bab1 (autosaved)1

11
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH ROSINTCHI MIRSAL 1110313074 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Upload: annette-craig

Post on 23-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEHROSINTCHI MIRSAL1110313074

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS2014

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangTuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di tingkat global, regional, nasional, maupun lokal. Tuberkulosis menyebabkan 5000 kematian per hari, atau hampir 2 juta kematian per tahun di seluruh dunia. TB, HIV/AIDS, dan malaria secara bersama-sama merupakan penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta (25%) kematian karena TB berhubungan dengan HIV. Insidensi global TB terus meningkat sekitar 1% per tahun, terutama karena peningkatan pesat insidensi TB di Afrika berkaitan dengan komorbiditas HIV/AIDS (WHO, 2009).Sepertiga dari populasi total dunia (sekitar 2 milyar orang) terinfeksi TB. Karena daya tahan tubuh, hanya 10% dari orang yang terinfeksi TB akan menjadi sakit dengan tanda dan gejala TB aktif di perjalanan hidupnya. Setiap kasus TB merupakan faktor risiko penyakit TB karena jika tidak diobati dengan tepat, setiap kasus TB aktif menginfeksi 10 hingga 15 orang setiap tahun. Orang dengan HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami TB aktif karena kerusakan sistem imunitas (WHO, 2009).Indonesia menduduki peringkat ketiga di antara 22 negara di dunia yang memiliki beban penyakit TB tertinggi. Menurut Global Tuberculosis Control Report 2009 WHO, diperkirakan terdapat 528,063 kasus baru TB. Estimasi insidensi TB 228 kasus baru per 100,000 populasi. Estimasi angka insidensi hapusan dahak baru yang positif adalah 102 kasus per 100,000 populasi pada 2007 (WHO, 2009a). Berdasarkan kalkulasi disability-adjusted life-year (DALY) WHO, TB menyumbang 6.3 persen dari total beban penyakit di Indonesia, dibandingkan dengan 3.2 persen di wilayah regional Asia Tenggara (USAID, 2008).Di sumatera barat dengan penduduk sekitar 846.731 jiwa ternyata didapati kasus Tb Paru BTA (+) tahun 2011 adalah sebanyak 4.156 dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 3.796 orang (81,7%) dan pengobatan lengkap 318 (7,7%). Success rate yang dicapai angkanya cukup memuaskan yaitu sebesar 89,4% (profil kesehatan Indonesia, 2011) sedangkan di Kota Padang sendiri dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan penemuan penderita yaitu pada tahun 2012 sebanyak 628 kasus, 2011 sebanyak 942 kasus, 2010 sebanyak 853 kasus, dan tahun 2009 sebanyak 748 kasus. Untuk kasus penemuan penderita TB Paru BTA (+), semakin baiknya penjaringan kasus maka akan semakin banyak ditemukan penderita TB Paru BTA (+). Untuk kasus Tb Paru kambuh pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 8 orang penderita, sementara ditahun 2011 sebanyak 21 penderita dan tahun 2010 sebanyak 12 penderita. Adapun CDR TB Paru pada tahun 2011 adalah 70,1 % naik jika dibandingkan dengan tahun 2010 ini adalah 62 % dengan SR 48,6 % (Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2012).RSUP Dr. M. Djamil, sebagai rumah sakit rujukan utama di Sumatera Barat, berdasarkan survei awal pada April 2014, memiliki kecendrungan jumlah pasien Tb paru yang bervariasi. Januari 2012 tercatat terdapat sebanyak 500 orang pasien kemudian pada bulan desember mengalami penurunan menjadi 230 orang. Tahun 2013 pada bulan april tercatata terdapat 1188 orang hingga mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi 261 orang pada November 2011. Prinsip pengobatan Tb adalah obat anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa obat, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat sesuai kategori pengobatan. Untuk menjamin kepatuhan pasien minum obat dilakukan pengawasan langsung atau yang biasa dikenal sebagai directly observed treatment (DOT) oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO). Pengobatan diberikan dalam dua tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan. OAT yang umumnya digunakan di Indonesia adalah isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan ethambutol.Paduan OAT diketahui mempunyai efektivitas yang tinggi dalam pengobatan Tb Paru BTA positif tetapi angka kesembuhannya masih rendah karena diduga akibat kepatuhan yang rendah untuk berobat secara teratur dan jumlah obat yang diminum terlalu banyak. Keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan Tb bisa diukur dari pencapaian angka penemuan penderita Tb (Case Detection Rate = CDR), angka kesembuhan penderita (cure rate) dan angka sukses pengobatan.Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai penularan. Dunia telah menempatkan Tb sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian Millenium Development Golds (MDGs). Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu prevalensi, mortalitas, penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, yaitu angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan dengan data dasar tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka penemuan kasus (case detection rate) kasus Tb BTA positif mencapai lebih 70%. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi kepatuhan untuk berobat secara teratur yaitu faktor demografi, sosiologi, ekonomi, kultural, personal, pendidikan, psikologi, motivasi dan geografi. Ketidakpatuhan terhadap strategi SAT sering terjadi dan menjadi penyebab tersering gagalnya terapi inisial dan kasus kambuh. Berdasarkan hasil penelitian Bertin Tanggap, 2011 di Rumah Sakit Dr Ario Wirawan dan Rumah Sakit Dr Moewardi, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara keteraturan berobat dan lama pengobatan terhadap keberhasilan pengobatan. Keduanya merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil pengobatan tuberculosis. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, jarak tempat tinggal pasien hingga tempat pengobatan, dan status gizi terhadap keberhasilan pengobatan.Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi membahas tentang faktor-faktor ini ditinjau dari aspek individu, pengobatan, dan lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan angka cure rate terhadap pengobatan Tb paru yang cenderung sulit diobati.

I.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014?I.3 Tujuan Penelitiana. Tujuan UmumMengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.b. Tujuan Khusus1. Diketahui distribusi frekuensi penderita Tb Paru berdasarkan angka kematian, angka kesembuhan, angka drop out dan angka keberhasilan pengobatan penderita Tb di RSUP Dr. M jamil tahun 2014.2. Diketahui distribusi frekuensi penderita menurut usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, penghasilan dan sikap pasien) terhadap keberhasilan pengobatan Tb Paru di RSUP Dr. M Jamil Padang tahun 2014.3. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, keteraturan berobat, dan lama pengobatan) terhadap keberhasilan pengobatan Tb Paru di RSUP Dr. M Jamil Padang tahun 2014.4. Mengetahui dan menganalisis hubungan faktor petugas terhadap keberhasilan pengobatan Tb Paru di RSUP Dr. M Jamil Padang tahun 2014.5. Mengetahui faktor mana yang lebih dominan dalam memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pengobatan pasien Tb di RSUP Dr. M. Jamil tahun 2014

I.4 Manfaat penelitian1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita Tb Paru 2. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang Tb Paru sekaligus untuk menerapkan ilmu yang diperoleh penulis selama masa perkuliahan3. Sebagai referensi bagi penulis lain yang membutuhkan data penelitian ini.