bab viii. ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan

4
BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN A. ILMU PENGETAHUAN Dikalangan ilmuwan ada kesamaan pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan, yaitu : 1)Pengamatan suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi; 2)Berpikir analitis, sintesis, induktif, dan deduktif; 3)Pengujian kesimpulan melihat fakta-fakta yang ada sebagai upaya mencari berbagai hal yang bukan merupakan kenyataannya. Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan serta pertimbangan moral dan ilmiah. Sekarang ini, ilmu pengetahuan menghadapi kenyataan kemiskinan, yang pada hakikatnya tidak dapat melepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi. B. TEKNOLOGI Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisika dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani." (Eugene Staley, 1970)

Upload: hanifahadiyati

Post on 24-Oct-2015

134 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

TRANSCRIPT

BAB VIII.

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

A. ILMU PENGETAHUANDikalangan ilmuwan ada kesamaan pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari

pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan, yaitu :1) Pengamatan suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa

yang dipikirkan untuk sistemasi;2) Berpikir analitis, sintesis, induktif, dan deduktif;3) Pengujian kesimpulan melihat fakta-fakta yang ada sebagai upaya mencari

berbagai hal yang bukan merupakan kenyataannya.Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan

hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan serta pertimbangan moral dan ilmiah. Sekarang ini, ilmu pengetahuan menghadapi kenyataan kemiskinan, yang pada hakikatnya tidak dapat melepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomi.

B. TEKNOLOGIDalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis

dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisika dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani." (Eugene Staley, 1970)

Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :a) Rasionalitas tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang

direncanakan dengan perhitungan sosial;b) Artifisialitas selalu membuat sesuatu yang tidak alamiah;c) Otomatisme dalam organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis;d) Teknik berkembang pada suatu kebudayaan;e) Monisme semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung;f) Universalisme teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan idiologi, bahkan

dapat menguasai kebudayaan;g) Otonomi teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.

Dampak tenik itu sendiri bagi manusia sudah dirasakan dan fenomenanya nampak. Seperti : situasi tertekan, perubahan waktu dan gerak manusia, perubahan ruang dan lingkup manusia, dan sebagainya.

Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segilintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi Barat tersebut adalah :1) Serba intensif dalam segala hal;2) Teknologi barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan;3) Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat

yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.

C. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAIPenerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang memperhatikan

masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal. Kecenderunan saat ini ada dua pemikiran yang berhubungan dengan ilmu, yaitu : ada yang menyatakan ilmu bebas nilai dan ada yang menyatakan ilmu tidak bebas nilai. Sikap lain terhadap masalah ini ada yang menyatakan kita tidak perlu mengaitkan antara ilmu dan nilai.

Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya, yaitu :1) Ontologis menafsirkan hikayat realistis yang ada2) Epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis (masuk

akal)- hipotesis (dugaan sementara)- verifikasi 3) Aksiologis lebih lengket dengan nilai atau moral, di mana ilmu harus digunakan

dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia.

D. KEMISKINANKemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang pokok, dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, dll. (Emil Salim, 1982).

Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu : 1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, 2) Posisi Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi, 3) Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.

Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dsb,b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,c. Tingkat pendidikan yang rendah,d. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, berusaha apa saja,e. Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.

Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam tiga unsur, yaitu : 1) Kemiskinan yang disebabkan mental seseorang ; 2) Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam ; 3) Kemiskinan buatan