bab viii. bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

29
Bentuk dan klasifikasi wisatawan Nusantara dan mancanegara Oleh : R Bagus Handoko Y, S.Pd, M.Par Dalam memahami kepariwisataan, dijumpai berbagai pengertian yang bisa membingungkan atau meragukan, misalnya antara pengertian kepariwisatan nusantara (domestic tourism) dan kepariwisataan nasional (national tourism) atau antara kepariwisataan internasional (international tourism) dan kepariwisataan mancanegara (foreign tourism). Dengan alasan tersebut UNWTO (United Nations World Tourism Organization) merekomendasikan berbagai “dasar pengertian kepariwisataan” yang diharapkan akan dapat “menyeragamkan” pengertian atas semua bentuk kepariwisatan bagi semua negara yang mengembangkan kepariwisataannya dalam rangka penyusunan dan penyajian statistik kepariwisataan masing-

Upload: hoangnga

Post on 14-Jan-2017

260 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Bentuk dan klasifikasi wisatawan Nusantara dan mancanegara Oleh : R Bagus Handoko Y, S.Pd, M.Par

Dalam memahami kepariwisataan, dijumpai berbagai pengertian yang bisa

membingungkan atau meragukan, misalnya antara pengertian kepariwisatan nusantara

(domestic tourism) dan kepariwisataan nasional (national tourism) atau antara

kepariwisataan internasional (international tourism) dan kepariwisataan mancanegara

(foreign tourism).

Dengan alasan tersebut UNWTO (United Nations World Tourism Organization) merekomendasikan berbagai “dasar pengertian kepariwisataan” yang diharapkan akan

dapat “menyeragamkan” pengertian atas semua bentuk kepariwisatan bagi semua negara yang mengembangkan kepariwisataannya dalam rangka penyusunan dan

penyajian statistik kepariwisataan masing-masing negara secara seragam.

Page 2: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Pemahaman Umum

Secara umum, kepariwisataan nasional bisa diartikan sebagai kepariwisataan yang

dilakukan pengembangannya oleh suatu bangsa, atau negara, sebagai lawan kata dari

kepariwisataan internasional yang menyiratkan sebagai kepariwisataan yang

berlangsung secara global atau kepariwisataan yang dilakukan berbagai negara di dunia yang

ditandai oleh pergerakan lalu lintas orang yang saling berkunjung antar negara. Di sisi

lain, kepariwisataan nasional dapat diartikan juga sebagai kepariwisataan dalam negeri,

yang bersifat atau berdampak nasional dalam kaitan dengan pengertian kepariwisataan

daerah/wilayah (regional tourism), bahkan kepariwisataan lokal (local tourism).

Page 3: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Pelaporan Statistik Kepariwisataan

Sebagai kelanjutan dari Konferensi Internasional tentang Statistik Perjalanan

dan Kepariwisataan (International Conference On Travel and Tourism) di Ottawa 1991. Definisi dalam Resolusi

yang dihasilkan konferensi itu (Conference Resolutions) yang kemudian

telah mendapat masukan dan pandangan dari sejumlah anggota PATA, disampaikan

oleh WTO kepada Komisi Statistik PBB (United Nations Statistical Commission)

pada February 1993, yang kemudian menghasilkan pemahaman baru tentang

struktur dan bentuk kepariwisataan, khusus untuk maksud-maksud pelaporan

statistik kepariwisataan semata.

Page 4: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Bentuk Dasar Kepariwisataan

• Pada dasarnya terdapat tiga bentuk kepariwisataan, yaitu:

• (a). Home Tourism, adalah kunjungan penduduk suatu negara yang dilakukan dalam negaranya sendiri;

• (b). Inbound Tourism, yaitu kunjungan yang dilakukan penduduk suatu negara ke negara lain yang bukan tempat tinggalnya;

• (c). Outbound Tourism, kunjungan yang dilakukan penduduk suatu negara ke negara lainnya;

Page 5: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Pada dasarnya terdapat tiga bentuk kepariwisataan, yaitu:

(a). Home Tourism, adalah kunjungan penduduk suatu negara yang dilakukan dalam

negaranya sendiri;(b). Inbound Tourism, yaitu kunjungan yang dilakukan penduduk suatu negara ke negara

lain yang bukan tempat tinggalnya;(c). Outbound Tourism, kunjungan yang

dilakukan penduduk suatu negara ke negara lainnya;

Konsep ini berlaku juga untuk area lebih sempit atau lebih luas, dengan mengganti

kata negara (country) dengan kawasan (region) dan kata nasional dengan

regional . Sementara kawasan itu sendiri bisa berarti kawasan dalam suatu negara

seperti kawasan Indonesia Timur, kawasan Sumatra atau kawasan kelompok negara seperti kawasan ASEAN, kawasan Pasifik,

dll.

Page 6: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

a). Home Tourism, adalah kunjungan penduduk suatu

negara yang dilakukan dalam negaranya sendiri;

b). Inbound Tourism, yaitu kunjungan yang dilakukan

penduduk suatu negara ke negara lain yang bukan tempat tinggalnya;

c). Outbound Tourism, kunjungan yang dilakukan

penduduk suatu negara ke negara lainnya;

Bentuk dasar kepariwisataan sebagaimana tersebut pada (a), (b) dan (c) di atas bisa dikombinasikan dan membentuk kategori

lainnya seperti berikut:

1. Kepariwisataan Domestik (Domestic Tourism), adalah konmbinasi antara Home Tourism (a) dengan Inbound Tourism (b), yaitu pariwisata di dalam wilayah nasional atau regional yang dilakukan baik oleh penduduk (wisnus) atau pendatang

(non-penduduk). Pemahaman ini dilandasi oleh adanya konsumsi yang dilakukan oleh penduduk yang melakukan perjalanan (wisatawan nusantara = wisnus) maupun non-

penduduk (wisatawan mancanegara = wisman) yang berada dalam perjalanan di negara tersebut. Konsumsi yang mereka

lakukan disebut sebagai “konsumsi pariwisata domestik” (domestic tourism consumption) yang terkait dengan yang disebut “produksi pariwisata domestik” (domestic tourism

production). Maka dengan demikian, konsumsi tersebut terdiri dari “Home consumption” dan “export” (catatan: konsumsi

wisman bernilai export, mengingat yang mereka konsumsi di negara yang dikunjunginya, dan sudah dibayar, akan “dibawa

pulang” ke negaranya). Ini yang merupakan pendapatan pariwisata bagi negara yang dikunjunginya).

Page 7: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

2. Kepariwisataan Nasional (National Tourism), disingkat WISNAS, yang merupakan kombinasi

antara Home Tourism dengan Outbound Tourism, yaitu bentuk dasar (a) dan (c), yang

ditandai dengan adanya kunjungan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara baik di dalam (wisnus) maupun ke luar negari. Istilah

ini, mengacu pada konsumsi yang mereka lakukan di dalam negeri (domestic tourism

consumption) dan di luar negeri sebagai “import“, (catatan: konsumsi mereka di luar

negeri bernilai sebagai import, mengingat mereka akan membawa pulang “tourim

products” yang dikonsumsinya di luar negeri). Ini merupakan beban bagi neraca pembayaran pada umumnya, khususnya neraca pariwisata.

Konsumsi yang terjadi di dalam bentuk kepariwisataan ini mengindikasikan adanya

kegiatan ekonomi (konsumsi dan import) yang dilakukan oleh penduduk suatu negara. Maka dalam hubungan ini, warga suatu negara yang

berdomisili di luar negeri, kalau “pulang mudik” dinilai sebagai “pengunjung non-

penduduk” (non-resident visitors).

3. Kepariwisataan Internasional (International Tourism), adalah kombinasi antara dua bentuk dasar (b) dan (c), yakni Inbound Tourism dan Outbound Tourism, yang meliputi kunjungan

pendatang (non-resident) ke dalam suatu negara yang bukan tempat tinggalnya (wisman)

dan kunjungan ke luar negeri yang dilakukan oleh penduduk suatu negara. Bentuk

kepariwisataan ini melibatkan kegiatan ekonomi antar negara (import-export) sebagai akibat dari kegiatan konsumsi para wisatawan dari berbagai negara yang saling berkunjung

tersebut.

Page 8: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Jenis dan Karakter Wisatawan Domestik dan Mancanegara

Wisatawan merupakan orang yang melakukan kegiatan wisata, atau orang yang bepergian ke suatu tempat dengan tujuan untuk berwisata, melihat daerah lain, menikmati sesuatu,

mempelajari sesuatu, menambah ilmu pengetahuan, dan juga menambah pengalaman, atau melepas penat, serta bersenang-senang. Wisatawan juga sering disebut dengan turis (tourist).

Tujuan wisatawan ketika melakukan aktivitas wisata bermacam-macam, seperti wisatawan yang ingin mengenal kebudayaan, ada yang dilakukan dalam rangka kunjungan kerja, ada yang

dilakukan untuk melakukan penelitian di objek wisata tertentu. Objek wisata yang dipilih para wisatawan pun beragam.

Page 9: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Jenis Wisatawan

Ada dua macam atau jenis wisatawan, yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan

domestik atau nusantara. Wisatawan mancanegara merupakan wisatawan yang berasal dari luar negeri, atau orang yang

berekreasi ke negara lain. Wisatawan Domestik atau wisatawan nusantara

merupakan wisatawan yang berwisata ke tempat lain, tetapi masih berada di wilayah negaranya sendiri. Menurut G.A. Schmoll,

wisatawan merupakan individu atau kelompok individu yang merencanakan kemampuan daya beli yang dimilikinya

untuk melakukan perjalanan dengan tujuan rekreasi dan liburan.

Page 10: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Adanya ketertarikan dan mempunyai motivasi tertentu dari perjalanan, mendapatkan pengalaman perjalanan, adanya keinginan untuk menambah wawasan lain, dan tertarik dengan pelayanan yang diberikan suatu daerah tujuan wisata yang memiliki kemampuan menarik minat

pengunjung atau wisatawan.

Berdasarkan sifat perjalanan dan ruang lingkup perjalanan, wisatawan bisa dibagi, seperti 1. Wisatawan asing atau foreign tourist, merupakan wisatawan asing yang melakukan

perjalanan-perjalanan wisata yang datang ke negara lain dari negara asalnya.2. Wisatawan asing domestik atau foreign domestic tourist merupakan wisatawan asing yang

tinggal di suatu negara yang melakukan perjalanan-perjalanan wisata di suatu wilayah negara dimana ia tinggal.

3. Wisatawan domestik asing atau indigenous tourist merupakan warga suatu negara tertentu, yang bertugas ke luar negeri, lalu pulang ke negara asalnya, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara asal yang asli.

Page 11: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

4. Wisatawan transit atau transit tourist adalah wisatawan yang ketika melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu terpaksa harus mampir atau datang ke suatu negara tetapi bukan karena kemampuannya sendiri. Selanjutnya wisatawan bisnis atau bussinness tourist adalah orang atau masyarakat, orang asing atau warga negara sendiri yang melakukan perjalanan, tetapi tidak bertujuan untuk wisata, tetapi melakukan perjalanan wisata setelah semua tujuan atau pekerjaannya yang utama telah selesai dikerjakan.

5. Wisatawan domestik atau nusantara merupakan wisatawan dalam negeri, dan bukan wisatawan yang berasal dari negara lain. Wisatawan domestik melakukan perjalanan wisata dan rekreasi ke bagian atau wilayah yang lain di negaranya untuk mengetahui sesuatu yang berbeda dari lingkungann yang ada disekitarnya. Tujuan wisatawan domestik berwisata di dalam negeri, yaitu ingin mengobati rasa penasaran pada tempat yang ia yakini atau anggap sangat menakjubkan dan menyenangkan. Di Indonesia, cukup banyak wisatawan domestik yang melakukan perjalanan wisata untuk melepas lelah dan penat karena kesibukan pekerjaan atau sekolah mereka setiap hari.

Page 12: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Konsep Dasar Karakter Wisatawan

Adanya gambaran tentang wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya atau trip descriptor dan karakteristik wisatawannya atau tourist descriptor.

1) Trip descriptor Wisatawan dalam trip descriptor bisa dibagi ke dalam berbagai kelompok berdasarkan jenis pejalanan yang dilakukan. Pada umumnya, jenis perjalanan dibedakan menjadi perjalanan rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga, VFR atau Visiting friends and relatives, perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan yang lain. Selain itu, bisa juga dengan menambah jenis perjalanan yang digunakan untuk kesehatan dan keagamaan tetapi diluar kelompok lain. Selanjutnya, jenis-jenis perjalanan ini juga bisa dibedakan berdasarkan lama perjalanan tau jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi, alat transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, dan besar pengeluaran yang dikeluarkan untuk berwisata.

Page 13: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

2) Tourist descriptor

tourist descriptor merupakan karakter yang memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan "who, wants, what, why, when, where, and how much?" Agar bisa menjelaskan hal-hal tersebut, bisa menggunakan beberapa karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut:

Karakteristik sosio-demografis : merupakan karakter yang digunakan untuk mencoba menjawab pertanyaan who, wants, dan what. Pembagian pertanyaan itu berdasar pada karakteristik yang paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan, dan pemasaran, karena hal itu sudah sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya. Yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga, dan jumlah anggota keluarga yang dielaborasi dari karakteristik tersebut. Karakteristik sosio-demografis juga mempunyai kaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Contohnya seperti tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dalam status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan yang berdasar pada karakteristik sosio-demografis ini memang paling nyata dan berkaitan dengan pola wisata yang mereka lakukan. Jenis kelamin dan kelompok umur, yang mempunyai kaitan dengan berbagai pilihan dan jenis wisata yang dilakukan. Jenis pekerjaan pada seseorang dan tipe keluarga, jelas akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki orang tersebut, lebih lanjut, pada kemampuan wisatanya. Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang bisa digunakan dalam mengelompokan wisatawan, yaitu karakteristik geografis, psikografis, dan tingkah laku atau behavior.

Page 14: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter Wisatawan Domestik Indonesia

Karakter wisatawan domestik ternyata cukup berbeda jauh dengan tourist asing. Ciri-ciri yang bisa kita lihat dari beberapa tingkah laku pada objek wisata dan selera kepada pemilihan objek wisata. Pada pelaku bisnis yang terjun di sektor wisata dan hospitality, harus bisa mengenal semua karakter pada wisatawan yang datang dari mana saja. Hal itu bertujuan untuk menempatkan pada standar servis yang baik untuk

pelanggannya. Beberapa karakter dan kebiasaan-kebiasaan wisatawan domestik Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1.Royal atau gemar belanja : wisatawan Indonesia memang dikenal sangat royal mengeluarkan uang ketika sedang melakukan perjalanan

wisata. Ketika mereka pergi melakukan perjalanan wisata, wisatawan Indonesia selalu menyempatkan diri untuk berbelanja suvenir atau barang-barang yang menarik bagi mereka. Mereka mempunyai alasan, bahwa membeli oleh-oleh atau cendera mata cukup banyak bisa bermanfaat dan dibagi-bagikan kepada saudara dan tetangganya yang ditempat asalnya. Wisatawan Indonesia juga cenderung mau dan bisa merepotkan diri dengan barang-barangnya belanjaannya yang banyak. Tidak jarang pula ketika transit di bandara, barang bawaannya sampai over limit, dan hal itu mengakibatkan bisa terkena tambahan biaya. Wisatawan asing juga cukup betah berlama-lama di tempat wisata, sambil menggali informasi tentang sejarah dan asal usul dari objek wisata tersebut kepada pemandu wisata. Selanjutnya menjelang kepulangannya ke negara asalnya, wisatawan asing baru berbelanja suvenir, dan biasanya, barang belanjaannya itu tidak dibawa pulang bersama, melainkan dipaketkan melalui kantor pos atau perusahaan ekspedisi swasta. pada intinya, wisatawan asing lebih mengutamakan kepraktisan dan kenyamanan selama melakukan perjalanan wisata yang jauh di luar rumahnya.

Page 15: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

2. Suka tour rombongan : Kebiasaan wisatawan domestik yang lain adalah menyukai kegiatan bepergian secara bersama dengan teman-teman pergaulan atau satu keluarga besar ikut semua. Mereka menyewa bus pariwisata atau mobil rental. Dengan tujuan agara biayanya lebih irit.

3. Lebih menyukai tempat populer.

4. Jarak tempat wisata dari rumah juga tidak begitu jauh.Beberapa karakter yang demikian, biasa dimasukan dalam kategori wisatawan konsevatif, dia menyukai tempat-tempat yang sudah mapan dan terkenal. Merekat kurang begitu suka dengan hal-hal yang sifatnya baru dan belum direkomedasikan dari pihak lain. Mereka tidak begitu suka hal-hal yang bersifat spekulatif dan tidak menentu.

Page 16: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Memahami Karakter & Budaya Wisatawan Mancanegara

sangatlah pentingketika kita bertemu dan berinteraksi dengan

Native Speaker/bule saat berwisata (hunting tourist ke Bali,

Yogyakarta, Lombok atau tempat lainnya). Tidak hanya itu,

pemahaman budaya dan karakter juga bermanfaat sebagai bekal

untuk JobInterview, kerja dengan expatriat, dan sebagainya. Sobat

sobat pastinya pernahpergi ke suatu tempat dan menjumpai para

bule? jawabannya pasti pernahLain lubuk lain ikannya. Begitulah

pepatah mengatakan. Biar pergaulan lebih asyik dan lebih terasa

hidup, pahamilah Karakter dan Budaya mereka dahulu.

Karakter Wisatawan

Mancanegara

Page 17: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Cina/Taiwan/Korea

Pentingkan nilai dan prinsip. Menyukai harga murah dan tidak terlalu mementingkan fasilitas dan pelayanan.

Banyak bicara/cerewet/ramah sekali dan perbincangan perlu ada timbal balik.

Sembarang tindakan lebih dikedepankan. Menonjolkan peran dan kesan budaya cina.

Orang cina tergolong tidak sabaran dan gampang marah bila tidak cepat bertindak.

Lebih menyukai bahasa sendiri daripada Bahasa inggris.

Suka bergerombol dalam satu kelompok ramai-ramai.

Selalu berpikir ekonomis. Orang cina sifatnya tertutup, kecuali kepada

yang sudah dikenal dan dipercaya.

Page 18: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Perancis

Tertarik pada kebudayaan tradisional, pranata sosial, tarian drama, musik, seni, upacara adat dan keagamaan serta nuansa pedesaan.

Tertarik belajar dan berkunjung ke atraksi wisata yang spesifik khususnya tempat-tempat arkeologi, candi-candi kuno dan tempat-

tempat yang dikomersilkan. Suka mencoba pengalaman dan aktivitas baru serat cenderung berpetualang. Suka belanja kerajinan

tangan dan barang-barang antik. Tidak mau tergesa-gesa atau ceroboh,selalu berpikir panjang, dan teliti. Bersahabat, disiplin,

memiliki tingkah laku yang baik, sopan dan patuh pada peraturan tetapi mudah kecewa apabila tidak menyukai sesuatu. Suka

berbicara dengan bahasa Perancis walaupun dapat berbahasa inggris. Cenderung berpakaian sesuai dengan situasinya, bisa rapi

sekali/modis, berparfum dan juga terkadang cara berpakaian sangat ekstrim saat dipantai.

Sangat romantis, kalem, walaupun tradisional tetapi intelektualnya kuat. Saat makan ingin menikmati dengan berlama-lama dalam

suasana romantis.

Page 19: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Jerman

Sopan, terbuka, memiliki tingkah laku yang baik, mengomentari langsung setiap pengalaman mereka.Suka

belanja souvenir dari batu dan kayu. Toleransi pada fasilitas dan pelayanan yang berbeda.

Keingintahuannya tinggi terhadap sesuatu, bahkan sampai mendetail. Suka daerah yang apa adanya, murni

dan ingin mengetahui atraksi hingga tuntas. Tertarik pada kebudayaan tradisional,upacara keagamaan,

tarian,tempat sejarah,pemandangan yang indah dan suka membandingkan kebudayaan tradisional satu dengan yang lainnya. Menyukai perjalanan sesama

bangsanya, terkadang kurang bisa bergabung dengan bangsa lain. Disiplin, teliti, mempunyai organisasi yang

baik, komitmen, dan intelek.

Page 20: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Inggris

Disiplin, egois, menjaga prestigious atau citra, secara psikologis melayani orang dengan

bersahabat tetapi juga mempunyai kepribadian ingin dilayani dengan baik.

Teliti dalam pengeluaran uang, rapi dan komitmennya tinggi.

Individualistis dan mandiri, tidak menyukai perjalanan berkelompok atau grup,lebih

menyukai perjalanan sendiri. Hangat, Sopan, mempunyai tingkah laku yang baik dan menjaga hubungan persahabatan. Kurang terbuka seperti orang eropa lainnya

dan mempunyai kepribadian yang kuat. Tertarik budaya tradisional dan karakteristiknya

menyukai pantai serta alam yang indah. Tidak suka privasinya diganggu.

Page 21: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Italia

Terbuka, komunikatif, romantis, ekspresif, agak cerewet khususnya jika sudah kenal. Kurang disiplin dan sulit ditangani tetapi mereka mudah beradaptasi dengan keadaan setempat

artinya terbuka dan bersahabat. Menyukai tempat-tempat mewah tetapi sedapat mungkin harganya murah, bisa ditawar untuk hemat. Menyukai kebudayaan tradisional dan seni serta

pemandangan alam yang romantis seperti palm beach.

Page 22: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Belanda

Perhatian sekali terhadap kesehatan dan sanitasi, khususnya makanan dan minuman. Hubungan sejarah yang kuat, suka mengunjungi tempat-tempat bernostalgia seperti keluarga yang dahulu tinggal dan bekerja di

perkebunan ataupun makam nenek moyangnya. Semua ini informasinya didapat dari sejarah yang dia pelajari dari skolahnya.

Suka informasi yang spesifik dan akurat, tapi kecewa apabila informasi tersebut tidak benar. Disiplin, taat peraturan, bersahabat, suka humor tetapi tidak selalu terbuka, terus terang dalam memberikan komentar

dan reaksi. Sangat tertarik dengan bentuk-bentuk kebudayaan dan pemandangan alam yang indah serta perkembangan-perkembangan yang terjadi. Suka melihat bangunan-bangunan bersejarah tentang

masa lalu Belanda di Indonesia.

Page 23: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Amerika

Menyukai fasilitas dan pelayanan standar kualitas tinggi Menyukai aspek kebudayaan tradisional seperti tarian, upacara adat

dan upacara keagamaan Menyukai pemandangan alam yang indah, termasuk pantai dan tertarik

dengan bentuk perkembangan yang terjadi Tidak menyukai perjalanan kaki jauh suka perjalanan dekat dan

berpindah-pindah Bersahabat, sopan, bertingkah laku baik, sedikit formal, jujur, terbuka

langsung dalam mengekspresikan pendapat dan reaksi tentang apa saja tanpa memandang perbedaan status

Suka pengalaman baru, bentuk informasi terbaru dan akurat, bersahabat, toleran, mudah beradaptasi, humoris, terbuka sedikit kasar,

serta suka bersosialisasi dengan penduduk setempat walaupun terkadang juga banyak yang egois maupun individualistis

Menerima dan menyukai fasilitas dan pelayanan yang sederhana, murah meriah, seadanya dan sering pindah-pindah dengan melakukan

perjalanan sendiri Menyukai kebudayaan desa dan aktivitas pantai yang tradisional serta

aktivitas dunia malam seperti diskotik

Page 24: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Australia

Terbuka, arogan, egois, dan terkadang sulit ditangani tetapi terkadang mereka juga bersahabat

Tidak terlalu suka dengan banyak aturan (lebih menyukai kebebasan)

Menyukai harga murah meriah dan tidak terlalu mementingkan kemewahan fasilitas dan pelayanan

Ceroboh dan sembarang tindakan lebih dikedepankan dan cara berpakaian terkadang

sangat ekstrim Menyukai pantai dan kebudayaan tradisional

Menyukai perjalanan secara individu (backpacker) dan kurang menyukai berkelompok

Pemuda Australia sangat menyukai kehidupan malam seperti club.

Page 25: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Jepang

Melakukan perjalanan kelompok dan sangat takut kalau lepas dari grupnya. Disiplin, komitment terhadap janji dan jadwal, orang Jepang

tertutup dia tidak mudah percaya dengan orang yang belum dia pahami, bila sekali saja tidak dapat kepercayaan maka susah untuk

percaya lagi. Menyukai masakan Jepang dan Eropa. Suka belanja kerajinan tangan, barang tradisional.

Tertarik pada sesuatu yang unik dan suka difoto serta suka kehidupan malam. Suka fasilitas dan pelayanan standar tinggi yang ditangani langsung oleh orang-orang Jepang sendiri, atau paling tidak ada

karyawan yang mau menggunakan bahasa Jepang. Tidak pernah langsung mengemukakan kekecewaan atau kemarahan selalu mengikuti saja, namun kekecawaan dilampiaskan lewat tulisan

setelah kembali ke negaranya.

Page 26: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Singapura

Karakter orang Singapura seperti karakter orang Cina modern. Disiplin, walaupun orangnya kecil tetapi tegas dan

berkomitment tinggi. Suka judi, club, dan suka belanja. Menyukai fasilitas dan pelayanan sederhana, sangat tertarik

dengan atraksi alam, dan keunikan modernisasi.

Page 27: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Malasya

Daya belinya termasuk rendah dan tidak terlalu tertarik untuk belanja. Mudah ditangani dalam perjalanan, tetapi harus disiplin,

lebih banyak persamaanya dengan orang Indonesia sesama Melayu dan kedekatan kesamaan agamanya.

Fasilitas dan akomodasi cukup sederhana,makanan padang termasuk favoritnya. Sangat tertarik akan keindahan alam,

termasuk pantai.

Page 28: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Karakter: Orang Bali

Jika kamu pergi ke BALI (Tambahan) Kebanyakan orang Bali mempunyai bakat seni yang tinggi.

Perempuan Bali rajin, giat bekerja dan ramah. Orang Bali tidak bisa berjalan melewati hal-hal yang diatasnya ada pakaian dalaman seperti

celana dalam, kalau melanggar dia akan pusing dan sakit-sakitan. Persatuan orang Bali tergolong sangat kuat karena adat dan agama yang mengikatnya.

Masih melekat atas tradisi awig-awig (gotong royong). Orang Bali tidak suka dipegang kepalanya. Orang Bali sangat mencintai budayanya, mereka selalu mengedepankan kearifan lokal meski

penetraasi nilai-nilai modern sulit dibendung. Orang Bali dengan wisatawan lebih disiplin, lebih ramah, dan bersahabat. Tempat persembahan dan peletakan sesajen selain di Pura juga di

tempat-tempat keramat seperti pohon-pohon besar yang diyakini sebagai tempat sembahyang. Untuk itu, Anda dilarang kencing atau meludah sembarangan, hormati dan hargai sesama umat

beragama. Bila naik kendaraan melewati jembatan, belokan, atau pura harus membunyikan klakson yang diyakini sebagai tanda permisi melewati makluk halus yang menunggu tempat tersebut. Jangan terlalu sering mengosongkan pikiran (bengong) karena Bali nilai mistisnya

sangat tinggi, diyakini hal ini akan memudahkan orang dirasuki roh halus. Semua bangunan di Bali maksimal empat lantai, yaitu tingginya tidak boleh melebihi Pura

Besakih atau sekitar setinggi pohon kelapa, kecuali Hotel Grand Bali Beach di Sanur.

Page 29: BAB VIII. Bentuk dan klasifikasi wisatawan nusantara dan

Untuk karakter-karakter tempat-tempat wisata lainnya di Indonesia, dirasakan

hampir sama dengan kita semua dan mirip di Bali secara umum. Yang perlu

diperhatikan adalah, di mana bumi itu diinjak, di situ langit dijunjung.