bab v siramandalem legion dalam...
TRANSCRIPT
BAB V
SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUAL
Kebudayaan adalah alam kodrat sendiri sebagai milik manusia, sebagai
ruang lingkup realisasi diri. Di Jawa juga terdapat ritual, biasanya ritual yang
dilakukan di Jawa biasanya dilaksanakan pada saat upacara-upacara adat/upacara
keagamaan, misal seperti acara Merti Deso (Bersih Desa) atau untuk upacara
untuk memperingati malam 1 Sura. Ritual juga dapat diartikan sebagai sebuah
kegiatan yang dilakukan secara rutin dan memiliki makna tertentu dalam setiap
kegiatan yang dilakukan.
“Bagi Goffman, Ritual adalah sesuatu yang esensial karena ia memelihara
keyakinan kita akan hubungan sosial dasar. Ia memberikan orang kesempatan
untuk menegaskan legitimasi posisinya dalam struktur sosial sambil
mewajibkannya melakukan hal yang sama. Ritual adalah mekanisme tempat
berlangsungnya penegasan bawahan atas posisi atasan yang lebih tinggi.
Derajat ritual dalam masyarakat mencerminkan legitimasi struktur sosialnya,
karena respek ritual yang diberikan pada individu juga merupakan tanda
respek atas peran lain yang mereka mainkan.”
(Manning, 1992:133)1
Siramandalem Legion adalah salah satu band dengan aliran musik
Blackmetal yang mencoba mengkombinasikan kebudayaan baru yaitu aliran
musik Blackmetal tersebut dengan budaya lokal yang ada di wilayah mereka yaitu
Ritual. Siramandalem Legion menggunakan ritual dalam kegiatan mereka (Pentas
1 Manning, 1992 dalam Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana Offset
diatas panggung), mereka menggunakan peralatan yang dalam bahasa Jawa
disebut uborampe seperti bunga, kemenyan/dupa, dan lain-lain. Pada bab
sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan
oleh Siramandalem, maka dalam bab ini akan membahas lebih dalam tentang
ritual dari band Siramandalem Legion.
5.1 Ritual
Ritual adalah salah satu kegiatan yang dilakukan yang biasanya terdapat
pada upacara-upacara agama maupun upacara adat daerah. Secara umum dapat
dilihat bahwa hampir pada semua upacara ritual terdapat representasi yang
mengarah pada pemusatan kekuasaan. Ritual dalam kehidupan masyarakat
dibedakan menjadi dua, yaitu ritual individual dan ritual komunal. Yang
membedakan antara ritual komunal dan ritual individu adalah, ritual komunal
merupakan upacara yang dilaksanakan untuk kepentingan orang banyak atau
umum. Ritual individu adalah upacara yang diselenggarakan untuk kepentingan
seseorang, baik upacara ritual individu maupun komunal, umumnya dilaksanakan
dengan maksud untuk memperoleh keselamatan.
Pengertian ritual menunjuk pada hal ikhwal ritus. Ritus atau rite (Inggris)
berasal dari Bahasa Latin, yang diartikan sebagai tata cara keagamaan atau
upacara keagamaan (Prent C.M.,dkk., 1969, Kamus Latin Indonesia). Ritus
biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu secara berulang-ulang dari masa ke
masa. Ritus dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dibedakan menjadi dua,
yaitu ritus bersifat profan dan ritus yang bersifat sakral. Ritus yang bersifat sakral
tidak hanya ditemui pada upacara-upacara keagamaan tetapi juga dilakukan oleh
masyarakat dengan pendekatan budaya masing-masing, yang termanifestasi dalam
ritual adat. Pada hakikatnya ritual-ritual adat maupun agama merupakan media
untuk memediasi dua atau lebih entitas yang berbeda, sekaligus penyeimbang
dalam kosmos. Kata ritus umumnya digunakan oleh kaum-kaun beragama maka
kata ini diartikan sebagai ibadat. Dalam perspektif ini, ibadat (ritus) merupakan
bagian dari tingkah laku religius yang aktif dan dapat diamati karena dalam ritus
terdapat ucapan-ucapan (termasuk mantra), pemujaan, nyanyian, doa, tarian,
busana, simbol-simbol, dan tindakan-tindakan tertentu yang dapat dilihat,
didengar, dan dirasakan oleh indera manusia (Abdullah 2009:283).
Secara teoritik, ritual dapat dipahami melalui beberapa pemikiran berikut.
Pertama, Durkheim (2001, 1984), yang melihat ritual sebagai sarana yang
digunakan untuk menghasilkan, untuk mengalami dan membenarkan keyakinan
dan gagasan sebagai hal yang nyata oleh komunitasnya. Menurutnya, ritual adalah
sarana yang digunakan untuk menuju dengan tepat atau untuk mengkondisikan
persepsi individual. Kedua, Victor Turner (1967,1977), yang menyebutkan ritual
sebagai pembenaran kesatuan komunal. Ketika ritual digambarkan sebagai
perwujudan aspek-aspek struktural dan anti struktural, Turner menggambarkan
ritual sebagai aktivitas yang spesial dan yang paradikmatik, yang menuju pada
tuntutan-tuntutan yang diperlukan dan yang bertentangan dari baik komunitas
terbatas maupun tatanan sosial yang sudah diformulasikan secara luas.
Pada prinsipnya ritual merupakan suatu transformasi sikap dari yang
profan (nyata) kepada sesuatu yang sakral (kudus). Dalam ritual terdapat simbol-
simbol yang menyatakan perilaku dan perasaan yang turut membentuk pribadi
mereka yang memuja dan melakukan ritual. Dalam hal ini diyakini bahwa
terdapat kekuatan yang lebih besar dan lebih kuat (the suppreme being) di luar diri
manusia. Melalui pelaksanaan ritual, manusia (orang-orang yang melakukan
ritual) merasa akrab atau dekat dengan subjek yang kudus dan dapat perlindungan
atau rasa aman (Bell, 1992; Susanto, 1987; Dhavamony, 1995; Van Gennep,
1968). Dhavamony (1995:175), membedakan tindakan ritual dalam empat
kategori. Pertama, tindakan magis yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-
bahan yang bekerja karena daya mistik. Kedua, tindakan religius dan kultus para
leluhur. Ketiga, ritual yang mengungkapkan hubungan sosial dan merujuk pada
pengertian-pengertian mistik. Terakhir, ritual yang meningkatkan produktivitas,
kekuatan, pemurnian dan perlindungan. Geertz (1992:32), menyebutkan bahwa
dalam ritus dan tingkahlaku yang dikeramatkan, seseorang akan menemukan
tujuan religiusnya. ( Abdullah. 2009 : 282-284)
5.2 Ritual dalam Siramandalem Legion
Kehidupan masyarakat seperti yang ada di Jawa sebagian dari masyarakatnya
masih ada yang menganut dan mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka.
Beberapa warisan yang diberikan nenek moyang kepada mereka, diantaranya
tentang ritual. Upacara ritual biasanya mereka lakukan pada saat-saat tertentu saja.
Seperti contoh upacara ritual sedekah bumi dimana mereka melakukan upacara
ritual ini bertujuan untuk mengucap syukur atas berkah panen yang melimpah
bagi wilayah mereka, selain itu ada beberapa upacara ritual yang mereka lakukan
dengan tujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan yang Maha Esa agar
mereka dan semua keturunanya diselamatkan dari berbagai macam bencana.
Selain itu ritual juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau tindakan yang
dilakukan secara rutin dan memiliki makna tertentu dari setiap bagian yang
dilakukannya.
Simbol dan ritualitas memiliki makna yang sangat banyak. Menurut pendapat
Victor Turner, makna dalam pengertian simbol dan ritual, berhubungan erat
dengan bagaimana simbol tersebut dipersepsi dan internalisasi menjadi sistem
kepercayaan baik secara individual maupun secara komural. Secara etimologis
simbol berarti tanda atau pertandaan yang digunakan untuk kepentingan ritualitas
tertentu. Simbol diartikan sebagai sesuatu yang dianggap atas dasar kesepakatan
bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau
mengingatkan kembali dengan memiliki atau mengintegralkan kembali dengan
memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan dalam
hati dan pikiran.
Definisi simbol merupakan pertandaan yang tidak hanya menyampaikan
gambaran tentang sesuatu yang bersifat immaterial, tetapi juga menyampaikan
fenomena-fenomena material yang ada dalam hati dan pikiran. Dalam kaitan ini,
simbol dapat dipahami sebagai ekspresi dalam wujud material yang digunakan
kelompok untuk menggambarkan sesuatu yang immaterial atau kepercayaan.
Simbol menggambarkan bentuk, sifat, dan makna kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat atau kelompok, sebab demikian, makna simbol selalu
menggambarkan ritualitas yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok.
Menurut Victor Turner tidak mungkin mengetahui makna ritualitas masyarakat
tanpa memahami makna simbol-simbol yang digunakannya.
Ritualitas sendiri secara etimologis berarti perayaan yang berhubungan dengan
kepercayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara terminologis ritualitas
merupakan ikatan kepercayaan yang antar orang yang diwujudkan dalam bentuk
nilai bahkan dalam bentuk tatanan sosial. Ritualitas merupakan ikatan yang paling
penting dalam masyarakat beragama. Kepercayaan masyarakat dan prakteknya
tampak dalam ritualitas yang diadakan oleh masyarakat. Ritualitas yang dilakukan
bahkan dapat mendorong masyarakat untuk melakukan dan mentaati nilai dan
tatanan sosial yang sudah disepakati bersama. Dengan bahasa lain, ritualitas
memberikan motivasi dan nilai-nilai mendalam bagi seseorang yang mempercayai
dan mempraktekkan. Dapat diketahui bahwa tidak mungkin memahami bentuk,
sifat, dan makna ritualitas masyarakat tanpa mengetahui secara mendalam simbol-
simbol ritualitas yang digunakannya.
Dijaman sangat berkembang dan maju ini upacara ritual mulai jarang
ditemukan terkecuali pada komunitas-komunitas adat yang memang mereka
masih memegang teguh tradisi dan budaya lokal warisan nenek moyang mereka.
Kebanyakan prosesi ritual itu bisa membuang banyak waktu dan banyak biaya.
Dijaman yang semakin maju budaya-budaya atau budaya lokal mulai sedikit
terkikis oleh perubahan waktu yang ada. Anak-anak, pemuda dan remaja mereka
sudah mulai terkontaminasi dengan kebudayaan luar yang mereka anggap lebih
modern dan lebih maju, tanpa mereka sadari bahwa budaya yang mereka anggap
modern itu bisa membuat mereka meninggalkan tradisi yang sudah ada. Biasanya
ritual yang dilakukan oleh orang Jawa memiliki tujuan dan maksud tertentu yaitu
untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan yang Maha
Kuasa. Walaupun ada yang mengangap ritual merupakan budaya kuno, namun di
Kabupaten Boyolali terdapat komunitas pemuda yang masih melestarikan
kebudayan ritual tersebut dengan cara mereka sendiri.
Siramandalem Legion mengusung budaya baru dalam musik yaitu aliran
musik Blackmetal yang menggabungkannya dengan budaya lokal Jawa.
Siramandalem berusaha menggabungkan dan mengkombinasikan aliran musik
Blackmetal dengan budaya lokal yang disebut dengan ritual. Ritual yang mereka
gunakan cukup sederhana karena menggunakan beberapa ornamen saja yaitu
hanya menggunakan bunga sekaran dan dupa. Setiap kali penampilan
Siramandalem dalam sebuah acara atau event mereka selalu menggunakan ritual
dengan peralatan-peralatan tersebut. Ritual-ritual yang dilakukan oleh
Siramandalem Legion memiliki beberapa kegiatan dan memiliki maksud yang
beragam diantaranya adalah :
5.2.1. Ritual Siramandalem sebelum tampil diatas panggung
Salah satu ritual yang dilakukan oleh Siramandalem Legion adalah ritual
yang dilakukan sebelum mereka tampil diatas panggung. Ritual yang mereka
lakukan sebelum tampil diatas panggung biasanya mempersiapkan diri dan
peralatan yang akan digunakan pada saat mereka tampil diatas panggung nantinya.
Pada tanggal 24 Juni 2012 yang lalu salah satu komunitas yang juga terdapat di
Kabupaten Boyolali yaitu Komunitas BMHC (Boyolali Metalhead Circle)
mengadakan sebuah acara yang bertempat di Gor Boyolali. Pada kesempatan
tersebut penulis mendapatkan kesempatan untuk dapat menyimak dan meneliti
persiapan-persiapan yang dilakukan oleh band Siramandalem Legion dari awal
hingga akhir penampilan Siramandalem. Event yang baru-baru ini dilaksanakan
pada tanggal 23 Desember 2012 yang berada di Kartosuro. Dalam kesempatan
yang didapatkan oleh penulis pada event yang dilaksanakan di Kartosuro ini,
penulis dapat menyimak dan meneliti lebih dalam lagi tentang Siramandalem
Legion dan ritual yang dilakukan dari berangkat kelokasi event, persiapan
sebelum tampil diatas panggung hingga setelah selesai tampil.
Sebelum mereka berangkat ke lokasi event/acara/gigs yang dilaksanakan,
para personil Siramandalem dan crew Siramandalem berkumpul di basecamp
Siramandalem (Rumah Yusuf Bassis Siramandalem) untuk mempersiapkan
peralatan dan hal-hal yang nantinya akan digunakan untuk mendukung
penampilan mereka diatas panggung, seperti gitar, double pedal, uborampe untuk
ritual seperti dupa ,bunga segar, vas, tampah, stiker dan aksesoris pelengkap
lainnya seperti sepatu, spike dll. Setelah persiapan dan peralatan sudah lengkap,
mereka mulai bersiap untuk berangkat menuju kelokasi event yang dituju.
Sesampainya dilokasi event crew Siramandalem membantu membawa masuk
peralatan yang akan digunakan Siramandalem kedalam gedung lokasi. Di Lokasi
event mereka akan bertemu dengan teman-teman satu aliran, dan yang biasa
mereka lakukan adalah bersalaman ala anak metal dan sedikit ngobrol-ngobrol
untuk mengetahui kondisi dan keadaan event tersebut.
Pada event yang diadakan di Kartosuro pada beberapa waktu yang lalu
kebetulan mereka harus menunggu giliran 3 band tampil dahulu baru giliran
Siramandalem untuk tampil. Selama menunggu giliran mereka untuk tampil,
mereka mulai mempersiapkan hal-hal yang akan mereka gunakan nantinya,
seperti merangkai double pedal, menyusun dan merapikan bunga dan dupa diatas
tampah, membersihkan wajah mereka dengan air ataupun pembersih wajah dll.
Mula-mula mereka akan membersihkan wajah mereka dengan air ataupun
pembersih wajah, jika sudah dibersihkan maka akan lebih mudah didandani dan
akan lebih bertahan (tidak luntur). Lalu mereka memulai mendandani wajah
mereka dengan 2 warna yaitu warna hitam dan putih, tujuan mereka mewarnai
wajah mereka adalah ingin menampilkan sisi garang atau sisi seram dalam
penampilannya nanti, selain itu mereka memaknai warna hitam dan putih sebagai
bagian sisi manusia bahwa manusia itu juga ada yang hitam dan putih, manusia itu
ada yang baik dan yang buruk2. Warna putih yang mereka gunakan adalah
Singwhite atau bedak putih seperti masker. Mereka mengoleskan bedak putih itu
dengan menggunakan kapas ataupun tissue agar terlihat rapi dan rata, lalu
dikipasin atau diangin-angin agar cepat kering. Setelah bedak putih yang
dioleskan mengering hasilnya wajah mereka seperti kertas putih polos yang siap
dilukis ataupun digambar sesuai keinginan mereka, kemudian mereka oleskan
2 Wawancara dengan Agung Siramandalem pada tanggal 28 November 2012, “Musik blackmetal
itu selalu identik dengan 2 warna yaitu hitam dan putih. Jika dijelaskan warna hitam mewakili
pikiran kita dan warna putih mewakili hati kita, jadi 2 unsur tersebut perpaduan yang kita tuangkan
kedalam musik. Intinya warna hitam dan putih itu merupakan pemberontakan dari jiwa. Warna
hitam dan putih itu melambangkan manusia, maksudnya manusia itu ada 2 jenis hitam dan putih,
bukan berarti kulit hitam dan putih tetapi yang saya maksud manusia itu ada hitam dan putih,
manusia itu ada yang baik dan ada yang buruk”.
bedak warna hitam diwajah mereka. Warna hitam yang mereka gunakan adalah
“Pideh” atau bedak hitam yang biasanya digunakan perias pengantin jawa untuk
mendandani dan membentuk motif di kening pengantin wanita jawa yang sering
disebut dengan “Paes”. Menurut Yusuf Bassis Siramandalem dia mengatakan
bahwa mereka menggunakan pideh diambil dari sisi sakralnya, karena pideh
digunakan untuk mempercantik pengantin wanita jawa pada saat pernikahan3.
Maksud mereka hitam pideh adalah hitam sakral yang mampu menutupi
kekurangan dari diri mereka. Mereka mewarnai wajah putih mereka dengan warna
hitam dengan begitu mudahnya seakan-akan wajah mereka sudah memiliki motif
dan kita hanya mengikuti motif itu sesuai dengan keinginan mereka untuk
mengekspresikan sisi hitam dari diri mereka melalui riasan wajah yang mereka
gunakan. Seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 1.
Personil Siramandalem mendandani wajah mereka
Sumber : Data Primer 2012
3 Wawancara dengan Yusuf Siramandalem pada bulan 28 November 2012, dia mengatakan “Kalau
singwhite jelas itu bedak putih yang dipakai biar muka kita putih kayak orang pakai masker gitu.
Selain itu warna putihkan suci bersih juga. Terus kalau pideh, kita pakai pideh karena warna
hitamnya lebih kelihatan dibandingkan dengan yang lainnya, selain itu pideh kita ambil nilai
sakralnya kayak kalau dipakai perias pengantin jawa untuk mendandani pengantin wanita jawa”.
Dua warna yang mereka gunakan yaitu warna hitam dan putih memiliki
makna bahwa manusia itu memiliki 2 sifat yaitu hitam dan putih atau sifat baik
dan sifat buruk4. Selesai mendandani wajah mereka atau memakai make up
wajah,kemudian mereka juga mengenakan aksesoris pelengkap lainnya seperti
sepatu both dan spike-spike yang akan dipakai di tubuh mereka, selanjutnya
mereka akan menyiapkan ornamen-ornamen atau uborampe atau bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan untuk ritual diatas panggung nantinya. Yang
dipersiapkan diantaranya adalah menyiapkan tampah (tempat yang biasa
digunakan untuk jajanan pasar), bunga segar (mawar merah dan putih), dan dupa,
semua bahan ini dijadikan satu dalam tampah tersebut.
Siramandalem Legion band Blackmetal asal kota susu Boyolali ini adalah
salah satu band yang cukup lama eksis dalam berbagai macam acara baik didalam
kota maupun diluar kota, dan salah satu hal yang membuat mereka berbeda adalah
adanya ritual. Ritual yang mereka lakukan adalah ritual yang sederhana hanya
menggunakan beberapa ornamen seperti kembang, dupa, dan tempat kecil
(Tampah/tempat saji jajanan pasar) untuk meletakkan semua ornamen-ornamen
itu. Dalam setiap mereka tampil dalam acara/event mereka tak pernah
meninggalkan ritual ini, Agung Nugroho Drummer Siramandalem Legion
mengatakan bahwa jika tidak menggunakan ritual dengan ornamen-ornamen yang
mereka punya, mereka hanya seperti ngejam (latihan) biasa seperti di studio dan
4 Wawancara dengan Agung Siramandalem, pada 28 November 2012, “Warna hitam dan putih itu
melambangkan manusia, maksudnya manusia itu ada 2 jenis hitam dan putih, bukan berarti kulit
hitam dan putih tetapi yang saya maksud manusia itu ada hitam dan putih, manusia itu ada yang
baik dan ada yang buruk.”
tidak ada greget atau kemistri dalam mereka main, beda halnya jika mereka
menggunakan ritual, dengan menggunakan ritual maka mereka juga akan
menggunakan aksesoris pelengkap seperti riasan wajah (Corps paint) dan
spike/paku-paku yang mereka pakai ditubuh mereka guna menunjang penampilan
mereka, dengan seperti itu menurut mereka, mereka akan merasakan kemistri/aura
Blackmetal Javanese yang sebenarnya.5
Setelah mereka selesai merias wajah mereka dengan dibantu crew, mereka
mempersiapkan sebuat peralatan yang nantinya akan digunakan sebagai sesaji
dalam ritual tersebut. Mereka mempersiapkan sebuah Tampah kecil atau
penampih yang didalamnya akan diletakkan kembang-kembang sekaran (bunga
mawar merah dan putih) dan vas untuk meletakkan dupa yang nantinya dibakar,
dalam tempat tersebut mereka meletakkan stiker-stiker nama band mereka
didalamnya.
Setiap ornamen sesaji yang ada dalam ritual yang dilakukan oleh
Siramandalem Legion memiliki makna tersendiri. Seperti dupa, bunga segar,
tampah dll. Menurut Istad Siramandalem bunga yang mereka gunakan adalah
bunga sekaran yang sama seperti untuk dipakai pada saat ada orang meninggal
ataupun untuk menyekar kemakam, dan bunga yang dipakai selalu segar karena
apa yang ingin mereka berikan bukan yang biasa-biasa saja tetapi yang special6.
5 Wawancara dengan Agung Siramandalem, pada 28 November 2012, “Bahwa kalau tidak pakai
ritual itu juga tidak pakai make up dan aksesoris dll, ya rasanya biasa saja tidak ada gregetnya,
kalau pakai ritual pasti juga pakai make up dan aksesoris dll biar kita bisa menyatu dengan
siramandalem dan musiknya. Kalau tidak pakai ritual, pas memainkan lagu itu ya bisa meresap
tapi gak full seperti pas pakai ritual, make up dan aksesoris-aksesoris, jadi cuma seperti ngejam-
ngejam biasa distudio gitu kayak seperti latihan biasa gitu.” 6 Wawancara dengan Istad Siramandalem pada tanggal 28 November 2012. “Kalau dupa biasanya
kita menggunakan dupa gunung kawi kayaknya dupa pengantin gitu, nah kembali seperti yang
sudah saya utarakan di awal tadi kita mengambil segi sakralnya seperti seorang pengantin jawa.
Bunga yang kami pakai juga hanya mawar merah dan putih, ya karena dalam upacara pengantin
Mereka menggunakan tampah yang memiliki makna tersendiri menurut mereka
tampah yang mereka gunakan, ibarat seperti tampah digunakan untuk menapih
atau memilah biji beras antara yang biji beras bagus dengan biji beras yang jelek
atau yang rusak7. Demikian juga tampak yang dimaknai oleh Siramandalem
Legion bertujuan untuk memilih-milih mana yang akan memberikan dampak baik
dan mana yang akan memberi dampak buruk untuk diri mereka maupun untuk
perkembangan band mereka.
Gambar 2.
Personil Siramandalem mempersiapkan peralatan untuk sesaji
Sumber : Data Primer 2012
jawa ada prosesi pengantin laki-laki menginjak telur itu juga pakai bunga mawar merah dan putih,
terus kalau kita kemakam untuk nyekar kita juga menggunakan bungan mawar merah dan putih,
kembali kepada awal tadi kita hanya mengambil nilai sakralnya saja karena memang di jawa
kebanyakan seperti itu.” 7 Wawancara dengan Yusuf Siramandalem pada tanggal 28 November 2012. “Tampah ya?
Tampah memang kami gunakan untuk meletakkan bunga mawar tadi. Kami mengambil
filosofinya tampah itu biasanya digunakan untuk mengayak atau menapih beras, beras yang ditapih
menggunakan tampah maka akan kelihatan antara besar yang utuh dengan beras yang pecah
ataupu kotoran dari beras, jadi maksudnya kami menggunakan tampah adalah sebagai pemilah
atau penyaring antara yang baik dan yang buruk.”
2. Ritual Siramandalem diatas panggung
Ritual yang kedua adalah ritual yang dilakukan pada saat diatas panggung.
Setelah sebelumnya mereka merias wajah mereka dan mempersiapkan segala
macam uborampe atau peralatan dan bahan ritual disebut sesaji, saatnya mereka
naik keatas panggung dan menampilkan kelebihan, keunikan dan karya mereka
dalam bermusik. Pada saat mulai naik diatas panggung para personil dibantu
dengan crew Siramandalem mulai mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan
mereka diatas panggung. Salah satu crew meletakkan ornamen sesaji yang sudah
disiapkan di tengah depan diantara pemain bass dan pemain gitar. Crew yang lain
membantu pemain drum mempersiapkan double pedal dan cek sound, dan
terdapat hal yang unik yaitu pada ujung gitas, bass dan didepan drum diberi
sebuah dupa yang sudah dibakar. Mereka meletakkan dupa diujung gitar dan
didepan drum memiliki tujuan atau makna bahwa alat musik yang mereka
mainkan merupakan sebuah pusaka atau senjata bagi mereka, selain itu
maksudnya bahwa mereka dengan alat musik yang mereka mainkan memiliki jiwa
dan agar bisa menyatu antara mereka dengan alat musik mereka.
Gambar 3.
Personil Siramandalem bersiap untuk tampil
Sumber : Data primer 2012
Setelah semua persiapan selesai saatnya mereka memulai pertunjukan
mereka. Tanpa mengawali dengan kata-kata yang terlalu berbasa-basi suara gitar
mulai dipetik dan alat musik lainnya mulai mengikutinya, karena mereka memang
jarang atau tidak pernah berkomunikasi atau menyapa audiens pada saat diatas
panggung, itu merupakan ciri-ciri khusus dari penampilan Siramandalem Legion.
Pada saat mereka memulai musik mereka, salah satu crew Siramandalem ada yang
menyebarkan bunga dan stiker nama band Siramandalem Legion ke audiens.
Menurut Yusuf Siramandalem mereka menyebarkan bunga keaudiens tidak
memiliki maksud apa-apa hanya sebagai tanda bahwa audiens yang terkena
sebaran bunga merupakan bagian atau merupakan pasukan (legion) dalam
Blackmetal yang menjadi pendukung penampilan Siramandalem Legion. Selain
itu mereka juga menyebarkan stiker logo band mereka bertujuan untuk
mempromosikan band mereka dengan media stiker tersebut.
Gambar 4.
Logo Band Siramandalem Legion
Sumber : Data primer 2012
Gambar logo band siramandalem ini terdapat 2 simbol yang cukup
mencolok yaitu gambar keris dan gambar pentagram atau bintang terbalik.
Menurut hasil wawancara yang pernah dilakukan arti gambar keris ini
menunjukkan bahwa Siramandalem memiliki sisi jawa yaitu gambar keris
tersebut, dan menurut hasil wawancara dengan Yusuf Siramandalem dia
mengatakan bahwa “Keris merupakan pusaka jawa yang sakral dan pusaka keris
itu selalu digunakan oleh para punggawa-punggawa jawa atau petinggi-petinggi
jawa”8. Hal ini menunjukkan bahwa keris merupakan pusaka yang sakral dan
tinggi nilai maknanya sehingga mereka menggunakan gambar keris dalam logo
nama band mereka. Keris bisa dikatakan sebagai lambang kejayaan karena yang
memiliki atau memegang keris adalah seorang punggawa. Dengan demikian
lambang keris dalam logo Siramandalem juga ingin menunjukkan bahwa mereka
merupakan punggawa dalam Blackmetal Jawa yang ingin mempertahankan aliran
musik Blackmetal dan tidak meninggalkan identitas mereka sebagai seorang Jawa.
Keris juga menandakan jati diri orang jawa9.
Unsur yang berikutnya adalah gambar pentagram atau gambar bintang
terbalik. Bintang bersudut lima atau orang sering mengatakan bintang terbalik
adalah salah satu simbol Black Metal yang sangat terkenal di kalangan
masyarakat. Bintang bersudut lima ini mewakili 5 unsur yaitu semangat, air, api,
angin dan tanah. Menurut kepercayaan anggota Black Metal semua unsur yang
8 Wawancara dengan Yusuf Siramandalem Legion pada tanggal 28 November 2012
9 Wawancara dengan Agung Siramandalem pada tanggal 28 November 2012. “Keris itu
menandakan orang jawa, keris itu merupakan barang sakral yang ada di jawa, keris itu
menandakan pagan yang ada dijawa. Kita pakai keris ya karena kita itu orang jawa dan keris itu
menandakan aliran kita yang javanese.”
ada di bintang terbalik itu memiliki makna dan lambang tertentu. Bumi atau tanah
adalah simbol kestabilan, pertumbuhan, dan pendidikan. Air adalah simbol gerak
hati, lambang kekuasaan wanita, serta darah penyembuhan. Api adalah lambang
kekuatan fisik serta aksi dan reaksi. Angin adalah simbol intelektual atau
perhubungan. Semangat atau ruh dianggap sebagai kekuatan penggerak. Dari 5
unsur ini juga menggambarkan tentang personil Siramandalem bahwa masing-
masing dari mereka memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga jika mereka
menggabungkan apa yang mereka miliki dan saling melengkapi maka mereka
dapat menampilkan yang terbaik untuk penampilan mereka.
Pada saat menyaksikan penampilan Siramandalem, audiens atau para
penonton seperti orang yang terhipnotis oleh lantunan musik yang diciptakan
karena mereka bergerak dan gerakan mereka hampir bersamaan seperti ada
sesuatu yang membuat mereka bergerak seperti itu. Bahkan ada gerakan seperti
para audien atau penonton seperti memuja atau mengagung-agungkan
(mengangkat tangan mereka dan mengangguk-anggukan badan) band
Siramandalem seperti sosok yang besar dan agung.
Gambar 5.
Penampilan Siramandalem didepan para audiens
Sumber : Data primer 2012
Setiap personil Siramandalem memaknai tentang sesaji yang mereka
persiapkan berbeda-beda menurut Drummer Siramandalem (Agung Nugroho), dia
menjelaskan bahwa sesaji dalam musiknya merupakan bentuk sebuah pagan,
pagan yang dimaksud adalah budaya lokal, dan budaya lokal yang ada di jawa
adalah ritual dengan sesaji-sesaji. Menurutnya setiap penampilannya diatas
panggung yang dipengaruhi dengan sesaji-sesaji itu mampu membuatnya tampil
secara maksimal, dalam kata lain jika sudah diatas panggung menggunakan make
up wajah, aksesoris dan sesaji maka itu bukanlah dirinya yang seperti biasanya,
tetapi dirinya dalam porsi dan versi yang beda, karena jiwa di tampil diatas
panggung dia akan mengeluarkan semua sisi gelap dalam dirinya10
. Baginya sesaji
hanyalah sebagai pelengkap untuk mendukung penampilannya diatas panggung.
Sedangkan menurut Basis Siramandalem (Yusuf Wiyono), dia
menjelaskan bahwa sesaji yang mereka gunakan bertujuan sebagai syarat mereka
minta ijin atau untuk menghormati tempat yang baru pertama kali mereka
10
Wawancara dengan Agung Siramandalem, pada tanggal 28 November 2012. “Kita sebagai
manusia memiliki sisi gelap sendiri-sendiri. Sesaji dan sebagainya dijawa itu untuk sesuatu yang
gelap-gelap kebanyakan seperti itu. Trus kita hidup dijawa, ibaratnya musiknya di Siramandalem
itu cenderung agak ke pagan, pagan ya lokal itu tadi. Lha untuk melengkapi diri kita itu agar lebih
pagan itu bagaimana? Pagannya dijawa itu bagaimana? Hitamnya atau blacknya dijawa itu
bagaimana? Ya dengan sesaji-sesaji tersebut. Kalau menurut aku, aku di musik black, aku kalau
lagi main apa yang hitamku aku keluarkan semua. Intinya sesaji untuk aku pribadi itu untuk lebih
menuju ke spiritual yang aku akan lebih memperlihatkan jiwaku yang hitam biar bisa keluar
semua. Spriritualku ya perjalanan menuju ke hitamku tadi agar keluar semua dalam artian sesaji
hanya pas saat itu pas aku tampil diatas panggung, kalau aku diatas panggung itu udah bukan aku,
bukan aku yang sebenarnya aku, diatas panggung itu adalah aku (agung) dalam bentuk lain, agung
dalam sisi dan porsi yang lain, aku yang hitam dan benar-benar hitam, ibaratnya aku menjiwai
beneran dalam musikku, dalam memainkan musikku, aku bener-bener total dan pyur memainkan
musiknya Siramandalem.”
kunjungi. Mungkin tempat acara tersebut sedikit angker karena percaya atau tidak
bahwa disekeliling kita mahluk penghuni dunia ini selain manusia itu pasti ada,
jadi menurutnya sesaji yang digunakan sebagai istilah untuk minta ijin agar
selama mereka tampil, mereka tampil lancar dan tidak ada gangguan.11
Dan menurut Gitaris Siramandalem (Istad Wahyudi), dia mengatakan
hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh Agung ataupun Yusuf , dia
memaknai sesaji sebagai sesuatu penandaan atau syarat untuk mendukung
penampilan mereka yang bertujuan agar selama mereka tampil, mereka mampu
menampilkan yang terbaik dan lancar tanda ada gangguan apapun, dan juga
sebagai ijin tempat.
Goffman berasumsi bahwa ketika individu berinteraksi, mereka ingin
menyajikan pemahaman tertentu tentang diri yang akan diterima oleh orang lain.
Aktor berharap agar pemahaman tentang dirinya yang mereka sajikan di hadapan
audien akan cukup kuat bagi audiens tersebut mendefinisikan. Goffman menyebut
hal ini dengan istilah “Manajemen Kesan” (Ritzer, 2010:399-400).
Goffman dengan analogi teatrikal (dramaturgi) menjelaskan bahwa diatas
panggung sebuah pementasan itu memiliki beberapa unsur atau hal yang sangat
11
Wawancara dengan Yusuf Siramandalem, pada tanggal 28 November 2012. “Begini, biasanya
dalam blackmetal, di Siramandalem semua itu mungkin sedikit kita seperti mengeluh kepada
sesuatu yang tidak kelihatan, karena kita juga tahu bahwa didunia ini ada sosok lain juga selain
kita, maksudnya kita menggunakannya sebagai upah atau menghormati mereka. Semisal kita
tampil disebuah acara didaerah A, lokasinya didalam gor, nah kita kan tidak tahu kondisi tempat
itu angker atau tidak. Istilahnya kita memakai sesaji dengan uborampe tersebut adalah sebagai
“Kulo Nuwun” permisi kepada penghuni yang ada ditempat itu, namun bukan berarti kami
memuja mereka tidak atau kita musrik, kita hanya menghormati mereka karena kami yakin
dimanapun kita berada sosok lain selain kita itu pasti ada, ya antara percaya dan gak percaya saja.”
penting, diantaranya adanya panggung depan, panggung depan berfungsi secara
umum untuk mendefinisikan situasi yang tetap dan umum dalam sebuah
pertunjukan atau pementasan. Goffman membagi panggung depan menjadi setting
dan tampilan personal, setting merujuk pada tampilan fisik yang biasanya harus
ada jika aktor tampil, dalam hal ini tampilan fisik yang biasanya harus ada dalam
setiap penampilan dari Siramandalem adalah adanya sesaji yang mendukung
penampilan mereka dan menambah nilai jawa dari penampilan mereka diatas
panggung. Sedangkan muka personal terdiri dari pernak-pernik perlengkapan
ekspresi yang identik dengan penampilan yang akan dipertunjukkan, pernak
pernik yang digunakan Siramandalem adalah dari make up wajah (Corpsepaint)
yang identik dengan penggambaran personil band Blackmetal dan juga aksesoris-
aksesoris pelengkap lainnya yang mampu mendukung penampilan mereka dan
mampu memberikan kesan blackmetal mereka didepan penikmat musik
blackmetal. Dan terakhir tentang tampilan atau tingkah laku, setiap kali
Siramandalem tampil dalam sebuah acara yang menjadi ciri khas dalam setiap
penampilan mereka adalah mereka tak pernah menyapa para audiens yang
menyaksikan penampilan mereka, bukan karena mereka tak ingin menyapa
penonton hanya saja mereka tak ingin terlalu basa-basi dalam penampilan mereka,
mereka hanya ingin memperlihatkan hasil karya mereka untuk dapat dinikmati
oleh penikmat musik.
Dari hasil wawancara dengan Agung ( drumer Siramandalem), dia
mengatakan bahwa “Ritual yang kami lakukan adalah untuk menghidupkan
suasana diatas panggung, bagaimana ritual yang kami lakukan mampu membuat
suasana itu menyatu dengan musik yang kami mainkan dan yang ada diatas
panggung”. Menurut Goffman (Ritzer, 2010) dengan analisis dramaturginya
menjelaskan bahwa pertunjukan dalam teater dengan jenis tindakan yang
dijalankan dalam kehidupan dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari memiliki
kesamaan. Demikian juga dengan ritual yang dilakukan oleh Siramandalem juga
memiliki hubungan dengan kehidupan yang dijalankan. Dalam hal ini ritual yang
mereka lakukan adalah seperti menjalankan ibadah untuk keseharian mereka,
ritual bertujuan untuk menghidupkan suasanya diatas panggung sama seperti
ibadah yang mereka lakukan juga untuk menghidupkan suasanya dalam
kehidupan mereka. Dan setiap apa yang mereka lakukan diatas panggung
memiliki maksud dan tujuan seperti mengucap syukur atau memberikan
penghormatan kepada sesuatu hal yang disimbolkan menurut kepercayaan yang
mereka anut.
Pada saat diatas panggung nantinya ornamen ritual yang mereka sediakan
akan mereka letakkan ditengah-tengah panggung. Dari dupa yang dibakar akan
membuat ruangan menjadi penuh dengan aroma dupa. Bahkan gitar yang dipakai
mereka pun diselipkan sebuah dupa seolah-olah gitar itu bernyawa, karena saat
mereka memainkan gitar dan alat musik yang lainnya mereka akan menyatu
dengan alat musik tersebut sehingga mampu menghasilkan sebuah karya seni atau
musik yang dapat dinikmati dengan indah oleh para penikmatnya.
Jika dijelaskan dengan teori yang dikemukankan oleh Aguste Comte
tentang 3 hukum keadaan bahwa ritual yang dilakukan oleh Blackmetal adalah
untuk menjaga hubungan mereka dengan Tuhan, dengan Alam dan dengan
sesamanya. Hukum 3 Keadaan menurut Aguste Comte yaitu : (1) Zaman
teologi/Fiktif menjelaskan bahwa manusia menafsirkan gejala-gejala sosial yang
dikondisikan oleh kekuatan-kekuatan supranatural, dewa atau Tuhan, manusia
mengikuti dogma-dogma teologis supaya terlindung dari kejadian yang tidak
diinginkan. Teologis ada 3 yaitu fetisisme (Benda memiliki kekuatan), politeisme
(kepercayaan terhadap banyak dewa) dan monoteisme (kepercayaan terhadap 1
Tuhan). (2) Zaman Metafisika menjelaskan bahwa gejala sosial muncul karena
adanya kekuatan-kekuatan tertandai tertentu yang pada akhirnya mulai
dikendalikan untuk mencari sesuatu. (3) Zaman positif menjelaskan tentang tahap
perkembangan intelektual manusia dan adanya keyakinan pada data empiris
sebagai sumber pengetahuan terakhir.
Ritual yang mereka lakukan sangat berhubungan dengan aksi panggung
mereka dalam sebuah event. “Ritual yang kami lakukan dengan uborampe
(peralatan) tadi sangat berpengaruh dengan penampilan kami diatas panggung,
karena misal kita menggunakan ritual itu juga akan membuat kami bersemangat,
ibaratnya kalau kita gak pakai ritual ya rasanya biasa kayak cuma latihan
distudio.”12
.
3. Ritual Siramandalem setelah selesai tampil
Ritual yang terakhir adalah setelah tampil. Hal yang mereka lakukan
setelah selesai tampil, dibantu oleh crew mereka membereskan semua peralatan
yang mereka gunakan untuk tampil tadi. Setelah dibelakang panggung hal terlebih
12
Wawancara dengan Agung Siramandalem (Wawancara tanggal 28 November 2012)
dahulu mereka lakukan adalah membereskan double pedal, gitar dan bass. Mereka
harus segera membersihkan dan merapikan alat musik mereka dan
memasukkannya kedalam tempatnya13
. Setelah mereka merapikan peralatan yang
mereka gunakan, kemudian para personil Siramandalem membersihkan atau
mencuci wajah mereka untuk menghilangkan riasan wajah mereka yang sudah
bercampur dengan keringat pada saat mereka tampil tadi.
Dalam ritual terdapat konsep spiritual yang muncul dari setiap prosesi
yang mereka lakukan. Konsepsi (Conseption) berarti kegiatan pikiran dalam
menciptakan suatu pengertian (Concept) yang terkadang hasil kegiatan itu sendiri
(konsepnya) berupa rangkaian buah pikiran yang telah diperkembangkan secara
luas, mendalam dan teratur, atau disebut dengan istilah „ditelaah secara ilmiah‟
melalui jalan keilmuan (Gie, 1975:39). Sedangkan kata spiritual (dari kata latin
spiritus) pada mulanya berarti hembusan atau angin, dan kemudian berarti
pernafasan yang akhirnya menjadi berarti menunjukkan kecapakan yang
merupakan ciri khas intelegensi, untuk masuk dan menembus kemana-mana, guna
mencapai apa yang halus dan dalam, menjelajah dunia dan mengisi ruang angkasa
dan bahkan membawa dirinya sampai pada yang mutlak (Leahy, 1984 : 108-109).
Louis Leahy juga menjelaskan bahwa roh bukan hanya memiliki
intelegensi saja tetapi bahwa dalam roh ada dua dimensi yangni dimensi konyitif
13
Yusuf Siramandalem mengatakan “Ya menurut kami gitar dan double pedal itu seperti senjata
bagi kami. Jadi ibaratnya gitar dan double pedal itu senjata kami yang sakral jadi setelah selesai
tampil harus segera dirapikan, ibaratnya setelah kita selesai perang senjata-senjata kita harus
segera merapikannya mengembalikannya kedalam sarungnya. Ya senperti senjata sakral yang
menentukan penampilan kami.” (Wawancara tanggal 28 November 2012)
(untuk ada dan kebenaran) dan dimensi konatif (untuk nilai dan kebaikan). Ia
bukan hanya memiliki kemampuan untuk mengerti segala sesuatu tetapi juga
untuk mencintai sesuatu, sehingga roh bukan hanya intelengensi saja tetapi juga
kehendak didalamnya yang merupakan afektivitas spiritual, kemampuan untuk
mengikuti secara spontan atau bebas segala sesuatu yang ditangkap ole intelegensi
sebagai indah dan baik. Roh tu sama dengan apa yang oleh Pascal disebut hati
yang dengan sendirinya mencintai eksistensi universal‟, yang mengenal prnsip-
prinsip pertama dari Tuhan dan atas dasar mana akal „membangun uraiannya‟.
(Leahy, 1984 : 109).
Dalam bahasa sufisme disebutkan roh bukan hanya memiliki aspek
intelegensi saja tetapi juga memiliki aspek kebajikan rohani. Kebajikan
merupakan suatu bentuk kemauan yang bersifat kualitatif. Kebajikan rohani
terpusat pada hakikatnya sendiri dan ini merupakan suatu „kualitas ke-Tuhan-an‟,
ini berarti bahwa kebajikan rohani secara tidak langsung menyatakan adanya
semacam pengetahuan. Dalam diri kebajikan rohani terkandung buah, buah
pengetahuan dan keindahan. Institusi adalah yang memberikan kepada kebajikan
rohani. Kualitas yang tidak dapat ditiru dan sekaligus membuat kebajikan rohani
itu sebagai Rahmat Tuhan (Burckhardi, 1984 : 18).
Dari ketiga pengertian diatas, dapat dibuat batasan definisi bahwa Konsep
Spiritual adalah serangkaian buah pikiran yang luas, halus, mendalam dan teratur
dari roh, yang merupakan kehendak hati dan afektivitas spriritual atau
kemampuan untuk mengikuti secara spontan atau bebas segala sesuatu yang
ditangkap oleh intelegensi, sebagai sesuatu yang indah dan baik, „ada; dan benar,
sesuai dengan prinsip dengan prinsip-prinsip pertama (firman Tuhan), dan
menjadi dasar akal sehat dalam membangun uraiannya (Budinono, 2004 : 18-19).
Gagasan diri yang melihat ke kaca yang dikembangkan oleh Charles
Horton Cooley (Franks dan Gecas, 1992). Cooley mendefinisikan konsep diri
sebagai berikut :
Imajinnasi definit tentang bagaimana diri seseorang yaitu gagasan yang
digunakan muncul dalam suatu pikiran, dan perasaan diri yang dimiliki
seseorang ditentukan oleh sikap terhadapnya yang melekat pada pikiran
orang lain. jadi dalam imajinasi kita mempersepsikan adanya pikiran
orang lain tentang tampilan luar kita, sopan santun, tujuan, perbuatan,
karakter, sahabat, dan lain sebagainya, yang dipengaruhi olehnya.
(Cooley, 1902/1964:169)
Gagasan diri yang melihat dari kaca dapat dipilah dalam 3 komponen.
Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak dimata orang lain. Hal ini
berusaha merujuk atau menjelaskan bahwa personil Siramandalem berusaha untuk
memberikan penampilan yang mampu dan bisa dipandang menarik oleh para
audiens, dalam hal ini mereka menggunakan make up wajah, aksesoris dan
ornamen pelengkap seperti sesaji (bunga dan dupa). Kedua, kita membayangkan
bagaimana seharusnya penilaian mereka terhadap tampilan ini. Seperti pada point
yang pertama pada point kedua ini ingin menjelaskan bahwa penggambaran dari
permainan dan penggambaran personil Siramandalem ini sudah sesuai dengan
penggambaran pemain band Blackmetal seperti pada umumnya namun yang
membuat sedikit berbeda dari Siramandalem adalah mereka menggunakan
pelengkap bunga dan dupa untuk setiap kali penampilan mereka dalam sebuah
event/acara metal. Ketiga, kita mengembangkan perasaan diri sebagai akibat dari
bayangan kita terhadap penilaian orang lain. Dalam point ketiga ini lebih ingin
menjelaskan tentang perasaan yang dirasakan oleh personil Siramandalem.
“Perasaan yang saya rasakan setelah tampil, ada perasaan bangga, karena
kami sudah berusaha untuk menampilkan hasil karya kami untuk
menghibur penikmat musik Blackmetal. Selain rasa bangga juga ada rasa
malu karena pada saat make up yang kami gunakan sudah kami hapus
akan ada beberapa dari mereka menilai tentang aslinya kami (ternyata
mereka seperti itu?? Tidak segarang di atas panggung). Malu dalam hal
ini, maksudnya mungkin pada saat saya main ada kesalahan yang saya
buat maka semua orang akan tahu dengan kesalahan yang saya buat,
terlebih itu rasa banggalah yang saya rasakan karena bisa menghibur
banyak orang.”
(Wawancara 2012 dengan Agung Siramandalem)
Ritual yang mereka lakukan juga bertujuan untuk menjaga hubungan
antara mereka dengan Tuhan, mereka dengan alam sekitar dan mereka dengan
sesama mereka. Selain itu ritual yang mereka lakukan hanyalah sebagai pelengkap
untuk mendukung penampilan mereka. Penampilan agar idealisme musik mereka
sebagai Blackmetal jawa tetap eksis dan bertahan, dengan adanya ritual dengan
uborampe yang macam-macam menunjukkan bahwa mereka mencoba
menampilkan aliran musik blackmetal dengan tetap menjawa budaya asli mereka
yang berasal dari jawa dan tetap berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka
merupakan orang jawa sejati.
Setiap ritual yang mereka kerjakan memiliki makna dan nilai tersendiri.
Seperti ritual sebelum tampil diatas panggung, mereka selalu mempersiapkan
peralatan apa saja yang akan mereka gunakan untuk mendukung penampilan
mereka diatas panggung. Dengan mempersiapkan semua peralatan yang akan
digunakan maka pada saat mereka tampil mereka akan menampilkan penampilan
terbaik mereka untuk para penikmat musik Blackmetal. Selain itu jika mereka
tidak menggunakan ornamen ritual seperti duka dan kembang maka mereka juga
tidak menggunakan riasan wajah dan aksesoris pelengkap lainnya, dengan kata
lain ritual yang mereka lakukan sangat mendukung penampilan mereka diatas
panggung, untuk menambah semangat dan keunikan dari penampilan mereka
sebagai salah satu band Blackmetal yang ada di wilayah Jawa.
Ritual yang mereka kerjakan juga memiliki kesamaan dengan kehidupan
keseharian mereka, misal mereka selalu menggunakan bunga segar dalam setiap
penampilan mereka ini bertujuan bahwa mereka ingin menampilakan sesuatu
yang segar dalam setiap penampilan mereka. Ritual yang mereka lakukan juga
ingin menunjukkan bahwa mereka merupakan orang jawa asli yang masih
mengingat tentang warisan budaya nenek moyan mereka yaitu berupa ritual, sama
seperti acara kenduri pada masyarakat jawa maka mereka juga akan menggunakan
sesaji-sesaji atau acara untuk memperingati malan 1 suro mereka juga
menggunakan sesaji-sesaji yang bertujuan sesaji itu ditujuakn sebagai bentuk rasa
syukur, penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.