bab8

5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 71 BAB VIII PERLINDUNGAN DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN 1. TUJUAN Tujuan dan program perlindungan dan pencegahan bahaya kebakaran yaitu untuk menyelamatkan dan melindungi jiwa, harta, peralatan dan materi. Kebakaran mudah menyebar dan cepat membesar tak terkendali. Kebakaran bisa menimbulkan kerugian, luka dan penderitaan yang luar biasa bahkan kematian. Setiap pekerja perlu menyadari dan memahami sistem pencegahan dan perlindungan kebakaran. Setiap pekerja juga harus memahami tata cara pemadaman kebakaran serta tata cara untuk menghadapi keadaan darurat. Pengetahuan membangkitkan rasa percaya diri. Jika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat, kita bisa panik. Saat terjadi kebakaran, panik bisa berarti kehilangan nyawa. Program pencegahan dan perlindungan kebakaran harus dapat mengidentifikasi dan mengestimasi resiko kebakaran. Jika identifikasi dan estimasi telah dilakukan, maka rencana tindakan dan pengendalian yang tepat bisa dibuat dan diterapkan. 2. PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN 1. Identifikasi benda-benda dan bahan kimia (termasuk kemungkinan terjadinya interaksi kimia) 2. Identifikasi proses-proses yang berbahaya 3. Estimasi resiko yang berhubungan dengan kondisi dari area kerja. 4. Tata ruang dan bangunan dan tempat kerja, baik permukaan maupun bawah tanah. 5. Urutan kerja, urutan suatu proses atau aliran bahan kimia. 6. Jumlah dan lokasi orang di setiap area. 7. Rute penyelamatan diri dan prosedur menghadapi keadaan darurat. 8. Peralatan penanggulangan kebakaran dan keadaan darurat serta sistem yang diperlukan. 9. Pelayanan darurat yang tersedia (kapasitasnya, kehandalannya dan kecepatan responnya). 10. Kebutuhan akan pelatihan (jenisnya, jumlah pesertanya) 11. Kebutuhan akan tim penanggulangan keadaan darurat (peralatannya, bidang pengetahuan dan ketrampilannya, latihannya) 12. Kebutuhan ahli di bidang kebakaran (jumlahnya, fungsi dan tugasnya) 13. Rancangan ventilasi (alirannya, kecepatannya, pembagian areanya) Pihak perusahaan harus menunjuk satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas di atas dan merancang program secara keseluruhan. 3. TUGAS KARYAWAN 1. Mengetahui resiko yang dapat menyebabkan kebakaran 2. Mengikuti pelatihan 3. Mengetahui tempat dan cara menghidupkan alarm

Upload: fridynaintan

Post on 06-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hdlsahcuds

TRANSCRIPT

  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 71

    BAB VIII PERLINDUNGAN DAN PENCEGAHAN

    BAHAYA KEBAKARAN 1. TUJUAN Tujuan dan program perlindungan dan pencegahan bahaya kebakaran yaitu untuk menyelamatkan dan melindungi jiwa, harta, peralatan dan materi. Kebakaran mudah menyebar dan cepat membesar tak terkendali. Kebakaran bisa menimbulkan kerugian, luka dan penderitaan yang luar biasa bahkan kematian. Setiap pekerja perlu menyadari dan memahami sistem pencegahan dan perlindungan kebakaran. Setiap pekerja juga harus memahami tata cara pemadaman kebakaran serta tata cara untuk menghadapi keadaan darurat. Pengetahuan membangkitkan rasa percaya diri. Jika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat, kita bisa panik. Saat terjadi kebakaran, panik bisa berarti kehilangan nyawa. Program pencegahan dan perlindungan kebakaran harus dapat mengidentifikasi dan mengestimasi resiko kebakaran. Jika identifikasi dan estimasi telah dilakukan, maka rencana tindakan dan pengendalian yang tepat bisa dibuat dan diterapkan. 2. PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN

    1. Identifikasi benda-benda dan bahan kimia (termasuk kemungkinan terjadinya interaksi kimia)

    2. Identifikasi proses-proses yang berbahaya 3. Estimasi resiko yang berhubungan dengan kondisi dari area kerja. 4. Tata ruang dan bangunan dan tempat kerja, baik permukaan maupun

    bawah tanah. 5. Urutan kerja, urutan suatu proses atau aliran bahan kimia. 6. Jumlah dan lokasi orang di setiap area. 7. Rute penyelamatan diri dan prosedur menghadapi keadaan darurat. 8. Peralatan penanggulangan kebakaran dan keadaan darurat serta sistem

    yang diperlukan. 9. Pelayanan darurat yang tersedia (kapasitasnya, kehandalannya dan

    kecepatan responnya). 10. Kebutuhan akan pelatihan (jenisnya, jumlah pesertanya) 11. Kebutuhan akan tim penanggulangan keadaan darurat (peralatannya,

    bidang pengetahuan dan ketrampilannya, latihannya) 12. Kebutuhan ahli di bidang kebakaran (jumlahnya, fungsi dan tugasnya) 13. Rancangan ventilasi (alirannya, kecepatannya, pembagian areanya)

    Pihak perusahaan harus menunjuk satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas di atas dan merancang program secara keseluruhan. 3. TUGAS KARYAWAN

    1. Mengetahui resiko yang dapat menyebabkan kebakaran 2. Mengikuti pelatihan 3. Mengetahui tempat dan cara menghidupkan alarm

  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 72

    4. Mengetahui tempat alat pemadam api ringan dan tahu cara menggunakannya

    5. Selalu memastikan semua perlengkapan kebakaran dan jalur darurat berada dalam kondisi bebas hambatan

    6. Melaporkan setiap kerusakan perlengkapan 7. Mengikuti instruksi 8. Mengetahui tempat berkumpul saat keadaan darurat

    4. KIMIA API Untuk membuat suatu benda bisa terbakar, ada syarat tertentu yang harus terpenuhi. Dalam api terdapat tiga unsur yaitu:

    Panas Bahan bakar Oksigen

    Bahan bakar : kain, kayu, bahan bakar minyak (BBM), kertas, dan sebagainya. Oksigen : sebanyak 21% dari udara normal Sumber panas : pemanas listrik, nyala api atau rokok, api las, dan sebagainya Agar api bisa menyala, tiga unsur diatas harus ada pada saat yang sama dan pada proporsi yang tepat. Supaya api bisa terus menyala unsur bahan bakar dan oksigen harus tetap ada dengan proporsi yang tepat. Efek dan kombinasi tiga unsur di atas bisa digambarkan sebagai berikut: Pemanas listrik dihidupkan (unsur panas); ruangan mengandung udara (21% oksigen); dan kain korden (bahan bakar) bersentuhan dengan pemanas. Api kemudian muncul karena adanya kombinasi bahan bakar, panas dan oksigen. Karena itu, memisahkan satu sama lain dari tiga unsur tadi merupakan dasar dari tindakan pencegahan kebakaran. Oksigen pada umumnya ada di mana-mana. Yang selalu harus dipisahkan adalah unsur bahan bakar dan unsur panas. 5. CARA MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN

    1. Tank: Lepaskan cincin pengunci, dengan demikian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sudah siap untuk dipancarkan.

    2. Arahkan: Arahkan alat penyembur ke dasar api. Perhatikan arah angin, jangan berusaha memadamkan api dari arah angin yang berlawanan.

    3. Tekan: Tekan katup utama untuk mengeluarkan tepung APAR, pada saat katup ditekan, tepung akan keluar tetapi bila katup dilepas tepungnya tidak

  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 73

    akan keluar. Sebelum mendekati api diharuskan untuk mengetes APAR yang akan digunakan dengan menekan katup utama beberapa saat sehingga akan ketahuan apakah APAR bisa digunakan dengan baik.

    4. Sapukan: Mendekat ke api dengan perlahan- lahan, dan tetap mengarahkan alat penyembur ke dasar api sambil menyapukan ke arah kiri dan kanan sampai apinya padam.

    6. PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN Pemilihan alat pemadam, pemeliharaan dan penggunaannya secara benar merupakan faktor utama yang menunjang efektivitas program pencegahan kebakaran. Pedoman yang lengkap mengenai peralatan pemadam kebakaran dan ketentuannya harus diperoleh dari pemerintah setempat, dan agen-agen seperti FPA dan dari penanggung asuransi. Berikut ini adalah gambaran singkat mengenai tipe kebakaran dan media pemadamnya.

    KELAS MEDIA PEMADAM KEGUNAAN DAN PENGARUHNYA

    A Air Busa Air ringan (light water)

    Benda organik: kayu, kertas, batubara rumput Mendinginkan Menempel di permukaan, membasahi, menutupi Mendinginkan dan menutupi permukaan

    Semua benda di atas merupak an penghantar listrik

    B Tepung Kimia Kering-DCP Karbon Dioksida Busa Air ringan

    Cairan mudah terbakar: minyak bumi, paraffin, pelarut, minyak, pelumas, alkohol, bensin

    Menutupi permukaan benda terbakar - Meninggalkan residu yang sulit dibersihkan - Bukan merupakan penghantar listrik Menutupi api. Tidak menimbulkan efek buruk terhadap listrik dan makanan Menutupi cairan yang terbakar Mendinginkan dan menutupi cairan

    Jangan menggunakan sembarang air untuk menyiram cairan yang sedang menyala! Hal tersebut akan membuat api menyebar Iebih luas.

    C DCP CO2

    Kebakaran pada arus listrik: motor listrik, saklar, peralatan listrik, perlengkapan komputer

    Tidak menghantar listrik Meninggalkan residu

    Tidak menghantar listrik Tidak meninggalkan residu Perlengkapan pemadam kebakaran ringan tidak cocok untuk kebakaran yang telah meluas. Gunakan sistem pemadaman dengan metode rintangan.

    D Bahan kimia tertentu Digunakan untuk logam yang sedang terbakar jangan menggunakan air 7. IDENTIFIKASI DAN AKSES ALAT PEMADAM KEBAKARAN

    1. Gambar anak-panah merah harus dipasang untuk menunjukkan lokasi dimana alat pemadam api berada, khususnya jika tersembunyi dari pandangan langsung.

    2. Alat pemadam api harus dipasang dengan bagian atas setinggi 1,2 meter di atas permukaan lantai atau platform, jika memungkinkan.

    3. Semua alat pemadam api yang dipasang di lokasi yang dapat terpengaruh oleh kondisi luar yang dapat merusak, seperti sinar matahari, hujan, atau

  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 74

    debu yang berlebihan, perlu dilindungi dengan kantong plastik berwarna merah atau tembus pandang, yang dirancang khusus sesuai dengan alat pemadam api yang bersangkutan.

    4. Semua alat pemadam api harus dicat dengan warna yang telah ditentukan. 5. Kotak gulungan selang kebakaran dicat dengan warna merah. 6. Apabila memungkinkan, garis demarkasi lantai di bawah alat pemadam

    api, gulungan selang kebakaran, alarm dan panel kontrol dicat dengan warna merah selebar 100 mm, dengan dimensi luar 450 mm x 450 mm, kecuali kantor dengan lantai tegel atau karpet.

    7. Apabila memungkinkan, pelat pemasangan dengan warna garis merah dan putih berselang-seling digunakan untuk menggantungkan alat pemadam api di tambang bawah tanah.

    8. PEMERIKSAAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PERALATAN Tidak ada peralatan yang bisa diandalkan kecuali peralatan tersebut dirawat dengan baik dan siap setiap saat.

    1. Semua peralatan harus didokumentasikan 2. Pemeriksaan secara visual harus dilakukan setiap bulan dan tercatat 3. Semua ketidak-beresan harus dilaporkan 4. Pemeliharaan dan perbaikan tidak boleh ditunda-tunda. 5. Peralatan harus tetap mencukupi kebutuhan seluruh area meskipun di

    antara perlengkapan tersebut ada yang sedang diperbaiki 6. Petugas Area, supervisor, dan atau Representatif K3 harus melakukan

    pemeriksaan visual sebagai bagian dari tugas hariannya, dan harus memastikan semua peralatan yang diperiksa bisa dilihat tanpa terhalang apapun

    7. Pemeliharaan harus dilakukan paling sedikit setahun sekali oleh mereka yang terlatih dan memenuhi syarat.

    9. SISTEM ALARM Setiap tempat kerja harus memiliki alarm yang memadai. Jika alarm dioperasikan dengan tenaga listrik, maka harus ada sumber listrik cadangan yang akan digunakan seandainya listrik utama mati. Ada tempat-tempat tertentu yang memerlukan alarm lebih dari satu jenis. Masing-masing harus bisa mengeluarkan tanda peringatan yang berbeda-beda, misalnya untuk kebocoran gas, untuk kebakaran, evakuasi, dsb. Seluruh karyawan harus bisa membedakan tanda peringatan dari alarm, dan mengetahui apa yang harus mereka lakukan. 10. LATIHAN DAN PROSEDUR EVAKUASI Semua karyawan baru harus diberi pelajaran mengenai prosedur ini pada saat orientasi dan mereka harus diberi latihan secara reguler. Setiap departemen harus mengadakan latihan pemadaman kebakaran setiap enam bulan sekali, dan jika perlu, latihan serempak seluruh area tambang bisa dilakukan setahun sekali.

    1. Tim Penyelamat dan Pemadam Kebakaran (Fire and Rescue Team) yang memadai harus dibentuk, dan ditunjuk secara tertulis.

  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 75

    2. Anggota Tim Penyelamat dan Pemadam Kebakaran harus diberi pelatihan yang tepat dan diberi latihan penyegaran secara berkala.

    3. Pelatihan penyelamatan dan pemadaman kebakaran harus sesuai dengan lingkungan kerja dan peralatan yang tersedia.

    4. Tim Penyelamat dan Pemadam Kebakaran harus memiliki cakupan kerja penuh terhadap operasi perusahaan, termasuk operasi di luar jam kerja normal.

    5. Latihan evakuasi dan kebakaran yang memadai harus dilaksanakan minimum sekali setahun dan/atau disesuaikan dengan kondisi khusus serta lingkungan fisik area kerja masing-masing. Latihan ini mencakup bangunan umum dan kantor di dalam wilayah kerja.

    6. Semua karyawan harus diberi pelatihan tentang dasar-dasar pemadaman kebakaran, perilaku api, termasuk bagaimana cara memperingatkan teman kerja lainnya, bagaimana cara menghubungi bagian keadaan darurat, bagaimana cara menggunakan alat pemadam api ringan, dan mereka harus diberi pelatihan tentang prosedur evakuasi.

    7. Sistem pelaporan keadaan darurat yang efektif harus ditetapkan, termasuk sarana komunikasi seperti Nomor Telepon Keadaan Darurat (Emergency Contact Number).

    11. PROSEDUR JIKA TERJADI KEBAKARAN Waspadalah selalu terhadap setiap keadaan yang tidak biasa atau keadaan berbahaya. Bertindak tepat pada 4 sampai 10 menit pertama di awal terjadinya kebakaran adalah hal yang paling penting. Respon yang cepat merupakan bagian penting yang akan menentukan apakah kebakaran itu hanya kecil dengan kerugian tidak seberapa, atau sebaliknya, kebakaran besar dengan kerugian yang nilainya luar biasa. Bahkan bukan tidak mungkin banyak orang terperangkap dalam api dan meninggal karenanya.