bab_iii

24
BAB III STRATIGRAFI Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan dalam hubungan mula jadi dan sejarah pembentukanya dalam ruang dan waktu geologi. Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu pemerian litologi, penamaan satuan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan antara satuan batuan yang satu dengan yang lain, penyebarannya secara vertikal dan lateral, dinamika pengendapan, lingkungan pengendapan dan umur relatifnya. III.1 Stratigrafi Regional Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam jalur Pegunungan Selatan yang memanjang dengan arah Barat-Timur dan hampir sejajar dengan arah memanjangnya pulau Jawa (Bemmelen, 1949) yang terlihat pada fisiografi Jawa bagian Timur (Gambar 3.1). 25

Upload: alfred-steven

Post on 14-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB_III

BAB IIISTRATIGRAFI

Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan dalam

hubungan mula jadi dan sejarah pembentukanya dalam ruang dan waktu geologi.

Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu pemerian litologi,

penamaan satuan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan antara

satuan batuan yang satu dengan yang lain, penyebarannya secara vertikal dan

lateral, dinamika pengendapan, lingkungan pengendapan dan umur relatifnya.

III.1 Stratigrafi Regional

Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam jalur

Pegunungan Selatan yang memanjang dengan arah Barat-Timur dan hampir

sejajar dengan arah memanjangnya pulau Jawa (Bemmelen, 1949) yang terlihat

pada fisiografi Jawa bagian Timur (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Fisiografi Jawa Bagian Timur (Van Bemmelen, 1949)

25

Page 2: BAB_III

26

Stratigrafi regional yang berhubungan dengan daerah penelitian, penulis

mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sampurno dan Samodra

(1997). Berdasarkan urutan stratigrafi dari tua ke muda daerah Wonogiri tersusun

dari beberapa formasi, yaitu Formasi Watupatok, Formasi Panggang, Formasi

Dayakan, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Anggota Cendono Formasi

Sampung, Formasi Sampung, Formasi Wonosari. Endapan Kuarter (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Tabel Stratigrafi Regional Daerah Jatisrono, Peta Lembar Ponorogo (Sampurno dan Samodra, 1997)

Stratigafi daerah penelitian secara regional dibagi menjadi 5 formasi,

dengan urutan dari tua ke muda yaitu: Formasi Dayakan, Formasi Nglanggran,

Tuf Jobolarangan, Lahar Lawu, dan Aluvium.

Page 3: BAB_III

27

III.1.1. Formasi Dayakan

Perulangan batupasir dan batulempung setebal beberapa puluh meter.

Merupakan endapan turbidit yang berlapis baik dan tersingkap setebal lebih dari

600 m. Sebagian batupasir bersifat tufan dan berwarna merah hati.

Batulempungnya setempat- setempat mengandung fosil yang menunjukan umur

Oligosen-Miosen Bawah. Kumpulan Foraminifera bentos yang dijumpai pada

batulempung menunjukan lingkungan pengendapan laut dalam. Satuan ini

menjemari dengan Formasi Watupatok dan bagian atasnya menjemari dengan

Formasi Semilir dan Formasi Ngglanggran, setempat diterobos oleh dasit.

III.1.2. Formasi Nglanggran

Runtunan batuan gunungapi bersusunan andesit yang disusun oleh breksi

gunungapi dan batupasir gunungapi. Fragmen andesit di dalam breksi berukuran

40-50 cm, menyudut tanggung hingga menyudut, pemilahan sangat buruk.

Tebal lapisan sekitar 2 m. Secara setempat breksi berubah secara berangsur

mejadi batupasir. Batupasir berwarna coklat, berukuran sedang hingga sangat

kasar dan mempunyai tebal 50-100 cm. Setempat terdapat perselingan breksi dan

batupasir. Bagian bawah runtunan bersisipan dengan breksi batuapung atau

batupasir kerikilan. Mempunyai hubungan menjemari dengan bagian atas

Formasi Semilir. Runtunan batuan gunungapi ini diduga berumur Miosen awal,

yang tebentuk di lingkungan darat hingga ke peralihan laut dangkal.

III.1.3 Tuf Jobolarangan

Tersusun oleh tuf lapili dan breksi batuapung, masing-masing

mempunyai tebal rata-rata 5 m. Satuan ini tersebar di lereng selatan dan tenggara

Page 4: BAB_III

28

Gunung Jobolarangan di daerah Sarangan dan Watugarit. Sentuhannya dengan

satuan yang lebih muda yaitu endapan Lawu muda dibatasi oleh sesar

Cemorosewu. Batuan gunungapi ini dihasilkan oleh Gunung Jobolarangan atau

Lawu Tua yang diduga berumur Pliosen Tengah - Pliosen Akhir.

III.1. 4. Lahar Lawu

Tersusun dari fragmen andesit, basalt dan sedikit batuapung beragam

ukuran yang bercampur dengan batupasir gunungapi. Sebarannya terutama

mengisi wilayah dataran di kaki-kaki gunungapi atau membentuk beberapa

perbukitan rendah. Di Karangtengah endapan ini mengandung fosil dalam

bentuk kepingan gigi dan vertebrata jenis Bovidae dan diperkirakan berumur

Holosen.

III.1.5 Aluvium

Endapan ini terdiri dari material lepas mulai dari kerakal, kerikil, pasir,

lanau, lempung merupakan endapan sungai.

III.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan atas konsep

litostratigrafi yang dikembangkan dalam Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI)

(Martodjojo, 1973). Penamaan dan pengelompokan satuan batuan mengikuti

kaidah penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan ciri litologi,

meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan, kandungan fosil, keseragaman

gejala atau genesa, dan kenampakan khas pada tubuh batuan di lapangan yang

dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000.

Page 5: BAB_III

29

Satuan litostratigrafi daerah penelitian didasarkan pada pengamatan fisik

litologi di lapangan, dibantu analisis petrografi untuk penentuan nama batuan.

Urutan stratigrafi daerah penelitian disusun secara sistematis berdasarkan data

lapangan.

Dalam menentukan umur, penulis menggunakan kesebandingan dengan

stratigrafi regional daerah penelitian dari sifat-sifat fisik litologinya apabila tidak

ditemukan fosil. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, daerah

penelitian tersusun atas 5 satuan batuan dari yang tertua ke yang termuda yaitu:

III.2.1 Satuan batupasir Dayakan

Satuan batuan ini termasuk ke dalam Formasi Dayakan. Satuan ini

didominasi oleh batupasir dan juga batulempung hitam. Satuan ini merupakan

satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian.

III.2.1.1 Dasar penamaan satuan

Dinamakan satuan batupasir karena batuan penyusun yang dominan

berupa batupasir yang mempunyai ciri, secara megaskopis berwarna kuning putih

hingga kecoklatan, berlapis, bentuk butir membulat tanggung hingga membulat,

sortasi baik dan kemas tertutup, matriks pasir kasar-pasir halus, komposisi silika,

dengan tebal perlapisan 8-30 cm. Sayatan petrografi (terlampir nomor Sayatan

6/C). Batulempung, secara megaskopis berwarna abu-abu gelap, struktur masif,

ukuran butir lempung, sortasi baik, kemas tertutup.

Page 6: BAB_III

30

Gambar 3.3 Singkapan batupasir pada satuan batupasir dengan sisipan batulempung, diambil di LP 84, di K. Doning, lensa menghadap ke Baratlaut (Penulis, 2013)

III.2.1.2. Penyebaran dan ketebalan

Penyebaran satuan batupasir ini tersingkap di daerah Tawing Kidul. Desa

Sugihan, Desa Ngrompak, Desa Pule, Desa Pengkol, Desa Semen dan Desa

Watusomo. Satuan ini menempati daerah seluas ± 43,5 % dari luas total daerah

penelitian. Satuan ini pada daerah penelitian ketebalan dari satuan batuan ini ± 529

m, diukur dari penampang geologi A-B (lampiran lepas peta geologi).

III.2.1.3. Litologi dan hubungan stratigrafi

Satuan ini secara keseluruhan disusun oleh batupasir yang berwarna putih

hingga kecoklatan. Menurut Sampurno dan Samodra, 1997, Satuan batupasir

kisaran umur Miosen awal yang tersingkap pada daerah penelitian. Satuan ini

berdasarkan ciri-ciri fisik dan komposisi penyusunnya merupakan batuan sedimen

dan batulempung hitam yang terbentuk pada lingkungan delta, . Tidak ditemukan

adanya fosil pada satuan batuan ini.

Page 7: BAB_III

31

Hubungan stratigrafi satuan batupasir dengan satuan breksi andesit adalah

selaras menjari.

Tabel 3.1 Kolom litologi satuan batupasir Dayakan (tanpa skala) (Penulis, 2013)

Um

ur Tebal(m) Struktur

BatuanSimbol litologi

Pemeriaan

Lin

gku

nga

n

pen

gen

dap

an

Satuan breksi andesit Nglanggran

Mio

sen

awal

±525

Batupasir Dayakan : secara mempunyai ciri litologi, berwarna kuning, putih hingga kecoklatan, berlapis, bentuk butir membulat-membulat tanggung, sortasi baik, kemas tertutup, matriks pasir kasar – pasir halus, semen silika. Batulempung hitam mempunyai ciri litologi, warna coklat gelap kehitaman, struktur massif, matriks lempung, semen oksidabesi.

Del

ta

III.2.2 Satuan breksi andesit Nglanggran

Satuan ini termasuk ke dalam Formasi Nglanggran, yang tersingkap di

daerah penelitian dan didominasi breksi andesit.

III.2.2.1 Dasar penamaan satuan

Penamaan satuan breksi andesit dikarenakan batuan penyusun yang

dominan berupa breksi andesit, mempunyai ciri secara megaskopis berwarna

coklat kehitaman, bersifat massif ada juga yang autoklastik, berbutir bongkah-

Page 8: BAB_III

32

pasir halus, menyudut-membulat, sortasi buruk, kemas terbuka, fragmen andesit,

matrik pasir, semen oksida besi/silika (Gambar 3.4). Sayatan petrografi

merupakan sayatan fragmen dari breksi andesit (terlampir nomor sayatan 7/D)

Gambar 3.4 Singkapan breksi andesit pada satuan breksi andesit diambil di LP 66, di di Bendo Desa Padarangin, lensa menghadap ke selatan (Penulis, 2013)

III.2.2.2 Penyebaran dan ketebalan

Satuan breksi andesit ini pada daerah penelitian, menempati bagian

tenggara dengan luas ± 1,5% dari luas total daerah penelitian yang tersingkap di

daerah Desa Padarangin dan Bendo. Berdasarkan perhitungan pada penampang

geologi A-B didapatkan ketebalan ± 615 m (lampiran lepas peta geologi).

III.2.2.3 Litologi dan hubungan stratigrafi

Satuan ini secara keseluruhan disusun oleh breksi andesit. Menurut

Sampurno dan Samodra, 1997, Satuan breksi andesit kisaran umur Miosen Awal

yang tersingkap pada daerah penelitian. Satuan ini merupakan hasil dari

piroklastik jatuhan dan terenapakan dengan satuan batupasir sehingga hubungan

stratigrafinya adalah menjari. Lingkungan pengendapannya adalah lingkungan

darat-laut dangkal. Tidak ditemukan adanya fosil pada satuan batuan ini.

Page 9: BAB_III

33

Hubungan dengan satuan batupasir adalah menjari, dan dengan metabreksi

polimik diatasnya adalah tidak selaras.

Tabel 3.2 Kolom litologi satuan breksi andesit Nglanggran (tanpa skala) (Penulis, 2013)

Um

ur

Tebal(m)Struktur Batuan

Simbol litologi Pemeriaan

Lin

gku

nga

n

pen

gen

dap

an

Satuan Metabreksi polimik Jobolarangan

±615

Breksi andesit Nglanggran, mempunyai ciri litologi, warna coklat kehitaman, struktur masif, ukuran butir bongkah-pasir halus, menyudut-membulat tanggung, sortasi buruk, kemas terbuka, fragmen andesitis, matriks pasir, semen oksida besi.

Dar

at –

Lau

t dan

gkal

Satuan batupasir Dayakan

III.2.3 Satuan metabreksi polimik Jobolarangan

Satuan ini termasuk ke dalam Formasi tuf Jobolarangan, yang tersingkap

di daerah penelitian. Satuan ini dinamakan satuan metabreksi polimik karena

tersusun oleh masa matriks yang lebih banyak dari pada fragmen. Fragmen pada

satuan ini terdiri dari dasit, andesit dan pumice.

Page 10: BAB_III

34

III.2.3.1. Dasar penamaan satuan

Penamaan satuan meta breksi polimik Jobolarangan dikarenakan satuan ini

didominasi oleh metabreksi polimik yang mempunyai ciri-ciri, secara megaskopis

abu-abu terang, bersifat masif, ukuran butir berangkal-pasir halus, bentuk butir

menyudut-membulat tanggung, kemas terbuka, sortasi buruk, fragmen dasit,

andesit, pumice, matriks pasir sedang, semen silika. Sayatan petrogafi merupakan

fragmen dari metabreksi (terlampir nomor sayatan: 3/B1, 4/B2, 5/B3).

Gambar 3.5 Satuan metabreksi polimik. Foto diambil di daerah Tawangrejo, LP 44 Foto diambil dari lensa kamera menghadap kebarat-barat daya (Penulis, 2013)

III.2.3.2 Penyebaran dan ketebalan

Satuan meta breksi polimik Jobolarangan menempati ± 4 % dari luas total

daerah penelitian yang tersingkap di daerah Tawngrejo. Berdasarkan penampang

geologi A-B didapatkan ketebalan ±350 m (lampiran lepas peta geologi).

Page 11: BAB_III

35

III.2.3.3 Litologi dan hubungan stratigrafi

Menurut Sampurno dan Samodra, 1997, metabreksi polimik Jobolarangan

mempunyai kisaran umur Plistosen Tengah-Plistosen Akhir yang tersingkap pada

daerah penelitian. Satuan ini merupakan produk gunungapi yang dihasilkan dari

Gunung Jobolarangan (Lawu Tua). Tidak ditemukan fosil pada satuan batuan ini.

Lingkungan pengendapannya adalah lingkungan darat.

Hubungan stratigrafi satuan metabreksi polimik Jobolarangan dengan

breksi andesit Nglanggran yang berada di bawahnya adalah tidakselaras, dan

dengan satuan breksi polimik Lawu yang berada di atasnya adalah selaras.

Tabel 3.3. Kolom litologi satuan meta breksi polimik Jobolarangan (tanpa skala) (Penulis, 2013)

Um

ur

Tebal(m) Struktur Batuan

Simbol litologi

Pemeriaan

Lin

gku

nga

n

pen

gen

dap

an

Breksi polimik Lawu

Pli

stos

en a

khir ±350

Metabreksi polimik Jobolarangan, mempunyai ciri litologi, warna putih coklat kehitaman, struktur massif,ukuran butir bongkah-pasir halus, bentuk butir menyudut, kemas terbuka, sortasi buruk, fragmen dasit, andesit, basalt, pumice, matriks lapili, semen silika.

Dar

at

Breksi andesit Nglanggran

III.2.4 Satuanbreksi polimik Lawu

Page 12: BAB_III

36

Satuan ini termasuk dalam Satuan lahar Lawu, yang tersingkap di daerah

penelitian. Satuan ini dinamakan satuan breksi polimik Lawu karena satuan ini

didominasi oleh breksi polimik, yang kadang berlapis dengan batupasir.

III.2. 4.1. Dasar penamaan satuan

Penamaan satuan breksi polimik Lawu merupakan material vulkanik yang

mempunyai ciri secara megaskopis, litologi berwarna berwarna putih cokelat

kehitaman, berstruktur massif/berlapis, ukuran butir bongkah–pasir halus, bentuk

butir menyudut–membulat tanggung, kemas terbuka, sortasi buruk, fragmen

andesit dan dasit, matriks pasir tufan, semen silika/oksida besi. Sayatan petrografi

merupakan sayatan dari fragmen breksi (terlampir nomor sayatan 1/A1, 2/A2).

Gambar 3.6 Satuan breksi polimik. Foto diambil dari Talok lor, Jatisrono LP 90 lensa kamera menghadap ke selatan (Penulis, 2013)

III.2. 4.2 Penyebaran dan ketebalan

Satuan breksi polimik Lawu menempati ± 50,9 % dari luas total daerah

penelitian yang tersingkap di daerah Jatisrono, Slogohimo, Gunan, Sidorejo.

Berdasarkan pengukuran dari penampang geologi A-B didapatkan ketebalan ±148

m (lampiran lepas peta geologi).

Page 13: BAB_III

37

III.2. 4.3 Litologi dan hubungan stratigrafi

Menurut Sampurno dan Samodra (1997), breksi polimik Lawu mempunyai

kisaran umur Plistosen akhir - Holosen yang tersingkap pada daerah penelitian.

Satuan breksi polimik Lawu merupakan produk gunungapi yang dihasilkan dari

Gunung Lawu. Tidak ditemukan adanya fosil pada satuan ini. Lingkungan

pengendapannya adalah lingkungan darat.

Hubungan stratigrafi satuan breksi polimik Lawu dengan metabreksi

polimik Jobolarangan yang adalah selaras menjari, dan dengan satuan endapan

campuran yang berada di atasnya adalah tidakselaras, dimana berdasarkan

kenampakan di lapangan.

Tabel 3.4 Kolom litologi satuan breksi polimik Lawu (tanpa skala) (Penulis, 2013)

Um

ur

Tebal(m) Struktur Batuan

Simbol litologi

Pemeriaan

Lin

gku

nga

n

pen

gen

dap

an

Endapan Campuran

Pli

stos

en a

khir

±400

Breksi polimik lawu warna putih cokelat kehitaman, massif/berlapis, ukuran butir bongkah – pasir halus, bentuk butir menyudut – membulat tanggung, kemas terbuka, sortasi buruk, fragmen andesit, dasit, matriks pasir tufan, semen silika/oksida besi.

Dar

at

Metabreksi polimik Jobolarangan

III.2.5 Endapan campuran

Page 14: BAB_III

38

Endapan campuran yang tersingkap di daerah penelitian. Satuan ini

tersusun atas material lepas, dari hasil hasil rombakan dari batuan yang lebih tua

dengan ukuran lempung-bongkah..

III.2.5.1. Dasar penamaan satuan

Penamaan satuan endapan campuran yang penyusunnya berupa sedimen

lepas yang berukuran lempung-bongkah, yang berasal dari hasil rombakan batuan

lain yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan

oleh adanya endapan pada tepi-tepi sungai maupun pada tubuh sungai.

Gambar 3.7 Satuan endapan campuran. Foto diambil dari kali Sendang LP 116 lensa kamera menghadap ke selatan (Penulis, 2013)

III.2.5.2 Penyebaran dan ketebalan

Endapan campuran menempati ± 0,1 % dari luas total daerah penelitian

yang tersingkap di daerah sepanjang Kali Sendang dan kali Topeng. Pengukuran

penampang geologi A-B didapatkan ketebalan ± 25 m (lampiran lepas peta

geologi).

Page 15: BAB_III

39

III.2.5.3 Litologi dan hubungan stratigrafi

Menurut Sampurno dan Samodra, 1997, endapan campuran mempunyai

kisaran umur Holosen yang tersingkap pada daerah penelitian. Satuan endapan

campuran merupakan endapan yang dihasilkan dari endapan sungai/fluvial, dan

vulkanik. Lingkungan pengendapannya adalah lingkungan darat.

Hubungan stratigrafi satuan endapan campuran dengan breksi polimik

Lawu yang berada di bawah adalah tidakselaras.

Tabel 3.5. Kolom litologi satuan Endapan campuran (tanpa skala) (Penulis, 2013)

Um

ur

Tebal(m) Struktur Batuan

Simbol litologi

Pemeriaan

Lin

gku

nga

n

pen

gen

dap

an

Hol

osen ±25

Endapan campuran : satuan ini tersusun atas material lepas, yaitu hasil rombakan dari batuan-batuan yang lebih tua, dengan ukuran lempung - bongkah. Satuan ini menempati ± 0,1 % luas daerah penelitian. D

arat

Breksi polimik Lawu

Tabel 3.6 Kolom stratigrafi daerah penelitian (tanpa skala) (Penulis, 2013)

Page 16: BAB_III

40

III.3. Kesebandingan Stratigrafi Regional dengan Daerah Penelitian

Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Ponorogo (Sampurno dan

Samodra, 1997), daerah penelitian secara regional dibagi menjadi 5 formasi,

diurut-urutkan dari tua ke muda yaitu: Formasi Dayakan, Formasi Nglanggran,

Tuf Jobolarangan, Lahar Lawu, dan Aluvium. Kesebandingan pengamatan di

lapangan dengan kesebandingan umur batuan pada peta geologi regional

(Sampurno dan Samodra, 1997) dapat dilihat pada tabel 3.7.

Page 17: BAB_III

41

Tabel 3.7 Kesebandingan Stratigrafi Daerah Penelitian dengan Stratigrafi Regional