bab_5
DESCRIPTION
Materi bahan ajar Kinematika dan DinamikaTRANSCRIPT
SESI/PERKULIAHAN KE: 7 & 8
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan berkompetensi dalam:
1. Menentukan kecepatan-kecepatan yang terjadi pada suatu mekanisme.
Pokok Bahasan : Penentuan Kecepatan dengan Metode Kecepatan RelatifDeskripsi singkat: Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari cara-cara
untuk menentukan kecepatan dalam suatu mekanisme. Setelah beberapa analisa
tentang kecepatan dalam sistem rangkaian batang penghubung dengan metode pusat
sesaat dan metode komponen, maka metode lainnya adalah dengan menggunakan
konsep kecepatan relatif. Penentuan kecepatan dengan metode kecepatan relatif akan
lebih mudah dipelajari jika dibuat contoh pada mekanisme-mekanisme seperti empat
batang penghubung, mekanisme engkol peluncur, mekanisme dan mesin ketam.
I. Bahan Bacaan
1. Martin H. George, Setiyobakti, 1992. Kinematika dan Dinamika Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Holowenko A.R, Cendy Prapto, 1996. Dinamika Permesinan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Meriam J.L, Kraige L.G.,1995. Mekanika Teknik - Dinamika, Penerbit Erlangga, Jakarta.
III.Pertanyaan Kunci/Tugas:
1. Jelaskan cara penentuan kecepatan pada mekanisme engkol peluncur dengan metode kecepatan relatif ?
IV. Tugas
1. Tentukan kecepatan dari setiap titik
dengan menggunakan metode
kecepatan relatif pada mekanisme
yang diperlihatkan dalam gambar
disamping.
BAB V
PENENTUAN KECEPATAN DENGAN METODE KECEPATAN RELATIF
5.1 Pendahuluan
Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan beberapa analisa kecepatan dalam
sistem rangkaian batang penghubung dengan metode pusat sesaat dan metode
komponen, maka pada bab ini akan dibahas metode penentuan lainnya yaitu metode
yang menggunakan konsep kecepatan relatif.
Tujuan yang ingin dicapai dalam bab ini adalah setelah mempelajari mata kuliah
ini, mahasiswa memiliki kompetensi dalam menjelaskan dan menentukan kecepatan
suatu mekanisme dengan menggunakan metode kecepatan relatif sehingga mampu
mengikuti perkuliahan selanjutnya dengan mudah.
5.2 Menentukan Kecepatan Linier
Dengan menggunakan metode kecepatan relatif, kita akan menentukan
kecepatan dalam suatu mekanisme dengan memperhatikan contoh mekanisme engkol
peluncur dalam gambar 5.1.
Contoh soal 5-1. Dimisalkan kecepatan sudut dari engkol adalah 2 = 15 m/s dengan
arah berlawanan arah jarum jam, dan kita harus menentukan kecepatan torak VC dengan
langkah-langkah berikut:
1. Menentukan kecepatan di titik B, dengan arah tegak lurus pada O2B dan besarnya
adalah:
VB = (O2B) 2 = 2.5 x 15
= 37.5 in/s
Gambar 5.1 Mekanisme engkol peluncur
45
2. Dengan menggunakan persamaan kecepatan relatif, maka kita akan memperoleh:
……………………………….(5-1)
Setiap besaran dalam persamaan diatas mempunyai besar dan arah. Untuk
menunjukkan kedua besaran tersebut maka tanda garis digunakan untuk
menunjukkan harga besaran yang belum diketahui, sedangkan tanda check list ()
digunakan untuk besaran yang sudah diketahui harganya.
: Besar vektor VC belum diketahui, tapi arahnya sudah diketahui (bergerak
dalam arah mendatar)
: Besar dan arah vektor VB sudah diketahui
: Besar vektor VC/B belum diketahui, tapi arahnya sudah diketahui (tegak
lurus terhadap batang BC).
3. Dengan poligon kecepatan dapat digambarkan pada gambar 5.1 dimana O’2B’
menyatakan dalam skala 1 in = 18 in/s. Kemudian gambarkan setiap vektor yang
sudah diketahui baik besar maupun arahnya, yang sebelumnya sudah ditentukan titik
O’2 seperti dalam gambar 5.2 berikut.
Gambar 5.2
4. Dari gambar 5.2 diatas, maka akan diperoleh panjang O’2C = 1,8 in, kemudian
mengalikannya dengan skala kecepatan dan diperoleh:
VC = 1,8 x 18 = 32, 4 in/s.
5.3 Menentukan Kecepatan Sudut
Kecepatan sudut dari suatu batang penghubung yang kaku (rigid) adalah sama
dengan kecepatan relatif dari 2 buah titik sebarang pada batang penghubung tersebut
dibagi dengan jarak antara 2 titik tersebut. Mengingat jarak antara 2 buah titik dalam 46
sebuah benda yang kaku selalu tetap, satu-satunya kecepatan relatif yang dipunyai suatu
titik terhadap titik yang lain haruslah tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan
titik-titik tersebut. Jadi gerakan relatif suatu titik terhadap titik lain adalah suatu
lingkaran, dimana jari-jari lingkarannya adalah jarak antara kedua titik tersebut. Sebagai
contoh dalam gambar 5.2, kecepatan sudut dari batang penghubung 3 adalah:
Contoh soal 5-2. Untuk mekanisme dalam gambar 5.3, dimisalkan 2 = 5 rad/s dan
kecepatan dari titik D yang terletak pada batang 3 bersama-sama dengan 3 harus dicari.
Gambar 5.3
VB diketahui arahnya tegak lurus terhadap O2B dengan besar:
VB = (O2B) 2 = 0,0762 x 5
= 0,381 m/s
Dengan poligon kecepatan dapat digambarkan pada gambar 5.4 dimana O’2B’
menyatakan dalam skala 1 mm = 0,006 m/s. Dengan metode kecepatan relatif:
……………………………….(5-2)
……………………………….(5-3)
47
Dengan poligon kecepatan dapat digambarkan pada gambar 5.3 dimana O’2B’
menyatakan dalam skala 1 mm = 0,006 m/s. Kemudian gambarkan setiap vektor
yang sudah diketahui baik besar maupun arahnya, yang sebelumnya sudah
ditentukan titik O’2 seperti dalam gambar 5.4 berikut.
Gambar 5.4
Besar dari VD/B dapat ditentukan dengan sistem perbandingan. BC = 152 mm
dan BD 222 mm, maka diperoleh:
BD = BC = 1,46 BC
Mengingat titik B, C dan D terletak pada batang penghubung yang sama, maka
B’, C’ dan D’ pada poligon kecepatan haruslah merupakan bayangan dari BCD
didalam mekanisme, jadi:
B’D’ = 1,46 x B’C’
Titik D’ kemudian ditentukan letaknya dengan menggambarkan B’D’ = 1,46 x
panjang B’C’. Vektor O’2D’ menyatakan kecepatan dari titik D dan B’D’
menyatakn VD/B. Dengan menskalakan harganya pada poligon kecepatan maka
akan diperoleh bahwa VD = 0,387 m/s dan VD/B = 0,457 m/s.
Kecepatan sudut batang penghubung 3 dapat diperoleh:
= 2,06 rad/s searah jarum jam5.4 Menentukan Kecepatan dalam Sistem Batang Penghubung yang Kompleks
Apabila suatu batang penghubung dalam suatu mekanisme tidak mempunyai
satu titik pusat putaran yang tetap maka dia disebut satu batang penghubung yang
48
mengapung (floating link). Suatu rangkaian sistem batang penghubung 4 batang
adalah adalah suatu contoh. Mekanisme yang mempunyai 2 atau lebih batang
penghubung yang mengapung disebut mekanisme yang kompleks (complex
mechanism).
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Sebagai contoh dalam gambar 5.5, dimana batang-batang penghubung 3 dan 5
adalah batang-batang penghubung yang mengapung. Pada waktu menggunakan
kecepatan-kecepatan dalam sistem batang penghubung yang kompleks dengan metode
kecepatan relatif, seringkali untuk mendapatkan penyelesaian secara langsung kita
akan menemukan terlalu banyaknya sesuatu yang tidak diketahui dalam persamaan
vektor. Metode coba-coba (trial and error) mungkin terpaksa harus digunakan untuk
memperoleh penyelesaian.
49
Metode ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Contoh soal 5-3. Suatu mekanisme seperti dalam gambar 5.5, dianggap VE diketahui
dan VB harus dicari. VC harus ditentukan lebih dahulu. Maka:
Dalam gambar 5.6, VE ditarik dari kutub kecepatan O’2 sebagai O’2E’. VC/E
merupakan satu garis yang ditarik melalui E’ dan tegak lurus terhadap CE. C’* berarti
bahwa titik C’ terletak di suatu tempat pada garis tegak lurus ini. Mengingat ada lebih
dari 2 bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan vektor, maka kita tidak dapat
menentukan C’ hanya dengan persamaan ini saja. Suatu pemecahan coba-coba harus
dibuat untuk menentukan kecepatan dari titik-titik pada batang penghubung 3.
Kita anggap bahwa:
Suatu garis dengan panjang O’2D’ seperti terlihat dalam gambar 5.6 dapat dianggap
sebagai VD. Kemudian VB akan = O’2B’ yang tegak lurus pada O2B dan D’B’ adalah
tegak lurus pada DB. Selanjutnya kita anggap:
Dimana VC/D adalah D’C’ dan tegak lurus pada CD dengan sistem sebanding:
atau
Kemudian dari D’ ditarik garis sepanjang C’D’ untuk menentukan letak titik C’.
Penyelesaian ini tidak benar karena C’ tidaklah terletak pada satu garis dimana E’
berada. Titik perpotongan antara garis C’*E’ dengan garis O’2C’ menentukan letak
titik C’. Selanjutnya melalui C’ garis D’B’ ditarik sejajar dengan D’B’, maka:
Dan B’C’D’ adalah bayangan dari BCD dan ternyata menunjukkan pemecahan yang
benar. Oleh karena itu, pemecahan yang benar adalah dengan sistem coba-coba.
5.5 Penutup
5.5.1 Rangkuman
Metode kecepatan relatif merupakan salah satu metode penyelesaian untuk
50
menentukan kecepatan dari setiap titik pada suatu mekanisme.
Setelah diperoleh kecepatan setiap titik pada suatu mekanisme, maka perlu
ditentukan pula kecepatan sudut dari setiap batang penghubung.
5.5.2 Soal-soal Latihan
1. (a) Gambarkan poligon kecepatan untuk gambar 5.7, gunakan skala kecepatan
1 mm = 0,0005 m/s. (b) Tentukan 3 dan 6 dalam rad/s.
Gambar 5.7
2. (a) Dalam gambar 5.8, kecepatan dari titik E adalah 4,57 m/s. Gunakan metode
pemecahan coba-coba. Gambarkan poligon kecepatannya. Tentukan kecepatan dari
titik D dalam m/s. (b) Tentukan 3 dan 5 dalam rad/s.
Gambar 5.8
51