bab v strategi pemberdayaan sepak bola sosial...

30
39 BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL UNI PAPUA TERHADAP PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA LEWAT SEPAK BOLA SOSIAL DI GETASAN Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua dalam pemberdayaan generasi muda lewat kegiatan sepak bola sosial di Getasan, Jawa Tengah. Bagian ini akan menggambarkan strategi pemberdayaan yang dilakukan Uni Papua Football Club terhadap pemberdayaan generasi muda lewat sepak bola sosial di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Jawa Tengah, kemudian menjelaskan strategi pemberdayaan Uni Papua Football Club dalam penguatan kelembagaan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Jawa Tengah 5.1. Strategi Pemberdayaan Lewat Latihan Rutin Sepak Bola Sosial dan Bakti Sosial 5.1.1. Strategi Rekruitmen Pelatih dan Peserta Didik Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan absen, dokumentasi dan setiap bulan ada pertemuan terkait kegiatan yang akan dilakukan dan diakhir tahun akan dilakukan evaluasi kinerja salama satu tahun, serta para pelatih diwajibkan harus membuat laporan kegiatan terkait materi latihan dan kegunaan dari latihan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengawasi dan mengontrol anak, pelatih dan pengurus. Untuk menjaga komitmen, Uni Papua juga memberikan suatu “ruang” kepada pelatih (valounteer), dimana bagi

Upload: hoangdang

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

39

BAB V

STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL UNI PAPUA

TERHADAP PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA LEWAT SEPAK

BOLA SOSIAL DI GETASAN

Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas

pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua dalam

pemberdayaan generasi muda lewat kegiatan sepak bola sosial di Getasan, Jawa

Tengah. Bagian ini akan menggambarkan strategi pemberdayaan yang dilakukan

Uni Papua Football Club terhadap pemberdayaan generasi muda lewat sepak

bola sosial di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Jawa Tengah, kemudian

menjelaskan strategi pemberdayaan Uni Papua Football Club dalam penguatan

kelembagaan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Jawa Tengah

5.1. Strategi Pemberdayaan Lewat Latihan Rutin Sepak Bola Sosial dan

Bakti Sosial

5.1.1. Strategi Rekruitmen Pelatih dan Peserta Didik

Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian

dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk

merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin

melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan

berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni

Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada

masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus

mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta

dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua

mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan

absen, dokumentasi dan setiap bulan ada pertemuan terkait kegiatan yang akan

dilakukan dan diakhir tahun akan dilakukan evaluasi kinerja salama satu tahun,

serta para pelatih diwajibkan harus membuat laporan kegiatan terkait materi

latihan dan kegunaan dari latihan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengawasi

dan mengontrol anak, pelatih dan pengurus. Untuk menjaga komitmen, Uni

Papua juga memberikan suatu “ruang” kepada pelatih (valounteer), dimana bagi

Page 2: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

40

para pelatih yang bekerja dan konsisten dengan Uni Papua dalam beberapa

tahun, maka para pelatih akan dikirim untuk sekolah yang dibiayai oleh Uni

Papua sendiri. Dan bagi para pelatih yang memiliki usia 30-an akan dikirim ke

provinsi-provinsi yang ada di Indonesia maupun ke luar negeri untuk mengikuti

pelatihan sepak bola agar menambah pengetahuan dan metode latihan sepak bola

profesional maupun metode sepak bola sosial.

Dalam proses merekrut anak didik, para pengurus melakukan sosialisasi ke

sekolah-sekolah dan masyarakat. Sosialisasi dilakukan ke sekolah-sekolah yang

ada di Getasan dengan mengadakan permainan edukasi yang menginspirasi

anak-anak melalui bola. Kegiatan sosialisasi dilakukan langsung oleh pelatih luar

negeri dengan dibantu oleh para pengurus Uni Papua. Para pelatih berasal

Amerika dan Inggris yang mengajarkan tentang sepak bola sosial kepada anak.

Kegiatan pertama tim Uni Papua Getasan dan CAC melakukan kunjungan ke SD

Kristen Tekelan dan memberikan bola sebagai simbolik untuk melakukan

kegiatan di sekolah tersebut. Selanjutnya tim Uni Papua dan CAC melakukan

beberapa games- games outdoor. Minat pelajar disana sangat besar untuk dapat

bermain bola. Terbukti Wanita-wanita pun lebih aktif bermain, karena hal ini

sangat bermanfaat dan tidak membeda-bedakan mereka untuk bermain bola.

Pelatihan CAC dihari pertama diikuti lebih dari 90 peserta dari pelajar,

mahasiswa, orang tua, anak-anak. Dihari kedua tim CAC melakukan kunjungan

ke SD Negeri Wates Getasan, memberikan bola kepada sekolah sebagai simbolik

dan memberikan games-games kecil untuk menghibur dan mengispirasi mereka.

Antusis mereka sangat tinggi, terbukti banyaknya siswa yang ikut dalam games-

games. Di hari ketiga kunjungan ke SD Negeri Sumogawe 4 memberikan bola

sebagai simbolik dan memberikan games – gamesedukasi. Kegiatan di SD

Negeri Sumogawe 4 sangat disambut meriah oleh anak-anak murid. Mereka

bermain dengan ceria, tertawa bersama sambil mengikuti arahan-arahan dari

pelatih Uni Papua dan tim CAC. Lebih dari 80 siswa / siswi mengikuti kegiatan

dilapangan sekolah mereka. Senyum lebar mereka menjadi semangat buat tim

CAC. Hari ke empat tim Uni Papua melakukan kunjungan ke SD Negeri Batur 4

bermain dan belajar bersama tentang hal-hal baik dilingkungan dengan games –

Page 3: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

41

games yang diajarkan. Anak-anak sangat menikmati games- games yang

diajarkan dari tim CAC. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching Accross

Continents dalam sosialisasi sepak bola sosial ke sekolah-sekolah di bawah ini:

Gambar 5.1

Sosialisasi Ke Sekolah-Sekolah

Sumber: Uni Papua Getasan, 2017

Sosialisasi juga dilakukan ke masyarakat dengan bantuan organisasi

Karang Taruna dan organisasi PKP (Pemuda Kinasih Puyang) dalam

mensosialisasikan Uni Papua. Sosialisasi dilakukan dalam rapat-rapat bulanan

bahkan rapat setiap minggu. Untuk pengurus sendiri, cara mensosialisasikan Uni

Papua dilakukan dari mulut ke mulut. Artinya bertemu dengan para orang tua

dimanapun, para pengurus mengajak “ngobrol” dan setelah itu menawarkan Uni

Papua dengan program-program yang dimiliki. Jadi, anak didik yang sudah

tergabung di Uni Papua awalnya mengetahui Uni Papua dari teman-teman

sekolah, pelatih futsal PPA dan dari kegiatan-kegiatan lain. Hal ini yang

disampaikan oleh keempat anak didik (Roice, Mikra, Edi dan Piter)1 saat peniliti

melakukan wawancara ke mereka pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan

saat berlatih, “saya itu pertama kali tahu uni papua dari pelatih futsal PPA, dari

teman, dari kegiatan CAC dan ada perlombaan dihubungkan ke Pondok Penuai

untuk ikut latihan supaya mendapatkan sertifikat,”. Sedangkan untuk merekrut

seorang anak didik, Uni Papua tidak memiliki kriteria apapun dalam menyeleksi

anak karena Uni Papua bersifat terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung

bahkan bagi penyandang disabiltas juga dapat bergabung dengan Uni Papua. Hal

1 Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan

pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

Page 4: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

42

yang serupa dituturkan Mikr Yesaya Putra pada 23 Desember 2016, bahwa

“Karena kalau menurut saya senaknya uni papua itu tidak batasilah. Semua-

semua anak-anak perempuan atau laki-laki itu bisa ikut dengan Uni Papua”2.

Dalam terminologi seperti itu, maka ketika peneliti juga bertemu dengan ketua

dan sekretaris Uni Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi

Arianto tanggal 15 Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Ayu

Getasan, keduanya mengatakan bahwa3:

Terus ada sekretaris, bendahara, ada instruktur pelatih,

terus yang ketiga instruktur-instruktur yang lain atau

volunteer jadi semuanya sebenarnya dari pengurus sampai

ke pelatih itu namanya volunteer semuanya karena

sebenarnya tidak ada yang di bayar. Rekrutmennya kita

bukan ada seleksi tunggal tetapi sosialisasi kepada orang

tua-orang tua bahwa yang kita didik bukan hanya skill

sepak bola tetapi pembinaan karakter. Jadi salah satunya

kita ngobrol dengan mereka kita tawarkan kita membina

ini bukan pembinaan sepak bola tok nah seperti itu.

Rekruitmen kita sosialisasi dengan masyarakat dengan

warga sekitar setelah itu baru ke sekolah-sekolah dan

sekarang antar pemain dan temannya sudah berjalan. Saya

rasa gak ada bahkan orang disabilitas pun itu akan menjadi

anggota kita kalau dia mau.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas mengatakan bahwa di Uni Papua

memiliki pengurus dari ketua, sekretaris, bendahara bahkan sampai ke pelatih

semuanya tidak di bayar. Proses rekrutmen dilakukan bukan seleksi tunggal atau

cara yang digunakan kebanyalan Sekolah Sepak Bola (SSB), tetapi terbuka bagi

yang ingin bergabung dengan Uni Papua tanpa kriteria apapun. Selain itu,

rekrutmen dilakukan dengan cara mensosialisasikan ke sekolah-sekolah dan ke

masyarakat. Proses rekrutmen dilakukan dengan cara bertemu, ngobrol dan

setelah itu menawarkan Uni Papua dengan berbagai program-program yang

sudah dilakukan bahkan yang akan baru dilaksanakan. Oleh karena itu, bahwa di

Uni Papua anak-anak bebas dalam mengikuti Uni Papua, karena komunitas

2 Wawancara dengan Mikra Yesaya Putera pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan Desa

Tauk, Getasan. 3 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

Uni Papua Bumi Ayu, Getasan

Page 5: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

43

tersebut yang lebih diutamakan pembinaan karakter tanpa memaksakan atau

menghalangi anak untuk mengikuti kegiatan di Uni Papua Football Club.

5.1.2. Karakter Peserta Didik

Karakter peserta didik di Uni Papua sangat beragam. Awal sebelum Uni

Papua hadir di Getasan, anak-anak, remaja dan pemuda dalam bermain tidak

terkoordinir dengan baik. Artinya, anak-anak, remaja dan pemuda hanya suka

nongkrong, merokok dan anak bermain sesuka hatinya. Berdasarkan hasil

wawancara, ditemukan bahwa tanggapan tokoh masyarakat tentang karakter anak

sebelum dan sesudah adanya Uni Papua Cabang Getasan. Hal itu tampak dalam

kutipan wawancara tokoh masyarakat (Sarnid) dan tokoh pemuda (Budi Prayetni)

bahwa4:

Selama ini saya melihat dari anak-anak yang mengikuti Uni

Papua memang ada perubahan misalnya yang hanya

nongkrong-nongkrong, merokok dan sebagainya, tetapi

mengikuti latihan-latihan jadi mereka lebih terkendali seperti

itu. Dengan adanya Uni Papua di wilayah kecamatan Getasan

ini mengurangi kegiatan yang negativ dari anak-anak, remaja

maupun pemuda dan juga menambah pendidikan atau

pengetahuan, pengalaman tentang sepak bola yang benar.

Juga mengubah karena di dalam Uni Papua diselipkan

banyak tentang moral anak jadi bagaimana berbuat yang baik

di masyarakat, keluarga, terhadap orang tua, dan mungkin

terhadap yang dituakan di masyarakat itu harus bagaimana

mereka tahu bersikap sopan.

Selain itu, karakter anak-anak, remaja dan pemuda pada saat latihan sepak

bola. Untuk anak didik yang usia 6-14 tahun memiliki kecenderungan tidak mau

mendengarkan siapapun yang penting bermain, ada juga anak yang

diinstruksikan pelatih kadang tidak sesuai yang diinstruksikan dan ada anak yang

mengeluarkan kata-kata kotor terhadap temannya, serta juga ada anak ketika

pelatih memberikan materi anak tersebut tidak ingin melakukannya. Ketika

pelatih membagi dua tim untuk melakukan game kecil terdapat anak yang hanya

mau bermain kalau ia satu tim dengan teman-taman yang dikenal. Sedangkan

4 Wawancara dengan Bapak Sarnid sebagai tokoh masyarakat Getasan pada 8 Januari 2017 di

Dusun Pulihan dan wawancara juga dilakukan dengan Bapak Budi Prayetno sebagai sekretaris

Karang Taruna pada 17 Desember 2016 di Dusun Puyang Getasan

Page 6: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

44

untuk anak didik yang berusia 15-21 tahun sudah memiliki karakter yang baik

dan sudah membedakan mana yang baik dan tidak. Namun di usia tersebut masih

terdapat perilaku-perilaku yang masih sering dilakukan, seperti, mengeluarkan

kata-kata kotor, ketika pelatih memberikan pengarahan, ada anak yang langsung

memotong pembicaraan pelatihnya, dan juga masih terdapat anak yang suka

menertawakan temannya ketika melakukan kesalahan saat ditunjuk untuk

memimpin doa dan saat memimpin pemanasan. Dan pada usia 6-21 tahun juga

hanya ingin bermain tanding tanpa latihan terlebih dahulu. Hal itu terlihat pada

saat pelatih memberikan instruksi maupun latihan. Pada awal anak-anak yang

baru mengikuti Uni Papua, anak-anak memiliki karakter yang susah diatur, suka

“mengerjain” temannya, terkadang saat pelatih memberikan pengarahan tidak

didengar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Yakonias Aiboy5 menuturkan

bahwa:

Di Getasan itu kita melatih anak-anak yang berusia 8 tahun

sampai 12 tahun dan ke atas 17 memang karakter anak-anak di

atas itu kalau kita bicara mereka kadang tidak mau mendengar,

terus mereka suka bermain kalau kita lagi macam kasih

nasihat, apalagi mereka kadang datang dengan kelompok-

kelompok macam ada lima orang dorang (mereka) itu dengan

itu ada juga dari yang ini tiga orang disitu.

Dari kutipan wawancara diatas, pada intinya di Uni Papua Getasan

memiliki karakter anak-anak memiliki karakter bawaan, kalau pelatih memberi

arahan kadang ada yang tidak mau mendengar, ada anak yang hanya bermain

dan kadang ada anak-anak pada saat di lapangan hanya bermain dengan teman-

teman yang dikenal atau bermain secara berkelompok-kelompok. Salah satu

contoh kasus diungkapkan oleh Yakonias Aiboy tentang seorang anak yang

bernama Edi yang memiliki karakter yang susah diatur awalnya, tetapi dengan

berjalannya waktu anak tersebut sudah mulai berubah, hal ini yang dituturkan

bahwa:

Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka tidak serius

lalu buat yang kita bicara dia juga sambung ikut berbicara

kita mau marah dia buat lucu ketawa segala macam. Adik

5 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan pada 25 Januari

2017 di Kost Cemara Merah Putih, Salatiga

Page 7: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

45

satu dari Batak jadi memang orangnya nakal dia sendiri

cerita ke saya ternyata dulu itu waktu sekolah nakal sekali

suka bergaul dengan anak-anak, berkelahi sana-sini jadi saat

saya masuk di Uni Papua ternyata Uni Papua membentuk

karakter6. (Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka

tidak serius lalu ketika palatih berbicara ia pun langsung

memotong perkataan pelatih dan ia pun menyambungnya

dengan perkataannya. Adik satu dari Batak dan memang

anaknya nakal karena diasendiri cerita ke saya ternyata

dulu waktu sekolah suka bergau dengan anak-anak,

berkelahi sana-sini sehingga saya masuk Uni Papua dan

Uni Papua ternyata membentuk karakter.

5.1.3. Strategi Penanaman Nilai Dalam Pemberdayaan Sepak Bola dan

Bakti Sosial

Di komunitas sepak bola sosial Uni Papua di Desa Tajuk Kecamatan

Getasan memiliki strategi dalam menanamkan nilai kepada anak didik. Strategi

penanaman nilai dengan melakukan berbagai kegiatan, dimana di Uni Papua

memiliki kegiatan rutin dan kegiatan bakti sosial.

A. Kegiatan Rutin

Pemberdayaan adalah perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan

menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke

dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi

berdaya (empowering). Dengan penjelasan seperti ini, hadirnya CAC setiap

tahunnya di Uni Papua Getasan membawa dampak positif serta memperkuat

kapasitas masyarakat agar dapat keluar dari masalah-masalah yang dihadapi,

terutama masalah alkohol (mabuk-mabukan), free sex, narkoba dan bentrokan

antar kampung.

CAC merupakan program rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh

Uni Papua. CAC ini bertujuan untuk pengembangan organisasi dan olahraga

untuk pendidikan sosial yang berfokus pada isu-isu lokal seperti: pemberdayaan

perempuan, kesetaraan gender; pencegahan konflik, termasuk inklusi sosial;

kesehatan dan kesejahteraan, perubahan perilaku HIV/AIDS; hak-hak anak;

6 Wawancara dengan Yakonias Aiboy, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga

Page 8: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

46

keterampilan hidup yang penting dan menyenangkan7. CAC ini dilakukan oleh

pelatih luar negeri yang bergerak ke arah sosial dengan mengajarkan game-game

pengetahuan dengan menggunakan bola sebagai media. Dalam kegiatan tersebut

diikuti oleh anak (laki-laki dan perempuan) dan juga para pelatih. Dalam

pelatihan awal, pelatih melakukan perkenalan terlebih dahulu sebelum memulai

kegiatan, lalu kemudian menyiapkan game dengan menggunakan cones dan

bola. Tujuan menggunakan cones sebagai pembatas dan setiap cones diisi oleh

setiap anak maupun pelatih. Dalam permainan game tersebut diajarkan muatan-

muatan sosial agar anak dapat mengenal temannya dan lebih mengenal

pelatihnya. Selain itu, anak diajarkan untuk bertanggungjawab, tidak takut dan

malu, anak dilatih menjadi pemimpin, serta anak dapat terhindar dari masalah-

masalah, seperti narkoba, HIV/AIDS dan konflik antar suku. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka ketika peneliti bertemu dengan ketua dan sekretaris Uni

Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto tanggal 15

Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Getasan, keduanya

mengatakan bahwa8:

CAC sebenarnya untuk pelatihan pelatih. Jadi sebenarnya

lebih ke kepelatihan untuk orang-orang yang senang dengan

sepak bola. Tidak cuman pelatih tapi untuk siapa saja yang

menyukai sepak bola kita adakan CAC dari luar negeri

pelatihnya kemudian bekerjasama dengan Uni Papua kita

menjangkau orang-orang yang mungkin menyukai sepak

bola dan mau mengubah generasi membangun generasi

melalui sepak bola kita di situ ada rekan bagaimana caranya

untuk mengenalkan isu-isu sosial melalui sepak bola.Sepak

bola bukan hanya sekedar olahraga tetapi sepak bola bisa

kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif untuk hal-hal

yang menarik dan diajarkan game-game agar terhindar dari

narkoba, terhindar dari Free sex, terhindar dari HIV/AIDS.

Jadi perubahan sepak bola sosial dari pelatihan CAC tadi.

Itu kerjasama dengan CAC dari Amerika jadi mereka

bergerak di sepak bola sosial jadi mengajarkan kita tentang

7 http://coachesacrosscontinents.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 12.40

8 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

Uni Papua Bumi Ayu, Getasan

Page 9: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

47

bagaimana mengajarkan game-game kapada siswa-siswa

supaya terhindar dari hal-hal yang kita tidak inginkan.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa CAC adalah

pelatihan sepak bola yang dilakukan Uni Papua dengan bekerjasama dengan

CAC luar negeri untuk pelatihan sepak bola sosial kepada pelatih dan anak didik

agar lebih berdaya dan dapat melindungi serta terhindar dari masalah-masalah

sosial. Dalam pelatihan tersebut tidak memengut biaya pendaftaran dan terbuka

bagi siapa saja yang ingin mengikuti pelatihan tersebut. Tujuan CAC ini

dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak takut dan malu ketika bertemu

teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain. Hal ini juga

yang dituturkan oleh Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani bahwa9:

Mengajarkan saling beradaptasi yang kenal jadi kenal seperti

kita gak kenal sama orang kita bisa kenal dengan cara CAC

tadi, terhindar dari HIV, melatih teman-teman, membina

orang-orang supaya mereka punya semangat untuk bisa

bersosial kepada orang-orang dan untuk membangun

motivasi kita supaya kita tambah semangat.

Keakraban dan saling mengenal tersebut dimodifikasi dengan permainan

adukasi, dimana anak dituntut untuk berbaur dengan berpindah-pindah dari

cones satu ke cones yang lain. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching

Across Continents dalam pelatihan sepak bola sosial di bawah ini:

Gambar 5.2.

Coaching Acroos Continents Tahun 2016

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Pelatihan rutin sepak bola dilakukan juga oleh Uni Papua agar anak dapat

menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan sepak bola dilakukan setiap minggu 2

9 Wawancara dengan Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani pada 23 Desember 2016 di

Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

Page 10: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

48

kali yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Proses latihan sepak bola diikuti dari 2

kategori umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat

latihan, biasanya pelatih membagi 2 kategori tersebut dan juga terdapat

perbedaan cara melatih usia 6-14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-

14 tahun para pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain

diwajibkan untuk lari keliling lapangan sebanyak 3 kali dan setelah itu anak

diajarkan untuk membiasakan diri untuk stretching atau dalam istilah sepak bola

bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot-otot di setiap anggota badan

agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta untuk mengurangi

dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Setelah proses pemanasan selesai,

pelatih mengumpulkan anak didik dan diberi arahan untuk latihan selanjutnya

serta tujuan dari materi yang akan dilakukan. Sebelum dimulai pelatih memberi

contoh terlebih dahulu dengan membuat gerakan lambat agar anak dapat

mengerti dan melakukannya dengan baik. Latihan yang biasa dilakukan lebih

pada cara passing, dribbling dan kontrol bola. Untuk anak berusia 6-14 tahun

hampir semua memiliki passing, dribbling dan kontrol yang baik, maka pelatih

mengutamakan latihan pada untuk dasar-dasar dalam sepak bola seperti yang

disebutkan. Setelah melakukan latihan dasar-dasar kurang lebih 35 menit, anak

diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah

disediakan oleh pengurus. Setelah istirahat beberapa menit anak didik kembali

berkumpul dan pelatih memberikan pengarahan lagi terkait latihan yang sudah

dilakukan. Para pelatih selalu memberikan waktu 10 menit untuk fun game agar

anak tidak merasa bosan dan merasa capek dan diakhiri dengan cooling down

untuk meningkatkan fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti

semula melalui gerakan ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut

jantung yang berdegup cepat menjadi stabil sebagaimana kondisi awal dan

setelah itu anak berdoa untuk kembali ke rumah masing-masing.

Untuk usia 15-21 tahun latihan dilakukan bersamaan dengan usia 6-14

tahun. Latihan dibagi 2 lapangan. Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan

yang diberikan oleh pelatih lebih berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa

untuk lebih baik dan mengurangi kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih

Page 11: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

49

biasanya anak diajarkan untuk membiasakan diri melakukan pemanasan lari

keliling lapangan yang diberi waktu 12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak

diwajibkan untuk tidak melebihi waktu yang sudah ditentukan dan menyelesaikan

8 putaran dengan cepat dan tepat. Setelah itu, pelatih memberi pengarahan untuk

melakukan stretching terlebih dahulu sebelum melanjutkan latihan ke tahap

berikutnya. Setelah melakukan stretching sekitar 5-7 menit, kembali anak

berkumpul untuk diberi pengarahan oleh palatih mengenai tujuan materi yang

akan dilakukan selanjutnya. Untuk usia ini anak diajarkan agility atau yang

disebut dengan latihan kelincahan dengan menggunakan cones. Tujuan latihan

kelincahan agar anak dapat mengubah arah dan posisi sesuai dengan situasi yang

dikehendaki atau dihadapi dengan secepat mungkin. Latihan kecepatan

dikombinasikan dengan latihan fisik. Jadi saat anak dilatih kelincahan secara

sadar anak dilatih fisiknya. Untuk melewati cones setiap anak diberikan

tanggungan masing-masing sebanyak 3 kali untuk melewati cones secara terus

menerus. Waktu yang diberikan pelatih kurang lebih 20 menit dan setelah itu anak

diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah

disediakan. Setelah istirahat selesai, anak dikumpulkan dan diberikan pengarahan

untuk latihan tahapan berikutnya. Untuk tahapan berikutnya, yang diajarkan

adalah latihan passing, dribbling dan kontrol. Pada usia ini, passing, dribbling dan

kontrol sudah cukup baik, tetapi masih terdapat kesalahan-kesalahan kecil

sehingga pelatih selalu memberikan dasar-dasar secara terus-menerus agar anak

saat menyentuh bola „tidak kaku‟. Dalam latihan ini pelatih memberikan waktu 15

menit untuk passing, dribbling, kontrol serta setelah passing pemain harus tetap

bergerak untuk membuka ruang.

Diakhir permainan, pelatih memberikan latihan shooting atau tembakan ke

arah gawang dengan tujuan menendang bola dengan keras dan kuat sehingga

menghasilkan laju bola dengan cepat untuk mencetak gol. Dan waktu yang

diberikan 20 menit dan setelah itu anak melakukan cooling down sebelum

berkumpul untuk berdoa. Cooling down dilakukan dengan tujuan meningkatkan

fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti semula melalui gerakan

ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut jantung yang berdegup cepat

Page 12: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

50

menjadi stabil sebagaimana kondisi awal. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto

tentang proses latihan Uni Papua di bawah ini:

Gambar 5.3

Proses Latihan Rutin Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Ketiga gambar di atas dapat dijelaskan bahwa yang pojok kiri adalah anak

yang berusia 15-21 tahun sedang berhadapan untuk melakukan latihan passing

dan kontrol. Pada gambar yang berada di tengah adalah anak yang berusia 6-14

tahun yang sedang melakukan pemanasan dengan membuat lingkarang dan

dipimpin oleh salah satu teman. sedangkan pada gambar yang berada di pojok

kanan adalah anak usia 6-14 tahun sedang melakukan latihan passing dengan

cara bola dipegang oleh beberapa teman dengan membuang bola ke arah kaki

dan melakukan passing kembali ke arah teman yang memegang bola secara

terus-menerus dan berganti-gantian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika

peneliti bertemu dengan pelatih-pelatih di Uni Papua di Getasan, yakni Leunar

Leonardo Rundi dan Yakonias pada tanggal 25 Januari 2017 di rumah kost

Merah Putih Salatiga, keduanya mengatakan bahwa10

:

Jadi kita pisahkan 6-14 tahun kan porsi latihannya tidak

mungkin langsung paksa. Kita kasih keliling lapangan cuma

10

Wawancara dengan Leunard Leonardo Rundi dan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni

Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih

Page 13: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

51

tiga kali. terus kalau 6-14 tahun ini kita ajar lebih ke pasing

dulu, bergerak ditempat pasing, dribblinng, dribbling

mungkin cuma tiga kali pakai cones itu cuma persiapkan

untuk mereka joging sambil pasing, sambil pasing. Biasa

dikasih fisik terus ada fisik dengan menggunakan bola tetapi

yang itu di dalamnya ada usia 6 tahun sampai 14. Jadi, yang

usia 6-14 tahun itu kami kurangi latihan yang tidak terlalu

berat begitu.

Pemberdayaan juga dilakukan Uni Papua Getasan dalam kegiatan latihan

sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat berada di lapangan

maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan bagi pengurus,

pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor, karena

apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti „ndas‟ maka akan

mendapatkan hukuman push up 10 kali atau lari keliling lapangan 5 kali.

Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih, tapi hukuman bagi para

pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling lapangan 15 kali ketika

mengeluarkan kata-kata kotor. Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola,

para pelatih terlebih dahulu hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-

materi yang diajarkan sambil menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi

para anak-anak didik yang terlambat datang akan mendapatkan hukuman

hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan 5 kali11

. Aturan berikutnya

adalah bahwa para pelatih di larang merokok selama melatih di lapangan, kecuali

merokok ketika sudah berada di rumah. Selain itu, setelah selesai latihan anak

diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di dalam lapangan. Setiap

anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10 sampah dengan berbagai jenis

yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari aturan yang dibuat bersama

adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai

kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga lingkungan dan anak

bermain, bersenang-senang dan bergembira. Dan untuk pelatih diajarkan hal

yang sama karena seorang pelatih merupakan “guru” yang mengajarkan anak-

anak untuk mengkuti perintahnya. Jadi, makna dari hukuman yang diberikan

11

Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di

Kost Merah Putih, Salatiga

Page 14: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

52

sebagai bentuk pendidikan ke anak agar tidak mengulangi hal sama dan sanksi

yang diberikan membawa dampak positif untuk kesehatan anak. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Daniel Zebaoth12

menuturkan bahwa :

Kalau di lapangan anak-anak wajib tidak boleh berkata

kotor. Kalau berkata kotor Push Up minimal sepuluh kali

termasuk pelatih. Setelah latihan wajib mengumpulkan

sampah gak (tidak) boleh ada sampah di Lapangan, bahkan

pelatihpun harus juga ikut mengumpulkan sampah.

Dalam kutipan wawancara dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan

dilakukan Uni Papua dengan menanamkan nilai-nilai yang dimulai dari seorang

pelatih. Pelatih merupakan kunci utama dalam merubah dan mengarahkan anak.

Ketika seorang pelatih menunjukkan sikap kepada anak didik seperti

mengeluarkan kata-kata kotor, maka seorang anak akan mengikuti apa yang

dikatakan. Jadi di Uni Papua pelatih tidak boleh mengatakan kata-kata kotor saat

anak yang dilatih melakukan kesalahan maupun saat bercanda. Selain itu,

seorang pelatih juga harus menunjukkan sikap untuk disiplin terhadap waktu.

Karena dengan menepati waktu, maka anak yang didik dapat mengikuti apa yang

dilakukan pelatihnya. Kecuali pelatih terlambat karena kondisi cuaca yang

kurang baik. Untuk itu, pengurus, pelatih dan anak didik sepakat untuk

membentuk aturan yang mengikat agar memberi efek jera dan mendidik anak.

Aturan yang diberlakukan, saat mengatakan kata-kata kotor akan diberikan

hukuman push up atau lari keliling lapangan. Walaupun aturan ini terasa berat,

tetapi anak dapat memperoleh makna dari push up dan lari keliling lapangan.

Aturan berikutnya, setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk mengumpulkan

sampah yang berserakan di lapangan. Karena selain Uni Papua, lapangan juga

digunakan oleh masyarakat sehingga sampah banyak yang dibuang sembarang.

Maka anak didik maupun pelatih diwajibkan untuk mengumpulkan sampah

setelah selesai latihan. Tujuan dilakukan agar anak dapat mencintai dan

melestarikan lingkungan tanpa membuang sampah sembarang. Oleh karena itu,

Uni Papua memiliki aturan agar pengurus, pelatih dan anak didik dapat merubah

12

Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

2016 di Bumi Ayu, Getasan

Page 15: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

53

kebiasaan lama menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat saat berada di

lapangan maupun saat berada di tempat tinggal mereka.

B. Bakti Sosial

Bakti sosial merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan

antara sesama manusia. Bakti Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan

adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan kekerabatan kita. Bakti sosial

diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Bakti sosial antar warga yang

dilakukan oleh Uni Papua Getasan adalah untuk mewujudkan rasa cinta kasih,

rasa saling menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat luas yang sedang

membutuhkan uluran tangan mereka. Hal ini yang dilakukan Uni Papua dengan

berbagai kegiatan-kegiatan sosial, seperti, penanaman pohon (go green), donor

darah, bantuan hari raya (buka bersama)dan dulu ada gereja yang rubuh Uni

Papua bahu membahu membantu membersihkan puing-puing sisah bagunan.

Pada hasil wawancara terhadap anak didik tentang kegiatan yang diikuti, Roice,

Mikra, Edisah dan Piter bahwa “kerja bakti, menanam pohon, membersihkan

lingkungan, donor darah, memperingati hari HIV/AIDS dan dulu ada gereja

rubuh kita ikut bantu bersih-bersih”13

.

Penanaman pohon (go green) merupakan program yang dilakukan Uni

Papua setiap tahun dan setiap 6 bulan sekali . Kegiatan penanaman pohon sudah

dilakukan sebanyak 2 kali di area lereng Merbabu. Penanaman pohon pertama

dilakukan pasca gunung Merbabu terbakar14

. Pada waktu itu, Uni Papua bekerja

sama dengan Kodim Salatiga, organisasi PKP (Pumuda Kinasih Puyang),

organisasi Karang Taruna, Taman Nasional serta Muspika (Musyawarah

Pimpinan Kecamatan) untuk penanaman 1.000 pohon Puspa dan 1.000 (seribu)

pohon Gayam di area lereng Merbabu. Penanaman yang kedua bersamaan dengan

memperingatihari HIV/AIDS sedunia pada 1 Desember 2016, sebanyak 3.000

pohon, 1.000 pohon Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam dengan

bekerjasama taman nasioanal, Karang Taruna, Masyarakat Peduli Api (MPA),

13

Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan

pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan 14

http://www.solopos.com/2015/10/04/kebakaran-gunung-merbabu-api-kembali-membesar-dan-

mulai-bakar-ladang-warga-648726, diakses pada 15 Maret 2017 pukul 19.00 wib

Page 16: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

54

Polsek Getasan, dan bantu Korem. Waktu itu juga, pada 1 Desember 2016

merupakan hari HIV/AIDS sedunia sehingga Uni Papua mengundang PMI

(Palang Merah Indonesia) untuk hadir melakukan pendonoran darah bagi

masyarakat yang ingin mendonorkan darah. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto

penanaman pohon dan donor darah di bawah ini:

Gambar 5.4

Penanaman Pohon dan Donor Darah

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa gambar yang pertama

atau pojok kiri merupakan penanaman pohon yang kedua pada tahun 2016. Pada

waktu dibantu oleh Kodim 0714 Salatiga, dan Polsek Getasan. Untuk gambar

yang kedua dari kiri atau tengah adalah keikutsertaan anak, pengurus dan pelatih

untuk melakukan penanaman pohon dan pada waktu bersamaan dengan

peringatan hari HIV/AIDS sedunia. Sedangkan gambar yang ketiga yang berada

di pojok kanan adalah masyarakat Desa Tajuk yang ikut berpartisipasi

mendonorkan darah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penanaman pohon di

lereng gunung Merbabu, terlebih dahulu dilakukan donor darah. Donor darah

tersebut bukan hanya masyarakat di Desa Tajuk, tapi juga dari Polsesk dan

Kodim turut memberikan darah untuk di donor. Dari hasil wawancara bersama

Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto ada kesamaan pendapat yang mengatakan

bahwa15

:

15

Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

2016 di Bumi Ayu, Getasan

Page 17: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

55

Kita sudah melakukan go green di lereng Merbabu yang

pertama 2016 itu seribu pohon Puspa dan seribu pohon

Gayam. Jadi untuk go green itu kita melibatkan dari Karang

Taruna, dari namanya PKP (Pemuda Kinasi Puyang), dan

juga dari taman nasional dari masyarakat juga karena waktu

itukan dulunya pernah kebakaran di lereng Merbabu jadi

tempat kebakaran tersebut sama masyarakat kita menanam

pohon Puspa di lereng Merbabu tersebut dan dibantu sama

Kodim 0714 Salatiga. Dan tangal 1 Desember 2016 kami

melakukan kembali dengan 3.000 pohon, 1.000 pohon

Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam itu

dipandu lagi dengan taman nasional, karang taruna, juga

masyarakat peduli api yang membantu kami untuk

penanaman yaitu dengan 3.000 pohon tersebut. Jadi itu

salah satunya itu karena juga itu peringatan hari AIDS dan

juga kita melibatkan masyarakat untuk donor darah, jadi

donor darah kita berikan kepada masyarakat waktu itu yang

membantu mendonorkan darahnya untuk PMI.

Kegiatan berikutnya adalah Jumat Eglish Day (Jumat belajar bahasa

Inggris). Setiap hari Jumat anak dibimbing belajar bahasa Inggris. Proses

bimbingan dilakukan oleh seorang guru wanita yang juga menjadi guru di salah

satu sekolah dasar di Getasan. Namun, pada tahun 2016 guru tersebut berpindah

tugas ke Bandung sehingga yang mengambil alih kegiatan tersebut adalah pelatih

dan pengurus. Dalam membimbing anak didik, para pelatih hanya mengarahkan

anak agar di hari Jumat selalu mengucapkan bahasa Inggris dan pada saat

pemanasan juga berhitung menggunakan bahasa Inggris. Untuk lebih jelas lihat

beberapa foto anak diajarkan bahasa Inggris di bawah ini:

Gambar 5.5

Jumat English Day

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Page 18: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

56

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa di Uni Papua memiliki program

untuk melatih anak didik agar bisa berbahasa Inggris. Kegiatan tersebut

dilakukan setiap hari Jumat di Lapangan Pulihan Desa Tajuk. Tujuan dilakukan

di lapangan anak-anak dapat menjangkau tempat tersebut. Dan ketika cuaca yang

tidak mendukung biasanya belajar ditunda ke hari-hari berikutnya. Namun,

program ini agar terhenti dalam beberapa bulan karena guru yang sering

mengajarkan bahasa Inggris berpindah tugas ke kota Bandung. Seiring dengan

berjalannya waktu, program tersebut dijalankan oleh pengurus dan pelatih

walapun metode yang diajarkan agak berbeda. Metode yang digunakan dengan

menggunakan latihan sepak bola, jadi pada saat pemanasan anak diwajibkan

berhitung menggunakan bahasa Inggris. Hal ini juga yang dituturkan oleh Bapak

Daniel Zebaoth16

bahwa:

Sebenarnya hari Jumat itu adalah hari english day. Sekarang

mereka (guru) sedang pindah ke Bandung jadi sekarang

pelatih-pelatih yang mengajarkan anak, mementori supaya

di hari jumat atau di hari apa tetap memakai bahasa inggris.

Kalau pemanasan semua anak menghitungpun harus bahasa

inggris. Jadi kita mengajarkan kepada anak segala sesuatu

berawal dari bahasa inggris seperti itu.

Kegiatan sosial yang terakhir adalah bantuan hari raya. Di Uni Papua

Getasan setiap tahun menyelenggarakan buka bersama dengan masyarakat

sekitar pada bulan puasa (Idul Adha). Buka bersama diikuti oleh anak didik,

pengurus Uni Papua, masyarakat sekitar dan organisasi Karang Taruna. Pada

saat itu, Uni Papua memberikan bantuan berupa baju koko, snack, air miniral

dan yang terakhir adalah memberikan bantuan berupa hewan kurban. Dana yang

digunakan untuk buka bersama di Getasan pada saat itu adalah dana yang

didapat dari pusat atau langsung dari CEO Uni Papua yang berada di Jakarta.

Tujuan diadakan buka bersama sebagai bentuk terjalinnya hubungan

kebersamaan dan saling menghormati antar umat beragama dan juga anak dapat

16

Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

2016 di Bumi Ayu, Getasan

Page 19: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

57

belajar untuk berbaur dengan masyarakat, saling menghormati antar satu dengan

yang lain walaupun berbeda agama, suku dan ras. Untuk lebih jelas lihat

beberapa foto tentang perayaan bulan puasa di bawah ini:

Gambar 5.6

Bantuan Hari Raya

Sumber : Uni Papua Getasan, 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa saat merayakan buka

puasa bersama, Uni Papua memberikan bantuan baju koko yang sudah diberikan

logo Uni Papua ke masyarakat. Pada kedua foto di atas yang berada di kiri

merupakan Babinsa Sertu Suradi Desa Tajuk. Sedangkan foto yang di kanan

adalah Drs. Gustomo Hartanto selaku camat di Getasan. Pembagian baju tersebut

sebagai salah satu bentuk agar terjalinnya hubungan yang baik dan tetap menjaga

tali persaudaraan antar agama khususnya di wilayah Getasan.

Upaya pemberdayaan juga diartikan sebagai melindungi dan membela

kepentingan masyarakat lemah. Yang dimaksud masyarakat “lemah” disini

adalah anak-anak didik di Uni Papua, karena para anak-anak tersebut adalah

generasi masa depan bangsa yang masih banyak memerlukan bimbingan dan

arahan dari pelatih dan pengurus di Uni Papua. Berdasarkan pengamatan

Page 20: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

58

peneliti, para anak-anak didik dan diajarkan, seperti menghargai satu sama lain,

disiplin, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, menghormati orang yang lebih tua,

yang tadinya suka mengeluarkan kata-kata kotor, akhirnya sedikit demi sedikit

dapat berubah serta anak diajarkan untuk melestarikan lingkungan dengan tidak

membuang sampah sembarang. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak di Uni

Papua mendapat dukungan masyarakat, pemerintah desa, dan bahkan mendapat

dukungan pemerintah kecamtan Getasan. Dalam hal ini pemerintah desa dan

kecamatan turut hadir dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti tanam pohon, buka

bersama dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya dan memberi izin menggunakan

lapangan sebagai tempat latihan sepak bola di Uni Papua. Yang menarik sebagai

bahan kajian, protecting didapatkan oleh masing-masing anak didik yang

tergabung di Uni Papua Gatasan. Para anak didik tetap eksis dan solid menjaga

persatuan di dalamnya dan berusaha mengajak kepada masyarakat khususnya

generasi muda di Getasan agar tetap bersatu dan menjunjung sikap kebersamaan,

sikap toleransi, kekompakkan, menjauhkan diri dari narkoba, alkohol, free sex

serta melestarikan lingkungan dengan menjaga dan tidak membuang sampah

sembarang.

5.1.4. Strategi Evaluasi Nilai Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki

tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi

keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Mardikanto,

2015:167). Tentang hal ini, secara konseptual, strategi sering diartikan dengan

beragam pendekatan, seperti:

Pertama, strategi sebagai suatu rencana. Uni Papua Getasan memiliki

perencanaan yang baik dan teraarah, namun terdapat juga perencanaan yang

tidak berjalan. Perencaan di Uni Papua berupa rencanaa jangka panjang dan

rencana yang bersifat jangka pendek. Untuk kegiatan jangka panjang, Uni Papua

ingin menjadi komunitas yang membentuk karakter anak yang dikenal semua

kalangan di Getasan maupun Indonesia dan menjadikan komunitas Uni Papua

sebagai barometer kemajuan dalam pembentukan karakter anak-anak, remaja dan

Page 21: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

59

pemuda di Getasan. Sedangkan rencana jangka pendek, Uni Papua melakukan

kegiatan-kegiatan, seperti CAC yang dilakukan setiap tahun, menanam pohon,

donor darah, latihan sepak bola dan marayakan bulan puasa. Untuk setiap

kegiatan jangka pendek tersebut selama ini sudah berjalan dengan baik dan

terlaksana. Namun, berdasarkan observasi dan wawancara, peneliti menemukan

ada beberapa perencanaan kegiatan yang belum terlaksana yaitu melakukan

penyuluhan HIV/AIDS ke sekolah-sekolah, hal ini diakibatkan kurangnya

koordinasi dalam internal Uni Papua yang tidak berjalan dengan baik sehingga

jarang antar pengurus bertemu untuk bertemu secara langsung dan

membicarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Kedua, strategi sebagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Uni

Papua selama ini berjalan dengan baik dan membawa dampak positif bagi anak

sehingga anak dapat merubah kebiasaan lama yang kurang baik berubah menjadi

kebiasaan yang menguntungkan. Perubahan yang terlihat saat ini adalah

terjalinnya hubungan kebersamaan dan kekompakkan saat latihan walaupun

cuaca yang tidak bersahabat. Contohnya, kegiatan penanaman pohon juga anak

terlihat kompak walaupun hujan deras dan angin kencang pada waktu itu mereka

tetap datang untuk menanam. Berikutnya juga, ketika Uni Papua mendapatkan

sponsor anak didik diajak pengurus untuk makan bersama di warung makan

disekitaran Getasan. Selain itu, anak memiliki sikap saling percaya dan

menghargai satu sama lainnya. Sikap itu terjadi pada saat latihan sepak bola,

awalnya ketika tidak saling mengenal anak tidak mudah percaya dengan

temannya, dimana anak akan takut passing bola karena belum saling mengenal,

tetapi sikap itu sudah berubah dan sekarang anak-anak sudah saling percaya dan

tidak takut-takut untuk bermain bersama. Pada saat di lapangan anak didik

memiliki sikap menghargai yang pada awalnya tidak mau mendengarkan, namun

berjalannya waktu anak-anak di Uni Papua sudah bisa mendengarkan perintah

dari pelatih maupun orang yang lebih tua dari mereka. Sikap tanggungjawab

adalah salah satu yang sering diberikan kepada ada oleh pelatih. Contohnya,

ketika lapangan dipenuhi sampah, anak diajarkan untuk bertanggungjawab

mengangkat dan membuang pada tempat dan anak didik dituntut

Page 22: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

60

bertanggungjawab terhadap alam dengan melestarikan alam dengan cara

menanam pohon. Saat pelatihan sepak bola juga diajarkan anak untuk

bertanggungjawab ketika kehilangan bola dari kakinya dan dituntut merebut

kembali bola tersebut. Di Uni Papua, anak dilatih mendisiplin diri dan

menghargai waktu pada saat latihan dilakukan, anak juga diajarkan untuk

menjaga pola makan dan disiplin pada saat belajar. Contoh nyata, dalam latihan

sepak bola anak diajarkan agar pada saat latihan harus hadir tepat waktu dan

kalau anak tersebut terlambat akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

keliling lapangan sebanyak 3-5 kali. Kemudian, yang menjadi hal yang

terpenting dan selalu diingatkan oleh pelatih kepada anak adalah tidak merokok,

tidak minum-minuman keras dan free sex. Ketika ada anak yang kedapatan

merokok, anak akan diberi hukuman lebih berat serta diberi pengarahan agar

tidak mengulangi hal yang serupa.

Ketiga, strategi sebagai suatu instrument. Dalam strategi ini, Uni Papua

memiliki tujuan pertama yaitu loyal dengan anak didiknya, loyal dengan visi dan

misi serta loyal dengan masyarakat. Loyal dengan anak, artinya para pengurus

dan pelatih walaupun tidak dibayar atau mendapatkan imbalan, mereka tetap

berkomitmen untuk melatih dan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan

sosial yang mendidik. Untuk loyalitas yang berikutnya, para pengurus dan

pelatih loyal terhadap visi-misi Uni Papua untuk membangun karater anak

walaupun banyak masalah yang dihadapi. Kemudian loyal dengan masyarakat,

yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat dan selalu berbaur dengan

masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan. Contohnya, sikap

loyal yang dilakukan pengurus Uni Papua mendapat tanggapan dari masyarakat

dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dengan selalu mengundang

masyarakat untuk mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Intinya, dari penjalasan Yakonias Aiboy, Leunard Leonardo Rundi dan

Yesaya (pelatih Uni Papua), setiap kegiatan sosial maupun latihan sepak bola

selama ini, para anak diajarkan muatan-muatan sosial dan anak juga diajarkan

agar terhindar dari permasalahan-permasalahan sosial yang menjerat anak-anak

saat ini, seperti narkoba, alkohol dan free sex. Menurut para pelatih tersebut

Page 23: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

61

strategi yang dilakukan dengan latihan sepak bola, karena dalam latihan kami

menanamkan nilai-nilai, seperti yang dikatakan bahwa17

:

Yang paling penting yang saya tanamkan untuk anak-anak

itu kekompakkan, kebersamaan, kesopanan,

bertanggungjawab, kepercayaan terus respect terhadap

sesama teman, pelatih maupun lawan. Jadi, harus saling

menghargailah. Kan kita habis latihan kita suruh yang kita

kasih latihan menceritakan apa yang kita kasih latih tadi

bagaimana atau kurang dimana terus yang apa yang bisa

mereka ambil (tujuan apa yang didapat dari latihan).

5.2. Strategi Pemberdayaan Dalam Penguatan Kelembagaan

Pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya

(kekampuan dan posisi-tawar) agar masyarakat semakin mandiri. Karena itu,

pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses penguatan kapasitas. Yang

dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi,

dan kelembagaan yang lain). Yang dimaksudkan adalah kemampuan komunitas

sepak bola sosial Uni Papua Getasan menjadi basis untuk mengembangkan

keterampilan dan kompetensi anak didik hingga mampu dapat berubah dari

perilaku yang kurang baik berubah menjadi anak yang memiliki moral dan etika

yang baik. Oleh karena itu, terdapat peran yang dimainkan dalam penguatan

kelembagaan, diantaranya:

Kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi dan

kelembagaan lain). Peningkatan kapasitas individu lebih condong pada usaha

untuk meningkatkan kemampuan anak didik di Uni Papua Getasan agar mereka

mampu memanfaatkan semua potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya

untuk dapat dimanfaatkan demi kemajuan masyarakat sekitarnya. Upaya

peningkatan kapasitas individu ini meliputi usaha-usaha pembelajaran baik dari

ranah pengetahuan, sikap atau penyadaran kritis dan keterampilannya.

Pengembangan kapasitas merupakan bagian yang penting di dalam berbagai

aspek kehidupan terutama pada komunitas sepak bola sosial Uni Papua di

Getasan. Di Uni Papua anak diberdayakan dan diberi kemampuan dengan

menanamkan nilai-nilai sosial, seperti, toleransi, kerjasama, bertanggung jawab

17

Wawancara dengan Yakonias Aiboy dan Yesaya Sampari serta Leunard Leonardo Runi sebagai

pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga

Page 24: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

62

dan anak diajarkan untuk tidak merokok, minum alkohol dan free sex. Penguatan

kemampuan anak dikemas ke dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di

masyarakat salah satu contoh program CAC (Coaching Across Continents),

dimana anak diajarkan langsung menggunakan games-games yang didalamnya

sudah diselipkan pengetahuan agar anak dapat saling mengenal satu sama dan

terhindar dari hal-hal yang negativ. Yang terpenting dari games - games anaka

dapat bermain dan tertawa bersama, terhibur dan mengispirasi.

Dengan demikian pengembangan kapasitas individu (anak didik), adalah

segala upaya untuk memperbaiki atau mengembangkan mutu karakteristik

pribadi anak agar lebih efektif, efisien, baik didalam entitasnya maupun dalam

lingkup global. Pengembangan kapasitas pribadi yang dimaksudkan nilai-nilai

perilaku, merujuk kepada kebiasaan, norma, dan etika pergaulan yang lain, baik

yang dipelihara didalam sistem sosial tertentu, maupun dalam pergaulan yang

lebih luas dengan individu yang berasal dari sistem sosial yang berbeda latar

belakang budaya.

Pemahaman mengenai pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses

juga harus diikuti dengan usaha peningkatan kapasitas yang terus menerus

(kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif melainkan berkelanjutan). Keluaran

dari proses pengembangan yang dilakukan Uni Papua Getasan terhadap anak-

anak didik bukanlah suatu kondisi yang berhenti pada sebuah titik tertentu saat

tujuan pengembangan itu dinyatakan tercapai, namun secara terus menerus

dilakukan oleh pengurus, pelatih agar anak tidak berhenti pada satu titik

melainkan selalu disadarkan dan diingatkan melalui kegiatan-kegiatan, seperti,

setiap tahun diadakan tanam pohon. Kegiatan ini terus dilakukan agar anak dapat

benar-benar memiliki kesadaran untuk selalu melestarikan alam dengan

menanam dan tidak membuang sampah sembarang. namun keluarannya harus

berupa siklus yang terus menerus dan berkelanjutan, karena kondisi dan

dinamika masyarakat terus berkembang dan ketika usaha peningkatan kapasitas

telah mencapai suatu tingkatan tertentu, maka akan muncul tantangan-tantangan

baru yang lebih kompleks dan lebih berat.

Page 25: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

63

Dalam siklus pengembangan anak-anak didik di Uni Papua Getasan

merupakan proses peningkatan kapasitas yang dilakukan secara berulang-ulang

sehingga kesadaran menjadi budaya dan bagian dari masing-masing individu

dalam masyarakat.

Pengembangan kapasitas berikutnya adalah sumber daya manusia

merupakan pusat pengembangan kapasitas. Sumber daya manusia merupakan

tonggak keberlanjutan individu maupun organisasi. Oleh karenanya, hal yang

paling ditekankan di Uni Papua Getasan adalah menciptakan anak-anak yang

memiliki karakter dan memiliki moral yang baik dengan selalu memberikan

pendidikan karakter yang dimulai dari hal-hal kecil, seperti dalam latihan sepak

bola diajarkan untuk disiplin terhadap waktu latihan, anak diajarkan untuk

memimpin teman saat berlatih dan setelah selesai latihan tidak lupa pelatih selalu

menekankan agar menjauhi hal-hal negativ dan ketika lapangan di penuhi

sampah, maka secara sadar anak langsung mengangkat dan membuang sampah

pada tempat. Dengan demikian, pengembangan ini lebih menitikberatkan pada

pendidikan karakter dimana suatu anak akan menjadi anak yang berguna untuk

bangsa.

Pengembangan kapasitas yang terakhir adalah kelembagaan dalam arti

luas mengenai perilaku dan nilai-nilai. Komunitas Uni Papua adalah

komunitas yang bergerak dalam bidang sosial yang berhubungan dengan

pembinaan generasi muda lewat kegiatan positif, yaitu sepak bola dan kegiatan-

kegiatan sosial lainnya. Kelembagaan atau aturan main yang menjadi pegangan

bersama di Uni Papua Getasan adalah tidak boleh berkata kotor dan setiap habis

latihan mengumpulkan sampah. Aturan ini berlaku pada ana-anak didik, pelatih

serta pengurus. Ketika ada yang ketahuan mengeluarkan kata kotor, maka anak,

pelatih ataupun pengurus akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

keliling lapangan 5 kali. Dan kalau anak atau pelatih mengucapkan lagi kata-kata

kotor yang kedua kalinya maka sanksi yang diberikan akan bertambah. Di Uni

Papua juga memiliki aturan yang mewajibkan anak maupun pelatih agar setelah

melakukan latihan harus mengumpulkan sampah dan setiap anak diwajibkan

mengumpulkan sepuluh sampah dan kalau belum sampai sepuluh, maka

Page 26: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

64

sanksinya anak tidak izinkan pulang. Dengan demikian, kedua aturan yang

dibuat bersama merupakan aturan yang ini merupakan aturan yang harus ditaati

dan mendidik anak maupun pelatih agar menjaga kalimat yang diucapkan dan

membiasakan diri untuk menjaga lingkungan.

5.3. Strategi Pemberdayaan Sepak Bola Sosial Dalam Rangka

Meminimalisir Isu SARA di Getasan

Permberdayaan pada hakikatnya adalah kemampuan membangun nilai-nilai

bersama yang mampu memberikan penguatan bagi setiap orang atau kelompok

untuk bertindak menggapai harapan-harapan yang diinginkan. Dalam perspektif

inilah, John Friedmann (1992) mengatakan pemberdayaan masyarakat pada

hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual yang berlangsung dalam

suatu proses. Dengan demikian, pemberdayaan dimaknai secara konseptual oleh

peneliti sebagai bentuk penyadaran, pengkapsitasan dan pendayaan dilakukan bagi

individu dan masyarakat sebab pemberdayaan akan membentuk nilai-nilai kolektif

untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau

meminimumkan ancaman-ancamanya. Distilulah dimaknai pemberdayaan sebagai

pola pikir.

Secara konseptual, proses pemberdayaan yang telah dan sedang dilakukan

oleh sepak bola sosial Uni Papua Getasan perlu diapresiasi. Apresiasi ini

didasarkan pada realitas aktivitas yang dilakukan yaitu : pertama, secara

kelembagaan Uni Papua telah berupaya dan bekerja keras untuk merencanakan,

melaksanakan, dan mengevalusi program kegiatan yang mereka lakukan; kedua,

dalam merekrut tidak ada batasan kriteria di Uni Papua dan tidak memaksa anak

maupun pelatih untuk ikut Uni Papua, karena Uni Papua lebih ke pembinaan

karakter anak; ketiga, Uni Papua hadir di cabang Getasan sebagai bentuk untuk

membina anak-anak agar memiliki moral dan etika yang baik; dan Keempat, pola

pembinaan dan pengkapasitasan masyarakat (anak laki-laki, perempuan) lewat

kegiatan CAC, latihan rutin sepak bola dan kegiatan-kegiatan sosial di

masyarakat.

Kegiatan CAC merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun sekali

dengan bekerjasama dengan CAC Amerika dan Inggris untuk melatih sepak bola

Page 27: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

65

sosial. Dalam kegiatan ini, yang mengikuti adalah anak-anak didik dan pelatih

maupun masyarakat setempat. Materi yang diberikan pelatih berupa permainan-

permainan edukasi dengan menggunakan media sepak bola. Tujuan CAC ini

dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak merasa takut dan malu ketika

bertemu teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain serta

anak dapat bermain, bersenang-senang dan bergembira. Selain itu, para pelatih

memberikan pengetahuan kepada anak dengan memberikan permainan-permainan

kecil tentang bahaya HIV/AIDS kalau tidak memakai pengaman (kondom),

bahaya menggunakan narkoba dan minum-minuman beralkohol.

Latihan rutin merupakan program latihan sepak bola yang dilakukan setiap

minggu dua kali agar anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan ini

dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Latihan rutin dipimpin oleh pelatih yang

memiliki licensi maupun tidak. Proses latihan sepak bola diikuti dari dua kategori

umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat latihan,

biasanya pelatih membagi dua kategori tersebut dan juga terdapat perbedaan cara

melatih usia 6-14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-14 tahun para

pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain diwajibkan

Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan yang diberikan oleh pelatih lebih

berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa untuk lebih baik dan mengurangi

kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih biasanya anak diajarkan untuk

membiasakan diri melakukan pemanasan lari keliling lapangan yang diberi waktu

12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak diwajibkan untuk tidak melebihi waktu

yang sudah ditentukan dan menyelesaikan 8 putaran dengan cepat dan tepat.

dalam kegiatan latihan sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat

berada di lapangan maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan

bagi pengurus, pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata

kotor, karena apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti

mengeluarkan kata „ndas‟ maka akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

lari keliling lapangan 5 kali. Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih,

tapi hukuman bagi para pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling

lapangan 15 kali.

Page 28: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

66

Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola, para pelatih terlebih dahulu

hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-materi yang diajarkan sambil

menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi para anak-anak didik yang

terlambat datang akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau keliling

lapangan 5 kali. Aturan berikutnya adalah bahwa para pelatih di larang merokok

selama melatih di lapangan, kecuali merokok ketika sudah berada di rumah.

Setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan

di dalam lapangan dan setiap anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10

sampah dengan berbagai jenis yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari

aturan yang dibuat bersama adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan

menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga

lingkungan dan anak bermain, bersenang-senang dan bergembira.

Program berikutnya adalah English Day atau setiap hari Jumat belajar

bahasa Inggirs. Program ini dilakukan oleh seorang guru perempuan setiap hari

Jumat sore di Lapangan sepak bola Dusun Pulihan. Guru tersebut biasanya

mengajarkan anak-anak didik belajar alfabet mengunakan bahasa Inggris, belajar

menghitung dengan menggunakan bahasa Inggris serta anak diajarkan untuk

memperkenalkan nama dan tanggal lahir dengan pengucapan bahasa Inggris.

Setiap hari Jumat anak diwajibkan untuk berbicara bahasa Inggris dengan teman-

temannya. Sanksi ketika ada anak yang tidak menggunaka bahasa Inggris berupa

teguran lisan dan memberi pengarahan kepada anak.

Bakti sosial merupakan program yang dilakukan Uni Papua Cabang Getasan

setiap 6 bulan sekali atau setiap tahunnya. Bakti sosial berupa penanaman pohon,

donor darah, buka bersama pada bulan Idul Adha dengan memberikan bantuan.

Penanaman pohon sudah dilakukan dua kali di lereng gunung Merbabu dengan

bekerjasama dengan Kodim, organisasi pemuda, pemerintah setempat, Polsek

Getasan, kelompok tani dan masyarakat Getasan. Uni Papua Cabang Getasan juga

memiliki program donor darah dengan bekerjama dengan Palang Merah Indonesia

(PMI). Donor darah dilakukan sebagai bentuk peduli kasih terhadap sesama

dengan mengajak masyarakat sekitar Desa Tajuk untuk mendonorkah darahnya.

Selain itu, Uni Papua juga pada hari raya berbaur dengan masyarakat dalam

Page 29: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

67

bentuk berbagi kasih kepada umat muslim di Getasan yang pada waktu itu

melakukan hari raya Idul Adha. Bentuk peduli antara sesama dengan memberikan

bantuan berupa baju Koko dan bantuan berupa hewan kurban kepada masyarakat.

Pada waktu itu buka bersama dilakukan dengan anak-anak didik, Babinsa Desa

Tajuk, Bapak Camat Getasan serta organisasi pemuda. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh sekretaris Karang Taruna Budi Prayetno18

di kediamannya

Dusun Puyang pada 12 Desember 2016, bahwa “keterlibatan untuk karang taruna

itu seperti kegiatan-kegiatan penanaman dalam istilah go green dan kegiatan-

kegiatan semisal bakti sosial dan bahkan dulu pernah ada kegiatan dari Uni Papua

melibatkan karang taruna juga itu untuk buka bersama waktu bulan puasa seperti

itu. Dulu juga pernah ada program seperti donor darah”.

Dengan program pemberdayaan yang sudah dilakukan Uni Papua Cabang

Getasan membawa dampak positif untuk meredam atau meminimalisir isu SARA

yang terjadi di Uni Papua Getasan. Pada kesempatan ini, sikap warga desa

terhadap organisasi Uni Papua yang baru dikenalnya menimbulkan perilaku yang

seolah-olah curiga dan ragu-ragu terhadap kehadiran Uni Papua Getasan. Disatu

sisi sebagian masyarakat mendukung dan di sisi yang lain ada tidak mendukung.

Namun, dengan seiiring perkembangan Uni Papua dengan berbagai program yang

ditawarkan ke masyarakat, maka isu SARA saat ini mulai berkurang. Salah satu

ukuran berkurangnya adanya peningkatan keikutsertaan anak dalam kegiatan rutin

sepak bola Uni Papua. Sebelum isu SARA menjadi isu yang sangat besar, jumlah

peserta didik yang mengikuti Uni Papua berjumlah 80-an anak, tetapi karena

goncangan isu SARA maka ada penurunan yang cukup drastis mencapai 30 anak,

tetapi sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan bakti sosial yang dilakukan

Uni Papua masyarakat tersadarkan dan semakin percayaa dengan bertambahnya

peserta didik yang dari 30 anak menjadi 43 anak sampai sekarang ini. Berdasarkan

hasil temuan saat wawancara dengan Meshak Riwanto bahwa:

Kalo saya pernah mengikuti penyuluhan dari Uni Papua

khususnya anak saya tentang programnya Uni Papua itu

memang sangat membantu sekali untuk anak-anak

18

Wawancara dengan Bapak Budi Prayetno sebagai Sekretaris Karang Taruna pada 12 Desember

2016 di Dusun Puyang, Desa Tajuk, Getasan.

Page 30: BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14719/5/T1_352012008_BAB V.pdf · mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan

68

remaja ataupun anak-anak kecil untuk mendidik anak-

anak itu menjadi mandiri dan menjadi berprestasi itu

kalo menurut pendapat saya karena memang itu sangat

beruntung sekali Uni Papua ada di Getasan.

Dengan demikian, secara ideal, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan

pertama-tama lewat character building atau proses penyadaran dan

pengkapasitasan, atau dapat dikatakan pembangunan sosial lewat pembangunan

kesadaran dan tindakan masyarakat. Hasil dari munculnya kesadaran ini perlu

diolah dalam pembentukan kapasitas kelembagaan masyarakat, pengkapasitasan

kelembagaan masyarakat inilah yang akan melaksanakan setiap program yang

direalisasikan Uni Papua Getasan. Oleh karena itu, peneliti melihat ada nilai-nilai

atau pesan yang ingin disampaikan dalam penelitian ini, yaitu bahwa persepsi

masyarakat dengan orang Papua sebagai pembuat onar, rusuh, suka mabuk-

mabukan, tawuran, tetapi dengan hadirnya Uni Papua diberbagai cabang di

Indonesia dan salah satunya adalah Uni Papua Getasan adalah bentuk bahwa

orang Papua bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain.