babi pendahuluan a. latarbelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. bab i pendahuluan.pdf ·...

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang wajib di hormati, dipenuhi, dijaga dan dilindungi dalam upaya mencapai kesejahteraan. Kesehatan juga merupakan hak dasar untuk diakuinya derajat kemanusian, tanpa kesehatan yang memadai, sebuah keniscayaan seseorang dapat memperoleh hak-hak lainnya seperti haknya atas hidup, menjalani pekerjaan yang layak, hak untuk memperoleh pendidikan, haknya untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat. Negara pun menjamin atas pemenuhan hak tersebut. Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Bidang kesehatan merupakan bagian utama dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia berkualitas yang akan menjadi penopang yang kuat dalam peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan pembangunan di masa saat ini dan masa yang akan datang, begitu sebaliknya. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat, akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi bangsa. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud dengan meningkatkan pemberian upaya kesehatan. Pemberian upaya kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya, termasuk ekonomi, lingkungan

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang wajib di hormati, dipenuhi,

dijaga dan dilindungi dalam upaya mencapai kesejahteraan. Kesehatan juga

merupakan hak dasar untuk diakuinya derajat kemanusian, tanpa kesehatan yang

memadai, sebuah keniscayaan seseorang dapat memperoleh hak-hak lainnya

seperti haknya atas hidup, menjalani pekerjaan yang layak, hak untuk

memperoleh pendidikan, haknya untuk berserikat dan berkumpul serta

mengeluarkan pendapat. Negara pun menjamin atas pemenuhan hak tersebut.

Dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa “setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Bidang kesehatan merupakan bagian utama dalam rangka pembentukan

sumber daya manusia Indonesia berkualitas yang akan menjadi penopang yang

kuat dalam peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa. Upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan

pembangunan di masa saat ini dan masa yang akan datang, begitu sebaliknya.

Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat,

akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi bangsa.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud

dengan meningkatkan pemberian upaya kesehatan. Pemberian upaya kesehatan

dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial budaya, termasuk ekonomi, lingkungan

Page 2: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

2

fisik dan biologis yang bersifat dinamis dan kompleks. Menyadari betapa luasnya

hal tersebut, pemerintah melalui sistem kesehatan nasional, berupaya

menyelenggarakan kesehatan yang bersifat menyeluruh terpadu, merata, dan

dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya tersebut

diselenggarakan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal pada pelayanan

kesehatan.1

Kehadiran Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (selanjutnya disebut Undang-undang Sistem Jaminan Sosial

Nasonal) telah memberikan landasan hukum yang kuat terhadap kepastian

perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tak ada

diskriminasi apakah mereka berasal dari keluarga mampu atau bukan, kaya atau

miskin, pegawai negeri atau bukan semua wajib mendaftarkan diri sebagai

peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bagi masyarakat kurang

mampu, fakir miskin pembayaran iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Hal ini

merupakan amanat dari UUD 1945 yang berbunyi bahwa “Negara bertanggung

jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan

umum yang layak”. Sejalan dengan ketentuan tersebut, pada penjelasan umum

Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional ditegaskan bahwa Majelis

Permusyawaratan Rakyat dalam TAP Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden

untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan

perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.

Dalam ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-undang Sistem Jaminan Sosial

Nasonal ditegaskan bahwa “jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan

1 Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Jakarta,2005, hlm. 1.

Page 3: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

3

menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan”. Yang dimaksud

manfaat disini adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau

anggota keluarganya. Tujuan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasonal ini

sejalan dengan tujuan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang kesehatan yang menyebutkan “pembangunan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis”. Oleh karenanya negara berkewajiban memberikan jaminan

kesehatan yang memadai kepada setiap individu agar mendapat akses pelayanan

kesehatan dengan kualitas yang terjamin dan sarana yang memadai.

Sebagai penjabaran dari tanggungjawab negara atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Maka pemerintah

mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan

perlindungan, menjamin agar seluruh masyarakat dapat memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan yang layak baik melalui pelayanan kesehatan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk bahan medis habis pakai.

Program jaminan kesehatan ini mempunyai multi manfaat, mulai dari pelayanan

pada fasilitas kesehatan tingkat pertama sampai pada fasilitas kesehatan rujukan

tingkat lanjutan. Tidak hanya konsultasi, pemberian layanan obat bahkan sampai

kepada penyedian alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis masing-masing

peserta.

Page 4: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

4

Selain melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif, program jaminan kesehatan

juga menekankan pada upaya promotif dan preventif untuk kesehatan perorangan.

Adapun manfaat pelayanan promotif dan preventif yang didapatkan peserta

meliputi pemberian pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi rutin,

keluarga berencana, dan juga skrining kesehatan yang diberikan secara selektif

untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko

penyakit tertentu.2

Tujuan pemerintah dalam pelaksanaan pemeliharaan kesehatan adalah untuk

mencapai derajat kesehatan baik individu maupun masyarakat secara optimal.

Selain memberikan perlindungan kepada pasien yang sedang menderita sakit,

juga kepada tenaga kesehatan yang dalam melakukan pekerjaan yang selalu

berhubungan dengan nyawa manusia dan berikhtiar menyembuhkan pasien baik

badan, jiwa maupun sosial.3

Besarnya manfaat yang diperoleh, maka tidak heran banyak masyarakat

datang ke kantor BPJS Kesehatan mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai

peserta, tidak terkecuali masyarakat miskin. Untuk masyarakat miskin ini

memang ada program pembiayaan dari pemerintah dimana iuran wajib

bulanannya dibayar oleh pemerintah maupun pemerintah daerah sebagaimana

yang di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Namun hanya sebagian saja yang

terdata oleh Badan Pusat Statistik (BPS), disebabkan pendataannya berpedoman

kepada data BPS tahun 2011, sementara masyarakat miskin dari tahun ke tahun

terus bertambah. Penambahan jumlah masyarakat miskin ini salah satu sebabnya

2 Media Internal BPJS Kesehatan, Edisi 34 Tahun 2016, Jakarta, hlm. 3.3 Wila Chandrawila, Hukum Kedokteran,Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm. 20.

Page 5: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

5

harga-harga kebutuhan dasar meningkat, tarif dasar listrik yang dari waktu ke

waktu terus naik bahkan kenaikannya dalam kurun beberapa tahun terakhir sangat

signifikan hampir 2 kali lipat, bahan bakar minyak naik, dan lain sebagainya.

Yang kemudian diikuti dengan naiknya barang-barang kebutuhan pokok.

Sehingga penghasilannya yang tadinya cukup membiayai kebutuhan hidup

sehari-hari, sekarang tidak mencukupi lagi.

Bagi masyarakat miskin yang tidak terdata oleh BPS, mendaftarkan diri

secara mandiri membayar iuran bulanan untuk dapat memperoleh manfaat dari

program jaminan kesehatan. Banyak diantara mereka adalah masyarakat yang

kurang mampu, berpenghasilan namun tidak mencukupi kebutuhan dasar yang

layak. Entah bagaimana cara mereka bisa membayar iuran tagihan setiap bulan,

tahunnya. Bekerja serabutan dengan upah seadanya, atau dengan upah yang tetap

namun tidak cukup membiayai kehidupan kesehariannya. Mungkin diantara

mereka ada yang mengurangi jatah makannya, demi harapan adanya jaminan

ketika dirundung situasi sulit berupa sakitnya salah satu atau lebih anggota

keluarga, dimana ketika mereka menggabungkan diri ikut sebagai peserta BPJS

Kesehatan kekwatiran, rasa was-was akan biaya kesehatan yang tinggi bisa

teratasi. Begitu juga masyarakat umum yang tidak termasuk sebagai peserta

Penerima Bantuan Iuran (PBI), mendaftarkan diri secara mandiri dan

membayarkan iuran iuran setiap bulannya.

Untuk memberikan sokongan biaya penyelenggaraan jaminan kesehatan

nasional. Pada tahun 2016, pemerintah mengucurkan dana sebesar Rp. 25 triliun

untuk membiayai jaminan kesehatan bagi 40 % penduduk kurang mampu dari

Page 6: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

6

total 257 juta penduduk Indonesia4. sehingga total dana yang dikelola oleh BPJS

Kesehatan secara keseluruhan nilainya mencapai Rp. 67,4 triliun pada tahun 2016.

Adapun realisasi biaya manfaat jaminan kesehatan sebesar Rp. 67,2 triliun.5

Realisasi manfaat ini dibayarkan kepada penyedia jasa layanan kesehatan baik

fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan rujukan.

Jumlah peserta Program JKN dari tahun ketahun ini terus meningkat. Secara

keseluruhan baik dari ASN, TNI, POLRI, Peserta PBI6, swasta dan mandiri

bahwa sampai dengan 1 Desember 2017, jumlah peserta Program JKN telah

mencapai 186.6 juta jiwa, atau sekitar 72 % dari total populasi penduduk

Indonesia. Pada periode ini BPJS Kesehatan telah menjalin kerjasama dengan

fasilitas kesehatan sebanyak 21.897 yang terdiri dari fasilitas kesehatan tingkat

pertama (FKTP) baik puskesmas maupun klinik, praktek dokter perorangan,

rumah sakit, dan fasilitas kesehatan penunjang lainnya seperti apotek, optik,

laboratorium dan lain-lain.7 Peningkatan jumlah peserta JKN ini cukup

signifikan dimana pada tahun 2014 pada saat baru mulai beroperasi jumlah

pesertanya hanya sebanyak 121.6 juta jiwa atau sekitar 49 % dari total populasi

penduduk indonesia pada tahun tersebut.8

Di wilayah kerja BPJS Kesehatan Cabang Padang jumlah masyarakat yang

terdaftar sebagai peserta mencapai 1.463.097 jiwa atau sekitar 70,53 persen dari

jumlah masyarakat wilayah kerja BPJS Cabang Padang yakni Kota Padang,

4 Media eksternal BPJS Kesehatan Edisi 42 Tahun 2016, hlm. 4.5Sepanjang 2016, Pendapatan Iuran BPJS Kesehatan Rp. 67,4 Triliun,http://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/23/132759326/sepanjang.2016.pendapatan.iuran.bpjs.kesehatan.rp.67.4.triliun. (terakhir kali dikunjungi pada 14 Desember 2017 pukul 09.00 WIB)6 Peserta PBI adalah peserta penerima bantuan iuran baik yang ditanggung oleh APBN maupunyang ditanggung oleh APBD. Jumlahnya per 1 Desember 2017 yang menjadi tanggungjawabABPN sebanyak 92.315.867 jiwa dan menjadi tanggungjawab ABPD sebanyak 20.241.763 jiwa.7 Data Statistik Peserta, https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/jumlahPeserta, terakhirkali dikunjungi pada 14 Desember 2017 pukul 09.00 WIB8 Ibid

Page 7: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

7

Pariaman, Kabupaten Padangpariaman, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai.

Di Kota Padang sudah mencapai persentase 83,85 persen dari jumlah penduduk

secara keseluruhan.9 Dalam upaya meningkatkan mutu layanan kepada peserta,

BPJS Kesehatan terus memperluas jalinan kerjasama dengan berbagai fasilitas

kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Karena pelaksanaan program

jaminan kesehatan tidak bisa dilaksanakan tanpa dukungan dari fasilitas

kesehatan. Dukungan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) meliputi

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), klinik, praktek dokter/ dokter gigi

mandiri dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

BPJS Kesehatan Cabang Padang per 30 November 2017 sudah bekerja sama

dengan 198 fasilitas kesehatan tingkat pertama yang terdiri atas 82 Puskesmas, 30

dokter praktik perorangan, 10 dokter praktik gigi perorangan, 61 klinik pratama

dan 15 klinik TNI/Polri. Secara keseluruhan di wiliyah kerja BPJS Kesehatan

Cabang Padang yang meliputi Kota Padang, Pariaman, Kabupaten

Padangpariaman, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai juga telah bekerja

sama dengan 31 rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan,

25 apotek dan 14 optik.10 Kerjasama dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

lanjutan yang terbanyak berada di Kota Padang yakni 22 fasilitas kesehatan.11

Kerjasama dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan/ rumah sakit

ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada peserta dan

memudahkan peserta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

komprehensif. Perjanjian kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas

9 Peserta JKN-KIS BPJS Padang Capai 1,46 juta,https://sumbar.antaranews.com/berita/217504/peserta-jkn-kis-bpjs-padang-capai-146-juta.html,(terakhir kali dikunjungi pada 14 Desember 2017 pukul 09.00 WIB)10 Ibid11 Data Rumah Sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Cabang Padang

Page 8: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

8

kesehatan rujukan tingkat lanjutan, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum dari

KUHPerdata Buku III. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, berbunyi “Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya”. Hal ini lazimnya dikenal dengan asas kebebasan berkontrak

yang artinya suatu asas yang memberikan kepada para pihak untuk12 : a)

Membuat atau tidak membuat perjanjian; b) Mengadakan perjanjian dengan siapa

pun; c) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya; d)

Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan. Kebebasan yang

diberikan tersebut tidak bersifat mutlak, melainkan ada pembatasan yang diatur

dalam Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu bahwa perjanjian yang dibuat tidak boleh

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Subjek dalam perjanjian kerjasama ini adalah BPJS Kesehatan sebagai

penanggung atau badan asuransi yang bertanggung jawab mengumpulkan,

mengelola iuran serta membayar biaya kesehatan yang dibutuhkan peserta dan

Rumah Sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab

menyediakan pelayanan kesehatan bagi peserta dan keluarganya dengan

menerima imbalan jasa dari badan asuransi. Perjanjian kerja sama ini adalah

suatu hubungan hukum yang resmi dan sah, yang mencakup hak dan kewajiban

para pihak dituangkan secara tertulis dan harus dipatuhi selama masa perjanjian.

Pelaksanaan perjanjian kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan rumah

sakit tidak selamanya berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaan kerjasama

tersebut terdapat keluhan atau kendala baik dari pihak rumah sakit, BPJS

Kesehatan maupun dari peserta. Di Yogyakarta misalnya, rumah sakit mengeluh

12 Salim HS, Hukum Kontrak; Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2011,hlm. 9

Page 9: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

9

akan keterlambatan pencairan klaim oleh BPJS Kesehatan. Disebabkan

pembayaran klaim jaminan kesehatan sering terlambat, Asosiasi Rumah Sakit

Swasta Indonesia (ARSSI) DIY melakukan audensi dengan BPJS Kesehatan

Cabang Jogja dan Dinas Kesehatan DIY.13 Keterlambatan pencairan klaim ini

tidak hanya mengganggu operasional rumah sakit swasta. Rumah sakit milik

pemerintah pun mengeluhkan akan keterlambatan pencairan klaim BPJS. Di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam, sejumlah pasien

cuci darah di Poli Hemodialisa tidak bisa dilayani disebabkan selang tranfusi

darah tidak ada, dimana persoalan sebenarnya ada pada anggaran. Selama ini

banyak pasien cuci darah di rumah sakit daerah tersebut yang ditanggung oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Namun pihak BPJS

Kesehatan tidak membayar klaim secara penuh. Akibatnya, pihak rumah sakit

kesulitan memenuhi sejumlah peralatan dan perlengkapan untuk layanan cuci

darah, seperti selang transfusi darah.14

Keluhan terhadap pelaksanaan perjanjian kerjasama antara BPJS Kesehatan

dengan rumah sakit, juga terjadi di Kota Padang. Di Rumah Sakit Umum Citra

Bunda Medical Center (RSU C-BMC) Padang misalnya, pada tanggal 15

Desember 2017 ada keluhan dari peserta mengenai iur biaya pada layanan

kesehatan, yang dalam hal ini peserta tersebut adalah peserta jaminan kesehatan

kelas rawat 2 dan berobat di RSU C-BMC Padang untuk operasi laparaskopi

(Cholesistiasis). Terhadap pasien tersebut setelah menjalani perawatan di rumah

13 Rumah Sakit Swasta Mengeluh tindakan Pembayaran Klaim BPJS Kesehatan Sering Terlambat,diakses dari https://keuangan.co/isi/judul/, terakhir kali dikunjungi pada 2 Maret 2018 pukul 09.00WIB14 Pasien cuci darah tak dilayani RSUD Batam sebut klaim BPJS Kesehatan belum dibayar penuh,diakses dari https://batampos.co.id/2017/12/06/, terakhir kali dikunjungi pada 2 Maret 2018 pukul09.00 WIB

Page 10: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

10

sakit, ketika hendak pulang bagian administrasi rumah sakit menagih biaya

perawatan sebesar Rp. 7.200.00,- (tujuh juta dua ratus ribu rupiah). Saat itu

pasien baru membayar sebesar Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah). Beberapa hari

kemudian pihak rumah sakit menagih sisa pembayaran sebesar Rp. 1.200.000,-

(satu juta dua ratus ribu rupiah) kepada pasien.15 Tidak terima dengan kejadian

tersebut, pada tanggal 09 Januari 2018 pasien melapor ke BPJS Kesehatan

Cabang Padang terkait adanya iur biaya. Sebagai pasien yang menjadi peserta

BPJS Kesehatan untuk tindakan operasi yang sesuai dengan indikasi medis,

dalam ketentuan Pasal 36 A ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016

tentang perubahan kedua Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan menegaskan bahwa Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama

dengan BPJS Kesehatan dilarang menarik biaya pelayanan kesehatan kepada

Peserta selama Peserta mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan sesuai dengan

haknya.

Rumah sakit lain yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan Padang

adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Rasidin Padang. Di RSUD dr.

Rasidin Padang bagi peserta yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium

penunjang yang tidak dimiliki RSUD. Mekanisme yang harus ditempuh adalah

peserta yang atas indikasi medis dan perintah dari dokter penanggungjawab

datang ke laboratorium rumah sakit yang ditunjuk. Setelah melakukan

pemeriksaan laboratorium peserta membayar biaya pemeriksaan. RSUD dr.

Rasidin membayar biaya pemeriksaan laboratorium sebesar kwitansi yang dibawa

15 Keluhan Iur Biaya Pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, di akses dariHttps://Lapor.go.id/Pengaduan/, terakhir kali dikunjungi pada 20 Februari 2018 pukul 10.00 WIB

Page 11: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

11

oleh peserta.16 Mekanime seperti ini, akan menjadi masalah jika peserta tidak

memiliki uang yang cukup dan/atau biaya pemeriksaan laboratorium yang besar.

Misalnya peserta PBI yang anggotanya adalah masyarakat yang tergolong fakir

dan miskin. Untuk bisa melanjutkan pemeriksaan laboratorium tentu harus

mencari uang terlebih dahulu atau bahkan menunda perawatan sampai

mendapatkan biaya untuk membiayai pemeriksaan labor. Dalam proses mencari

dan mengumpulkan uang tersebut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

misalnya penyakitnya bertambah parah karena tidak mendapatkan pengobatan

segera atau meninggal dunia. Siapa yang bertanggungjawab, apakah pihak rumah

sakit.

Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

bagaimana pengaturan dan pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan

kesehatan antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

lanjutan di Kota Padang. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada Rumah

Sakit Umum Citra Bunda Medical Center (RSU C-BMC) dan Padang dan Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Rasidin Padang.

Pemilihan objek penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana

pemenuhan prestasi dalam perjanjian kerjasama, dilihat dari segi status

kepemilikan rumah sakit dengan tipe yang sama (tipe C) yakni rumah sakit milik

swasta dan rumah sakit milik Pemerintah. Apakah kedua rumah sakit ini mampu

memberikan pelayanan yang baik kepada peserta dan memenuhi kewajiban

sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian kerjasama dengan sumber

pembiayaan operasional rumah sakit yang berbeda. Pendapatan rumah sakit

16 Hasil wawancara pendahuluan dengan Sri Kurnia Yati (Kepala Bidang Pelayanan danPenunjang Medis RSUD dr. Rasidin Padang) pada tanggal 9 April 2018 pukul 11.00 WIB diPadang.

Page 12: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

12

swasta hanya bersumber dari jasa pelayanan kesehatan yang sepenuhnya

digunakan untuk membiayai operasional rumah sakit mulai dari gaji pegawai,

jasa medis, pembelian/pemeliharaan alat kesehatan dan pembelian obat-obatan.

Sedangkan rumah sakit milik Pemerintah, disamping sebagian besar pegawai dan

dokter sudah berstatus pegawai negeri sipil yang gajinya sudah ditanggung oleh

Pemerintah juga mendapatkan dana operasional, biaya pengadaan, biaya

pemeliharaan alat kesehatan yang bersumber dari anggaran negara dan/atau

daerah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dengan fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan

antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dengan fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan di Kota Padang?

3. Apa saja kendala yang timbul dalam perjanjian kerjasama pelayanan

kesehatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan di Kota Padang dan

upaya penyelesaiannya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaturan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan

antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

Page 13: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

13

lanjutan

2. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan

kesehatan antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan

tingkat lanjutan di Kota Padang.

3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang timbul dalam perjanjian

kerjasama pelayanan kesehatan antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan di Kota Padang dan upaya

penyelesaiannya.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian mengenai perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan

antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan di

Kota Padang sebagaimana disinggung di muka, diharapkan hasil penelitian

ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

wawasan dan pengetahuan dalam ilmu hukum umumnya, sumbangan ke

arah yang lebih baik kepada seluruh masyarakat di Indonesia khususnya

masyarakat yang berada di kota Padang sehubungan dengan pengaturan,

pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan tingkat lanjutan

antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

lanjutan.

2. Manfaat Praktis

Page 14: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

14

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi para praktisi, pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat yang pada

gilirannya berguna dalam peningkatan pemahaman akan program

jaminan kesehatan nasional, perbaikan pelayanan kesehatan dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran informasi tentang keaslian penelitian yang

dilakukan terhadap judul tesis baik yang ada pada Program Magister Ilmu

Hukum Universitas Andalas Padang maupun penelusuran di internet. Bahwa

pernah ada penelitian dengan topik yang relatif sama dengan yang ingin

penulis teliti. Adapun yang penulis temukan terkait dengan tulisan yang

berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan

antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dengan fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan di Kota Padang adalah sebagai berikut :

1. Penelitian oleh Deddy Roemansyah dari Fakultas Hukum Universitas

Gadjah Mada dengan judul Implementasi Sistem Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) terhadap Pelayanan Kesehatan dan

Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Peserta Jamkesmas (Puskesmas

Kepil II Wonosobo). Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian

Deddy Roemansyah adalah bagaimana implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat (jamkesmas) terhadap pelayanan kesehatan dan

perlindungan hukum bagi masyarakat peserta jamkesmas. Hasil

penelitian Deddy terlihat adanya ketidakakuratan data penduduk miskin

Page 15: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

15

yang berhak menerima Jamkesmas, ketidakjelasan jenis pelayanan

kesehatan dan dana kesehatan yang ditanggung pemerintah, perbedaan

pelayanan RS atau Puskesmas terhadap pasien Jamkesmas, ketidak

mengertian proses administrasi Jamkesmas. Selanjutnya perlindungan

hukum bagi masyarakat peserta jamkesmas dilakukan dengan

menerbitkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Dan Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Wonosobo Nomor 440/643/VII/2008 Tentang

Realokasi Dana dan Jumlah Masyarakat miskin PerPuskesmas dan

Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas dan Jaringannya Se-Kabupaten Wonosobo

Tahun 2008.

Berbeda dengan Deddy, pada penelitian ini yang menjadi rumusan

masalah adalah bagaimana pengaturan, pelaksanaan perjanjian

kerjasama pelayanan kesehatan antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan di Kota Padang dan apa saja kendala

yang timbul dalam perjanjian tersebut serta upaya penyelesaiannya.

2. Penelitian oleh Fitri Ratna Wulan dari Fakultas Hukum Universitas

Lampung dengan judul Implementasi Jaminan Sosial Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Adapun yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian Fitri Ratna Wulan adalah hubungan hukum para pihak

dalam pelaksanaan jaminan kesehatan melalui program BPJS Kesehatan

dan perlindungan hukum peserta program JKN BPJS Kesehatan untuk

mendapat jaminan kesehatan. Bahwa pada prinsipnya, hubungan hukum

Page 16: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

16

para pihak dalam pelaksanakan jaminan kesehatan terdiri dari hubungan

hukum rumah sakit dan BPJS Kesehatan, BPJS kesehatan dan Peserta,

kemudian Peserta dan rumah sakit. Hubungan Tersebut didasarkan atas

hukum keperdataan yaitu perikatan. Terhadap perlindungan hukum

peserta JKN, BPJS Kesehatan berupaya membuka layanan informasi dan

keluhan, penyampaian pengaduan kepada Majelis Kode Etik Kedokteran,

pengadilan atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan

terhadap pihak yang terkait.

Berbeda dengan Fitri pada penelitian ini, dimana penelitian ini

dimaksudkan untuk mengkaji dan mengetahui lebih jauh bagaimana

pengaturan, pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan

antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

lanjutan di Kota Padang dan apa saja kendala yang timbul dalam

perjanjian tersebut serta upaya penyelesaiannya.

F. Kerangka Teoritis Dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Teori merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.17 Rumusan

tersebut mengandung tiga hal, pertama, teori merupakan seperangkat

proposisi yang terdiri atas variabel-variabel yang terdefinisikan dan

saling berhubungan. Kedua, teori menyusun antar hubungan seperangkat

variable dan dengan demikian merupakan suatu pandangan sistematis

mengenai fenomena-fenomena yang dideskripsikan oleh varibel-variabel

17 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2012, hlm.14.

Page 17: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

17

itu. Akhirnya, suatu teori menjelaskan fenomena. Penjelasan itu diajukan

dengan cara menunjuk secara rinci variabel-variabel tertentu lainnya.18

Bagi suatu penelitian, teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa

kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai

berikut :19

a. Teori tersebut berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan

fakta yang hendak diselidiki atau di uji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem klasifikasi

fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengeembangkan

defenisi-defenisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang

diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh

karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan

mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masamasa

mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-

kekurangan pada pengetahuan peneliti.

Dalam penelitian ini landasan teori yang penulis gunakan adalah sebagai

berikut :

1) Teori Penegakan Hukum

18 Ibid19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia UI Press, Jakarta,2008, hlm. 121.

Page 18: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

18

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku

dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk

mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang diharapakan rakyat

menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang

melibatkan banyak hal.20

Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif

dalam praktik sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu,

memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in

concreto dalam mempertahankan dan menjamin di taatinya hukum

materiil dengan menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh

hukum formal.21

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam

kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan

sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk

menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan

hidup.22 Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat

20 Dellyana,Shant, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 32.21 Ibid, hlm. 33.22 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo,Jakarta, 2007, hlm. 8.

Page 19: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

19

dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya

penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit.23

Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua

subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang

menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum

yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum.

Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya

diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk

menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan

sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu,

apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk

menggunakan daya paksa.24

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah

sebagai berikut :25

a. Faktor Hukum

Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan

oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak,

sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah

ditentukan secara normatif.

23 Jimly Asshidiqie, Penegakan_Hukum diakses darihttp://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf, terakhir kali dikunjungi pada14 Desember 2017 pukul 09.00 WIB24 Ibid25 Soerjono Soekanto, Op. Cit. hlm. 8.

Page 20: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

20

Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya

berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang

kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka

pada hakikatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law

enforcement, namun juga peace maintenance, karena penyelenggaraan

hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian antara nilai

kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai

kedamaian.

b. Faktor Penegakan Hukum

Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum

memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi

kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu

kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau

kepribadian penegak hukum

c. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan

perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan.

Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada

hal-hal yang praktis konvensional, sehingga dalam banyak hal polisi

mengalami hambatan di dalam tujuannya, diantaranya adalah

pengetahuan tentang kejahatan computer, dalam tindak pidana khusus

yang selama ini masih diberikan wewenang kepada jaksa, hal tersebut

karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum

Page 21: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

21

siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas yang harus diemban oleh

polisi begitu luas dan banyak.

d. Faktor Masyarakat

Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat

atau kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum,

persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan

hukum yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan

hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator

berfungsinya hukum yang bersangkutan.

e. Faktor Kebudayaan

Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering

membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono

Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana

seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya.

Kelima faktor diatas mempunyai pengaruh yang cukup signifikan

dalam upaya tegaknya hukum, jika kelima faktor tersebut baik maka

akan memberikan pengaruh positif, namun jika salah satu atau kelima

faktor tersebut buruk maka pengaruh yang terhadap penegakan hukum

pun akan buruk. Dengan kata lain bahwa penegakan hukum merupakan

proses perwujudan ide-ide dalam rangka mencapai keadilan, kepastian

hukum dan kemanfaatan yang luas dan setingginya untuk kesejahteraan

masyarakat. Jika upaya penegakan hukum ini terlaksana sebagaimana

Page 22: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

22

harapannya, maka ketertiban dan kedamaian akan dengan mudah

terwujud dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Oleh karenya tujuan hukum yang sesungguhnya untuk menggapai

keadilan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Mengenai tujuan

hukum, terdapat beberapa teori, yaitu : teori etis, teori utilistis dan teori

pengayoman.26 Menurut teori etis bahwa tujuan hukum semata-mata

untuk mewujudkan keadilan. Aristoteles mengajarkan dua macam

keadilan, yaitu keadilan distributif dan keadilan komutatif. Keadilan

distributif ialah keadilan yang memberikan kepada tiap orang jatah

menurut jasanya. Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan

jatah kepada setiap orang sama banyaknya tanpa harus mengingat

jasa-jasa perseorangan.

Teori Utilitas, menurut Bentham bahwa hukum bertujuan untuk

mewujudkan apa yang berfaedah atau yang sesuai dengan daya guna

(efektif). Adagiumnya yang terkenal adalah The greatest happiness for

the greatest number artinya, kebahagiaan yang terbesar untuk jumlah

yang terbanyak. Yang dimaksud faedah/ manfaat disini adalah

menghindarkan keburukan dan mendapatkan kebaikan. Kebaikan

tersebut identik dengan kesenangan dan keburukan itu identik dengan

penderitaan sebagai pengganti dari adil dan tidak adil, susila dan asusila,

baik dan jahat.27 Pada teori pengayoman, mengemukakan tujuan hukum

adalah untuk mengayomi manusia, baik secara aktif maupun secara pasif.

26 Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, sebuah Sketsa, Refika Aditama, Bandung,2003, hlm. 24-28.27 Agus Santoso, Hukum, Moral dan Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Kencana PrenadaMedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 281.

Page 23: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

23

Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu

kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang berlangsung

secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah

mengupayakan pencegahan atas tindakan yang sewenang-wenang dan

penyalahgunaan hak.

Jadi tujuan hukum diartikan upaya untuk mewujudkan kebenaran,

keadilan, ketertiban serta melindungi kepentingan masyarakat melalui

segenap perangkat peraturan perundang-undangan yang baik,

peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat akan hukum, kualitas

penegak hukum yang profesional dan berintegritas. Profesional sesuai

dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, berintegritas dengan

memiliki kualitas iman dan takwa yang mumpuni, tahan akan tantangan,

cobaan maupun godaan.

2) Teori Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba, Pelayanan Kesehatan adalah setiap

upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam

suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat28. Pelayanan

kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang

Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat

28 Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara Publisher, 2010, hlm. 42.

Page 24: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

24

kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara

keseluruhan.29

Dengan demikian pelayanan kesehatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif

berdasarkan standar profesional oleh pemberi pelayanan kesehatan baik

puskesmas, klinik maupun rumah sakit terhadap penerima pelayanan

kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Hodgetts dan Casio mengemukakan bahwa secara umum jenis

pelayanan kesehatan dapat dibedakan atas :30

a. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan

kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian

yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama

dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk

perseorangan dan keluarga.

b.Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan

masyarakat (public health service) ditandai dengan cara

pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu

organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok

dan masyarakat.

29 Veronika komalawati. Op. Cit. hlm. 77.30 Azrul Azwar, Op. Cit. hlm. 43.

Page 25: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

25

Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik tidak hanya

cukup dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saja,

namun juga harus didukung dengan perencanaan, pelaksanaan,

pembinaan dan pengawasan yang tepat. Syarat pokok pelayanan

kesehatan yang baik menurut Azrul Azwar adalah sebagai berikut :31

a. Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia dimasyarakat (available) dan

memiliki sifat berkesinambungan (continius). Artinya semua jenis

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit

ditemukan dan keberadaannya dapat ditemukan pada setiap saat

dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan yang baik dapat diterima (acceptable) oleh

masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan

kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan

dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan

masyarakat serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan

kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai

Ketercapain yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Untuk

dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, pengaturan

distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan

31 Ibid, hlm. 45-46.

Page 26: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

26

kesehatan yang selalu terkonsentrasi didaerah perkotaan saja, dan

sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukan pelayanan

kesehatan yang baik.

d.Mudah dijangkau

Keterjangkauan pelayanan kesehatan utamanya dari aspek biaya.

Untuk dapat mewujudkan keadaan seperti ini dapat diupayakan biaya

pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan ekonomi masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang mahal dan karen itu hanya dapat dinikmati

oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang

baik.

e. Bermutu

Pelayanan kesehatan yang bermutu menunjukkan kepada tingkat

kesempurnaan penyelenggaraan, di satu pihak dapat memuaskan para

pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara pelayanannya

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Strata pelayanan kesehatan yang dianut tiap negara tidaklah sama,

namun secara umum berbagai strata ini dapat dikelompokkan menjadi

tiga macam, yakni :32

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Yang dimaksud pelayanan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan

yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar

masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan

32 Ibid, hlm. 48-49.

Page 27: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

27

derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan

tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

b.Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Yang dimaksud pelayanan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan

lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya

dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Yang dimaksud pelayanan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan

yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh

enaga-tenaga subspesialis.

2. KERANGKAKONSEPTUAL

a. Perjanjian Kerjasama

Yang dimaksud dengan perjanjian kerjasama adalah dokumen

tertulis yang disepakati oleh para pihak dalam rangka penyelenggaran

program jaminan kesehatan nasional.

b.Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya pelayanan kesehatan

perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang

meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan

rawat inap di ruang perawatan khusus.

c. BPJS Kesehatan

Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang

perubahan kedua Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Page 28: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

28

Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa BPJS Kesehatan adalah

badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan kesehatan.

d.Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut yang dimaksud disini

adalah Rumah Sakit sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,

menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Sifat Penelitian

Metode pendekatan masalah yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode yang bersifat yuridis empiris. Penelitian dengan pendekatan

yuridis empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan

ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Pemberlakuan secara in action

tersebut merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan oleh negara, pemberlakuan secara in action ini

Page 29: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

29

diharapkan akan berlangsung secara sempurna apabila rumusan

ketentuan hukum normatif jelas dan tegas serta lengkap .33

Penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya menggambarkan secara

lengkap suatu keadaan sehingga akan dapat dihasilkan suatu pembahasan.

Keadaan yang digambarkan dalam penelitian ini adalah Bagaimana

pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara BPJS

Kesehatan dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan di Kota

Padang dan apa saja kendala yang timbul dalam perjanjian kerjasama

tersebut serta upaya penyelesaiannya.

2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam peneliti ini dapat digolongkan

menjadi dua antara lain :

a. Data primer, berupa data yang langsung didapatkan dalam penelitian

di lapangan. Data yang diperoleh dari wawancara secara mendalam

(depth interview) terhadap pihak-pihak terkait yang menjadi objek

penelitian.

b.Data sekunder, data yang diperlukan untuk melengkapi data primer.

Adapun data sekunder tersebut antara lain :

1) Bahan hukum primer, yang merupakan bahan-bahan hukum yang

mempunyai kekuatan mengikat, yaitu :

- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

- Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional

33 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),Rajawali Press, Jakarta. 2003, hlm.13.

Page 30: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

30

- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial

- Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan

kedua Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan.

- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

2) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil penelitian, buku-buku ilmiah,

makalah dan wawancara dengan pihak-pihak terkait

3. Alat Pengumpulan Data

Menurut Amiruddin dan Zainal Asikin dalam penelitian lazimnya

dikenal jenis alat pengumpul data, yaitu :

a. Studi dokumen atau bahan pustaka

b. Pengamatan atau observasi

c. Wawancara atau interview

d. Kuisioner

e. Alat-alat pengumpul data lainnyai.34

Alat pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penulisan tesis

ini hanya menggunakan 2 (dua) macam teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Studi dokumen atau bahan pustaka

34 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op. Cit. hlm. 67.

Page 31: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

31

Studi dokumen meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum

tersier. Setiap bahan hukum ini akan diperiksa validitas dan

reliabilitasnya, sebab hal ini sangat menentukan hasil suatu

penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka

(face to face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada

seseorang responden.35

Wawancara dilakukan dengan Kepala Bidang Penjaminan

Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan Padang yang lingkup tugasnya

mengelola hubungan kemitraan, pencairan dan pemeriksaan klaim,

pengaduan yang berkaitan dengan fasilitas kesehatan rujukan.

Wawancara dengan Direktur Rumah Sakit Umum Citra Bunda

Medical Center (RSU-C-BMC) Padang adalah pihak yang sangat

berkompeten untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini dan

Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Medis RSUD dr. Rasidin

Padang yang lingkup tugasnya menyusun, melaksanakan kebijakan

program pelayanan medis pada semua instansi pelayanan rumah

sakit serta pengawasan, pengendalian, penerimaan, pelayanan

rujukan.

35 Ibid, hlm. 82.

Page 32: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

32

4. Pengolahan danAnalisis Data

a. Pengolahan data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil

pengumpulan data di lapangan sehingga siap di pakai untuk di

analisis.36 Dalam penelitian ini, setelah berhasil memperoleh data

yang diperlukan, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan

terhadap data tersebut dengan cara editing, yaitu meneliti kembali

terhadap catatan-catatan, berkas-berkas dan informasi yang

dikumpulkan, yang mana diharpkan agar dapat meningkatkan mutu

reliabilitas data yang akan di analisa.37

b. Analisa data

Analisa data sebagai tindak lanjut dari proses pengolahan data,

untuk dapat memecahkan dan menguraikan masalah yang akan

diteliti berdasarkan bahan hukum yang diperoleh, maka diperlukan

adanya teknik analisa bahan hukum. Setelah mendapatkan data-data

yang diperlukan, maka peneliti melakukan analisis kualitatif,38

yakni dengan melakukan penilaian terhadap data-data yang

didapatkan di lapangan dengan bantuan literatur-literatur atau

bahan-bahan terkait dengan penelitian, kemudian di tarik

kesimpulan yang dijabarkan dalam bentuk penulisan deskriptif.

36 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 72.37 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op. Cit. hlm. 168-169.38 Bambang Waluyo, Op. Cit. hlm. 77.

Page 33: BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakangscholar.unand.ac.id/35243/2/2. Bab I Pendahuluan.pdf · mencanangkan program jaminan kesehatan yang bertujuan memberikan ... Yang kemudian diikuti

33

H. Sistematika Penulisan

Dalam tesis ini dibagi menjadi enam bab yang terdiri dari:

- Bab I Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian,

kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan sistematika

penelitian.

- Bab II Perjanjian Kerjasama Program Jaminan Kesehatan, yang berisikan

uraian tentang perjanjian, Jaminan Kesehatan Nasional, Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjutan.

- Bab III Pengaturan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara BPJS

Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

- Bab IV Pelaksanaan perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara

BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan di

Kota Padang.

- Bab V Kendala yang timbul dalam perjanjian kerjasama pelayanan

kesehatan Antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjutan di Kota Padang serta upaya penyelesaiannya.

- Bab VI Penutup menguraikan mengenai kesimpulan dan saran