bab viii aspek teknis per...
TRANSCRIPT
Hal - 1
BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan 7.1. Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
7.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
Hal - 2
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014 Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan
dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan d. kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana; e. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
f. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
g. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
7.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang
bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Hal - 3
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan
kawasan permukiman. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan
permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing- masing kabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan
Tabel 8.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota AMBON
No. Isu Strategis Keterangan -1 -2 -3
1 Pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh perkotaan
2 Peningkatan akses air minum layak
3 Peningkatan akses sanitasi layak
4 Penanganan Persampahan
5 Peningkatan Pengendalian Penyelenggaraan Bangunan Gedung
6 Peningkatan Jumlah RTH sesuai Amanat UU Tata Ruang 27 Thn 2007
7 Peningkatan Penataan Kawasan Strategis Nasional
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan
Hal - 4
potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting 5 (lima) tahun terakhir.
KAWASAN PERKOTAAN
Tabel 8.2
Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
NO.
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan
lainnya
Amanat Kebijakan
Daerah Jenis Produk
Pengaturan
No./Tahun
Perihal
(1) (2) (3) (4) (5)
Tabel 8.3
Data Kawasan Kumuh di Kota Ambon Tahun 2013
Tabel 8.4
Data Kondisi RSH di Kota Ambon
NO
Lokasi RSH
Tahun
Pembangunan
Pengelola
Jumlah
Penghuni
Kondisi Prasarana
CK yang Ada (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1
Hal - 5
2..
Tabel 8.5
Data Kondisi Rusunawa di Kota Ambon
No
Lokasi Rusunawa
Tahun Pembangunan
Pengelola
Jumlah Penghuni
Kondisi
Prasarana CK yang
Ada
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 2..
KAWASAN PERDESAAN
Tabel 8.6
Data Program Perdesaan di Kota Ambon Tahun 2014
No
Program/Kegiatan
Lokasi Volume/
Satuan
Status Kondisi
infrastruktur (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2 3…
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat 2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
sektor Pengembangan Permukiman. 3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian 4. Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden) 5. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah 6. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur
permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
7. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Hal - 6
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan
Tabel 8.7
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Permukiman Kota Ambon
No Permasalahan
Pengembangan Permukiman Tantangan
Pengembangan Alternatif
Solusi
(1) (2) (3) (4)
1 Aspek Teknis
1)
2)
2 Aspek Kelembagaan
1)
2)
3 Aspek Pembiayaan
1)
2)
4 Aspek Peran Serta Masyarakat /
Swasta
1)
2)
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1)
2)
7.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD.
Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman
Tabel 8.8
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan
Untuk 5 Tahun
Hal - 7
No
URAIAN
Unit Tahun
I
Tahun
II
Tahun
III
Tahun
IV
Tahun
V
Ket
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan Penduduk Jiwa/ Km
2
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Jiwa/Km2
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa/ Km2
2. Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh
Ha
3. Kebutuhan Rusunawa TB 4. Kebutuhan RSH unit
5.
Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman Baru
Kws
Tabel 8.9
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di
Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No URAIAN Unit Tahun
I
Tahun
II
Tahun
III
Tahun
IV
Tahun
V Ket.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan Penduduk Jiwa/
Km2
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Jiwa/
Km2
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa/
Km2
2. Desa Potensial untuk
Agropolitan Desa
3. Desa Potensial untuk
Minapolitan Desa
4. Kawasan Rawan
Bencana Kws
5. Kawasan Perbatasan Kws
6. Kawasan Permukiman
Pulau-Pulau Kecil Kws
7. Desa Kategori Miskin Desa
8. Kawasan dengan
Komoditas Unggulan Kws
7.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1. pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
Hal - 8
2. peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1. pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil
2. pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3. desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh Infrastruktur permukiman RSH Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan) Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan PPIP Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 8.1
Gambar 8.1
Alur Program Pengembangan Permukiman
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas. Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Hal - 9
Kesiapan lahan (sudah tersedia). Sudah tersedia DED. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK) Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi Ada unit pelaksana kegiatan. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra. Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%. Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta
Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
Vitalitas Non Ekonomi a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
Hal - 10
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
Vitalitas Ekonomi Kawasan a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah
apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis. b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana:
Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya. b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan
(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
7.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima
Tabel 8.10
Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten/Kota
Hal - 11
Kota KSK Uraian KegiatanRawan
Sanitasi
Rawan
AirKumuh Volume Satuan APBN DAK
APBD
ProvAPBD Kota Swasta
Masyarak
at
Tahun
AnggaranSkor
KOTA AMBON
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
Kota Ambon Kec. Sirimau (Rijali) dan Kec. Nusaniwe
(Wainitu)
0 1 0 4 Ha 5,000,000 0 0 0 0 0 2017 85
KOTA AMBONPeningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
Kota Ambon0 1 0 3 Ha 5,000,000 0 0 0 0 0 2017 85
KOTA AMBON
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
Kota Ambon Kec. Sirimau (Rijali) dan Kec. Nusaniwe
(Wainitu)
0 1 0 10 Ha 15,137,876 0 0 0 0 0 2017 85
KOTA AMBON MALUKU
Pembinaan,Pengawasan, dan Kemitraan
Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan
Permukiman
0 1 0 11 Kab/Kota 300,000 0 0 0 0 0 2017 65
KOTA AMBON PROPINSI MALUKU Pemantauan Pengembangan Permukiman 0 0 0 12 lap 300,000 0 0 0 0 0 2016 20
KOTA AMBON PROPINSI MALUKUPENDAMPINGAN PENYUSUNAN NORMA
STANDAR,PEDOMAN DAN KRITERIA (NSPK)0 0 0 1 lap 2,000,000 0 0 0 0 0 2016 20
KOTA AMBON Rumah Tiga Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH 1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2017 0
KOTA AMBONHukurila Kec.Leitimur
Selatan
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2018 0
KOTA AMBONHukurila Kec.Leitimur
SelatanPengendalian 1 Laporan 100,000 0 0 20,000 0 0 2018 0
KOTA AMBON Teluk AmbonPenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 2,000,000 0 0 1,000,000 0 0
2014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Rumah Tiga Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 150,000 0 0 75,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Waiheru Perencanaan Teknis Permukiman RSH 1 Kawasan 400,000 0 0 200,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kws. WaiheruPenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Passo Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 103,700 0 0 20,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kws. Waiheru Pengendalian 1 Laporan 100,000 0 0 20,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Nania Pengendalian 1 Laporan 100,000 0 0 20,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON NaniaPenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kec. Baguala Pengawasan/Supervisi Konstruksi 1 Laporan 100,000 0 0 50,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kws. BagualaPenyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH
Lanjutan1 Kawasan 2,000,000 0 0 500,000 0 0
2014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kws. Rumah Tiga Pembangunan PSD Kawasan Kumuh 1 Kawasan 3,000,000 0 0 600,000 0 0 2016 0
KOTA AMBON Kws. Galala Pembangunan PSD Kawasan Kumuh 1 Kawasan 3,000,000 0 0 600,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kws. Galala Pengawasan/Supervisi Konstruksi 1 Laporan 100,000 0 0 50,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Pandan Kasturi Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 150,000 0 0 75,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kws. Pandan Kasturi Pengawasan/Supervisi Konstruksi 1 Laporan 100,000 0 0 50,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Pandan Kasturi Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH 1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kws. Pandan Kasturi Pembangunan PSD Kawasan Kumuh 1 Kawasan 3,000,000 0 0 600,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kws. Batu MerahPenyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH
Lanjutan1 Kawasan 2,000,000 0 0 500,000 0 0 2016 0
KOTA AMBON Kws. Batu Merah Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 103,700 0 0 20,000 0 02015 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kws. Batu Merah Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 103,700 0 0 20,000 0 0 2016 0
KOTA AMBON Kws. LatuhalatPenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON LatuhalatPenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 5,000,000 0 0 1,000,000 0 0 2018 0
KOTA AMBON Latuhalat Pengendalian 1 Laporan 95,000 0 0 50,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON NusaniwePenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 5,000,000 0 0 1,000,000 0 0
2014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kws. Latuhalat Pengendalian 1 Laporan 100,000 0 0 20,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Nusaniwe Pengawasan dan pengendalian 1 Laporan 100,000 0 0 50,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Nusaniwe Perencanaan Teknis Permukiman RSH 1 Kawasan 400,000 0 0 200,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kec. NusaniwePenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 5,000,000 0 0 1,000,000 0 0 2016 0
KOTA AMBON Kec. NusaniwePenyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)1 Kawasan 5,000,000 0 0 1,000,000 0 0
2015 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Benteng Pengawasan/Supervisi Konstruksi 1 Laporan 100,000 0 0 50,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Benteng Pembangunan PSD Kawasan Kumuh 1 Kawasan 1,500,000 0 0 1,000,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kec. Nusaniwe Pengendalian 1 Laporan 95,000 0 0 50,000 0 02015 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Kec. Nusaniwe Pengendalian 1 Laporan 95,000 0 0 50,000 0 0 2016 0
KOTA AMBON Kel. Mangga Dua Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 150,000 0 0 75,000 0 0 2018 0
KOTA AMBON Kel. Mangga Dua Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH 1 Kawasan 3,500,000 0 0 700,000 0 0 2018 0
KOTA AMBON Kws. Uritetu Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH 1 Laporan 150,000 0 0 75,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kws. Uritetu Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH 1 Kawasan 3,000,000 0 0 600,000 0 0 2017 0
KOTA AMBON Kws. Batu Merah Dalam Pembangunan PSD Kawasan Kumuh 1 Kawasan 3,625,000 0 0 725,000 0 0 2016 0
KOTA AMBON Ahuru, Batu Merah Pengawasan/Supervisi Konstruksi 1 Laporan 100,000 0 0 50,000 0 0 2018 0
KOTA AMBON Ahuru, Batu Merah Pembangunan PSD Kawasan Kumuh 1 Kawasan 3,000,000 0 0 600,000 0 0 2018 0
KOTA AMBON Kws. Batu MerahPenyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH
Lanjutan1 Kawasan 2,000,000 0 0 500,000 0 0
2015 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Leitimur Penyusunan rencana tindak Kawasan Kumuh 1 Kawasan 600,000 0 0 250,000 0 02014 -
Perbaharui?0
KOTA AMBON Teluk Ambon Baguala Perencanaan Teknis Minapolitan 1 Laporan 350,000 0 0 100,000 0 02014 -
Perbaharui?0
JUMLAH 104,308,976
Hal - 12
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke dalam tabel 8.11
Tabel 8.11 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Ambon
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - - 12,648,700.00 0 4,420,000.00 0 0 0 - -
PROPINSI MALUKU lap 1 2,000,000.00 0 0 0 0 0 2016 20
PROPINSI MALUKU lap 12 300,000.00 0 0 0 0 0 2016 20
- - - 5,203,700.00 0 2,270,000.00 0 0 0 - -
- - - 2,300,000.00 0 1,350,000.00 0 0 0 - -
Leitimur Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2014 0
Benteng Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2014 0
Benteng Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2014 0
Kec. Baguala Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2014 0
Kws. Batu Merah Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2015 0
Kws. Batu Merah Laporan 1,000,000 103,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2015 0
Kws. Batu Merah Dalam Kawasan 1,000,000 3,625,000.00 0 725,000.00 0 0 0 2016 0
Kws. Rumah Tiga Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2016 0
Desa Batu Merah Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Rijali Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Honipopu Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Karang Panjang Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Pandan Kasturi Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Batumeja Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Desa Batu Merah Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Rijali Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Honipopu Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Karang Panjang Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Pandan Kasturi Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2017 0
Kelurahan Batumeja Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2017 0
Kws. Pandan Kasturi Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2018 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2018 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2018 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2018 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 800,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2019 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 2,500,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2019 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Laporan 1,000,000 200,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2019 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2019 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 800,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2020 0
2,412,005,001,489,640 Penyusunan rencana tindak Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,640 Penyusunan rencana tindak Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,700 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,590 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2412.003.000 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
2,412,003,001,489,640
PENDAMPINGAN PENYUSUNAN NORMA STANDAR,PEDOMAN DAN
KRITERIA (NSPK)
2,412,003,004,489,630 Pemantauan Pengembangan Permukiman
2,412,005,001,489,640 Penyusunan rencana tindak Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,670 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,560 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,670 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,710 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,710 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,710 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,710 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,670 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,002,489,600 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,005,002,489,720 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,001,489,640 Penyusunan rencana tindak Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2412 Bangkim
2,412,005 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
2,412,005,001 Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket
Hal - 13
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - - 12,648,700.00 0 4,420,000.00 0 0 0 - -Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 2,500,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2020 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Laporan 1,000,000 200,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2020 0
Kecamatan Sirimau dan
Nusaniwe Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2020 0
Kecamatan Sirimau dan Kec.
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2021 0
Kecamatan Sirimau dan Kec.
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2021 0
Kecamatan Sirimau dan Kec.
Nusaniwe Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2021 0
Kecamatan Sirimau dan Kec.
Nusaniwe Laporan 1,000,000 100,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2021 0
- - - 2,903,700.00 0 920,000.00 0 0 0 - -
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 400,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2014 0
Waiheru Kawasan 1,000,000 400,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2014 0
Passo Laporan 1,000,000 103,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2014 0
Kws. Baguala Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2014 0
Kws. Batu Merah Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2016 0
Kws. Batu Merah Laporan 1,000,000 103,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2016 0
Kws. Uritetu Kawasan 1,000,000 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2017 0
Kws. Uritetu Laporan 1,000,000 150,000.00 0 75,000.00 0 0 0 2017 0
Rumah Tiga Kawasan 1,000,000 3,500,000.00 0 700,000.00 0 0 0 2017 0
Rumah Tiga Laporan 1,000,000 150,000.00 0 75,000.00 0 0 0 2017 0
Pandan Kasturi Laporan 1,000,000 150,000.00 0 75,000.00 0 0 0 2017 0
Pandan Kasturi Kawasan 1,000,000 3,500,000.00 0 700,000.00 0 0 0 2017 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 400,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2018 0
Waiheru Kawasan 1,000,000 400,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2018 0
Passo Laporan 1,000,000 103,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2018 0
Kws. Baguala Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2018 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2019 0
Waiheru Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2019 0
Passo Laporan 1,000,000 203,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2019 0
Kws. Baguala Kawasan 1,000,000 4,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2019 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2020 0
Waiheru Kawasan 1,000,000 600,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2020 0
Passo Laporan 1,000,000 203,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2020 0
Kws. Baguala Kawasan 1,000,000 4,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2020 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 400,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2021 0
Waiheru Kawasan 1,000,000 400,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2021 0
Passo Laporan 1,000,000 103,700.00 0 20,000.00 0 0 0 2021 0
Kws. Baguala Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
- - - 7,445,000.00 0 2,150,000.00 0 0 0 - -
- - - 7,445,000.00 0 2,150,000.00 0 0 0 - -
Teluk Ambon Baguala Laporan 1,000,000 350,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2014 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2014 0
Latuhalat Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2014 0
Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2014 0
Kec. Nusaniwe Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2015 0
Kec. Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2015 0
Kec. Nusaniwe Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2016 0
2,412,005,002,489,550 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,690 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,660 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,660 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,005,002,489,660 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,005,001,489,560 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,002,489,550 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,690 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,550 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,690 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,660 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,720 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,690 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,660 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,660 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,005,002,489,710 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,710 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH
2,412,005,002,489,550 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,590 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,660 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH
2,412,005,002,489,690 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,001,489,560 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,670 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,002,489,590 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH
2,412,005,001,489,670 Pengawasan/Supervisi Konstruksi
2,412,005,001,489,640 Penyusunan rencana tindak Kawasan Kumuh
2,412,005,001,489,560 Pembangunan PSD Kawasan Kumuh
2,412,007,001,489,560 Pengendalian
2,412,005,002,489,660 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,005,002,489,660 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,007,001,489,560 Pengendalian
2,412,007,001,489,560
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,005,002,489,720 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,007,001,489,530
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,530 Pengendalian
2,412,007,001,489,700
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
2,412,007,001
Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan
Potensial
2,412,007,001,489,690 Perencanaan Teknis Minapolitan
2,412,005,002,489,690 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2,412,005,002,489,660 Pengawasan dan Pengendalian Kawasan RSH
2,412,005,002,489,660 Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH Lanjutan
2,412,005,002 Permukiman Kembali Kawasan Permukiman Kumuh
2,412,005,002,489,550 Perencanaan Teknis Permukiman RSH
2412 Bangkim
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket
Hal - 14
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - - 12,648,700.00 0 4,420,000.00 0 0 0 - -
Kec. Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2016 0
Kws. Latuhalat Laporan 1,000,000 100,000.00 0 20,000.00 0 0 0 2017 0
Kws. Latuhalat Kawasan 1,000,000 3,500,000.00 0 700,000.00 0 0 0 2017 0
Kws. Waiheru Kawasan 1,000,000 3,500,000.00 0 700,000.00 0 0 0 2017 0
Kws. Waiheru Laporan 1,000,000 100,000.00 0 20,000.00 0 0 0 2017 0
Nania Laporan 1,000,000 100,000.00 0 20,000.00 0 0 0 2017 0
Nania Kawasan 1,000,000 3,500,000.00 0 700,000.00 0 0 0 2017 0
Teluk Ambon Baguala Laporan 1,000,000 350,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2018 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2018 0
Latuhalat Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2018 0
Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2018 0
Teluk Ambon Baguala Laporan 1,000,000 350,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2019 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2019 0
Latuhalat Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2019 0
Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2019 0
Teluk Ambon Baguala Laporan 1,000,000 350,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2020 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2020 0
Latuhalat Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2020 0
Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2020 0
Teluk Ambon Baguala Laporan 1,000,000 350,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2021 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2021 0
Latuhalat Laporan 1,000,000 95,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2021 0
Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 2,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2021 0
TOTAL 111,522,200Rp 28,210,000Rp
Subtotal 2014 15,393,700Rp 5,015,000Rp
Subtotal 2015 8,823,700Rp 2,220,000Rp
Subtotal 2016 19,707,400Rp 4,975,000Rp
Subtotal 2017 38,100,000Rp 7,160,000Rp
Subtotal 2018 13,048,700Rp 4,420,000Rp
Subtotal 2019 16,448,700Rp 4,420,000Rp
Subtotal 2020 16,048,700Rp 4,420,000Rp
Subtotal 2021 21,647,400Rp 40,495,000Rp
2,412,007,001,489,700
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,690 Perencanaan Teknis Minapolitan
2,412,007,001,489,530
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,530 Pengendalian
2,412,007,001,489,530 Pengendalian
2,412,007,001,489,700
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,690 Perencanaan Teknis Minapolitan
2,412,007,001,489,530
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,700
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,690 Perencanaan Teknis Minapolitan
2,412,007,001,489,530
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,530 Pengendalian
2,412,007,001,489,530
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,530 Pengendalian
2,412,007,001,489,700
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,680
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,690 Perencanaan Teknis Minapolitan
2,412,007,001,489,690
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,690 Pengendalian
2,412,007,001,489,680 Pengendalian
2,412,007,001,489,530 Pengendalian
2,412,007,001,489,530
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2,412,007,001,489,560
Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kws. Perdesaan Potensial
(Agropolitan, Minapolitan, KTP2D)
2412 Bangkim
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket
Hal - 15
7.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
7.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun
Hal - 16
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Hal - 17
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2.
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 8.2 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh
dan nelayan; Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; Pengembangan system informasi bangunan gedung dan arsitektur; Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; Paket dan Replikasi.
Hal - 18
7.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi
energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1) Penataan Lingkungan Permukiman a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional e. dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya
ekonomi lokal; f. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan g. Standar Pelayanan Minimal;
Hal - 19
h. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan); b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung
di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal
dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah
Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan f. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar
11,96% dari total penduduk Indonesia; g. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai
MoU PAKET; h. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 8.13
Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten/Kota
No.
Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor
PBL di Kab/Kota
(1) (2)
(3)
1. Penataan Lingkungan Permukiman
a. Peningkatan Jumlah Kab/Kota yang Memiliki Aturan mengenai BG
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Peningkatan Pengendalian Penyelenggaraan Bangunan Gedung
b. Peningkatan Jumlah RTH sesuai Amanat UU Tata Ruang 27 Thn 2007
3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Hal - 20
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan
Tabel 8.14
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait
Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya
Amanat Jenis Produk
Pengaturan
Nomor
& Tahun
Tentang
(1) (2) (3) (4) (5)
Tabel 8.15
Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tradisional/
Bersejarah
RTH
Pemenuhan SPM Penanganan
Kebakaran
Nama
Kawasan
Dukungan
Infrastruktur
CK
Lokasi/
Nama RTH
Luas
RTH
%
Luas
RTH
Keter
sediaan
IMB
%
IMB
HS
BGN
Ins-
tansi
Prasarana
Kebakaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kec. A: Kec: B:
Kec. C: Kec. D:
Tabel 8.16
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No
Kawasan/ Kecamatan
Jumlah BG Negara
berdasarkan fungsi
Status
Kepemilikan
Kondisi
Bangunan
Keter
sediaan
Utilitas BG (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. .......... Fungsi Hunian :
.....................unit
Fungsi Keagamaan :
............. unit
Fungsi Usaha :
...................... unit
Fungsi Sosial Budaya :
.......... unit
Fungsi Khusus :
..................... unit
2. dst
Hal - 21
Tabel 8.17
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kecamatan Kegiatan PNPM
Perkotaan (P2KP)
Kegiatan Pemberdayaan
lainnya (1) (2) (3) (4)
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga
Hal - 22
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan
Tabel 8.18
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Aspek PBL Permasalahan yang
dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
(1) (2) (3) (4) (5)
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis 1)
2)
2 Aspek Kelembagaan 1)
2)
3 Aspek Pembiayaan 1)
2)
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta
1)
2)
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
1)
2)
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis 1)
2)
2 Aspek Kelembagaan 1)
2)
3 Aspek Pembiayaan 1)
2)
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/ Swasta
1)
2)
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
1)
2)
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis 1)
2)
2 Aspek Kelembagaan 1)
2)
3 Aspek Pembiayaan 1)
2)
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta
1)
2)
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
1)
2)
Hal - 23
7.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 8.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi; Ketentuan Pengendalian Rencana; Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan
Hal - 24
kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah; Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat; Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin
kelangsungan kegiatan; Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat,
selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 8.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sector Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tabel 8.19
SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Jenis Pelayanan Dasar
Standar Pelayanan
Minimal
Waktu
Pen-
capaian
Keterangan
Indikator Nilai
VI. Penataan
Bangunan dan Lingkungan
Izin
Mendirikan Bangunan (IMB)
15. Terlayaninya
masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/ kota.
100
%
2014 Dinas yang
membidangi Perijinan (IMB).
Harga
Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN)
16. Tersedianya
pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota.
100% 2014 Dinas yang
membidangi Pekerjaan Umum.
VIII. Penataan
Ruang
Penyediaan
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Publik
23. Tersedianya
luasan RTH publik sebesar
20% dari luas wilayah kota/
kawasan
perkotaan.
25% 2014 Dinas/SKPD
yang membidangi
Penataan Ruang.
Hal - 25
B. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung
C. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat
Hal - 26
Tabel 8.20
Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Uraian
Satuan
Kebutuhan Ket
Tahun
I
Tahun
II
Tahun
III
Tahun
IV
Tahun
V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
M2
2. Ruang Terbuka M2 3. PSD unit 4. PS Lingkungan unit 5. HSBGN laporan 6. Pelatihan Teknis
Tenaga Pendata
HSBGN
laporan
7. lainnya II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Bangunan Fungsi
Hunian
unit
2. Bangunan Fungsi
Keagamaan
unit
3. Bangunan Fungsi
Usaha
unit
4. Bangunan Fungsi
Sosial Budaya
unit
5. Bangunan Fungsi
Khusus
unit
6. Bintek
Pembangunan
Gedung Negara
laporan
7. lainnya III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. P2KP 2. lainnya
7.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman; b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun
Hal - 27
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus: Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung; Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria Khusus : Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan; Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya; Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi : Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; Kawasan terbangun yang memerlukan penataan; Kawasan yang dilestarikan/heritage; Kawasan rawan bencana; Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/
budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);
Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota; Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah,
swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat; Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum: Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL
(jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau; Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah
(jika luas perencanaan < 5 Ha); Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah,
swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Hal - 28
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan: Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis; Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas; Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota; Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik);
Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah: Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten); Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis; Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK): Ada Perda Bangunan Gedung; Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang; Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata
Ruang; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah: Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-
Bersejarah; Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
Ada DDUB; Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran; Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,
diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Hal - 29
Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran: Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal
SK/peraturan bupati/walikota); Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD); Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun; Ada lahan yg disediakan Pemda; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan: Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan; Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan,
terminal, stasiun, bandara); Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat
(taman, alun-alun); Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
7.2.5. Usulan Program dan Kegiatan PBL
Pada bagian ini usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kabupaten/Kota akan dirangkum dalam tabel 8.21
Hal - 30
Tabel 8.21 Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - -
- - -
- - -
Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 0 0 0 0 2014 0
Passo Kab/Kota 1,000,000 3,000,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2014 0
Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 0 0 0 0 2018 0
Passo Kab/Kota 1,000,000 3,000,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2018 0
Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 0 0 0 0 2019 0
Passo Kab/Kota 1,000,000 3,000,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2019 0
Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 0 0 0 0 2021 0
Passo Kab/Kota 1,000,000 3,000,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2021 0
- - -
Rumah Tiga-Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 4,200,000.00 0 650,000.00 0 0 0 2014 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Laporan 1,000,000 250,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2014 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 4,200,000.00 0 650,000.00 0 0 0 2015 0
Nusaniwe Laporan 1,000,000 600,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2016 0
Kecamatan Leitimur Selatan dan
Kecamatan Nusaniwe Kawasan 1,000,000 5,500,000.00 0 1,000,000.00 0 0 0 2016 0
Desa Laha dan Kecamatan Teluk
Ambon Laporan 1,000,000 250,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2016 0
Poka/Rumah Tiga Kecamatan
Teluk Ambon
Desa Halong - Kecamatan T.A
Baguala
Rumah Tiga-Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 4,200,000.00 0 650,000.00 0 0 0 2018 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Laporan 1,000,000 250,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2018 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 4,200,000.00 0 650,000.00 0 0 0 2019 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Laporan 1,000,000 250,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2019 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 4,200,000.00 0 650,000.00 0 0 0 2020 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 4,200,000.00 0 650,000.00 0 0 0 2021 0
Rumah Tiga-Teluk Ambon Laporan 1,000,000 250,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2021 0
2,413,006,002,489,700 Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,690 Lanjutan Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,690 Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,690 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Perkotaan
2,413,006,002,489,690 Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan
2,413,006,002,489,550 Penyusunan RTBL Kawasan
2,413,006,002,489,550 Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan
2,413,006,002,489,690 Lanjutan Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,690 DED Revitalisasi Kawasan Khusus Bandara
2,413,006,002,489,690 Lanjutan Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Peningkatan PS Penataaan dan Revitalisasi Kawasan
2,413,006,002,489,700 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD Revitalisasi Kawasan
2,413,006,001,489,670
Pendampingan Pelaksanaan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran
2,413,006,001,489,670 Pembangunan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
2,413,006,002 Penataan Bangunan Kawasan Pusaka
2413 PBL
2,413,006 Penyelenggaraan Penataan Bangunan
2,413,006,001 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
2,413,006,001,489,670
Pendampingan Pelaksanaan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran
2,413,006,001,489,670 Pembangunan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
2,413,006,001,489,670 Pembangunan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
2,413,006,001,489,670
Pendampingan Pelaksanaan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran
2,413,006,001,489,670 Pembangunan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
2,413,006,001,489,670
Pendampingan Pelaksanaan PS pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON Sektor : Isu Strategis : Nama Kriteria :
Kode Output-Paket
Hal - 31
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - -
- - -
Batu Merah-Mardika Laporan 1,000,000 75,000.00 0 0 0 0 0 2014 0
Batu Merah-Mardika Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2014 0
Kuda Mati - Air Salobar Paket 1,000,000 500,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2014 0
Passo Laporan 1,000,000 100,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
Passo Kawasan 1,000,000 4,500,000.00 0 900,000.00 0 0 0 2017 0
Batu Merah-Mardika Laporan 1,000,000 75,000.00 0 0 0 0 0 2018 0
Batu Merah-Mardika Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2018 0
Kuda Mati - Air Salobar Paket 1,000,000 500,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2018 0
Batu Merah-Mardika Laporan 1,000,000 75,000.00 0 0 0 0 0 2019 0
Batu Merah-Mardika Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2019 0
Kuda Mati - Air Salobar Paket 1,000,000 500,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2019 0
Batu Merah-Mardika Laporan 1,000,000 75,000.00 0 0 0 0 0 2021 0
Batu Merah-Mardika Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
Kuda Mati - Air Salobar Paket 1,000,000 500,000.00 0 100,000.00 0 0 0 2021 0
TOTAL 39,975,000.00 6,700,000.00
Subtotal 2014 9,700,000.00 1,550,000.00
Subtotal 2015 600,000.00 100,000.00
Subtotal 2016 5,750,000.00 1,050,000.00
Subtotal 2017 4,575,000.00 900,000.00
Subtotal 2018 9,675,000.00 1,550,000.00
Subtotal 2019 9,675,000.00 1,550,000.00
Subtotal 2020 4,200,000.00 650,000.00
Subtotal 2021 5,250,000.00 900,000.00
2,413,006,003,489,600 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman
2,413,006,003,489,570 Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2,413,006,003,489,600 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman
2,413,006,003,489,570 Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2,413,006,003,489,600 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD RTH
2,413,006,003,489,600 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman
2,413,006,003,489,570 Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2,413,006,003,489,600 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD RTH
2,413,006,003,489,670 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD RTH
2,413,006,003,489,670 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman
2,413,006,003,489,600 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD RTH
2,413,006,003,489,600 Pendampingan Pelaksanaan Dukungan PSD RTH
2,413,006,003,489,600 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman
2,413,006,003,489,570 Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2,413,006,003 Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana
2413 PBL
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON Sektor : Isu Strategis : Nama Kriteria :
Kode Output-Paket
Hal - 32
7.3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
Hal - 33
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang- undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan
air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum; Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan
peran serta masyarakat di bidang air minum.
7.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum; 2. Pengembangan Pendanaan; 3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan; 4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan; 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum; 6. Rencana Pengamanan Air Minum; 7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan 8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program
Hal - 34
dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum adalah:
i. Aspek Teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air, dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan perpipaan dan bukan perpipaan
ii. Aspek Pendanaan
Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening. Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur pelanggan.
iii. Kelembagaan
Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non perpipaan.
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah
1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;
2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM; 3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan 4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.
iv. Peraturan Perundangan
Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di kota/kabupaten serta permasalahan terkait dengan pelaksanaan/implementasi peraturan/perundangan tersebut.
v. Peran Serta Masyarakat
Berisi peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat mengembangan SPAM di wilayah mereka, peran serta masyarakat memelihara kuantitas dan kualitas sumber air. Diuraikan pula permasalahan yang dihadapi terkait dengan peran negative masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sumber air, jaringan yang ada dll.
Hal - 35
Tabel 8.22
Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten/Kota
Sistem Jaringan
Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan
Sumber Air
Luas WP
Jmlh Pddk WP
Jmlh Pddk Terlayani
% Pddk % Wilayah Lokasi Debit
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Kab/Kota
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
i. Permasalahan Pengembangan SPAM
Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan SPAM sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun permasalahan pengembangan AM pada tingkat nasional antara lain: 1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas
a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk
b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.
c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.
d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih mahal.
e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai.
f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.
g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air minum yang aman.
2) Pendanaan a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk
pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari pinjaman
luar negeri. c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam
pengembangan SPAM masih rendah.
3) Kelembagaan dan Perundang-Undangan a) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM. b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM
(PDAM).
Hal - 36
c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.
4) Air Baku a) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas. b) Kualitas sumber air baku semakin menurun. c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah
yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi. d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik
kepentingan di tingkat pengguna.
5) Peran Masyarakat a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku
menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.
b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.
c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang mencukupi kebutuhannya sendiri.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi permasalahan yang ada di kabupaten/kota masing-masing sebagaimana digambarkan seperti tabel 8.23 dan 8.24 berikut ini.
Tabel 8.23
Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM
N
o
Aspek Pengelolaan Air
Minum
Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang Sedang
Dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
A.
1.
2.
3.
Kelembagaan/Perundangan
Organisasi SPAM
Tata Laksana (SOP,
koordinasi, dll)
SDM
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Teknis Operasional
Sumber Air Baku
Bangunan Intake
IPA
Reservoir dan Pompa
Distribusi
Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi Sambungan Rumah Meter Pelanggan
C.
1.
2.
3.
4.
Pembiayaan:
Sumber-sumber pembiayaan
Tarif Retribusi Mekanisme penarikan retribusi Realisasi penerimaan retribusi
Hal - 37
N
o
Aspek Pengelolaan Air
Minum
Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang Sedang
Dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
D.
1.
2.
3.
Peran Serta Masyarakat
Penyuluhan Kemampuan membayar retribusi Kemauan berpartisipasi
Tabel 8.24 Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah
No
Parameter Yang
Diperbandingkan
Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
T e k n i s Manfaat Biaya T e k n i s Manfaat B i a y a T e k n i s Manfaat B i a y a
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A
1.
2.
3.
Kelembagaan
Organisasi SPAM
Tata Laksana (SOP,
Koordinasi, dll)
SDM
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Teknis Operasional
Sumber Air Baku
Bangunan Intake
IPA
Reservoir dan Pompa
Distribusi
Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi Sambungan Rumah Meter Pelanggan
C.
1.
2.
3.
4.
Pembiayaan:
Sumber-sumber
pembiayaan
Tarif Retribusi
Penarikan retribusi
Realisasi penerimaan
retribusi
D.
1.
2.
3.
Peran Serta
Masyarakat Penyuluhan Kemampuan membayar retribusi Kemauan berpartisipasi
ii. Tantangan Pengembangan SPAM
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan, agar dapat digambarkan, misalnya :
1. Tantangan Internal: a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah
mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM
Hal - 38
adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan.
b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.
c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.
d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.
e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang belum diberdayakan.
2. Tantangan Eksternal f) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. g) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang
menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan. h) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015
dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus berimbang dengan pembangunan perdesaan
i) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta
j) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi yang kompetitif.
7.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan arahan dibawah ini.
A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penyediaan air minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Pada bagian ini sudah harus diuraikan penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen penyediaan air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta diperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.
Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian analisis diantaranya adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata (real demand survey), analisis kebutuhan dasar air minum, analisis kebutuhan program pengembangan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel seperti dicontohkan 8.25 berikut ini
Hal - 39
Tabel 8.25
Analisis Kebutuhan
N o.
Uraian
Kondisi Eksisting
Kebutuhan Tahun
I Tahun
II Tahun
III Tahun
IV Tahun
V (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Sistem Perpipaan (PDAM) a. Kebocoran (%)
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c. Kebutuhan (liter/org/hari) 2. Sistem Bukan Perpipaan a. Kebocoran (%)
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c. Kebutuhan (liter/org/hari)
3. Sistem Perpipaan Non PDAM
a. Kebocoran (%)
b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)
c. Kebutuhan (liter/org/hari) 4. Kebocoran Total 5. Jumlah Pelanggan
a. Proporsi Sambungan Langsung
b. Proporsi Sambungan Umum
c. Jumlah Sambungan Langsung
d. Jumlah Sambungan Umum 6. Unit Konsumsi a. Sambungan Langsung, SL b. Sambungan Umum, SU c. Non Domestic
7. Kebutuhan Air a. Kebutuhan Air Domestik b. Kebutuhan Non Domestik c. Sub Total Kebutuhan Air
8. Kebutuhan Air Rata-rata (Qr)
9. Kebutuhan Air Maksimum (Qmax)
10 .
Peak Hour Factor (Faktor Jam Puncak)
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah
Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, Dan Penyelenggaraan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Setiap kabupaten/kota perlu menggambarkan realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan tabel 8.26 dibawah ini
Hal - 40
Tabel 8.26
Analisis Kebutuhan Program Pengembangan SPAM
No OUTPUT
KEBUTUHAN
SATUAN Tahun I Tahun II Tahun
III Tahun
IV Tahun V
1 Layanan Perkantoran
2 Peraturan Pengembangan Sistem Air Minum
3 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan SPAM
a. RISPAM
b. NSPK SPAM
4 Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengembangan SPAM
5
Percontohan Re-Use dan Daur Ulang Air Minum
a. Kampanye hemat air
b. Aktivitas reuse & daur ulang air 6.
PenyelenggaraanSPAM terfasilitasi
a. PDAM yang memperoleh pembinaan
b. Pengelola air minum non PDAM yang memperoleh pembinaan
c. Laporan pra-studi kelayakan KPS
d. PDAM terfasilitasi untuk mendapatkan pinjaman Bank
e. Studi Alternatif Pembiayaan
7. SPAM Regional
8. SPAM Di kawasan MBR
9. SPAM di Ibu kota Kecamatan (IKK)
10
SPAM Perdesaan
a. PS Air Minum Perdesaan
b. Pro Rakyat PDT 11
SPAM Kawasan Khusus
a. Kawasan pulau terluar, perbatasan, terpencil
b. Kawasan pemekaran, KAPET
c. Pelabuhan perikanan dan Pro Rakyat KKP
i. Pelabuhan perikanan
ii. Pro Rakyat KKP
Hal - 41
7.3.4. Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM
7.3.4.1. Program-Program Pengembangan SPAM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:
A. Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM Kegiatan: Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi
utama)
distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total
Indikator: Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target
total SR untuk MBR Indikator: Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM
C. Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan: Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)
Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan
Rumah (SR) total
Indikator: Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
D. Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku relatif sulit)
Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama
Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
Hal - 42
E. Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu sampai
hilir Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air; 3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM; 4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat; 5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
Tabel 8.27
Lingkup Penyusunan RISPAM
Kegiatan
Wilayah
Administrasi
Kab/Kota
Wilayah Pelayanan
Satu
Wilayah
Lintas
Kab./Kota
Lintas
Provinsi
Penyusun
Pemda
Penyelenggara di
Kab./Kota
Penyelenggara
Regional
Penyelenggara
Regional
Acuan
RTRW
RTRW & RISPAM
Kab./Kota
RTRW & RISPAM
Kab./Kota Terkait
RTRW Provinsi,
RTRW & RISPAM Kab./ Kota Terkait
Penetapan
Bupati/
Walikota
Bupati/
Walikota
Gubernur setelah
berkonsultasi dengan
Bupati/Walikota
Terkait.
Menteri setelah
berkonsultasi dengan
Gubernur dan
Bupati/Walikota Terkait.
Konsultasi
Publik
Pemda
Penyelenggara
dengan Fasilitasi dari
Pemda
Penyelenggara
dengan fasilitasi dari
Pemda terkait dan
Gubernur
Penyelenggara dengan
fasilitasi dari Pemda
terkait, Gubernur, dan
menteri.
Pelaksanaan
Penyusunan
Penyedia Jasa/
Sendiri
Penyedia
Jasa/ Sendiri
Penyedia Jasa/
Sendiri Penyedia Jasa/ Sendiri
7.3.4.2. Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16/2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.
2. Tersedia dokumen RPI2JM bidang Cipta Karya
Hal - 43
3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm
Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar 200 mm;
Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;
4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007) 5. Ada indikator kinerja untuk monitoring
Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik
Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh
masyarakat pada tahun yang sama
6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan 7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan
fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun 8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD
atau BLUD) 9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang
kesanggupan/ kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.
7.3.4.3. Skema Kebijakan Pendanaaan
A. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM
Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar dalam tabel 8.28
Tabel 8.28
Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM Kegiatan
SPAM
Air
Baku
Unit Produksi Transmisi dan Distribusi
(SR dan HU)
KOTA
APBN APBD, PDAM,
KPS, (APBN)
APBN, PDAM, KPS, APBN
(MBR)
IKK APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)
Desa Rawan Air APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)
Desa dengan air
baku mudah
(Pamsimas)
APBN
APBN, APBD,
Masyarakat
PAMSIMAS (APBN : 70%,
APBD : 10%, dan Masyarakat
: 20%.
Catatan: • Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat; • Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah keharusan • HU = Hidran Umum; • SR = Sambungan rumah; • MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Hal - 44
Gambar 8.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM
B. Pendekatan Pembiayaan APBN
1. Non Cost-Recovery
Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) pada IKK, kawasan perbatasan/ pulau terdepan;
Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) bagi kawasan-kawasan tertinggal (kawasan kumuh, kawasan nelayan, dan ibu kota kabupaten pemekaran;
Fasilitasi pengembangan SPAM bagi perdesaan (desa rawan air) melalui pemicuan perubahan perilaku menjadi hidup bersih dan sehat, pembangunan modal sosial, capacitu building bagi masyarakat, serta pembangunan dan pengelolaan SPAM berbasis masyarakat; dan
pengembangan SPAM skala kecil (perdesaan) pembiayaannya didorong melalui DAK.
2. Cost recovery Fasilitasi penyediaan air baku untuk air minum melalui kerjasama
dengan Ditjen Sumber Daya Air; dan Fasilitasi penyediaan air minum (PDAM) di kawasan strategis (PKN,
PKW, PKL, dll) dengan pendanaan melalui perbankan, Pemda/PDAM, serta KPS.
C. Alternatif Pola Pembiayaan Equity adalah merupakan sumber pendanaan dari internal cash
PDAM dan Pemda untuk program penambahan sambungan rumah (SR). Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana untuk memenuhi sebagian kebutuhan investasi;
Pinjaman Bank Komersial adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentu sebagai pendamping pinjaman. Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana pendamping dan menerapkan tarif minimal diatas harga pokok produksi (tarif dasar);
Trade Credit adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial melalui pihak ke tiga (kontraktor/supplier) dan dibayar dengan angsuran dari pendapatan PDAM dalam masa
Hal - 45
tertentu (10 tahun atau lebih). Dilaksanakan oleh PDAM yang diperkirakan dapat mengangsur sesuai dengan perjanjian;
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan sumber pembiayaan dari badan usaha swasta (BUS) berdasarkan kontrak kerjasama antara BUS dengan pemerintah (BOT/Konsesi). Dilaksanakan di kabupaten/kota yang memiliki pasar potensial (captive market) dan telah dilengkapi dengan studi pra-FS dan kesiapan pemerintah daerah;
Obligasi adalah merupakan sumber dana dari penerbitan surat utang yang akan dibayar dari pendapatan PDAM. Dilaksanakan oleh PDAM yang telah memiliki rating minimal BBB;
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan yang dilakukan suatu perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
7.3.4.4. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.
Usulan program yang diajukan perlu dievaluasi kesesuaiannya dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.
B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM
Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.
Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan. Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.
Hal - 46
Tabel 8.29 Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - - -
- - -
- - - -
- - - -
PDAM Kota Ambon PDAM 1 2,500,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 3,203,386.00 0 0 0 0 0 2017 0
PDAM Kota Ambon PDAM 1 5,000,000.00 0 1,000,000.00 0 0 2,500,000.00 2018 0
PDAM Kota Ambon PDAM 1 2,500,000.00 0 250,000.00 0 0 0 2020
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 3,203,386.00 0 0 0 0 0 2021 0
- - -
- - -
Desa Waiheru (Lapiaso) Kawasan 1 4,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2014 0
Batu Merah Ds. Kanawa Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2014 0
Kel. Honipopu Kawasan 1 2,200,000.00 0 440,000.00 0 0 0 2014 0
Kel. Uritetu Kawasan 1 2,550,000.00 0 510,000.00 0 0 0 2014 0
Batu Merah/ Desa Batu Gajah Kawasan 1 2,700,000.00 0 360,000.00 0 0 0 2014 0
Kel. Batu Gajah (RT. 005/01) Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2014 0
Kel. Ahusen Kawasan 1 2,400,000.00 0 480,000.00 0 0 0 2014 0
Kws. Karang Panjang Kawasan 1 11,560,000.00 0 2,312,000.00 0 0 0 2014 0
Kel. Nusaniwe Kawasan 1 4,200,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Nania Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2014 0
Kota Ambon (Wainitu,Arsu,Asmil) Kawasan 1 2,000,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2015 0
Kel. Amantelu Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2016 0
Kel. Rijali Kawasan 1 2,300,000.00 0 460,000.00 0 0 0 2016 0
Kel. Silale Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2016 0
Kel. Waihaong Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2016 0
Hukurila Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2017 0
Hative Kecil Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2017 0
Latta Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2018 0
Hatalae Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2018 0
Ambon Kawasan 1 4,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,200,000.00 0 440,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,700,000.00 0 360,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,400,000.00 0 480,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 11,560,000.00 0 2,312,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 4,200,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2019 0
Kawasan 1 2,000,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2020
Hukurila Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2021 0
Hative Kecil Kawasan 1 2,000,000.00 0 400,000.00 0 0 0 2021 0
- - -
Desa Latuhalat Kawasan 1 4,500,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2014 0
Kel. Nusaniwe Kawasan 1 2,500,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Erie Nusaniwe Kawasan 1 750,000.00 0 80,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Hutumuri Kawasan 1 2,000,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2014 0
2,415,006,001,489,560
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,690 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,660 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,710 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,540
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,580
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,660 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,650 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,690
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,003 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
2,415,006,002,489,660 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,630 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,006,002,489,540 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,006,002,489,530 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,006,001,489,540
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,690 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,002 Pengembangan Jaringan SPAM MBR
2,415,006,001,489,710 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,590 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001 Bantuan Program Non PDAM
2,415,006,001,489,690
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,006,001,489,590 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,660 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2415 PAM
2,415,006 SPAM Non PDAM Terfasilitasi
2,415,006,001,489,570 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,590 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,590 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,006,001,489,580 Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt
2,415,004,001,489,560 Bantuan Program Penyehatan PDAM
2,415,004,001,489,510 Relokasi Sambungan pipa distribusi induk kota (pipa acp) di 2 kecamatan
2,415,006,001,489,560
Pengad/Pemas Paket IPA Kap. 5 l/dt, Pengadaan dan Pemasangan Pipa
Distribusi PVC Dia. 75 mm
2,415,004,001,489,560 Bantuan Proyek pengelola air minum (PDAM)
2,415,004,001,489,510 Relokasi Sambungan pipa distribusi induk kota (pipa acp) di 2 kecamatan
2,415,004,001,489,560 Bantuan Program Penyehatan PDAM
2,415,004 SPAM PDAM Terfasilitasi
2,415,004,001 Bantuan Program PDAM
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON Sektor : Isu Strategis : Nama Kriteria :
Kode Output-Paket
Hal - 47
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - - -
Desa Tawiri Kawasan 1 2,500,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Hative Besar Kawasan 1 2,500,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Hukurila Kawasan 1 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2015 0
Desa Ema Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2015 0
Desa Rutong Kawasan 1 2,000,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2015 0
Desa Nusaniwe (Dusun Eri) Kawasan 1 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2016 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 681,450.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 1,097,950.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 681,450.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 5,261,850.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 250,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
Nania Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
Ds. Latuhalat Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2017 0
Ambon Kawasan 1 4,500,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 2,500,000.00 0 200,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon Kawasan 1 750,000.00 0 80,000.00 0 0 0 2019 0
Kawasan 1 3,000,000.00 0 600,000.00 0 0 0 2020
Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2020
Kawasan 1 2,000,000.00 0 450,000.00 0 0 0 2020
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 681,450.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 1,097,950.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 681,450.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 5,261,850.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 250,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
Nania Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
Ds. Latuhalat Kawasan 1 2,500,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2021 0
- - -
- - -
Desa Leahari IKK 1 3,000,000.00 0 1,250,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Amahusu IKK 1 2,500,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2014 0
IKK Passo Kec. Teluk Baguala IKK 1 5,565,000.00 0 1,113,000.00 0 0 0 2014 0
Desa Leahari IKK 1 2,500,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2015 0
ltr/dt 8 3,200,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2016 55
LEITIMUR SELATAN ltr/dt 8 3,200,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2016 55
Desa Passo Kec. Baguala unit 1 2,700,000.00 0 50,000.00 0 0 2016
Desa Passo Kec. Baguala unit 2 2,700,000.00 0 300,000.00 0 0 2016
Kws. Sirimau IKK 1 2,700,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2017 0
Kws. Teluk Baguala IKK 1 2,700,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2017 0
Ambon IKK 1 3,000,000.00 0 1,250,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon IKK 1 2,500,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2019 0
Ambon IKK 1 5,565,000.00 0 1,113,000.00 0 0 0 2019 0
IKK 1 2,500,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2020
Kws. Sirimau IKK 1 2,700,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2021 0
Kws. Teluk Baguala IKK 1 2,700,000.00 0 540,000.00 0 0 0 2021 0
- - -
- - -
Kec. Leitimur Selatan Desa 1 1,350,000.00 0 650,000.00 0 0 675,000.00 2014 0
Kel. Mangga Dua Desa 1 1,500,000.00 0 600,000.00 0 0 750,000.00 2014 0
Desa Talaga Raja Desa 1 1,500,000.00 0 150,000.00 0 0 750,000.00 2014 0
Kel. Kudamati (Kamp. Ganemo) Desa 1 2,200,000.00 0 500,000.00 0 0 1,100,000.00 2014 0
Dusun Kranjang Desa 1 1,400,000.00 0 600,000.00 0 0 700,000.00 2014 0
2,415,007,001,489,700 Pembangunan SPAM IKK
2,415,006,002,489,690 Pembangunan SPAM Kumuh/ Nelayan
2,415,006,002,489,720 Pembangunan SPAM Kumuh/ Nelayan
2,415,007,001,489,590 Pembangunan SPAM IKK
2,415,007,001,489,640 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,004,002,489,640 Penambahan Debit
2,415,004,002,489,640 Penambahan Debit dan Penggantian Jaringan Pipa
2,415,004,002,489,530 Penambahan Debit di Talake
2,415,004,002,489,510 SPAM di wilayah Poka - Rumah Tiga
2,415,007,001,489,680 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,006,002,489,650 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,650 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,650 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,630 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,006,002,489,540 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,007,001,489,700 Pembangunan SPAM IKK
2,415,007,001,489,650 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,007,001,489,540 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,006,002,489,690 Pembangunan SPAM Kumuh/ Nelayan
2,415,006,002,489,720 Pembangunan SPAM Kumuh/ Nelayan
2,415,007,001,489,590 Pembangunan SPAM IKK
2,415,006,002,489,530 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,004,002,489,510 Rehabilitasi Broncaptering dan Drainase Sumber Wainitu
2,415,004,002,489,530 Penambahan Debit di Talake
2,415,004,002,489,510 SPAM di wilayah Poka - Rumah Tiga
2,415,004,002,489,510 Rehabilitasi Broncaptering dan Drainase Sumber Wainitu
2,415,006,002,489,540 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2,415,007,001,489,640 Pembangunan SPAM IKK Kec. Leitimur Selatan
2,415,007,001,489,640 Pembangunan SPAM IKK Kec. Leitimur Selatan
2,415,004,002,489,640 Penambahan Debit
2,415,004,002,489,640 Penambahan Debit dan Penggantian Jaringan Pipa
2,415,006,002,489,650 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,650 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,650 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,008,001,489,570 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,570 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,700 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001 Pamsimas
2,415,008,001,489,640 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,570 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,007,001,489,540 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,007,001,489,680 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,008 SPAM Berbasis Masyarakat
2,415,007,001,489,640 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
Pemasangan Listrik PLN 23 KVA di IPA Passo
Pengadaan Mobil Operasional Cabang Baguala
2,415,007 SPAM Perkotaan
2,415,007,001 SPAM IKK
2,415,007,001,489,650 Pengadaan dan Pemasangan IPA 10 L/dtk
2,415,006,002,489,700 Pembangunan SPAM Kumuh/Nelayan
2,415,006,002,489,710 Pembangunan SPAM Kumuh Nelayan
2415 PAM
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON Sektor : Isu Strategis : Nama Kriteria :
Kode Output-Paket
Hal - 48
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten-Kota Swasta Masyarakat DAK Tahun Score
- - - -
Kel. Waihoka Desa 1 1,250,000.00 0 500,000.00 0 0 625,000.00 2015 0
Desa Urimessing Desa 1 2,500,000.00 0 450,000.00 0 0 550,000.00 2015 0
Desa Naku Desa 1 2,200,000.00 0 600,000.00 0 0 1,100,000.00 2015 0
Desa Batu Merah (Warasia) Desa 1 2,500,000.00 0 750,000.00 0 0 1,250,000.00 2016 0
Dusun Kranjang Desa 1 2,400,000.00 0 600,000.00 0 0 1,200,000.00 2016 0
Leahari Desa 1 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2017 0
Desa Hukurila Desa 1 1,800,000.00 0 360,000.00 0 0 900,000.00 2017 0
Desa Rutong Desa 1 1,800,000.00 0 360,000.00 0 0 900,000.00 2017 0
Rutong Desa 1 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2017 0
Leahari Desa 1 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2021 0
Desa Hukurila Desa 1 1,800,000.00 0 360,000.00 0 0 900,000.00 2021 0
Desa Rutong Desa 1 1,800,000.00 0 360,000.00 0 0 900,000.00 2021 0
Rutong Desa 1 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2021 0
TOTAL 245,702,172.00 48,060,000.00
Subtotal 2014 66,775,000.00 13,315,000.00
Subtotal 2015 23,103,386.00 4,290,000.00
Subtotal 2016 24,681,450.00 4,590,000.00
Subtotal 2017 38,091,250.00 8,360,000.00
Subtotal 2018 8,500,000.00 1,050,000.00
Subtotal 2019 49,375,000.00 9,105,000.00
Subtotal 2020 13,084,836.00 2,390,000.00
Subtotal 2021 22,091,250.00 4,960,000.00
2,415,008,001,489,650 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,650 Pembangunan SPAM Mendukung Pro Rakyat KPDT
2,415,008,001,489,650 Pembangunan SPAM Mendukung Pro Rakyat KPDT
2,415,008,001,489,650 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,650 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,650 Pembangunan SPAM Mendukung Pro Rakyat KPDT
2,415,008,001,489,650 Pembangunan SPAM Mendukung Pro Rakyat KPDT
2,415,008,001,489,650 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,600 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,700 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,580 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,570 Pengembangan PS air minum perdesaan
2,415,008,001,489,660 Pengembangan PS air minum perdesaan
2415 PAM
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON Sektor : Isu Strategis : Nama Kriteria :
Kode Output-Paket
Hal - 49
7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;
b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan; d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan
peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat.
7.4.1. Air Limbah 7.4.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
Hal - 50
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).
B. Pengelolaan Air Limbah
Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah- rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
7.4.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
Air Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, RP2KP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air limbah sesuai dengan karakteristik di masing-masing Kabupaten/Kota.
Tujuan dari bagian ini adalah:
Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah di Kabupaten/Kota; tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.
Hal - 51
Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.
Setiap Kabupaten/Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RP2IJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
Setiap Kab/Kota wajib menyajikan gambaran secara umum kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten/Kota masing-masing baik pada aspek teknis maupun pada aspek non teknis pendukung. Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
Hal - 52
a) Aspek teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang mencakup: 1. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/on-site, sistem
terpusat/off-site); 2. jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah; 3. tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.
Kondisi eksisiting pengembangan air limbah secara teknis dapat ditampilkan sebagaimana pada tabel-tabel berikut:
Tabel 8.30 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kabupaten/Kota
Prasarana
dan Sarana
Jumlah
Kapasitas
Sistem Pengolahan
Lembaga Pengelola
Keterangan Kondisi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Truk Tinja … unit ………..m3
IPLT
IPAL
Dst.
Tabel 8.31 Cakupan Pelayanan Sistem On Site
No.
Kecamatan
Jumlah PS Sanitasi sistem Onsite
Pengumpulan Pengolahan
Jamban Keluarga
MCK Lainnya Septik tank
Cubluk Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. dst
Tabel 8.32 Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat
No.
Lokasi Sistem
Dibangun Tahun
Cakupan Pelayanan
Kondisi MCK
++ IPAL
Komunal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. 2.
Hal - 53
Tabel 8.33 Parameter Teknis Wilayah
No. Uraian Besaran Keterangan
(1) (2) (3) (4)
Karakteristik Fisik Kota 1. Jumlah Penduduk ………….. Jiwa
Tingkat Kepadatan - Sangat Tinggi (>400 jiwa/hektar) - Tinggi (300-400 jiwa/ hektar) …………. Ha - Sedang (200-300 jiwa/ hektar) …………. Ha - Rendah (<200 jiwa/hektar) …………. Ha
2. Tipe Bangunan Rumah Tangga - Permanen ….%KK atau … unit - Semi Permanen ….%KK atau … unit - Tidak Permanen ….%KK atau … unit
3. Badan Air - Nama Sungai/ danau/ waduk - Peruntukan - Debit ……….Liter/detik - kualitas
……….BOD Mg/liter ……….COD Mg/liter
b) Pendanaan
Menguraikan kemampuan masyarakat/ Pemda/ Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, pengurasan tanki septik, retribusi air limbah sistem komunal dan tempat-tempat umum, serta anggaran Pemda (APBD) untuk pengelolaan air limbah permukiman.
c) Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan air limbah yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola air limbah saat ini.
d) Peraturan Perundangan
Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman yang dimiliki saat ini oleh masing-masing Kabupaten/Kota misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola air limbah, retribusi, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).
e) Peran Serta Swasta dan Masyarakat
Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan air limbah, perilaku masyarakat dalam BAB, kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi
Hal - 54
terkait pengelolaan air limbah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana air limbah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah
1. Identifikasi Permasalahan Air Limbah
Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut
Tabel 8.34
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
No. Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan Dilakukan
-1 -2 -3 -4 -5
A. Kelembagaan: - Bentuk Organisasi - Tata Laksana (Tupoksi, SOP,dll) - Kualitas dan Kuantitas SDM
B. Perundangan terkait sektor air limbah (Perda, Pergub,
Perwali,)
C.
Pembiayaan: - Sumber-sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/kota
/swasta/masyarakat)
- Retribusi D. Peran serta Masyarakat dan swasta E. Teknis Operasional: 1. Sistem On-Site Sanitation:
- MCK - Jamban keluarga/cubluk/Septik tank - Septik tank komunal - PS Sanimas - Truk tinja - IPLT
2. Sistem Off Site Sanitation:
- Sambungan rumah - Sistem jaringan pengumpul - Sistem sanitasi berbasis masyarakat - IPAL
Hal - 55
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah:
a) Belum optimalnya penanganan air limbah b) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah c) Belum optimalnya manajemen air limbah:
Belum optimalnya perencanaan; belum memadainya penyelenggaraan air limbah.
2. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Setiap Kab/Kota wajib menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik Kab/Kota masing-masing terkait pembangunan sektor air limbah. Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air limbah, kejadian penyakit karena buruknya pengelolaan air limbah, perlindungan sumber air baku, kualitas kelembagaan, penggalian sumber dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.
Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 8.35
Tabel 8.35 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan
Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan
Dasar
Standar Pelayanan
Minimal Batas Waktu
Pencapaian
Ket
Indikator Nilai
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Air
Limbah Permukiman
Tersedianya
sistem air limbah setempat yang memadai.
60% 2014 Dinas yg
membidangi
PU
Tersedianya
sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota
5% 2014 Dinas yg
membidangi
PU
Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.
Hal - 56
7.4.1.3. Analisis Kebutuhan Air Limbah
A. Analisis Kebutuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).
Pada bagian ini Kab./Kota harus menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 8.36 berikut ini
Tabel 8.36 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
No Uraian Kondisi Eksisting
Kebutuhan
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
A Peraturan terkait sektor air limbah
- Ketersediaan Peraturan bidang Air Limbah
(Perda, Pergub, Perwali dst)
B Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP, dll)
- Kualitas dan kuantitas SDM
C Pembiayaan
- Sumber pembiayaan (APBD Prov/ Kab/ kota/
swasta/ masya- rakat/ dll)
- Tarif Retribusi
- Realisasi penarikan retribusi (%terhadap
target)
D
Peran swasta dan masyarakat
(Sudah ada/belum ada/bentuk kontribusi, dll)
E. Sistem setempat (on site)
- Ketersediaan dan kondisi IPLT (ada/tidak,baik/rusak)
- Kapasitas IPLT ……….M3
- Tingkat cakupan Pelayanan IPLT (% dari target)
- Ketersediaan dan kondisi Truk tinja (….unit,baik/rusak)
- Biaya O&P
Hal - 57
No Uraian Kondisi Eksisting
Kebutuhan
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
- Kualitas efluen IPLT ……….Mg/liter
- (BOD dan COD) ……….Mg/liter
- Ketersediaan Sistem pengolahan air limbah
skala kecil/kawasan/ komunitas (…….unit,baik/rusak)
F. Sistem Terpusat (off site)
- Ketersediaan dan kondisi IPAL (ada/tidak, baik/rusak)
- Kapasitas IPAL ……….M3
- Tingkat cakupan Pelayanan IPAL (% dari target)
- Biaya O&P
7.4.1.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah
A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal
Kriteria Lokasi Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang
memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);
kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
Lingkup Kegiatan: Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan
Sanitasi Berbasis Masyarakat;
pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;
pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah
(septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan
KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat;
pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;
membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu
pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan
pengelolaan Septic Tank;
produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Hal - 58
Kriteria Kesiapan: Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan);
sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang
(non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk
kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);
sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang
dibangun;
pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan.
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site)
dan Komunal
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal dipaparkan pada gambar 8.4
Gambar 8.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dan Komunal
Gambar 8.4 menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.
Hal - 59
B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota adalah:
Kriteria Lokasi: Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistem terpusat (sewerage
system) seperti Medan, Parapat, Batam, Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta,
Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin;
kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk tahun
pertama, yang terdiri dari 8 kota yaitu Bandar Lampung, Batam, Bogor, Cimahi,
Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru;
sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa.
Lingkup Kegiatan: Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan
atau meningkatkan kinerja pelayanan;
pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama
sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan perpipaan
untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam rangka
pemanfaatan kapasitas idle;
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan
operator IPAL;
sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;
produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan: Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (±6000 m²);
terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang;
sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;
pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa
lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat (off-site) dipaparkan dalam gambar 8.5
Hal - 60
Gambar 8.5 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota)
Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.
7.4.2. Persampahan
7.4.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20
Hal - 61
disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:
Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini
4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah; b. penyelenggaraan pengelolaan sampah; c. kompensasi; d. pengembangan dan penerapan teknologi; e. sistem informasi; f. peran masyarakat; dan g. pembinaan.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.
B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan
Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:
a. Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga (tidak termasuk tinja);
Hal - 62
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;
c. Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.
7.4.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
Persampahan
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota.
Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah
a. Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:
Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.
b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.
Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.
c. Keterbatasan Lahan TPA
Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.
2. Kemampuan Kelembagaan
Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.
Hal - 63
3. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hokum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah. Setiap kabupaten/kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing karena isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal- hal berikut ini:
a. Aspek teknis
Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:
1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan: Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari); Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari); Cakupan pelayanan (ha).
2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial); 3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce, reuse,
recycle); 4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan; 5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang ada; 6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
pengolahan, pembuangan akhir); 7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.
Hal - 64
Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel-tabel 8.37 dan 8.38.
Tabel 8.37 Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini
No. Uraian Volume Ket.
(1) (2) (3) (4)
1. Cakupan pelayanan ………. %
2. Perkiraan timbulan sampah ………...M3/hari
3.
Timbulan sampah yang terangkut:
- Permukiman - Non Permukiman - Total
………...M3/hari ………...M3/hari ………...M3/hari
4. Kapasitas Pelayanan TPA ………...M3/hari
Hal - 65
Tabel 8.38 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Sistem Pengelolaan/ Sub
Sistem Prasarana dan Sarana Satuan
Kapasitas per unit
Jumlah Lokasi
Layanan
Pengadaan
Kondisi Ket.
Tahun Sumber Dana
Jumlah Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DIKELOLA OLEH MASYARAKAT
Pewadahan. a. Bin/Tong Sampah
Pengumpulan
a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Lainnya
Penampungan Sementara
a. Transfer depo
b. Container
Pengangkutan a. Dump Truck
b. Arm Roll Truck
Pengolahan a. Pengomposan
b. Daur ulang
DIKELOLA OLEH PEMERINTAH
Pewadahan. a.Bin/Tong Sampah
Pengumpulan
a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Lainnya
Penampungan Sementara
a. Transfer depo
b. Container
Hal - 66
Sistem Pengelolaan/ Sub
Sistem Prasarana dan Sarana Satuan
Kapasitas per unit
Jumlah Lokasi
Layanan
Pengadaan
Kondisi Ket.
Tahun Sumber Dana
Jumlah Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengangkutan a. Dump Truck
b. Arm Roll Truck
Pengolahan a. Pengomposan
b. Daur ulang
Tempat Pengelolaan Akhir (TPA)
Nama dan Lokasi TPA:
A. TPA……………….Lokasi ……………..(sistem yang digunakan………………….)
B. TPA……………….Lokasi…………..(sistem yang digunakan………………….)
TPA …………
1. Pembuangan Akhir
a. Alat berat
b. Luas area TPA
2. Pengendalian pencemaran di TPA
a. Lapisan kedap air
b. Perpipaan pengumpul lindi
c. Instalasi pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
3. Sarana penunjang
Hal - 67
Sistem Pengelolaan/ Sub
Sistem Prasarana dan Sarana Satuan
Kapasitas per unit
Jumlah Lokasi
Layanan
Pengadaan
Kondisi Ket.
Tahun Sumber Dana
Jumlah Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
a. Jalan masuk
b. Kantor
c. Pos jaga
d. Bengkel, garasi, cuci kendaraan
e. Jembatan timbang
DIKELOLA OLEH SWASTA
Pewadahan. a. Bin/TongSampah
Pengumpulan a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
Penampungan Sementara
a. Transfer depo
b. Container
Pengangkutan a. Dump Truck
b. Arm Roll Truck
Pengolahan a. Pengomposan
b. Daur ulang
Tempat Pengelolaan Akhir (TPA)
Nama dan lokasi TPA:
A. TPA……………….Lokasi…………(sistem yang digunakan………………….)
B. TPA……………….Lokasi…………(sistem yang digunakan………………….)
Hal - 68
Sistem Pengelolaan/ Sub
Sistem Prasarana dan Sarana Satuan
Kapasitas per unit
Jumlah Lokasi
Layanan
Pengadaan
Kondisi Ket.
Tahun Sumber Dana
Jumlah Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
C. Dst.
TPA …………
1. Pembuangan Akhir
a. Alat berat
b. Luas area TPA
2. Pengendalian pencemaran di TPA
a. Lapisan kedap air
b. Perpipaan pengumpul lindi
c. Instalasi pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
3. Sarana penunjang
a. Jalan masuk
b. Kantor
c. Pos jaga
d. Bengkel, garasi, cuci kendaraan
e. Jembatan timbang
Hal - 69
b. Pendanaan
Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah kota/kabupaten untuk pengelolaan persampahan. Dalam aspek pendanaan perlu juga diuraikan tentang;
1) Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi); 2) Struktur biaya operasional;
Pengumpulan dan penyampuran; Penampungan sementara; Pengangkutan; Pembuangan akhir.
3) Struktur tarif retribusi; Kondisi dan kemampuan daerah; Kemampuan masyarakat; Institusi yang mengelola retribusi.
c. Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola persampahan saat ini. Termasuk juga informasi tentang:
1) Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan, kota/kabupaten dan regional;
2) Pemisahan fungsi regulator dan operator pengelolaan persampahan Kabupaten/Kota.
d. Peraturan Perundangan
Menguraikan peraturan-peraturan yang sudah ada saat ini yang terkait dengan pengelolaan persampahan (tingkat propinsi dan kabupaten/kota), diantaranya:
1) Peraturan perundangan tentang kebersihan; 2) Peraturan perundangan tentang Pembentukan badan pengelola persampahan
skala kota/kabupaten; 3) Peraturan perundangan tentang retribusi (struktur tarif, prosedur dan kewajiban
pelanggan); 4) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala
regional dengan pemerintah kota/kabupaten lain; 5) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala
kawasan dengan badan usaha swasta; 6) Peraturan perundangan tentang peran serta masyarakat.
Dalam aspek peraturan perundangan perlu juga diuraikan tentang Kesesuaian peraturan dan kondisi lapangan serta pelaksanaan peraturan yang ada
e. Peran Serta Masyarakat
Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan persampahan, perilaku
Hal - 70
masyarakat dalam pengelolaan sampah (apakah sudah melakukan 3R), kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan persampahan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan
i. Identifikasi Permasalahan Persampahan
Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan pada sub sektor persampahan. Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk tabel seperti yang dicontohkan pada tabel 8.39
Tabel 8.39 Contoh Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
No. Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah Dilakukan Yang akan Dilakukan
-1 -2 -3 -4 -5
A. Kelembagaan:
- Bentuk Organisasi Pengelola
- Tata Laksana (Tupoksi,SOP, Dll)
- Kuantitas dan Kualitas SDM
B. Pembiayaan:
- Sumber-sumber pembiayaan (APBD
Prov/ Kab/kota/swasta/ masyarakat/dll)
- Retribusi
C. Perundangan (Perda, Pergub, Perwali,dst)
D. Peran serta Masyarakat dan swasta
E. Teknis Operasional:
1. Dokumen perencanaan (MP, FS, DED)
2. Pewadahan
3. Pengumpulan
4. Penampungan Sementara
5. Pengangkutan
6. Pengolahan 3R
7. Pengelolaan Akhir di TPA
8. Pengendalian pencemaran di TPA
9. Sarana penunjang TPA
Hal - 71
Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah:
(1). Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per kapita meningkat);
(2). Belum optimalnya manajemen persampahan: a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring
dan evaluasi); b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan
(kapasitas, pendanaan dan asset manajemen); c. Belum memadainya penanganan sampah.
ii. Tantangan Pengembangan Persampahan
Setiap Kabupaten/Kota perlu menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik masing-masing daerah terkait pembangunan sektor persampahan. Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kelembagaan, penggalian sumber dana dari pihak swasta, peningkatan kondisi dan kualitas TPA melalui peningkatan komitmen stakeholder kota/kabupaten dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologi pengolahan sampah, peningkatan pelaksanaan program 3R, serta peningkatan upaya penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah.
Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimum. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PU No.14/PRT/M/2010 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM bdang Cipta Karya yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Persampahan. Target pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 8.40.
Tabel 8.40
Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar
Standar Pelayanan
Minimal Waktu
Penca paian
Ket Indikator Nilai
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Pengelolaan
sampah
Tersedianya fasilitas
pengurangan sampah di perkotaan.
20% 2014
Dinas yg
membidangi
PU
Tersedianya
sistem penanganan sampah di perkotaan.
70% 2014
Dinas yg
membidangi
PU
Hal - 72
7.4.2.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan
A. Analisis Kebutuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan persampahan kota, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).
Pada bagian ini Kabupaten/Kota harus menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 8.41 berikut ini:
Tabel 8.41 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
No Uraian Kondisi
Eksisting
Kebutuhan
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
A Peraturan terkait Persampahan
- Ketersediaan Peraturan bidang Persampahan (Perda, Pergub, Perwali dst)
B Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan tata laksana (Tupoksi,SOP, dll)
- Kualitas dan kuantitas SDM
C Pembiayaan
- Sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/kota/ swasta/ masya- rakat/ dll)
- Tarif Retribusi
- Realisasi penarikan retribusi (%terhadap target)
D
Peran swasta dan masyarakat (Sudah ada/belum ada/bentuk kontribusi, dll)
E. Teknis Operasional
1. Perencanaan (Dok. MP, FS, DED)
2. Prasarana & sarana Pewadahan (unit,kondisi) a. Bin/Tong Sampah Pengumpulan (unit,kondisi)
a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Lainnya Penampungan Sementara (unit,kondisi)
Hal - 73
No Uraian Kondisi
Eksisting
Kebutuhan
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
a. Transfer depo b. Container
c. lainnya Pengangkutan (unit,kondisi)
a. Dump Truck
b. Arm Roll Truck
c. Lainnya Pengolahan (unit,kondisi)
a. Pengomposan
b. Daur ulang TPA (unit,kondisi)
1. Pemerosesan Akhir
a. Alat berat (excavator, dll)
b. Lahan TPA ..........ha
2. Fasilitas umum (baik,rusak,
aspal,tanah, dll)
a. Jalan masuk
b. Air bersih
c.Kantor 3. Pengendalian pencemaran di TPA (tersedia/tida k)
a. Lapisan kedap air (ada/tidak,
b. pipa pengumpul lindi kondisi)
c. Instalasi pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
4. Sarana penunjang
a. Jalan operasi
b. Pos jaga c. Bengkel, garasi, tempat cuci
kendaraan
d. Jembatan timbang
e. Tanah penutup
Hal - 74
7.4.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan
A. Pembangunan Prasarana TPA
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
a. Lingkup Kegiatan :
Peningkatan Kinerja TPA Pembuatan tanggul keliling TPA, jalan operasional, perbaikan saluran
gas dan saluran drainase serta pembuatan sel dan lapisan bawah yang kedap sesuai persyaratan sanitary landfill;
Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan pemerintah kab./kota bersedia mengoperasikan TPA secara sanitary landfill;
Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling TPA, pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan timbang, kantor operasional oleh pemerintah kab./kota ;
Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan dana untuk pengolahan sampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah (melalui MoU Pemda dan Dit. PPLP);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate (IPL);
Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL; Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Pengembangan TPA Regional Penyiapan MOU antara 2 (dua) atau lebih kab./kota untuk pengelolaan TPA
bersama secara regional; Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA, serta yang bersedia menyediakan lahan sebagai lokasi TPA regional; Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada Provinsi,
selanjutnya Pemerintah Provinsi membentuk unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional;
Fasilitasi pembentukan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional.
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana yang ada Rehabilitasi Prasarana Sarana; Melengkapi Prasarana Sarana yang telah ada; Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.
Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan atau Pembinaan Sistem Modul Persampahan: Pengadaan dan penambahan peralatan; Pembangunan Prasarana dan sarana; Pilot Project TPA.
Hal - 75
Piranti Lunak Peningkatan kelembagaan; Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta; Penyiapan hukum dan kelembagaan.
b. Kriteria Kesiapan
Kondisi dan persyaratan perolehan program tersebut di atas adalah:
(1). Sudah memiliki RPI2-JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim
surat minat untuk mengikuti PPSP;
(2). Adanya minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk prasarana
yang direncanakan;
(3). Adanya dokumen Master Plan Persampahan/Studi/DED;
(4). Adanya kesiapan lahan;
(5). Adanya kesiapan institusi pengelola.
B. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu 3R
a. Lokasi:
Kawasan permukiman di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan berbasis masyarakat;
Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
b. Lingkup Kegiatan: Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat (sebagai pengelola), penyusunan
rencana kegiatan; Pembangunan hanggar, pengadaan alat pengumpul sampah, alat komposting; Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dapat difungsikan sebagai pusat
pengolahan sampah tingkat kawasan, daur ulang atau penanganan sampah lainnya dari kawasan yang bersangkutan;
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM dan pemberdayaan masyarakat;
Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM TPS 3R; Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
c. Kriteria Kesiapan: Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP; Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan); Penanganan secara komunal yang melayani sebagian/seluruh sumber sampah
yang ada di dalam kawasan; Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk mengurangi beban
sampah yang akan diangkut ke TPA; Pengoperasian dan pemilahan system ini dibiayai dan dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri; Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
Hal - 76
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan dipaparkan pada gambar 8.6 berikut.
Sumber: Direktorat Pengembangan PLP
Gambar 8.6 Sistem Pengelolaan Sampah
Dalam pembangunan infrastruktur TPA, pemerintah pusat mempunyai peran membangun TPA Regional dan pengadaan alat berat yang diperlukan, revitalisasi TPA menjadi semi sanitary/control landfill; pilot pembangunan TPA kota dengan sistem semi sanitary/control landfill dan pilot pembangunan STA antara. Dalam pembangunan TPST 3R pemerintah pusat melakukan Pilot pembangunan TPS 3R serta penyediaan tenaga fasilitator pada waktu persiapan pelaksanaan dan program pelatihan. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyiapan lahan, biaya operasi dan pemeliharaan, penyiapan transportasi dari sumber ke TPA, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.
7.4.3. Drainase 7.4.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Drainase
A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem pengelolaan drainase, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.
Hal - 77
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumber daya air
3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014
Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.
B. Ruang Lingkup Pengelolaan Drainase
Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.
Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.
7.4.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan
Tantangan Drainase
A. Isu Strategis Pengembangan Drainase
Kab/Kota wajib melakukan rumusan isu strategis pengembangan Drainse di daerah Kabupaten/Kota yang sedang berkembang dan membutuhkan penanganan. Dalam melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kabupaten/Kota.
Hal - 78
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara lain:
1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
2. Pengendalian debit puncak Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.
3. Kelengkapan perangkat peraturan Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:
Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan
pengambilan air tanah secara besar- besaran, pembuangan sampah di saluran,
pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land),
termasuk sanksi yang diterapkan.
Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya,
agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.
Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta
dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan
dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.
5. Kemampuan Pembiayaan Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.
6. Penanganan Drainase Belum Terpadu Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.
Setiap Kab./Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan drainase perkotaan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
Hal - 79
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase
Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Proporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan kondisi berfungsi
baik/mengalir lancar mencapai 52,83% b. Proporsi rumah tangga dengan kondisi saluran drainase mengalir lambat atau tergenang
mencapai 14,49% c. Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68%.
Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
a) Aspek teknis
Menguraikan dan melampirkan peta yang berisi kondisi jaringan drainase kota, baik kondisi fisik, kapasitas saluran dan fungsinya. Diuraikan juga sejauh mana sistem jaringan yang ada berfungsi dalam mengatasi masalah genangan/banjir yang terjadi. Perlu juga digambarkan mengenai daerah dan tingkat pelayanan sistem drainase yang ada dilihat dari cakupan daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air hujan, serta perlu di jelaskan daerah rawan genangan di Kota/Kabupaten masing-masing.
Pada aspek teknis ini perlu ditampilkan:
1. Gambar peta genangan Kabupaten/Kota. 2. Gambar peta jaringan sistem drainase (klasifikasi sistem drainase primer dan sekunder
termasuk jaringan jalan kota).
Tabel 8.42 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase
No
Nama
Jalan/Lokasi
Saluran
Pan-
jang
(m)
Dimensi Luas
Catch-
ment Area
(Ha)
Pengadaan
Tinggi
(m)
Lebar
(m)
Kon-
disi
Ta-
hun
Sumber
Dana
Jumlah
Biaya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1.
2.
3.
Saluran A
Saluran B Saluran C
b) Pendanaan
Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti pembiayaan pembangunan serta anggaran Pemda (APBD) untuk O&P sarana prasarana yang ada
c) Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan drainase perkotaan yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola drainase perkotaan saat ini.
d) Peraturan Perundangan
Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan yang dimiliki saat ini oleh masing-masing Kabupaten/Kota misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola, perundangan misalnya kejadian untuk tidak bermukim di bantaran sungai atau saluran drainase, masalah pertanahan di perkotaan yang relatif rumit, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).
Hal - 80
e) Peran Serta Masyarakat dan swasta
Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan pembangunan sistem drainase perkotaan. Bagian ini menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan yang meliputi kesediaan masyarakat peduli dan menjaga aliran drainase, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana drainase serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Drainase
1. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan
Setiap Kab/Kota perlu menguraikan permasalahan yang dihadapi masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor drainase. Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah:
Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;
Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.
Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk Tabel Identifikasi permasalahan seperti tabel 8.43:
Tabel 8.43 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase
No.
Aspek Pengembangan
Drainase
Permasa-
lahan
Tindakan
Yang Sudah
Dilakukan
Yang akan
Dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5)
A. Kelembagaan: - Bentuk Organisasi Pengelola - Tata Laksana (Tupoksi,
SOP, Dll)
- Kuantitas dan Kualitas SDM B. Pembiayaan:
- Sumber-sumber pembiayaan
(APBD Prov/ Kab/kota/
swasta/ masyarakat/dll)
C.
Perundangan terkait sektor
drainase (Perda, Pergub,
Perwali,dst)
D. Peran serta Masyarakat dan
swasta
Teknis Operasional PS:
1. Aspek Perencanaan (Master
Plan, FS, DED)
Hal - 81
2. A. Saluran
Primer
Sekunder Tersier
B. Turap
C. Bangunan pelengkap
(gorong-gorong, pintu air, pompa,
talang, dst)
D. Waduk,kolam retensi,
sumur resapan
2. Tantangan Pengembangan Drainase
Setiap Kab/Kota wajib menguraikan tantangan sesuai karakteristik Kab/Kota masing-masing terkait pembangunan sektor drainase. Tantangan yang dihadapi secara umum di Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM CK yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 8.44.
Tabel 8.44 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan
Permen PU No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan
Dasar
Standar Pelayanan Minimal Batas
Waktu
Pencapai
an
Ket Indikator Nilai
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Drai-
nase
Tersedianya sistem
jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun
50
%
2014 Dinas yg
membida
ngi PU
Hal - 82
7.4.3.3. Analisis Kebutuhan Drainase
A. Analisis Kebutuhan
Pada bagian ini Kab./Kota harus menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Analisis yang terkait dengan kebutuhan drainase adalah analisis Bidang Teknis maupun non teknis yang mencakup kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam table 8.45 berikut ini.
Tabel 8.45 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah
N o
Uraian Kondisi
Eksisting Kebutuhan
Tahu n I
Tahu n II
Tahu n III
Tahu n IV
Tahu n V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
A Peraturan terkait sektor drainase
- Ketersediaan
Peraturan drainase (Perda, Pergub, Perwali dst)
B Kelembagaan
- Bentuk Organisasi
- Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP,
dll)
- Kualitas dan kuantitas
SDM
C Pembiayaan
- Sumber pembiayaan
(APBD Prov/ Kab/ kota/ swasta/ masya- rakat/ dll)
D Peran swasta dan masyarakat (Sudah ada/belum ada/ bentuk kontribusi, dll)
Teknis Operasional PS
1.
Aspek Perencanaan (Master Plan, FS, DED)
2. A. Saluran
Primer
Sekunder
Tersier
B. Turap
C. Bangunan pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa, talang, dst)
D. Waduk, kolam retensi, sumur resapan
7.4.3.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase
B. Pembangunan Prasarana Drainase
Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan
Kriteria Lokasi : Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk tahun
pertama;
Hal - 83
Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/Kota Besar)
yang rawan genangan.
Lingkup Kegiatan : Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam retensi, dan
bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah, dsb);
Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) oleh pemerintah
kab.kota;
Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase termasuk kegiatan
pembersihan sampah di sekitar saluran drainase; Produk materi penyuluhan/promosi
kepada masyarakat;
Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat,
pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan : Sudah memiliki RPI2JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat
untuk mengikuti PPSP;
Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan;
Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem pengendali banjir;
Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;
Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab);
Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan
pemeliharaan;
Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan pada gambar 8.7 berikut
Gambar 8.7 Sistem Drainase Perkotaan
Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi
Hal - 84
7.4.4. Usulan Program Dan Kegiatan 7.4.4.1. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.
Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program. Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: 1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur
Tinja (IPLT); 2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat
(khusus bagi kawasan kumuh dan padat); 3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan; 5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah; 6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan sarana yang
telah dibangun. 7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan berikut ini: 1. Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah; 2. Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R; 3. Operasi dan pemeliharaan; 4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan persampahan; 5. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R; 6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED
Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: 1. Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada; 2. Pembangunan saluran yang baru; 3. Operasi dan pemeliharaan; 4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan drainase; 5. Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi Pemerintahan
Kabupaten /Kota dan masyarakat; 6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
7.4.4.2. Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi
Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi program pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana
Hal - 85
sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.
Format pembiayaan kegiatan drainase disesuaikan dengan arahan bidang keuangan, secara garis besar terdiri dari tabel program belanja (expenditures programme), tabel financing plan, dan tabel memorandum proyek seperti pada tabel 8.46.
Hal - 86
Tabel 8.46 Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kabupaten/Kota
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kota Ambon SwastaMasyaraka
tDAK Tahun Score
- - -
- - -
- - -
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON lap 1 200,000.00 0 0 0 0 0 2016 35
- - -
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON lap 1 15,000.00 0 0 0 0 0 2016 30
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON lap 1 15,000.00 0 50,000.00 0 0 0 2016 35
KAWASAN PASSO lap 1 15,000.00 0 0 0 0 0 2016 25
KAWASAN NEGERI LAHA lap 1 15,000.00 0 0 0 0 0 2016
KAWASAN DESA TAWIRI lap 1 15,000.00 2016
KAWASAN NEGERI HUTUMURI lap 1 15,000.00 2016
KAWASAN NEGERI LEIHARI lap 1 15,000.00 2016
KAWASAN KELURAHAN
WAIHAONG lap 1 15,000.00 2016
KAWASAN DESA BATAU MERAH lap 1 15,000.00 2016
DESA PASSO Unit 3 225,000.00 2016
NEGERI LEIHARI Unit 5 375,000.00 2016
NEGERI HUTUMURI Unit 6 450,000.00 2016
DESA TAWIRI Unit 7 525,000.00 2016
NEGERI LAHA Unit 7 525,000.00 2016
KELURAHAN WAIHAONG Unit 5 375,000.00 2016
Desa Batu Merah Unit 10 750,000.00 2016
TERMINAL TRANSIT Unit 1 600,000.00 2016
PASAR BATU MERAH Unit 1 600,000.00 2016
PASAR RUMAH TIGA Unit 1 600,000.00 2016
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 250,000.00 0 0 0 0 0 2016 35
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON lap 1 70,000.00 0 0 0 0 0 2017 25
MALUKU lap 7 5,743,000.00 0 0 0 0 0 2017 60
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON lap 1 300,000.00 0 0 0 0 0 2017 25
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Unit 1 350,000.00 0 0 0 0 0 2017 30
- - -
- - -
Urimessing Kab/Kota 1,000,000 2,300,000.00 0 500,000.00 0 0 0 2015 0
Meter 250 0 0 242,600.00 0 0 0 2015 0
Meter 320 0 0 242,600.00 0 0 0 2015 0
Meter 210 0 0 197,241.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 165 0 0 162,500.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 165 0 0 161,900.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 98 0 0 96,079.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 164 0 0 160,700.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 98 0 0 96,857.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 165 0 0 162,315.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA Meter 165 0 0 92,407.00 0 0 0 2015 0
2,414,003,004,489,520 Pengadaan mobil operasional UPTD Pengelolaan Air Limbah
2,414,003,002,489,640 Promosi UPTD Pengelolaan Air Limbah di 5 Kecamatan
2,414,003,002,489,520
Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Kemitraan dalam Bidang
Pengembangan PLP
2,414,003,002,489,510
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air limbah di 5
kecamatan
Pembangunan Toilet Umum Pasar Batu Merah
Pembangunan Toilet Umum Pasar Rumah Tiga
2,414,003,004,489,600 Penyusunan RANPERDA Air Limbah Domestik
Pembangunan Septik Tank Komunal Kelurahan Waihaong
Pembangunan Septik Tank Komunal Desa Batu Merah
Pembangunan Toilet Umum Terminal Transit Paso
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Drainase Desa Passo
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Drainase Desa Latuhalat RT.002/06 (dusun Tupang)
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Drainase Batu Merah RT. 002/19 (Lorong Putri)
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Drainase Negeri Halong Baru RT.001/01
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Drainase Desa Latta
2,414,006,001,489,480 Pembangunan Drainase Negeri Rumah Tiga
2,414,006,001,489,480 Pembangunan Drainase Batu Merah RT 004/17
2,414,006,001,489,480 Pembangunan Drainase Batu Merah RT. 001/06 (kuburan diponegoro)
2,414,006,001,489,570 Pembangunan Drainase Perkotaan
2,414,006,001,489,480 Pembangunan Drainase Kelurahan Urimesing
2,414,006,001,489,480 Pembangunan Drainase Kelurahan Nusaniwe
2,414,003,001,489,630 Pelatihan teknis operasional IPLT
2414 PLP
Pembangunan Septik Tank Komunal Negeri Hutumuri
Pembangunan Septik Tank Komunal Desa Tawiri
Pembangunan Septik Tank Komunal Negeri Laha
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Pembangunan Septik Tank Komunal Desa Passo
Pembangunan Septik Tank Komunal Negeri Leihari
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
2,414,003,002,489,510 Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
2,414,003,002,489,640 Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air limbah
2,414,003,002,489,610 Promosi UPTD Pengelolaan Air Limbah
2,414,006 Sistem Pengelolaan Drainase Perkotaan
2,414,006,001 Sistem Pengelolaan Drainase Perkotaan
2,414,003,002
Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Kemitraan dalam Bidang
Pengembangan PLP
2,414,003 Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan PLP
2,414,003,001
Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Bidang Pengembangan
PLP
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket
Hal - 87
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kota Ambon SwastaMasyaraka
tDAK Tahun Score
- - -KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA paket 1 0 0 185,037.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA paket 1 0 0 120,787.00 0 0 0 2015 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Meter 700 0 0 692,159.00 0 0 0 2016 70
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Meter 300 0 0 298,500.00 0 0 0 2016 70
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Meter 300 0 0 298,500.00 0 0 0 2016 65
KAWASAN PASSO paket 1 0 0 0 0 0 950,000.00 2016 20
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 0 0 0 0 0 750,000.00 2016 20
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 0 0 300,000.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PESISIR TELUK AMBON paket 1 0 0 0 0 0 900,000.00 2016 20
KAWASAN PASSO paket 1 0 0 800,000.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PELESTARIAN ADAT
ISTIADAT/BUDAYA paket 1 0 0 557,703.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PASSO Dokumen 1 0 0 104,000.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PASSO Dokumen 1 0 0 49,731.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PASSO Dokumen 1 0 0 78,000.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PASSO Dokumen 1 0 0 62,268.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 51,566.00 0 0 0 2016 20
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 38,674.00 0 0 0 2016 20
Ds. Passo Kec. Teluk Baguala Kab/Kota 1,000,000 9,900,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2016 0
Batu Merah/Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 90,000.00 0 0 0 2016 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 51,566.00 0 0 0 2020 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 38,674.00 0 0 0 2020 0
Ds. Passo Kec. Teluk Baguala Kab/Kota 1,000,000 9,900,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2020 0
Batu Merah/Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 90,000.00 0 0 0 2020 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 51,566.00 0 0 0 2021 20
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 38,674.00 0 0 0 2021 20
Ds. Passo Kec. Teluk Baguala Kab/Kota 1,000,000 9,900,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2021 0
Batu Merah/Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 90,000.00 0 0 0 2021 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 51,566.00 0 0 0 2019 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Dokumen 1 0 0 38,674.00 0 0 0 2019 0
Ds. Passo Kec. Teluk Baguala Kab/Kota 1,000,000 9,900,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2019 0
Batu Merah/Passo Laporan 1,000,000 150,000.00 0 90,000.00 0 0 0 2019 0
- - -
- - -
Toisapu Kab/Kota 1,000,000 10,000,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2014 0
Toisapu Kab/Kota 1,000,000 10,000,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2019 0
Toisapu Kab/Kota 1,000,000 10,000,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2020 0
Toisapu Kab/Kota 1,000,000 10,000,000.00 0 2,000,000.00 0 0 0 2021 0
- - -
- - -
Nusaniwe Kab/Kota 1,000,000 50,000.00 0 15,000.00 0 0 25,000.00 2017 0
Nusaniwe Laporan 1,000,000 250,000.00 0 0 0 0 125,000.00 2017 0
Nusaniwe Laporan 1,000,000 50,000.00 0 0 0 0 25,000.00 2017 0
Nusaniwe Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2017 0
Toisapu 1,500,000.00 300,000.00 2018
Kecamatan Teluk Ambon/
Kecamatan Nusaniwe 1,500,000.00 300,000.00 2018
Kota Ambon Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2018 0
Kota Ambon Kab/Kota 1,000,000 50,000.00 0 15,000.00 0 0 25,000.00 2018 0
Kota Ambon Laporan 1,000,000 250,000.00 0 0 0 0 125,000.00 2018 0
Kota Ambon Laporan 1,000,000 50,000.00 0 0 0 0 25,000.00 2018 0
Kota Ambon Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 750,000.00 2018 0
2,414,006,001,489,670 Supervisi Drainase Primer
2,414,006,001,489,460 Perencanaan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,460 Pengawasan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,670 Lanjutan Pembangunan drainase perkotaan
2,414,007,001,489,650 Lanjutan Peningkatan TPA Regional dan Sanitary Landfill
2,414,006,001,489,460 Perencanaan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,460 Pengawasan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,670 Lanjutan Pembangunan drainase perkotaan
2,414,006,001,489,670 Supervisi Drainase Primer
2,414,006,001,489,670 Lanjutan Pembangunan drainase perkotaan
2,414,006,001,489,670 Supervisi Drainase Primer
2,414,007,001,489,650 Lanjutan Peningkatan TPA Regional dan Sanitary Landfill
2,414,006,001,489,460 Perencanaan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,460 Pengawasan Pembangunan Drainase
2,414,007,001,489,650 Lanjutan Peningkatan TPA Regional dan Sanitary Landfill
Pembangunan PS Sampah Terpadu 3 R
2,414,008,001,489,540
2,414,008,001,489,540
2,414,008,001,489,710 Pembangunan PS Sampah Terpadu 3 R
2,414,008,001,489,550 Pengadaan Peralatan Penunjang Sampah Terpadu 3 R
2,414,008,001,489,540 Perencanaan Sampah Terpadu 3 R
Pembangunan / Peningkatan Kualitas Tempat Pembuangan Akhir
Pembangunan Stasiun Antara Tempat Akhir Sampah
2,414,008,001,489,550 Supervisi PS Sampah 3 R
2,414,008,001,489,540
2,414,008,001,489,540 Perencanaan Sampah Terpadu 3 R
2,414,008,001,489,550 Supervisi PS Sampah 3 R
2,414,008,001,489,540 Pembangunan PS Sampah Terpadu 3 R
2,414,008 Sistem Penanganan Persampahan Skala Kota
2,414,008,001 Sistem Penanganan Persampahan Skala Kota
2,414,008,001,489,550 Pengadaan Peralatan Penunjang Sampah Terpadu 3 R
2,414,006,001,489,460 Pengawasan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,670 Lanjutan Pembangunan drainase perkotaan
2,414,006,001,489,670 Supervisi Drainase Primer
2,414,006,001,489,460 Pengawasan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana air Bersih
2,414,006,001,489,460 Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih
2,414,006,001,489,460 Perencanaan Pembangunan Drainase
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Negeri Halong
2,414,006,001,489,470 Perencanaan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana air Bersih
2,414,006,001,489,460 Pengawasan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih
2,414,006,001,489,500 Pembangunan sarana dan prasarana Air Bersih Batu Merah
2,414,006,001,489,500 Rehabilitasi sarana dan prasarana Air Bersih Dusun Eri
2,414,006,001,489,470 Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Halong Pengungsi Batu Gajah
2,414,006,001,489,500 Pembangunan Drainase Kelurahan Nusaniwe
2,414,006,001,489,500 Rehabilitasi sarana dan prasarana Air Bersih Desa Waiheru
2,414,006,001,489,500 Rehabilitasi sarana dan prasarana Air Bersih Batu Meja
2,414,007,001,489,650 Lanjutan Peningkatan TPA Regional dan Sanitary Landfill
2,414,006,001,489,470 Pengawasan Pembagunan Drainase
2,414,007 Sistem Penanganan Persampahan Skala Regional
2,414,007,001 Sistem Penanganan Persampahan Skala Regional
2,414,006,001,489,510 Pembangunan Drainase karpan Inatuni
2,414,006,001,489,500 Pembangunan Drainase Kelurahan Uritetu
2,414,006,001,489,470 Perencanaan Pembagunan Drainase
2414 PLP
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket
Hal - 88
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kota Ambon SwastaMasyaraka
tDAK Tahun Score
- - -
5 KECAMATAN Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 2019 0
Laha Kec. Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 2021
Laha Kec. Teluk Ambon Kawasan 1,000,000 1,500,000.00 0 300,000.00 0 0 2020
- - -
- - -
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Unit 1 250,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON Unit 1 200,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 250,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON KK 1 500,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
- - -
KAWASAN PASSO paket 1 10,000,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
KAWASAN PUSAT KOTA AMBON paket 1 10,000,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
KAWASAN PASSO paket 1 100,000,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
DESA NANIA Paket 1 400,000.00 0 0 0 0 0 2017 0
DESA BATU MERAH Paket 1 400,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN SIRIMAU Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN NUSANIWE Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN T.A BAGUALA Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN TELUK AMBON Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN SIRIMAU Unit 20 1,500,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN NUSANIWE Unit 20 1,500,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
KECAMATAN T.A BAGUALA Unit 15 1,125,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
TELUK AMBON Unit 10 750,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
LEITIMUR SELATAN Unit 10 750,000,000.00 0 0 0 0 0 2017
DESA NANIA Paket 1 12,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
DESA BATU MERAH Paket 1 12,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN SIRIMAU Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN NUSANIWE Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN T.A. BAGUALA Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN TELUK AMBON Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN Paket 1 15,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN SIRIMAU Unit 20 1,500,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN NUSANIWE Unit 20 1,500,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN T.A. BAGUALA Unit 15 1,125,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN TELUK AMBON Unit 10 750,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
KECAMATAN LETISEL Unit 10 750,000,000.00 0 0 0 0 0 2018
DESA NANIA paket 1 0 0 14,000,000.00 0 0 0 2019
DESA BATU MERAH paket 1 0 0 14,000,000.00 0 0 0 2019
KECAMATAN SIRIMAU paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2019
KECAMATAN NUSANIWE paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2019
KECAMATAN T.A BAGUALA paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2019
KECAMATAN TELUK AMBON paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2019
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2020
KECAMATAN SIRIMAU Unit 20 1,600,000,000.00 0 0 0 0 0 2020
KECAMATAN NUSANIWE Unit 20 1,600,000,000.00 0 0 0 0 0 2020
KECAMATAN T.A BAGUALA Unit 15 1,200,000,000.00 0 0 0 0 0 2020
KECAMATAN TELUK AMBON Unit 10 800,000,000.00 0 0 0 0 0 2020
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN Unit 10 800,000,000.00 0 0 0 0 0 2020
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Teluk Ambon
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Lei Timur Selatan
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Sirimau
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Nusaniwe
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan T.A. Baguala
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tangki Ipal
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tangki Ipal
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,008,001,489,710 Pembangunan PS Sampah Terpadu 3 R
2,414,014,002,489,530
2,414,008,001,489,710 Pembangunan PS Sampah Terpadu 3 R
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Nusaniwe
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan T.A. Baguala
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Teluk Ambon
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Leitimur Selatan
2,414,008,001,489,710 Pembangunan PS Sampah Terpadu 3 R
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Limbah
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Sirimau
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tanki Ipal
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tanki Ipal
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Nusaniwe
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan T.A. Baguala
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Teluk Ambon
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Leitimur Selatan
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air limbah
Sosialisasi dan Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan air limbah
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Sirimau
2,414,014,002,489,530 Pemeliharaan Pipa Komunal dan Pompa Submersible
2,414,014,002,489,530 Pemeliharaan Pipa Komunal dan Pompa Submersible
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tanki IPAL
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tanki IPAL
2,414,014,001,489,510 Pengadaan Truck Tinja
2,414,014,002 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat Skala Kota
2,414,014,002,489,600 Pemeliharaan Pipa Komunal dan Pompa Submersible
2,414,014,001,489,630 Pengadaan motor penyedot tinja
2,414,014,001,489,610 Pengadaan motor penggelontor (jet sewer)
2,414,014,001,489,520
Pengadaan Alat Pelindung Diri bagi tenaga operator UPTD Pengelolaan Air
Limbah
2,414,014 Sistem Pengolahan Air Limbah Skala Kota
2,414,014,001 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Skala Kota
2414 PLP
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket
Hal - 89
Lokasi Volume Satuan APBN APBD Provinsi APBD Kota Ambon SwastaMasyaraka
tDAK Tahun Score
- - -
DESA NANIA paket 1 0 0 14,000,000.00 0 0 0 2020 -
DESA BATU MERAH paket 1 0 0 14,000,000.00 0 0 0 2020 -
KECAMATAN SIRIMAU paket 1 0 0 5,000,000.00 0 0 0 2020 -
KECAMATAN NUSANIWE paket 1 0 0 5,000,000.00 0 0 0 2020 0
KECAMATAN T.A BAGUALA paket 1 0 0 5,000,000.00 0 0 0 2020 -
KECAMATAN TELUK AMBON paket 1 0 0 5,000,000.00 0 0 0 2020 -
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN paket 1 0 0 5,000,000.00 0 0 0 2021 0
KECAMATAN SIRIMAU paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2021 -
KECAMATAN NUSANIWE paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2021 0
KECAMATAN T.A BAGUALA paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2021 0
KECAMATAN TELUK AMBON paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2021 0
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN paket 1 0 0 15,000,000.00 0 0 0 2021 -
KECAMATAN SIRIMAU Unit 20 1,600,000,000.00 0 0 0 0 0 2021 -
KECAMATAN NUSANIWE Unit 20 1,600,000,000.00 0 0 0 0 0 2021 0
KECAMATAN T.A BAGUALA Unit 15 1,200,000,000.00 0 0 0 0 0 2021 -
KECAMATAN TELUK AMBON Unit 10 800,000,000.00 0 0 0 0 0 2021 -
KECAMATAN LEITIMUR SELATAN Unit 10 800,000,000.00 0 0 0 0 0 2021
TOTAL 23,630,458,000.00 255,441,821.00
Subtotal 2014 10,000,000.00 2,000,000.00
Subtotal 2015 - 2,000,000.00
Subtotal 2016 15,515,000.00 5,471,101.00
Subtotal 2017 5,833,443,000.00 315,000.00
Subtotal 2018 5,718,350,000.00 1,215,000.00
Subtotal 2019 21,550,000.00 92,480,240.00
Subtotal 2020 6,020,050,000.00 67,480,240.00
Subtotal 2021 6,011,550,000.00 84,480,240.00
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
2,414,014,002,489,530
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Sirimau
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Nusaniwe
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan T.A. Baguala
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Teluk Ambon
Pembangunan Septik Tank Komunal Kecamatan Lei Timur Selatan
Pemeliharaan Septik Tank Komunal Kecamatan Lei Timur Selatan
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Sosialisasi dan Pendampingan masyarakat dalam pengelolaan air Limbah
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tangki Ipal
Pemeliharaan Pipa Komunal dan Tangki Ipal
Pemeliharaan Septik Tank Komunal Kecamatan Sirimau
Pemeliharaan Septik Tank Komunal Kecamatan Nusaniwe
Pemeliharaan Septik Tank Komunal Kecamatan T.A. Baguala
Pemeliharaan Septik Tank Komunal Kecamatan Teluk Ambon
2414 PLP
Wilayah : MALUKU KOTA AMBON
Kode Output-Paket