bab+4+tinjauan+pelaksanaan
DESCRIPTION
kpTRANSCRIPT
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN
4.1. Kondisi Bangunan
Pembangunan Gedung Showroom Auto 2000 merupakan salah satu
pembangunan gedung dalam proyek Pembangunan Auto 2000 di jalan Tanjung Api –
Api, Kecamatan Sukarami – Palembang, Sumatera Selatan. Selain Gedung Showroom,
juga terdapat Gedung Workshop dan Gedung Depo Part. Luas lokasi tanah ± 1,17
hektar digunakan untuk membangun tiga gedung tersebut dengan luas bangunan Gedung
Showroom sendiri ± 960 m2. Gedung Showroom memiliki dua lantai yang elevasi
bangunannya ± 11 meter dari elevasi ± 0,00 meter (elevasi tanah urugan) dengan tinggi
lantai dasar atau lantai 1 ± 5,5 meter dan lantai 2 ± 5,5 meter (dengan tinggi atap).
Gedung Showroom ini difungsikan sebagai gedung kantor untuk sarana aktivitas
perkantoran serta melayani pelanggan Auto 2000.
4.2. Material dan Peralatan
4.2.1. Material
Pada proyek pembangunan Gedung Showroom Auto 2000, material yang
digunakan antara lain :
a. Tiang Pancang
Tiang pancang yang digunakan pada proyek ini seperti dalam gambar 4.1
adalah minipile dengan penampang persegi berdimensi 250 mm x 250 mm. Panjang
minipile yang digunakan yaitu 6 meter dan dipancang bisa sampai kedalaman 18 meter.
Minipile tersebut berbahan dari beton bertulang dengan mutu beton K-450, dengan
tulangan utama baja ulir dengan BJTD – 50.
Gambar 4.1. Material Tiang Pancang (Minipile 250x250)
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
b. Air
1. Air untuk keperluan adukan pekerjaan pasangan atau beton dan lain-lain harus
bersih dan tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak.
2. Bila pemberian air untuk bangunan tidak mungkin atau mencukupi dari
perusahaan air bersih, maka pelaksana hendaknya wajib memeriksakan terlebih
dahulu pada laboratorium penyelidikan bahan-bahan untuk mendapatkan
sertifikat dapat atau tidaknya air tersebut untuk pembangunan. Biaya untuk
pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor.
c. Portland Cement
1. Sedapat mungkin dipakai satu macam semen yang berkualitas baik yang
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari direksi ( Gambar 4.2).
2. Kantong-kantong PC (Portland Cement) yang cacat (robek), isinya tidak boleh
dipergunakan.
Gambar 4.2. Portland Cement
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
d. Agregat
Agregat yang digunakan adalah agregat halus yaitu pasir dan agregat kasar
seperti dalam gambar 4.3. yaitu koral yang digunakan untuk pembuatan adukan beton
sebagai lantai kerja.
Gambar 4.3. Pasir dan Koral
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
e. Besi Beton
Besi beton (tulangan) yang digunakan harus dengan kualitas baik (sesuai
dengan syarat PBI 1971). Pada proyek ini digunakan besi beton profil ulir
dengan mutu baja BJTD-40 berdiameter D≥12 mm yang digunakan sebagai
tulangan pile cap dan besi polos dengan mutu BJTP-24 berdiameter Ø<12 mm
untuk sengkang seperti tampak pada gambar 4.4.
Gambar 4.4. Besi Beton (Tulangan)
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
f. Batako dan Kayu Plywood
Batako seperti terlihat pada gambar 4.5. digunakan untuk membuat bekisting
pekerjaan pengecoran pile cap, sedangkan untuk kolom, balok dan lantai digunakan
plywood (gambar 4.6.) untuk membuat bekistingnya.
Gambar 4.5. Batako
Gambar 4.6. Kayu Plywood
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
g. Kayu
Kayu pada gambar 4.7. digunakan sebagai bahan untuk membuat kantor
sementara, gudang, tulangan bekisting, serta membuat bouwplank.
Gambar 4.7. Kayu
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
h. Kawat las
Kawat las yang digunakan untuk penyambungan adalah kawat las ø 3,2 x3500
mm CHE40 (E6013) seperti terlihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8. Kawat Las
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
4.2.2. Peralatan
Peralatan-peralatan yang
digunakan pada pekerjaan proyek
pembangunan Gedung Showroom Auto
2000 ini antara lain :
a. Backhoe
Alat backhoe terlihat pada gambar 4.9. berfungsi untuk menggali dan
membersihkan lahan dari rumput serta akar pepohonan dan memindahkan tanah dalam
pelaksanaan levelling tanah .
Gambar 4.9. Backhoe
Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
b. Bulldozer
Alat bulldozer pada gambar 4.10. berfungsi untuk membersihkan lahan dari
pepohonan, serta memindahkan dan menyebar material berupa tanah.
Gambar 4.10. Bulldozer
Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
c. Truk
Truk berfungsi sebagai alat pemindah atau pengangkutan material berupa tanah
dan pohon – pohon yang dapat mengganggu kegiatan proyek seperti terlihat pada
gambar 4.11.
Gambar 4.11. Truk
Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
d. Roller
Alat ini berfungsi sebagai perata permukaan tanah yang telah ditimbun dan
membentuk permukaan yang diinginkan, contohnya pada gambar 4.12.
Gambar 4.12. Roller
Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
e. Truck Crane
Alat ini berfungsi mengangkat material yang akan dipindahkan secara
horizontal maupun vertical dan menurunkan material ke tempat yang diinginkan seperti
tampak pada gambar 4.13.
Gambar 4.13. Truck Crane
Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
f. Alat Pengukuran
Alat pengukuran yang digunakan antara lain Waterpass, Theodolite, dan
meteran. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan elevasi (ketinggian)
bangunan dan titik – titik pemancangan.
g. Alat Pemancang Tiang (Pile Driving)
Alat pemancang tiang (pile driving) yang digunakan pada pemancangan tiang
di proyek pembangunan gedung Showroom ini seperti pada gambar 4.14. adalah drop
hammer dengan berat hammer 1,5 ton.
Gambar 4.14. Drop Hammer
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
h. Cangkul dan Palu
Digunakan untuk mencangkul / menggali tanah serta memotong atau
menghancurkan bagian minipile yang berada di atas permukaan tanah.
4.3. Pelaksanaan Pekerjaan Secara Umum
Pelaksanaan pekerjaan secara umum adalah pekerjaan yang mencangkup
keseluruhan pekerjaan dalam proyek konstruksi. Adapun pekerjaan ini meliputi:
a. Pekerjaan Persiapan
- Pengukuran
Pekerjaan pengukuran seperti tampak pada gambar 4.15. dilakukan oleh
surveyor dengan menggunakan alat teropong waterpas yang baik. Dilakukan
untuk menentukan titik atau letak situasi juga pemasangan patok-patok.
Gambar 4.15. Pengukuran di lapangan
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
- Mobilisasi dan demobilisasi
Semua peralatan untuk pekerjaan dimobilisasi dari dalam kota, apabila tidak
memungkinkan maka diambil dari luar kota. Tingkat suvervisor ke atas
dimobilisasi dari luar kota begitu pun para pekerjanya.
- Keet, kantor kontraktor dan sarana penunjang lainnya
Untuk kepentingan administrasi maka kantor lapangan / barak kerja dibuat di
dekat lokasi pekerjaan. Seperti terlihat pada gambar 4.16. adalah gambar
bangunan keet pada proyek auto 2000.
Gambar 4.16. Direksi Keet
Sumber : ( Data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
b. Pekerjaan Pemancangan
- Pengadaan tiang pancang dengan diameter 25 cm
Jenis material tiang pancang dari beton bertulang dengan mutu beton K-400
(Precast Pile). Ukuran Tiang Pancang tersebut adalah 25x25 cm dengan
kedalaman masing-masing tiang pancang kurang lebih 18 m.
- Proses pemancangan tiang pancang
Pemancangan tiang pancang menggunakan alat drop hammer. Proses
pemancangan tampak pada gambar 4.17. Tiang pancang diposisikan tepat pada
titik pancang, kemudian dilakukan pemukulan hingga tiang masuk ke dalam
tanah hingga kedalaman yang diperlukan. Apabila ada kelebihan badan tiang,
maka dilakukan pemotongan.
- Pengujian tiang pancang (PDA test) dan kalendering.
Pada proyek pembangunan showroom ini, untuk menguji daya dukung tiang
pancang digunakan tes kalendering dan Pile Driving Analyzer (PDA), dimana
tiap titik pancang dilakukan tes kalendering sedangkan hanya 3 titik pancang
dilakukan tes PDA.
Gambar 4.17 Proses Pemancangan
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
c. Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat lantai
- Pekerjaan pembesian/penulangan
Pembesian dipasang dahulu sehingga terbentuk rangka sesuai dengan gambar
rencana. Pembesian merupakan kumpulan besi yang dirangkai sehingga
membentuk rangka struktur dengan menggunakan kawat. Setelah itu, dilakukan
pemasangan beton deking pada bagian luar rangka struktur untuk jarak selimut
beton (tebal selimut beton yang digunakan adalah 40 mm).
- Pekerjaan pemasangan framework/bekisting
Bekisting dipasang setelah pembesian dan pemasangan beton deking. Untuk
kolom dan dinding, digunakan juga verticality supaya pemasangan bekisting
pada rangka struktur tersebut tidak miring. Bekisting umumnya menggunakan
papan kayu dan triplek dengan permukaan yang halus dan rata. dipasang
dengan rapat, juga menggunakan kayu kasau yang berfungsi sebagai balok suri
dan gelagar utama agar lebih kuat.
- Pekerjaan pengecoran
Campuran beton dimasukkan ke dalam bekisting setelah dipastikan semua
areal pekerjaan telah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang berupa kawat sisa
ikatan pembesian, serbuk kayu dan kotoran lainnya. Agar diperoleh beton yang
padat, dilakukan penggetaran pada campuran beton yang sudah dituangkan ke
dalam bekisting dengan concrete vibrator electric high frequency.
- Pekerjaan pembongkaran framework/bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton telah cukup kuat untuk
menahan berat sendiri dan beban lainnya. Waktu minimum yang diperlukan
untuk membongkar bekisting sejak pengecoran lebih kurang 21 hari.
Pembongkarannya tidak boleh mengakibatkan getaran keras atau kejutan pada
beton.
- Pekerjaan curing
Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik, agar beton tidak kehilangan
kelembabannya. Caranya menjaga permukaan permukaan beton agar tetap
basah, dirawat dibasahi dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah.
Dapat juga digunakan bahan khusus perawat beton untuk membasahi
permukaan beton.
d. Pekerjaan Atap Baja
- Proses pengadaan atau penyediaan sumber daya
Pembuatan rangka atap baja pada proyek ini dilaksanakan sesuai dengan
gambar rencana yang telah dibuat. Pembuatannya melalui proses pabrikasi,
dimana setiap profil baja telah diukur tepat sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemasangan dan penyambungan antar profil baja. Semua
bagian dari profil baja ini harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga dalam
pelaksanaannya tidak terjadi celah yang tidak sesuai dengan ukuran plat baja
atau baut yang akan dipasang.
- Proses penyambungan
Pada proses penyambungan rangka atap baja, penyambungan setiap profil
dilakukan di lokasi proyek. Penyambungan dari portal dan atap baja dilakukan
dengan menggunakan sambungan baut dan sambungan las. Sambungan dengan
menggunakan baut digunakan untuk menyambung sambungan antar rangka
utama atap baja itu sendiri, sedangkan untuk menyambung bagian rangka atap
baja dengan rangka utama portal digunakan sambungan las.
- Proses Penyetelan
Pekerjaan penyetelan dilaksanakan setelah setiap profil yang dibutuhkan telah
ada dilapangan. Profil yang berfungsi sebagai rangka utama atap yang telah
disambung sebelumnya dengan sambungan baut diangkat dengan
menggunakan alat bantu crane, setelah dilakukan pengecekan sesuai dengan
gambar rencana yang ada dan posisinya tepat sesuai dengan yang direncanakan
lalu dilakukan proses penyambungan baja rangka atap ini terhadap rangka
utama dengan menggunakan sambungan las. Setelah semua ikatan angin
selesai dipasang sesuai dengan gambar rencana yang ada, baru dilanjutkan
dengan pemasangan bahan pelapis atap.
4.4. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Kerja Praktek Lapangan yang dilakukan di lokasi proyek Pembangunan
Showroom Auto 2000 Palembang ini lebih meninjau pekerjaan struktur atas. Pekerjaan
struktur atas ini lebih didominasi oleh pekerjaan beton. Pekerjaan beton ini ada
bermacam-macam yaitu pekerjaan balok, kolom, plat dan lain-lain.
Pelaksanaan pekerjaan beton secara umum memerlukan bahan atau material.
Material bangunan pada proyek pembangunan showroom auto 2000 terdiri dari :
a) Beton Ready Mix
Beton ready mix dipesan dari PT. Maju Mix Bersama Abadi untuk pengecoran
plat, balok, kolom dan tangga. Pada proyek ini memakai beton ready mix K-250
b) Semen
Jika tidak ada ketentuan lain dari pengawas, maka semen yang digunakan adalah
semen portland dengan persyaratan standar Indonesia ASTM C-150. Cara
penyimpanan dan penumpukan harus diperhatikan antara lain terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak serta disimpan dengan baik.
c) Besi Tulangan
Besi tulangan beton harus memenuhi persyaratan tegangan leleh karakteristik,
Fy = 240 MPa (BJTP-24) untuk tulangan yang berdiameter < 12 mm.
Fy = 400 MPa (BJTD-40) untuk tulangan yang berdiameter > 12 mm, dan harus
menggunakan tulangan ulir.
Besi tulangan ini harus bersih dari serpihan karat, minyak gemuk, dan pelapis
yang dapat merusak atau mengurangi daya lekatnya. Besi tulangan harus dapat
dibengkokkan sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran pada gambar.
4.4.1 Pekerjaan Kolom, Balok dan Plat Lantai
4.4.1.1 Pekerjaan pembesian
Baja Tulangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
BJTD-40 (tulangan ulir) untuk tulangan dengan diameter D ≥ 12 mm,
dengan tegangan leleh fy = 4000 kg/cm²
BJTP-24 (tulangan polos) untuk tulangan dengan diameter < 12 mm,
dengan tegangan leleh fy = 2400 kg/cm²
Tebal selimut beton yang digunakan adalah 40 mm.
Pekerjaan penulangan terdiri dari tahap perangkaian tulangan dan pemasangan
acuan bekisting. Tahapan pekerjaan tulangan kolom terdiri dari :
a) Pengukuran dan pemotongan besi tulangan
Pemotongan besi tulangan atau baja dilakukan langsung di lapangan menggunakan
alat-alat yang telah disediakan tentunya. Pemotongan dan pembengkokan
dilakukan dengan bantuan Strong Bar Cutter dan Strong Bar Bender. Perhitungan
dan perencanaan yang baik sangat diperlukan agar penggunaan bahan yang lebih
efisien dan bermanfaat sehingga tidak banyak potongan yang terbuang. Potongan
tersebut harus bersih agar mutu dan kualitas besi atau baja dapat terjaga, kondisi
harus lurus agar hasil pengukuran tepat, pemotongan dibedakan menurut garis
tengah penampang.
b) Merangkai tulangan
Kemudian batang-batang baja yang sudah sesuai ukuran mulai dirangkai dan
bagian bawahnya disambungkan dengan tulangan tiang pancang dengan tujuan
penyaluran gaya. Penyambungan dilakukan dengan menggunakan kawat las ø 3,2
x3500 mm CHE40 (E6013) (Gambar 4.8).
Sambungan tulangan tidak boleh dilakukan pada sambungan tegangan
maksimum. Panjang penyaluran tulangan pada sambungan harus sesuai dengan yang
diisyaratkan agar diperoleh tegangan atau kekuatan penuh. Antara permukaan tulangan
harus dibuat jarak bersih minimum sesuai yang diisyaratkan atau yang lebih dikenal
dengan sebutan selimut beton. Ukuran selimut beton pada proyek ini adalah lebih kurang
4 cm. Biasanya jarak untuk selimut beton dibuat menggunakan batu tahu atau pun besi
yang dibengkokkan atau biasa disebut beton deking..
Setelah tulangan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dirangkai menurut
gambar kerja maka rangkaian atau anyaman tersebut harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran logam yang menempel, minyak atau kotoran lain yang dapat menyebabkan
berkurang daya lekatnya sebelum melakukan pengecoran. Untuk penulangan kolom
lantai 2 dilakukan setelah pengecoran kolom lantai 1 berumur 15 hari. Dengan cara
menyambungkan pembesian dari kolom lantai 1.
Pekerjaan pembesian balok sama dengan pembesian kolom. Untuk tulangan
balok dianyam di atas bekisting, tulangan dirangkai kedalam acuan, artinya pekerjaan
tersebut dilakukan langsung dengan menyambungkan penulangan struktur ke overlap
yang tersedia dan dirangkai sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja.
Untuk pekerjaan penulangan plat lantai menggunakan besi polos berdiameter 10
mm yang telah dipotong sesuai kebutuhan dan gambar kerja. Penulangan plat dilakukan
setelah anyaman besi balok diletakkan pada bekisting. Untuk penulangan plat besi yang
sudah dipotong sesuai ukuran gambar rencana dianyam diatas bekisting plat lantai yang
sudah dipasang atau disusun sesuai rencana kerja. Pembesian plat lantai tersebut terikat
pada pembesian balok supaya besi anyaman plat lantai tidak bergeser atau bergerak.
Untuk pekerjaan pembesian portal utama yaitu kolom dan balok utama
digunakan tulangan utama dengan ukuran 16 mm. Pada detailing pembesian dilapangan
terdapat tulangan lapangan dan tulangan tumpuan. Panjang bentang dari tulangan
lapangan dan tumpuan masing-masing adalah 1/3 dari bentang kolom maupun balok.
Prosedur pembesian dimulai dengan pemotongan dan pembengkokan batang-batang baja
tulangan seperti yang terlampir diatas.
Sengkang yang digunakan untuk tiap jenis kolom maupun balok menggunakan
Tulangan Polos dengan diameter 10 mm, Sengkang untuk daerah tumpuan dipasang
dengan jarak antar sengkang sebesar 100 mm dan untuk daerah lapangan dengan jarak
150 mm. Selain sengkang, pada kolom dan balok juga dipasang pengikat tambahan
dengan detail untuk masing-masing kolom dan balok berbeda sesuai gambar rencana.
Contoh penulangan kolom,balok,plat dan pile cap tampak pada gambar 4.21. a,b,c dan d.
Beberapa Hal yang diperhatikan dalam tahapan pekerjaan pembesian ini antar
lain :
1. Pembengkokan dan Pemotongan besi tulangan atau baja dilakukan langsung
di lapangan menggunakan alat-alat yang telah disediakan tentunya tampak
seperti gambar 4.18. Perhitungan dan perencanaan yang baik sangat
diperlukan agar penggunaan bahan yang lebih efisien dan bermanfaat
sehingga tidak banyak potongan yang terbuang.
Gambar 4.18. Pembengkokan besi tulangan
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
2. Penyambungan antar tulangan ke elemen lainnya, misalnya tulangan kolom
dengan tulangan Pile Cap, dilakukan dengan mengunakan kawat.
Gambar 4.19. Penulangan pada daerah pertemuan balok-kolom
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
3. Penggunaan las pada sambungan struktur tidak diizinkan, kecuali
penyambungan Pile pada Pondasi Tiang Pancang.
4. Tulangan- tulangan yang menunjukkan tanda-tanda retak tidak digunakan
5. Tidak ada tempat khusus untuk penyimpanan material besi tulangan,
tulangan langsung menyentuh muka tanah sehingga kemungkinan
terkontaminasi material lain.
Gambar 4.20. Tulangan yang ditempatkan di area terbuka
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi
syarat-syarat :
1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
a. Penulangan pada kolom
b. Penulangan pada balok
c. Penulangan pada plat lantai
d.Penulangan pada pile cap
Gambar 4.21. Contoh penulangan pada struktur
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
4.4.1.2 Pekerjaan pemasangan framework/bekisting
Bekisting dirakit menurut ukuran, bentuk, garis dan dimensi yang tepat sehingga
diperoleh permukaan yang rata, menggunakan Plywood ukuran 9 mm. Sebelumnya
harus disediakan tempat untuk bukaan, kunci-kunci, angkur-angkur dan lain-lain yang
dibutuhkan. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga pembongkarannya tidak
mengakibatkan getaran keras atau kejutan pada beton. Bekisring harus dipasang secara
tepat, penempatan, kesejajaran dan kemiringannya tidak boleh menimbulkan kebocoran
atau menetesnya adukan beton dan tidak boleh mengalami pergeseran selama beton
dituangkan. Semua sekrup pada bekisting harus dikencangkan.
Bekisting tersebut harus cukup rapat, mudah dilepas dari beton dan harus bersih
karena serbuk-serbuk kayu hasil pemotongan dapat mengurangi volume beton sehingga
dapat mengakibatkan beton cepat runtuh. Bekisting belum boleh di bongkar bila beton
belum mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri dan berat beban lain
yang sudah harus ditahannya. Waktu minimum yang diperlukan untuk membongkar
bekisting sejak pengecoran lebih kurang 21 hari. Untuk pembuatan bekisting kolom
lantai 2 dilakukan setelah umur beton plat lantai 2 maupun beton kolom lantai 1 berumur
15 hari. Hal ini dilakukan karena setelah 15 hari beton dapat menahan bebannya sendiri
maupun menahan beban di atasnya.
Pemasangan bekisting balok sama dengan pemasangan bekisting kolom.
Pemasangan bekisting plat lantai dilakukan secara bersamaan dengan pemasangan
bekisting balok.
Bekisting juga menggunakan kayu gelam yang di bentuk sedemikian rupa
sebagai penunjang untuk mengkoreksi lendutan dan penurunan yang terjadi pada acuan
sebelum dan sesudah pengecoran. Tampak pada gambar 4.22.a. juga digunakan
indikator berupa batu/balok kecil yang diikatkan dengan tali atau benang pada bekisting
kolom untuk melihat apakah kolom tegak lurus pada saat dilakukan pengecoran.
Bagian-bagian cetakan :
1. Panel cetakan
Material yang digunakan untuk panel cetakan adalah plywood karena
pertimbangan antara lain aspek ekonomis, karena penggunaannya dapet
berulang kali dan permukaan beton yang dihasilkan relatif lebih halus.
Pembuatan panel-panel untuk sisi-sisi cetakan kolom diperkuat dengan balok
kayu arah tegak dan diperkuat secara horizontal dengan penguat horizontal
tampak pada gambar . Bagian yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
pertemuan antar panel yang membentuk sudut dapat bertemu dengan baik.
Balok penguat tegak secara konvensional menggunakan balok kayu dengan
ukuran yang disesuaikan (di lapangan tidak ditetapkan ukuran tertentu).
Balok penguat horizontal secara konvensional menggunakan balok kayu
yang dipres dan dikunci/dimatikan dengan paku.
a. Bekisting pada kolom
b. Bekisting pada balok
c. Bekisting pada plat lantai
Gambar 4.22. Contoh bekisting pada struktur
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
2. Penyangga (braching)
Cetakan kolom dan balok harus ditopang pada berbagai arah untuk
menghindari terjadinya perubahan posisi, terutama pada saat pengecoran.
Material yang digunakan sebagai braching pada proyek ini adalah material
kayu seperti pada gambar 4.23. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengecoran adalah batas pertemuan antara balok dan kolom.
a. Pemasangan penyangga pada kolom
b. Kolom dengan penyangga
c. Balok dengan penyangga
Gambar 4.23. Bekisting kolom dan balok dengan penyangga
Sumber : ( Foto langsung di lapangan )
4.4.1.3 Pekerjaan Pengecoran
Beton yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran ini adalah Beton Ready mix
dari PT. Maju Mix Bersama Abadi sebagai Suplayer.
Mutu beton yang direncanakan untuk pekerjaan kolom adalah :
a. Kekuatan tekan karakteristik beton : K 250
b. Slump Rencana : 10 ± 2 cm
Proses pengecoran dilakukan dengan pembersihan tulangan dan bekisting dari
benda-benda yang tidak diperlukan. Pembersihan dilakukan dengan menyingkirkan dan
mengambil bekas potongan kawat pengikat, paku, besi, serta material lain. Langkah
selanjutnya adalah melakukan penyemprotan acuan dengan menggunakan air, yang
bertujuan agar acuan tidak menyerap air dari campuran beton yang akan di cor nanti.
Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan persiapan. Prosedurnya
diawali dengan menempatkan beton ready mix ke dalam bucket excavator, dapat dilihat
pada gambar 4.26. Kemudian bucket diangkat menuju bagian atas bekisting dan
selanjutnya di tuang ke dalam bekisting, penuangan dibantu oleh dua pekerja yang
ditempatkan diatas bekisting. Setelah satu selesai di cor, hamparan beton dalam
bekisting kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan vibrator. Pemadatan
ini dilakukan dengan seksama dan diusahakan agar coran tersebut masuk diantara
tulangan-tulangan dan kedalam sudut-sudut dari acuan.
Di bagian bawah dilakukan pengecekan oleh beberapa orang pekerja.
Pengecekan dilakukan terhadap bekisting bagian bawah untuk menghindari kebocoran.
Karena dalam beberapa kejadian ditemui adanya kebocoran di sebabkan bekisting yang
kurang kuat. Bila ditemui keadaan seperti ini, maka segera dilakukan penambalan pada
bekisting tersebut.
Agar didapat kualitas beton yang sesuai dengan mutu yang diharapkan yaitu
K250, maka adukan beton dari mobil ready mix diambil sampel atau sebagai benda uji
untuk di periksa nilai slumpnya dan kemudian diuji kuat tekat betonnya ke laboratorium.
Dalam proyek ini uji kuat tekan betonnya diuji di SUCOFINDO. Dari hasil pemeriksaan
uji kuat tekan betonnya menunjukkan bahwa mutu yang diharapkan telah tercapai, yaitu
mutu beton K-250.
a. Pemeriksaan slump
b. Contoh benda uji
c. Menimbang berat benda uji
d. Pengujian benda uji 1
e. Pengujian benda uji 2
Gambar 4.24. Langkah-langkah pengujian adukan beton
Sumber : ( Foto langsung di lapangan dan data P.T Tatamulia Nusantara Indah )
Prosedur pemeriksaan slump test pada proyek ini seperti terlihat pada gambar
4.24. antara lain:
1. Pemeriksaan slump test dilakukan setiap kedatangan truk mixer ready mix.
Slump rencana berdasarkan spesifikasi adalah 10 + 2 cm.
2. Pembuatan benda uji
Benda uji diambil 4 buah sampel kubus beton untuk setiap truck mixer.
Selanjutnya uji kuat tekan beton dilakukan menggunakan 2 sampel pada umur 7
hari dan 2 sampel pada umur 28 hari.
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, 12 sampel benda uji dilihat langsung
pemeriksaan slump testnya. Dari 12 sampel benda uji yang dilakukan pemeriksaan
slump test didapat nilai rata-rata slump adalah 9,23 cm. Sedangkan nilai slump rencana
adalah 10 + 2 cm. Maka dapat disimpulkan bahwa kekentalan adukan beton telah sesuai
dengan spesifikasi rencana.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ditetapkan mutu beton
rencana adalah K-250. Beton dengan mutu K-250 menyatakan kuat tekan beton
minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan benda uji
kubus beton ukuran 15x15x15 cm. Dari data hasil rekaman uji kuat tekan beton
sebagaimana terlampir, didapat kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari adalah
289,85 kg/cm2. Dapat dilihat bahwa kuat tekan beton telah memenuhi spesifikasi, karena
nilainya lebih besar dari kuat tekan beton minimum yang telah direncanakan yaitu 250
kg/cm2.
Gambar 4.25. Pengecoran kolom
Sumber : ( Foto langsung di lapangan)
1. Pengecoran Plat dan Balok Lantai 2
2. Truck mixer
3. Pengecoran plat lantai dasar
Gambar 4.26. Proses Pengecoran
Sumber : ( Foto langsung di lapangan)
Perhitungan Kebutuhan Pengecoran
Contoh Perhitungan kebutuhan pengecoran :
Untuk Kolom K1 (40cm x 40cm) untuk tinggi 5.5 m
Lebar = 0,4 m
Panjang = 0,4 m
Tinggi = 5,5 m
Volume kolom pada saat pengecoran :
= P x L x T
= 0,4 m x 0,4 m x 5,5 m
= 0,88 m3
Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk kolom K1 tinggi 5.5 m :
= 0.88 m3 x total kolom K1
= 0,88 m3 x 28
= 24,64 m3
Untuk Kolom K1 (40cm x 40cm) untuk tinggi 4 m
Lebar = 0,4 m
Panjang = 0,4 m
Tinggi = 4 m
Volume kolom pada saat pengecoran :
= P x L x T
= 0,4 m x 0,4 m x 4 m
= 0,64 m3
Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk kolom K1 tinggi 4 m :
= 0,64 m3 x total kolom K1
= 0,64 m3 x 28
= 17,92 m3
Untuk Kolom K1 (40cm x 40cm) untuk tinggi 9,5 m
Lebar = 0,4 m
Panjang = 0,4 m
Tinggi = 9,5 m
Volume kolom pada saat pengecoran :
= P x L x T
= 0,4 m x 0,4 m x 9,5 m
= 1,52 m3
Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk kolom K1 tinggi 9,5 m :
= 1,52 m3 x total kolom K1
= 1,52 m3 x 7
= 10,64 m3
Total keseluruhan volume beton untuk kolom K1:
= 24,64 m3 + 17,92 m3 + 10,64 m3
= 53,2 m3
Untuk Balok B4 (25cm x 50cm) untuk panjang 3 m
Lebar = 0,25 m
Panjang = 3 m
Tinggi = 0,5 m
Volume balok pada saat pengecoran :
= P x L x T
= 3 m x 0,25 m x 0,5 m
= 0,375 m3
Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk balok B4 panjang 3 m :
= 0,375 m3 x total balok B4
= 0,375 m3 x 53
= 19,875 m3
Untuk Balok B5 (25cm x 50cm) untuk panjang 6,65 m
Lebar = 0,25 m
Panjang = 6.65 m
Tinggi = 0,5 m
Volume balok pada saat pengecoran :
= P x L x T
= 6,65 m x 0,25 m x 0,5 m
= 0,83 m3
Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk balok B5 panjang 6,65 m :
= 0,83 m3 x total balok B5
= 0,83 m3 x 48
= 39,9 m3
Total keseluruhan volume beton untuk balok:
= 19,875 m3 + 39,9 m3
= 59,775 m3
Untuk Plat Lantai
Lebar = 24 m
Panjang = 40 m
Tebal = 0,12 m
Volume Pelat Lantai pada saat pengecoran :
= P x L x T
= 24 m x 40 m x 0,12 m
= 115,2 m3
Jadi total kebutuhan volume pengecoran untuk plat lantai:
= 115,2 x total lantai
= 115,2 x 2
= 230,4 m3
Tabel kebutuhan beton untuk Kolom :
Tipe Ukuran Kolom (mm) Tinggi (mm) Volume Beton ( M3)
K1 400 x 400 9500 10,64 m3
K1 400 x 400 5500 24,64 m3
K1 400 x 400 4000 17,92 m3
Total Volume Beton 53,2 m3
Tabel kebutuhan beton untuk Balok :
Tipe Ukuran Kolom (mm) Panjang(mm) Volume Beton ( M3)
B4 250 X 500 3000 19,875 m3
B5 250 X 500 6650 39,9 m3
Total Volume Beton 59,775 m3
Tabel kebutuhan beton untuk Plat Lantai :
Tipe Ukuran Plat lantai (mm) Tebal (mm) Volume Beton ( M3)
Plat Lantai 24000 X 40000 120 115,2 m3
Total Volume Beton 2 Lantai 230,4 m3
Total volume pengecoran seluruhnya = 53,2 m3 + 59,775 m3 + 230,4 m3 = 343,375 m3
Produktivitas Pengecoran
Volume total kebutuhan pengecoran kolom dan balok yang didapat dari
perhitungan manual adalah sebesar 343,375 m3.
Volume satu 1 mixer beton yang paling banyak digunakan dalam proyek
ini adalah sebesar 5 m3 / mixer.
Maka banyak mixer yang dibutuhkan =343,375 m3
5 m3
= 68,675 = 69 mixer
Apabila dalam satu kali waktu pengecoran dapat disuplai adukan beton sebanyak
4 mixer, maka pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan sebanyak 18 kali atau
pekerjaan pengecoran dapat terlaksana dalam 18 waktu pengecoran yang dapat
dijadwalkan oleh pihak pelaksana sesuai dengan urutan pekerjaan yang
dilaksanakan.
Namun, pada kenyataannya pekerjaan pengecoran tidak dapat terlaksana dengan
baik karena diakibatkan keterlambatan kedatangan alat pengecoran dan
kurangnya suplai volume adukan beton yang diminta atau suplai volume adukan
beton yang diterima tidak sesuai dengan permintaan pihak pelaksana. Sehingga
menyebabkan pelaksanaan pekerjaan pengecoran tidak terlaksana sesuai dengan
jadwal pekerjaan yang telah direncanakan. Oleh karena itu produktivitas
pekerjaan pengecoran menjadi menurun atau nilai produktivitasnya kecil
diakibatkan besarnya waktu delay.
4.4.1.4 Pekerjaan Pembongkaran Framework/Bekisting
Framework atau bekisting belum boleh dibongkar bila beton belum mencapai
kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri dan beban lain yang harus
ditahannya. Waktu minimum yang diperlukan sejak pengecoran sampai bekisting dapat
dibongkar adalah :
1. Bekisting kolom : 21 hari
2. Bekisting balok : 21 hari
3. Bekisting pelat lantai : 21 hari
Gambar 4.27. Proses Pembongkaran bekisting
Sumber : ( Foto langsung di lapangan)
4.4.1.5 Pekerjaan Curing
Perawatan (curing) yang segera dan kemudian berkembang secara efektif untuk
suatu jangka waktu yang dapat dilaksanakan merupakan suatu langkah penting bagi
perkembangan cukup merata dari suatu bahan pengikat seperti semen. perawatan beton
yang dilakukan setelah pengecoran dilakukan untuk menambah kuat tekan beton dan
memperbaiki mutu yang disyaratkan seperti, kekedapan terhadap air, ketahan terhadap
keausan serta stabilitas dari dimensi konstruksi yang bersangkutan.
Tujuan perawatan beton yaitu :
1. Mencegah kehilangan moisture pada beton (tidak kurang dari 80%)
2. Mempertahankan suhu yang baik selama durasi waktu tertentu (diatas suhu
beku dan dibawah 50 derajat Celcius)
3. kelembaban beton selama proses kimia pengikatan semen.
Pada proyek auto 2000 ini ketentuan untuk perawatan beton adalah setiap
elemen perawatan dilakukan dengan penyemprotan (Fogging) dan juga menggunakan
penutup basah.
4.4.2. Kendala – Kendala Pekerjaan
Pada pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Showroom Auto 2000 ini
kendala- kendala yang dihadapi antara lain adalah:
1. Kedatangan bahan beton ready mix untuk pekerjaan pengecoran yang tidak
sesuai jadwal sehingga menyebabkan kegiatan pengecoran tertunda sementara
hingga alat tersebut datang.
2. Kurangnya suplai material beton, diakibatkan pada saat pelaksanaan proyek ini
sedang berlangsung juga tahap penyelesaian proyek venue SEA-games di kota
Palembang sehingga pihak penyuplai lebih terfokus pada proyek tersebut.