bab vi analisis dan pembahasan.pdf

25
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1 ANALISIS LOKASI Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka nomor 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011-2031 Kecamatan Kadipaten berada di KSP koridor Bandung-Cirebon dan dijadikan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Kecamatan Kadipaten merupakan zona Kawasan Strategis dengan fungsi sebagai kawasan perdagangan (pasar, pertokoan). Bagi Majalengka Kadipaten telah menjadi pusat perdagangan lintas wilayah, jalan-jalan besar di kecamatan ini merupakan arus komuter maupun arus transito jual beli barang dan jasa. Semua itu begitu mengesankan, terlebih jika didalamnya ditambahkan rencana pembangunan bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati yang hanya berjarak beberapa menit dari Kecamatan Kadipaten. Agar lebih mempermudah dalam pemilihan lokasi yang tepat dan sesuai maka digunakan analisis SWOT, analisi SWOT itu sendiri adalah analisis yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenght), dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) yang ada di lokasi.

Upload: khaeron-pramono

Post on 10-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • BAB VI

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    6.1 ANALISIS LOKASI

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka nomor

    11 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

    Majalengka tahun 2011-2031 Kecamatan Kadipaten berada di KSP

    koridor Bandung-Cirebon dan dijadikan sebagai Pusat Kegiatan

    Wilayah (PKW).

    Kecamatan Kadipaten merupakan zona Kawasan Strategis

    dengan fungsi sebagai kawasan perdagangan (pasar, pertokoan). Bagi

    Majalengka Kadipaten telah menjadi pusat perdagangan lintas

    wilayah, jalan-jalan besar di kecamatan ini merupakan arus komuter

    maupun arus transito jual beli barang dan jasa. Semua itu begitu

    mengesankan, terlebih jika didalamnya ditambahkan rencana

    pembangunan bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan

    Kertajati yang hanya berjarak beberapa menit dari Kecamatan

    Kadipaten.

    Agar lebih mempermudah dalam pemilihan lokasi yang tepat

    dan sesuai maka digunakan analisis SWOT, analisi SWOT itu sendiri

    adalah analisis yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenght), dan

    peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

    meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) yang

    ada di lokasi.

  • Tabel 6.1 Matriks SWOT lokasi penelitian

    Kekuatan (Strengths)

    Termasuk kawasan

    strategis provinsi

    (KSP)

    Sebagai pusat

    kegiatan wilayah

    (PKW)

    Dekat dengan lokasi

    bandara internasional

    Jawa Barat (BIJB)

    Kertajati

    Termasuk kawasan

    perdagangan

    Kelemahan (weaknesses)

    Kualitas SDM yang belum

    memadai

    Pendapatan penduduk

    yang cenderung

    menengah kebawah

    Peluang (Opertunities)

    Meningkatkan PAD

    Meningkatkan peluang

    bagi pelaku bisnis

    Mendorong minat

    investor

    Memberikan peluang

    lapangan kerja bagi

    masyarakat setempat

    Strategi SO

    Mengoptimalkan

    wilayah perdagangan

    Meningkatkan nilai

    ekonomi masyarakat

    Meningkatkan daya

    tarik investor untuk

    menanamkan modal

    Strategi WO

    Menawarkan investasi

    sektor ekonomi yang

    berkelanjutan

    Menjual produk yang dapat

    dijangkau oleh masyarakat

    menengah kebawah

    Ancaman (Threats)

    Terdapat ruko-ruko

    disekitar lokasi

    Dekat dengan pasar

    tradisional

    Ancaman bencana

    banjir karena

    berkurangnya daerah

    resapan air

    Strategi ST

    Meningkatkan inovasi

    disetiap ruang dalam

    pusat bisnis terpadu

    Mendesain pusat

    bisnis terpadu yang

    berwawasan

    lingkungan

    Strategi WT

    Menjalin kerjasama yang

    baik dengan pihak terkait

    untuk membangun sebuah

    pusat bisnis terpadu

    INTERNAL

    EKSTERNAL

  • Setelah mengkaji lokasi penelitian dengan tabel matrik SWOT

    dari segi internal maupun eksternal, penulis menyimpulkan bahwa

    kecamatan kadipaten sangat berpotensi untuk di jadikan pusat bisnis

    terpadu. Beberapa kelebihan lokasi pengembangan kawasan bisnis

    terpadu di Kecamatan Kadipaten apabila dilihat dari analisis SWOT

    yaitu sebagai berikut :

    1. Strategi SO (Strength and Opportunities), yaitu strategi yang

    mengoptimalkan kekuatan (strength) untuk memanfaatkan peluang

    (opportunities), ialah:

    a. Kecamatan Kadipaten merupakan kawasan strategis Provinsi

    (KSP), dimana kecamatan ini berada di kawasan strategis

    Provinsi (KSP) koridor Bandung-Cirebon.

    b. Sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW), karena bagi

    Majalengka Kadipaten telah menjadi pusat perdagangan lintas

    wilayah jalan besar di Kecamatan Kadipaten merupakan arus

    komuter dan arus transito jual beli barang dan jasa yang terus

    memenuhi jalan sehingga dengan membangun pusat bisnis

    terpadu bisa lebih mengoptimalkan wilayah perdagangan.

    c. Kecamatan Kadipaten Dekat dengan lokasi rencana

    pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB)

    Kertajati, sehingga menjadi magnet yang akan menarik minat

    investor.

    2. Strategi WO (Weaknesses and Opprotunities), yaitu strategi yang

    meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk memanfaatkan

    peluang (opportunities), ialah:

    a. Menawarkan investasi dalam sektor ekonomi yang

    berkelanjutan agar terus meningkat nilai investasi di wilayah

    tersebut.

  • b. Dengan dibangunnya pusat bisnis terpadu ini diharapkan

    dapat mengarahkan SDM di Kecamatan Kadipaten kearah

    yang lebih kreatif.

    3. Strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang

    menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman

    (threats), ialah:

    a. Meningkatkan inovasi di setiap ruang dalam pusat bisnis

    terpadu.

    b. Sebagai upaya dalam meminimalisir bencana alam (banjir)

    pusat bisnis terpadu direncanakan dengan konsep

    berwawasan lingkungan, dimana akan di desain lebih banyak

    kawasan hijau sebagai tempat resapan air dan sistem drainase

    yang akan lebih diperhatikan.

    4. Strategi WT (Weaknesses and Threats), yaitu strategi yang

    meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan menghindari

    ancaman (threats), adalah menjalin kerjasama yang baik dengan

    pihak terkait untuk membangun pusat bisnis terpadu yang

    berwawasan lingkungan.

    6.2 ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

    Analisis ekonomi adalah gambaran atas efisiensi penggunaan

    sumber daya (input) dengan manfaat (outcome) yang diperoleh dalam

    pelaksanaan kegiatan. Analisis ini mencakup aspek sosial,

    lingkungan, dan/atau ekonomi dengan memperhitungkan biaya yang

    dikeluarkan karena adanya kesempatan yang hilang (opportunity cost)

    dari penggunaan sumber daya maupun manfaat yang diperoleh dari

    pelaksanaan kegiatan. Analisis kelayakan ekonomi berisi analisis

    secara kuantitatif perkiraan hasil dari kegiatan yang memperhitungkan

  • faktor pengembalian investasi dari aspek lingkungan, sosial, dan

    ekonomi serta memperbandingkan tingkat keefektifitasan dari

    kegiatan tersebut selama waktu yang disiapkan (service time) dengan

    beberapa alternatif skenario penggunaan sumber daya yang ada dan

    tingkat kebutuhan pelayanan oleh masyarakat.

    Karena perencanaan pengembangan pusat bisnis terpadu ini

    direncanakan sebagai pusat penggerak perekonomian Kabupaten

    Majalengka, sehingga dalam identifikasi penduduk, ekonomi maupun

    lingkungan akan dibahas secara global pula yaitu kawasan

    Kabupaten Majalengka secara utuh.

    6.2.1. Analisis Pertumbuhan Penduduk

    Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2013

    berdasarkan hasil estimasi penduduk 2013 adalah 1.180.774 jiwa

    terdiri dari 350.479 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah

    tangga 3,4.

    Tahun Jumlah

    Penduduk (Orang)

    Jumlah Rumah Tangga

    Rata-rata Anggota Rumah Tangga

    (1) (2) (3) (4)

    1989 993 057 256 105 3,7

    1990 1 032 023 273 463 3,8

    1991 1 035 221 277 829 3,7

    1992 1 037 800 278 541 3,7

    Tabel 6.2.

    Jumlah Penduduk, Rumahtangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kabupaten Majalengka dari tahun 1989 S/D Tahun 2013

  • 1993 1 043 426 278 525 3,7

    1994 1 057 566 282 716 3,7

    1995 1 065 562 283 837 3,8

    1996 1 070 008 290 736 3,7

    1997 1 075 664 293 359 3,7

    1998 1 083 837 295 030 3,7

    1999 1 100 682 298 349 3,7

    2000 1 114 838 324 634 3,4

    2001 1 123 920 328 581 3,4

    2002 1 134 202 336 608 3,4

    2003 1 153 442 313 078 3,7

    2004 1 160 583 339 072 3,4

    2005 1 169 337 392 544 3,0

    2006 1 179 605 395 834 3,0

    2007 1 188 189 365 390 3,3

    2008 1 196 811 371 716 3,2

    2009 1 206 702 378 159 3,2

    2010 1 165 795 346 032 3,4

    2011 1 171 478 347 717 3,4

    2012 1 176 117 349 097 3,4

    2013 1 180 774 350 479 3,4

    Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk Kabupaten

    Majalengka pada tahun 2013 adalah 1.180.744 jiwa, terdiri dari

    590.038 jiwa laki-laki dan 590 .736 jiwa perempuan. Dari data tersebut

    terlihat bahwa jumah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan

    jumlah penduduk laki-laki dengan sex ratio 99,9.

    Sumber: BPS Kab. Majalengka, estimasi penduduk 2013

  • Rata-rata kepadatan penduduk kabupaten majalengka pada

    tahun 2013 adalah 981 jiwa/km2, kepadatan penduduk tertinggi

    berada di kecamtan jatiwangi dengan kepadatan 2.087, jiwa/km2

    disusul oleh Kecamatan Kadipaten dengan kepadatan 2.007 jiwa/km2.

    Kecamatan

    Luas Penduduk Kepadatan

    Penduduk

    (Orang/Km) Km % Laki-laki Peremp

    uan

    Total %

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    010 Lemahsugih 78,64 6,53 28 959 28 969 57 928 4,91 737

    020 Bantarujeg 66,52 5,52 21 530 21 660 43 190 3,66 649

    021 Malausma 45,04 3,74 20 295 21 068 41 363 3,50 918

    030 Cikijing 43,54 3,62 31 252 29 329 60 581 5,13 1 391

    031 Cingambul 37,03 3,07 18 249 17 991 36 240 3,07 979

    040 Talaga 43,50 3,61 22 203 21 584 43 787 3,71 1 007

    041 Banjaran 41,98 3,49 12 021 12 141 24 162 2,05 576

    050 Argapura 60,56 5,03 16 730 17 096 33 826 2,86 559

    060 Maja 65,21 5,42 24 646 24 461 49 107 4,16 753

    070 Majalengka 57,00 4,73 34 534 35 412 69 946 5,92 1 227

    080 Cigasong 24,17 2,01 17 589 17 024 34 613 2,93 1 432

    090 Sukahaji 32,52 2,70 20 028 20 100 40 128 3,40 1 234

    091 Sindang 23,97 1,99 7 209 7 299 14 508 1,23 605

    100 Rajagaluh 34,37 2,85 20 847 20 951 41 798 3,54 1 216

    110 Sindangwangi 31,76 2,64 15 234 15 394 30 628 2,59 964

    120 Leuwimunding 32,46 2,70 27 047 28 851 55 898 4,73 1 722

    130 Palasah 38,69 3,21 22 449 23 644 46 093 3,90 1 191

    140 Jatiwangi 40,03 3,32 41 840 41 700 83 540 7,08 2 087

    150 Dawuan 23,80 1,98 22 305 22 910 45 215 3,83 1 900

    151 Kasokandel 31,61 2,62 23 150 23 492 46 642 3,95 1 476

    Tabel 6.3. Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

  • 160 Panyingkiran 22,98 1,91 14 847 15 121 29 968 2,54 1 304

    170 Kadipaten 21,86 1,82 22 112 21 765 43 877 3,72 2 007

    180 Kertajati 138,36 11,49 21 596 20 935 42 531 3,60 307

    190 Jatitujuh 73,66 6,12 25 807 25 413 51 220 4,34 695

    200 Ligung 62,25 5,17 28 420 28 212 56 632 4,80 910

    210 Sumberjaya 32,73 2,72 29 139 28 214 57 353 4,86 1 752

    1 204,24 100,00 590 038 590 736 1 180 774 100,00 981

    Jumlah penduduk di Kecamatan Kadipaten pada tahun 2013

    berdasarkan hasil estimasi penduduk tahun2013 adalah 43.877 jiwa

    terdiri dari 22.122 jiwa laki-laki dan 21.765 jiwa perempuan atau

    meningkat 0,40 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun

    sebelumnya.

    Sumber : BPS. Kabupaten Majalengka, estimasi penduduk 2013

    Grafik 6.1. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

  • 6.2.2. Analisis Kelas Ekonomi Masyarakat

    Analisis Kelas Ekonomi masyarakat adalah salah satu cara

    untuk mengidentifikasi daya beli dari masyarakat di Kabupaten

    Majalengka guna menyeimbangkan nilai jual yang akan direncanakan

    di area Pengembangan Pusat Bisnis Terpadu ini. Adapun indikator

    dalam penentuan kelas ekonomi masyarakat di Kabupaten Majalengka

    adalah dengan menggunakan data klasifikasi keluarga di Kabupaten

    Majalengka.

    Pra Keluarga Sejahtera Jumlah

    Sejahtera I II III III+

    (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    010 Lemahsugih 4,377 4,746 6,238 2,171 837 18,369

    020 Bantarujeg 3,525 4,386 4,032 2,281 171 14,395

    021 Malausma 3,899 4,739 3,551 1,564 927 14,680

    030 Cikijing 4,071 5,329 6,531 3,391 673 19,995

    031 Cingambul 4,795 3,412 2,204 1,430 578 12,419

    040 Talaga 3,192 4,380 4,732 2,490 325 15,119

    041 Banjaran 972 2,261 4,107 1,385 252 8,977

    050 Argapura 2,139 2,822 4,054 2,793 271 12,079

    060 Maja 2,433 4,556 5,966 2,505 504 15,964

    070 Majalengka 2,567 4,816 8,749 4,507 1,058 21,697

    080 Cigasong 1,132 3,029 3,565 2,904 131 10,761

    090 Sukahaji 1,453 4,106 3,923 3,518 385 13,385

    091 Sindang 1,473 1,580 2,052 492 118 5,715

    100 Rajagaluh 2,287 2,301 7,183 2,103 257 14,131

    110 Sindangwangi 2,013 1,624 3,320 2,924 23 9,904

    Tabel 6.4. Banyaknya Keluarga menurut Kecamatan dan

    Klasifikasi keluarga di Kabupaten Majalengka tahun 2013

  • 120 Leuwimunding 2,917 4,072 6,133 3,592 1,536 18,250

    130 Palasah 2,261 1,909 6,873 4,912 133 16,088

    140 Jatiwangi 4,245 6,951 9,441 4,146 1,233 26,016

    150 Dawuan 3,246 3,712 4,402 2,889 574 14,823

    151 Kasokandel 2,893 5,309 4,869 3,174 332 16,577

    160 Panyingkiran 1,049 2,695 3,431 2,785 278 10,238

    170 Kadipaten 4,033 4,645 3,189 1,302 478 13,647

    180 Kertajati 3,587 3,571 4,897 2,195 1,844 16,094

    190 Jatitujuh 3,904 3,351 9,848 2,383 344 19,830

    200 Ligung 5,345 4,632 7,067 4,403 539 21,986

    210 Sumberjaya 4,058 5,466 4,381 2,233 767 17,905

    Kab. Majaelngka 2013 77,866 100,400 134,738 71,472 14,568 399,044

    Berdasarkan kelas ekonomi yang didapat dari Badan KB dan

    Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Majalengka, Kecamatan

    Kadipaten bila dibandingkan antara penduduk dengan kelas ekonomi

    menengah ke atas adalah 97% sementara itu kelas ekonomi

    menengah ke bawah 3%, sehingga karena daya beli masyarakat

    Kabuaten Kuningan termasuk golongan menengah ke atas. Jadi pusat

    bisnis terpadu ini akan direncanakan dengan kelas ekonomi

    menengah ke atas.

    6.2.3. Analisis Perekonomian Masyarakat

    Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui

    dari tingkat pendapatan masyarakatnya. Namun data pendapatan

    yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam survey sosial ekonomi

    Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan KB

  • nasional (Susenas), tingkat kesejahteraan masyarakat diperoleh

    dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga.

    Secara umum selama periode 2009-2011 tingkat

    kesejahteraan penduduk Kabupaten Majalengka mengalami

    peningkatan seperti yang di tunjukan pengeluaran untuk sub golongan

    makanan tahun 2009 yaitu 239 464 dan pada tahun 2011 yaitu 275

    578.

    Kelompokbarangmakanan 2009 2011

    (1) (2) (3)

    Padi-padian 47 456 46 923

    Umbi-umbian 1 926 1 858

    Ikan 8 921 10 709

    Daging 9 070 13 739

    TelurdanSusu 12 688 14 825

    Sayur-sayuran 13 208 15 230

    Kacang-kacangan 11 217 8 434

    Buah-buahan 7 352 14 055

    MinyakdanLemak 6 323 7 043

    BahanMinuman 8 156 8 805

    Bumbu-bumbuan 4 039 4 566

    KonsumsiLainnya 10 260 7 457

    Makanan&MinumanJadi 67 210 89 229

    TembakaudanSirih 31 631 32 704

    Jumlah 239 464 275 578

    Tabel 6.5. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita sebulan menurut

    kelompok barang makanan di Kabupaten Majalengka 2009-2011 (Rupiah)

  • Di Kabupaten Majalengka komoditi yang menyumbang

    pengeluaran terbesar untuk sub golongan makanan adalah kelompok

    makanan dan minuman yang sudah jadi sebesar 32,38%, padi-padian

    17,03%, dan tembakau sirih sebesar 11,87%.

    Selain sub golongan makanan mengalami peningkatan, sub

    golongan bukan makanan juga mengalami peningkatan seperti yang di

    tunjukan pengeluaran untuk sub golongan makanan tahun 2009 yaitu

    152 762 dan pada tahun 2011 yaitu 208 315.

    17%1%

    4%

    5%

    5%

    5%

    3%

    5%

    3%

    3%

    2%3%

    32%

    12%

    Padi-padian

    Umbi-umbian

    ikan

    daging

    telur dan susu

    sayur-sayuran

    kacang-kacangan

    buah-buahan

    Minyak dan lemak

    Bahan Minuman

    Bumbu-bumbuan

    Konsumsi Lainnya

    Makanan dan Minuman

    Tembakau dan Sirih

    Diagram 6.1. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut

    kelompok barang dikabupaten majalengka

  • Kelompok Barang Bukan Makanan 2009 2011

    (1) (2) (3)

    Perumahan, Bahan Bakar, Penerangan, Air 66 684 80 965 Aneka Barang dan Jasa 56 984 77 327 Pakaian, Alas Kaki, Tutup Kepala 14 580 17 175 Barang Yang Tahan Lama 8 910 23 293 Pajak dan Asuransi 3 349 4 940 Keperluan Pesta 5 614

    Jumlah 152 762 208 315

    Sedangkan untuk sub golongan bukan makanan besar

    dipengaruhi oleh pengeluaran kelompok perumahan dan fasilitas

    rumah tangga sebesar 38,87%, aneka barang dan jasa 37,12%, dan

    barang tahan lama sebesar 11,18%.

    39%

    37%

    8%

    11%

    2% 3%PERUMAHAN, BAHAN BAKAR, PENERANGAN, AIR

    ANEKA BARANG DAN JASA

    PAKAIAN, ALAS KAKI, TUTUP KEPALA

    BARANG YANG TAHAN LAMA

    PAJAK DAN ASURANSI

    KEPERLUAN PESTA

    Tabel 6.6. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita sebulan menurut kelompok barang

    bukan makanan di Kabupaten Majalengka 2009-2011 (Rupiah)

    Diagram 6.2. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang non

    Makanan dikabupaten majalengka

  • Secara keseluruhan, terlihat bahwa pengeluaran rata-rata

    perkapita sebulan pada tahun 2011sebesar Rp. 483.893,- sedangkan

    pada tahun sebelumnya sebesar Rp.392.226,-.

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator

    ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat

    keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. PDRB Kabupaten

    Majalengka pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku sebesar

    13.344.027,88 juta rupiah, dan tanpa migas sebesar 13.174.274,74

    juta rupiah. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar

    5.091.671,99 juta rupiah, dan tanpa migas sebesar 4.998.340,43 juta

    rupiah.

    Diagram 6.3. PDRB Kabupaten Majalengka Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

    Lapangan Usaha Tahun 2010-2013

  • Struktur perekonomian Kabupaten Majalengka yang digambar

    oleh distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan bahwa

    kontribusi nilai tertinggi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun

    2013 dicapai oleh sektor pertanian disusul oleh sektor perdagangan,

    hotel dan restoran serta sektor industry pengolahan masing-masing

    sebesar 33,02%, 19,12%, dan 15,10%. Sedangkan kontribusi terkecil

    diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,55%

    PERTANIAN; 33,02

    PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN;

    3,02

    INDUSTRI PENGOLAHAN;

    15,1

    LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH; 0,55

    BANGUNAN; 4,55

    PERDAGANGAN, HOTEL DAN

    RESTORAN; 19,12

    PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI;

    5,68

    KEUANGAN, PERSEWAAN BIASA

    PERUSAHAAN; 4,03 JASA-JASA; 14,92

    Diagram 6.4. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut

    kelompok barang dikabupaten majalengka

  • LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012*) 2013**)

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1. PERTANIAN 3.405.263,87 3.609.687,29 3.893.767,65 4.406.461,12 a. TanamanBahanmakanan 2.973.819,21 3.135.941,63 3.361.116,90 3.799.473,01 b. Tanaman Perkebunan 106.533,71 114.701,55 130.436,57 138.804,25 c. PeternakandanHasil-hasilnya 263.331,78 291.188,59 329.030,68 389.155,03 d. Kehutanan 13.476,51 14.830,00 16.262,61 15.548,56 e. Perikanan 48.102,66 53.025,52 56.920,89 63.480,28

    2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 322.287,54 353.380,76 373.921,31 402.749,10 a. Minyakdan gas bumi 130.955,72 145.336,15 158.473,39 169.753,13 b. Pertambangantanpamigas c. Penggalian 191.331,82 208.044,60 215.447,93 232.995,97

    3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.582.942,66 1.712.658,00 1.858.312,20 2.014.843,41 a. Industry migas b. Industry non migas 1.582.942,66 1.712.658,00 1.858.312,20 2.014.843,41

    4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 51.084,33 56.478,23 61.850,86 74.002,38 a. Listrik 47.429,27 52.419,15 57.299,05 68.787,98 b. Gas kota c. Air bersih 3.655,11 4.059,08 4.551,81 5.214,40

    5. BANGUNAN 418.316,05 477.145,18 532.139,10 607.694,51 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 1.831.657,26 2.038.213,23 2.259.241,86 2.550.820,82

    a. Perdaganganbesardaneceran 1.375.499,42 1.528.304,27 1.685.998,71 906.635,76 b. Hotel 2.698,13 3.121,25 3.580,93 3.975,29 c. Restoran 453.459,71 506.787,71 569.662,22 640.209,77

    7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 607.717,43 644.646,98 669.960,49 757.936,87 a. Angkutan 529.719,03 556.532,56 575.968,22 656.052,69

    1. Angkutanrel 2. Angkutanjalanraya 498.834,23 524.718,32 542.633,27 620.786,29 3. Angkutanlaut 4. Angk. Sungai, danau, &penyebr 5. Angkutanudara 6. Jasapenunjangangkutan 30.884,81 31.814,24 33.334,94 35.266,40

    b. Komunikasi 77.998,40 88.114,42 93.992,27 101.884,18 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA

    PERUSH 419.893,94 450.896,01 483.355,27 538.038,77

    a. Bank 168.036,00 178.456,18 189.557,04 214.016,02 b. Lembagakeuanganbukan bank 44.265,75 48.678,78 51.240,81 56.620,29 c. Sewabangunan 169.620,80 181.510,29 195.917,70 214.921,72 d. Jasaperusahaan 37.971,39 42.250,77 46.639,70 52.480,74

    Tabel 6.7. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Majalengka Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2013 (Dalam Jutaan Rupiah

  • 9. JASA-JASA 1.518.255,93 1.650.960,46 1.837.221,53 1.991.480,89 a. Pemerintahanumum 1.252.249,43 1.346.582,59 1.501.360,30 1.612.651,30 b. swasta 266.006,49 304.377,87 335.861,23 378.829,59

    1) sosialkemasyarakatan 57.071,46 67.469,34 78.794,96 85.840,64 2) hiburandanrekreasi 14.401,02 17.539,77 20.020,37 22.009,41 3) perorangandanrumahtangga 194.532,01 219.368,77 237.045,90 270.979,54

    PDRB DENGAN MINYAK DAN GAS BUMI 10.157.419,00 10.994.066,14 11.969.770,27 13.344.027,88 PDRB TANPA MINYAK DAN GAS BUMI 10.126.463,28 10.848.729,99 11.811.296,88 13.174.274,74

    6.2.4. Analisis Identifikasi dan Inventarisasi Kegiatan Bisnis

    A. Kabupaten Majalengka

    Dalam kaitan pelaksanaan pengembangan pusat bisnis

    terpadu, tidaklah terlepas dari perlunya dukungan dari kondisi

    kegiatan bisnis yang mendukung, hal ini tentunya sangat

    berpengaruh pada jenis dari pusat bisnis terpadu yang akan

    direncanakan nanti. Oleh karena itu akan dilakukan analisis yang

    akan mengidentifikasi dan kemudian akan di klasifikasikan

    kegiatan bisnis yang ada di Kabupaten Majalengka sesuai dengan

    jenis kegiatan bisnis yang ada.

    1. Perdagangan

    Sektor perdagangan di Kabupaten Majalengka secara

    umum adalah perdagangan tradisional, jumlah pasar tradisional

    di Kabupaten Majalengka ada sebanyak 38 pasar kecamatan

    dengan jumlah pasar tradisional terbanyak adalah Kecamatan

    Lemahsugih yaitu sebanyak 7 pasar dan Kecamatan Jatiwangi

    sebanyak 4 pasar. Sedangkan pasar pemda di Kabupaten

    Majalengka sebanyak 4 pasar yang terletak di kecamatan

    Talaga, Cigasong, Kadipaten, dan Sumberjaya.

  • Jika dilihat dari jumlah perusahaan/usaha perdagangan

    yang mendaftarkan SIUP menurut besarnya investasi pada tahun

    2013 tercatat perusahaan besar (investasi > 10M) sebanyak 5

    perusahaan, menengah (investasi 500juta 10M) sebanyak 21

    perusahaan, kecil (investasi 50juta 500juta) sebanyak 1.146

    perusahaan, sedangkan usaha mikro (investasi < 50juta) tidak

    ada.

    PASAR PEMDA:

    4

    PASAR DESA: 34 PERTOKOAN: 70

    SUPER MARKET/PASAR

    SWALAYAN/TOSERBA: 7

    RESTORAN/RUMAH MAKAN/KEDAI

    MAKANAN: 77

    Sumber: Majalengka Dalam

    Angka Gambar 6.1

    Jumlah Perdagangan di Kabupaten Majalengka

    Sumber: BPPTPM

    Pelaku usaha : 5

    Investasi : Rp. 129,6

    Juta

    Pelaku usaha : 21

    Investasi : Rp. 40,8 Juta

    Pelaku usaha : 1.146

    Investasi : Rp. 280,6

    Juta

    Pelaku usaha : 0

    Investasi : Rp. - MIKRO

    MENENGAH

    BESAR

    KECIL

    Gambar 6.2

    Jumlah Pelaku usaha dan investasi

  • Pertumbuhan realisasi investasi di Kabupaten Majalengka cukup

    tinggi, pada tahun 2010 sebesar Rp. 194,7 milyar kemudian

    meningkat menjadi Rp. 451 milyar pada tahun 2013 atau

    meningkat sebesar 132 persen dalam kurun waktu 4 tahun.

    2010

    Rp. 194,7 Milyar

    2011

    Rp. 316,8 Milyar

    2012

    Rp. 424,9

    Milyar

    2013

    Rp. 451,0 Milyar

    Gambar 6.3

    Jumlah realisasi investasi

  • 2. Hotel

    Hotel adalah sebuah bangunan yang disediakan kepada

    publik secara komersial untuk menginap, bermalam, atau tinggal

    dalam jangka waktu sementara.

    Jumlah Hotel yang tersedia di kabupaten Majalengka berdasarkan

    klasifikasi hotel rata-rata hotel kelas melati.

    No Nama Hotel Jumlah Kamar

    Alamat Klasifikasi

    1 HOTEL LIBRA 17 Jl. Brawiaya No.40 Dawuan Kec.Dawuan Kab.Majalengka

    Melati

    2 Hotel Sederhana Baru

    12 Jl. K.H. Abdul Halim No.261 Kec. Majalengka Kab. Majalengka

    Melati

    3 Penginapan Sindang Mulya

    15 Jl. Raya Barat Cihaliwung No.155 Kec. Kadipaten Kab.Majalengka

    Melati

    4 Hotel Nusa Indah

    40 Jl. Raya Barat No.24 Kec. Kadipaten Kab. Majalengka

    Melati

    5 Hotel Tidar Jaya

    20 Jl. Kartini No.21 Kec. Majalengka Kab. Majalengka

    Melati

    6 Hotel Saputra 17 Jl. Raya Pasar Balong No.741 Kadipaten

    Melati

    7 Hotel Family 30 Jl. Raya Barat No.24 Kadipaten Majalengka

    Melati

    8 Putera Jaya 33 Jl. K.H Abul Halim No.94

    Melati

    Tabel 6.8. Jumlah Hotel yang tersedia di Kabupaten Majalengka

  • B. Kecamatan Kadipaten

    Kecamatan Kadipaten bisa dibilang merupakan daerah yang

    cukup ramai bahkan bisa mengalahkan keramaian dari ibu kota

    Kabupaten Majalengka itu sendiri. Hal ini disebabkan letak kota

    Kecamatan Kadipaten yang berada dijalur jalan Negara yaitu jalan

    raya Bandung-Cirebon.

    Di Kecamatan Kadipaten terdapat 1 perusahaan industri

    dengan kategori industry sedang yaitu pabrik bola di Desa Liangjulang,

    sedangkan mini market ada 10 buah dan super market ada 3 buah.

    Untuk menunjang kegiatan ekonomi, di Kecamatan Kadipaten terdapat

    9 Bank dan 3 BPR.

    Sektor perdagangan dan jasa cukup berkembang dengan pesat

    di Kecamatan Kadipaten. Hal ini ditunjang oleh sarana transportasi

    yang tersedia selama 24 jam sehingga memudahkan masyarakat

    untuk melakukan kegiatan ekonomi di Kecamatan Kadipaten.

    KATEGORI JUMLAH

    Industri

    Besar/sedang

    1

    Pasar Permanen 1

    Pasar Tidak

    Permanen

    4

    Supermarket 3

    Minimarket 10

    Toko/warung 997

    Tabel 6.10. Jumlah sarana ekonomi di Kec. Kadipaten

  • Kelontong

    Warung/Kedai

    Makan

    194

    Restoran/Rumah

    Makan

    21

    Hotel &

    Penginapan

    3

    Bank 9

    BPR 3

    6.2.4. Analisis Kondisi Prasarana

    1. Prasarana Jalan

    Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki

    peran penting khusunya untuk transportasi darat. Untuk

    mendukung transportasi darat terdapat jalan sepanjang 702.800

    km jalan kabupaten, 135.729 km jalan provinsi, dan 25.895 km

    jalan nasional.

    Jalan

    Provinsi

    135.729 Km

    Jalan

    Negara

    25.985 Km

    Jalan

    Kabupaten

    702.800 Km

    Panjang

    Jalan

    864.514

    Km

    Gambar 6.4

    Panjang jalan di Kab. Majalengka

  • Dari jalan sepanjang 864.514 km tersebut semuanya

    sudah diaspal. Dilihat dari kondisi untuk jalan kabupaten, 80

    persen jalan kabupaten pada tahun 2013 keadannya baik, 4

    persen keadaannya sedang, 10 persen dengan kondisi rusak dan

    6 persen kondisinya rusak berat.

    Sementara panjang jalan tidak mengalami perubahan, jumlah

    kendaraan bermotor di Kabupaten Majalengka mengalami kenaikan

    dalam jumlah yang cukup besar khususnya mobil peumpang dan

    barang dari sekitar 16,6 ribu pada tahun 2011 menjadi 21 ribu pada

    tahun 2013 atau meningkat 28,6 persen selama kurun waktu 2 tahun.

    Peningkatan juga terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor dari

    sekitar196,9 ribu pada tahun 2011 menjadi 253,5 ribu pada tahun

    2013 atau meningkat sekitar 28,7 persen dalam kurun waktu 2 tahun.

    BAIK80%

    RUSAK BERAT6%

    RUSAK10%

    SEDANG4%

    Diagram. 6.5

    Kondisi jalan Kab. Majalengka

    Sumber: Majalengka Dalam Angka

  • 2. Listrik

    Sebagai sumber penerangan dan energi di sektor rumah tangga,

    bisnis dan industry, listrik memegang peranan yang sangat vital.

    Jumlah pelanggan da jumlah energi yang terjual setiap tahunnya

    selalu mengalami kenaikan, pada tahun 2013 mencapai 365,54 GWH.

    Sepeda Motor Mobil Penumpang dan Barang

    196,932

    16,624

    228,404

    18,835

    253,535

    21,38

    2011 2012 2013

    2012

    280.224

    Jumlah

    Pelanggan Energe Yang

    Terjual

    2012 334,12

    Gwh

    2013

    293.535

    2013

    365,54 Gwh

    Sumber : Majalengka Dalam Angka

    Gambar 6.7 Jumlah pelanggan dan energy listrik terjual

    Diagram 6.6

    Kenaikan Jumlah Kendaraan Bermotor

  • Jika dilihat berdasarkan jumlah pelanggan pengguna energi listrik

    terbesar adalah rumah tangga yaitu 78 persen, industri 9 persen,

    bisnis 7 persen, sedangkan sosial, pemerintah dan multiguna masing-

    masing di kisaran 2 persen.

    78%

    9%

    7%

    2% 2%2%

    RUMAH TANGGA

    INDUSTRI

    BISNIS

    SOSIAL

    PEMERINTAH

    MULTIGUNA

    Diagram 6.7

    Jumlah pelanggan dan energy listrik terjual