bab x - kementerian ppn/bappenas :: home · web viewpeningkatan peran serta masyarakat dalam...

118
LINGKUNGAN HIDUP, PENATAAN RUANG, DAN PERTANAHAN

Upload: vanthuan

Post on 17-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

LINGKUNGAN HIDUP, PENATAAN RUANG, DAN

PERTANAHAN

Page 2: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210
Page 3: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

BAB X

LINGKUNGAN HIDUP, PENATAAN RUANG, DANPERTANAHAN

A. PENDAHULUAN

Pembangunan lingkungan hidup, penataan ruang dan pertanahan menempati kedudukan yang penting dalam pembangunan nasional, karena aspek lingkungan hidup, penataan ruang dan pertanahan terkait dengan hampir semua kegiatan dalam kehidupan manusia dan pemba- ngunan. Oleh sebab itu, upaya-upaya dalam pelaksanaan pembangun- an selalu dikaitkan dengan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan tata ruang dan pengelolaan aspek Pertanahan- nya. Khususnya dalam rangka pembangunan lingkungan hidup, ama- nat GBHN 1993 menegaskan bahwa pembangunan lingkungan hidup merupakan bagian penting dari ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan seluruh mahluk hidup di muka bumi. Untuk itu, pembangunan sektor ini perlu diarahkan pada terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian yang

X/3

Page 4: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

dinamis dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992

tentang penataan ruang, secara sadar kita menjunjung tinggi pan- dangan bahwa ruang wilayah negara Indonesia merupakan aset besar bangsa Indonesia yang harus dimanfaatkan secara terkoordinatif, terpadu, dan efektif dengan memperhatikan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, serta kelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk menopang pembangunan nasional demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.

Dalam konteks inilah kegiatan penataan ruang diselenggarakan.

Di dalam kegiatan penataan ruang tersebut, berbagai sumberdaya alam ditata sebagai satu kesatuan sistem lingkungan hidup yang memperhatikan keseimbangan antara satu bentuk pemanfaatan ter- hadap bentuk pemanfaatan yang lain. Penataan pertanahan dalam hubungan ini memiliki kedudukan yang penting karena hampir setiap kegiatan pembangunan diselenggarakan dalam areal tertentu. Dengan mempertimbangkan bahwa kebutuhan akan tanah terus meningkat, sementara ketersediaannya semakin lama justru semakin berkurang, penerapan mekanisme pengaturan pemanfaatan tanah untuk menjamin bahwa pembangunan dan kehidupan manusia akan terpelihara keber- lanjutannya terus diupayakan dan ditingkatkan kualitasnya.

Pelaksanaan tahun ketiga Repelita VI dalam pembangunan ling-

kungan hidup antara lain adalah produksi peta rupa bumi sebanyak 2.093 nomor lembar peta (nlp) pada berbagai skala. Secara kese- luruhan pada tahun 1996/97 hasil pemetaan rupa bumi wilayah darat telah meliputi 70 persen dari seluruh wilayah nasional. Selanjutnya dalam rangka pemetaan dasar kelautan telah dilaksanakan pemetaan lingkungan laut dan pantai nasional. Secara keseluruhan sampai

X/4

Page 5: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

dengan tahun 1996/97 telah dihasilkan peta Lingkungan Pantai Indonesia sebanyak 102 nlp. Selain itu melalui penafsiran citra Landsat, pada tahun 1996/97 telah dihasilkan tambahan cakupan pemetaan luas hutan seluas 46 juta hektare. Hasil pemetaan ini merupakan bahan dasar bagi kegiatan penataan hutan selanjutnya.

Dalam program penyelamatan hutan, tanah dan air, sampai

dengan tahun 1996/97 telah ditetapkan kawasan hutan lindung seluas 29,6 juta hektare atau sekitar 97 persen dari 30,3 juta hektare yang telah ditunjuk. Perluasan kawasan konservasi sumberdaya alam telah dikembangkan meliputi 365 unit seluas 18,8 juta hektare.

Dalam upaya konservasi hutan lindung dan kawasan lindung,

pada tahun 1996/97 telah dikembangkan kawasan konservasi darat dan laut dengan luas keseluruhan 815 ribu hektare yang terdiri atas 14 unit cagar alam, 3 (tiga) unit suaka margasatwa, 7 (tujuh) unit taman wisata, 1 (satu) unit taman buru, dan 1 (satu) unit taman laut. Selain itu, pada tahun 1996/97 telah ditetapkan 2 (dua) taman nasional baru yaitu Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang terletak di dua propinsi (Propinsi Jambi dan Propinsi Riau) dan Taman Nasional Bentuang Karimun di Propinsi Kalimantan Barat yang diikuti dengan penyu- sunan rencana pengelolaan taman nasional tersebut. Dengan demikian sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah ditetapkan taman nasional sebanyak 35 unit dengan luas 11,3 juta hektare.

Pengendalian dampak terhadap lingkungan hidup juga diperluas melalui peningkatan kegiatan dalam program pengendalian pence- maran. Pengendalian pencemaran lingkungan hidup terutama untuk pelestarian fungsi sungai dilakukan melalui Program Kali Bersih (Prokasih) yang pada tahun 1995/96 telah diperluas wilayahnya menjadi 74 ruas sungai di 17 propinsi dari 65 ruas sungai di 13 propinsi pada tahun 1994/95. Melalui Program Kali Bersih ini juga

X/5

Page 6: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

telah dikembangkan Program Peringkat (Proper) yang mengevaluasi kinerja perusahaan industri dalam pengelolaan limbah. Dari kegiatan tersebut pada tahun 1996/97 terungkap bahwa 43,7 persen pengelola pabrik telah menunjukkan upaya nyata untuk memenuhi baku mutu limbah cair.

Pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 1996/97 dilaksanakan melalui berbagai kegiatan penting, antara lain, peluncuran Almanak Lingkungan Hidup Indonesia dan Atlas Keaneka- ragaman Hayati di Indonesia. Informasi yang terkandung dalam buku rujukan tersebut diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk lebih memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mema- syarakatkannya. Kegiatan pemasyarakatan mengenai pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang disertai dengan Audit Lingkungan terus ditingkatkan.

Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup melalui pola kemitraan terus dikem-bangkan melalui berbagai kerjasama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang bersifat penggalangan misalnya Proper, Prokasih dan Adipura. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat perkotaan terhadap pentingnya kelestarian lingkungan hidup didorong melalui upaya menjaga kebersihan dan keindahan kota untuk mencapai kualitas lingkungan yang baik serta meningkatkan kesehatan warga- nya. Penghargaan diwujudkan melalui pemberian Adipura untuk kota yang berprestasi baik. Jumlah kota penerima Adipura telah bertambah dari 213 kota pada tahun 1995/96 menjadi 263 kota pada tahun 1996/97, atau terjadi penambahan sebanyak 50 kota bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Rehabilitasi lahan kritis terus dilakukan sejalan dengan upaya lainnya yang bersifat rehabilitasi atau pemulihan kualitas lingkungan.

X/6

Page 7: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Rehabilitasi fungsi lingkungan hidup terutama ditujukan untuk memu- lihkan potensi lahan-lahan kritis sehingga dapat kembali menjadi lahan produktif. Dalam tahun 1996/97 telah dilakukan pemulihan lahan kritis seluas 540 ribu hektar di 26 propinsi. Selain itu pemulihan lahan kritis juga dilakukan di hutan lindung seluas 44 ribu hektar. Program ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah rusak agar dapat berfungsi dalam mendukung kegiatan sosial ekonomi dan eksistensi fungsi lingkungan hidup sebagai sumber kesejahteraan secara berkelanjutan. Upaya ter- sebut mencakup kegiatan penghijauan, reboisasi dan konservasi tanah.

Kualitas keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat diperlihatkan oleh tingkat kualitas lingkungan hidup di kawasan pesi- sir dan laut. Sejalan dengan hal tersebut, pembinaan daerah pantai memiliki arti penting untuk pengendalian dampak kawasan di belakangnya. Sampai tahun 1996/97 telah berhasil disusun pola tata ruang daerah pantai untuk 15 propinsi. Hal ini bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat dalam mempertahankan kelestarian eko- sistem pantai dan laut.

Pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam program penataan ruang terus mengalami perluasan dan peningkatan kualitas sejak ditetap- kannya Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Dalam rangka terus meningkatkan efektivitas pengelolaan pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan, sampai dengan tahun 1996/97 telah diselesaikan 1 (satu) Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Tata Cara dan Bentuk Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Di samping itu, sedang dipersiapkan 2 rancangan Undang-Undang dan 11 rancangan Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran dari Undang-Undang N‹mor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

X/7

Page 8: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Sampai dengan akhir TA 1996/97, 27 propinsi Daerah Tingkat I (Dati I) telah menyelesaikan materi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dan menetapkannya menjadi Peraturan Daerah (Perda). Sementara itu, di Daerah Tingkat II (Dati II) kabupaten, ada sekitar 70% Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW Kabupaten) yang telah menjadi Perda Kabupaten Tingkat II. Untuk daerah tingkat II kotamadya, terdapat 80% Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadyanya (RTRW Kotamadya) telah menjadi Perda Kotamadya Tingkat II.

Selama tahun 1996/97 telah diupayakan koordinasi penanganan

masalah-masalah penataan ruang untuk kawasan-kawasan yang cepat berkembang seperti Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur, Kawasan Pengembangan Lahan Gambut 1 Juta Hektare, dan Kawasan Rekla- masi Pantai Utara Jakarta. Di samping itu, telah pula diupayakan koordinasi penanganan masalah konflik tata ruang yang menyangkut peralihan fungsi lahan yang semula merupakan sawah beririgasi teknis menjadi kawasan non-pertanian (seperti permukiman, industri dan lain sebagainya), peningkatan kemampuan perencanaan tingkat nasional dan daerah, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang melalui pela- tihan, pengembangan sistem informasi sumber daya lahan dan sumber daya air, serta pengaturan dan pembinaan kelembagaan penataan ruang di tingkat nasional dan daerah.

Kegiatan penataan pertanahan, yang sejak tahun pertama Repelita VI diarahkan pada peningkatan pelayanan pemberian status hukum atas tanah dan penyediaan data dasar pertanahan, terus ditingkatkan dan disempurnakan penyelenggaraannya. Penyelenggaraan penataguna- an tanah dalam tahun ketiga Repelita VI masih dititikberatkan pada penyediaan informasi yang handal tentang penggunaan dan kemam- puan tanah serta dikaitkan dengan upaya pengendalian penggunaan tanah untuk kepentingan pembangunan di seluruh wilayah tanah air,

X/9

Page 9: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

baik di perkotaan maupun perdesaan. Upaya ini bersifat lintas sektoral dan memperhatikan prioritas pengembangan kawasan yang telah dicanangkan dalam rencana tata ruang yang ada di masing-masing wilayah. Oleh karena itu, pemilihan lokasi-lokasi kegiatan diutamakan pada kawasan-kawasan yang strategis dan berpotensi dalam menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan lebih lanjut.

Dalam pengaturan penguasaan tanah, kegiatan utamanya masih diletakkan pada pengaturan penguasaan dan penggunaan tanah melalui redistribusi tanah obyek landreform dan konsolidasi tanah yang mencakup penataan kembali penggunaan dan penguasaan tanah di wilayah perkotaan maupun di perdesaan, termasuk tanah obyek landreform. Untuk kepentingan kegiatan ini, peranserta masyarakat dan dunia usaha terus ditingkatkan sehingga pelaksanaan kegiatan redistribusi dapat dilakukan secara swadaya.

Selama tiga tahun Repelita VI telah dilakukan redistribusi tanah obyek landreform seluas 27.604 hektare, pendataan penguasaan dan pemilikan tanah perkotaan untuk 23.142 persil, dan konsolidasi tanah perkotaan untuk 13.023 bidang. Di samping itu juga telah dilakukan pendataan pemilikan dan penguasaan tanah perdesaan seluas 31.393 persil dan konsolidasi Tanah pertanian beririgasi (PIADP) seluas 18.847 hektare.

Di dalam areal-areal transmigrasi, dalam tahun anggaran 1996/97 telah diterbitkan Surat Keputusan (SK) Hak Pengelolaan seluas 58.433 hektare, dan SK Hak Pakai/Milik sebanyak 115.291 persil untuk para transmigran. Untuk masyarakat golongan ekonomi lemah, melalui proyek operasi nasional (Prona) pertanahan, dilakukan pemberian ser- tifikat tanah secara masal yang dibiayai baik dengan dana APBN maupun swadaya masyarakat. Dalam tahun ketiga Repelita VI ini,

X/9

Page 10: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

telah diberikan sertifikat tanah melalui Prona sebanyak 573.480 sertifikat.

B. LINGKUNGAN HIDUP

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran utama pembangunan lingkungan hidup dalam Repelita VI adalah (a) meningkatnya pengenalan terhadap jumlah dan mutu sumber alam serta jasa lingkungan yang tersedia di alam, pengenalan tingkat kerusakan, penggunaan, dan kemungkinan pengembangannya; (b) terpeliharanya kawasan konservasi, hutan lindung, keanekara- gaman hayati, dan fungsi ekosistem khusus, seperti wilayah DAS, terumbu karang, dan hutan bakau; (c) terbentuknya sistem kelem- bagaan yang lebih efisien dan efektif mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, baik dalam lingkungan pemerintah, dunia usaha maupun organisasi masyarakat; (d) terkendalinya pencemaran perairan dan udara; (e) pemulihan potensi produksi lahan kritis; dan (f) terkendali- nya kerusakan pantai dan terpeliharanya mutu dan fungsi kawasan pantai.

Memperhatikan sasaran tersebut telah dirumuskan kebijaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi: (a) pemilihan lokasi pembangunan; (b) rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan hi- dup; (c) pengembangan kelembagaan, peran serta masyarakat dan kemampuan sumber daya manusia; (d) penetapan baku mutu lingkung- an; (e) pengurangan produksi limbah; dan (f) pengelolaan limbah.

Berbagai kebijaksanaan tersebut diwujudkan dalam 6 (enam)

program pokok Repelita VI, yaitu: (1) inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; (2) penyelamatan hutan,

X/10

Page 11: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

tanah, dan air; (3) pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup; (4) pembinaan daerah pantai; (5) pengendalian pencemaran lingkungan hidup; dan (6) rehabilitasi lahan kritis.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

Pembangunan lingkungan hidup memasuki tahun ketiga Repelita VI ditandai dengan makin meningkatnya kemampuan dan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup nasional dalam meningkatkan dan mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan pengelolaan lingkungan hidup tersebut antara lain ditem- puh melalui pengembangan dan pembentukan kelembagaan pengelo- laan lingkungan hidup dari pusat hingga tingkat daerah, peningkatan kapasitas pemantauan dampak lingkungan, dan peningkatan penge- nalan jumlah dan mutu jasa lingkungan yang tersedia di alam. Di samping itu, cakupan lokasi dalam kegiatan pengendalian pencemaran dan pemulihan kerusakan lingkungan hidup juga terus diperluas untuk mengurangi kemerosotan mutu dan fungsi lingkungan hidup.

Dalam pelaksanaan tahun ketiga Repelita VI telah dilakukan

penilaian terhadap berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan kegiatan dan kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup selanjutnya dalam Repelita VII.

a. Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengenalan terhadap jumlah dan mutu sumber daya alam serta mengembangkan neraca dan

X/11

Page 12: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

tata guna sumber alam dan lingkungan hidup untuk mengetahui daya dukung dan menjamin ketersediaan sumber alam yang berkelanjutan.

Dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas informasi

tentang sumber daya alam dan lingkungan, sampai dengan tahun 1996/97 telah diselesaikan produksi peta rupa bumi sebanyak 2.093 nomor lembar peta (nlp) pada berbagai skala atau bertambah sebanyak 31 nlp bila dibandingkan dengan hasil pada tahun sebelumnya (Tabel X-1). Selanjutnya untuk menunjang terlaksananya jaringan nasional sistem informasi geografi, telah dilaksanakan pemetaan rupa bumi digital skala 1:25.000 meliputi Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor-Timur. Sampai dengan 1996/97 telah dihasilkan peta-peta digital sebanyak 3.884 nlp atau bertambah sebanyak 69 nlp dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan hasil pemetaan rupa bumi wilayah darat telah meliputi 70 persen dari seluruh wilayah nasional.

Selanjutnya dalam rangka pemetaan dasar kelautan dilaksanakan

pemetaan lingkungan laut dan pantai nasional. Pada tahun 1996/97 telah dihasilkan Peta Lingkungan Pantai Indonesia skala 1:50.000 sebanyak 21 nlp untuk perairan Maluku, Biak dan Kupang. Secara keseluruhannya sampai dengan tahun 1996/97 telah dihasilkan Peta Lingkungan Pantai Indonesia sebanyak 102 nlp.

Di samping kegiatan penyediaan peta dasar, pemetaan rupabumi,

dan pemetaan kelautan, telah dilaksanakan pula pemetaan tematik sumber daya alam untuk berbagai keperluan pemanfaatan lahan. Kegiatan pemetaan tematik tersebut meliputi pemetaan status lahan dan kawasan pengembangan terekomendasi skala 1:250.000 di seluruh wilayah Indonesia, dan penyempurnaan peta tata guna lahan dan status hutan skala 1:250.000. Kegiatan pemetaan juga dilaksanakan untuk mengkaji perubahan ekosistem hutan yang meliputi pemetaan status

X/12

Page 13: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

hutan; pemetaan untuk kegiatan evaluasi reboisasi/penghijauan; serta pemetaan sebaran gambut, tanaman sagu, dan komoditas perkebunan.

Sejak tahun 1996/97 telah dilakukan juga pemetaan sumber daya

alam pantai dan laut yang ditujukan untuk pengenalan terhadap jumlah dan mutu sumber daya perikanan, struktur geologi pantai terutama di daerah padat pembangunan, tata guna lahan pantai dan ekosistemnya, dan pendeteksian awal perubahan iklim. Berkaitan dengan hal ter- sebut, dalam tahun 1996/97 telah dihasilkan tambahan peta sumber daya alam pantai dan laut sebanyak 8 nlp. Secara keseluruhan, sampai dengan tahun ketiga pelaksanaan Repelita VI telah dihasilkan 38 nlp hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam pantai dan laut.

Dalam tahun 1996/97 melalui penafsiran citra Landsat telah

dihasilkan tambahan cakupan hasil pemetaan luas hutan seluas 46 juta hektare. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan penataan kawasan batas luar hutan sepanjang 14 ribu kilometer atau meningkat sebesar 8,7 persen lebih panjang dibanding- kan dengan keadaan tahun 1995/96. Kedua hasil pemetaan tersebut merupakan bahan dasar guna kegiatan penataan hutan selanjutnya.

Dalam rangka inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam dan

lingkungan hidup telah dilakukan penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD) Propinsi Dati I hingga Dati II yang terus dikembangkan dan disempurnakan dalam hal metoda analisa dan pemutakhiran statistiknya. Penyempurnaan ini berkem- bang terus dan sampai dengan tahun 1996/97 tidak kurang dari 10 propinsi telah mewajibkan Dati II di wilayahnya untuk menyusun NKLD. Katalogisasi data kualitas lingkungan hidup dalam NKLD, merupakan pangkalan data lingkungan hidup yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem informasi lingkungan hidup nasional.

X/13

Page 14: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

b. Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air Program ini bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan

sumber alam hayati dan non hayati serta lingkungan hidup melalui penyelamatan hutan, tanah dan air yang merupakan sumber alam dan sekaligus pula lingkungan hidup. Oleh karena itu pengelolaan secara terarah sumber-sumber alam ini akan sangat menentukan keseim- bangan sistem pengendalian tata air, laju erosi, dan besaran akumulasi sedimentasinya. Peningkatan kapasitas pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam baik daratan maupun lautan termasuk flora dan fauna dan keunikan alamnya, dilakukan untuk melindungi dan mengawetkan keanekaragaman hayati plasma nutfah, dan ekosistemnya. Pengelolaan kawasan konservasi tersebut tidak hanya dilakukan secara in-situ akan Tetapi juga dilakukan secara ex-situ yang sampai akhir tahun 1996/97 telah mencapai 48 lokasi di berbagai wilayah.

Dalam upaya konservasi hutan lindung dan kawasan lindung,

sampai deng n tahun 1996/97 telah ditetapkan hutan lindung seluas 29,6 juta hektare atau sekitar 97 persen dari 30,3 juta hektare yang telah ditunjuk. Seiring dengan perkembangan tersebut telah disusun Pedoman Perencanaan Pengelolaan Hutan Lindung, Pedoman Peman- tauan dan Evaluasi Pengelolaan Hutan Lindung, Strategi Pelestarian Lahan Basah, serta upaya penataan jalur hijau di kawasan hutan bakau (mangrove). Pada tahun 1996/97, telah dikembangkan kawasan konservasi darat dan laut dengan luas keseluruhan 815 ribu hektare yang terdiri atas 14 unit cagar alam, 3 (tiga) unit suaka margasatwa, 7 (tujuh) unit taman wisata, 1 (satu) unit taman buru, dan 1 (satu) unit taman laut. Selain itu, pada tahun 1996/97 telah ditetapkan 2 (dua) taman nasional baru yaitu Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang terletak di dua propinsi (Propinsi Jambi dan Propinsi Riau) dan Taman Nasional Bentuang Karimun di Propinsi Kalimantan Barat

X/14

Page 15: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

yang diikuti dengan penyusunan rencana pengelolaan taman nasional tersebut. Dengan demikian sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah ditetapkan taman nasional sebanyak 35 unit dengan luas 11,3 juta hektare. Pemantapan koordinasi pengelolaan taman nasional juga dilakukan melalui pembentukan berbagai forum komunikasi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210 desa daerah penyangga dan keterlibatan kelompok masyarakat di sekitar taman nasional dalam penyusunan rencana pengelolaan taman nasional di 26 lokasi. Perlin- dungan ekosistem hutan selain dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat di sekitar kawasan hutan, juga dengan memberikan pelatihan kepada tenaga Jagawana sebanyak 5.600 orang.

Dalam menghadapi bencana kebakaran lahan dan hutan yang

sering menyebabkan permasalahan lingkungan antarnegara telah dilakukan berbagai usaha pengendaliannya. Dalam tahun 1996/97 telah dilaksanakan kegiatan penyusunan perkiraan daerah rawan kebakaran di 26 propinsi dengan menetapkan nilai potensi terbakar secara kualitatif, penyusunan prosedur tetap pengendalian kebakaran hutan dan lahan, penyusunan peta rawan kebakaran wilayah Sumatera dan Kalimantan, dan penyempurnaan sistem tanggap darurat untuk tiap unit pelaksana pembukaan lahan. Dalam tahun 1996/97 juga telah dilakukan pelatihan pencegahan, pengendalian dan pengurangan kebakaran hutan bagi masyarakat yang diikuti oleh 1.406 orang.

Perlindungan dan pelestarian fungsi sumber air untuk menjamin

keberlanjutan sumber daya air makin diserasikan dengan pendekatan penataan ruang. Berkaitan dengan hal tersebut telah dilakukan pene- tapan dan pengelolaan kawasan lindung khususnya kawasan lindung yang berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan, daerah resapan air, daerah aliran sungai, danau, atau situ. Penetapan kawasan lindung

X/15

Page 16: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

dilakukan dengan pendekatan ekosistem wilayah aliran sungai yang melihat tata air secara menyeluruh mulai dari sumber air di pegu- nungan sampai ke muara sungai. Pendekatan ini diharapkan dapat menjamin sediaan air secara berkelanjutan.

Pengelolaan sumber daya air juga dilaksanakan melalui kegiatan

penatagunaan sungai, yang terkait dengan pengembangan wilayah dan upaya penanggulangan bencana alam. Tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan daya rusak dari aliran air dalam suatu kawasan melalui berbagai upaya teknis dan sosial. Secara keseluruhan kegiatan per- baikan, pengaturan, dan pemeliharaan sungai dalam tahun l996/97 telah dilaksanakan di seluruh wilayah tanah air meliputi areal seluas 2,2 juta hektare (Tabel X-2).

Upaya konservasi untuk kawasan tertentu juga dilakukan melalui

penggunaan lahan yang hemat terutama pada daerah resapan air. Penggunaan lahan yang tidak boros tersebut dapat ditempuh antara lain dengan penetapan keseimbangan yang serasi antara koefisien dasar ruang terbuka hijau dan koefisien kerapatan dasar bangunan dan lingkungan. Pengaturan koefisien sebagai persyaratan pembuatan sumur resapan juga ditempuh untuk penataan ruang skala tapak. Untuk meningkatkan mutu kawasan resapan air, sampai dengan tahun 1996/97 telah dilakukan penyusunan rencana pengelolaan dan pengem- bangan Taman Hutan Raya di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sementara itu, disadari pula bahwa keberadaan ekosistem gua

kars memiliki potensi sumber daya air dan pengembangan kawasan wisata bawah tanah. Mulai tahun 1996/97 dilakukan inventarisasi dan identifikasi fungsi kawasan kars yang diikuti dengan dilaksanakannya pertemuan Regional Commission on National Parks and Protected Areas pada tahun 1996 di Jakarta.

X/16

Page 17: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Upaya melestarikan fungsi lingkungan hidup juga mencakup pelestarian keanekaragaman hayati kelautan. Untuk itu, pada tahun 1996 telah diselenggarakan pertemuan internasional pertama para ahli yang secara khusus mengkaji aspek pembangunan pesisir dan laut. Pertemuan tersebut menghasilkan berbagai kesepakatan, antara lain, perlindungan hak-hak asal sumber daya genetik, penetapan protokol mengenai pengendalian sumber daya genetik, serta pengembangan jaringan informasi keanekaragaman hayati kelautan.

c. Program Pembinaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Program Pembinaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kemampuan organisasi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Kegiatan pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam

tahun 1996/97 ditandai dengan diluncurkannya beberapa buku rujukan utama yang memuat informasi pengelolaan lingkungan hidup nasional seperti, Almanak Lingkungan Hidup Indonesia dan Atlas Keanekara- gaman Hayati di Indonesia. Informasi yang terkandung dalam buku rujukan tersebut diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan memasyarakat- kannya.

Selanjutnya, dalam tahun 1996/97 kegiatan pemasyarakatan

mengenai pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang disertai dengan Audit Lingkungan juga terus diting- katkan. Langkah-langkahnya dimulai secara bertahap dari penyempur- naan metodologi penyusunan AMDAL, pengkajian prosedur pelak- sanaan dan penetapan lingkup kegiatan tertentu yang memerlukan

X/17

Page 18: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

AMDAL, dan penyusunan panduan AMDAL untuk kegiatan di wilayah pesisir dan laut. Di samping itu dikembangkan juga metodo- logi penyusunan AMDAL bagi pengembangan kota baru dan kawasan lahan basah serta pengembangan pola atau sistem manajemen ling- kungan untuk pulau-pulau kecil.

Dalam tahun 1996/97 telah dilakukan penyempurnaan terhadap

berbagai peraturan yang berkaitan dengan penyusunan AMDAL bagi kegiatan wajib-AMDAL. Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI telah disusun penerapan teknik penyusunan AMDAL untuk 86 jenis kegiatan wajib-AMDAL. Selain itu, sebagai tindak lanjut dari pene- rapan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993, sampai dengan tahun 1996/97 tercatat sebanyak 2.037 kegiatan pembangunan utama yang telah memiliki dokumen AMDAL termasuk diantaranya 6 (enam) dokumen AMDAL Kegiatan Terpadu dan 7 (tujuh) dokumen AMDAL Regional yang sebagian besar berkaitan dengan pemba- ngunan perkotaan baru.

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam pengelo-

laan lingkungan hidup juga dilakukan melalui kursus-kursus AMDAL yang keseluruhannya sampai tahun 1996/97 telah diikuti oleh 12.810 orang peserta Kursus Dasar AMDAL, 3.197 orang peserta Kursus Penyusunan AMDAL dan 2.960 orang peserta Kursus Penilai AMDAL. Apabila dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1995/96, maka pada tahun 1996/97 telah dihasilkan tambahan sebanyak 1.168 orang lulusan peserta kursus AMDAL dari berbagai kategori (Tabel X-3). Angka tersebut menunjukkan adanya perhatian masyarakat yang tinggi untuk ikut berperan serta dalam penerapan AMDAL.

Selain kursus AMDAL juga dilaksanakan berbagai kursus lain

yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan Kursus Penegakan Hukum Lingkungan

X/18

Page 19: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Hidup yang diikuti 162 orang peserta, Kursus Pengelolaan Limbah Rumah Sakit diikuti 60 orang peserta, Kursus Manajemen Lingkungan diikuti 37 orang peserta, Kursus Pengendalian Pencemaran Pesisir dan Laut diikuti 40 orang peserta, Kursus Peningkatan Peran Aparat ABRI dalam Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup diikuti oleh 25 orang peserta, Kursus Inspeksi Industri diikuti oleh 18 orang peserta, Kursus Penilaian dan Pengawasan Konservasi Lahan Basah diikuti oleh 100 orang peserta, dan Kursus Patroli Jagawana diikuti oleh 200 orang peserta.

Dalam rangka memantapkan organisasi dan tata kerja Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) untuk menanggulangi masalah pengendalian dampak lingkungan di berbagai wilayah, telah selesai disusun pokok-pokok rumusan pembentukan Badan Pengen- dalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) sebagai instansi Pemerintah Dati I dan Dati II dan berfungsi sebagai pendamping Bapedal Wilayah (Bapedalwil) di 3 (tiga) wilayah yang berkedudukan di Pekanbaru, Denpasar, dan Ujungpandang. Sebagai tindak lanjut pembentukan Bapedal Wilayah melalui Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 98 tahun 1996 telah dibentuk Bapedal Daerah (Bapedalda) Tingkat I. Diharapkan dengan terbentuknya ketiga Bapedalwil dan Bapedalda tersebut akan lebih meningkat pula kemampuan pemantauan kualitas lingkungan, penanggulangan pence- maran, pemulihan kerusakan lingkungan dan bantuan bimbingan teknis bagi pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat setempat.

Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan

lingkungan hidup telah diselesaikan Rancangan Undang Undang (RUU) Lingkungan Hidup yang telah siap untuk dibahas dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). RUU ini direncanakan menggan- tikan Undang Undang Nomor 4/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Melalui pembaharuan yang

X/19

Page 20: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

dilakukan dalam RUU tersebut diharapkan adanya kepastian hukum yang lebih baik dalam penanganan berbagai permasalahan lingkungan hidup yang muncul.

Selain itu dalam tahun 1996/97 juga telah ditetapkan Peraturan

Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Penetapan peraturan ini diperlukan dalam memberi- kan arah peran serta masyarakat dalam perencanaan alokasi sumber daya yang erat kaitannya dengan fungsi lingkungan hidup.

Untuk meningkatkan kegiatan pemantauan kualitas lingkungan

dalam tahun 1996/97 telah diselesaikan rehabilitasi fisik 60 laborato- rium milik instansi sektoral (Departemen Pekerjaan Umum, Depar- temen Kesehatan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan) agar dapat berfungsi sebagai laboratorium lingkungan di 27 propinsi melalui pengembangan fasilitas penunjang, pengadaan peralatan laboratorium, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan penyem- purnaan metoda analisisnya. Kegiatan lain yang penting adalah penyusunan Pedoman Model Pelaporan dan Hasil Pemantauan Kualitas Lingkungan dan Pedoman Metoda Pengambilan Contoh Audisir Parameter Limbah Bahan Beracun Berbahaya dari sumber tidak spesifik dan bahan kadaluwarsa yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI).

Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam upaya

pengelolaan lingkungan hidup melalui pola kemitraan terus dikembang- kan melalui berbagai kerjasama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang bersifat penggalangan misalnya dalam Proper, Prokasih dan Adipura.

X/20

Page 21: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Peningkatan kesadaran masyarakat perkotaan terhadap penting- nya kelestarian lingkungan hidup didorong melalui upaya menjaga kebersihan dan keindahan kota untuk mencapai kualitas lingkungan yang baik serta meningkatkan kesehatan warganya. Penghargaan diwujudkan melalui pemberian Adipura untuk kota yang berprestasi baik. Jumlah kota penerima Adipura telah bertambah dari 213 kota pada tahun 1995/96 menjadi 263 kota pada tahun 1996/97, atau terjadi penambahan sebanyak 50 kota bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan yang

dilakukan secara perorangan adalah wujud nyata partisipasi warga negara dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dalam tahun 1996/97 penghargaan Kalpataru diberikan kepada 1 (satu) orang Perintis Lingkungan, 2 (dua) kelompok Penyelamat Lingkungan, 1 (satu) orang Pengabdi Lingkungan, dan 1 (satu) orang Pembina Lingkungan.

Peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup meliputi

pula pengembangan baku mutu limbah berbagai media pencemaran. Pengembangan ini meliputi perluasan cakupan penetapan baku mutu limbah jenis industri yang meningkat dari 21 jenis dalam tahun 1995/96 menjadi 23 jenis industri termasuk penetapan baku mutu limbah cair untuk pengelolaan minyak dan gas serta panas bumi. Di samping itu telah ditetapkan baku mutu untuk tingkat kebisingan, baku mutu tingkat getaran, baku mutu tingkat kebauan, serta baku mutu limbah cair untuk kegiatan hotel dan rumah sakit.

Pengembangan baku mutu limbah udara juga semakin diperhati-

kan, untuk itu antara lain telah ditetapkan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak yang diikuti dengan penyusunan panduan teknis pemantauan kualitas emisi industri semen, besi baja, pulp dan kertas.

X/21

Page 22: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Dalam rangka ikut aktif dalam pengendalian pencemaran udara global, telah dibentuk Komite Nasional Perlindungan Lapisan Ozon. Komite ini bertugas untuk melaksanakan Program Nasional Perlin- dungan Lapisan Ozon yang akan tuntas pada akhir tahun 1997. Selain itu Komite bertugas dalam pemasyarakatan kebijaksanaan peng- hapusan ODS (ozone depleting substances) secara bertahap serta membantu dunia usaha dalam persiapan menghadapi penghapusan penggunaan metil bromida. Peran serta dalam kerjasama internasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui Konperensi Antarpihak Dalam Pengendalian Perubahan Iklim di Jenewa pada tahun 1996.

d. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

Program ini bertujuan untuk mengurangi kemerosotan mutu dan fungsi lingkungan hidup perairan darat dan laut, tanah, dan udara yang disebabkan oleh makin meningkatnya kegiatan pembangunan.

Menyadari pentingnya fungsi sungai sebagai sumber air baku dalam pengadaan air bersih untuk keperluan rumah tangga, industri, pertanian dan budidaya perikanan maka mulai tahun 1996/97 lingkup pelaksanaan Program Kali Bersih (Prokasih) diperluas 77 ruas sungai di 17 propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jambi, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Bali, dari semula 74 ruas. Sebanyak 5 (lima) propinsi (DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung) memperoleh penghargaan atas pelaksanaan Prokasih di daerahnya masing-masing. Meluasnya jangkauan wilayah Prokasih menunjukkan adanya pening- katan kapasitas pengelolaan kelembagaan dalam pengendalian pence- maran air baik di tingkat pusat maupun di daerah.

X/22

Page 23: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Di samping itu pembinaan terhadap pengelolaan limbah industri kecil juga terus disempurnakan. Dalam tahun 1996/97 telah dibangun Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Terpadu di 3 (tiga) lokasi yaitu sentra penyamakan kulit di Garut, sentra pengolahan tapioka di Pati dan sentra produksi tempe di Sidoarjo. Upaya ini merupakan salah satu wujud pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dalam pengendalian pencemaran.

Memasuki tahun ketujuh dari pelaksanaan Prokasih, mulai tahun kedua Repelita VI diterapkan strategi penaatan dan penegakan hukumnya, yang menggabungkan antara penilaian kinerja pengolahan limbah di tiap unit industri dengan komunikasi sosial melalui infor- masi publik. Hal tersebut terus dilanjutkan dalam tahun 1996/97 dan dilaksanakan dengan penyebarluasan informasi kinerja 213 industri dalam pengelolaan limbah melalui Program Peringkat (Proper). Penentuan peringkat kinerja tersebut selain bertujuan untuk meningkat- kan upaya pengurangan limbah, juga membantu kalangan dunia industri yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan daya saingnya di dunia internasional. Pada tahun 1996/97 jumlah perusahaan yang berupaya memenuhi ketentuan baku mutu limbah telah meningkat. Atas keberhasilan program ini, dalam tahun 1996 Indonesia telah mendapat penghargaan Leadership Award on Zero Emissions dari United Nations University yang berkedudukan di Tokyo Jepang.

Dalam rangka pengendalian pencemaran udara dari sumber

bergerak telah dilaksanakan pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor di empat kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Di samping itu telah dilakukan kampanye penggunaan teknologi alternatif untuk mengurangi gas buang melalui penggunaan bahan bakar gas bagi kendaraan pengangkut umum dan kendaraan niaga. Selanjutnya pengendalian terhadap sumber udara tidak bergerak

X/23

Page 24: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

dilaksanakan terhadap 51 industri di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pengendalian pencemaran lainnya terus ditingkatkan terutama

untuk mengendalikan dampak merugikan dari limbah B-3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) yang makin besar jumlahnya. Sampai dengan tahun 1996/97, Pusat Pengolahan Limbah Industri-B3 (PPLI-B3) di Cileungsi Bogor telah mengolah sebanyak 54,5 ribu ton limbah B3 yang berasal dari 366 perusahaan. Selain itu dilaksanakan juga pro- gram kemitraan di dalam pengolahan limbah B3 dengan penanda- tanganan Surat Pernyataan (Super), pengkajian sistem tanggap darurat di zona industri tertentu serta penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang sistem tanggap darurat. Sampai dengan tahun 1996/97 industri yang telah menandatangani Super ada 431 perusahaan.

Upaya lain dalam pengendalian pencemaran lingkungan yang

bersifat tidak langsung adalah kampanye produksi bersih (Produksih) dengan tujuan mengurangi atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan langsung dari sumbernya. Dalam kaitan dengan pende- katan produksi bersih, mulai tahun 1996 telah dikembangkan pende- katan nir emisi bagi industri pulp dan kertas, tekstil, dan pengolahan bahan kimia. Pendekatan yang bersifat sukarela ini berupaya untuk mengubah model linier dalam proses produksi suatu industri menjadi model terpadu, dengan menitikberatkan bahwa secara keseluruhan sumberdaya dalam proses produksi dapat memberikan manfaat dan tidak menghasilkan limbah (produksi bersih).

Sejalan dengan pengembangan produksi bersih juga dilaksanakan

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penerapan ekolabel. Antara lain pembentukan Lembaga Ekolabel Indonesia dan penyusunan konsep standar dan kriteria ekolabel untuk produk kertas tisu dan

X/24

Page 25: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

kertas kemasan merupakan langkah penting dalam mendukung berkem- bangnya industri yang berwawasan lingkungan. Dalam tahun 1996/97 telah dibentuk Komite Tenaga Ahli Ekolabel Indonesia yang bertugas merumuskan pokok-pokok kegiatan dan produk barang dan jasa yang diatur dalam program Ekolabel. Hal ini juga dilaksanakan sebagai antisipasi terhadap penerapan ISO seri 14000 oleh dunia usaha.

Upaya lain dalam pengendalian pencemaran juga dilaksanakan melalui sistem insentif. Pengembangan sistem insentif ini dilakukan melalui pemberian pinjaman lunak untuk pembangunan infrastruktur pengolahan limbah khususnya bagi industri berskala besar. Sistem insentif tersebut diharapkan dapat mendorong dunia usaha untuk lebih mentaati baku mutu limbah dan emisi yang telah ditetapkan.

e. Program Rehabilitasi Lahan Kritis Tujuan umum program ini adalah untuk memulihkan kemampuan

hutan dan tanah yang rusak agar dapat produktif kembali dan pada akhirnya meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Hal yang penting pula dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis ini adalah meningkatnya pendapatan dan produktivitas masyarakat terutama yang berada dalam wilayah kegiatan rehabilitasi lahan kritis dari suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang dilakukan dalam

kawasan lindung, meliputi berbagaikegiatan yang dilakukan di sempadan sungai, kawasan pantai berhutan bakau dan hutan lindung. Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya dukung DAS (Daerah Aliran Sungai) yang telah rusak agar dapat berfungsi dalam sistem produksi dan terpeliharanya kelestarian jasa-jasa lingkungan hidup. Upaya tersebut mencakup kegiatan penghijauan, reboisasi, dan konservasi tanah.

X/25

Page 26: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Dalam tahun 1996/97 telah dilaksanakan penghijauan tanah kritis di lahan kering seluas 540 ribu hektare di 26 propinsi (Tabel X-4). Selain itu, dilakukan pula pengembangan pengelolaan 39 DAS dengan penyusunan pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) untuk liputan areal seluas 7,6 juta hektare serta penyusunan Rencana Teknik Lapangan RLKT (RTL-RLKT) pada 27 sub DAS seluas 2,5 juta hektare. Selanjutnya dilaksanakan pula pembinaan konservasi tanah di 5 (lima) lokasi areal HPH.

Kegiatan penanaman hutan rakyat yang dilaksanakan pada tahun

1996/97 di 27 propinsi telah menghasilkan tambahan luas hutan rakyat sekitar 144 ribu hektare (Tabel X-5). Kegiatan rehabilitasi lahan pada hutan rakyat merupakan usaha yang terpadu untuk mencegah meluasnya tanah kritis dan memperbaiki fungsi hidro-orologis DAS. Fungsi hutan rakyat selanjutnya dikembangkan sebagai hutan serba guna yang dapat digunakan untuk percontohan pengawetan tanah.

Kegiatan rehabilitasi lahan lainnya adalah pembuatan petak per-

contohan/demplot pengawetan tanah. Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan tambahan pembuatan petak percontohan/demplot penga- wetan tanah sebanyak 977 unit (Tabel X-6). Petak-petak percontohan tersebut merupakan wahana penyuluhan yang bermuatan teknologi dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat untuk memper- baiki kesuburan tanah dan produktivitas lahan.

Selain itu juga telah dilakukan pembuatan dam pengendali yang

dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi limpasan erosi dan sedimentasi dari kawasan lahan kritis. Adanya tambahan dam pengen- dali pada tahun 1996/97 sebanyak 199 unit dari tahun 1995/96 diharapkan dapat lebih menekan laju erosi yang terjadi (Tabel X-7).

X/26

Page 27: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Dalam tahun 1996/97 juga telah dilakukan kegiatan reboisasi pada kawasan hutan lindung yang meliputi pemulihan kualitas lahan kritis seluas 44 ribu hektare (Tabel X-8). Kegiatan reboisasi yang dilakukan adalah untuk mempertahankan mutu hutan lindung dan diharapkan dapat meningkatkan daya pulih fungsi ekosistem hutan lindung. Upaya rehabilitasi lahan kritis juga dilakukan dengan meli- batkan peladang berpindah sebanyak 10 ribu KK di 21 propinsi melalui pembinaan tanpa memindahkan penduduk. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan pengendalian perladangan berpindah dan perambah hutan telah disusun Petunjuk Teknis Pengendalian Perla- dangan Berpindah dan Perambahan Hutan Melalui Pola Pembinaan In-situ dan Ex-situ. Selanjutnya dilaksanakan pula pembinaan usaha tani menetap terhadap 55 ribu KK melalui kegiatan HPH Bina Desa.

Dalam pelaksanaan kegiatan penghijauan dan reboisasi diperlu-

kan petugas-petugas lapangan yang berfungsi membantu pelaksanaan teknis di lapangan. Sampai dengan tahun kedua Repelita VI telah dipekerjakan sejumlah 6.162 orang petugas lapangan penghijauan dan 958 petugas lapangan reboisasi (Tabel X-9). Sejak tahun 1994/95 pelaksanaan tugas Petugas Khusus Penghijauan telah dialihkan kepada Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah/Dinas Kehutanan yang merupakan aparat Pemerintah Daerah.

f. Program Pembinaan Daerah Pantai

Pembinaan daerah pantai ditujukan untuk meningkatkan peles- tarian fungsi ekosistem pantai dan laut, mengendalikan kerusakan lingkungan pesisir, serta meningkatkan kemampuan masyarakat pantai dalam pengelolaan pantai dan laut.

Dalam tahun 1996/97 telah dilaksanakan penyusunan pola tata

ruang daerah pantai di 15 propinsi sebagai bahan pertimbangan untuk

X/27

Page 28: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

perencanaan pembangunan kawasan pesisir. Di samping itu untuk mendukung pelaksanaan pelestarian sumber daya pantai dan laut dilaksanakan upaya peningkatan koordinasi melalui pengembangan Sistem Pengawasan, Pengendalian, Pengamatan Lapangan dan Evaluasi (P3LE) pesisir dan perairan laut. Mekanisme P3LE laut yang telah diuji-cobakan di Kepulauan Seribu, Pulau Batam dan Bintan, kawasan Barelang, Teluk Bintuni, dan Kepulauan Takabonerate, telah meningkatkan peran serta semua pihak terutama Pemerintah Daerah Tingkat I dan II dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan laut.

Dalam kaitan dengan upaya pengendalian cegah-awal pence-

maran minyak dalam tahun 1996/97 telah dihasilkan prototipe sistem informasi geografis sumber daya pesisir dan laut di selat Makassar dan selat Lombok, peta sensitivitas lingkungan pesisir dan laut di selat Makassar dan selat Lombok, dan konsep desain kajian analisis resiko dampak lingkungan pesisir dan laut di selat Makassar dan selat Lombok. Di samping itu untuk memantau kualitas fisik perairan laut Indonesia pada tahun 1996/97 telah dikembangkan pula Sistem Informasi Potensi Kelautan. Sistem ini berbasiskan prosedur peman- tauan perairan laut Seawatch yang menghasilkan data real time untuk digunakan dalam pemantauan perubahan cuaca dan iklim bagi kegiatan lalu lintas pelayaran, pemantauan pencemaran laut, dan dukungan analisis sebaran bahan pencemar.

Dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan pantai telah dicanangkan Gerakan Pembudidayaan Mangrove dan Pemasangan Rumpon (GPMPR) di 7 (tujuh) propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur. Selain itu, juga dilaksanakan pemasangan penambat kapal di Taman Nasional Bali Barat dan Taman Nasional Bunaken guna menghindari penggunaan jangkar yang dapat merusak kawasan terumbu karang. Sebagai upaya untuk meningkatkan

X/28

Page 29: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 1PETA RUPA BUMI NASIONAL YANG SUDAH TERSEDIA 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(dalam nomor lembar peta)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

X/29

Page 30: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 2HASIL PELAKSANAAN USAHA PENGENDALIAN SUNGAIPENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENANGGULANGGAN

BENCANA ALAM MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)1993/94, 1994/95 – 1996/97

(dalam ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka Sementara

X/30

Page 31: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 3JUMLAH PENGIKUT KURSUS – KURSUS AMDAL 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(orang)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1983/842) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

X/31

Page 32: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 4HASIL PELAKSANAAN PENGHIJAUAN

MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)1993/94, 1994/95 – 1996/97

(dalam ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

X/32

Page 33: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 5HASIL PENANAMAN HUTAN RAKYAT 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(dalam ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1979/802) Angka Sementara

X/33

Page 34: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 6KEADAAN HASIL PEMBUATAN

PETAK PERCONTOHAN/DEMPLOT PENGAWETAN TANAH 1)1993/94, 1994/95 – 1996/97

(dalam buah)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1979/802) Angka Sementara

X/34

Page 35: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 7PEMBUATAN DALAM PENGENDALIMENURUT DAERAH TINGKAT I 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(dalam unit)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1974/752) Angka Diperbaiki3) Angka Sementara

X/35

Page 36: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 8KEADAAN HASIL REBOISASI 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97(dalam ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1969/702) Angka Diperbaiki3) Angka Sementara

X/36

Page 37: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 9JUMLAH PETUGAS LAPANGAN PENGHIJAUAN (PLP), PETUGAS

LAPANGAN REBOISASI (PLR), PETUGAS KHUSUS PENGHIJAUAN (PKP)MENURUT DAERAH TINGKAT I

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka kumulatif2) Sejak tahun 1994/95, penugasannya telah dialihkan kepada Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah/ Dinas Kehutanan Dati II3) Angka sementara

X/37

Page 38: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

kemampuan pengendalian dampak merugikan di lingkungan pesisir telah disusun konsep Program Pantai Lestari yang dipelopori oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan II Bali.

Program Pantai Lestari mencakup pengendalian pencemaran dan

perusakan lingkungan pada daerah sempadan pantai. Program ini dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu Pantai Wisata Bersih, Bandar Indah dan Terumbu Karang/Mangrove Lestari (Teman Lestari). Mulai tahun 1996/97 daerah kerja Program Pantai Lestari diperluas meliputi 17 propinsi. Hal ini merupakan persiapan bagi Indonesia untuk menjadi penyelenggara World Summit of the Sea dan International Coral Reef Symposium pada tahun 2000. Kegiatan Pantai Lestari juga meliputi pembinaan masyarakat wilayah pantai, pelestarian ekosistem pantai seperti hutan bakau, terumbu karang, dan padang lamun, serta pengamanan daerah pantai dari kegiatan yang menimbulkan dampak merugikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka telah dilakukan persiapan untuk pengelolaan terumbu karang nasional secara lebih terpadu (Coral Reef Rehabilitation and Management Program; disingkat menjadi COREMAP) yang dilakukan sejak tahun 1996/97 dan mencakup 10 propinsi.

C. PENATAAN RUANG DAN PERTANAHAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran program penataan ruang dan penataan pertanahan dalam Repelita VI adalah (1) tersedianya sistem informasi yang mantap untuk mendukung penataan ruang dan penataan pertanahan; (2) ter- bentuknya mekanisme peranserta masyarakat dan dunia usaha yang efektif dalam penataan ruang dan penataan pertanahan; (3) mening- katnya sistem pengelolaan dan kemampuan kelembagaan Penataan

X/38

Page 39: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

ruang dan penataan pertanahan yang efektif dan efisien; (4) serta terwujudnya keterpaduan penataan dan pemanfaatan ruang untuk kepentingan sosial, budaya, ekonomi, dan pertanahan keamanan.

Dalam mewujudkan sasaran penataan ruang dan penataan pertanahan dalam Repelita VI, kebijaksanaan pokok yang ditempuh adalah (1) mengembangkan kelembagaan melalui penetapan organisasi pengelolaan yang mantap, dengan rincian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas; (2) meningkatkan kemampuan aparatur yang dapat mendukung kegiatan penataan ruang dan penataan pertanahan di pusat dan di daerah; (3) memasyarakatkan penataan ruang dan penataan pertanahan kepada masyarakat dan dunia usaha; (4) memantapkan pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan bagi pembangunan nasional dan daerah; dengan perhatian khusus pada kawasan cepat berkembang, dan kawasan andalan, serta kawasan strategis; (5) memantapkan pengendalian pemanfaatan ruang termasuk pengamanan terhadap kawasan yang memiliki aset penting bagi negara; (6) meningkatkan sistem informasi, pemantauan dan evaluasi dalam penataan ruang dan penataan pertanahan.

Untuk mencapai sasaran dan melaksanakan berbagai Kebijak-

sanaan penataan ruang seperti tersebut di atas, dalam Repelita VI dilaksanakan program penataan ruang sebagai program pokok. Program ini bertujuan untuk mengembangkan pola tata ruang dan mekanisme pengelolaan serta meningkatkan keterpaduan penyeleng- garaan tata guna air, tata guna lahan, dan kehutanan. Di samping program pokok dilaksanakan beberapa program penunjang yang bertujuan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program pokok penataan ruang. Program penunjang tersebut adalah: (a) program inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; (b) program pemanfaatan sumber daya kelautan dan kedirgantaraan; (c) program penataan pertanahan; (d) program penerapan dan pene-

X/39

Page 40: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

gakan hukum; serta (e) program pendidikan, pelatihan dan penyu- luhan tata ruang.

Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan sistem penge-

lolaan pertanahan yang terpadu, serasi, efektifdan efisien, ditetapkan beberapa program pokok dan program penunjang. Program pokok adalah penataan pertanahan yang terdiri atas kegiatan: (a) penataan penguasaan tanah; (b) penataan penggunaan tanah; serta (c) penyem- purnaan kelembagaan dan pengembangan administrasi pertanahan. Sedangkan program penunjang meliputi: (a) Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhuan pertanahan; (b) program penataan ruang; (c) program pengembangan informasi pertanahan; serta (d) program penerapan dan pengembangan hukum.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Ketiga Repelita VI

a. Penataan Ruang

Dalam rangka mewujudkan sasaran Repelita VI, upaya-upaya pembangunan dalam tahun ketiga Repelita VI yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di dalam program-program penataan ruang adalah sebagai berikut.

1) Program Pokok

Program Penataan Ruang

Kegiatan utama program penataan ruang adalah penyempurnaan dan penjabaran rencana tata ruang nasional, daerah, dan kawasan serta pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

X/40

Page 41: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992, pada tahun 1996/97 telah diterbitkan Peraturan Pemerin- tah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat Dalam Penataan Ruang. Pada tahun 1996/97 telah disusun pula beberapa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) menyangkut penataan ruang, antara lain: (1) RPP tentang penataan ruang kawasan perkotaan, (2) RPP tentang penataan ruang kawasan perdesaan, (3) RPP tentang penataan ruang kawasan tertentu, (4) RPP tentang ketelitian peta, dan (5) RPP tentang penatagunaan tanah. Di samping itu, telah pula dilakukan perumusan beberapa pedoman teknis, yaitu antara lain (1) pedoman teknis penyempurnaan dan peninjauan kembali evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II (RTRWK), (2) pedoman teknis penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan, dan (3) pedoman perumusan indikasi program terpadu jangka menengah untuk wilayah kabupaten/kotamadya.

Untuk lebih meningkatkan keterkaitan pelaksanaan pembangunan antar propinsi dalam satu wilayah regional dan untuk menjembatani strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam RTRWN dan RTRWP, pada tahun 1996/97 telah diselesaikan materi pendahuluan Rencana Tata Ruang Pulau untuk Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di Kawasan Timur Indonesia.

Dalam tahun 1996/97 telah pula dilakukan inventarisasi, peman- tauan dan penyelesaian berbagai permasalahan dalam konflik penataan ruang. Di antara kegiatan penanganan konflik penataan ruang yang paling menonjol adalah penyelesaian konflik penggunaan lahan menyangkut sawah beririgasi teknis untuk kegiatan non-pertanian, penyelesaian konflik antara RTRWP dengan Tata Guna Hutan

X/41

Page 42: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Kesepakatan (TGHK), penyelesaian konflik penetapan kawasan dalam proses perencanaan, dan penertiban pelanggaran terhadap peman- faatan ruang. Sebagian besar masalah tata ruang terjadi di Pulau Jawa. Hal ini diakibatkan oleh karena tingkat peralihan dan perkembangan pemanfaatan lahannya relatif cepat, seperti yang terjadi di kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), kawasan Bandung Utara, wilayah Kabupaten Bekasi dan Tangerang, serta di kawasan Gresik-Surabaya-Malang-Situbondo. Dalam rangka penataan ruang juga telah selesai disusun rencana tata ruang reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Kapuk Naga Tangerang yang pengelolaannya dipaduserasikan dengan strategi pengembangan wilayah Jabotabek secara keseluruhan.

Hingga akhir tahun ketiga Repelita VI, seluruh daerah tingkat I telah memiliki RTRWP yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) dan mendapat pengesahan Menteri Dalam Negeri. Hanya 1 (satu) propinsi yang status Perda-nya masih dalam proses pengesahan dari Menteri Dalam Negeri, yaitu Propinsi Jawa Timur. Status pengesahan dari RTRWP dapat dilihat dalam Tabel X-10. Sementara itu, untuk daerah tingkat II kabupaten, seluruhnya telah pula memiliki rencana tata ruang atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK). Status kemajuan sampai dengan tahun 1996/97 adalah 4 RTRWK masih dalam tahap penyempurnaan materi rencana tata ruangnya, 25 RTRWK dalam pengajuan konsep Perda-nya ke DPRD Tk.II, 42 RTRWK dalam tahap pembahasan materi Perda-nya di DPRD Tk.II, 84 RTRWK telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda) Tk. II, dan 89 RTRWK yang telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda) Tingkat II dan telah mendapat pengesahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Secara rinci, kemajuan penyelesaian rencana tata ruang wilayah kabupaten seluruh Indonesia dapat dilihat dalam Tabel X-11.

X/42

Page 43: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Untuk wilayah kotamadya daerah tingkat II, sampai dengan tahun 1996/97 dari 64 Kotamadya, sebanyak 61 telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya (RTRWK). Dari sejumlah itu, 2 kotamadya sedang dalam proses penyempurnaan materi RTRWK, 3 kotamadya dalam tahap pembahasan materi RTRWK di DPRD Tingkat II untuk dijadikan Perda Kabupaten Tingkat II, 2 kotamadya telah metetapkan RTRWK-nya sebagai Perda Kabupaten Tingkat II, dan 54 RTRW Kotamadya telah mendapat pengesahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Secara rinci, status penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya dalam dilihat dalam Tabel X-12.

Selain dua produk rencana tata ruang seperti yang telah disebut- kan di atas, terdapat pula produk rencana tata ruang untuk kawasan-kawasan perkotaan non-status (seperti kotamadya administratif, kota administratif, ibukota kabupaten, dan ibukota kecamatan) yang telah disusun sebelum diterbitkannya Undang-Undang Nomor 24 tentang Penataan Ruang. Rencana tata ruang untuk kota-kota tersebut diperlukan bagi acuan kegiatan pembangunan di kawasannya. Dari sejumlah 1.525 kota non-status, sebanyak 569 kota telah memiliki rencana tata ruangnya. Sebanyak 344 rencana tata ruang telah ditetapkan sebagai Perda Kabupaten Tingkat II dan sebanyak 225 rencana tata ruang yang telah dijadikan Perda Kabupaten Tingkat II dan telah mendapatkan pengesahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Secara rinci, status penyelesaian rencana tata ruang untuk kota-kota non-status tersebut dapat dilihat pada Tabel X-13.

Dalam rangka percepatan pembangunan di Kawasan Timur

Indonesia (KTI), pada tahun 1996/97 telah diselesaikan strategi pengembangan untuk 13 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), yaitu Kawasan Sanggau (Kalimantan Barat), Kawasan Batulicin (Kalimantan Selatan), Kawasan Kapuas-Kahayan-Barito Selatan atau Kakab (Kalimantan Tengah), Kawasan Samarinda-

X/43

Page 44: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Sangasanga-Balikpapan atau Sasamba (Kalimantan Timur), Kawasan Manado-Bitung (Sulawesi Utara), Kawasan Batui (Sulawesi Tengah), Kawasan Buton- Kolaka-Kendari atau Bukari (Sulawesi Tenggara), Kawasan Pare-Pare (Sulawesi Selatan), Kawasan Bima (Nusa Tenggara Barat), Kawasan Mbay (Nusa Tenggara Timur), Kawasan Betano-Natarbora-Viqueque dan sekitarnya (Timor Timur), Kawasan Seram (Maluku), dan Kawasan Biak (Irian Jaya).

Di samping itu, sebagai tindak lanjut penyusunan RTRWP atau RTRWK, pada tahun 1996/97 telah pula diselenggarakan studi percontohan untuk penyusunan konsep tata ruang kawasan pantai, pengkajian kebutuhan investasi pembangunan prasarana kota jangka panjang, serta penentuan dan strategi pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa propinsi (Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat).

2) Program Penunjang a) Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Program ini diselenggarakan dengan tetap bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas informasi sumber daya alam serta mengembangkan neraca dan tata guna sumber alam dan lingkungan hidup untuk mengetahui daya dukung dan menjamin ketersediaan sumber alam yang berkelanjutan. Pada tahun ketiga Repelita VI kegiatan evaluasi sumber daya alam dan tanah di 18 propinsi (meliputi seluruh propinsi di luar propinsi-propinsi di Pulau Sumatera dan Bali) telah mendekati tahap penyelesaian.

Dalam rangka menunjang peningkatan kualitas penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang wilayah dan rencana rinci tata ruang

X/44

Page 45: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

kawasan, telah diselesaikan pemetaan digital dengan skala 1:250.000 dan 1:100.000 untuk seluruh wilayah Indonesia. Pemetaan digital seluruh wilayah Indonesia dengan skala 1:50.000 telah meliput seluruh propinsi di Sumatera, Jawa dan Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Kalimantan dan sebagian perbatasan Indonesia-Papua New Guinea. Prioritas pemetaan dilakukan di dalam kawasan-kawasan yang diandalkan pengembangannya dalam masing-masing wilayah tersebut. Untuk skala 1:25.000 telah diselesaikan sebagian wilayah di propinsi-propinsi Jawa dan Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Timor Timur, dan perbatasan RI-Malaysia. Pemetaan dengan skala 1:5.000 telah dilakukan untuk kawasan yang diprioritaskan penyusunan rencana rincinya seperti sebagian kawasan Bandung Utara dan kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur).

b) Program Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Kedirgantaraan Tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan kemam-

puan dalam mendayagunakan dan memanfaatkan potensi kekayaan laut dan pemanfaatan dirgantara secara seimbang bagi sebesar-besarnya kesejah-teraan rakyat dan keperluan Pertahanan keamanan. Pada tahun 1996/97 kegiatan dalam program ini yang terutama adalah untuk menunjang pemantapan penyusunan RTRWN dan RTR Pulau dalam kaitannya dengan penyediaan informasi matra laut dan matra udara. Untuk itu kegiatan evaluasi sumber daya laut telah dilakukan di 27 propinsi guna memperkaya informasi mengenai sumber daya laut dan pesisir pantai. Kegiatan ini terbukti telah membantu menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan bagi perencanaan tata ruang nasional, khususnya yang menyangkut pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.

X/45

Page 46: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

c) Program Penataan Pertanahan

Tujuan utama program ini dalam kaitannya dengan penataan ruang adalah mengupayakan peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan pertanahan yang terpadu, serasi, efektif dan efisien sehingga pemanfaatan ruang dapat terkendali. Permasalahan konflik penataan ruang yang terjadi saat ini banyak berkaitan dengan masalah pertanahan. Dengan demikian, kebutuhan akan adanya informasi yang lengkap menyangkut aspek penguasaan dan penggunaan di dalam areal-areal yang ada konflik menjadi sangat penting perannya. Selama tahun 1996/97, berbagai upaya program ini masih berkaitan dengan penyediaan data pendukung penyelesaian konflik penataan ruang. Kegiatannya meliputi pemetaan topografi untuk menunjang penyu- sunan rencana rinci tata ruang di kawasan yang bermasalah (Kabu- paten/Kotamadya Bekasi dan Tangerang, Kawasan Bopunjur, dan kawasan-kawasan lain) serta pengembangan sistem informasi perta- nahan yang menunjang kegiatan penataan ruang di kawasan dan wilayah-wilayah yang disebutkan di atas. Untuk peningkatan kualitas kegiatan penataan ruang di masa yang akan datang, diselenggarakan berbagai kegiatan dibidang adminsitrasi pertanahan agar peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan pertanahan lebih terpadu, serasi, efektif, dan efisien.

d) Program Penerapan dan Penegakan Hukum

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam hubungannya dengan penataan ruang. Hal ini penting bagi penggalangan peranserta masyarakat secara bertanggung-jawab dan juga agar masyarakat merasa mendapatkan perlindungan hukum akan hak-haknya.

X/46

Page 47: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Dalam upaya menindaklanjuti Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Renataan Ruang, sedang disusun 2 Rancangan Undang-Undang (RUU) dan 12 Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP). Dari jumlah tersebut pada tahun ketiga Repelita VI telah selesai disusun 1 (satu) PP, yaitu PP tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Tata Cara dan Bentuk Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dalam tahun yang sama RPP tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sedang dalam proses akhir penyelesaian. Sementara itu, RPP tentang Penatagunaan Tanah, RPP tentang Ketelitian Peta, RPP tentang Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, RPP tentang Penataan Ruang Kawasan Perdesaan, dan RPP tentang Kawasan Tertentu sedang dalam proses pembahasan.

Dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan-kawasan yang cepat berkembang seperti kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), kawasan-kawasan pinggiran wilayah Jabotabek, dan kawasan-kawasan lain sepanjang jalur-jalur ekonomis di Pulau Jawa, telah dilakukan sejumlah penyelesaian konflik penggunaan ruang melalui koordinasi pemaduserasian. Upaya tersebut di atas termasuk pengendalian pengalihan sawah irigasi teknis menjadi lokasi-lokasi kegiatan industri atau permukiman dalam skala besar. Mekanismenya adalah melalui mengendalikan secara dini proses perijinan lokasinya dan koordinasi dalam memaduserasikan proses evaluasi perencanaan dan pembangunan diantara instansi-instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah. Melalui upaya ini, penerapan secara konsisten rencana tata ruang wilayah yang ada terus ditingkatkan.

Dalam mendukung upaya koordinasi di semua tingkatan peme- rintahan, telah dikeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 19 tahun 1996 tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Tingkat I dan

X/47

Page 48: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

Daerah Tingkat II. Berdasarkan ketentuan Inmendagri tersebut, secara fungsional ditetapkan bahwa Gubernur KDH Tingkat I merupakan Ketua TKPRD Tingkat I dan Bupati/Walikomadya KDH Tingkat II merupakan Ketua TKPRD Tingkat II. Dengan diterbitkannya Inmen- dagri tersebut, upaya pengendalian pemanfaatan ruang dapat diseleng- garakan lebih intensif dan terarah.

e) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Tata Ruang

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas penataan ruang bagi aparat pemerintah dan dunia usaha serta pemahaman masyarakat mengenai tata ruang sehingga dapat berkembang kesadaran, tanggungjawab, serta peranserta aktif masyarakat dalam penataan ruang.

Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pelatihan penataan ruang daerah dan pembinaan pengaturan teknis penataan ruang bagi aparat pemerintah daerah di Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Jawa Barat, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Propinsi Sulawesi Selatan, dan Propinsi Bali; (2) pelatihan penataan ruang perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta; (3) pemantapan dan diseminasi materi training penataan ruang kabupaten Dati II; (4) pemutahiran Data Dasar Perkotaan (Urban Data Base); (5) pengem- bangan sistem informasi kawasan cepat berkembang; pelatihan penataan ruang untuk para konsultan, (6) penyiapan pedoman penyu- sunan rencana rinci tata ruang kabupaten Dati II; (7) kegiatan pena- sihatan (advisory) pemantauan dan pengendalian penataan ruang wilayah di 26 propinsi;dan (8) pelatihan penataan ruang Dati II.

X/48

Page 49: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

b. Penataan Pertanahan

Pembangunan pertanahan pada tahun ketiga Repelita VI, dititik- beratkan pada upaya pemberian manfaat atas tanah yang sebesar-besarnya bagi pembangunan nasional dan kemakmuran rakyat serta dalam rangka peningkatan pemerataan, partisipasi masyarakat, penang- gulangan kemiskinan dan kelembagaan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui program pokok penataan pertanahan dan program-program penunjangnya.

1) Program Pokok

Program Penataan Pertanahan

Tujuan utama dari program Penataan Pertanahan adalah mening- katkan tertib pertanahan melalui berbagai kegiatan untuk meningkat- kan dan mengembangkan sistem pengelolaan pertanahan yang terpadu, serasi, efektif, dan efisien. Dalam tahun 1996/97 kegiatan penataan pertanahan meliputi pengembangan pengaturan penguasaan tanah, penatagunaan tanah, penertiban dan peningkatan pengurusan hak-hak tanah, pemberian hak atas tanah di areal permukiman transmigrasi, pemetaan fotogrametri, dan peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara.

Pengembangan pengaturan penguasaan tanah bertujuan untuk mengembangkan sistem penataan, penguasaan, pemilikan, dan pengalihan hak atas tanah yang dilakukan oleh negara. Pada tahun 1996/97 telah dilakukan pendataan penguasaan pemilikan tanah perdesaan untuk sebanyak 5.795 persil, pendataan penguasaan pemilikan tanah perkotaan untuk sebanyak 4.900 persil, redistribusi tanah obyek landreform seluas 3.999 hektare, konsolidasi tanah untuk wilayah perkotaan sebanyak 2.000 bidang, identifikasi dan penegasan

X/49

Page 50: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

tanah negara seluas 2.880 hektare, dan penyiapan konsolidasi tanah pertanian beririgasi untuk seluas 6.821 hektare.

Dalam tahun 1996/97, kegiatan ini juga telah menerbitkan Surat

Keputusan (SK) hak atas tanah untuk 15.203 bidang. Di samping itu telah pula diselesaikan pengukuran dan pemetaan tanah untuk sebanyak 212.831 bidang, pemotretan udara/pemetaan fotogrametri seluas 285.750 hektare, dan pembuatan peta dasar untuk 186.525 hektare. Melalui proyek peningkatan administrasi pertanahan, sejak tahun 1995/96 dikembangkan mekanisme pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematis dengan cara pembentukan tim ajudikasi yang bertugas dan langsung didatangkan ke lapangan untuk percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah. Mekanisme ini dapat dioperasikan secara penuh dalam 1996/97. Dengan mekanisme ini, dalam 1996/97 telah diterbitkan sertifikat sebanyak 190.000 bidang. Dibandingkan dengan kapasitas tahun 1995/96, terjadi peningkatan yang luar biasa. Pada 1995/96, jumlah sertifikat yang diterbitkan hanya sebanyak 4.815 bidang.

Kegiatan penatagunaan tanah bertujuan untuk menyediakan in-

formasi penggunaan tanah berupa data dan peta untuk berbagai ke- giatan dalam perumusan kebijaksanaan, pembinaan, pengendalian penggunaan tanah, serta penetapan batas penggunaan tanah bagi pe- rencanaan kegiatan pembangunan. Pada tahun 1996/97 telah dila- kukan pemetaan dan pemutakhiran peta penggunaan Tanah seluas 28.754 ribu hektare, pemetaan kemampuan tanah seluas 2.028 ribu hektare, pemetaan penggunaan tanah perkotaan seluas 165 ribu hektare, pengendalian penggunaan tanah seluas 590 ribu hektare, dan pemetaan seluas 10.000 Hektare di kawasan Pengembangan Lahan Gambut 1 Juta Hektare Propinsi Kalimantan Tengah. Kawasan-kawasan lain yang diprioritaskan pemetaannya adalah kawasan-kawasan andalan prioritas di Kawasan Timur Indonesia (KTI), kawasan-ka-

X/50

Page 51: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

wasan yang cepat berkembang dan bermasalah di Pulau Jawa seperti Kawasan Bopunjur, Kawasan Cekungan Bandung, dan sebagainya. Berbagai kegiatan program pertanahan terlihat pada Tabel X-14.

Untuk masyarakat miskin dan golongan rendah, terus ditingkat-

kan pelaksanaan Proyek Operasi Nasional Pertanahan (PRONA). Sesuai dengan semangat pengentasan masyarakat miskin, terutama di kawasan-kawasan perdesaan, kegiatan ini ditingkatkan pelaksanaan- nya. Pada tahun 1996/97, telah diterbitkan 573.480 sertifikat. Diban- dingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 1995/96), terjadi pening- katan sebesar hampir 600%.

Dalam rangka penyempurnaan kelembagaan dan pengembangan

administrasi pertanahan untuk menunjang peningkatan kemampuan kelembagaan pertanahan, baik di tingkat pusat maupun di daerah, pada tahun 1996/97 telah dilakukan renovasi untuk 14 gedung kantor pertanahan dan pembangunan baru untuk 13 gedung kantor pertanahan yang prioritas utamanya adalah untuk bangunan kantor lingkup kabupaten Dati II.

Di dalam areal-areal Permukiman transmigrasi, pada tahun

1996/97 telah dilaksanakan pengukuran dan pemetaan kapling seluas 257.255 hektare, serta diterbitkan sertifikat Hak Pengelolaan atas tanah seluas 58.433 ha, dan SK hak pakai/hak milik untuk 115.291 persil (Tabel X-15). Pencapaian ini merupakan 79% dari sasaran Repelita tahunan (Sarlita)yang dicanangkan 144.376 persil. Diban- dingkan dengan 1995/96, terjadi peningkatan pencapaian 8,5%.

2) Program Penunjang

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program pokok dalam

X/51

Page 52: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

tahun 1996/97 dilaksanakan berbagai program penunjang sebagai berikut.

a) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Pertanahan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas penataan pertanahan bagi aparat pemerintah dan pemahaman masyarakat mengenai masalah-masalah pertanahan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku di bidang pertanahan. Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan penyuluhan langsung di 48 kabupaten. Di samping itu, telah dilakukan pembinaan terhadap 300 petugas penyuluh bidang hukum, yang berarti telah meningkat sekitar 40% dari tahun 1995/96, dan pembinaan terhadap 420 juru penerang, yang berarti meningkat sekitar 18% dari tahun 1995/96. Di samping itu pada tahun 1996/97 telah dilakukan berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk aparat Kantor Pertanahan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah (lihat Tabel X-16).

b) Program Penataan Ruang

Program penataan ruang merupakan dasar bagi program penataan pertanahan. Sehubungan dengan itu program ini berupaya untuk menyusun dan mengembangkan mekanisme pengelolaan yang menyerasikan berbagai kegiatan pemanfaatan air, tanah, dan sumber daya alam lainnya serta untuk meningkatkan kerterpaduan penyelenggaraan tata guna air, tata guna lahan serta kehutanan yang akan mendukung penyelenggaraan kegiatan pertanahan. Dalam tahun 1996/97 sedang disusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penatagunaan Tanah, yang pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 24 tentang Penataan Ruang pada tahun 1992.

X/52

Page 53: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

c) Program Pengembangan Informasi Pertanahan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produk- tivitas, dan efektivitas pembangunan melalui pengembangan informasi pertanahan yang berkualitas dan andal. Program tersebut menyediakan data dasar dan informasi Pertanahan yang akurat, lengkap, dan mutakhir untuk penataan pertanahan. Dalam tahun 1995/96 dan tahun 1996/97 telah dilaksanakan kegiatan di bidang sistem informasi geografi yang meliputi: (1) pembangunan sistem komputerisasi pendaf- taran tanah di 7 (tujuh) kantor pertanahan, (2) pengembangan sistem informasi geografi di 19 lokasi, dan (3) peningkatan kapasitas perang- kat keras dan lunak di pusat dan 27 propinsi.

d) Program Penerapan dan Pengembangan Hukum

Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum pertanahan dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa mendapatkan pengayoman dan perlindungan akan hak-haknya atas tanah. Dalam program ini dilaksanakan pula pengembanan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Pada tahun 1995/96 dan 1996/97 telah diselesaikan penelitian hukum untuk perancangan dan penerapan sistem informasi bidang hukum perta- nahan, penelitian mengenai hukum/hak adat pertanahan, penelitian pelaksanaan landreform perdesaan, penelitian pelaksanaan Proyek Operasi Nasional Pertanahan (PRONA), penelitian pelaksanaan pengawasan melekat (waskat) pada kantor pertanahan, penelitian yurisprudensi pertanahan, dan penelitian kerangka dasar ilmu pertanahan di Indonesia, serta inventarisasi dan dokumentasi berbagai peraturan di bidang pertanahan.

Program ini juga telah melaksanakan kegiatan penelitian dalam

dalam penegakan hukum pertanahan bagi tanah-tanah terlantar, tanah-

X/53

Page 54: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

tanah tidur (tanah yang telah memiliki ijin lokasi tetapi tidak dimanfaatkan), tanah-tanah kritis dan tanah-tanah absentee (tanah yang ditelantarkan karena pemiliknya berada di luar wilayah administrasi lokasi tanah tersebut) dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan untuk kepentingan nasional.

X/54

Page 55: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 10PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI

DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA1993/94, 1994/95 – 1996/97

Keterangan :A = Materi rencana tata ruang dalam penyem-purnaanB = Rancangan Perda siap diajukan ke DPRD Tk IC = Rancangan Perda sedang dibahas di DPRD Tk.ID = Telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda)E = Sudah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri

X/55

Page 56: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 11PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA1993/94, 1994/95 – 1996/97

Catatan :Jumlah kabupaten ini termasuk 1 Kab. Administrasi di DI Aceh dan 3 Kab. Administratis di Irian JayaKeterangan :A = Materi rencana tata ruang dalam penyem-purnaanB = Rancangan Perda siap diajukan ke DPRD Tk IIC = Rancangan Perda sedang dibahas di DPRD Tk.IID = Telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda)E = Sudah disahkan oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I

X/56

Page 57: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 12PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTAMADYA

DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA1993/94, 1994/95 – 1996/97

Catatan :Jumlah kabupaten ini termasuk 1 Kodya. Administratif dan 5 Kodya. Administratif di DKI JakartaKeterangan :A = Materi rencana tata ruang dalam penyem-purnaanB = Rancangan Perda siap diajukan ke DPRD Tk IIC = Rancangan Perda sedang dibahas di DPRD Tk.IID = Telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda)E = Sudah disahkan oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I

X/57

Page 58: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 13PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA NON-STATUS

DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA1993/94, 1994/95 – 1996/97

Keterangan :*) = Angka diperbaikiA = Materi kota yang telah menyusun rencana tata ruangB = Rancangan Perda siap diajukan ke DPRD Tk IIC = Rancangan Perda sedang dibahas di DPRD Tk.IID = Telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda)E = Sudah disahkan oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I

X/58

Page 59: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 14REALISASI KEGIATAN PROGRAM PENATAAN PERTANAHAN

1993/94, 1994/95 – 1996/97

X/59

Page 60: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 15REALISASI KEGIATAN PROGRAM PEMUKIMAN DAN LINGKUNGAN TRANSMIGRASI

1993/94, 1994/95 – 1996/97

X/60

Page 61: BAB X - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPeningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan taman nasional juga terus ditingkatkan antara lain melalui pengembangan 210

TABEL X – 16REALISASI KEGIATAN PROGRAM PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM

PENELITIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERTANAHAN1993/94, 1994/95 – 1996/97

X/61