bab vi penutup 6.1 sms tauhiid sebagai quasi religious...

16
274 BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi-Religious Media SMS Tauhiid merupakan salah satu fenomena pertarungan logika agama dan logika media yang dalam berbagai kondisi telah memperlihatkan bukti bahwa logika media lebih dominan. SMS Tauhiid tidak hanya merupakan salah satu bentuk agama yang termediasi, tetapi juga telah mengalami mediatisasi yang ditandai dengan tindakan adopsi dan internalisasi logika media dalam praktik tausiah sebagai salah salah satu praktik sosial agama. Meluasnya peran media dalam konteks transmisi informasi keagamaan telah berkonsekuensi pada semakin menguatnya media sebagai institusi dalam menggantikan peran sosial-kultural agama di tingkat publik. SMS Tauhiid bukan lagi merupakan medium yang mentransmisi informasi keagamaan tetapi juga telah menjadi semacam provider dan distributor pesan-pesan agama. Fenomena ini identik dengan salah satu implikasi mediatisasi agama yang dikemukakan oleh Hjarvard (2008, 2012) sebagai fenomena journalism on religion. Istilah journalism on religion yang dikemukakan Hjarvard pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kedigdayaan logika media atas yang

Upload: hoangdung

Post on 24-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

274

BAB VI

PENUTUP

6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi-Religious Media

SMS Tauhiid merupakan salah satu fenomena pertarungan logika agama

dan logika media yang dalam berbagai kondisi telah memperlihatkan bukti

bahwa logika media lebih dominan. SMS Tauhiid tidak hanya merupakan salah

satu bentuk agama yang termediasi, tetapi juga telah mengalami mediatisasi

yang ditandai dengan tindakan adopsi dan internalisasi logika media dalam

praktik tausiah sebagai salah salah satu praktik sosial agama.

Meluasnya peran media dalam konteks transmisi informasi keagamaan

telah berkonsekuensi pada semakin menguatnya media sebagai institusi dalam

menggantikan peran sosial-kultural agama di tingkat publik. SMS Tauhiid

bukan lagi merupakan medium yang mentransmisi informasi keagamaan tetapi

juga telah menjadi semacam provider dan distributor pesan-pesan agama.

Fenomena ini identik dengan salah satu implikasi mediatisasi agama yang

dikemukakan oleh Hjarvard (2008, 2012) sebagai fenomena journalism on

religion. Istilah journalism on religion yang dikemukakan Hjarvard pada

dasarnya merupakan salah satu bentuk kedigdayaan logika media atas yang

Page 2: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

275

menggantikan tokoh atau institusi agama sebagai referensi tradisional dari

agama.

Meskipun SMS dan telepon seluler merupakan salah satu bentuk media

baru dengan karakter yang berbeda dengan fokus penelitian Hjarvard, namun

mediatisasi agama pada keduanya memunculkan gejala yang serupa yakni dalam

hal bahwa keduanya mengimplikasikan substitusi peran agama oleh media

karena memperlihatkan logika media yang lebih besar sehingga berpotensi pada

penciptaan makna-makna baru bagi agama dan dapat berujung pada

sekularisasi. Sekularisasi dalam konteks ini dipandang sebagai hilangnya

dominasi insitusi dan simbol-simbol agama (Berger, 1967: 107). Dalam

pandangan Berger, sekularisasi secara umum bukanlah fenomena hilangnya

agama dari masyarakat, akan tetapi berkurangnya bentuk-bentuk peran agama

yang melembaga dalam masyarakat atau bahkan lahir dengan bentuk baru.

Simplifikasi dan reduksi makna agama sebagai implikasi dari mediatisasi

dalam kasus SMS Tauhiid sebagai institusi mengindikasikan bahwa media tidak

hanya melakukan konstruksi atas makna-makna agama, tetapi juga turut

membentuk, membatasi, dan menciptakan pola-pola baru keberagamaan.

Sebagai praktik baru agama, SMS Tauhiid mengubah tausiah sebagai

komunikasi keagamaan pada 3 (tiga) aspek, yakni; aspek proses, interaksi dan

relasi.

Page 3: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

276

Pada aspek proses, SMS Tauhiid telah mengubah proses tausiah menjadi

lebih bersifat virtual disebabkan oleh disebabkan telepon seluler yang dapat

menciptakan lingkungan virtual dan cyberspace. Virtualitas SMS Tauhiid

berkonsekuensi secara sosial maupun kultural dimana proses tausiah tidak lagi

terjadi secara fisik karena tidak membutuhkan tempat. Sebagai sesuatu yang

lebih bersifat virtual dan mekanis, SMS Tauhiid mengubah cara jamaah dalam

mempersepsi dan memahami makna-makna agama dan spiritual yang disajikan

sebagai konten. SMS Tauhiid telah dipandang sebagai agen ‘penganjur agama’

sebagaimana layaknya tokoh agama dalam proses tausiah pada konteks

tradisional.

Pada aspek interaksi, disebabkan oleh teknologi SMS yang bersifat

asynchronous, SMS Tauhiid mengimplikasikan respon jamaah atau tausiah

tersebut yang dapat bersifat optional dalam arti bahwa mereka dapat mengikuti

atau mengabaikannya begitu saja. Meskipun tausiah seringkali bersifat satu arah,

namun SMS Tauhiid telah memposisikan jamaah atau audiens dalam posisi

yang benar-benar pasif. Satu-satunya tindakan aktif mereka adalah ketika

melakukan pendaftaran sebagai pelanggan yang selanjutnya mereka hanya akan

menerima konten secara pasif, bahkan tanpa mereka minta.

SMS Tauhiid juga menggambarkan interaksi yang lebih bersifat simbolik

dengan motif lain. Para pelanggan tidak hanya menjadi bagian dari aktivitas

Page 4: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

277

tausiah tetapi juga sebagai pengguna teknologi. Dengan kata lain, untuk

berinteraksi dengan tausiah sebagai pesan agama, mereka harus berinteraksi

dengan perangkat teknologi. Hal ini mengindikasikan sifat mekanis tidak hanya

muncul pada tingkat produksi makna, tetapi juga pada level konsumsi.

Pada aspek relasi antara tokoh agama dengan jamaah, SMS Tauhiid telah

mengubah relasi antara tokoh agama dan jamaah menjadi lebih bersifat mekanis

antara produsen dan konsumen. Virtualisasi tausiah dalam SMS Tauhiid telah

mendefinisikan identitas tokoh agama dan jamaah dengan cara lain.

Berlangganan SMS Tauhiid bukan hanya merupakan bentuk dari praktik agama,

tetapi juga tindakan konsumtif.

Oleh karena itu dengan berbagai indikasi, cita-cita ideal Aa Gym untuk

menjadikan SMS Tauhiid sebagai media religius atau media yang melayani

kepentingan agama justru telah mengalami kegagalan karena yang kemudian

terjadi adalah sebaliknya, agama harus mengikuti logika media selepas SMS

Tauhiid mengalami institusionalisasi.

Alih-alih menjadi media religius, SMS Tauhiid justru lebih merupakan

media yang hanya bersifat quasi-religius (seolah-olah agama). Dalam term Paul

Tillich, quasi-religion merujuk pada fenomena pertemuan agama-agama dan

tantangan sekularisme yang dihadapi oleh agama. Menurutnya, quasi-religion

merupakan anak kandung yang lahir dari agama dan nilai-nilai sekuler,

Page 5: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

278

“…quasi-religions which are based upon secularism” (dalam Rizotti, 2012) karena

“menunjukkan kesamaan asali berdasarkan identitas agama secara umum.”

Dengan cara yang sama, menguatnya logika media—yang lebih

cenderung berbasis pada nilai-nilai sekularisme—telah menempatkan SMS

Tauhiid sebagai quasi-religious media, yakni media yang bekerja dan

menjalankan fungsi-fungsi sosio-kultural yang pada dasarnya menjadi otoritas

tokoh agama sehingga ia tidak sepenuhnya bersifat religius akan tetapi hanya

seolah-olah religius karena pada dasarnya ia hanya merupakan manifestasi

agama dengan nilai-nilai sekuler dari logika media.

Fenomena SMS Tauhiid sebagai quasi-religious media diperlihatkan

dengan pembentukan makna agama yang bersifat self-help yang berimplikasi

pada simplifikasi dan reduksi makna-makna agama kepada hal-hal yang lebih

bersifat private dan terapeutik. Semua ini merupakan akibat keterpaksaan dari

pihak pengelola didasarkan pada sejumlah keterbatasan yang dimiliki oleh SMS,

namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan salah satu indikasi

dari tindakan adaptasi dan akomodasi agama atas logika media yang bersifat

teknis dan operasional-institusional.

Tidak hanya melalui sifat konten yang lebih bernada self-help dan

terapeutik, SMS Tauhiid sebagai fenomena quasi-religious media juga

diperlihatkan dengan pembauran konten-konten agama dengan non-agama

Page 6: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

279

dalam konteks tausiah. Layanan tausiah yang digembor-gemborkan oleh Aa

Gym dan para pengelola SMS Tauhiid ternyata mengalami pergeseran. Konten-

konten tausiah telah bercampur dengan konten-konten promo yang menandai

bahwa SMS Tauhiid tidak hanya melakukan akomodasi atas logika media, tetapi

juga telah menginternalisasinya kedalam praktik sosial agama.

Fenomena percampuran konten agama dan non-agama merupakan

fenomena internalisasi logika media. Dengan cara yang sama dengan yang

digunakan dalam konten tausiah, konten promo disajikan dalam bingkai tausiah

agama. Dengan sendirinya, tausiah mengalami pembiasan dan pengaburan

makna sehingga batasan-batasan pesan agama dan pesan non-agama tidak lagi

tampak dengan jelas. Tindakan internalisasi logika media dalam SMS Tauhiid

telah mengakibatkan tausiah sebagai praktik sosial agama mengalami banalisasi.

Tindakan internalisasi logika media dalam SMS Tauhiid tidak saja

berakibat pada banalitas atas tausiah, tetapi juga telah menyebabkan terjadinya

komersialisasi dan komodifikasi SMS Tauhiid itu sendiri, sesuatu yang boleh

jadi tidak disadari oleh Aa Gym atau bahkan pihak pengelola itu sendiri.

Langkah institusionalisasi SMS Tauhiid telah menyebabkan SMS Tauhiid

bergerak pada arah yang berbeda dari cita-cita ideal Aa Gym yang berkeinginan

agar SMS Tauhiid tetap menjadi sebuah layanan tausiah yang bebas dari

aktivitas komersial.

Page 7: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

280

Peningkatan jumlah karyawan dan pengelola SMS Tauhiid telah

mendorong mereka untuk ’bertahan hidup’ yang kemudian diimplementasikan

melalui aktivitas komersial. Kemunculan Gerai SMS Tauhiid menjadi fenomena

yang sangat menarik karena tidak hanya memasarkan buku-buku dan VCD

keagamaan sebagaimana dilakukan SMS Tauhiid sejak awal, tetapi juga

belakangan SMS Tauhiid memproduksi fashion yang memang hanya dijual di

gerai ini.

Selain mengalami komersialisasi, SMS Tauhiid juga tidak luput dari

praktik komodifikasi yang bahkan telah terjadi sejak awal. Praktik komodifikasi

terjadi pada level konten, khalayak dan juga pada proses tausiah. Pada level

konten, komodifikasi ditandai dengan ’penjualan’ konten kepada salah satu

operator di Indonesia yang ditukar dengan pembebasan biaya SMS, pemberian

layanan server, dan brand name ’aagym’ sebagai default sender. Sementara itu

pada level khalayak, komodifikasi diindikasikan melalui ’pemanfaatan’ khalayak

sebagai marketplace bagi penawaran sejumlah produk SMS Tauhiid dan produk

dari pihak ketiga. Selain itu, komodifikasi khalayak juga dilakukan dengan

’menjual’ database kepada operator lainnya melalui layanan XL Komunitas yang

ditukar dengan pembagian keuntungan (profit-sharing) dari setiap pelanggan

yang melakukan isi ulang pulsa.

Page 8: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

281

Sedangkan pada level proses, komodifikasi diindikasikan melalui upaya

’penyempurnaan’ layanan dengan menggunakan sejumlah media konvergen.

Proses dan mekanisme SMS Tauhiid berikut pelanggannya menjadi motif utama

bagi kelahiran website, teknologi streaming, dan penggunaan jejaring sosial.

Secara ekonomis, website, teknologi streaming dan jejaring sosial telah menjadi

perpanjangan tangan bagi kepentingan SMS Tauhiid dalam menjaring calon

pelanggan yang kelak akan dimanfaatkan sebagai “pasar” bagi produk-produk

SMS Tauhiid. Hal ini ditandai dengan keseragaman pola yang diterapkan oleh

masing-masing media konvergen ini yakni dengan mencantumkan ajakan untuk

melakukan pendaftaran sebagai pelanggan. Bahkan untuk website dan jejaring

sosial, peningkatan jumlah pengunjung akan meningkatkan traffic yang dalam

skala yang lebih luas hal ini akan berkonsekuensi pada peluang yang lebih besar

dalam mendapatkan iklan dari pihak-pihak lain.

Dengan demikian dalam batas-batas tertentu, SMS Tauhiid tidak lagi

melayani kepentingan agama semata, tetapi juga mengakomodasi dan

menginternalisasi logika media sehingga untuk menyebutnya sebagai media

religius perlu kembali dipertimbangkan. Alih-alih sebagai media religius, SMS

Tauhiid telah mengalami transformasi secara signifikan menjadi media yang

bersifat quasi-religius (quasi-religious media).

Page 9: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

282

Dengan berbagai uraian di atas, salah satu implikasi mediatisasi agama

yang ditawarkan oleh Hjarvard yakni mengimplikasikan media religius agaknya

berbeda dengan fenomena yang diamati dalam kasus SMS Tauhiid. Status media

religius yang disandang SMS Tauhiid hanya muncul pada saat-saat awal, yakni

sebelum mengalami institusionalisasi. Pada perkembangan selanjutnya, SMS

Tauhiid justru lebih didominasi oleh logika media yang pada tahap tertentu

menghantarkan SMS Tauhiid menjadi quasi-religious media.

6.2 SMS Tauhiid: Imajinasi Agama dalam Budaya Media

Dalam disiplin media studies, analisis mengenai fenomena media tidak

hanya mengenai fungsinya sebagai medium sebagaimana dipahami dalam

paradigma komunikasi transmisional, tetapi juga lebih bernuansa kultural.

Pandangan ini memungkinkan media untuk menemukan fungsinya dalam

melakukan meaning-making yang berujung pada symbolic inventory. Dalam

konteks masyarakat modern yang relatif sekuler, sesungguhnya media memiliki

tempat strategis bagi agama untuk menemukan perannya dalam wilayah publik.

Dalam term Murdock (2008), fenomena ini disebut sebagai re-enchantment atau

penemuan kembali pesona agama yang sempat hilang dalam rimba sekularisme.

Masyarakat modern yang identik dengan media-saturated societies

memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh akses terhadap agama

dengan menguatnya peran-peran media pada wilayah-wilayah agama dan

Page 10: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

283

spiritualitas. Namun demikian, agama yang mereka akses bukan lagi agama yang

otentik melainkan agama yang bersifat imajinatif (imagined religion) yang

dikonstruksi oleh media dengan logikanya sendiri. Dengan kata lain, agama

yang termediatisasi tidak lebih dari fenomena imajinasi agama pada masyarakat

dengan budaya media.

Dengan pendekatan yang sama dengan yang digunakan oleh Anderson

(1991) tentang konsep imagined communities, imajinasi agama berkaitan dengan

sejumlah ekspresi keagamaan dalam bentuk verbal, audio, tekstual, dan visual

yang diproduksi dengan tujuan untuk mendominasi kesadaran dan pemahaman

orang-orang dengan cara mendefinisikan makna dan realitas sosial-kultural

agama. Namun imajinasi bukanlah realitas, ia hanya merupakan struktur mental

tentang bagaimana sesuatu atau seseorang membangun makna dunia dengan

menggunakan perspektif, logika, dan keyakinan tertentu.

Mediatisasi agama telah memungkinkan lahirnya berbagai alternatif

makna agama yang dikonstruksi dengan perspektif dan logika media yang

kemudian disajikan kepada khalayak. Hal ini sekaligus menguatkan posisi media

dalam melakukan interpretasi dan visualisasi serta menciptakan beragam

tentang makna-makna agama, terlebih dalam konteks globalisasi.

Dalam proses mediatisasi, ranah agama dan media mentransformasi dan

sekaligus ditransformasi yang pada titik tertentu telah mengimplikasikan

Page 11: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

284

karakter agama yang lebih bersifat publik, dikomodifikasi, terapeutik, dan

bersifat personal dengan seperangkat praktik tertentu. Pada saat yang sama,

media mengambil lebih banyak peran, termasuk peran spiritual dan transenden

yang pada awalnya hanya merupakan wilayah kerja agama.

Sifat publik dari agama muncul sebagai salah satu instrumen pesan yang

dikonstruksi dalam media, yang seringkali disesuaikan dengan imajinasi publik

yang membuat agama menjadi lebih populer ketimbang sebelumnya.

Selanjutnya, media juga mengkonstruksi agama sebagai sesuatu yang bersifat

self-help dan terapeutik sebagai manifestasi dari imajinasi khalayak media

tentang fungsi agama yang mencerahkan dan menenangkan.

Dalam banyak hal, SMS Tauhiid merupakan salah satu bentuk agama

yang diimajinasikan dalam konteks budaya media. Masyarakat seolah

menghendaki agar agama menyahuti perkembangan media sehingga agama

tidak kehilangan akses terhadap khalayak. Logika yang sama juga digunakan

oleh para aktor dan penganjur agama dengan cara menggunakan media untuk

kepentingan dalam transmisi pesan-pesan agama.

Namun demikian penting dicatat bahwa sebagaimana halnya imagined

religion, agama yang termediatisasi bukanlah realitas agama yang sesungguhnya.

Logika media yang semakin dominan telah mengakibatkan makna-makna

agama menjadi sesuatu yang bersifat artifisial. Ia tak lebih dari sekedar label

Page 12: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

285

yang merupakan manifestasi dari akomodasi kepentingan dan logika media.

SMS Tauhiid sebagai layanan agama telah mengalami transformasi seiring

proses institusionalisasi sehingga menjadikannya sebagai salah satu komoditas

media, bukan sebaliknya.

Sebagai imajinasi spiritual masyarakat modern, SMS Tauhiid

merefleksikan beberapa fenomena. Pertama, SMS Tauhiid lahir sebagai bentuk

kekecewaan Aa Gym terhadap Al-Quran Seluler dengan tarif premium yang

dipandangnya tidak sejalan dengan semangat religius. SMS Tauhiid adalah

imajinasi Aa Gym tentang idealitas tausiah yang terbebas dari kepentingan-

kepentingan ekonomi yang justru pada praktiknya tidak dapat dihindari.

Kedua, pada masa-masa awal, SMS Tauhiid mencerminkan perubahan

orientasi Aa Gym dalam ajaran-ajarannya yang lebih fokus pada ajaran-ajaran

tauhiid yang dinilainya lebih universal. Namun demikian, ajaran-ajaran tauhiid

sebagai konten tausiah pada akhirnya juga memuat informasi-informasi lainnya

yang justru tidak lagi relevan sebagai ajaran tauhid.

Ketiga, dengan membubuhkan istilah “tauhiid” yang bernuansa agama

(Islam) kepada istilah “SMS” yang mewakili teknologi, Aa Gym dan para

pengelola mengimajinasikan bagaimana teknologi seharusnya digunakan untuk

kepentingan agama. Namun dalam kenyataannya, akomodasi terhadap logika

media yang dilakukan oleh pengelola SMS Tauhiid justru telah menyebabkan

Page 13: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

286

makna agama mengalami simplifikasi dan reduksi karena dibatasi oleh jumlah

karakter SMS yang mendorong pengelola untuk ’menyederhanakan’ konten agar

lebih singkat sehingga lebih bernada self-help.

Keempat, pada level institusi, SMS Tauhiid yang belakangan mengalami

komersialisasi dan komodifikasi menggambarkan imajinasi agama dalam

konteks yang lebih luas. SMS Tauhiid diimajinasikan sebagai sesuatu yang

omnipresence (serba-hadir), termasuk pada wilayah-wilayah ekonomi. Namun

sesungguhnya hal ini justru bertentangan dengan cita-cita ideal Aa Gym sebagai

pencetus layanan SMS Tauhiid.

Kelima, pada level pelanggan, SMS Tauhiid sebagai agama yang

diimajinasikan dapat dilihat pandangan mereka yang melihat SMS Tauhiid

sebagai salah satu media yang memiliki banyak manfaat. Selain itu, mereka juga

memandang SMS Tauhiid sebagai salah satu cara bagi mereka untuk tetap

bersentuhan dengan nilai-nilai agama di tengah kesibukan mereka sehari-hari.

Pada kenyataannya, mereka bukanlah agen aktif melainkan hanya pihak yang

benar-benar pasif.

Oleh karena itu secara umum, fenomena mediatisasi dalam SMS Tauhiid

telah mengimplikasikan tiga hal penting. Pertama, pada level agama, SMS

Tauhiid mengimplikasikan adanya konstruksi makna agama sebagai sesuatu

Page 14: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

287

yang bersifat simplistik dan reduksionis karena didorong oleh logika media yang

bersifat teknis. Kedua, pada level konten, tausiah agama yang merupakan konten

SMS Tauhiid mengalami banalisasi yang ditandai dengan percampuran konten

agama dengan non-agama yang diakibatkan oleh adanya tuntutan untuk

melakukan internalisasi logika media. Dan ketiga, pada level institusi, SMS

Tauhiid mengalami komersialisasi dan komodifikasi disebabkan oleh

ketidakberdayaan dalam menghadapi tuntutan rasional-pragmatis atas kondisi

SMS Tauhiid sebagai institusi.

6.3 Rekomendasi

Secara umum penelitian terkait dengan mediatisasi agama dalam

konteks media baru pada umumnya dan telepon seluler khususnya belum

banyak dikaji oleh para peneliti. Sebelumnya para peneliti lebih banyak

mengeksplorasi fenomena mediatisasi dalam konteks media massa seperti

televisi, suratkabar, film dan sebagainya. SMS dan telepon seluler merupakan

jenis media baru dengan karakter tersendiri dan hal inilah yang mendasari

penelitian ini dilakukan. Berdasarkan penelitian dan eksplorasi yang telah

dilakukan dengan sejumlah keterbatasannya, peneliti mengajukan beberapa

rekomendasi agar dapat ditindaklanjuti di masa depan.

Page 15: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

288

Pertama, pada dasarnya praktik mediatisasi dalam konteks media baru

telah membuka tantangan tersendiri terhadap teori mediatisasi karena konsep

mediatisasi berkenaan dengan logika media yang bersifat institusional padahal

media baru dapat berbentuk non-institusional. SMS Tauhiid sebagai media baru

dengan karakteristik yang berbeda ternyata juga tidak dapat mempertahankan

independensinya sebagai media yang lebih bersifat independen karena pada

akhirnya akan berhadapan dengan logika media, terlebih ketika SMS Tauhiid

mengalami institusionalisasi. Berkenaan dengan hal ini, tampaknya penelitian di

masa mendatang perlu pula mengungkap fenomena mediatisasi yang

berkonsentrasi pada perspektif pelanggan mengingat SMS Tauhiid terus

mengalami perkembangan.

Kedua, dalam banyak hal, mediatisasi agama juga merupakan fenomena

virtualisasi agama mengingat praktik mediatisasi mempersyaratkan konteks

kebudayaan yang termediasi. Oleh karena itu, meskipun dalam penelitian ini

sedikit disinggung tentang virtualisasi praktik agama, akan sangat menarik jika

dilakukan penelitian lanjutan tentang praktik mediatisasi SMS Tauhiid yang

secara spesifik dikaitkan dengan virtualisasi praktik agama.

Ketiga, meskipun penelitian ini melakukan eksplorasi dampak

mediatisasi agama pada dimensi ekonomi politik dengan mengungkapkan

Page 16: BAB VI PENUTUP 6.1 SMS Tauhiid sebagai Quasi Religious Mediaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70646/potongan/S3-2014... · namun pada saat yang sama, keterpaksaan itu merupakan

289

sejumlah praktik komodifikasi dan komersialisasi, namun masih terbatas

sebagai dampak karena fokus penelitian ini lebih pada praktik mediatisasi

agama. Oleh karena itu, penelitian SMS Tauhiid sebagai komodifikasi agama

yang disajikan secara utuh di masa mendatang tentu akan sangat menarik.