bab - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/hkb5003/document/bab... · web viewuntuk...

22
BAB V Pengolahan dan Analisis Data A. PENGANTAR Pengolahan dan analisis data penelitian berpedoman pada rumusan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Semakin jelas dan jernih tujuan yang menjadi sasaran, maka semakin mudah peneliti menentukan analisis yang akan digunakan. Dengan istilah lain adalah bahwa rumit tidaknya penelitian yang akan dilakukan bergantung pada kebutuhan akan hasil penelitian yang diinginkan, semakin banyak kebutuhannya tentu saja penelitian akan menjadi semakin rumit termasuk pengolahan dan analisis data penelitiannya. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data kemudian diolah, setelah diolah, kemudian dilakukan analisis. Hasil analisis dan/atau intepretasi hasil penelitian merupakan jawaban permasalahan penelitian. Dengan demikian pengolahan dan analisis data dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni: a. Kepentingan atau interest penelitian yang tercantum dalam perumusan tujuan dan permasalahan yang menjadi ruang lingkup penelitian; b. Format keinginan sponsor penelitian; c. Kemampuan peneliti termasuk di dalamnya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya penelitian. Pengolahan data merupakan kegiatan pendahuluan dari analisis. Pengolahan data pustaka/dokumen/literatur berbeda dengan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan. Karena bagaimanapun data pustaka/dokumen adalah data yang siap pakai atau data yang sudah jadi. Sedangkan data hasil wawancara dalam hal ini melalui daftar pertanyaan (kuesioner) baik terstruktur maupun tidak terstruktur dan pedoman wawancara serta data hasil pengamatan harus diolah sedemikian rupa terlebih dahulu melalui berbagai tahap pengolahan data. B. TAHAP PENGOLAHAN DATA

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

BAB V

Pengolahan dan Analisis Data  

  A. PENGANTAR 

Pengolahan dan analisis data penelitian berpedoman pada rumusan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai oleh  peneliti. Semakin jelas dan jernih tujuan yang menjadi sasaran, maka semakin mudah peneliti menentukan analisis yang akan digunakan. Dengan istilah lain adalah bahwa rumit tidaknya penelitian yang akan  dilakukan bergantung pada kebutuhan akan hasil penelitian yang diinginkan, semakin banyak kebutuhannya tentu saja penelitian akan menjadi semakin rumit termasuk pengolahan dan analisis data penelitiannya.

Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data kemudian diolah, setelah diolah, kemudian dilakukan analisis. Hasil analisis dan/atau intepretasi hasil penelitian merupakan jawaban permasalahan penelitian.

Dengan demikian pengolahan dan analisis data dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:

a. Kepentingan atau interest penelitian yang tercantum dalam perumusan tujuan dan permasalahan yang menjadi ruang lingkup penelitian;

b.       Format keinginan sponsor penelitian;c.       Kemampuan peneliti termasuk di dalamnya keterbatasan waktu, tenaga, dan

biaya penelitian.Pengolahan data merupakan kegiatan pendahuluan dari analisis. Pengolahan

data pustaka/dokumen/literatur berbeda dengan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan. Karena bagaimanapun data pustaka/dokumen adalah data yang siap pakai atau data yang sudah jadi. Sedangkan data hasil wawancara dalam hal ini melalui daftar pertanyaan (kuesioner) baik terstruktur maupun tidak terstruktur dan pedoman wawancara serta data hasil pengamatan harus diolah sedemikian rupa terlebih dahulu melalui berbagai tahap pengolahan data.   B. TAHAP PENGOLAHAN DATA1. Pemeriksaan/validasi data lapangan dan editing

Data yang diperoleh dari kegiaan pengumpulan data, perlu diperiksa dan dijaga konsistensi antara data yang satu dengan data yang lainnya dalam sebuah kuesioner. Kegiatan memeriksa dan menjaga konsistensi disebut sebagai kegiatan editing yang memeriksa apakah data tersebut layak atau valid untuk dilanjutkan kemudian.

Validasi harus dilakukan dengan memperhatikan dengan seksama secara ajeg, misalnya permasalahan perbedaan intepretasi dari pertanyaan dan jawaban responden: Misalnya Seorang wanita ditanyakan ”berapa jumlah anak Ibu?” dan

Page 2: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

kemudian jawabannya adalah tiga orang, ternyata bahwa anak yang dilahirkan adalah dua orang dan satu orang adalah anak bawaan suami. Dengan memperhatikan maksud dari pertanyaan maka peneliti sebaiknya menyusun pertanyaan berapa jumlah anak yang ibu lahirkan? Contoh lain adalah, kepada seorang wanita ditanyakan berapa usianya dan ia menjawab 30 tahun, kemudian ketika ditanya berapa usia anak pertama wanita tersebut, ia menjawab 19 tahun, maka perlu divalidasi mungkinkah wanita tersebut melahirkan pada usia 11 tahun?

 2. Pemberian kode (coding)

Tahap pemberian kode atau disebut dengan ”coding”, adalah tahap selanjutnya setelah validasi dan editing dilaksanakan. Dari setiap jawaban (variabel) yang terdapat dalam daftar pertanyaan (kuesioner, pedoman wawancara, lembar observasi dan sebagainya) perlu dikategorisasikan terlebih dahulu dengan melakukan pemberian kode dengan simbol angka. Untuk jawaban tidak tahu, atau tidak memberi jawaban perlu diberikan simbol-simbol angka yang khusus. Dengan angka-angka tersebut maka data lebih mudah diolah, dihitung dan dianalisis.

Berdasarkan data lapangan peneliti menyusun pedoman pengkodean (book code). Pedoman ini memuat semua variabel yang dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hal ini memudahkan peneliti atau petugas lain untuk memberikan kode sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam book code tersebut. Misalnya untuk jawaban ”tidak tahu” diberikan angka ”8”, ”88”, atau ”888”; untuk jawaban yang dilewati ”tidak berlaku”/ pertanyaanyang ”dilewati”  bagi  responden tersebut, maka diberikan kode ”9”, ”99”, atau ”999”. Dan untuk pertanyaan yang tidak ada jawabannya diberikan angka ”o”. Pemberian kode dilakukan dapat langsung pada kuesioner di sisi kanan dan atau dengan lembar kode (code sheet).

 3. Pemasukan data (data entry)

Berdasarkan kuesioner yang sudah diedit dan divalidasi, atau dengan lembar kode (code sheet), langkah berikutnya adalah pemasukan data. Pemasukan data dapat dilakukan secara manual, atau secara komputerisasi karena jumlah variabel dan respondennya yang banyak.  

4. Pengolahan Dengan berkembangnya teknologi pengolahan data  dapat dilakukan

dengan menggunakan program SPSS atau SAS.   

C. PENDEKATAN YANG MEMPENGARUHI METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 

Berkenaan dengan metode pengolahan data penelitian, dalam Ilmu-ilmu Sosial pada umumnya dipengaruhi oleh dua perspektif yaitu aliran positivisme dan aliran fenomenologi. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya pengolahan data, dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif atau kualitatif. Berikut ini matriks yang secara ringkas menggambarkan perbedaaan dari dua aliran perspektif tersebut.

Page 3: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

 Aliran Perspektif

SubstansiPositivisme Pendekatan

Kuantitaf 

Fenomenologi Pendekatan Kualitatif

Fokus penelitian Meneliti fakta atau sebab terjadinya gejala sosial tertentu.

Memahami perilaku manusia dari sudut pandangan orang itu sendiri

  Deduktif – hipotesa Induktif – asumsi - sensing

  Identifikasi variabel Pengamatan terlibati -melahirkan variable

Teknik pengambilan sampling

Sampiling populasi (makro)RespondenProbability/random

Sampling populasi (mikro)Informan (key responden)Non Probability/non random

Cara pengumpulan data Melalui kuesioner/daftar pertanyaan yang berstruktur dan alat-alat pengumpulan data lainnya

Mempergunakan pengamatan terlibat, pedoman pertanyaan, dan mungkin meneliti dokumen pribadi

Instrumen penelitian Kuesioner (pertanyaan tertutup)  Pengamatan, pedoman wawancacara, kuesioner (pertanyaan terbuka dan tertutup)

Materi instrumen penelitian Identifikasi variabel Pengamatan terlibatmelahirkan variabel

Pencatatan Pada umumnya dilaksanakan setelah pengumpulan data

Dapat berlangsung selama proses pengumpulan data

 Pendekatan pengolahan data

Pengolahan data kuantitatif (memungkinkan melakukan korelasi antara gejala dengan data statistik)

Pengolahan data kualitatif, bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti

Tahap pengolahan Mengedit, koding, tabulasi, perhitungan statistic

Memeriksa, inventarisasi (list) koding- klasifikasi – kuantifikasi hasil secara terbatas – apabila lebih dari 25 responden

Analisis Operasionalisasi konsep Pendataan memunculkan konsepAnalisis Induktif – statistik InterpretasiDiskusi Implikasi dari temuan Hasil  penelitian Kesimpulan -        Temuan

-        Generalisasi-        Eksplanasi

-        Kecenderungan-        Terbatas-        Deskripsi

 Analisis data dibedakan menjadi analisis kuantitatif dan kualitatif. Dalam

menganalisis kuantitatif, data yang berbentuk angka dihitung untuk mengetahui jawaban masalah yang diteliti. Sebaliknya data kualitatif merupakan data yang tidak berbentuk angka, seperti penegakan hukum yang menggembirakan, marak dimana-mana; Ketertiban mantap, sistem hukum baik, semangat meneliti dosen menggembirakan.

Dengan melihat sifat data yang diolah, maka analisis dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni: pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. 1. Pendekatan Kuantitatif

Page 4: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

Pendekatan  kuantitatif pada dasarnya berarti penyorotan terhadap masalah serta usaha pemecahannya yang dilakukan dengan upaya yang banyak didasarkan pada pengukuran. Dalam hal ini, obyek penelitian dipecah ke dalam unsur-unsur tertentu yang dapat dikuantifikasi sedemikian rupa. Kemudian ditarik suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya. Penelitian kuantitatif menggunakan alat-alat matematika dan statistika yang rumit sehingga terkesan canggih.

Pendekatan kuantitatif ini memulai pekerjaan dengan membuat berbagai tabulasi, dimulai dari tabulasi sederhana, tabulasi frekuensi sampai dengan tabulasi silang yang berisi hubungan dari variabel yang banyak (multi-variable). Penerapan pendekatan kuantitatif ini, mempunyai fungsi yang sekaligus membatasi keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan metode tersebut, antara lain:a         Secara efisien menghimpun, mengolah dan menganalisa data penelitian

terutama didalam penerapan perencanaan penelitian survey.b         Dengan mengadakan kuantifikasi, secara relatif lebih mudah untuk

mengadakan studi perbandingan dan menarik generalisasi.c         Lebih mudah menerapkan metode induksi, terhadap hasil-hasil penelitian.d         Metode kuantitatif lebih tepat diterapkan untuk menguji hipotesis, terutama

di dalam penelitian yang bersifat eksplanatoris. Dengan demikian cirri-ciri pendekaan kuantitatif, sebagai berikut: (1)  Deskriptif dan eksplanatoris(2) Penentuan sampel harus cermat (2)    Deduktif-induktif berpijak pada teori konsep yang baku(3)    Mengandalkan pada pengukurang menekankan pada angka-angka (4)    Variabel sejak awal sudah ada(5)    Dapat digeneralisir(6)    Menggunakan kuesioner lebih tertutup

Analisis data dengan pendekatan kuantitaif dapat disebut juga sebagai analisis statistika, yakni statistik sebagai alat bantu untuk menjelaskan fakta/data. Secara garis besar analisis statistika dibedakan atas dua macam, yaitu analisis statistika deskriptif dan analisis statistika induktif.

 2. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh.

Adapun ciri-ciri pendekatan kualitatif adalah sebagai berikut: (1)    Eksploratoris dan deskriptif(2)    Induktif-deduktif(3)    Penggunaan teori  terbatas(4)    Variable ditemukan setelah berjalannya pengolahan data

Page 5: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

(5)    Lebih terhadap kasus tertentu(6)    Panduan/pedoman wawancara

Analisis dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan pada data yang tidak bisa dihitung bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus yang tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi. Obyek penelitiannya dipelajari secara utuh dan sepanjang itu mengenai manusia maka hal tersebut menyangkut sejarah hidup manusia[1]. Penelitian kualitatif mencoba menjelaskan ”sepotong episode kehidupan yang didokumentasikan dalam bahasa aslinya secara cermat bagaimana manusia merasa, apa yang mereka tahu, bagaimana cara mereka tahu, serta kepercayaan, persepsi dan pengertian mereka. Data yang dikumpulkan dan dicatat/direkam bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, potret, dokumen perorangan, memorandum, dokumen resmi dlsb. Sehingga analisis ini dapat dilakukan untuk dokumen yang jumlahnya sedikit. Karena itu analisis kualitatif tidak menggunakan alat bantu statistika.

 D.   ANALISIS DATA PENELITIAN HUKUM

                                                                                                                                   

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaahan dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang senantiasa harus dikaitkan dengan arti-arti yang diberikan pada hukum yang merupakan patokan atau pedornan mengenai perilaku manusia. Penelitian dan ilmu-ilmu hukum, merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu-ilmu hukum khususnya dan disiplin hukum pada umumnya.        Masalah pokok dalam penelitian hukum adalah:1.    Apakah yang menjadi elemen/unsur sistem hukum?2.    Apakah yang menjadi bidang dari suatu sistem hukum? 3.    Sampai seberapa jauhkah konsistensi sistem hukum tersebut? 4.    Bagaimana pengertian dasar dari suatu sistem hukum?5.    Sampai sejauh manakah sistem hukum tersebut lenngkap?  1. Penelitian Hukum Normatif

Dalam penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisa dan konstruksi. Penelitian hukum normatif, terdiri dari: a. Menarik asas-asas hukum      Peneitian ini bertujuan mendapatkan asas-asas hukum dari hukum positif

tertulis dan rasa susila warga masyarakat.b. Menelaah sistematika peraturan perundang-undangan

Page 6: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah sistematika dari perangkat kaidah-kaidah yang terhimpun di dalam suatu kodifikasi atau peraturan perundang-undangan tertentu.  Kecuali  sistematikanya, juga diteliti taraf konsistensinya.

c. Menilai taraf sinkhronisasi  peraturan per-undang-undanganPenelitian terhadap araf sinkronisasi peraturan perundang-undngan dapat dilakukan baik secara vertikal mauppun horizontal dari peraturan-peraturan hukum yang tertulis. Hal ini dapat dilakukan terhadap bidang-bidang tertentu yang diatur oleh hukum, dalam kaitannya dengan bidang-bidang lain  yang mungkin mempunyai hubungan timbal balik.

d. Perbandingan hukum Dalam penelitian perbandingan hukum fokus utama adalah melihat perbedaan dan persamaan  pada yang terdapat di dalam aneka macam sistem hukum.

e. Sejarah hukum Penelitian sejarah hukum menitikberatkan kajian pada  perkembangan hukum.Penelitian dengan tujuan untuk menarik asas-asas hukum, dapat dilakukan

terhadap hukum positif tertulis dan tidak tertulis. Permasalahan yang muncul berkisar pada dari manakah asas-asas hukum tersebut berasal, atau hal-hal apa yang mempengaruhi adanya asas-asas hukum tersebut. Sebagai contoh dalam hukum pidana, secara explisit dikenal suatu asas, yakni asas tanpa kesalahan, tidak ada hukum atau tidak ada pertanggungan jawab pidana, tanpa kesalahan. Masuk dalam kategori ini adalah Penelitian yang menelaah asas-asas hukum di dalam suatu undang-undang, mempergunakan metode dogmatik hukum, yang didasarkan pada hukum logika, dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:a.      Memilih pasal-pasal yang berisikan kaidah hukum yang mengatur masalah

tertentu sesuai dengan subyek penelitian;b.       Membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut, agar dapat dibuat klasifikasi; c.       Menganalisas pasal-pasal, dengan mempergunakan asas-asas hukum yang

ada.d.       Menyusun konstruksi, dengan ketentuan.

Untuk pengolahan data penelitian menelaah sistematika peraturan perundang-undangan, yang dilakukan adalah mengumpulkan  peraturan di bidang tertentu, atau beberapa bidang yang saling berkaitan yang menjadi pusat perhatian penelitian. Selanjutnya diadakan analisis dengan menggunakan, pengertian dasar dari sistem hukum, yang mencakup: a. Subyek hukum, b. Hak dan kewajiban, c. Peristiwa hukum, d. Hubungan hukum, dan e. Obyek hukum.

Penelitian taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan dapat dilakukan dengan dua titik tolak, yaitu taraf sinkronisasi vertikal (berdasarkan hierarki perundang-undangan) dan horisontal (peraturan setara yang mempunyai hubungan fungsional, adalah konsisten). Untuk menganalisis taraf sinkronisasi peraturan dipergunakan asas perundang-undangan, yaitu:a.         Undang-undang tidak berlaku surut;b.         Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai

kedudukan yang lebih tinggi;c.          Undang-undang yang bersifat khusus mengenyampingkan undang-undang

yang bersifat umum, jika pembuatnya sama;

Page 7: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

d.         Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu;

e.         Undang-undang tidak dapat diganggu gugat;f.           Undang-undang merupakan sarana untuk agar masyarakat dapat mencapai

kesejahteraan materiil dan spirituil semakimal mungkin.          Untuk penelitian perbandingan hukum, mula-mula dilakukan identifikasi atas ciri-ciri khas dari sistem hukum atau bidang hukum tertentu yang akan diperbandingkan. Setelah ciri khas tersebut diidentifikasi kemudian dianalisis persamaan-persamaan yang dijumpai dalam peneltian.          Pada penelitian tentang sejarah hukum, analisis dilakukan dengan cara menelaah hubungan antara hukum dan gejala sosial lainnya secara khronologis. Telaah meliputi hal-hal yang terjadi di masa lampau dan akibatnya pada masa kini.  2.    Penelitian Hukum Empiris

Penelitian Hukum Empiris, terdiri dari:1.    Identifikasi terhadap hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan (adat);2.    Efektivitas dari hukum tertulis maupun hukum kebiasaan yang tercatat.Pencatatan hasil pengumpulan data secara kuantitaif, melalui proses editing, yaitu dengan memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi  jawaban/ informasi, relevansi bagi penelitian, dan keseragaman data yang diterima oleh peneliti. Juga dilakukan proses prakoding, yaitu mengklasifikasikan jawaban dengan memberikan kode-kode tertentu agar nantinya mempermudah kegiatan analisa, dan pewawancara dalam memasukkan jawaban responden ke dalam kategori yang relatif tepat.1. Pencatatan hasil pengumpulan data secara kuantitatif; 2. Analisa dan konstruksi data secara kuantitatif (nilai rata-rata, nilai tengah,

nilai terbesar, korelasi, dan sebagainya). Untuk melaksanakan analisis secara kuantitatif, perlu mengerti dan memahami istilah-istilah berikut ini. a.       Variabel;b.       Skala pengukuran (Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala Interval, Skala

Ratio):Skala Nominal adalah angka yang berfungsi hanya untuk membedakan sebagai simbol atau lambang. Urutan dan operasi matematika tidak berlaku. Misalnya ”3” tidak harus lebih besar dari ”2” atu lebih kecil dari ”5”. Contoh: Suku, agama, alamat, nomor KTP. Klasifikasi, pengelompokan dan kategori termasuk nominal;Skala Ordinal: adalah angka yang selain berfungsi sebagai skala nominal juga menunjukkan urutan, bahwa sesuatu lebih baik,.. lebih bagus, dari pada... Berguna untuk membuat peringkat (ranking). Contoh Amir lebih senang terhadap pelayanan hukum di kantor pengadilan A daripda B. Pelayanan kantor kejaksaan di A lebih baik daripada di B. Pengelompokan dimana urutan berlaku, termasuk skala ordinal;Skala Interval adalah skala yang selain berfungsi sebagai nominal dan ordinal juga menunjukkan interval atau jarak yang sama, tetapi tidak sampai berapa kali. Skala ini berguna untuk membuat penilaian (rating). Contoh angka indeks kriminal. Skala interval sering digunakan untuk

Page 8: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

mengukur tingka kepentingan (level of importance), tingkat kepuasan (level of satisfaction), sikap, tingkat kesadaran hokum, ketaatan/kepatuhan pada agama. Misalnya: tingkat sangat puas bernilai = 6 s.d. tingkat tidak puas yang bernilai =1;Skala Rasio dalah skala yang selain berfungsi sebagai skala nominal, ordinal, dan interval juga menunjukkan berapa kali. Di dalam skal rasion angka nol (0) mempunyai arti. Seperti Budi tidak mempunyai uang = 0, Berat badan Citra 45 kg, berat badan Deny 60 kg, maka bisa disimpulkan berat badan Deny 1,5 kali berat badan Citra;

c.       Tipe skala (Skala Likert, Skala Guttman, Semantic Differential, Rating Scale)

d.       Instrumen penelitiane.       Validitas dan realibilitas instrumen

BAB IV  Pengumpulan Data Primer

   A. PENGANTAR 

Pengumpulan data berarti mencatat peristiwa atau mencatat karakteristik/atribut elemen atau mencatat nilai variabel. Selain studi dokumen, ada dua alat pengumpulan data utama lain yang harus dikuasai oleh seorang peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian. Alat pengumpulan data di samping studi dokumen, adalah pengamatan dan wawancara. Seperti telah diketahui dalam bab sebelumnya studi dokumen sebagai alat pengumpulan data dapat berdiri sendiri, artinya dapat saja sebuah penelitian hanya menggunakan studi dokumen sebagai satu-satunya alat pengumpulan data. Sedangkan alat pengumpulan data berupa wawancara dan/atau pengamatan harus menggunakan kombinasi dengan studi dokumen yang sifatnya saling melengkapi. Apabila informasi dan data yang tidak dapat dihimpun melalui pencermatan dokumen/studi dokumen tertulis dan wawancara, maka alat pengumpulan data berupa ”diskusi kelompok” – focus group discussion menjadi pilihan dalam pengumpulan data penelitian tersebut, dimana peserta diskusi terpilih karena mempresentasikan karakter kelompok  yang diwakilinya.  

Penggunaan berbagai alat atau teknik pengumpulan data sangat terkait kepada permasalahan penelitian. Peneliti harus tahu dengan benar spesifikasi data yang diperlukan yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Spesifikasi data yang dikumpulkan di antaranya mengidentifikasikan konsep-konsep yang terkandung dalam tujuan penelitian. Konsep-konsep tersebut kemudian dikembangkan ke dalam definisi operasional dimana definisi operasional ini menunjuk pada variabel-variabel. Di samping itu berkaitan dengan populasi penelitian, peneliti menentukan besar dan

Page 9: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

luasnya ruang lingkup penelitian. Yang membatasi jumlah hal yang harus diamati dan/atau diwawancari adalah kemampuan peneliti, keterbatasan penelitian dan waktu penelitian berlangsung.              Dalam pengumpulan data primer, yakni data yang diambil/diperoleh langsung dari lapangan disebut sebagai penelitian lapangan/penelitian empiris/penelitian sosiologis sebagai kontra dari penelitian dokumentasi/penelitian normatif murni maka peneliti harus menguasai teknik dari alat pengumpulan data yang digunakan. Dalam pengumpulan data, setelah mengetahui dengan jelas dan jernih spesifikasi data yang diperlukan, maka peneliti dituntut memiliki kemampuan akan:

a. Teknik pengumpulan data yang akan dipakai;b. Teknik pendekatan yang digunakan (nilai rata-rata/”mean”, nilai

tengah/”median”. dan lain sebagainya;c. Instrumen yang akan digunakan (daftar pertanyaan berupa kuesioner,

panduan/pedoman wawancara, daftar pengamatan, prosiding dari focus group discussion, dlsb);

d. Mendeskripsikan langkah-langkah atau urutan yang harus diikuti dalam penggunaan instrumen;

e. Penggunaan instrumen haruslah dipercaya dan menggunakan standar – reliable  & valid, menguasai ukuran-ukuran yang digunakan dengan standar umum berdasarkan logika.

 Contoh kegiatan pengumpulan data, di antaranya: mencatat hasil jawaban

tersangka, mencatat tuntutan jaksa dan keputusan hakim, berapa lama terdakwa harus menjalani hukuman mencatat tanggal terjadinya peristiwa pencurian, mencatat jumlah uang yang dicuri, mencatat tanggal penyerahan barang bukti dan nilainya. Hasil pencatatan merupakan data mentah yang nantinya perlu dilakukan pengolahan dan analisis data.

 Pembedaan penelitian hukum normatif dan sosiologis terletak dalam

pendekatan desainnya. Penelitian hukum normatif menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif pada umumnya berdasarkan sumber data sekunder/dokumen/data publikasi. Sebaliknya, penelitian hukum yang sosiologis memberikan arti penting pada langkah-langkah observasi dan analisis yang bersifat empiris-kuantitatif pada umumnya berdasarkan data primer, sering disebut sebagai ”socio-legal research” .

 Untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan,

maka berikut ini akan dibahas istilah-istilah yang perlu dipahami dan pembahasan ringkas tentang alat/teknik pengumpulan data berupa pengamatan dan wawancara.              B. ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM PENGUMPULAN DATA PRIMER             Beberapa istilah[1] penting yang perlu dipahami oleh para peneliti di dalam penelitian pada umumnya, dan dalam pengumpulan data primer khususnya:

a. Unit analisis/unit sampling, atau disebut sebagai elemen, adalah sesuatu yang menjadi obyek penelitian yaitu orang, barang atau jasa. Kalau unit analisisnya adalah orang sering kita sebut sebagai ’responden”;

b. Sampel adalah jumlah unit analisis/unit sampling/elemen dari populasi sehingga apabila sebuah populasi sebesar 1000, kemudian sebagai sampel

Page 10: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

100, maka hal ini berarti sebesar 10% sampel. Dengan perkataan lain sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut;

c. Populasi merupakan kumpulan lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan karena karakteristiknya. Misalnya seluruh mahasiswa FHUI, seluruh pembela, seluruh hakim di Indonesia, seluruh notaris di Jakarta;

d. Sensus: jenis penelitian dimana cara pengumpulan datanya seluruh unit analisis/elemen dari populasi diteliti satu persatu. Hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut Parameter. Parameter juga dapat disebut sebagai karakteristik suatu populasi.

e. Karakteristik/parameter/atribut adalah ciri/sifat/hal-hal yang dimiliki elemen atau disebut juga semua keterangan mengenai unit analisis;

f. Variabel adalah semua objek yang menjadi sasaran penyidikan/penelitian yaitu gejala-gejala yang menunjukan variasi, baik dalam jenisnya maupun tingkatannya. Variabel ini sesuatu yang nilainya berobah menurut waktu atau berbeda menurut elemen/tempat. Apabila dikaitkan dengan konsep, maka konsep akan terdiri satu atau lebih variabel:

Contoh A.: Unit analisis adalah suatu Lembaga Pemasyarakatan sebagai unit organisasi. Variabel: jumlah narapidana yang bisa ditampung, jumlah karyawan, jumlah anggaran, jumlah terjadinya peristiwa pelarian narapidana dalam kurun waktu tertentu. Contoh B: Unit analisis hakimVariabel: umur, lamanya masa dinas, berapa perkara yang telah diputus dalam kurun waktu tertentu, pengeluaran biaya hidup, jumlah anggota yang ditanggung.

g. Sampling ialah cara pengumpulan data yang tidak menyeluruh, hanya meneliti unit analisis/elemen saja. Hasilnya merupakan data perkiraan atau estimate yang disebut statistic, Estimasi atau statistic merupakan karakteristik elemen. Dengan demikian sampling adalah proses penentuan wakil/representasi dari populasi.

h. Sampling error merupakan kesalahan yang terjadi pada data perkiraan (estimate) disebabkan karena penelitian yang tidak menyeluruh, hanya meneliti elemen sampel. Sampling error, dipergunakan untuk mengukur tingkat ketelitian data perkiraan. Semakin kecil sampling, semakin tinggi tingkat ketelitian suatu perkiraan.

            C. PENGAMATAN 

Pengamatan yaitu peninjauan dengan cermat berasal dari istilah bahasa Inggris  ”observation” merupakan suatu kegiatan peneliti untuk menangkap gejala-gejala dari obyek yang diamati dengan cara mencermati langsung secara visual terhadap obyek penelitian. Dengan perkataan lain, pengamatan adalah kegiatan melakukan, memperhatikan dengan seksama akan suatu obyek yang diteliti secara komprehensif. Dalam hal ini peneliti memanfaatkan pancainderanya (terutama penglihatan, pendengaran) dalam mencermati dengan seksama obyek penelitian. Pengamatan terlibat disebut sebagai partisipatory observer yaitu kehadiran peneliti secara langsung dengan semua pancaindera dalam berhadapan dengan obyek penelitiannya. Dengan demikian pengamatan adalah menggunakan pancaindera peneliti untuk menyaksikan dengan seksama/cermat dan kemudian mencatat-

Page 11: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

merekam peristiwa apa saja yang terjadi terkait dengan obyek sasaran pengamatan. Pengetahuan peneliti akan masalah yang diteliti, sangat bermanfaat dalam menangkap gejala yang diamati, untuk dapat menafsirkan gejala yang bersangkutan.

 Peneliti harus berusaha agar yang diamati tidak mengetahui atau merasa

diamati. Hal ini agar tidak timbul kecurigaan dari yang diamati. Apabila mereka mengetahui mungkin saja sikap tindak/perilaku menjadi tidak wajar dan penelitian menjadi bias. Dapat saja mereka akan berpura-pura yang baik atau sebaliknya. Dengan ketidak wajaran yang tertampil, menjadikan pencatatan hasil pengamatan melahirkan keterangan yang salah dan mengakibatkan analisis meleset. Ciri-ciri pokok proses pengamatan adalah:

a.         Pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari perilaku nyata manusia;

b.         Menangkap gejala atau peristiwa yang penting, yang mempengaruhi hubungan sosial antara orang-orang yang diamati perilakunya;

c.          Menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut pandangan hidup atau falsafah hidup  pihak-pihak yang diamati;

d.         Mengidentifikasi keteraturan perilaku dan pola-polanya.   Adapun tujuan pengamatan adalah:

a.         Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau sekelompok manusia sebagaimana terjadi dalam kenyataannya;

b.         Mendapatkan deskripsi yang relatif lengkap mengenai  kehidupan sosial atau salah satu aspeknya;

c.          Mengadakan eksplorasi (penjelajahan). 

Adalah hal yang cukup pelik dan sulit, melakukan pengamatan terhadap kepribadian, motivasi, sikap, jenis dan pola tingkah laku, tingkat kesejahteraan, tingkat harmonisasi, tingkat persaingan, dan sebagainya. Sehingga pengamatan menggunakan emosi peneliti dan subyektifitas peneliti menjadi permasalahan tersendiri.  

Sehubungan dengan prosedur pengamatan, mengelompokan pengamatan menjadi pengamatan terlibat (partisipatory observer) dan pengamatan tidak terlibat. Pada pengamatan tidak terlibat peneliti tida secara emosional terlibat dalam kelompok yang diamati. Dalam pengamatan terlibat seorang peneliti secara emosional menjadi bagian dari gejala yang diamati. Pengamat mungkin sudah sejak semula menjadi bagian dari yang diamati atau pengamat semula adalah sebagai pihak luar.

 Untuk jenis/tipe penelitian case study, pengamatan menjadi alat

pengumpulan data yang mempunyai peranan penting di samping studi dokumen. Dalam hal ini peneliti harus dapat menguasai instrumen pengamatan seperti check list pengamatan, waktu pengamatan, intesitas pengamatan, dan reliabilitas dari kegiatan mempunyai pengaruh keberhasilan penelitian. Perekaman yang kemudian tercatat menjadi sebuah data yang nanti pada kegiatan selanjutnya untuk diolah dan dianalisis.   D. WAWANCARA

 

Page 12: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

Wawancara adalah salah satu dari alat pengumpulan data, yang menggali dengan pertanyaan baik dengan menggunakan  panduan (pedoman) wawancara maupun kuesioner (daftar pertanyaan). Alat ini dipergunakan untuk memperoleh jawaban tentang apa saja hal-hal yang akan diketahui sehubungan dengan suatu hal, bagaimana yang dirasakan, tentang pengalaman, apa yang diingat, pilihan sikap, hal-hal yang menjadi dasar atau alasan, dan lain sebagainya. Wawancara adalah alat utama untukmendapatkan informasi sebanyak dan seakurat mungkin.  Dengan demikan tujuan wawancara adalah:

a.       Memperoleh data mengenai persepsi manusia;b.       Mendapatkan data mengenai kepercayaan manusia;c.       Mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi seseorang atau

penilaian terhadap sekelompok orang;d.       Memperoleh data mengenai antisipasi ataupun orientasi ke masa depan

dari manusia;e.       Memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa lampau;f.        Mendapatkan data mengenai perilaku yang sifatnya sangat pribadi atau

sensitif. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan wawancara sebagai alat pengumpulan data, antara lain:

a.       Kualitas pewawancara:       (Penguasaan teknik wawancara,  sikap dan penampilan pewawancara. Di

samping itu harus memahami sistematika kerangka yang akan dilakukan, cermat, menghargai yang diwawancarai dlsb);

b.       Kualitas subtansi isi wawancara: dalam hal ini perlu dijaga agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dari maksud pertanyaan, termasuk memudahkan dan memberikan rasa bebas kepada yang diwancarai untuk mengutarakan jawabannya dengan menjaga “anonymitas”  pemberi jawaban;

c.       Kualitas yang diwawancarai terutama berkaian dengan kejujuran jawaban;

d.       Sifat dan masalah yang diteliti;e.       Situasi saat wawancara berlangsung.   Wawancara dapat dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Wawancara secara langsung dilakukan dengan berhadapan antara pewawancara dan yang diwawancarai. Dalam kondisi ini diharapkan tidak ada intervensi dari pihak ke lainnya, seperti memberian bantuan jawaban, mempengaruhi pilihan dan sebagainya. Sedangkan wawancara secara tidak langsung, pada umumnya dilakukan melalui pos, ataupun melalui alat komunikasi seperti telepon. Wawancara melalui telepon sangat dibantu dengan intonasi dari pewancara dalam pengumpulan informasi yang diperlukan.

 Untuk melaksanakan kegiatan wawancara, maka instrumen penelitian yang

digunakan adalah pedoman wawancara (interview guide) dan daftar pertanyaan (questionair).Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a.       Sebelum dilaksanakan wawancara yang sesungguhnya  maka harus dilakukan uji coba (pre test);

Page 13: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

b.       Sebaiknya jumlah pertanyaan yang disampaikan tidak banyak (perkirakan maksimal waktu 1,5 jam, jika lebih dari waktu tersebut dilanjutkan pada pertemuan lanjutan lainnya/di hari yang lain);

c.       Pertanyaan harus mudah dimengerti oleh yang diwawancarai;d.       Istilah yang digunakan disesuaikan dengan kualitas pemberi jawaban,

dan tidak memberikan interpretasi yang berbeda;e.       Pewawancara harus dapat mengantisipasi bagaimana mengatasi berbagai

faktor yang timbul dalam wawancara.  

Umumnya pedoman wawancara bersifat lebih luwes dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung. Dengan perkataan lain bahwa panduan atau pedoman wawancara berisikan pokok-pokok yang diperlukan dalam wawancara. Sedangkan kuesioner berisikan pertanyaan yang  berstruktur baik bersifat tertutup dengan jawaban alternatif yang disediakan maupun jawaban yang sifatnya terbuka, responden diberi tempat yang kosong untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan jawaban yang dinyatakannya. 

 

Sebenarnya belum ada petunjuk baku perancangan sebuah  kuesioner yang lebih efisien efektif. Pedoman utama perancangan berdasarkan pada tujuan penelitian itu sendiri. Untuk mendapatkan keterampilan perancangan kuesioner ini maka disarankan untuk melihat contoh-contoh dengan mempelajarinya, di samping melalui latihan dan pengalaman.  

Daftar pertanyaan harus mampu menerjemahkan tujuan penelitian menjadi pertanyaan yang spesifik/khusus, jawaban dari pertanyaan adalah data atau jawaban yang berguna untuk pengolahan-analisis termasuk pengujian hipotesis. Pertanyaan juga harus memotivasi responden agar bersedia memberikan informasi atau keteran yang memang sedang dicari oleh peneliti. Pada umumnya daftar pertanyaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a.       pertanyaan faktual;b.       pertanyaan tentang pengalaman subyektif.

Bentuk pertanyaan di dalam sebuah kuesioner, antara lain sebagai berikut:a. Pertanyaan terbuka:

         1) Pertanyaan dasar terbuka (basic open ended question);2) Pertanyaan menguji (probing question);

         3) Pertanyaan klarifikasi (clarifiing question);b. Pertanyaan tertutup:

1) Pertanyaan dikotomi (dischotomous questions);2) Pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions);

c. Pertanyaan berskala:1)  Pertanyaan mengenai sikap atau perilaku;

Page 14: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

2)  Pertanyaan tentang intensitas penggunaan atau pembelian;3)  Pertanyaan setuju atau tidak setuju;4)  Pertanyaan mengenai kesukaan;5)  Pertanyaan mengenai peringkat;6)  Pertanyaan mengenai pilihan berjenjang;7)  Pertanyaan dengan jumlah tetap.

Untuk mencegah jawaban yang bias, maka daftar pertanyaan harus memperhatikan:a.       Menggunakan kata yang jelas, usahakan mempunyai suatu arti, tidak terlalu

umum; b.       Menghindari pertanyaan yang mengarahkan (leading question);c.       Menghindari hasil jawaban berupa kumpulan jawaban;d.       Menghindari penyusunan pertanyaan yang mengancam, yang membuat malu

responden, seperti Pertanyaan: Apakah Anda seorang penjudi? Responden cenderung menjawab tidak, walaupun sebenarnya dia berjudi;

e.       Menghindari membuat pertanyaan yang menanyakan dua hal sekaligus.        Tahap perancangan kuesioner:[2]

Menentukan informasi yang dibutuhkanMenentukan jenis kuesioner dan metode pengumpulan data

Melakukan pretestMenentukan rancangan kuesioner

Menentukan urutan pertanyaanMenentukan susunan kata / pertanyaan

Menentukan jenis kuesionerMenyempurnakan Kuesioner

Tahap pre designTahap Perancangan 

E. TEKNIK PENENTUAN RESPONDEN            Sebagai bagian dari sebuah penelitian, teknik penentuan responden adalah suatu kemampuan yang harus dikuasai oleh para peneliti. Penentuan responden adalah bagian dari pekerjaan yang nantinya merupakan panduan pengumpulan data. Kegiatan ini diperlukan apabila peneliti menginginkan pengambilan dari populasi yang besar dan tersebar. Prinsip-prinsip yang mendasari sampling adalah menghindari bias dan untuk mendapatkan presisi yang lebih tepat dan luas di dalam penelitiannya.            Menentukan besarnya responden adalah salah satu masalah penelitian yang dapat dikatakan cukup pelik, karena sulit untuk merumuskan kriteria bagi sifat representatif dan kewajaran yang ditentukan sebagai kriteria persyaratan responden. Makin besar jumlah responden mendekati jumlah populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah responden menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi. Penentuan atau penarikan responden dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:

Page 15: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

a.         Kepentingan atau interest penelitian yang tercantum dalam perumusan tujuan dan permasalahan yang menjadi ruang lingkup penelitian.Tujuan yang dapat dilihat dalam perumusannya beserta permasalahan menjadi acuan kerja dari sebuah penelitian, termasuk di dalam penentuan responden. Arah inilah yang memberikan nuansa ruang gerak di dalam segala bentuk kinerja penelitian yang bersangkutan.

 b.         Populasi penelitian         Adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah

ditetapkan dan suatu penelitian. Dengan lain perkataan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan/di generalisasi. Sehingga populasi harus dikaitkan dengan konteks dan konten penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian di lembaga X, maka lembaga X ini merupakan populasi. Lembaga X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ii berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Namun lembaga X juga mempunyai karakteristik orang-orang misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang produk yang dihasilkan dan lain-lain. Dengan pengertian ini populasi juga bisa sebagai karakteristik. Populasi dapat dibedakan menjadi populasi sampling dan populasi sasaran. Seorang yang sedang meneliti rumah tangga sebagai sampel, kemudian yang diteliti hanyalah rumah tangga petani, maka seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran. Sub populasi unit yang menjadi bagian dari populasi, misalnya jaksa perempuan adalah bagian dari populasi jaksa yang ada di lembaga ini.  

c.         Kemampuan peneliti termasuk di dalamnya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya penelitian

       Dalam kenyataannya faktor kemampuan peneliti yang mencakup waktu, tenaga dan dana menjadi faktor utama penentuan besarnya penarikan responden. Namun pertimbangan ini selayaknya dikesampingkan terlebih dahulu atau ditempatkan pada akhir. Maksudnya adalah bahwa peneliti harus mengutamakan faktor ideal  penelitian, setelah hal ini diperhitungkan dengan masak dan pada akhirnya karena keterbatasan-keterbatasan seperti waktu, tenaga, dan dana maka dilakukan kompromi-kompromi. Apabila jumlah waktu, tenaga, dan biaya sudah dibatasi sejak semula, si peneliti harus berusaha mendapatkan suatu metode pengambilan sampel/responden yang dapat menghasilkan presisi yang tertinggi. Perlu disadari bahwa tingkat presisi yang tinggi tidak mungkin dicapai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang terbatas. Yang mungkin dapat dicapai ialah tingkat presisi tertentu dengan biaya, tenaga, waktu yang terbatas.

        Pada dasarnya ada dua cara atau teknik penentuan responden, yakni probability sampling dan non probability sampling.

1.            Probability sampling disebut juga sebagai random sampling atau sampel secara acak di mana setiap manusia atau unit dalam populasi mendapat

Page 16: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai unsur dalam sampel. Penentuan responden melalui cara ini dapat menggunakan komputer atau dengan undian. Proses ini dilakukan apabila data tentang populasi yang akan diteliti cukup lengkap diketahui. Dasar pemilihan sample dalam probability sampling adalah perwakilan atau representasi.Jenis-jenis probability sampling” a. Simple random sampling, cara pengambilan dari semua anggota

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Hal ini dapat dilakukan karena populasi dianggap homogen.

b. Proportionate stratified random sampling, penentuan random sampling secara bertingkat. Di mana populasi tidak homogen dan berstrata, penentuan sampel dilakukan secara proporsional. 

c. Disproportionate random sampling, teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi pemilihan sample tidak proporsional.

d. Area atau cluster sampling, Cara ini semula dipergunakan oleh ahli pertanian untuk menentukan efek pengunaan metode-metode penanaman tertentu, penggunaan pupuk dan sebagainya. Di dalam ilmu soisal, penerapannya banyak dilakukan dalam survey terutama di bidang-bidang demografi dan ekologi. 

e. Systematic random sampling, suatu metode penentuan responden, di mana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsurnya selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

f.   Multi-stage random sampling, penentuan sampel dilakukan secara bertahap, yang terdiri dari dua tahap atau lebih. Pertama-tama populasi dibagi ke dalam unit-unit tertentu, dari mana sampel ditentukan, untuk kemudian pada tahap keduanyanya dari setiap unti tersebut kembali lagi ditarik. Dengan demikian akand apat disusun unit-unit sampling secara hierarkhis.

2. Non Probability sampling atau non random sampling tidak mengikuti dasar-dasar probabilita. Dasar utamanya adalah logika atau common-sense. Dalam teknik ini tidak semua unsur dalam populasi mempunyai kesempatan untuk dipilih sebagai sampel.Jenis-jenis non probability samplinga.      Quota sampling, adalah teknik untuk menentukan responden dari

populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai sejumlah (kuota) yang diinginkan.

b.      Purposive sampling, adalah teknik penentuan responden untuk tujuan tertentu saja. Dalam teknik, peneliti menentukan criteria orang yang akan dipilih menjadi sample. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.

c.      Accidental sampling, adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti pada saat suatu peristiwa sedang terjadi, dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Page 17: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

d.      Snowball sampling, merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlah kecil, kemudian responden ini memilih teman-temannya untuk dijadikan responden berikutnya. Begitu selanjutnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Bagaikan bola salju yang bila menggelinding, semakin lama semakin besar.

e.      Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bia jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.

          Tabel berikut, mencerminkan jumlah populasi dan jumlah sampel yang seharusnya diperoleh. Tabel yang digunakan adalah tabel Krejcie. Krejcie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Dengan pengertian sampel mempunyai kepercayaan 95% terhadap  populasi. Hal ini ditunjukkan pada tabel  berikut:

 Table[3] for Determining Needed Size S of a Randomly Chosen Sample from a Given Finite Population of N cases such that the Sample Proportion will be within .05 of the Population

Proportion P with a 95 percent Level of Confidence 

N S N S N S10 10 220 140 1.200 29115 14 230 144 1.300 29720 19 240 148 1.400 30225 24 250 152 1.500 30630 28 260 155 1.600 31035 32 270 159 1.700 31340 36 280 162 1.800 31745 40 290 165 1.900 32050 44 300 169 2.000 32255 48 320 175 2.200 32760 52 340 181 2.400 33165 56 360 186 2.600 33270 59 380 191 2.800 33875 63 400 196 3.000 34180 66 420 201 3.500 34685 70 440 205 4.000 35190 73 460 210 4.500 35495 76 480 214 5.000 357

100 80 500 217 6.000 361110 86 550 226 7.000 364120 92 600 234 8.000 367130 97 650 242 9.000 368140 103 700 248 10.000 370150 108 750 254 15.000 375160 113 800 260 20.000 377170 118 850 265 30.000 379180 123 900 269 40.000 380190 127 950 274 50.000 381200 132 1.000 278 75.000 382210 136 1.100 285 100000 384

Page 18: BAB - upnjatim.ac.idelearning.upnjatim.ac.id/courses/HKB5003/document/BAB... · Web viewUntuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang alat/teknik pengumpulan, maka berikut ini akan

 [1].  J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Hal.

21-27.                  [2] Tresna P. Soemardi, Analisa Kuantitatif dan Kualitatif  (Jakarta: I Press, 2004)

[3] Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabet, 1994), hlm.65