. Penggunaan bahasa yang community-spesific memberikan cara bagi suatu kelompok untuk merekrut anggotanya dan menyingkirkan orang luar. Sedangkan pseudonimity memberikan cara bagi penggunanya untuk memisahkan antara backstage dan front stage behavior.Personal web-pages dapat menampilkan presentasi diri baik secara langsung maupun tidak langsung. Persentasi diri tidak langsung dapat seperti mencantumkan nama, umur ataupun gambar dari sang penulis. Sedangkan persentasi diri secara langsung adalah ketika penulis menyoroti suatu kehidupan pribadi miliknya. Munculnya blog menjadi suatu alat untuk menunjukkan kepribadian seseorang yang dimediasi oleh teknologi dalam membentuk front hybrid, dengan mutabilitias dan durabilitas yang baru.

5. Metode Studi awal ini mengambil sampel sebanyak 10 video dari Youtube yang ditelaah menggunakan definisi Goffman mengenari language bahavior. Jenis vidio yang diambil adalah vidio mengenai hal-hal memalukan pada sang aktor jika ditonton oleh audiens yang tidak diinginkan. Jenis vidionya mengenai tingkah laku muntah. Muntah dianggap hal yang tabu karena dihubungkan dengan pembuangan limbah biologis manusia. Tiap vidio dicari dengan mnggunakan kata kunci drinking and puking pada situs Youtube, dan vidio-vidio seterusnya diambil dari recomendation pada setiap halaman vidio. Penelitian ini tidak menggunakan teknik random sampling, dikarenakan banyak ditemukan vidio yang tidak berhubungan dengan kasus yang diambil.Goffman memiliki beberapa kriteria untuk mendefinisikan backstage language, antara lain : reciprocal first naming, cooperative decission making, profanity, open sexual remarks, elaborate griping, smoking, rough informal dress, sloppy sitting and standing posture, penggunaan dialect atau sub-standard speech, mumbling dan shouting, playful aggressivity dan kidding, inconsiderateness for the other in minor but potentially symbolic acts, minor physical self-involvement seperti bersenandung, bersiul, mengunyah, menggigit, bersendara, dan buang angin. Kategori inconsiderateness for the other in minor but potentially symbolic acts tidak dipakai dalam analisis dikarenakan definisinya yang belum jelas.

6. PembagianHasil penelitian ini akan dirinci menjadi 13 kriteria backstages6.1. Fist-Naming6.2. Cooperative Decission Making6.3. Profanity6.4. Open Sexual Remarks6.5. Elaborate Griping6.6. Smoking6.7. Rough Informal Dress6.8. Sloppy Sitting and Standing Posture6.9. Penggunaan Dialect atau Sub-standard Speech6.10. Mumbling dan Shouting6.11. Playful Aggressivity dan Kidding6.12. Inconsiderateness for the other in Minor but Potentially Symbolic Acts6.13. Minor Physical Self-involvement

7. DiskusiDi awal artikel ini muncul pertanyaan apakah ada ketidakjelasan batasan antara beackstage dan frontstage behavior pada vidio yang diunggah dalam Youtube? Studi awal ini tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut secara definitif. Ada tiga kemungkinan yang muncul dalam penggunaan teori dramaturgical pada kasus ini. Pertama, batasan yang tidak jelas antara front stages dan backstages behavior, hal ini dikarenakan teknologi memberikan suatu pola komunikasi yang baru yang belum dapat diatur oleh pola komunikasi tradisional. Ketika kita menonton tayangan vidio dari Youtube, kita mendapatkan akses untuk memperoleh komunikasi yang pada awalnya ditujukan hanya kepada audiens tertentu, sehingga apa yang kita dapatkan sesungguhnya merupakan backstages behavior sang aktor yang bukan ditujukan untuk kita.Kedua, adanya kemungkinan batasan antara front stage dan backstage behavior telah diubah, sehingga memungkinakan behavior sebelumnya didefiniskan sebagai backstages sehingga dapat diterima di area front stages.Ketiga, teori lain yang menggunakan dramaturgical outline. Pengunjung Youtube digolongkan sebagai outsiders. Sebagai outsider, kita tidak dimaksudkan untuk menjadi audiens dan hanya memiliki akses untuk ke area backstage dengan hanya perlu menonton vidionya saja.Kemungkinan-kemungkinan tersebut menunjukkan kepada kita bahwa pertanyaan penelitian tidak dapat dijawab dengan hanya menggunakan sampel data yang sedikit pada studi ini. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menelaah isu ini. Studi ini menunjukkan teori dramaturgical Goffman dapat berguna dalam menganalisis vidio yang diunggah di Youtube. Penelitian lanjut perlu memasukkan jumlah sampel yang lebih banyak dan survey atau wawancara kepada vidiografer untuk menentukan apa maksud mereka mengunggah vidio tersebut.