bab_iii

Upload: alfan-edogawa

Post on 04-Mar-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fdsfscgd

TRANSCRIPT

  • BAB III

    IDENTIFIKASI DATA

    A. Profil Wilayah

    Kecamatan Paranggupito merupakan salah satu kecamatan yang menjadi

    pendukung sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri yang berada di bagian ujung

    selatan. Letak astronomi Kecamatan Paranggupito adalah antara 54-48 LS

    dan110- 8 BT yang merupakan daerah beriklim tropis dan mata pencaharian

    masyarakat sebagian besar adalah petani. Kecamatan Paranggupito memiliki luas

    6.475 Ha yang jumlah kepadatan penduduknya 3.045 (jiwa/km). Terdapat delapan

    desa yang menempati desa tersebutdan dihuni oleh 4.512 Kepala Keluarga. Secara

    administratif, Kecamatan Paranggupito mempunyai batas wilayah timur wilayah

    Kabupaten Pacitan, sebelah selatan Samudera Indonesia dan sebelah barat wilayah

    Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan letak geografis tersebut maka potensi

    pariwisata di Kecamatan Paranggupito sangat tepat untuk dikembangkan. Adapun

    potensi wisata di Kecamatan Paranggupito antara lain Pantai Nampu, Pantai

    Sadeng, Pantai Klothok, Pantai Weru, Pantai Nglojok, Pantai Pringjono, Pantai

    Banyutowo dan kerajinan-kerajinan bahan pangan dari penduduk yang terkenal

    seperti gula Aren atau gula Jawa.(Sumber: DISBUDPARPORA Kabupaten

    Wonogiri, 26 Februari 2014).

    26

  • 27

    Gambar 1. Peta Kecamatan Paranggupito

    B. Event Budaya Larung Ageng

    Event Budaya Larung Ageng dilakukan di Pantai Sembukan, Kecamatan

    Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Event budaya ini dilakukan oleh masyarakat

    Kecamatan Paranggupito bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata,

    Pemuda dan Olah Raga serta Perwakilan Pura Mangkunegaran cabang Kabupaten

    Wonogiri.

    1. Sejarah Pantai Sembukan

    Sejarah Pantai Sembukan berawal dari jaman penjajahan Belanda. Tempat

    ini dulunya merupakan tempat bersemedi bagi para rajayang berada disekitar

    daerah Surakarta dan Yogyakarta untuk mendapatkan ilham dari Tuhan Yang

    Maha Esa. Selain itu juga difungsikan sebagai tempat untuk meminta bantuan

    gaib dari penghuni Laut Selatan yang dipercaya dapat membantu untuk mengusir

    penjajah dari Pulau Jawa. Awal mula tempat ini dinamakan pesanggrahan

    karena tempat ini dulunya didirikan bangunan berbentuk pesanggrahan yang

  • 28

    berada diatas bukit, yang mendirikan pesanggrahan tersebut adalah R.M Said pada

    tahun 1848 yang kini masih ada tetapi keadaannya kurang terawat. Cerita ini

    bermula ketika almarhum K.G.P.A.A Mangkunegara I masih bernama R.M

    Saidpada waktu itu melawan penjajah Belanda beliau juga pergi ke Pantai

    Sembukan untuk meminta petunjuk kepada Kanjeng Gusti Ratu Kencana Sari atau

    Kanjeng Ratu Kidul. Beliau akhirnya bersemedi di pesanggrahan tersebut yang

    terdapat diatas bukit, yang kini diberi nama Bukit Bendera, dikarenakan bukit itu

    diberi tanda bendera merah putih pada jaman perjuangan melawan penjajah

    Belanda. Akhirnya tepat pada tigahari tiga malam pukul 01.30 malam Jumat Pon

    tanggal 19 Januari 1848 keinginan beliau terkabulkan.(Sumber: Wawancara

    dengan Suparno, juru kunci Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

    Pada tahun 1870 di Kota Surakarta ada kejadian aneh, terlihat

    wujudcahaya yang berasal dari dalam tanah kemudian terbang ke angkasa sampai

    hilang, kejadian itu terjadi pada malam Kamis Pahing bulan Sura mulai jam satu

    sampai jamtiga pagi. Pada pagi harinya ada orang yang mengetahui arti dari

    cahaya itu, orang tersebut mengatakan bahwa cahaya itu adalah Wahyu Jati Agung

    atau dapat juga disebut wahyu pelindung manusia dan orang itu menjelaskan

    pertanda itu adalah kembalinya jaman suci. Jaman suci ini adalah jaman

    kembalinya Jawa lengkap, yang berisi: (Sumber: Wawancara dengan Suparno,

    juru kunci Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

  • 29

    a. Panembahan

    Arti dari Panembahan disini adalah seseorang yang bisa dijadikan

    sesembahanatau panutan, atau bisa disebut juga Raja yang menjadi panutan

    untuk kawulanya.

    b. Basa

    Basa artinya Bahasa, yaitu kembalinya bahasa Jawa yang baik sebagai sarana

    komunikasi antara sesama. Tingkah laku atau tingkat kesopanan seseorang

    dilihat dari caranya berbicara dengan orang lain. Dalam Bahasa Jawa ada

    tingkatan-tingkatan berbahasa seperti contohnya Krama Inggil dan Krama

    Madya.

    c. Sastra

    Sastra tulisan para Pujangga Jawa yang berisi tentang wejangan-wejangan

    serta pangalaman hidup penciptanya dijadikan pedoman hidup untuk raja

    serta kawulanya.

    d. Busana

    Di dalam bahasa Jawa ada istilah ajining raga saka busana, yang berarti

    berharganya penampilan seseorang dilihat dari busananya. Busana adat Jawa

    biasa disebut dengan busana kejawen yang mempunyai perlambang tertentu,

    terutama bagi orang Jawa yang mengenakannya. Busana Jawa penuh dengan

    piwulang dan kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi

    Jawa. Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan

    segala sesuatu didunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas

  • 30

    sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, dengan diri

    sendiri, maupun dengan Tuhan.

    e. Budaya

    Kembalinya Budaya Jawa yang mengutamakan keseimbangan, keselarasan

    dan keserasian dalam kehidupan sehari hari sehingga dapat menjunjung tinggi

    kesopanan dan kesederhanaan masyarakat Jawa.

    Arti tentang pertanda tersebut adalah perbuatan yang baik, budi pekerti

    yang baik, berasal dari tempat yang baik, berasal dari jaman suci, yang artinya

    harus suci rajanya dan berasal dari raja suci. Akhirnya R.M Said diangkat menjadi

    Raja Mangkunegara I dan memerintah sebagai raja yang jujur dan adil. Setelah

    ditelusuri ternyata semua kejadian itu ada hubungannya dengan Pantai Sembukan,

    kemudian cerita itu menjadi sebuah cerita pendek yang melekat pada masyarakat

    sekitar Pantai Sembukan. (Sumber: Wawancara dengan Suparno, juru kunci

    Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

    Pada 30 Juni 2004, Pantai Sembukan secara resmi dibuka menjadi Objek

    Wisata Budaya oleh Bupati Kabupaten Wonogiri pada waktu itu, yaitu Bapak H.

    Begug Poernomosidi kemudian diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bapak H.

    Mardiyanto. (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26

    Februari 2014).

  • 31

    Gambar 2. Gapura pintu masuk pantai Sembukan

    Gambar 3. MMT Pantai Sembukan

  • 32

    Gambar 5. Batu peresmian Objek Wisata Ritual Sembukan

    Gambar 6. Tempat Larung Ageng

  • 33

    Gambar 7. Prosesi Larung Ageng

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    2. Sejarah Ritual Larung Ageng

    Berdasarkan wawancara dengan Sesepuh Pantai Sembukan, Upacara

    Ritual Larung Ageng di Pantai Sembukan Wonogiri erat kaitannya dengan sejarah

    perjuangan Raden Mas Said saat melakukan perang gerilya di wilayah Desa Sawit

    Kecamatan Paranggupito. Perang gerilya di wilayah Surakarta terjadi sekitar dua

    bulan yaitu dari bulan besar 1848 sampai bulan Sura 1848. Selama dua bulan ini

    Belanda secara tidak langsung telah menguasai wilayah Kasultanan Yogyakarta

    dan Kasunanan Surakarta. Pihak Belanda serta pihak Kasultanan dan Kasunanan

    mengadakan suatu perjanjian, tetapi perjanjian itu hanya menguntungkan pihak

    Belanda saja.

  • 34

    Raden Mas Said merasa dipihak yang dirugikan dan beliau merasa

    Belanda telah mencampuri urusan pemerintah Kasultanan dan Kasunanan. Oleh

    sebab itu beliau selalu berusaha menentang keadaan tersebut dengan cara

    melakukan perang gerilya di wilayah sekitar Surakarta termasuk wilayah

    Wonogiri. Perang gerilya yang dilakukan Raden Mas Said sampai di daerah

    Sawit, desa yang berada di pinggir Laut Selatan. Di desa itulah Raden Mas Said

    bermukim sementara waktu untuk beristirahat.

    Pada suatu malam ada suatu alasan pada diri Raden Mas Said untuk pergi

    ke pinggir pantai Laut Selatan dengan tujuan meminta petunjuk kepada penunggu

    gaib Ratu Pantai Selatan yang terkenal dengan julukan Kanjeng Gusti Ratu

    Kencana Sari atau lebih populer dengan Kanjeng Ratu Kidul. Beliau akhirnya

    bersemedi di pesanggrahan di atas bukit yang kini diberi nama Gunung Bendera,

    dinamakan Gunung Bendera karena pada waktu itu diberi tanda bendera merah-

    putihpada jaman perjuangan melawan penjajah Belanda. Akhirnya setelah bertapa

    selama tiga hari tiga malam pukul 01.30 malam Jumat Pon pada bulan Suro 1848,

    keinginan beliau terkabulkan dan Belanda berhasil dikalahkan (Sumber:

    Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

    Raden Mas Said kemudian kembali lagi ke Surakarta,disana beliau

    mendirikan Pura Mangkunegaran dan mendirikan Kadipaten Mangkunegaran.

    Setelah mendirikan Pura Mangkunegaran dan Kadipaten Mangkunegaran,

    kemudian beliau mendapatkan gelar Paku Alam Mangkunegaran I.

    Sebagai rasa syukur atas keberhasilannya melawan penjajah Belanda,

    beliau memberikan persembahan kepada Ratu Pantai Selatan dengan melarungkan

  • 35

    sesaji ke Laut Selatan. Berdasar cerita di atas dapat kita ketahui bahwa di daerah

    Wonogiri tepatnya di desa Sawit Kecamatan Paranggupito telah terjadi suatu

    Upacara Ritual Larung Ageng yang dilakukan Raden Mas Said dan secara turun

    temurun upacara ritual ini masih berlanjut sampai sekarang. (Sumber: Wawancara

    dengan Suparno, juru kunci Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

    3. Maksud dan Tujuan Ritual Larung Ageng

    Upacara Ritual Larung Ageng di Pantai Sembukan mempunyai maksud

    dan tujuan untuk menghaturkan sesaji kepada PenguasaLaut Selatan agar Tuhan

    memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada warga Wonogiri. Agar lebih

    jelasnya mengenai maksud dan tujuan Larung Ageng akan diuraikan di bawah ini:

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari

    2014).

    a. Maksud dan tujuan Upacara Ritual Larung Ageng adalah selamat dari

    gangguan roh-roh halus. Upacara-upacara yang diselenggarakan oleh

    masyarakat tidak hanya berfungsi untuk menolak atau menangkal bahaya dan

    penyakit menular, melainkan sering juga digunakan untuk suatu permintaan,

    misalnya permintaan turunnya hujan jika terjadi musim kering yang

    berkepanjangan.

    b. Wilayah Wonogiri masih termasuk dalam wilayah Mangkunegaran dan

    masyarakatnya masih banyak menganut Islam kejawen. Mereka masih terus

    melaksanakan berbagai upacara yang berhubungan dengan kepercayaan

    mereka termasuk upacara Larung Ageng yang dilaksanakan pada bulan Suro

  • 36

    yang selain bertujuan untuk melestarikan dan memuliakan sejarah yang telah

    menjadi tradisi setempat.

    c. Upacara Larung Ageng membuka kesempatan bagi masyarakat Wonogiri

    yang masih menganut Islam untuk melakukan aktivitas religi. Penganut religi

    ini biasanya orang-orang yang sudah lanjut usia yang masih memegang adat

    kejawen, sehingga upacara Larung Ageng bagi golongan tersebut masih

    merupakan sesuatu yang dianggap sangat sakral.

    4. Waktu dan Tempat Ritual Larung Ageng

    Waktu penyelenggaraan Upacara Ritual Larung Ageng di Pantai

    Sembukan Wonogiri adalah setiap bulan Suro. Bulan Suro adalah permulaan

    tahun dalam Kalender Jawa. Pada bulan tersebut adalah bulan baik untuk

    melakukan Larung Ageng, karena bulan tersebut menurut orang jawa disebut

    bulan nyepi (dalam bahasa Jawa: kendel,meneng) untuk mawas diri dan berdoa

    kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga baik untuk melakukan aktifitas yang

    bersifat religius dan magis. Mengenai hari pelaksanaan upacara biasanya dipilih

    hari Jumat Kliwon pada bulanSuro. Pelaksaan Larung Ageng bertempat di Pantai

    Sembukan, di pendapa kemudian dilanjutkan larungan di pinggir pantai. (Sumber:

    Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

    5. Persiapan dan Perlengkapan Ritual Larung Ageng

    Dalam pelaksanaan Upacara Larung Ageng terdapat dua jenis persiapan,

    yaitu berupa persiapan fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan persiapan fisik

    berwujud benda-benda yang diperlukan dalam penyelenggaraan upacara,

    sedangkan persiapan non-fisik berwujud tradisi masyarakat yang selama ini

  • 37

    dilaksanakan pada waktu sebelum dan pada saat berlangsungnya upacara Larung

    Ageng.

    Beberapa hari sebelum ritual dimulai sampai malam hari menjelang

    upacara ritual, terlebih dahulu diadakan tirakatan. Bahkan yang bertugas

    melarungkan sesajen berpuasa terlebih dahulusehari sebelum upacara,

    dikarenakan tugas yang akan dilaksanakan masih dianggap sakral. Oleh karena

    itu, dilaksanakan dengan sikap dan penghormatan secara khusus dengan harapan

    beliau akan mendapat berkat.

    Sebenarnya persiapan tidak memerlukan waktu yang panjang, mengingat

    tradisi tersebut selalu dilaksanakan tiap tahun. Jadi mengenai tempat, panitia dan

    pihak-pihak yang terlibat dapat dikatakan sebagai petugas tetap, walaupun

    berubah hanya sedikit sekali. Persiapan tersebut antara lain, membersihkan tempat

    upacara ritual beberapa hari sebelum ritual dimulai. Demikian juga panitia sudah

    dibentuk paling lambat satu minggu sebelum diadakan upacara, dan panitia sudah

    menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Upacara Larung Ageng,

    terutama menyiapkan bahan dan peralatan yang sukar dicari untuk dipersiapkan

    secara dini dengan harapan jangan sampai ada yang lupa, karena akan membawa

    akibat kurang baik dan bahkan akan berakibat fatal. Tahap-tahap serta

    perlengkapan atau sesaji yang digunakan dalam Ritual Larung Ageng antara lain :

    (Sumber: Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari

    2014).

  • 38

    a. Tahap Tirakatan

    Tahap tirakatan dilakukan pada malam sebelum hari pelaksanaan dan

    dilakukandi pendapa Pantai Sembukan.Adapun peralatan yang perlu

    dipersiapkan antara lain tikar dan kursi untuk hadirin yang datang. Pada

    malam tirakatan ini tidak ada sesaji khusus atau uborampe lainnya. Hal ini

    dilaksanakan agar besok dalam pelaksanaan upacara ritual berjalan dengan

    lancar.

    Gambar 8. Tahap Tirakatan

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    b. Tahap Upacara Larung Ageng

    Alat-alat atau sesaji yang digunakan untuk penyelenggaraan Larung Ageng

    antara lain :

  • 39

    1) Jodhang yang terbuat dari daun kelapa untuk tempat sesaji, biasanya satu

    jodhang berisi :

    a) Kepala kerbau sebagai persembahan untuk penguasa Laut Selatan,

    simbol kepala pemerintahan di Wonogiri untuk menghormati

    penguasa gaib dalam artian bukan menyembah. Sebelumnya

    masyarakat menyembelih seekor kerbau kemudian dagingnya

    dibagikan kepada masyarakat setempat sebagai bentuk sedekah.

    Setelah itu kepalanya dilarungkan.

    b) Pisang raja sebagai penghormatan pada Kanjeng Ratu Kencono Sari

    c) Sekar atau bunga Setaman sebagai wewangian

    d) Tumpeng sebagai tanda sedekah pada sesama

    e) Panjang hang sebagai tanda sedekah terhadap masyarakat Wonogiri

    2) Coek dari pohon bambu untuk tempat dupa dan kemenyan

    3) Panjang ilang berisi jajan pasar sebagai wujud sedekah.

  • 40

    Gambar 9. Kepala kerbau sebagai sesaji

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    Gambar 10. Jodhang sebagai tempat sesaji

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

  • 41

    Gambar 11. Coek sebagai tempat dupa

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    6. Tahap-tahap Ritual Larung Ageng

    a. Tahap Upacara Tirakatan

    Upacara Tirakatan dilaksanakan di pendapa Pantai Sembukan. Tirakatan ini

    diselenggarakan tepatnya pada malam hari dari jam 07.00 sampai 04.00 pagi

    sebelum acara Larung Ageng dilaksanakan, untuk menunjukkan rasa hormat

    atau prihatin agar pelaksanaan Larung Ageng berjalan lancar.

    b. Tahap Upacara Serah Terima Sesaji

    Pembukaan oleh Bupati Wonogiri selaku ketua panitia, dilanjutkan serah

    terima sesaji yang telah disiapkan oleh masyarakat setempat yang diwakilkan

    kepada pihak Kecamatan Paranggupito kemudian diserahkan kepada Bupati

    Wonogiri. Biasanya diiringi kirab dari pejabat Kecamatan Paranggupito,

  • 42

    perangkat desa Kecamatan Paranggupito, seniman dan seniwati, sesepuh serta

    masyarakat Paranggupito.

    c. Doa

    Dalam pelaksanaan Larung Ageng terdapat dua macam doa, yaitu doa dalam

    bahasa Jawa dan doa dalam bahasa Arab. Doa ini dilakukan sebelum acara

    larungan dimulai oleh sesepuh setempat. Doa dalam bahasa Jawa dipimpim

    oleh sesepuh Pantai Sembukan dan untuk doa dalam bahasa Arab dipimpin

    oleh Ketua KUA desa Paranggupito.

    Isi doa dalam bahasa Jawa sebagai berikut :

    1) Doa yang pertama: Dhumateng Ibu Bumi Bapa Kuasa Bapa Adam Ibu

    Hawa, Gusti Allah Pindhone Rosullullah, Ugi Bumi Gisi Pantai Laut

    Sembukan, Wontenipun Dicaosi Sesaji sampun ngantos ganggu gawe

    dhumateng ingkang sami rawuh ngawontenaken tirakatan, malah dipun

    suwun payengkuyungipun, ingkang sami rawuh pinaringono rahayu

    wilujeng mboten wonten alangan setunggal menopo wiwit dinten meniko

    ngantos selami-laminipun, soho kasageto kasembadan menopo ingkang

    dados panyuwunipun piyambak-piyambak.

    2) Doa yang kedua : Kacaosaken dhumateng dinten jumat kliwon (sukro

    kasih), ingkang kangge panyuwunan ing rikalenggahan meniko, ingkang

    ngewaosi dinten jumat kliwon utawi kumaranipun dinten jumat kliwon,

    dipun suwun payengkuyungipun ingkang sami rawuh ngawontenaken

    tirakatan, supados kalis ing sambikolo, kasembadan menopo ingkang

    dipun suwun, wiwit dinten meniko ngantos selami-laminipun.

  • 43

    3) Doa yang ketiga : Kahaturaken dhumateng Kanjeng Nabi Muhamad

    SAW, Sagarwa saputra miwah sahabat lan panderekipun, mugi sageto

    kalenggahaken wonten sisinipun Allah, pikantuko kapan engkang adem,

    ayem, rejo tatatentrem, awit rahmatipun Gusti Allah, satemah benjang

    dinten akhir, sageto lenggah ing kasuwargan lan jati selami-laminipun.

    4) Doa yang keempat : Kahaturaken ingkang mathok utawi nyengkal

    sepisan Pulo Tanah Jawi sinebat Syeh Subakit, Kasuwun

    Panyengkuyunipun mugi masyarakat ing Kabupaten Wonogiri, sageto

    guyub rukun manunggaling cipta, rasa, lan karsa, manunggaling kawulo

    lan gusti, satemah masyarakat Kabupaten Wonogiri saget gesang kanthi

    reja, tata tentrem, kasembadan menopo ingkang dados payuwunipun .

    5) Doa yang kelima : Sinten malih ingkang dipun caosi sesaji nun inggih

    Kanjeng Ratu Kencono Sari, Ingkang nguwaosi gisik Pantai Laut

    Sembukan, miwah ing nguwaosi Samudro Kidul, dipun suwuni

    panyengkuyungipun mbok bilih wonten sengkolo tinulako, mbok bilih

    wonten musinah ingkang tumitis sageto kalis, satemah masyarakat

    Kabupaten Wonogiri, gesang kanthi rahayu wilujeng, reja, tatatentrem,

    wiwit dinten meniko ngantos selami-laminipun.

    6) Doa yang keenam : Minongko sarono kangge syukur wonten

    ngarsanipun Allah SWT, awit pangiripun rahmat, hidayah soho inayah

    wonten tahun ingkang kapengker, mbok bilih wonten kirangipun

    angenipun bekti dhumateng ngarsanipun Allah, nyuwun pangapunten,

    ingkang selajengipun masyrakat kabupaten Wonogiri ing tahun meniko,

  • 44

    tansah rahayu wilujeng nir hing sambikolo, miwah kasembadan ingkang

    sinedyo, soho jumbuh ingkang ginayuh, wiwit dinten meniko ngantos

    selami-laminipun.

    7) Doa yang ketujuh :Kange sarono ngunjuk bekti wonten ngarsanipun

    Allah, masyarakat kabupaten Wonogiri tansah manggih wilujeng, sageto

    sukses ingkang ginayuh, jumbuh kalian idam-idamipun, poro pejuang

    kemerdekan Republik Indonesia, nuju dhateng adil makmur lan warata,

    wiwit kalenggahan meniko selami-laminipun masyarakat kabupaten

    Wonogiri

    Kemudian, bacaan beserta arti doa dalam bahasa Arab diucapkan sebagai

    berikut :

    1) Allahumaghfir Lil mukminina wal Mukmiat Wal Muslimina Wal

    Muslimat ALAhyain Wal Amwat Inaka Qoribun Mujibudakwat

    Allahhuma ono sengkala saka etan tinulak bali neng etan, tulakane

    Rajah Iman Slamet, Allahuma ono sengkala saka kidul tinulak bali neng

    kidul, tulakane Rajah Iman Slamet. Allahuma ono sengkala seko kulon

    tinulak bali neng kulon,tulakane Rajah Iman Slamet,Allahuma ono

    sengkala seko lor tinulak bali neng lor,tulakane Rajah Iman Slamet.

    Allahuma ono welak tuju tenung gambar tlekin soko etan tinulak bali

    neng etan,tulakane puji lan dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung

    gambar tlekin soko kidul tinulak bali neng kidul, tulakane puji lan

    dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung gambar tlekin soko kulon tinulak

    bali neng kulon, tulakane puji lan dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung

  • 45

    gambar tlekin soko lor tinulak bali neng lor,tulakane puji lan

    dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung gambar tlekin soko dhuwur,

    tumibo tengahing samudra bebles ambles saking kersaning

    Allah.Robbana Atinna Fidunya khasanah Wabil Akhiroti Khasanah

    Waqina adabanar.

    d. Tahap Upacara Larungan

    Sebelum acara larungan dimulai diadakan terlebih dahulu acara doa sesaji

    oleh sesepuh setempat, kemudian dilanjutkan larungan dipinggir pantai oleh

    Bupati Wonogiri. Setelah sesaji dilarungkan dan telah terbawa ombak

    ketengah laut, acara Larung Ageng telah selesai. Kemudian untuk acara

    malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, adapun

    tujuan adanya pagelaran wayang kulit hanya untuk daya tarik wisata. Setiap

    pertunjukkan wayang kulit dalang mengambil lakon berbeda-beda. (Sumber:

    Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).

  • 46

    Gambar 12. Serah terima sesaji

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    Gambar 13. Iringan penduduk setempat membawa sesaji

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    Gambar 14. Prosesi melarung sesaji

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

  • 47

    Gambar 15. Prosesi melarung sesaji

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    Gambar 16. Pementasan wayang kulit

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

  • 48

    7. Manfaat Penyelengaraan Ritual Larung Ageng

    Nenek moyang masyarakat Wonogiri memiliki peninggalan budaya yang

    sampai sekarang dapat dirasakan oleh generasi berikutnya. Dasar keyakinan itu

    mendarah daging pada masyarakat pendukungnya, dalam hal ini masyarakat

    mempunyai landasan kelangsungan kelestarian budaya. Selain itu keyakinan kuat

    masyarakat untuk meneruskan tradisi tersebut memiliki manfaat yang nyata dari

    pelaksanaanya. DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri menjelaskan manfaat

    dari pelaksanaan Ritual Larung Ageng antara lain sebagai berikut: (Sumber:

    Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).

    a. Manfaat Bidang Kebudayaan

    Upacara Larung Ageng merupakan salah satu wujud dari pelestarian nilai-

    nilai budaya tradisional peninggalan nenek moyang pada jaman dahulu.Pada

    umumnya masyarakat Indonesia masih mempercayai tradisi-tradisi dan hal-

    hal yang berhubungan dengan mistis (gaib). Upacara ritual tersebut

    merupakan kebudayaan daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.

    Sebagai masyarakat yang berbudaya sudah sepantasnya ikut serta

    melestarikan dan mempertahankan, karena dalam tradisi tersebut telah

    tercermin nilai-nilai luhur kebersamaan. Wujud nyata Pemerintah Daerah

    Kabupaten Wonogiri dalam melestarikan dan memperkenalkan Upacara

    Larung Ageng telah masuk dalam kalender agenda tahunan Pemda Wonogiri.

    b. Manfaat Sosial budaya

    Upacara Larung Ageng di Wonogiri tidak lepas dari peran serta masyarakat.

    Selain panitia yang sudah mempunyai kewajiban dan tugas-tugas tertentu

  • 49

    dalam mempersiapkan segala sesuatu, peran serta masyarakat sangatlah

    penting, mereka secara bergotong-royong membersihkan lokasi Upacara

    Larung Ageng dan mempersiapkan perangkat-perangkat Upacara Larung

    Ageng. Mereka bekerja bakti secara ikhlas dan senang karena merasa bahwa

    kegiatan itu adalah milik bersama, sehingga masyarakat merasa bertanggung

    jawab atas kelancaran segala sesuatu dengan tidak membedakan status sosial

    dan status jabatan.

    c. Manfaat bidang ekonomi

    Penyelenggaraan Upacara Larung Ageng di Wonogiri membawa pengaruh

    dalam bidang ekonomi. Masyarakat yang mempunyai keahlian dan

    ketrampilan dapat menjadikan ritual Larung Ageng sebagai sarana untuk

    memperoleh keuntungan, dengan menjual berbagai macam kebutuhan rumah

    tangga, mainan dan produk makanan dan olahan lainnya seperti gula jawa dan

    lain-lain. Hasil penjualan tersebut bisa dijadikan sebagai penghasilan

    tambahan penduduk setempat.

    d. Manfaat bidang Pariwisata

    Penyelenggaraan pariwisata di Indonesia menunjukkan peningkatan yang

    sangat tajam, terutama wisatawan domestik.Pembangunan industri pariwisata

    pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kemakmuran dan keanekaragaman

    kegiatan ekonomi. Upacara Larung Ageng merupakan objek wisata budaya,

    karena penyelenggaraannya ditangan pemerintahan Kabupaten Wonogiri

    melalui Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya. Selain itu

    pengembangan kepariwisataan di Wonogiri yang melalui pengangkatan event

  • 50

    Upacara Larung Ageng yang pelaksanaanya di Pantai Sembukan mempunyai

    pengaruh yang besar bagi Pemerintah Wonogiri antara lain :

    1) Dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke objek wisata

    Pantai Sembukan. Pelaksanaan Upacara Larung Ageng merupakan event

    wisata budaya yang mendukung keberadaan objek Wisata Pantai

    Sembukan.

    2) Memperkenalkan potensi-potensi wisata yang berada di wilayah

    Kabupaten Wonogiri, khususnya wilayah Kecamatan Paranggupito yang

    mempunyai beberapa potensi wisata pantai seperti Pantai Nampu, Pantai

    Sadeng, Pantai Klothok, Pantai Weru, Pantai Nglojok, Pantai Pringjono,

    Pantai Banyutowo dan kerajinan-kerajinan bahan pangan dari penduduk

    yang terkenal seperti gula aren atau gula jawa.

    8. Pengelola Ritual Larung Ageng

    Ritual Larung Ageng dikelola oleh Pemerintah Kota Kabupaten Wonogiri,

    dalam hal ini Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga bekerja sama

    dengan Pura Mangkunegaran dan Masyarakat Paranggupito.

    9. Sosialisasi Ritual Larung Ageng

    Event budaya Ritual Larung Ageng adalah potensi wisata budaya utama di

    Kabupaten Wonogiri, sehingga event ini harus dikembangkan dari segi promosi

    agar masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Wonogiri mengetahui

    keberadaannya. Adapun usaha yang pernah dilakukan oleh dinas terkait adalah

    menempatkan event tersebut sebagai agenda tahunan event budaya dan di

  • 51

    promosikan lewat media web Pemerintah Kota Wonogiri melalui Dinas

    Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.

    Gambar 17. Larung Ageng sebagai event budaya Pemkab Wonogiri

    (Sumber: print screenhttp://www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=216,

    diakses tanggal 2 Mei 2014)

    C. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

    1. Sejarah Berdirinya

    Sebelum Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri terbentuk, urusan

    kepariwisataan ditangani oleh Badan Pengelola Objek Wisata (BPOW).

    Pembentukan Badan tersebut diatur melalui SK Bupati KDH Tingkat II Wonogiri

    No.Hukum 6/1977. Badan tersebut beranggotakan satu orang ketua, satu

    orangsekretaris dan tiga orang anggota. Pada tahun 1984 Provinsi Daerah Tingkat

    I Jawa Tengah menyerahkan sebagaian urusan kepariwisataan kepada Daerah

    Tingkat II Wonogiri melalui Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Tengah No.7 tahun

  • 52

    1984. Adapun urusan yang diserahkan tersebut antara lain: (Sumber: Dokumen

    DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014)

    a. Urusan Objek Wisata, sepanjang menurut paraturan perundang- undangan

    yang berlaku tidak menjadi urusan Pemerintah Pusat dan Daerah Tingkat I

    atau Provinsi.

    b. Urusan Rumah Makan

    c. Urusan Pramu Wisata Khusus

    d. Urusan Penginapan Remaja, sepanjang menurut perundang-undangan yang

    berlaku tidak menjadi urusan Daerah Tingkat I atau Provinsi

    e. Urusan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum

    Termasuk Urusan Rekreasi dan Hiburan Umum yang diserahkan ke Daerah

    Tingkat II adalah :

    1) Gelanggang Renang

    2) Pemandian Alam

    3) Padang Golf

    4) Kolam Pancing

    5) Gelanggang Permainan dan Ketangkasan

    6) Gelanggang Bowling

    7) Rumah Billyard

    8) Panti Pijat

    f. Urusan Promosi Pariwisata.

    Untuk menindaklanjuti penyerahan urusan kepariwisataan tersebut, Daerah

    Tingkat II Kabupaten Wonogiri membentuk Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten

  • 53

    Wonogiri melalui Peraturan Daerah No.V tahun 1987 tanggal 27 Januari 1987.

    Jadi berdirinya Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri pada tanggal dan tahun

    tersebut diatas. Sedangkan dalam memasuki Otonomi Daerah, Dinas Pariwisata di

    gabung dengan Cabang Dinas LLAJR Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri

    serta LLASD Provinsi Jawa Tengah. Dalam penggabungan ini terbentuk dinas

    baru dengan nama Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten

    Wonogiri melalui Perda No.3 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi Dinas

    Daerah Kabupaten Wonogiri.

    Karena dirasa belum sesuai di dalam cakupan tugasnya, Dinas

    Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya kemudian melalui sidang antara

    Pemerintah Kabupaten Wonogiri dan DPRD Kabupaten Wonogiri membentuk

    dinas baru yaitu Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

    Wonogiri mulai tanggal 1 Januari tahun 2009 hingga saat ini.

    Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

    Wonogiri terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.61 atau di Jalan Raya Wonogiri-

    Solo. Tepatnya berada di depan sebelah kanan Pasar Wonogiri Kota.

    2. Visi dan Misi

    Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

    Wonogiri adalah : (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri,

    26 Februari 2014)

    a. Menuju pengembangan Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang

    mandiri dan berdaya saing guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

  • 54

    Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

    Wonogiri adalah :

    a. Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan lokal

    b. Mengembangkan kepariwisataan yang berbasis budaya dan alam

    c. Meningkatkan prestasi olahraga dan kepemudaan

    3. Struktur Organisasi

    Berdasarkan Perda Kabupaten Wonogiri No.11 tahun 2008 tanggal 27

    Oktober 2008, struktur organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan

    Olahraga Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut: (Sumber: Dokumen

    DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014)

    Bagan 2. Struktur organisasi DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri

  • 55

    4. Tugas Pokok dan Fungsi

    Berdasarkan Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 63 Tahun 2008 tentang

    Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

    Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut :

    a. Kepala Dinas

    Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan

    daerah bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga berdasarkan

    asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas

    pokok sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas mempunyai fungsi :

    1) Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan program kerja bidang

    kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga.

    2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

    kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga.

    3) Pembinaan dan memfasilitasi bidang kebudayaan, pariwisata, pemudadan

    olah raga lingkup kabupaten.

    4) Pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah

    raga.

    5) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang kebudayaan, pariwisata,

    pemuda dan olah raga.

    6) Pelaksanaan kesekretariatan Dinas.

    7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

    pokok dan fungsinya.

    b. Sekretariat

  • 56

    Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kebijakan

    pembinaan, pengkoordinasian, administrasi, dan penyelengaraan secara

    terpadu pelayanan pelaksanaan dibidang perencanaan dan pelaporan

    keuangan di bidang umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas

    pokok yang dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :

    1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

    pengkoordinasian, penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan

    administrasi, dan pelaksanaan dibidang perencanaan dan pelaporan.

    2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

    pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan

    administrasi, dan pelaksanaan dibidang keuangan.

    3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

    pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayananan

    administrasi, dan pelaksanaan dibidang umum dan kepegawaian.

    4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    Dalam hal ini, Sekretariat membawahi :

    1) Subbagian Perencanaan dan Pelaporan

    Subbagian ini mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara

    terpadu, pelayananan administrasi, dan pelaksanaan dibidang

    perencanaan dan pelaporan.

    2) Subbagian Keuangan

  • 57

    Subbagian ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara

    terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang keuangan.

    3) Subbagian Umum dan Kepegawaian

    Subbagian ini mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara

    terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang umum dan

    kepegawaian.

    c. Bidang Kebudayaan

    Bidang Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

    perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang

    kesejarahan, nilai tradisi, dan seni budaya. Untuk menyelenggarakan tugas

    pokok yang dimaksud, Bidang Kebudayaan mempunyai fungsi :

    1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang kesejarahan dan nilai tradisi.

    2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang seni budaya.

    3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    Dalam hal ini, Bidang Kebudayaan membawahi :

    1) Seksi Kesejarahan dan Nilai Tradisi

  • 58

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang kesejarahan dan

    nilai tradisi.

    2) Seksi Seni Budaya

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang seni budaya.

    d. Bidang Pariwisata

    Bidang Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang objek, daya tarik

    wisata, usaha jasa dan sarana pariwisata, serta pemasaran pariwisata.Untuk

    menyelenggarakan tugas pokok yang dimaksud, Bidang Pariwisata

    mempunyai fungsi :

    1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang objek dan daya tarik wisata.

    2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang usaha jasa dan sarana pariwisata.

    3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang pemasaran pariwisata.

    4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    Dalam hal ini, Bidang Pariwisata membawahi :

    1) Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata

  • 59

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang objek dan daya

    tarik wisata.

    2) Seksi Usaha Jasa dan Sarana Pariwisata

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang usaha jasa dan

    sarana pariwisata.

    3) Seksi Pemasaran Pariwisata

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pemasaran

    pariwisata.

    e. Bidang Pemuda dan Olah Raga

    Bidang Pemuda dan Olah Raga mempunyai tugas melaksanakan

    penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang

    pemberdayaan pemuda, pengembangan olah raga. Untuk menyelenggarakan

    tugas pokok yang dimaksud, Bidang Pemuda dan Olah Raga mempunyai

    fungsi :

    1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang pemberdayaan pemuda.

    2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan dibidang pengembangan olah raga.

    3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

  • 60

    Bidang Pemuda dan Olah Raga membawahi beberapa seksi, antara lain :

    1) Seksi Pemberdayaan Pemuda

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pemberdayaan

    pemuda.

    2) Seksi Pengembangan Olah Raga

    Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan

    olah raga.

    f. UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur

    UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur mempunyai tugas

    melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis

    dibidang pengelolaan Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur. Untuk

    menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, UPT Kawasan

    Wisata Waduk Gajah Mungkur mempunyai fungsi :

    1) Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pengelolaan Kawasan

    Wisata Waduk Gajah Mungkur.

    2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional dibidang pengelolaan Kawasan

    Wisata Waduk Gajah Mungkur.

    3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan KawasanWisata

    Waduk Gajah Mungkur.

    4) Pengelolaan ketatausahaan.

  • 61

    5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur membawahi :

    1) Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian, yang

    berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT. Subbagian

    Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyediaan bahan program,

    kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan

    UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur.

    2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud, dipimpin oleh

    seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok, dan

    bertanggung jawab kepada Kepala UPT.

    g. UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga

    UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga mempunyai tugas

    melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis

    dibidang pengelolaan Sarana dan Prasarana Olah Raga. Untuk

    menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, UPT Pengelola

    Sarana dan Prasarana Olah Raga mempunyai fungsi :

    1) Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pengelolaan sarana dan

    prasarana olah raga.

    2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional dibidang pengelolaan sarana

    dan prasarana olah raga.

    3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan sarana dan

    prasarana olah raga.

  • 62

    4) Pengelolaan ketatausahaan.

    5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga membawahi :

    1) Subbagian Tata Usaha

    Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian, yang

    berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPT. Subbagian

    Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyediaan bahan program,

    kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan

    UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga.

    2) Kelompok Jabatan Fungsional.

    Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional

    senior sebagai ketua kelompok, dan bertanggung jawab kepada Kepala

    UPT.

    h. Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan jabatan

    fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku. Adapun lebih lengkapnya mengenai Kelompok Jabatan Fungsional

    adalah sebagai berikut :

    1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional

    yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang

    keahliannya.

  • 63

    2) Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

    kerja.

    3) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional diatur sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    4) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional dilakukan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    5. Potensi Wisata yang dikelola

    Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

    Wonogiri mengelompokkan potensi wisata di Kabupaten Wonogiri menjadi

    beberapa jenis, diantaranya :

    a. Wisata Unggulan

    Wisata unggulan di Wonogiri antara lain Waduk Gajah Mungkur, Pantai

    Nampu, Pantai Sembukan, Setren Gilimanik, Kahyangan, Goa Putri Kencana

    dan Karamba. Wisata unggulan di Kabupaten Wonogiri terfokus pada

    keindahan alam yang berada di kawasan Kabupaten Wonogiri berupa pantai,

    batuan kars, waduk dan lain-lain.

    b. Event Pariwisata

    Event Pariwisata di Wonogiri antara lain, Ritual Larung Ageng, Susuk

    Wangan, Kirab Jamasan Pusaka, Sedekah Bumi, Gebyar Budaya. Event

    pariwisata di Wonogiri terfokus pada kegiatan budaya di masyarakat

    setempat, tetapi juga event ini dilakukan juga di objek wisata unggulan seperti

    Waduk Gajah Mungkur dan Pantai Sembukan dengan Larung Agengnya.

    c. Wisata Situs Budaya dan Sejarah

  • 64

    Wisata situs sejarah di Kabupaten Wonogiri antara lain, Goa Maria Sendang

    Ratu Kenya, Tugu Pusaka, Gunung Giri, Sendang Lele, dan lain-lain. Wisata

    ini terfokus pada tempat-tempat yang berbau sejarah dan mengandung mitos.

    Selain kaya akan potensi wisata alam, Kabupaten Wonogiri juga sangat

    kaya akan potensi pariwisata budayanya. Hal ini dapat terlihat banyaknya

    warisan-warisan peninggalan budaya yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, selain

    itu beberapa objek wisata juga mempunyai agenda event budaya seperti Pantai

    Sembukan, Gilimanik, Waduk Gajah Mungkur, dan lain-lain. Hal ini seharusnya

    bisa lebih dikembangkan mengingat event-event budaya tersebut dapat

    mengangkat keberadaan objek wisata yang di dalamnya ada event tersebut.

    Pemerintah Kota Wonogiri dalam hal ini dinas terkait sudah mengadakan

    beberapa langkah pengembangan pariwisata budaya di Wonogiri, seperti halnya

    memasukkan event-event budaya ke dalam agenda tahunannya dan memberikan

    informasi promosi kepada masyarakat melalui media web Pemerintah Kota

    Wonogiri.

    D. Komparasi

    1. Ritual Labuhan Pantai Parangtritis

    Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona. Kombinasi

    antara bukit berbatu, bukit pasir dan pasir yang berwarna hitam. Pantai ini cantik

    dan memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alam maupun

    kisah spiritual.

  • 65

    Sejarah pantai ini dimulai dari cerita tentang seorang pelarian dari

    Kerajaan Majapahit yang bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di

    wilayah tersebut. Ketika semedi dia melihat air yang menetes (tumaritis) dari

    celah-celah batu karang (parang), kemudian dia memberi nama tempat tersebut

    Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.

    Pantai Parangtritis diyakini sebagai perwujudan trimurti yang terdiri dari

    Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta dan Pantai Parangtritis itu sendiri.

    Masyarakat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari kekuasaan Ratu

    Selatan atau yang terkenal dengan Nyi Roro Kidul. Pantai ini memiliki aturan

    bahwa yang berkunjung tidak boleh memakai pakaian yang berwarna hijau. Selain

    sarat dengan cerita mistisnya, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat

    bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah

    Panembahan Senopati selesai menjalankan pertapaan.

    Berdasarkan mitos yang berkembang, Pantai Parangtritis bukan hanya

    tempat rekreasi yang menyuguhkan pemandangan indah tetapi sebagai tempat

    keramat dan dijadikan tempat bermeditasi. Pantai ini juga merupakan salah satu

    tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Yogyakarta. Event

    budaya ini juga dijadikan daya tarik wisatawan tersendiri.

    Ritual ini dilakukan menjelang malam satu Suro, yakni pihak Keraton

    Yogyakarta dan masyarakat setempat melakukan ritual dan larung sesaji ke Laut

    Selatan. Sesaji melarung kepala kerbau dipersembahkan agar masyarakat setempat

    diberi keselamatan dan kelimpahan rejeki.

  • 66

    Kawasan wisata Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan

    Kretek, Kabupaten Bantul Yogyakarta atau sekitar 27 km sebelah selatan Kota

    Yogyakarta. Dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari

    arah Kota Yogyakarta terdapat dua alternatif jalan yang bisa dilalui, jalur utama

    adalah jalur lurus Yogyakarta, Kretek dan Parangtritis, sedangkan jalur kedua

    adalah jalur Yogyakarta, Imogiri, Siluk dan Parangtritis. Jalur kedua memang

    lebih jauh, tetapi menyuguhkan pemandangan perjalanan yang sangat indah. Jalan

    menuju Pantai Parangtritis sudah lebar dan sangat bagus.

    Fasilitas di kawasan Pantai Parangtritis sudah sangat lengkap. Di sekitar

    pantai sudah banyak penginapan dengan berbagai harga, termasuk penginapan

    yang berada di atas bukit. Di kawasan pantai juga terdapat berbagai macam rumah

    makan, toko kelontong, toko souvenir dan oleh-oleh khas Yogyakarta khususnya

    daerah Kabupaten Bantul. Kawasan Pantai Parangtritis juga menyediakan lahan

    parkir yang luas serta fasilitas yang sangat lengkap.

    Eksistensi Pantai Parangtritis yang sangat terkenal di kalangan wisatawan

    domestik maupun mancanegara menjadikan ritual labuhan ini banyak dikunjungi

    wisatawan. Berdasarkan pernyataan tersebut, didapat kesimpulan bahwa

    walaupun kurangnya sosialisasi dan promosi tentang labuhan tersebut tidak

    berpengaruh banyak terhadap banyaknya peminat event budaya tersebut karena

    mengingat eksistensi Pantai Parangtritis yang sudah terkenal di kalangan

    wisatawan. Dalam promosi, event labuhan ini masuk dalam agenda event budaya

    Pemerintah Kota Daerah Istimewa Yogyakarta.

  • 67

    Gambar 18. Pelaksanaan Larung Pantai Parangtritis Yogyakarta

    (Sumber: http://2.bp.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Mei 2014)

    Gambar 19. Pelaksanaan Prosesi Larung Pantai Parangtritis Yogyakarta

    (Sumber: http://2.bp.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Mei 2014)

  • 68

    Gambar 20. Kondisi kebersihan Pantai Parangtritis Yogyakarta

    (Sumber: http://2.bp.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Mei 2014)

    2. Ritual Susuk Wangan Desa Setren Gilimanik

    Masyarakat Desa Setren menganggap suci kawasan hutan Girimanik, di

    dalam hutan Girimanik terdapat Pertapaan Girimanik yang dianggap sakral oleh

    masyarakat sehingga banyak orang yang datang ke hutan tersebut untuk

    melakukan meditasi spiritual. Kepercayaan masyarakat Desa Setren yang

    menganggap hutan adalah tempat yang suci dan sakral tidak terlepas dari mitos

    yang berkembang di masyarakat desa Setren tentang adanya Riwayat Girimanik.

    Desa Setren dahulunya merupakan desa yang tandus dan kering, air

    sebagai kebutuhan pokok kehidupan masyarakat sehari-hari sulit didapatkan dan

    kondisi airnya tidak layak untuk dikonsumsi karena keruh. Sumber mata air

    pertama kali ditemukan oleh seorang tokoh masyarakat di Desa Setren yang

    melakukan babat alas di hutan Girimanik atas wangsit yang diperolehnya melalui

  • 69

    mimpi adanya sumber mata air di hutan Girimanik. Hal tersebut juga diungkapkan

    oleh salah satu penduduk Desa Setren yang mengatakan bahwa dahulu Desa

    Setren pernah mengalami kekeringan untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari

    sangat sulit kami bersyukur akhirnya ditemukan sumber mata air oleh Mbah Pono

    sehingga Desa Setren tidak kekeringan lagi.

    Penemuan sumber mata air dimulai dari kegiatan salah seorang tokoh

    masyarakat atau sesepuh di Desa Setren yang biasa mencari rumput dan kayu

    bakar di sekitar hutan Girimanik. Diketahui adanya sumber mata air di hutan

    Girimanik dari wangsit atau mimpi yang diperoleh sesepuh Desa Setren, di dalam

    mimpi tersebut sesepuhditemui oleh seorang pria berbaju putih yang diyakini oleh

    para sesepuh dan masyarakat Desa Setren sebagai Pangeran Samber Nyawa atau

    Raden Mas Said. Pria itu memberitahukan bahwa di dalam hutan Girimanik

    terdapat sumber mata air dan pria itu berpesan agar sumber mata air tersebut

    dijaga kelestariannya jangan sampai rusak. Mimpi tersebut mengusik pikiran

    sesepuh untuk mencari kebenaran tentang keberadaan sumber mata air yang ada di

    dalam hutan Girimanik. Akhirnya, sesepuh berangkat seorang diri mencari

    sumber mata air ke hutan Girimanik atau dalam istilah Jawa dikenal dengan babat

    alas kanggo golek sisik melik banyu. Usaha sesepuh membuahkan hasil meskipun

    melalui perjalanan yang jauh akhirnya sumber mata air atau umbul ditemukan.

    Sumber mata air ini terletak di kawasan Silamuk yang sekarang dikenal dengan

    Umbul Silamuk.

    Keberadaan sumber mata air akhirnya diberitahukan kepada masyarakat

    Desa Setren, akhirnya masyarakat Desa Setren mengadakan musyawarah bersama

  • 70

    agar air dapat mengalir ke Desa Setren. Masyarakat Desa Setren bersama-sama

    membuat saluran air dari bambu untuk bisa dialirkan ke Desa Setren sehingga

    dapat dimanfaatkan bersama. Sebelum mengerjakan saluran air masyarakat Desa

    Setren mengadakan doa bersama yang dipimpin oleh para sesepuh Desa, hal ini

    bertujuan agar masyarakat Desa Setren diberi keselamatan, kesejahteraan hidup

    dan kelancaran dalam mengerjakan saluran air di hutan Girimanik. Masyarakat

    Desa Setren mempercayai bahwa hutan tersebut dijaga oleh kekuatan yang

    melebihi kekuatan manusia maka masyarakat Desa Setren harus meminta ijin agar

    tidak mendapatkan halangan apapun dalam mengerjakan saluran air. Kerjasama

    masyarakat Desa Setren membuahkan hasil, akhirnya air dapat mengalir ke Desa

    Setren.

    Wujud rasa syukur karena telah menemukan sumber mata air sehingga

    dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Desa Setren maka sesepuh Desa

    Setren menyembelih kambing sebanyak dua ekor dan mengadakan slametan

    dengan sesaji, tumpeng dan ingkung, setelah berdoa bersama mereka menikmati

    makanan tersebut di dekat sumber mata air di hutan Girimanik dengan masyarakat

    yang turut membuat saluran air. Dengan adanya sumber mata air tersebut maka

    pertanian di Desa Setren menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga masyarakat

    Desa Setren mengadakan upacara ritual atau selametan bagi masyarakat Desa

    Setren yang disebut dengan Upacara Tradisional Susuk Wangan. Slametan

    sebagai wujud syukur akhirnya menjadi tradisi hingga saat ini. Air mengalir tepat

    pada hari Sabtu Kliwon sehingga hal ini terkait dengan hari diadakannya Upacara

    Tradisional Susuk Wangan.

  • 71

    Susuk wangan itu terdiri dari kata susuk dan wangan, susuk yang artinya

    membersihkan dan wangan artinya aliran air. Secara keseluruhan susuk wangan

    dapat diartikan dengan membersihkan saluran air. Masyarakat bersama-sama

    membersihkan saluran air yang mengalir dari sumber mata air umbul di kawasan

    Silamuk ke Desa Setren. Masyarakat Desa Setren mengadakan upacara Susuk

    Wangan berdasarkan kebutuhan mereka, tetapi paling tidak diadakan setahun

    sekali di bulan besar tepatnya Sabtu Kliwon menurut penanggalan Jawa. Upacara

    tradisional Susuk Wangan merupakan upacara ritual masyarakat Desa Setren

    sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena Desa Setren mendapat manfaat air

    yang melimpah baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun pertanian. Selain

    sebagai upacara selamatan, di dalam prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan

    terkandung nilai kearifan bagi masyarakat pendukungnya (Sumber:

    DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri pada tanggal 9 Mei 2014).

    Dalam Upacara Susuk Wangan, terdapat sesaji atau alat-alat perlengkapan

    upacara. Diantaranya sebagi berikut :

    a. Jodang isinya genap

    b. Pencok Bakal

    c. Sajen Panggung

    d. Jajan Pasar

    e. Jadah

    f. Panggang Ayam Kampung

    g. Jenang

    h. Nasi

  • 72

    Sedangkan pembagian susunan acara Ritual Susuk Wangan dibagi menjadi

    beberapa sesi. Diantaranya sebagai berikut :

    a. Pembukaan

    b. Pasrah peralatan Susuk Wangan

    c. Terima pasrah

    d. Simbolis penunjukkan panggang tumpeng

    e. Sambutan-sambutan

    f. Doa bersama

    g. Penutup

    h. Dilanjutkan dengan acara hiburan

    Ritual Susuk Wangan dikelola oleh masyarakat Desa Setren bekerjasama

    dengan Pemerintah Kota Wonogiri. Ritual Susuk Wangan merupakan agenda

    event budaya Pemerintah Kota Wonogiri. Dalam promosinya terdapat di website

    Pemerintah Kota Wonogiri.

  • 73

    Gambar 21. Pintu masuk objek wisata Girimanik

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 9 Mei 2014)

    Gambar 22. Promosi ritual Susuk Wangan

    (Sumber: print screenhttp://www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=216,

    diakses tanggal 2 Mei 2014)

  • 74

    Gambar 23. Prosesi ritual Susuk Wangan

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 9 Mei 2014)

    Gambar 24. Prosesi ritual Susuk Wangan

    (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 9 Mei 2014)

    E. Analisa SWOT

    Dalam perancangan visual branding dan promosi ritual Larung Ageng

    sebagai objek wisata budaya Pantai Sembukan didapatkan beberapa pandangan

    tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan objek pembanding

    atau komparasi. Berdasarkan pengamatan, didapat data sebagai berikut :

    Analisa

    SWOT

    Subjek Perancangan

    Larung Pantai

    Parangtritis

    Ritual Susuk

    Wangan

    Kekuatan

    Sarat dengan nilai

    Sarat dengan nilai

    Sarat dengan nilai

  • 75

    (Strenght) budaya yang adiluhung,

    keadaan pantai yang

    masih alami, sepi dan

    natural

    budaya yang

    adiluhung,

    eksistensi Pantai

    Parangtritis

    membuat ritual

    labuhan banyak

    pengunjungnya,

    sarana dan

    prasarana yang

    memadai dan

    lengkap

    budaya adiluhung,

    dilakukan di

    kawasan air terjun,

    banyak

    pengunjung

    karena eksistensi

    air terjun

    Gilimanik yang

    sudah terkenal

    Kelemahan

    (Weakness)

    Promosi dilakukan

    hanya melalui media

    web Pemerintah Kota

    Wonogiri

    Keadaan pantai

    yang terlalu ramai

    dan kotor.

    Keadaan air terjun

    yang malah

    digunakan sebagai

    tempat berpacaran

    Peluang

    (Opportunity)

    Tingkat kunjungan

    wisata di Jawa Tengah

    meningkat, khususnya

    wisata budaya

    Tingkat kunjungan

    wisata di

    Indonesia

    meningkat,

    khususnya wisata

    budaya

    Banyaknya

    wisatawan yang

    berminat dengan

    wisata budaya,

    terutama

    wisatawan luar

    negeri

  • 76

    Ancaman

    (Threat)

    Pada kepercayaan

    tertentu dianggap

    sebagai bentuk

    kemusrikan, sehingga

    dimungkinkan ada

    upaya-upaya untuk

    menghilangkan tradisi

    tersebut

    Pada kepercayaan

    tertentu dianggap

    sebagai bentuk

    kemusrikan,

    sehingga

    dimungkinkan ada

    upaya-upaya

    untuk

    menghilangkan

    tradisi tersebut

    Pada kepercayaan

    tertentu dianggap

    sebagai bentuk

    kemusrikan,

    sehingga

    dimungkinkan ada

    upaya-upaya

    untuk

    menghilangkan

    tradisi tersebut

    Tabel 1. Analisa SWOT

    F. Target Market dan Target Audience

    Target Market adalah sasaran yang nantinya akan menggunakan

    produk/jasa tersebut, sedangkan Target Audience adalah sasaran pasar atau umum

    yang dibidik menjadi konsumen. Berdasarkan penelitian, didapat data tentang

    target market dan target audience sebagai berikut :

    a. Geografi

    1) Primer : Kabupaten Wonogiri

    2) Sekunder : Wilayah Indonesia

    b. Demografi

    1) umur : semua umur

  • 77

    2) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

    3)

    agama

    : semua agama

    4)

    pendidikan

    : semua latar belakang pendidikan

    5)

    sosial ekonomi

    : semua kalangan

    c. Psikografi

    1) Orang-orang yang menyukai objek wisata yang menyuguhkan event budaya

    2) Orang-orang yang menyukai objek wisata pemandangan pantai yang masih

    sepi dan tenang

    3) Orang-orang yang ingin mencari suasana liburan yang baru

    G. Riset

    Konsep Perancangan Visual Branding dan Promosi Event budaya Larung

    Ageng sebagai Objek Wisata Ritual Pantai Sembukan Paranggupito Wonogiri

    inidisusun berdasarkan atas kaidah penulisan dalam penelitian kualitatif deskriptif

    yang memungkinkan untuk divisualisasikannya rekomendasi desain sebagai

    outputnya. Untuk mengetahui pengetahuan, minat dan pandangan masyarakat

    Wonogiri tentang eksistensi Pantai Sembukan dan Ritual Larung Ageng yang

    terdapat di dalamnya, dibutuhkan data dengan cara menyebar angket terbuka dan

    tertutup kepada masyarakat Wonogiri. Dalam penyebaran angket dilakukan

    kepada 20 responden dari latar belakang usia, pendidikan dan pekerjaan. Alasan

    memilih 20 responden dikarenakan jumlah tersebut sudah representatif untuk

    mewakili sebagian besar masyarakat Wonogiri. Dari penyebaran angket tersebut,

    didapatkan data-data yang dijelaskan seperti tabel di bawah ini:

  • 78

    No. Nama Usia Pekerjaan Pendidikan Alamat

    1. Khamdi 46 tahun Wiraswasta SLTA Dawung,

    Bumiharjo

    2. Wiyono 53 tahun Wiraswasta D3 Wonogiri

    3. Maryono 42 tahun Kepala Desa SMA Selomarto

    4. Ina Indriani 21 tahun Karyawati SMK Giriwoyo

    5. Wahyu Tri W. 19 tahun Karyawan SMK Ngancar

    6. Hury 28 tahun Wiraswasta SMA Sobo,

    Baturetno

    7. Dewi Hastuti 26 tahun Ibu Rumah

    Tangga

    SMA Batu

    Tengah

    8. Doron 31 tahun Swasta SMK Batu Kidul

    9. Ahimsa Sukma 15 tahun Pelajar SMP Batu

    Tengah

    10. Astika Tiara 15 tahun Pelajar SMP Giritontro

    11. Tunjung K. 39 tahun Wiraswasta SLTA Patuk Lor

    12. Sri Rejeki H. 51 tahun Wiraswasta SLTA Munggung

    13. Drs. Agus S. 46 tahun Guru S1 Patuk Lor

    14. Suyono 56 tahun Petani SLTA Belikrejo

    15. Ir. Irianto 50 tahun Kepala Desa S1 Glesung

    16. Danang Eko P. 31 tahun Karyawan D3 Batu

    Tengah

  • 79

    17. Haryanti 50 tahun Wiraswasta SLTA Wonogiri

    18. Sukini 49 tahun Wiraswasta SMP Wonogiri

    19. Abudin 52 tahun Petani SMP Kayuapak

    20. Triyono 32 tahun Petani SMU Neran, Batu

    Warno

    Tabel 2. Data penyebaran angket

    Dari tabel di atas, diperoleh data responden berupa riset promosi dan riset

    visual yang dijelaskan seperti di bawah ini:

    1. Riset Promosi

    Riset Promosi adalah riset yang digunakan untuk mengetahui pendapat

    masyarakat serta keingintahuan masyarakat tentang eksistensi Pantai Sembukan

    dan Ritual Larung Ageng. Hasil riset yang diperoleh adalah sebagai berikut :

    a. Apakah Anda pernah berwisata ?

    Hasil :

    Ya Tidak

    0%

    100%

  • 80

    Kesimpulan :

    Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 100% masyarakat Kabupaten

    Wonogiri pernah berwisata, berarti berwisata sudah termasuk dalam suatu

    kebutuhan.

    b. Apakah Anda pernah berwisata ke pantai ?

    Hasil :

    Pernah Tidak pernah

    0%

    100%

    Kesimpulan :

    Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pantai

    adalah tempat wisata yang digemari oleh masyarakat Kabupaten Wonogiri.

    c. Apakah Anda tahu tentang keberadaan Pantai Sembukan Wonogiri ?

    Hasil :

  • 81

    Ya Tidak

    0%

    100%

    Kesimpulan :

    Pantai Sembukan sudah diketahui keberadaannya oleh masyarakat Kabupaten

    Wonogiri, walaupun sebagian besar belum pernah berkunjung ke Pantai

    Sembukan.

    d. Apakah Anda mengetahui tentang diadakannya sebuah ritual di Pantai

    Sembukan ?

    Hasil :

    Mengetahui Tidak tahu

    45%

    55%

    Kesimpulan :

  • 82

    45% responden menjawab tidak tahu, dan 55% menjawab mengetahui.

    e. Apakah Anda mengetahui tentang Event Budaya Larung Ageng yang

    diadakan di Pantai Sembukan tersebut ?

    Hasil :

    Mengetahui Tidak tahu

    45%

    55%

    Kesimpulan :

    Dari 20 responden, 55% tidak mengetahui adanya ritual Larung Ageng, dan

    45% mengetahui ritual tersebut.

    f. Pernahkan Anda melihat/mengikuti Event Budaya Larung Ageng yang

    diadakan di Pantai Sembukan ?

    Hasil :

  • 83

    Pernah Belum pernah

    30%

    70%

    Kesimpulan :

    Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang

    pernah melihat hanya 30%. Berarti masyarakat Kabupaten Wonogiri yang

    mengetahui ritual Larung Ageng belum tentu pernah melihat.

    g. Menurut Anda, bagi yang sudah mengetahui atau pernah melihat/mengikuti

    Event Budaya Larung Ageng Pantai Sembukan, apakah ritual tersebut perlu

    dilestarikan ?

    Hasil :

  • 84

    Perlu Tidak perlu

    33%

    67%

    Kesimpulan :

    Masyarakat yang pernah melihat atau mengetahui ritual tersebut sebagian

    besar menganggap ritual larung ageng perlu dilestarikan.

    h. Menurut Anda, bagi yang tidak/belum mengetahui, apalagi melihat dan

    mengikuti Event Budaya Larung Ageng Pantai Sembukan, apakah acara ritual

    tersebut perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat

    Wonogiri ?

    Hasil :

  • 85

    Perlu Tidak perlu

    42%

    58%

    Kesimpulan :

    Karena dirasa bermanfaat, sebagian besar masyarakat Wonogiri yang belum

    pernah mengetahui ritual Larung Ageng menganggap ritual tersebut perlu

    disosialisasikan.

    i. Kira-kira sosialisasi diadakannya acara ritual/event budaya tersebut, bisa

    disampaikan melalui apa ?

    Hasil :

    Iklan TV lokal Radio Koran

    Billboard Spanduk Poster

    Jejaring sosial

    11%

    11%

    17% 15%

    20%

    20%

    6%

    Kesimpulan :

    Masyarakat Kabupaten Wonogiri menginginkan semua bentuk sosialisasi.

  • 86

    2. Riset Visual

    Riset visual adalah riset untuk mengetahui data mengenai tipografi, warna,

    maskot dan layout yang sesuai dengan target audiencedari masyarakat Kabupaten

    Wonogiri dari berbagai segmen agar perancangan yang dibuat tepat sasaran dan

    bisa berkomunikasi dengan target audience. Adapun data-data yang diperoleh

    adalah sebagai berikut :

    a. Huruf/Font

    Hasil :

    1) 2) 3) 4) Tidak menjawab

    10% 30%

    30%

    30%

    0%

    Kesimpulan :

    Berdasarkan data di atas, masyarakat Wonogiri memilih huruf atau font yang

    menggambarkan keakraban, keindahan, keanggunan dan personalis, tetapi

    juga menunjukkan identitas budaya.

  • 87

    b. Warna

    Hasil :

    1) 2) 3) 4) Tidak menjawab

    5%

    25%

    25%

    20%

    25%

    Kesimpulan :

    Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat Wonogiri memilih kumpulan

    warna yang tidak terlalu cerah.

    c. Ilustrasi

  • 88

    Hasil :

    1) 2) 3) 4) Tidak menjawab

    10% 10%

    35% 35%

    10%

    Kesimpulan :

    Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat Wonogiri memilih ilustrasi

    yang ceria, ikonik dengan warna beragam.

  • 89

    d. Tata Letak

    Hasil :

    1) 2) 3) 4) Tidak menjawab

    25%

    10%

    25%

    30% 10%

  • 90

    Kesimpulan :

    Masyarakat Wonogiri memilih komposisi tata letak yang seimbang perpaduan

    antara ilustrasi, jenis huruf dan fotografi yang sesuai.