bab_iii
DESCRIPTION
fdsfscgdTRANSCRIPT
-
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Profil Wilayah
Kecamatan Paranggupito merupakan salah satu kecamatan yang menjadi
pendukung sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri yang berada di bagian ujung
selatan. Letak astronomi Kecamatan Paranggupito adalah antara 54-48 LS
dan110- 8 BT yang merupakan daerah beriklim tropis dan mata pencaharian
masyarakat sebagian besar adalah petani. Kecamatan Paranggupito memiliki luas
6.475 Ha yang jumlah kepadatan penduduknya 3.045 (jiwa/km). Terdapat delapan
desa yang menempati desa tersebutdan dihuni oleh 4.512 Kepala Keluarga. Secara
administratif, Kecamatan Paranggupito mempunyai batas wilayah timur wilayah
Kabupaten Pacitan, sebelah selatan Samudera Indonesia dan sebelah barat wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan letak geografis tersebut maka potensi
pariwisata di Kecamatan Paranggupito sangat tepat untuk dikembangkan. Adapun
potensi wisata di Kecamatan Paranggupito antara lain Pantai Nampu, Pantai
Sadeng, Pantai Klothok, Pantai Weru, Pantai Nglojok, Pantai Pringjono, Pantai
Banyutowo dan kerajinan-kerajinan bahan pangan dari penduduk yang terkenal
seperti gula Aren atau gula Jawa.(Sumber: DISBUDPARPORA Kabupaten
Wonogiri, 26 Februari 2014).
26
-
27
Gambar 1. Peta Kecamatan Paranggupito
B. Event Budaya Larung Ageng
Event Budaya Larung Ageng dilakukan di Pantai Sembukan, Kecamatan
Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Event budaya ini dilakukan oleh masyarakat
Kecamatan Paranggupito bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olah Raga serta Perwakilan Pura Mangkunegaran cabang Kabupaten
Wonogiri.
1. Sejarah Pantai Sembukan
Sejarah Pantai Sembukan berawal dari jaman penjajahan Belanda. Tempat
ini dulunya merupakan tempat bersemedi bagi para rajayang berada disekitar
daerah Surakarta dan Yogyakarta untuk mendapatkan ilham dari Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu juga difungsikan sebagai tempat untuk meminta bantuan
gaib dari penghuni Laut Selatan yang dipercaya dapat membantu untuk mengusir
penjajah dari Pulau Jawa. Awal mula tempat ini dinamakan pesanggrahan
karena tempat ini dulunya didirikan bangunan berbentuk pesanggrahan yang
-
28
berada diatas bukit, yang mendirikan pesanggrahan tersebut adalah R.M Said pada
tahun 1848 yang kini masih ada tetapi keadaannya kurang terawat. Cerita ini
bermula ketika almarhum K.G.P.A.A Mangkunegara I masih bernama R.M
Saidpada waktu itu melawan penjajah Belanda beliau juga pergi ke Pantai
Sembukan untuk meminta petunjuk kepada Kanjeng Gusti Ratu Kencana Sari atau
Kanjeng Ratu Kidul. Beliau akhirnya bersemedi di pesanggrahan tersebut yang
terdapat diatas bukit, yang kini diberi nama Bukit Bendera, dikarenakan bukit itu
diberi tanda bendera merah putih pada jaman perjuangan melawan penjajah
Belanda. Akhirnya tepat pada tigahari tiga malam pukul 01.30 malam Jumat Pon
tanggal 19 Januari 1848 keinginan beliau terkabulkan.(Sumber: Wawancara
dengan Suparno, juru kunci Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
Pada tahun 1870 di Kota Surakarta ada kejadian aneh, terlihat
wujudcahaya yang berasal dari dalam tanah kemudian terbang ke angkasa sampai
hilang, kejadian itu terjadi pada malam Kamis Pahing bulan Sura mulai jam satu
sampai jamtiga pagi. Pada pagi harinya ada orang yang mengetahui arti dari
cahaya itu, orang tersebut mengatakan bahwa cahaya itu adalah Wahyu Jati Agung
atau dapat juga disebut wahyu pelindung manusia dan orang itu menjelaskan
pertanda itu adalah kembalinya jaman suci. Jaman suci ini adalah jaman
kembalinya Jawa lengkap, yang berisi: (Sumber: Wawancara dengan Suparno,
juru kunci Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
-
29
a. Panembahan
Arti dari Panembahan disini adalah seseorang yang bisa dijadikan
sesembahanatau panutan, atau bisa disebut juga Raja yang menjadi panutan
untuk kawulanya.
b. Basa
Basa artinya Bahasa, yaitu kembalinya bahasa Jawa yang baik sebagai sarana
komunikasi antara sesama. Tingkah laku atau tingkat kesopanan seseorang
dilihat dari caranya berbicara dengan orang lain. Dalam Bahasa Jawa ada
tingkatan-tingkatan berbahasa seperti contohnya Krama Inggil dan Krama
Madya.
c. Sastra
Sastra tulisan para Pujangga Jawa yang berisi tentang wejangan-wejangan
serta pangalaman hidup penciptanya dijadikan pedoman hidup untuk raja
serta kawulanya.
d. Busana
Di dalam bahasa Jawa ada istilah ajining raga saka busana, yang berarti
berharganya penampilan seseorang dilihat dari busananya. Busana adat Jawa
biasa disebut dengan busana kejawen yang mempunyai perlambang tertentu,
terutama bagi orang Jawa yang mengenakannya. Busana Jawa penuh dengan
piwulang dan kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi
Jawa. Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan
segala sesuatu didunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas
-
30
sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, dengan diri
sendiri, maupun dengan Tuhan.
e. Budaya
Kembalinya Budaya Jawa yang mengutamakan keseimbangan, keselarasan
dan keserasian dalam kehidupan sehari hari sehingga dapat menjunjung tinggi
kesopanan dan kesederhanaan masyarakat Jawa.
Arti tentang pertanda tersebut adalah perbuatan yang baik, budi pekerti
yang baik, berasal dari tempat yang baik, berasal dari jaman suci, yang artinya
harus suci rajanya dan berasal dari raja suci. Akhirnya R.M Said diangkat menjadi
Raja Mangkunegara I dan memerintah sebagai raja yang jujur dan adil. Setelah
ditelusuri ternyata semua kejadian itu ada hubungannya dengan Pantai Sembukan,
kemudian cerita itu menjadi sebuah cerita pendek yang melekat pada masyarakat
sekitar Pantai Sembukan. (Sumber: Wawancara dengan Suparno, juru kunci
Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
Pada 30 Juni 2004, Pantai Sembukan secara resmi dibuka menjadi Objek
Wisata Budaya oleh Bupati Kabupaten Wonogiri pada waktu itu, yaitu Bapak H.
Begug Poernomosidi kemudian diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bapak H.
Mardiyanto. (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26
Februari 2014).
-
31
Gambar 2. Gapura pintu masuk pantai Sembukan
Gambar 3. MMT Pantai Sembukan
-
32
Gambar 5. Batu peresmian Objek Wisata Ritual Sembukan
Gambar 6. Tempat Larung Ageng
-
33
Gambar 7. Prosesi Larung Ageng
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
2. Sejarah Ritual Larung Ageng
Berdasarkan wawancara dengan Sesepuh Pantai Sembukan, Upacara
Ritual Larung Ageng di Pantai Sembukan Wonogiri erat kaitannya dengan sejarah
perjuangan Raden Mas Said saat melakukan perang gerilya di wilayah Desa Sawit
Kecamatan Paranggupito. Perang gerilya di wilayah Surakarta terjadi sekitar dua
bulan yaitu dari bulan besar 1848 sampai bulan Sura 1848. Selama dua bulan ini
Belanda secara tidak langsung telah menguasai wilayah Kasultanan Yogyakarta
dan Kasunanan Surakarta. Pihak Belanda serta pihak Kasultanan dan Kasunanan
mengadakan suatu perjanjian, tetapi perjanjian itu hanya menguntungkan pihak
Belanda saja.
-
34
Raden Mas Said merasa dipihak yang dirugikan dan beliau merasa
Belanda telah mencampuri urusan pemerintah Kasultanan dan Kasunanan. Oleh
sebab itu beliau selalu berusaha menentang keadaan tersebut dengan cara
melakukan perang gerilya di wilayah sekitar Surakarta termasuk wilayah
Wonogiri. Perang gerilya yang dilakukan Raden Mas Said sampai di daerah
Sawit, desa yang berada di pinggir Laut Selatan. Di desa itulah Raden Mas Said
bermukim sementara waktu untuk beristirahat.
Pada suatu malam ada suatu alasan pada diri Raden Mas Said untuk pergi
ke pinggir pantai Laut Selatan dengan tujuan meminta petunjuk kepada penunggu
gaib Ratu Pantai Selatan yang terkenal dengan julukan Kanjeng Gusti Ratu
Kencana Sari atau lebih populer dengan Kanjeng Ratu Kidul. Beliau akhirnya
bersemedi di pesanggrahan di atas bukit yang kini diberi nama Gunung Bendera,
dinamakan Gunung Bendera karena pada waktu itu diberi tanda bendera merah-
putihpada jaman perjuangan melawan penjajah Belanda. Akhirnya setelah bertapa
selama tiga hari tiga malam pukul 01.30 malam Jumat Pon pada bulan Suro 1848,
keinginan beliau terkabulkan dan Belanda berhasil dikalahkan (Sumber:
Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
Raden Mas Said kemudian kembali lagi ke Surakarta,disana beliau
mendirikan Pura Mangkunegaran dan mendirikan Kadipaten Mangkunegaran.
Setelah mendirikan Pura Mangkunegaran dan Kadipaten Mangkunegaran,
kemudian beliau mendapatkan gelar Paku Alam Mangkunegaran I.
Sebagai rasa syukur atas keberhasilannya melawan penjajah Belanda,
beliau memberikan persembahan kepada Ratu Pantai Selatan dengan melarungkan
-
35
sesaji ke Laut Selatan. Berdasar cerita di atas dapat kita ketahui bahwa di daerah
Wonogiri tepatnya di desa Sawit Kecamatan Paranggupito telah terjadi suatu
Upacara Ritual Larung Ageng yang dilakukan Raden Mas Said dan secara turun
temurun upacara ritual ini masih berlanjut sampai sekarang. (Sumber: Wawancara
dengan Suparno, juru kunci Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
3. Maksud dan Tujuan Ritual Larung Ageng
Upacara Ritual Larung Ageng di Pantai Sembukan mempunyai maksud
dan tujuan untuk menghaturkan sesaji kepada PenguasaLaut Selatan agar Tuhan
memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada warga Wonogiri. Agar lebih
jelasnya mengenai maksud dan tujuan Larung Ageng akan diuraikan di bawah ini:
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari
2014).
a. Maksud dan tujuan Upacara Ritual Larung Ageng adalah selamat dari
gangguan roh-roh halus. Upacara-upacara yang diselenggarakan oleh
masyarakat tidak hanya berfungsi untuk menolak atau menangkal bahaya dan
penyakit menular, melainkan sering juga digunakan untuk suatu permintaan,
misalnya permintaan turunnya hujan jika terjadi musim kering yang
berkepanjangan.
b. Wilayah Wonogiri masih termasuk dalam wilayah Mangkunegaran dan
masyarakatnya masih banyak menganut Islam kejawen. Mereka masih terus
melaksanakan berbagai upacara yang berhubungan dengan kepercayaan
mereka termasuk upacara Larung Ageng yang dilaksanakan pada bulan Suro
-
36
yang selain bertujuan untuk melestarikan dan memuliakan sejarah yang telah
menjadi tradisi setempat.
c. Upacara Larung Ageng membuka kesempatan bagi masyarakat Wonogiri
yang masih menganut Islam untuk melakukan aktivitas religi. Penganut religi
ini biasanya orang-orang yang sudah lanjut usia yang masih memegang adat
kejawen, sehingga upacara Larung Ageng bagi golongan tersebut masih
merupakan sesuatu yang dianggap sangat sakral.
4. Waktu dan Tempat Ritual Larung Ageng
Waktu penyelenggaraan Upacara Ritual Larung Ageng di Pantai
Sembukan Wonogiri adalah setiap bulan Suro. Bulan Suro adalah permulaan
tahun dalam Kalender Jawa. Pada bulan tersebut adalah bulan baik untuk
melakukan Larung Ageng, karena bulan tersebut menurut orang jawa disebut
bulan nyepi (dalam bahasa Jawa: kendel,meneng) untuk mawas diri dan berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga baik untuk melakukan aktifitas yang
bersifat religius dan magis. Mengenai hari pelaksanaan upacara biasanya dipilih
hari Jumat Kliwon pada bulanSuro. Pelaksaan Larung Ageng bertempat di Pantai
Sembukan, di pendapa kemudian dilanjutkan larungan di pinggir pantai. (Sumber:
Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
5. Persiapan dan Perlengkapan Ritual Larung Ageng
Dalam pelaksanaan Upacara Larung Ageng terdapat dua jenis persiapan,
yaitu berupa persiapan fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan persiapan fisik
berwujud benda-benda yang diperlukan dalam penyelenggaraan upacara,
sedangkan persiapan non-fisik berwujud tradisi masyarakat yang selama ini
-
37
dilaksanakan pada waktu sebelum dan pada saat berlangsungnya upacara Larung
Ageng.
Beberapa hari sebelum ritual dimulai sampai malam hari menjelang
upacara ritual, terlebih dahulu diadakan tirakatan. Bahkan yang bertugas
melarungkan sesajen berpuasa terlebih dahulusehari sebelum upacara,
dikarenakan tugas yang akan dilaksanakan masih dianggap sakral. Oleh karena
itu, dilaksanakan dengan sikap dan penghormatan secara khusus dengan harapan
beliau akan mendapat berkat.
Sebenarnya persiapan tidak memerlukan waktu yang panjang, mengingat
tradisi tersebut selalu dilaksanakan tiap tahun. Jadi mengenai tempat, panitia dan
pihak-pihak yang terlibat dapat dikatakan sebagai petugas tetap, walaupun
berubah hanya sedikit sekali. Persiapan tersebut antara lain, membersihkan tempat
upacara ritual beberapa hari sebelum ritual dimulai. Demikian juga panitia sudah
dibentuk paling lambat satu minggu sebelum diadakan upacara, dan panitia sudah
menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Upacara Larung Ageng,
terutama menyiapkan bahan dan peralatan yang sukar dicari untuk dipersiapkan
secara dini dengan harapan jangan sampai ada yang lupa, karena akan membawa
akibat kurang baik dan bahkan akan berakibat fatal. Tahap-tahap serta
perlengkapan atau sesaji yang digunakan dalam Ritual Larung Ageng antara lain :
(Sumber: Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari
2014).
-
38
a. Tahap Tirakatan
Tahap tirakatan dilakukan pada malam sebelum hari pelaksanaan dan
dilakukandi pendapa Pantai Sembukan.Adapun peralatan yang perlu
dipersiapkan antara lain tikar dan kursi untuk hadirin yang datang. Pada
malam tirakatan ini tidak ada sesaji khusus atau uborampe lainnya. Hal ini
dilaksanakan agar besok dalam pelaksanaan upacara ritual berjalan dengan
lancar.
Gambar 8. Tahap Tirakatan
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
b. Tahap Upacara Larung Ageng
Alat-alat atau sesaji yang digunakan untuk penyelenggaraan Larung Ageng
antara lain :
-
39
1) Jodhang yang terbuat dari daun kelapa untuk tempat sesaji, biasanya satu
jodhang berisi :
a) Kepala kerbau sebagai persembahan untuk penguasa Laut Selatan,
simbol kepala pemerintahan di Wonogiri untuk menghormati
penguasa gaib dalam artian bukan menyembah. Sebelumnya
masyarakat menyembelih seekor kerbau kemudian dagingnya
dibagikan kepada masyarakat setempat sebagai bentuk sedekah.
Setelah itu kepalanya dilarungkan.
b) Pisang raja sebagai penghormatan pada Kanjeng Ratu Kencono Sari
c) Sekar atau bunga Setaman sebagai wewangian
d) Tumpeng sebagai tanda sedekah pada sesama
e) Panjang hang sebagai tanda sedekah terhadap masyarakat Wonogiri
2) Coek dari pohon bambu untuk tempat dupa dan kemenyan
3) Panjang ilang berisi jajan pasar sebagai wujud sedekah.
-
40
Gambar 9. Kepala kerbau sebagai sesaji
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
Gambar 10. Jodhang sebagai tempat sesaji
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
-
41
Gambar 11. Coek sebagai tempat dupa
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
6. Tahap-tahap Ritual Larung Ageng
a. Tahap Upacara Tirakatan
Upacara Tirakatan dilaksanakan di pendapa Pantai Sembukan. Tirakatan ini
diselenggarakan tepatnya pada malam hari dari jam 07.00 sampai 04.00 pagi
sebelum acara Larung Ageng dilaksanakan, untuk menunjukkan rasa hormat
atau prihatin agar pelaksanaan Larung Ageng berjalan lancar.
b. Tahap Upacara Serah Terima Sesaji
Pembukaan oleh Bupati Wonogiri selaku ketua panitia, dilanjutkan serah
terima sesaji yang telah disiapkan oleh masyarakat setempat yang diwakilkan
kepada pihak Kecamatan Paranggupito kemudian diserahkan kepada Bupati
Wonogiri. Biasanya diiringi kirab dari pejabat Kecamatan Paranggupito,
-
42
perangkat desa Kecamatan Paranggupito, seniman dan seniwati, sesepuh serta
masyarakat Paranggupito.
c. Doa
Dalam pelaksanaan Larung Ageng terdapat dua macam doa, yaitu doa dalam
bahasa Jawa dan doa dalam bahasa Arab. Doa ini dilakukan sebelum acara
larungan dimulai oleh sesepuh setempat. Doa dalam bahasa Jawa dipimpim
oleh sesepuh Pantai Sembukan dan untuk doa dalam bahasa Arab dipimpin
oleh Ketua KUA desa Paranggupito.
Isi doa dalam bahasa Jawa sebagai berikut :
1) Doa yang pertama: Dhumateng Ibu Bumi Bapa Kuasa Bapa Adam Ibu
Hawa, Gusti Allah Pindhone Rosullullah, Ugi Bumi Gisi Pantai Laut
Sembukan, Wontenipun Dicaosi Sesaji sampun ngantos ganggu gawe
dhumateng ingkang sami rawuh ngawontenaken tirakatan, malah dipun
suwun payengkuyungipun, ingkang sami rawuh pinaringono rahayu
wilujeng mboten wonten alangan setunggal menopo wiwit dinten meniko
ngantos selami-laminipun, soho kasageto kasembadan menopo ingkang
dados panyuwunipun piyambak-piyambak.
2) Doa yang kedua : Kacaosaken dhumateng dinten jumat kliwon (sukro
kasih), ingkang kangge panyuwunan ing rikalenggahan meniko, ingkang
ngewaosi dinten jumat kliwon utawi kumaranipun dinten jumat kliwon,
dipun suwun payengkuyungipun ingkang sami rawuh ngawontenaken
tirakatan, supados kalis ing sambikolo, kasembadan menopo ingkang
dipun suwun, wiwit dinten meniko ngantos selami-laminipun.
-
43
3) Doa yang ketiga : Kahaturaken dhumateng Kanjeng Nabi Muhamad
SAW, Sagarwa saputra miwah sahabat lan panderekipun, mugi sageto
kalenggahaken wonten sisinipun Allah, pikantuko kapan engkang adem,
ayem, rejo tatatentrem, awit rahmatipun Gusti Allah, satemah benjang
dinten akhir, sageto lenggah ing kasuwargan lan jati selami-laminipun.
4) Doa yang keempat : Kahaturaken ingkang mathok utawi nyengkal
sepisan Pulo Tanah Jawi sinebat Syeh Subakit, Kasuwun
Panyengkuyunipun mugi masyarakat ing Kabupaten Wonogiri, sageto
guyub rukun manunggaling cipta, rasa, lan karsa, manunggaling kawulo
lan gusti, satemah masyarakat Kabupaten Wonogiri saget gesang kanthi
reja, tata tentrem, kasembadan menopo ingkang dados payuwunipun .
5) Doa yang kelima : Sinten malih ingkang dipun caosi sesaji nun inggih
Kanjeng Ratu Kencono Sari, Ingkang nguwaosi gisik Pantai Laut
Sembukan, miwah ing nguwaosi Samudro Kidul, dipun suwuni
panyengkuyungipun mbok bilih wonten sengkolo tinulako, mbok bilih
wonten musinah ingkang tumitis sageto kalis, satemah masyarakat
Kabupaten Wonogiri, gesang kanthi rahayu wilujeng, reja, tatatentrem,
wiwit dinten meniko ngantos selami-laminipun.
6) Doa yang keenam : Minongko sarono kangge syukur wonten
ngarsanipun Allah SWT, awit pangiripun rahmat, hidayah soho inayah
wonten tahun ingkang kapengker, mbok bilih wonten kirangipun
angenipun bekti dhumateng ngarsanipun Allah, nyuwun pangapunten,
ingkang selajengipun masyrakat kabupaten Wonogiri ing tahun meniko,
-
44
tansah rahayu wilujeng nir hing sambikolo, miwah kasembadan ingkang
sinedyo, soho jumbuh ingkang ginayuh, wiwit dinten meniko ngantos
selami-laminipun.
7) Doa yang ketujuh :Kange sarono ngunjuk bekti wonten ngarsanipun
Allah, masyarakat kabupaten Wonogiri tansah manggih wilujeng, sageto
sukses ingkang ginayuh, jumbuh kalian idam-idamipun, poro pejuang
kemerdekan Republik Indonesia, nuju dhateng adil makmur lan warata,
wiwit kalenggahan meniko selami-laminipun masyarakat kabupaten
Wonogiri
Kemudian, bacaan beserta arti doa dalam bahasa Arab diucapkan sebagai
berikut :
1) Allahumaghfir Lil mukminina wal Mukmiat Wal Muslimina Wal
Muslimat ALAhyain Wal Amwat Inaka Qoribun Mujibudakwat
Allahhuma ono sengkala saka etan tinulak bali neng etan, tulakane
Rajah Iman Slamet, Allahuma ono sengkala saka kidul tinulak bali neng
kidul, tulakane Rajah Iman Slamet. Allahuma ono sengkala seko kulon
tinulak bali neng kulon,tulakane Rajah Iman Slamet,Allahuma ono
sengkala seko lor tinulak bali neng lor,tulakane Rajah Iman Slamet.
Allahuma ono welak tuju tenung gambar tlekin soko etan tinulak bali
neng etan,tulakane puji lan dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung
gambar tlekin soko kidul tinulak bali neng kidul, tulakane puji lan
dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung gambar tlekin soko kulon tinulak
bali neng kulon, tulakane puji lan dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung
-
45
gambar tlekin soko lor tinulak bali neng lor,tulakane puji lan
dzikir.Allahuma ono welak tuju tenung gambar tlekin soko dhuwur,
tumibo tengahing samudra bebles ambles saking kersaning
Allah.Robbana Atinna Fidunya khasanah Wabil Akhiroti Khasanah
Waqina adabanar.
d. Tahap Upacara Larungan
Sebelum acara larungan dimulai diadakan terlebih dahulu acara doa sesaji
oleh sesepuh setempat, kemudian dilanjutkan larungan dipinggir pantai oleh
Bupati Wonogiri. Setelah sesaji dilarungkan dan telah terbawa ombak
ketengah laut, acara Larung Ageng telah selesai. Kemudian untuk acara
malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, adapun
tujuan adanya pagelaran wayang kulit hanya untuk daya tarik wisata. Setiap
pertunjukkan wayang kulit dalang mengambil lakon berbeda-beda. (Sumber:
Wawancara dengan Paino HS, Sesepuh Pantai Sembukan, 27 Februari 2014).
-
46
Gambar 12. Serah terima sesaji
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
Gambar 13. Iringan penduduk setempat membawa sesaji
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
Gambar 14. Prosesi melarung sesaji
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
-
47
Gambar 15. Prosesi melarung sesaji
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
Gambar 16. Pementasan wayang kulit
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
-
48
7. Manfaat Penyelengaraan Ritual Larung Ageng
Nenek moyang masyarakat Wonogiri memiliki peninggalan budaya yang
sampai sekarang dapat dirasakan oleh generasi berikutnya. Dasar keyakinan itu
mendarah daging pada masyarakat pendukungnya, dalam hal ini masyarakat
mempunyai landasan kelangsungan kelestarian budaya. Selain itu keyakinan kuat
masyarakat untuk meneruskan tradisi tersebut memiliki manfaat yang nyata dari
pelaksanaanya. DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri menjelaskan manfaat
dari pelaksanaan Ritual Larung Ageng antara lain sebagai berikut: (Sumber:
Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014).
a. Manfaat Bidang Kebudayaan
Upacara Larung Ageng merupakan salah satu wujud dari pelestarian nilai-
nilai budaya tradisional peninggalan nenek moyang pada jaman dahulu.Pada
umumnya masyarakat Indonesia masih mempercayai tradisi-tradisi dan hal-
hal yang berhubungan dengan mistis (gaib). Upacara ritual tersebut
merupakan kebudayaan daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.
Sebagai masyarakat yang berbudaya sudah sepantasnya ikut serta
melestarikan dan mempertahankan, karena dalam tradisi tersebut telah
tercermin nilai-nilai luhur kebersamaan. Wujud nyata Pemerintah Daerah
Kabupaten Wonogiri dalam melestarikan dan memperkenalkan Upacara
Larung Ageng telah masuk dalam kalender agenda tahunan Pemda Wonogiri.
b. Manfaat Sosial budaya
Upacara Larung Ageng di Wonogiri tidak lepas dari peran serta masyarakat.
Selain panitia yang sudah mempunyai kewajiban dan tugas-tugas tertentu
-
49
dalam mempersiapkan segala sesuatu, peran serta masyarakat sangatlah
penting, mereka secara bergotong-royong membersihkan lokasi Upacara
Larung Ageng dan mempersiapkan perangkat-perangkat Upacara Larung
Ageng. Mereka bekerja bakti secara ikhlas dan senang karena merasa bahwa
kegiatan itu adalah milik bersama, sehingga masyarakat merasa bertanggung
jawab atas kelancaran segala sesuatu dengan tidak membedakan status sosial
dan status jabatan.
c. Manfaat bidang ekonomi
Penyelenggaraan Upacara Larung Ageng di Wonogiri membawa pengaruh
dalam bidang ekonomi. Masyarakat yang mempunyai keahlian dan
ketrampilan dapat menjadikan ritual Larung Ageng sebagai sarana untuk
memperoleh keuntungan, dengan menjual berbagai macam kebutuhan rumah
tangga, mainan dan produk makanan dan olahan lainnya seperti gula jawa dan
lain-lain. Hasil penjualan tersebut bisa dijadikan sebagai penghasilan
tambahan penduduk setempat.
d. Manfaat bidang Pariwisata
Penyelenggaraan pariwisata di Indonesia menunjukkan peningkatan yang
sangat tajam, terutama wisatawan domestik.Pembangunan industri pariwisata
pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kemakmuran dan keanekaragaman
kegiatan ekonomi. Upacara Larung Ageng merupakan objek wisata budaya,
karena penyelenggaraannya ditangan pemerintahan Kabupaten Wonogiri
melalui Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya. Selain itu
pengembangan kepariwisataan di Wonogiri yang melalui pengangkatan event
-
50
Upacara Larung Ageng yang pelaksanaanya di Pantai Sembukan mempunyai
pengaruh yang besar bagi Pemerintah Wonogiri antara lain :
1) Dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke objek wisata
Pantai Sembukan. Pelaksanaan Upacara Larung Ageng merupakan event
wisata budaya yang mendukung keberadaan objek Wisata Pantai
Sembukan.
2) Memperkenalkan potensi-potensi wisata yang berada di wilayah
Kabupaten Wonogiri, khususnya wilayah Kecamatan Paranggupito yang
mempunyai beberapa potensi wisata pantai seperti Pantai Nampu, Pantai
Sadeng, Pantai Klothok, Pantai Weru, Pantai Nglojok, Pantai Pringjono,
Pantai Banyutowo dan kerajinan-kerajinan bahan pangan dari penduduk
yang terkenal seperti gula aren atau gula jawa.
8. Pengelola Ritual Larung Ageng
Ritual Larung Ageng dikelola oleh Pemerintah Kota Kabupaten Wonogiri,
dalam hal ini Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga bekerja sama
dengan Pura Mangkunegaran dan Masyarakat Paranggupito.
9. Sosialisasi Ritual Larung Ageng
Event budaya Ritual Larung Ageng adalah potensi wisata budaya utama di
Kabupaten Wonogiri, sehingga event ini harus dikembangkan dari segi promosi
agar masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Wonogiri mengetahui
keberadaannya. Adapun usaha yang pernah dilakukan oleh dinas terkait adalah
menempatkan event tersebut sebagai agenda tahunan event budaya dan di
-
51
promosikan lewat media web Pemerintah Kota Wonogiri melalui Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
Gambar 17. Larung Ageng sebagai event budaya Pemkab Wonogiri
(Sumber: print screenhttp://www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=216,
diakses tanggal 2 Mei 2014)
C. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
1. Sejarah Berdirinya
Sebelum Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri terbentuk, urusan
kepariwisataan ditangani oleh Badan Pengelola Objek Wisata (BPOW).
Pembentukan Badan tersebut diatur melalui SK Bupati KDH Tingkat II Wonogiri
No.Hukum 6/1977. Badan tersebut beranggotakan satu orang ketua, satu
orangsekretaris dan tiga orang anggota. Pada tahun 1984 Provinsi Daerah Tingkat
I Jawa Tengah menyerahkan sebagaian urusan kepariwisataan kepada Daerah
Tingkat II Wonogiri melalui Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Tengah No.7 tahun
-
52
1984. Adapun urusan yang diserahkan tersebut antara lain: (Sumber: Dokumen
DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014)
a. Urusan Objek Wisata, sepanjang menurut paraturan perundang- undangan
yang berlaku tidak menjadi urusan Pemerintah Pusat dan Daerah Tingkat I
atau Provinsi.
b. Urusan Rumah Makan
c. Urusan Pramu Wisata Khusus
d. Urusan Penginapan Remaja, sepanjang menurut perundang-undangan yang
berlaku tidak menjadi urusan Daerah Tingkat I atau Provinsi
e. Urusan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum
Termasuk Urusan Rekreasi dan Hiburan Umum yang diserahkan ke Daerah
Tingkat II adalah :
1) Gelanggang Renang
2) Pemandian Alam
3) Padang Golf
4) Kolam Pancing
5) Gelanggang Permainan dan Ketangkasan
6) Gelanggang Bowling
7) Rumah Billyard
8) Panti Pijat
f. Urusan Promosi Pariwisata.
Untuk menindaklanjuti penyerahan urusan kepariwisataan tersebut, Daerah
Tingkat II Kabupaten Wonogiri membentuk Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten
-
53
Wonogiri melalui Peraturan Daerah No.V tahun 1987 tanggal 27 Januari 1987.
Jadi berdirinya Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri pada tanggal dan tahun
tersebut diatas. Sedangkan dalam memasuki Otonomi Daerah, Dinas Pariwisata di
gabung dengan Cabang Dinas LLAJR Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri
serta LLASD Provinsi Jawa Tengah. Dalam penggabungan ini terbentuk dinas
baru dengan nama Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten
Wonogiri melalui Perda No.3 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi Dinas
Daerah Kabupaten Wonogiri.
Karena dirasa belum sesuai di dalam cakupan tugasnya, Dinas
Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya kemudian melalui sidang antara
Pemerintah Kabupaten Wonogiri dan DPRD Kabupaten Wonogiri membentuk
dinas baru yaitu Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Wonogiri mulai tanggal 1 Januari tahun 2009 hingga saat ini.
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Wonogiri terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.61 atau di Jalan Raya Wonogiri-
Solo. Tepatnya berada di depan sebelah kanan Pasar Wonogiri Kota.
2. Visi dan Misi
Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Wonogiri adalah : (Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri,
26 Februari 2014)
a. Menuju pengembangan Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang
mandiri dan berdaya saing guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
-
54
Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Wonogiri adalah :
a. Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan lokal
b. Mengembangkan kepariwisataan yang berbasis budaya dan alam
c. Meningkatkan prestasi olahraga dan kepemudaan
3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Perda Kabupaten Wonogiri No.11 tahun 2008 tanggal 27
Oktober 2008, struktur organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut: (Sumber: Dokumen
DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 26 Februari 2014)
Bagan 2. Struktur organisasi DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri
-
55
4. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 63 Tahun 2008 tentang
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga berdasarkan
asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas mempunyai fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis dan perencanaan program kerja bidang
kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga.
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga.
3) Pembinaan dan memfasilitasi bidang kebudayaan, pariwisata, pemudadan
olah raga lingkup kabupaten.
4) Pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah
raga.
5) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang kebudayaan, pariwisata,
pemuda dan olah raga.
6) Pelaksanaan kesekretariatan Dinas.
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
b. Sekretariat
-
56
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kebijakan
pembinaan, pengkoordinasian, administrasi, dan penyelengaraan secara
terpadu pelayanan pelaksanaan dibidang perencanaan dan pelaporan
keuangan di bidang umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas
pokok yang dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian, penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan dibidang perencanaan dan pelaporan.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan dibidang keuangan.
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayananan
administrasi, dan pelaksanaan dibidang umum dan kepegawaian.
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Dalam hal ini, Sekretariat membawahi :
1) Subbagian Perencanaan dan Pelaporan
Subbagian ini mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayananan administrasi, dan pelaksanaan dibidang
perencanaan dan pelaporan.
2) Subbagian Keuangan
-
57
Subbagian ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian ini mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara
terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang umum dan
kepegawaian.
c. Bidang Kebudayaan
Bidang Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang
kesejarahan, nilai tradisi, dan seni budaya. Untuk menyelenggarakan tugas
pokok yang dimaksud, Bidang Kebudayaan mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang kesejarahan dan nilai tradisi.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang seni budaya.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Dalam hal ini, Bidang Kebudayaan membawahi :
1) Seksi Kesejarahan dan Nilai Tradisi
-
58
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang kesejarahan dan
nilai tradisi.
2) Seksi Seni Budaya
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang seni budaya.
d. Bidang Pariwisata
Bidang Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang objek, daya tarik
wisata, usaha jasa dan sarana pariwisata, serta pemasaran pariwisata.Untuk
menyelenggarakan tugas pokok yang dimaksud, Bidang Pariwisata
mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang objek dan daya tarik wisata.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang usaha jasa dan sarana pariwisata.
3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang pemasaran pariwisata.
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Dalam hal ini, Bidang Pariwisata membawahi :
1) Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata
-
59
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang objek dan daya
tarik wisata.
2) Seksi Usaha Jasa dan Sarana Pariwisata
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang usaha jasa dan
sarana pariwisata.
3) Seksi Pemasaran Pariwisata
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pemasaran
pariwisata.
e. Bidang Pemuda dan Olah Raga
Bidang Pemuda dan Olah Raga mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang
pemberdayaan pemuda, pengembangan olah raga. Untuk menyelenggarakan
tugas pokok yang dimaksud, Bidang Pemuda dan Olah Raga mempunyai
fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang pemberdayaan pemuda.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan dibidang pengembangan olah raga.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
-
60
Bidang Pemuda dan Olah Raga membawahi beberapa seksi, antara lain :
1) Seksi Pemberdayaan Pemuda
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pemberdayaan
pemuda.
2) Seksi Pengembangan Olah Raga
Seksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan
olah raga.
f. UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur
UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur mempunyai tugas
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis
dibidang pengelolaan Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur. Untuk
menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, UPT Kawasan
Wisata Waduk Gajah Mungkur mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pengelolaan Kawasan
Wisata Waduk Gajah Mungkur.
2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional dibidang pengelolaan Kawasan
Wisata Waduk Gajah Mungkur.
3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan KawasanWisata
Waduk Gajah Mungkur.
4) Pengelolaan ketatausahaan.
-
61
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur membawahi :
1) Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian, yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT. Subbagian
Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyediaan bahan program,
kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan
UPT Kawasan Wisata Waduk Gajah Mungkur.
2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud, dipimpin oleh
seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok, dan
bertanggung jawab kepada Kepala UPT.
g. UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga
UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga mempunyai tugas
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis
dibidang pengelolaan Sarana dan Prasarana Olah Raga. Untuk
menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, UPT Pengelola
Sarana dan Prasarana Olah Raga mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pengelolaan sarana dan
prasarana olah raga.
2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional dibidang pengelolaan sarana
dan prasarana olah raga.
3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan sarana dan
prasarana olah raga.
-
62
4) Pengelolaan ketatausahaan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga membawahi :
1) Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian, yang
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPT. Subbagian
Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyediaan bahan program,
kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan
UPT Pengelola Sarana dan Prasarana Olah Raga.
2) Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional
senior sebagai ketua kelompok, dan bertanggung jawab kepada Kepala
UPT.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan jabatan
fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun lebih lengkapnya mengenai Kelompok Jabatan Fungsional
adalah sebagai berikut :
1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
-
63
2) Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
3) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Potensi Wisata yang dikelola
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
Wonogiri mengelompokkan potensi wisata di Kabupaten Wonogiri menjadi
beberapa jenis, diantaranya :
a. Wisata Unggulan
Wisata unggulan di Wonogiri antara lain Waduk Gajah Mungkur, Pantai
Nampu, Pantai Sembukan, Setren Gilimanik, Kahyangan, Goa Putri Kencana
dan Karamba. Wisata unggulan di Kabupaten Wonogiri terfokus pada
keindahan alam yang berada di kawasan Kabupaten Wonogiri berupa pantai,
batuan kars, waduk dan lain-lain.
b. Event Pariwisata
Event Pariwisata di Wonogiri antara lain, Ritual Larung Ageng, Susuk
Wangan, Kirab Jamasan Pusaka, Sedekah Bumi, Gebyar Budaya. Event
pariwisata di Wonogiri terfokus pada kegiatan budaya di masyarakat
setempat, tetapi juga event ini dilakukan juga di objek wisata unggulan seperti
Waduk Gajah Mungkur dan Pantai Sembukan dengan Larung Agengnya.
c. Wisata Situs Budaya dan Sejarah
-
64
Wisata situs sejarah di Kabupaten Wonogiri antara lain, Goa Maria Sendang
Ratu Kenya, Tugu Pusaka, Gunung Giri, Sendang Lele, dan lain-lain. Wisata
ini terfokus pada tempat-tempat yang berbau sejarah dan mengandung mitos.
Selain kaya akan potensi wisata alam, Kabupaten Wonogiri juga sangat
kaya akan potensi pariwisata budayanya. Hal ini dapat terlihat banyaknya
warisan-warisan peninggalan budaya yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, selain
itu beberapa objek wisata juga mempunyai agenda event budaya seperti Pantai
Sembukan, Gilimanik, Waduk Gajah Mungkur, dan lain-lain. Hal ini seharusnya
bisa lebih dikembangkan mengingat event-event budaya tersebut dapat
mengangkat keberadaan objek wisata yang di dalamnya ada event tersebut.
Pemerintah Kota Wonogiri dalam hal ini dinas terkait sudah mengadakan
beberapa langkah pengembangan pariwisata budaya di Wonogiri, seperti halnya
memasukkan event-event budaya ke dalam agenda tahunannya dan memberikan
informasi promosi kepada masyarakat melalui media web Pemerintah Kota
Wonogiri.
D. Komparasi
1. Ritual Labuhan Pantai Parangtritis
Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona. Kombinasi
antara bukit berbatu, bukit pasir dan pasir yang berwarna hitam. Pantai ini cantik
dan memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alam maupun
kisah spiritual.
-
65
Sejarah pantai ini dimulai dari cerita tentang seorang pelarian dari
Kerajaan Majapahit yang bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di
wilayah tersebut. Ketika semedi dia melihat air yang menetes (tumaritis) dari
celah-celah batu karang (parang), kemudian dia memberi nama tempat tersebut
Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.
Pantai Parangtritis diyakini sebagai perwujudan trimurti yang terdiri dari
Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta dan Pantai Parangtritis itu sendiri.
Masyarakat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari kekuasaan Ratu
Selatan atau yang terkenal dengan Nyi Roro Kidul. Pantai ini memiliki aturan
bahwa yang berkunjung tidak boleh memakai pakaian yang berwarna hijau. Selain
sarat dengan cerita mistisnya, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat
bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah
Panembahan Senopati selesai menjalankan pertapaan.
Berdasarkan mitos yang berkembang, Pantai Parangtritis bukan hanya
tempat rekreasi yang menyuguhkan pemandangan indah tetapi sebagai tempat
keramat dan dijadikan tempat bermeditasi. Pantai ini juga merupakan salah satu
tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Yogyakarta. Event
budaya ini juga dijadikan daya tarik wisatawan tersendiri.
Ritual ini dilakukan menjelang malam satu Suro, yakni pihak Keraton
Yogyakarta dan masyarakat setempat melakukan ritual dan larung sesaji ke Laut
Selatan. Sesaji melarung kepala kerbau dipersembahkan agar masyarakat setempat
diberi keselamatan dan kelimpahan rejeki.
-
66
Kawasan wisata Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul Yogyakarta atau sekitar 27 km sebelah selatan Kota
Yogyakarta. Dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari
arah Kota Yogyakarta terdapat dua alternatif jalan yang bisa dilalui, jalur utama
adalah jalur lurus Yogyakarta, Kretek dan Parangtritis, sedangkan jalur kedua
adalah jalur Yogyakarta, Imogiri, Siluk dan Parangtritis. Jalur kedua memang
lebih jauh, tetapi menyuguhkan pemandangan perjalanan yang sangat indah. Jalan
menuju Pantai Parangtritis sudah lebar dan sangat bagus.
Fasilitas di kawasan Pantai Parangtritis sudah sangat lengkap. Di sekitar
pantai sudah banyak penginapan dengan berbagai harga, termasuk penginapan
yang berada di atas bukit. Di kawasan pantai juga terdapat berbagai macam rumah
makan, toko kelontong, toko souvenir dan oleh-oleh khas Yogyakarta khususnya
daerah Kabupaten Bantul. Kawasan Pantai Parangtritis juga menyediakan lahan
parkir yang luas serta fasilitas yang sangat lengkap.
Eksistensi Pantai Parangtritis yang sangat terkenal di kalangan wisatawan
domestik maupun mancanegara menjadikan ritual labuhan ini banyak dikunjungi
wisatawan. Berdasarkan pernyataan tersebut, didapat kesimpulan bahwa
walaupun kurangnya sosialisasi dan promosi tentang labuhan tersebut tidak
berpengaruh banyak terhadap banyaknya peminat event budaya tersebut karena
mengingat eksistensi Pantai Parangtritis yang sudah terkenal di kalangan
wisatawan. Dalam promosi, event labuhan ini masuk dalam agenda event budaya
Pemerintah Kota Daerah Istimewa Yogyakarta.
-
67
Gambar 18. Pelaksanaan Larung Pantai Parangtritis Yogyakarta
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Mei 2014)
Gambar 19. Pelaksanaan Prosesi Larung Pantai Parangtritis Yogyakarta
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Mei 2014)
-
68
Gambar 20. Kondisi kebersihan Pantai Parangtritis Yogyakarta
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Mei 2014)
2. Ritual Susuk Wangan Desa Setren Gilimanik
Masyarakat Desa Setren menganggap suci kawasan hutan Girimanik, di
dalam hutan Girimanik terdapat Pertapaan Girimanik yang dianggap sakral oleh
masyarakat sehingga banyak orang yang datang ke hutan tersebut untuk
melakukan meditasi spiritual. Kepercayaan masyarakat Desa Setren yang
menganggap hutan adalah tempat yang suci dan sakral tidak terlepas dari mitos
yang berkembang di masyarakat desa Setren tentang adanya Riwayat Girimanik.
Desa Setren dahulunya merupakan desa yang tandus dan kering, air
sebagai kebutuhan pokok kehidupan masyarakat sehari-hari sulit didapatkan dan
kondisi airnya tidak layak untuk dikonsumsi karena keruh. Sumber mata air
pertama kali ditemukan oleh seorang tokoh masyarakat di Desa Setren yang
melakukan babat alas di hutan Girimanik atas wangsit yang diperolehnya melalui
-
69
mimpi adanya sumber mata air di hutan Girimanik. Hal tersebut juga diungkapkan
oleh salah satu penduduk Desa Setren yang mengatakan bahwa dahulu Desa
Setren pernah mengalami kekeringan untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari
sangat sulit kami bersyukur akhirnya ditemukan sumber mata air oleh Mbah Pono
sehingga Desa Setren tidak kekeringan lagi.
Penemuan sumber mata air dimulai dari kegiatan salah seorang tokoh
masyarakat atau sesepuh di Desa Setren yang biasa mencari rumput dan kayu
bakar di sekitar hutan Girimanik. Diketahui adanya sumber mata air di hutan
Girimanik dari wangsit atau mimpi yang diperoleh sesepuh Desa Setren, di dalam
mimpi tersebut sesepuhditemui oleh seorang pria berbaju putih yang diyakini oleh
para sesepuh dan masyarakat Desa Setren sebagai Pangeran Samber Nyawa atau
Raden Mas Said. Pria itu memberitahukan bahwa di dalam hutan Girimanik
terdapat sumber mata air dan pria itu berpesan agar sumber mata air tersebut
dijaga kelestariannya jangan sampai rusak. Mimpi tersebut mengusik pikiran
sesepuh untuk mencari kebenaran tentang keberadaan sumber mata air yang ada di
dalam hutan Girimanik. Akhirnya, sesepuh berangkat seorang diri mencari
sumber mata air ke hutan Girimanik atau dalam istilah Jawa dikenal dengan babat
alas kanggo golek sisik melik banyu. Usaha sesepuh membuahkan hasil meskipun
melalui perjalanan yang jauh akhirnya sumber mata air atau umbul ditemukan.
Sumber mata air ini terletak di kawasan Silamuk yang sekarang dikenal dengan
Umbul Silamuk.
Keberadaan sumber mata air akhirnya diberitahukan kepada masyarakat
Desa Setren, akhirnya masyarakat Desa Setren mengadakan musyawarah bersama
-
70
agar air dapat mengalir ke Desa Setren. Masyarakat Desa Setren bersama-sama
membuat saluran air dari bambu untuk bisa dialirkan ke Desa Setren sehingga
dapat dimanfaatkan bersama. Sebelum mengerjakan saluran air masyarakat Desa
Setren mengadakan doa bersama yang dipimpin oleh para sesepuh Desa, hal ini
bertujuan agar masyarakat Desa Setren diberi keselamatan, kesejahteraan hidup
dan kelancaran dalam mengerjakan saluran air di hutan Girimanik. Masyarakat
Desa Setren mempercayai bahwa hutan tersebut dijaga oleh kekuatan yang
melebihi kekuatan manusia maka masyarakat Desa Setren harus meminta ijin agar
tidak mendapatkan halangan apapun dalam mengerjakan saluran air. Kerjasama
masyarakat Desa Setren membuahkan hasil, akhirnya air dapat mengalir ke Desa
Setren.
Wujud rasa syukur karena telah menemukan sumber mata air sehingga
dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Desa Setren maka sesepuh Desa
Setren menyembelih kambing sebanyak dua ekor dan mengadakan slametan
dengan sesaji, tumpeng dan ingkung, setelah berdoa bersama mereka menikmati
makanan tersebut di dekat sumber mata air di hutan Girimanik dengan masyarakat
yang turut membuat saluran air. Dengan adanya sumber mata air tersebut maka
pertanian di Desa Setren menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga masyarakat
Desa Setren mengadakan upacara ritual atau selametan bagi masyarakat Desa
Setren yang disebut dengan Upacara Tradisional Susuk Wangan. Slametan
sebagai wujud syukur akhirnya menjadi tradisi hingga saat ini. Air mengalir tepat
pada hari Sabtu Kliwon sehingga hal ini terkait dengan hari diadakannya Upacara
Tradisional Susuk Wangan.
-
71
Susuk wangan itu terdiri dari kata susuk dan wangan, susuk yang artinya
membersihkan dan wangan artinya aliran air. Secara keseluruhan susuk wangan
dapat diartikan dengan membersihkan saluran air. Masyarakat bersama-sama
membersihkan saluran air yang mengalir dari sumber mata air umbul di kawasan
Silamuk ke Desa Setren. Masyarakat Desa Setren mengadakan upacara Susuk
Wangan berdasarkan kebutuhan mereka, tetapi paling tidak diadakan setahun
sekali di bulan besar tepatnya Sabtu Kliwon menurut penanggalan Jawa. Upacara
tradisional Susuk Wangan merupakan upacara ritual masyarakat Desa Setren
sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena Desa Setren mendapat manfaat air
yang melimpah baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun pertanian. Selain
sebagai upacara selamatan, di dalam prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan
terkandung nilai kearifan bagi masyarakat pendukungnya (Sumber:
DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri pada tanggal 9 Mei 2014).
Dalam Upacara Susuk Wangan, terdapat sesaji atau alat-alat perlengkapan
upacara. Diantaranya sebagi berikut :
a. Jodang isinya genap
b. Pencok Bakal
c. Sajen Panggung
d. Jajan Pasar
e. Jadah
f. Panggang Ayam Kampung
g. Jenang
h. Nasi
-
72
Sedangkan pembagian susunan acara Ritual Susuk Wangan dibagi menjadi
beberapa sesi. Diantaranya sebagai berikut :
a. Pembukaan
b. Pasrah peralatan Susuk Wangan
c. Terima pasrah
d. Simbolis penunjukkan panggang tumpeng
e. Sambutan-sambutan
f. Doa bersama
g. Penutup
h. Dilanjutkan dengan acara hiburan
Ritual Susuk Wangan dikelola oleh masyarakat Desa Setren bekerjasama
dengan Pemerintah Kota Wonogiri. Ritual Susuk Wangan merupakan agenda
event budaya Pemerintah Kota Wonogiri. Dalam promosinya terdapat di website
Pemerintah Kota Wonogiri.
-
73
Gambar 21. Pintu masuk objek wisata Girimanik
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 9 Mei 2014)
Gambar 22. Promosi ritual Susuk Wangan
(Sumber: print screenhttp://www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=216,
diakses tanggal 2 Mei 2014)
-
74
Gambar 23. Prosesi ritual Susuk Wangan
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 9 Mei 2014)
Gambar 24. Prosesi ritual Susuk Wangan
(Sumber: Dokumen DISBUDPARPORA Kabupaten Wonogiri, 9 Mei 2014)
E. Analisa SWOT
Dalam perancangan visual branding dan promosi ritual Larung Ageng
sebagai objek wisata budaya Pantai Sembukan didapatkan beberapa pandangan
tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan objek pembanding
atau komparasi. Berdasarkan pengamatan, didapat data sebagai berikut :
Analisa
SWOT
Subjek Perancangan
Larung Pantai
Parangtritis
Ritual Susuk
Wangan
Kekuatan
Sarat dengan nilai
Sarat dengan nilai
Sarat dengan nilai
-
75
(Strenght) budaya yang adiluhung,
keadaan pantai yang
masih alami, sepi dan
natural
budaya yang
adiluhung,
eksistensi Pantai
Parangtritis
membuat ritual
labuhan banyak
pengunjungnya,
sarana dan
prasarana yang
memadai dan
lengkap
budaya adiluhung,
dilakukan di
kawasan air terjun,
banyak
pengunjung
karena eksistensi
air terjun
Gilimanik yang
sudah terkenal
Kelemahan
(Weakness)
Promosi dilakukan
hanya melalui media
web Pemerintah Kota
Wonogiri
Keadaan pantai
yang terlalu ramai
dan kotor.
Keadaan air terjun
yang malah
digunakan sebagai
tempat berpacaran
Peluang
(Opportunity)
Tingkat kunjungan
wisata di Jawa Tengah
meningkat, khususnya
wisata budaya
Tingkat kunjungan
wisata di
Indonesia
meningkat,
khususnya wisata
budaya
Banyaknya
wisatawan yang
berminat dengan
wisata budaya,
terutama
wisatawan luar
negeri
-
76
Ancaman
(Threat)
Pada kepercayaan
tertentu dianggap
sebagai bentuk
kemusrikan, sehingga
dimungkinkan ada
upaya-upaya untuk
menghilangkan tradisi
tersebut
Pada kepercayaan
tertentu dianggap
sebagai bentuk
kemusrikan,
sehingga
dimungkinkan ada
upaya-upaya
untuk
menghilangkan
tradisi tersebut
Pada kepercayaan
tertentu dianggap
sebagai bentuk
kemusrikan,
sehingga
dimungkinkan ada
upaya-upaya
untuk
menghilangkan
tradisi tersebut
Tabel 1. Analisa SWOT
F. Target Market dan Target Audience
Target Market adalah sasaran yang nantinya akan menggunakan
produk/jasa tersebut, sedangkan Target Audience adalah sasaran pasar atau umum
yang dibidik menjadi konsumen. Berdasarkan penelitian, didapat data tentang
target market dan target audience sebagai berikut :
a. Geografi
1) Primer : Kabupaten Wonogiri
2) Sekunder : Wilayah Indonesia
b. Demografi
1) umur : semua umur
-
77
2) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
3)
agama
: semua agama
4)
pendidikan
: semua latar belakang pendidikan
5)
sosial ekonomi
: semua kalangan
c. Psikografi
1) Orang-orang yang menyukai objek wisata yang menyuguhkan event budaya
2) Orang-orang yang menyukai objek wisata pemandangan pantai yang masih
sepi dan tenang
3) Orang-orang yang ingin mencari suasana liburan yang baru
G. Riset
Konsep Perancangan Visual Branding dan Promosi Event budaya Larung
Ageng sebagai Objek Wisata Ritual Pantai Sembukan Paranggupito Wonogiri
inidisusun berdasarkan atas kaidah penulisan dalam penelitian kualitatif deskriptif
yang memungkinkan untuk divisualisasikannya rekomendasi desain sebagai
outputnya. Untuk mengetahui pengetahuan, minat dan pandangan masyarakat
Wonogiri tentang eksistensi Pantai Sembukan dan Ritual Larung Ageng yang
terdapat di dalamnya, dibutuhkan data dengan cara menyebar angket terbuka dan
tertutup kepada masyarakat Wonogiri. Dalam penyebaran angket dilakukan
kepada 20 responden dari latar belakang usia, pendidikan dan pekerjaan. Alasan
memilih 20 responden dikarenakan jumlah tersebut sudah representatif untuk
mewakili sebagian besar masyarakat Wonogiri. Dari penyebaran angket tersebut,
didapatkan data-data yang dijelaskan seperti tabel di bawah ini:
-
78
No. Nama Usia Pekerjaan Pendidikan Alamat
1. Khamdi 46 tahun Wiraswasta SLTA Dawung,
Bumiharjo
2. Wiyono 53 tahun Wiraswasta D3 Wonogiri
3. Maryono 42 tahun Kepala Desa SMA Selomarto
4. Ina Indriani 21 tahun Karyawati SMK Giriwoyo
5. Wahyu Tri W. 19 tahun Karyawan SMK Ngancar
6. Hury 28 tahun Wiraswasta SMA Sobo,
Baturetno
7. Dewi Hastuti 26 tahun Ibu Rumah
Tangga
SMA Batu
Tengah
8. Doron 31 tahun Swasta SMK Batu Kidul
9. Ahimsa Sukma 15 tahun Pelajar SMP Batu
Tengah
10. Astika Tiara 15 tahun Pelajar SMP Giritontro
11. Tunjung K. 39 tahun Wiraswasta SLTA Patuk Lor
12. Sri Rejeki H. 51 tahun Wiraswasta SLTA Munggung
13. Drs. Agus S. 46 tahun Guru S1 Patuk Lor
14. Suyono 56 tahun Petani SLTA Belikrejo
15. Ir. Irianto 50 tahun Kepala Desa S1 Glesung
16. Danang Eko P. 31 tahun Karyawan D3 Batu
Tengah
-
79
17. Haryanti 50 tahun Wiraswasta SLTA Wonogiri
18. Sukini 49 tahun Wiraswasta SMP Wonogiri
19. Abudin 52 tahun Petani SMP Kayuapak
20. Triyono 32 tahun Petani SMU Neran, Batu
Warno
Tabel 2. Data penyebaran angket
Dari tabel di atas, diperoleh data responden berupa riset promosi dan riset
visual yang dijelaskan seperti di bawah ini:
1. Riset Promosi
Riset Promosi adalah riset yang digunakan untuk mengetahui pendapat
masyarakat serta keingintahuan masyarakat tentang eksistensi Pantai Sembukan
dan Ritual Larung Ageng. Hasil riset yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Apakah Anda pernah berwisata ?
Hasil :
Ya Tidak
0%
100%
-
80
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 100% masyarakat Kabupaten
Wonogiri pernah berwisata, berarti berwisata sudah termasuk dalam suatu
kebutuhan.
b. Apakah Anda pernah berwisata ke pantai ?
Hasil :
Pernah Tidak pernah
0%
100%
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pantai
adalah tempat wisata yang digemari oleh masyarakat Kabupaten Wonogiri.
c. Apakah Anda tahu tentang keberadaan Pantai Sembukan Wonogiri ?
Hasil :
-
81
Ya Tidak
0%
100%
Kesimpulan :
Pantai Sembukan sudah diketahui keberadaannya oleh masyarakat Kabupaten
Wonogiri, walaupun sebagian besar belum pernah berkunjung ke Pantai
Sembukan.
d. Apakah Anda mengetahui tentang diadakannya sebuah ritual di Pantai
Sembukan ?
Hasil :
Mengetahui Tidak tahu
45%
55%
Kesimpulan :
-
82
45% responden menjawab tidak tahu, dan 55% menjawab mengetahui.
e. Apakah Anda mengetahui tentang Event Budaya Larung Ageng yang
diadakan di Pantai Sembukan tersebut ?
Hasil :
Mengetahui Tidak tahu
45%
55%
Kesimpulan :
Dari 20 responden, 55% tidak mengetahui adanya ritual Larung Ageng, dan
45% mengetahui ritual tersebut.
f. Pernahkan Anda melihat/mengikuti Event Budaya Larung Ageng yang
diadakan di Pantai Sembukan ?
Hasil :
-
83
Pernah Belum pernah
30%
70%
Kesimpulan :
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang
pernah melihat hanya 30%. Berarti masyarakat Kabupaten Wonogiri yang
mengetahui ritual Larung Ageng belum tentu pernah melihat.
g. Menurut Anda, bagi yang sudah mengetahui atau pernah melihat/mengikuti
Event Budaya Larung Ageng Pantai Sembukan, apakah ritual tersebut perlu
dilestarikan ?
Hasil :
-
84
Perlu Tidak perlu
33%
67%
Kesimpulan :
Masyarakat yang pernah melihat atau mengetahui ritual tersebut sebagian
besar menganggap ritual larung ageng perlu dilestarikan.
h. Menurut Anda, bagi yang tidak/belum mengetahui, apalagi melihat dan
mengikuti Event Budaya Larung Ageng Pantai Sembukan, apakah acara ritual
tersebut perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat
Wonogiri ?
Hasil :
-
85
Perlu Tidak perlu
42%
58%
Kesimpulan :
Karena dirasa bermanfaat, sebagian besar masyarakat Wonogiri yang belum
pernah mengetahui ritual Larung Ageng menganggap ritual tersebut perlu
disosialisasikan.
i. Kira-kira sosialisasi diadakannya acara ritual/event budaya tersebut, bisa
disampaikan melalui apa ?
Hasil :
Iklan TV lokal Radio Koran
Billboard Spanduk Poster
Jejaring sosial
11%
11%
17% 15%
20%
20%
6%
Kesimpulan :
Masyarakat Kabupaten Wonogiri menginginkan semua bentuk sosialisasi.
-
86
2. Riset Visual
Riset visual adalah riset untuk mengetahui data mengenai tipografi, warna,
maskot dan layout yang sesuai dengan target audiencedari masyarakat Kabupaten
Wonogiri dari berbagai segmen agar perancangan yang dibuat tepat sasaran dan
bisa berkomunikasi dengan target audience. Adapun data-data yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
a. Huruf/Font
Hasil :
1) 2) 3) 4) Tidak menjawab
10% 30%
30%
30%
0%
Kesimpulan :
Berdasarkan data di atas, masyarakat Wonogiri memilih huruf atau font yang
menggambarkan keakraban, keindahan, keanggunan dan personalis, tetapi
juga menunjukkan identitas budaya.
-
87
b. Warna
Hasil :
1) 2) 3) 4) Tidak menjawab
5%
25%
25%
20%
25%
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat Wonogiri memilih kumpulan
warna yang tidak terlalu cerah.
c. Ilustrasi
-
88
Hasil :
1) 2) 3) 4) Tidak menjawab
10% 10%
35% 35%
10%
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat Wonogiri memilih ilustrasi
yang ceria, ikonik dengan warna beragam.
-
89
d. Tata Letak
Hasil :
1) 2) 3) 4) Tidak menjawab
25%
10%
25%
30% 10%
-
90
Kesimpulan :
Masyarakat Wonogiri memilih komposisi tata letak yang seimbang perpaduan
antara ilustrasi, jenis huruf dan fotografi yang sesuai.