bab+4+tinjauan+pelaksanaan

49
BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN 4.1. Kondisi Bangunan Pembangunan Gedung Showroom Auto 2000 merupakan salah satu pembangunan gedung dalam proyek Pembangunan Auto 2000 di jalan Tanjung Api – Api, Kecamatan Sukarami – Palembang, Sumatera Selatan. Selain Gedung Showroom, juga terdapat Gedung Workshop dan Gedung Depo Part. Luas lokasi tanah ± 1,17 hektar digunakan untuk membangun tiga gedung tersebut dengan luas bangunan Gedung Showroom sendiri ± 960 m 2 . Gedung Showroom memiliki dua lantai yang elevasi bangunannya ± 11 meter dari elevasi ± 0,00 meter (elevasi tanah urugan) dengan tinggi lantai dasar atau lantai 1 ± 5,5 meter dan lantai 2 ± 5,5 meter (dengan tinggi atap). Gedung Showroom ini difungsikan sebagai gedung kantor untuk sarana aktivitas perkantoran serta melayani pelanggan Auto 2000. 4.2. Material dan Peralatan 4.2.1. Material Pada proyek pembangunan Gedung Showroom Auto 2000, material yang digunakan antara lain : a. Tiang Pancang Tiang pancang yang digunakan pada proyek ini seperti dalam gambar 4.1 adalah minipile dengan penampang persegi berdimensi 250 mm x 250 mm. Panjang minipile yang digunakan

Upload: maywuha-kesuma-dharma

Post on 19-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kp

TRANSCRIPT

Page 1: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN

4.1. Kondisi Bangunan

Pembangunan Gedung Showroom Auto 2000 merupakan salah satu

pembangunan gedung dalam proyek Pembangunan Auto 2000 di jalan Tanjung Api –

Api, Kecamatan Sukarami – Palembang, Sumatera Selatan. Selain Gedung Showroom,

juga terdapat Gedung Workshop dan Gedung Depo Part. Luas lokasi tanah ± 1,17

hektar digunakan untuk membangun tiga gedung tersebut dengan luas bangunan Gedung

Showroom sendiri ± 960 m2. Gedung Showroom memiliki dua lantai yang elevasi

bangunannya ± 11 meter dari elevasi ± 0,00 meter (elevasi tanah urugan) dengan tinggi

lantai dasar atau lantai 1 ± 5,5 meter dan lantai 2 ± 5,5 meter (dengan tinggi atap).

Gedung Showroom ini difungsikan sebagai gedung kantor untuk sarana aktivitas

perkantoran serta melayani pelanggan Auto 2000.

4.2. Material dan Peralatan

4.2.1. Material

Pada proyek pembangunan Gedung Showroom Auto 2000, material yang

digunakan antara lain :

a. Tiang Pancang

Tiang pancang yang digunakan pada proyek ini seperti dalam gambar 4.1

adalah minipile dengan penampang persegi berdimensi 250 mm x 250 mm. Panjang

minipile yang digunakan yaitu 6 meter dan dipancang bisa sampai kedalaman 18 meter.

Minipile tersebut berbahan dari beton bertulang dengan mutu beton K-450, dengan

tulangan utama baja ulir dengan BJTD – 50.

Page 2: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Gambar 4.1. Material Tiang Pancang (Minipile 250x250)

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

b. Air

1. Air untuk keperluan adukan pekerjaan pasangan atau beton dan lain-lain harus

bersih dan tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak.

2. Bila pemberian air untuk bangunan tidak mungkin atau mencukupi dari

perusahaan air bersih, maka pelaksana hendaknya wajib memeriksakan terlebih

dahulu pada laboratorium penyelidikan bahan-bahan untuk mendapatkan

sertifikat dapat atau tidaknya air tersebut untuk pembangunan. Biaya untuk

pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor.

c. Portland Cement

1. Sedapat mungkin dipakai satu macam semen yang berkualitas baik yang

terlebih dahulu mendapat persetujuan dari direksi ( Gambar 4.2).

2. Kantong-kantong PC (Portland Cement) yang cacat (robek), isinya tidak boleh

dipergunakan.

Page 3: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Gambar 4.2. Portland Cement

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

d. Agregat

Agregat yang digunakan adalah agregat halus yaitu pasir dan agregat kasar

seperti dalam gambar 4.3. yaitu koral yang digunakan untuk pembuatan adukan beton

sebagai lantai kerja.

Gambar 4.3. Pasir dan Koral

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

Page 4: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

e. Besi Beton

Besi beton (tulangan) yang digunakan harus dengan kualitas baik (sesuai

dengan syarat PBI 1971). Pada proyek ini digunakan besi beton profil ulir

dengan mutu baja BJTD-40 berdiameter D≥12 mm yang digunakan sebagai

tulangan pile cap dan besi polos dengan mutu BJTP-24 berdiameter Ø<12 mm

untuk sengkang seperti tampak pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Besi Beton (Tulangan)

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

Page 5: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

f. Batako dan Kayu Plywood

Batako seperti terlihat pada gambar 4.5. digunakan untuk membuat bekisting

pekerjaan pengecoran pile cap, sedangkan untuk kolom, balok dan lantai digunakan

plywood (gambar 4.6.) untuk membuat bekistingnya.

Gambar 4.5. Batako

Gambar 4.6. Kayu Plywood

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

Page 6: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

g. Kayu

Kayu pada gambar 4.7. digunakan sebagai bahan untuk membuat kantor

sementara, gudang, tulangan bekisting, serta membuat bouwplank.

Gambar 4.7. Kayu

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

h. Kawat las

Kawat las yang digunakan untuk penyambungan adalah kawat las ø 3,2 x3500

mm CHE40 (E6013) seperti terlihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Kawat Las

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

4.2.2. Peralatan

Peralatan-peralatan yang

digunakan pada pekerjaan proyek

pembangunan Gedung Showroom Auto

2000 ini antara lain :

a. Backhoe

Page 7: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Alat backhoe terlihat pada gambar 4.9. berfungsi untuk menggali dan

membersihkan lahan dari rumput serta akar pepohonan dan memindahkan tanah dalam

pelaksanaan levelling tanah .

Gambar 4.9. Backhoe

Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

b. Bulldozer

Alat bulldozer pada gambar 4.10. berfungsi untuk membersihkan lahan dari

pepohonan, serta memindahkan dan menyebar material berupa tanah.

Page 8: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Gambar 4.10. Bulldozer

Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

c. Truk

Truk berfungsi sebagai alat pemindah atau pengangkutan material berupa tanah

dan pohon – pohon yang dapat mengganggu kegiatan proyek seperti terlihat pada

gambar 4.11.

Gambar 4.11. Truk

Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

Page 9: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

d. Roller

Alat ini berfungsi sebagai perata permukaan tanah yang telah ditimbun dan

membentuk permukaan yang diinginkan, contohnya pada gambar 4.12.

Gambar 4.12. Roller

Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

e. Truck Crane

Alat ini berfungsi mengangkat material yang akan dipindahkan secara

horizontal maupun vertical dan menurunkan material ke tempat yang diinginkan seperti

tampak pada gambar 4.13.

Gambar 4.13. Truck Crane

Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

Page 10: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

f. Alat Pengukuran

Alat pengukuran yang digunakan antara lain Waterpass, Theodolite, dan

meteran. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan elevasi (ketinggian)

bangunan dan titik – titik pemancangan.

g. Alat Pemancang Tiang (Pile Driving)

Alat pemancang tiang (pile driving) yang digunakan pada pemancangan tiang

di proyek pembangunan gedung Showroom ini seperti pada gambar 4.14. adalah drop

hammer dengan berat hammer 1,5 ton.

Gambar 4.14. Drop Hammer

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

h. Cangkul dan Palu

Digunakan untuk mencangkul / menggali tanah serta memotong atau

menghancurkan bagian minipile yang berada di atas permukaan tanah.

Page 11: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

4.3. Pelaksanaan Pekerjaan Secara Umum

Pelaksanaan pekerjaan secara umum adalah pekerjaan yang mencangkup

keseluruhan pekerjaan dalam proyek konstruksi. Adapun pekerjaan ini meliputi:

a. Pekerjaan Persiapan

- Pengukuran

Pekerjaan pengukuran seperti tampak pada gambar 4.15. dilakukan oleh

surveyor dengan menggunakan alat teropong waterpas yang baik. Dilakukan

untuk menentukan titik atau letak situasi juga pemasangan patok-patok.

Gambar 4.15. Pengukuran di lapangan

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

- Mobilisasi dan demobilisasi

Semua peralatan untuk pekerjaan dimobilisasi dari dalam kota, apabila tidak

memungkinkan maka diambil dari luar kota. Tingkat suvervisor ke atas

dimobilisasi dari luar kota begitu pun para pekerjanya.

- Keet, kantor kontraktor dan sarana penunjang lainnya

Untuk kepentingan administrasi maka kantor lapangan / barak kerja dibuat di

dekat lokasi pekerjaan. Seperti terlihat pada gambar 4.16. adalah gambar

bangunan keet pada proyek auto 2000.

Page 12: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Gambar 4.16. Direksi Keet

Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

b. Pekerjaan Pemancangan

- Pengadaan tiang pancang dengan diameter 25 cm

Jenis material tiang pancang dari beton bertulang dengan mutu beton K-400

(Precast Pile). Ukuran Tiang Pancang tersebut adalah 25x25 cm dengan

kedalaman masing-masing tiang pancang kurang lebih 18 m.

- Proses pemancangan tiang pancang

Pemancangan tiang pancang menggunakan alat drop hammer. Proses

pemancangan tampak pada gambar 4.17. Tiang pancang diposisikan tepat pada

titik pancang, kemudian dilakukan pemukulan hingga tiang masuk ke dalam

tanah hingga kedalaman yang diperlukan. Apabila ada kelebihan badan tiang,

maka dilakukan pemotongan.

- Pengujian tiang pancang (PDA test) dan kalendering.

Pada proyek pembangunan showroom ini, untuk menguji daya dukung tiang

pancang digunakan tes kalendering dan Pile Driving Analyzer (PDA), dimana

tiap titik pancang dilakukan tes kalendering sedangkan hanya 3 titik pancang

dilakukan tes PDA.

Page 13: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Gambar 4.17 Proses Pemancangan

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

c. Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat lantai

- Pekerjaan pembesian/penulangan

Pembesian dipasang dahulu sehingga terbentuk rangka sesuai dengan gambar

rencana. Pembesian merupakan kumpulan besi yang dirangkai sehingga

membentuk rangka struktur dengan menggunakan kawat. Setelah itu, dilakukan

pemasangan beton deking pada bagian luar rangka struktur untuk jarak selimut

beton (tebal selimut beton yang digunakan adalah 40 mm).

- Pekerjaan pemasangan framework/bekisting

Bekisting dipasang setelah pembesian dan pemasangan beton deking. Untuk

kolom dan dinding, digunakan juga verticality supaya pemasangan bekisting

pada rangka struktur tersebut tidak miring. Bekisting umumnya menggunakan

papan kayu dan triplek dengan permukaan yang halus dan rata. dipasang

dengan rapat, juga menggunakan kayu kasau yang berfungsi sebagai balok suri

dan gelagar utama agar lebih kuat.

Page 14: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

- Pekerjaan pengecoran

Campuran beton dimasukkan ke dalam bekisting setelah dipastikan semua

areal pekerjaan telah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang berupa kawat sisa

ikatan pembesian, serbuk kayu dan kotoran lainnya. Agar diperoleh beton yang

padat, dilakukan penggetaran pada campuran beton yang sudah dituangkan ke

dalam bekisting dengan concrete vibrator electric high frequency.

- Pekerjaan pembongkaran framework/bekisting

Pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton telah cukup kuat untuk

menahan berat sendiri dan beban lainnya. Waktu minimum yang diperlukan

untuk membongkar bekisting sejak pengecoran lebih kurang 21 hari.

Pembongkarannya tidak boleh mengakibatkan getaran keras atau kejutan pada

beton.

- Pekerjaan curing

Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik, agar beton tidak kehilangan

kelembabannya. Caranya menjaga permukaan permukaan beton agar tetap

basah, dirawat dibasahi dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah.

Dapat juga digunakan bahan khusus perawat beton untuk membasahi

permukaan beton.

d. Pekerjaan Atap Baja

- Proses pengadaan atau penyediaan sumber daya

Pembuatan rangka atap baja pada proyek ini dilaksanakan sesuai dengan

gambar rencana yang telah dibuat. Pembuatannya melalui proses pabrikasi,

dimana setiap profil baja telah diukur tepat sedemikian rupa sehingga

memudahkan dalam pemasangan dan penyambungan antar profil baja. Semua

bagian dari profil baja ini harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga dalam

pelaksanaannya tidak terjadi celah yang tidak sesuai dengan ukuran plat baja

atau baut yang akan dipasang.

- Proses penyambungan

Pada proses penyambungan rangka atap baja, penyambungan setiap profil

dilakukan di lokasi proyek. Penyambungan dari portal dan atap baja dilakukan

dengan menggunakan sambungan baut dan sambungan las. Sambungan dengan

Page 15: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

menggunakan baut digunakan untuk menyambung sambungan antar rangka

utama atap baja itu sendiri, sedangkan untuk menyambung bagian rangka atap

baja dengan rangka utama portal digunakan sambungan las.

- Proses Penyetelan

Pekerjaan penyetelan dilaksanakan setelah setiap profil yang dibutuhkan telah

ada dilapangan. Profil yang berfungsi sebagai rangka utama atap yang telah

disambung sebelumnya dengan sambungan baut diangkat dengan

menggunakan alat bantu crane, setelah dilakukan pengecekan sesuai dengan

gambar rencana yang ada dan posisinya tepat sesuai dengan yang direncanakan

lalu dilakukan proses penyambungan baja rangka atap ini terhadap rangka

utama dengan menggunakan sambungan las. Setelah semua ikatan angin

selesai dipasang sesuai dengan gambar rencana yang ada, baru dilanjutkan

dengan pemasangan bahan pelapis atap.

4.4. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

Kerja Praktek Lapangan yang dilakukan di lokasi proyek Pembangunan

Showroom Auto 2000 Palembang ini lebih meninjau pekerjaan struktur atas. Pekerjaan

struktur atas ini lebih didominasi oleh pekerjaan beton. Pekerjaan beton ini ada

bermacam-macam yaitu pekerjaan balok, kolom, plat dan lain-lain.

Pelaksanaan pekerjaan beton secara umum memerlukan bahan atau material.

Material bangunan pada proyek pembangunan showroom auto 2000 terdiri dari :

a) Beton Ready Mix

Beton ready mix dipesan dari PT. Maju Mix Bersama Abadi untuk pengecoran

plat, balok, kolom dan tangga. Pada proyek ini memakai beton ready mix K-250

b) Semen

Jika tidak ada ketentuan lain dari pengawas, maka semen yang digunakan adalah

semen portland dengan persyaratan standar Indonesia ASTM C-150. Cara

penyimpanan dan penumpukan harus diperhatikan antara lain terlindung dari

kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak serta disimpan dengan baik.

Page 16: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

c) Besi Tulangan

Besi tulangan beton harus memenuhi persyaratan tegangan leleh karakteristik,

Fy = 240 MPa (BJTP-24) untuk tulangan yang berdiameter < 12 mm.

Fy = 400 MPa (BJTD-40) untuk tulangan yang berdiameter > 12 mm, dan harus

menggunakan tulangan ulir.

Besi tulangan ini harus bersih dari serpihan karat, minyak gemuk, dan pelapis

yang dapat merusak atau mengurangi daya lekatnya. Besi tulangan harus dapat

dibengkokkan sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran pada gambar.

4.4.1 Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat Lantai

4.4.1.1 Pekerjaan pembesian

Baja Tulangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

BJTD-40 (tulangan ulir) untuk tulangan dengan diameter D ≥ 12 mm,

dengan tegangan leleh fy = 4000 kg/cm²

BJTP-24 (tulangan polos) untuk tulangan dengan diameter < 12 mm,

dengan tegangan leleh fy = 2400 kg/cm²

Tebal selimut beton yang digunakan adalah 40 mm.

Pekerjaan penulangan terdiri dari tahap perangkaian tulangan dan pemasangan

acuan bekisting. Tahapan pekerjaan tulangan kolom terdiri dari :

a) Pengukuran dan pemotongan besi tulangan

Pemotongan besi tulangan atau baja dilakukan langsung di lapangan menggunakan

alat-alat yang telah disediakan tentunya. Pemotongan dan pembengkokan

dilakukan dengan bantuan Strong Bar Cutter dan Strong Bar Bender. Perhitungan

dan perencanaan yang baik sangat diperlukan agar penggunaan bahan yang lebih

efisien dan bermanfaat sehingga tidak banyak potongan yang terbuang. Potongan

tersebut harus bersih agar mutu dan kualitas besi atau baja dapat terjaga, kondisi

harus lurus agar hasil pengukuran tepat, pemotongan dibedakan menurut garis

tengah penampang.

Page 17: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

b) Merangkai tulangan

Kemudian batang-batang baja yang sudah sesuai ukuran mulai dirangkai dan

bagian bawahnya disambungkan dengan tulangan tiang pancang dengan tujuan

penyaluran gaya. Penyambungan dilakukan dengan menggunakan kawat las ø 3,2

x3500 mm CHE40 (E6013) (Gambar 4.8).

Sambungan tulangan tidak boleh dilakukan pada sambungan tegangan

maksimum. Panjang penyaluran tulangan pada sambungan harus sesuai dengan yang

diisyaratkan agar diperoleh tegangan atau kekuatan penuh. Antara permukaan tulangan

harus dibuat jarak bersih minimum sesuai yang diisyaratkan atau yang lebih dikenal

dengan sebutan selimut beton. Ukuran selimut beton pada proyek ini adalah lebih kurang

4 cm. Biasanya jarak untuk selimut beton dibuat menggunakan batu tahu atau pun besi

yang dibengkokkan atau biasa disebut beton deking..

Setelah tulangan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dirangkai menurut

gambar kerja maka rangkaian atau anyaman tersebut harus dibersihkan dari kotoran-

kotoran logam yang menempel, minyak atau kotoran lain yang dapat menyebabkan

berkurang daya lekatnya sebelum melakukan pengecoran. Untuk penulangan kolom

lantai 2 dilakukan setelah pengecoran kolom lantai 1 berumur 15 hari. Dengan cara

menyambungkan pembesian dari kolom lantai 1.

Pekerjaan pembesian balok sama dengan pembesian kolom. Untuk tulangan

balok dianyam di atas bekisting, tulangan dirangkai kedalam acuan, artinya pekerjaan

tersebut dilakukan langsung dengan menyambungkan penulangan struktur ke overlap

yang tersedia dan dirangkai sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja.

Untuk pekerjaan penulangan plat lantai menggunakan besi polos berdiameter 10

mm yang telah dipotong sesuai kebutuhan dan gambar kerja. Penulangan plat dilakukan

setelah anyaman besi balok diletakkan pada bekisting. Untuk penulangan plat besi yang

sudah dipotong sesuai ukuran gambar rencana dianyam diatas bekisting plat lantai yang

sudah dipasang atau disusun sesuai rencana kerja. Pembesian plat lantai tersebut terikat

pada pembesian balok supaya besi anyaman plat lantai tidak bergeser atau bergerak.

Untuk pekerjaan pembesian portal utama yaitu kolom dan balok utama

digunakan tulangan utama dengan ukuran 16 mm. Pada detailing pembesian dilapangan

Page 18: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

terdapat tulangan lapangan dan tulangan tumpuan. Panjang bentang dari tulangan

lapangan dan tumpuan masing-masing adalah 1/3 dari bentang kolom maupun balok.

Prosedur pembesian dimulai dengan pemotongan dan pembengkokan batang-batang baja

tulangan seperti yang terlampir diatas.

Sengkang yang digunakan untuk tiap jenis kolom maupun balok menggunakan

Tulangan Polos dengan diameter 10 mm, Sengkang untuk daerah tumpuan dipasang

dengan jarak antar sengkang sebesar 100 mm dan untuk daerah lapangan dengan jarak

150 mm. Selain sengkang, pada kolom dan balok juga dipasang pengikat tambahan

dengan detail untuk masing-masing kolom dan balok berbeda sesuai gambar rencana.

Contoh penulangan kolom,balok,plat dan pile cap tampak pada gambar 4.21. a,b,c dan d.

Beberapa Hal yang diperhatikan dalam tahapan pekerjaan pembesian ini antar

lain :

1. Pembengkokan dan Pemotongan besi tulangan atau baja dilakukan langsung

di lapangan menggunakan alat-alat yang telah disediakan tentunya tampak

seperti gambar 4.18. Perhitungan dan perencanaan yang baik sangat

diperlukan agar penggunaan bahan yang lebih efisien dan bermanfaat

sehingga tidak banyak potongan yang terbuang.

Gambar 4.18. Pembengkokan besi tulangan

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

Page 19: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

2. Penyambungan antar tulangan ke elemen lainnya, misalnya tulangan kolom

dengan tulangan Pile Cap, dilakukan dengan mengunakan kawat.

Gambar 4.19. Penulangan pada daerah pertemuan balok-kolom

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

3. Penggunaan las pada sambungan struktur tidak diizinkan, kecuali

penyambungan Pile pada Pondasi Tiang Pancang.

4. Tulangan- tulangan yang menunjukkan tanda-tanda retak tidak digunakan

5. Tidak ada tempat khusus untuk penyimpanan material besi tulangan,

tulangan langsung menyentuh muka tanah sehingga kemungkinan

terkontaminasi material lain.

Gambar 4.20. Tulangan yang ditempatkan di area terbuka

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

Page 20: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi

syarat-syarat :

1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.

2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan.

3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.

a. Penulangan pada kolom

b. Penulangan pada balok

Page 21: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

c. Penulangan pada plat lantai

d.Penulangan pada pile cap

Gambar 4.21. Contoh penulangan pada struktur

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

4.4.1.2 Pekerjaan pemasangan framework/bekisting

Bekisting dirakit menurut ukuran, bentuk, garis dan dimensi yang tepat sehingga

diperoleh permukaan yang rata, menggunakan Plywood ukuran 9 mm. Sebelumnya

harus disediakan tempat untuk bukaan, kunci-kunci, angkur-angkur dan lain-lain yang

dibutuhkan. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga pembongkarannya tidak

mengakibatkan getaran keras atau kejutan pada beton. Bekisring harus dipasang secara

tepat, penempatan, kesejajaran dan kemiringannya tidak boleh menimbulkan kebocoran

atau menetesnya adukan beton dan tidak boleh mengalami pergeseran selama beton

dituangkan. Semua sekrup pada bekisting harus dikencangkan.

Page 22: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Bekisting tersebut harus cukup rapat, mudah dilepas dari beton dan harus bersih

karena serbuk-serbuk kayu hasil pemotongan dapat mengurangi volume beton sehingga

dapat mengakibatkan beton cepat runtuh. Bekisting belum boleh di bongkar bila beton

belum mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri dan berat beban lain

yang sudah harus ditahannya. Waktu minimum yang diperlukan untuk membongkar

bekisting sejak pengecoran lebih kurang 21 hari. Untuk pembuatan bekisting kolom

lantai 2 dilakukan setelah umur beton plat lantai 2 maupun beton kolom lantai 1 berumur

15 hari. Hal ini dilakukan karena setelah 15 hari beton dapat menahan bebannya sendiri

maupun menahan beban di atasnya.

Pemasangan bekisting balok sama dengan pemasangan bekisting kolom.

Pemasangan bekisting plat lantai dilakukan secara bersamaan dengan pemasangan

bekisting balok.

Bekisting juga menggunakan kayu gelam yang di bentuk sedemikian rupa

sebagai penunjang untuk mengkoreksi lendutan dan penurunan yang terjadi pada acuan

sebelum dan sesudah pengecoran. Tampak pada gambar 4.22.a. juga digunakan

indikator berupa batu/balok kecil yang diikatkan dengan tali atau benang pada bekisting

kolom untuk melihat apakah kolom tegak lurus pada saat dilakukan pengecoran.

Bagian-bagian cetakan :

1. Panel cetakan

Material yang digunakan untuk panel cetakan adalah plywood karena

pertimbangan antara lain aspek ekonomis, karena penggunaannya dapet

berulang kali dan permukaan beton yang dihasilkan relatif lebih halus.

Pembuatan panel-panel untuk sisi-sisi cetakan kolom diperkuat dengan balok

kayu arah tegak dan diperkuat secara horizontal dengan penguat horizontal

tampak pada gambar . Bagian yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

pertemuan antar panel yang membentuk sudut dapat bertemu dengan baik.

Balok penguat tegak secara konvensional menggunakan balok kayu dengan

ukuran yang disesuaikan (di lapangan tidak ditetapkan ukuran tertentu).

Balok penguat horizontal secara konvensional menggunakan balok kayu

yang dipres dan dikunci/dimatikan dengan paku.

Page 23: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

a. Bekisting pada kolom

b. Bekisting pada balok

Page 24: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

c. Bekisting pada plat lantai

Gambar 4.22. Contoh bekisting pada struktur

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

2. Penyangga (braching)

Cetakan kolom dan balok harus ditopang pada berbagai arah untuk

menghindari terjadinya perubahan posisi, terutama pada saat pengecoran.

Material yang digunakan sebagai braching pada proyek ini adalah material

kayu seperti pada gambar 4.23. Hal yang perlu diperhatikan dalam

pengecoran adalah batas pertemuan antara balok dan kolom.

a. Pemasangan penyangga pada kolom

Page 25: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

b. Kolom dengan penyangga

c. Balok dengan penyangga

Gambar 4.23. Bekisting kolom dan balok dengan penyangga

Sumber : ( Foto langsung di lapangan )

Page 26: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

4.4.1.3 Pekerjaan Pengecoran

Beton yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran ini adalah Beton Ready mix

dari PT. Maju Mix Bersama Abadi sebagai Suplayer.

Mutu beton yang direncanakan untuk pekerjaan kolom adalah :

a. Kekuatan tekan karakteristik beton : K 250

b. Slump Rencana : 10 ± 2 cm

Proses pengecoran dilakukan dengan pembersihan tulangan dan bekisting dari

benda-benda yang tidak diperlukan. Pembersihan dilakukan dengan menyingkirkan dan

mengambil bekas potongan kawat pengikat, paku, besi, serta material lain. Langkah

selanjutnya adalah melakukan penyemprotan acuan dengan menggunakan air, yang

bertujuan agar acuan tidak menyerap air dari campuran beton yang akan di cor nanti.

Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan persiapan. Prosedurnya

diawali dengan menempatkan beton ready mix ke dalam bucket excavator, dapat dilihat

pada gambar 4.26. Kemudian bucket diangkat menuju bagian atas bekisting dan

selanjutnya di tuang ke dalam bekisting, penuangan dibantu oleh dua pekerja yang

ditempatkan diatas bekisting. Setelah satu selesai di cor, hamparan beton dalam

bekisting kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan vibrator. Pemadatan

ini dilakukan dengan seksama dan diusahakan agar coran tersebut masuk diantara

tulangan-tulangan dan kedalam sudut-sudut dari acuan.

Di bagian bawah dilakukan pengecekan oleh beberapa orang pekerja.

Pengecekan dilakukan terhadap bekisting bagian bawah untuk menghindari kebocoran.

Karena dalam beberapa kejadian ditemui adanya kebocoran di sebabkan bekisting yang

kurang kuat. Bila ditemui keadaan seperti ini, maka segera dilakukan penambalan pada

bekisting tersebut.

Agar didapat kualitas beton yang sesuai dengan mutu yang diharapkan yaitu

K250, maka adukan beton dari mobil ready mix diambil sampel atau sebagai benda uji

untuk di periksa nilai slumpnya dan kemudian diuji kuat tekat betonnya ke laboratorium.

Dalam proyek ini uji kuat tekan betonnya diuji di SUCOFINDO. Dari hasil pemeriksaan

uji kuat tekan betonnya menunjukkan bahwa mutu yang diharapkan telah tercapai, yaitu

mutu beton K-250.

Page 27: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

a. Pemeriksaan slump

b. Contoh benda uji

Page 28: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

c. Menimbang berat benda uji

d. Pengujian benda uji 1

e. Pengujian benda uji 2

Gambar 4.24. Langkah-langkah pengujian adukan beton

Sumber : ( Foto langsung di lapangan dan data P.T Tatamulia Nusantara Indah )

Page 29: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Prosedur pemeriksaan slump test pada proyek ini seperti terlihat pada gambar

4.24. antara lain:

1. Pemeriksaan slump test dilakukan setiap kedatangan truk mixer ready mix.

Slump rencana berdasarkan spesifikasi adalah 10 + 2 cm.

2. Pembuatan benda uji

Benda uji diambil 4 buah sampel kubus beton untuk setiap truck mixer.

Selanjutnya uji kuat tekan beton dilakukan menggunakan 2 sampel pada umur 7

hari dan 2 sampel pada umur 28 hari.

Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, 12 sampel benda uji dilihat langsung

pemeriksaan slump testnya. Dari 12 sampel benda uji yang dilakukan pemeriksaan

slump test didapat nilai rata-rata slump adalah 9,23 cm. Sedangkan nilai slump rencana

adalah 10 + 2 cm. Maka dapat disimpulkan bahwa kekentalan adukan beton telah sesuai

dengan spesifikasi rencana.

Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ditetapkan mutu beton

rencana adalah K-250. Beton dengan mutu K-250 menyatakan kuat tekan beton

minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan benda uji

kubus beton ukuran 15x15x15 cm. Dari data hasil rekaman uji kuat tekan beton

sebagaimana terlampir, didapat kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari adalah

289,85 kg/cm2. Dapat dilihat bahwa kuat tekan beton telah memenuhi spesifikasi, karena

nilainya lebih besar dari kuat tekan beton minimum yang telah direncanakan yaitu 250

kg/cm2.

Page 30: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Gambar 4.25. Pengecoran kolom

Sumber : ( Foto langsung di lapangan)

1. Pengecoran Plat dan Balok Lantai 2

Page 31: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

2. Truck mixer

3. Pengecoran plat lantai dasar

Gambar 4.26. Proses Pengecoran

Sumber : ( Foto langsung di lapangan)

Page 32: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Perhitungan Kebutuhan Pengecoran

Contoh Perhitungan kebutuhan pengecoran :

Untuk Kolom K1 (40cm x 40cm) untuk tinggi 5.5 m

Lebar = 0,4 m

Panjang = 0,4 m

Tinggi = 5,5 m

Volume kolom pada saat pengecoran :

= P x L x T

= 0,4 m x 0,4 m x 5,5 m

= 0,88 m3

Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk kolom K1 tinggi 5.5 m :

= 0.88 m3 x total kolom K1

= 0,88 m3 x 28

= 24,64 m3

Untuk Kolom K1 (40cm x 40cm) untuk tinggi 4 m

Lebar = 0,4 m

Panjang = 0,4 m

Tinggi = 4 m

Volume kolom pada saat pengecoran :

= P x L x T

= 0,4 m x 0,4 m x 4 m

= 0,64 m3

Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk kolom K1 tinggi 4 m :

= 0,64 m3 x total kolom K1

= 0,64 m3 x 28

= 17,92 m3

Page 33: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Untuk Kolom K1 (40cm x 40cm) untuk tinggi 9,5 m

Lebar = 0,4 m

Panjang = 0,4 m

Tinggi = 9,5 m

Volume kolom pada saat pengecoran :

= P x L x T

= 0,4 m x 0,4 m x 9,5 m

= 1,52 m3

Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk kolom K1 tinggi 9,5 m :

= 1,52 m3 x total kolom K1

= 1,52 m3 x 7

= 10,64 m3

Total keseluruhan volume beton untuk kolom K1:

= 24,64 m3 + 17,92 m3 + 10,64 m3

= 53,2 m3

Untuk Balok B4 (25cm x 50cm) untuk panjang 3 m

Lebar = 0,25 m

Panjang = 3 m

Tinggi = 0,5 m

Volume balok pada saat pengecoran :

= P x L x T

= 3 m x 0,25 m x 0,5 m

= 0,375 m3

Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk balok B4 panjang 3 m :

= 0,375 m3 x total balok B4

= 0,375 m3 x 53

= 19,875 m3

Page 34: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Untuk Balok B5 (25cm x 50cm) untuk panjang 6,65 m

Lebar = 0,25 m

Panjang = 6.65 m

Tinggi = 0,5 m

Volume balok pada saat pengecoran :

= P x L x T

= 6,65 m x 0,25 m x 0,5 m

= 0,83 m3

Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk balok B5 panjang 6,65 m :

= 0,83 m3 x total balok B5

= 0,83 m3 x 48

= 39,9 m3

Total keseluruhan volume beton untuk balok:

= 19,875 m3 + 39,9 m3

= 59,775 m3

Untuk Plat Lantai

Lebar = 24 m

Panjang = 40 m

Tebal = 0,12 m

Volume Pelat Lantai pada saat pengecoran :

= P x L x T

= 24 m x 40 m x 0,12 m

= 115,2 m3

Page 35: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk plat lantai:

= 115,2 x total lantai

= 115,2 x 2

= 230,4 m3

Tabel kebutuhan beton untuk Kolom :

Tipe Ukuran Kolom (mm) Tinggi (mm) Volume Beton ( M3)

K1 400 x 400 9500 10,64 m3

K1 400 x 400 5500 24,64 m3

K1 400 x 400 4000 17,92 m3

Total Volume Beton 53,2 m3

Tabel kebutuhan beton untuk Balok :

Tipe Ukuran Kolom (mm) Panjang(mm) Volume Beton ( M3)

B4 250 X 500 3000 19,875 m3

B5 250 X 500 6650 39,9 m3

Total Volume Beton 59,775 m3

Tabel kebutuhan beton untuk Plat Lantai :

Tipe Ukuran Plat lantai (mm) Tebal (mm) Volume Beton ( M3)

Plat Lantai 24000 X 40000 120 115,2 m3

Total Volume Beton 2 Lantai 230,4 m3

Total volume pengecoran seluruhnya = 53,2 m3 + 59,775 m3 + 230,4 m3 = 343,375 m3

Page 36: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Produktivitas Pengecoran

Volume total kebutuhan pengecoran kolom dan balok yang didapat dari

perhitungan manual adalah sebesar 343,375 m3.

Volume satu 1 mixer beton yang paling banyak digunakan dalam proyek

ini adalah sebesar 5 m3 / mixer.

Maka banyak mixer yang dibutuhkan =343,375 m3

5 m3

= 68,675 = 69 mixer

Apabila dalam satu kali waktu pengecoran dapat disuplai adukan beton sebanyak

4 mixer, maka pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan sebanyak 18 kali atau

pekerjaan pengecoran dapat terlaksana dalam 18 waktu pengecoran yang dapat

dijadwalkan oleh pihak pelaksana sesuai dengan urutan pekerjaan yang

dilaksanakan.

Namun, pada kenyataannya pekerjaan pengecoran tidak dapat terlaksana dengan

baik karena diakibatkan keterlambatan kedatangan alat pengecoran dan

kurangnya suplai volume adukan beton yang diminta atau suplai volume adukan

beton yang diterima tidak sesuai dengan permintaan pihak pelaksana. Sehingga

menyebabkan pelaksanaan pekerjaan pengecoran tidak terlaksana sesuai dengan

jadwal pekerjaan yang telah direncanakan. Oleh karena itu produktivitas

pekerjaan pengecoran menjadi menurun atau nilai produktivitasnya kecil

diakibatkan besarnya waktu delay.

Page 37: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

4.4.1.4 Pekerjaan Pembongkaran Framework/Bekisting

Framework atau bekisting belum boleh dibongkar bila beton belum mencapai

kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri dan beban lain yang harus

ditahannya. Waktu minimum yang diperlukan sejak pengecoran sampai bekisting dapat

dibongkar adalah :

1. Bekisting kolom : 21 hari

2. Bekisting balok : 21 hari

3. Bekisting pelat lantai : 21 hari

Gambar 4.27. Proses Pembongkaran bekisting

Sumber : ( Foto langsung di lapangan)

4.4.1.5 Pekerjaan Curing

Perawatan (curing) yang segera dan kemudian berkembang secara efektif untuk

suatu jangka waktu yang dapat dilaksanakan merupakan suatu langkah penting bagi

perkembangan cukup merata dari suatu bahan pengikat seperti semen. perawatan beton

yang dilakukan setelah pengecoran dilakukan untuk menambah kuat tekan beton dan

memperbaiki mutu yang disyaratkan seperti, kekedapan terhadap air, ketahan terhadap

keausan serta stabilitas dari dimensi konstruksi yang bersangkutan.

Page 38: BAB+4+TINJAUAN+PELAKSANAAN

Tujuan perawatan beton yaitu :

1. Mencegah kehilangan moisture pada beton (tidak kurang dari 80%)

2. Mempertahankan suhu yang baik selama durasi waktu tertentu (diatas suhu

beku dan dibawah 50 derajat Celcius)

3. kelembaban beton selama proses kimia pengikatan semen.

Pada proyek auto 2000 ini ketentuan untuk perawatan beton adalah setiap

elemen perawatan dilakukan dengan penyemprotan (Fogging) dan juga menggunakan

penutup basah.

4.4.2. Kendala – Kendala Pekerjaan

Pada pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Showroom Auto 2000 ini

kendala- kendala yang dihadapi antara lain adalah:

1. Kedatangan bahan beton ready mix untuk pekerjaan pengecoran yang tidak

sesuai jadwal sehingga menyebabkan kegiatan pengecoran tertunda sementara

hingga alat tersebut datang.

2. Kurangnya suplai material beton, diakibatkan pada saat pelaksanaan proyek ini

sedang berlangsung juga tahap penyelesaian proyek venue SEA-games di kota

Palembang sehingga pihak penyuplai lebih terfokus pada proyek tersebut.