bab v siramandalem legion dalam...

27
BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUAL Kebudayaan adalah alam kodrat sendiri sebagai milik manusia, sebagai ruang lingkup realisasi diri. Di Jawa juga terdapat ritual, biasanya ritual yang dilakukan di Jawa biasanya dilaksanakan pada saat upacara-upacara adat/upacara keagamaan, misal seperti acara Merti Deso (Bersih Desa) atau untuk upacara untuk memperingati malam 1 Sura. Ritual juga dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan secara rutin dan memiliki makna tertentu dalam setiap kegiatan yang dilakukan. “Bagi Goffman, Ritual adalah sesuatu yang esensial karena ia memelihara keyakinan kita akan hubungan sosial dasar. Ia memberikan orang kesempatan untuk menegaskan legitimasi posisinya dalam struktur sosial sambil mewajibkannya melakukan hal yang sama. Ritual adalah mekanisme tempat berlangsungnya penegasan bawahan atas posisi atasan yang lebih tinggi. Derajat ritual dalam masyarakat mencerminkan legitimasi struktur sosialnya, karena respek ritual yang diberikan pada individu juga merupakan tanda respek atas peran lain yang mereka mainkan.” (Manning, 1992:133) 1 Siramandalem Legion adalah salah satu band dengan aliran musik Blackmetal yang mencoba mengkombinasikan kebudayaan baru yaitu aliran musik Blackmetal tersebut dengan budaya lokal yang ada di wilayah mereka yaitu Ritual. Siramandalem Legion menggunakan ritual dalam kegiatan mereka (Pentas 1 Manning, 1992 dalam Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana Offset

Upload: truonglien

Post on 07-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

BAB V

SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUAL

Kebudayaan adalah alam kodrat sendiri sebagai milik manusia, sebagai

ruang lingkup realisasi diri. Di Jawa juga terdapat ritual, biasanya ritual yang

dilakukan di Jawa biasanya dilaksanakan pada saat upacara-upacara adat/upacara

keagamaan, misal seperti acara Merti Deso (Bersih Desa) atau untuk upacara

untuk memperingati malam 1 Sura. Ritual juga dapat diartikan sebagai sebuah

kegiatan yang dilakukan secara rutin dan memiliki makna tertentu dalam setiap

kegiatan yang dilakukan.

“Bagi Goffman, Ritual adalah sesuatu yang esensial karena ia memelihara

keyakinan kita akan hubungan sosial dasar. Ia memberikan orang kesempatan

untuk menegaskan legitimasi posisinya dalam struktur sosial sambil

mewajibkannya melakukan hal yang sama. Ritual adalah mekanisme tempat

berlangsungnya penegasan bawahan atas posisi atasan yang lebih tinggi.

Derajat ritual dalam masyarakat mencerminkan legitimasi struktur sosialnya,

karena respek ritual yang diberikan pada individu juga merupakan tanda

respek atas peran lain yang mereka mainkan.”

(Manning, 1992:133)1

Siramandalem Legion adalah salah satu band dengan aliran musik

Blackmetal yang mencoba mengkombinasikan kebudayaan baru yaitu aliran

musik Blackmetal tersebut dengan budaya lokal yang ada di wilayah mereka yaitu

Ritual. Siramandalem Legion menggunakan ritual dalam kegiatan mereka (Pentas

1 Manning, 1992 dalam Ritzer, George. 2010. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana Offset

Page 2: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

diatas panggung), mereka menggunakan peralatan yang dalam bahasa Jawa

disebut uborampe seperti bunga, kemenyan/dupa, dan lain-lain. Pada bab

sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

oleh Siramandalem, maka dalam bab ini akan membahas lebih dalam tentang

ritual dari band Siramandalem Legion.

5.1 Ritual

Ritual adalah salah satu kegiatan yang dilakukan yang biasanya terdapat

pada upacara-upacara agama maupun upacara adat daerah. Secara umum dapat

dilihat bahwa hampir pada semua upacara ritual terdapat representasi yang

mengarah pada pemusatan kekuasaan. Ritual dalam kehidupan masyarakat

dibedakan menjadi dua, yaitu ritual individual dan ritual komunal. Yang

membedakan antara ritual komunal dan ritual individu adalah, ritual komunal

merupakan upacara yang dilaksanakan untuk kepentingan orang banyak atau

umum. Ritual individu adalah upacara yang diselenggarakan untuk kepentingan

seseorang, baik upacara ritual individu maupun komunal, umumnya dilaksanakan

dengan maksud untuk memperoleh keselamatan.

Pengertian ritual menunjuk pada hal ikhwal ritus. Ritus atau rite (Inggris)

berasal dari Bahasa Latin, yang diartikan sebagai tata cara keagamaan atau

upacara keagamaan (Prent C.M.,dkk., 1969, Kamus Latin Indonesia). Ritus

biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu secara berulang-ulang dari masa ke

masa. Ritus dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dibedakan menjadi dua,

yaitu ritus bersifat profan dan ritus yang bersifat sakral. Ritus yang bersifat sakral

Page 3: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

tidak hanya ditemui pada upacara-upacara keagamaan tetapi juga dilakukan oleh

masyarakat dengan pendekatan budaya masing-masing, yang termanifestasi dalam

ritual adat. Pada hakikatnya ritual-ritual adat maupun agama merupakan media

untuk memediasi dua atau lebih entitas yang berbeda, sekaligus penyeimbang

dalam kosmos. Kata ritus umumnya digunakan oleh kaum-kaun beragama maka

kata ini diartikan sebagai ibadat. Dalam perspektif ini, ibadat (ritus) merupakan

bagian dari tingkah laku religius yang aktif dan dapat diamati karena dalam ritus

terdapat ucapan-ucapan (termasuk mantra), pemujaan, nyanyian, doa, tarian,

busana, simbol-simbol, dan tindakan-tindakan tertentu yang dapat dilihat,

didengar, dan dirasakan oleh indera manusia (Abdullah 2009:283).

Secara teoritik, ritual dapat dipahami melalui beberapa pemikiran berikut.

Pertama, Durkheim (2001, 1984), yang melihat ritual sebagai sarana yang

digunakan untuk menghasilkan, untuk mengalami dan membenarkan keyakinan

dan gagasan sebagai hal yang nyata oleh komunitasnya. Menurutnya, ritual adalah

sarana yang digunakan untuk menuju dengan tepat atau untuk mengkondisikan

persepsi individual. Kedua, Victor Turner (1967,1977), yang menyebutkan ritual

sebagai pembenaran kesatuan komunal. Ketika ritual digambarkan sebagai

perwujudan aspek-aspek struktural dan anti struktural, Turner menggambarkan

ritual sebagai aktivitas yang spesial dan yang paradikmatik, yang menuju pada

tuntutan-tuntutan yang diperlukan dan yang bertentangan dari baik komunitas

terbatas maupun tatanan sosial yang sudah diformulasikan secara luas.

Pada prinsipnya ritual merupakan suatu transformasi sikap dari yang

profan (nyata) kepada sesuatu yang sakral (kudus). Dalam ritual terdapat simbol-

Page 4: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

simbol yang menyatakan perilaku dan perasaan yang turut membentuk pribadi

mereka yang memuja dan melakukan ritual. Dalam hal ini diyakini bahwa

terdapat kekuatan yang lebih besar dan lebih kuat (the suppreme being) di luar diri

manusia. Melalui pelaksanaan ritual, manusia (orang-orang yang melakukan

ritual) merasa akrab atau dekat dengan subjek yang kudus dan dapat perlindungan

atau rasa aman (Bell, 1992; Susanto, 1987; Dhavamony, 1995; Van Gennep,

1968). Dhavamony (1995:175), membedakan tindakan ritual dalam empat

kategori. Pertama, tindakan magis yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-

bahan yang bekerja karena daya mistik. Kedua, tindakan religius dan kultus para

leluhur. Ketiga, ritual yang mengungkapkan hubungan sosial dan merujuk pada

pengertian-pengertian mistik. Terakhir, ritual yang meningkatkan produktivitas,

kekuatan, pemurnian dan perlindungan. Geertz (1992:32), menyebutkan bahwa

dalam ritus dan tingkahlaku yang dikeramatkan, seseorang akan menemukan

tujuan religiusnya. ( Abdullah. 2009 : 282-284)

5.2 Ritual dalam Siramandalem Legion

Kehidupan masyarakat seperti yang ada di Jawa sebagian dari masyarakatnya

masih ada yang menganut dan mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka.

Beberapa warisan yang diberikan nenek moyang kepada mereka, diantaranya

tentang ritual. Upacara ritual biasanya mereka lakukan pada saat-saat tertentu saja.

Seperti contoh upacara ritual sedekah bumi dimana mereka melakukan upacara

ritual ini bertujuan untuk mengucap syukur atas berkah panen yang melimpah

bagi wilayah mereka, selain itu ada beberapa upacara ritual yang mereka lakukan

dengan tujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan yang Maha Esa agar

Page 5: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

mereka dan semua keturunanya diselamatkan dari berbagai macam bencana.

Selain itu ritual juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau tindakan yang

dilakukan secara rutin dan memiliki makna tertentu dari setiap bagian yang

dilakukannya.

Simbol dan ritualitas memiliki makna yang sangat banyak. Menurut pendapat

Victor Turner, makna dalam pengertian simbol dan ritual, berhubungan erat

dengan bagaimana simbol tersebut dipersepsi dan internalisasi menjadi sistem

kepercayaan baik secara individual maupun secara komural. Secara etimologis

simbol berarti tanda atau pertandaan yang digunakan untuk kepentingan ritualitas

tertentu. Simbol diartikan sebagai sesuatu yang dianggap atas dasar kesepakatan

bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau

mengingatkan kembali dengan memiliki atau mengintegralkan kembali dengan

memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan dalam

hati dan pikiran.

Definisi simbol merupakan pertandaan yang tidak hanya menyampaikan

gambaran tentang sesuatu yang bersifat immaterial, tetapi juga menyampaikan

fenomena-fenomena material yang ada dalam hati dan pikiran. Dalam kaitan ini,

simbol dapat dipahami sebagai ekspresi dalam wujud material yang digunakan

kelompok untuk menggambarkan sesuatu yang immaterial atau kepercayaan.

Simbol menggambarkan bentuk, sifat, dan makna kepercayaan yang dianut oleh

masyarakat atau kelompok, sebab demikian, makna simbol selalu

menggambarkan ritualitas yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok.

Page 6: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Menurut Victor Turner tidak mungkin mengetahui makna ritualitas masyarakat

tanpa memahami makna simbol-simbol yang digunakannya.

Ritualitas sendiri secara etimologis berarti perayaan yang berhubungan dengan

kepercayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara terminologis ritualitas

merupakan ikatan kepercayaan yang antar orang yang diwujudkan dalam bentuk

nilai bahkan dalam bentuk tatanan sosial. Ritualitas merupakan ikatan yang paling

penting dalam masyarakat beragama. Kepercayaan masyarakat dan prakteknya

tampak dalam ritualitas yang diadakan oleh masyarakat. Ritualitas yang dilakukan

bahkan dapat mendorong masyarakat untuk melakukan dan mentaati nilai dan

tatanan sosial yang sudah disepakati bersama. Dengan bahasa lain, ritualitas

memberikan motivasi dan nilai-nilai mendalam bagi seseorang yang mempercayai

dan mempraktekkan. Dapat diketahui bahwa tidak mungkin memahami bentuk,

sifat, dan makna ritualitas masyarakat tanpa mengetahui secara mendalam simbol-

simbol ritualitas yang digunakannya.

Dijaman sangat berkembang dan maju ini upacara ritual mulai jarang

ditemukan terkecuali pada komunitas-komunitas adat yang memang mereka

masih memegang teguh tradisi dan budaya lokal warisan nenek moyang mereka.

Kebanyakan prosesi ritual itu bisa membuang banyak waktu dan banyak biaya.

Dijaman yang semakin maju budaya-budaya atau budaya lokal mulai sedikit

terkikis oleh perubahan waktu yang ada. Anak-anak, pemuda dan remaja mereka

sudah mulai terkontaminasi dengan kebudayaan luar yang mereka anggap lebih

modern dan lebih maju, tanpa mereka sadari bahwa budaya yang mereka anggap

modern itu bisa membuat mereka meninggalkan tradisi yang sudah ada. Biasanya

Page 7: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

ritual yang dilakukan oleh orang Jawa memiliki tujuan dan maksud tertentu yaitu

untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan yang Maha

Kuasa. Walaupun ada yang mengangap ritual merupakan budaya kuno, namun di

Kabupaten Boyolali terdapat komunitas pemuda yang masih melestarikan

kebudayan ritual tersebut dengan cara mereka sendiri.

Siramandalem Legion mengusung budaya baru dalam musik yaitu aliran

musik Blackmetal yang menggabungkannya dengan budaya lokal Jawa.

Siramandalem berusaha menggabungkan dan mengkombinasikan aliran musik

Blackmetal dengan budaya lokal yang disebut dengan ritual. Ritual yang mereka

gunakan cukup sederhana karena menggunakan beberapa ornamen saja yaitu

hanya menggunakan bunga sekaran dan dupa. Setiap kali penampilan

Siramandalem dalam sebuah acara atau event mereka selalu menggunakan ritual

dengan peralatan-peralatan tersebut. Ritual-ritual yang dilakukan oleh

Siramandalem Legion memiliki beberapa kegiatan dan memiliki maksud yang

beragam diantaranya adalah :

5.2.1. Ritual Siramandalem sebelum tampil diatas panggung

Salah satu ritual yang dilakukan oleh Siramandalem Legion adalah ritual

yang dilakukan sebelum mereka tampil diatas panggung. Ritual yang mereka

lakukan sebelum tampil diatas panggung biasanya mempersiapkan diri dan

peralatan yang akan digunakan pada saat mereka tampil diatas panggung nantinya.

Pada tanggal 24 Juni 2012 yang lalu salah satu komunitas yang juga terdapat di

Kabupaten Boyolali yaitu Komunitas BMHC (Boyolali Metalhead Circle)

Page 8: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

mengadakan sebuah acara yang bertempat di Gor Boyolali. Pada kesempatan

tersebut penulis mendapatkan kesempatan untuk dapat menyimak dan meneliti

persiapan-persiapan yang dilakukan oleh band Siramandalem Legion dari awal

hingga akhir penampilan Siramandalem. Event yang baru-baru ini dilaksanakan

pada tanggal 23 Desember 2012 yang berada di Kartosuro. Dalam kesempatan

yang didapatkan oleh penulis pada event yang dilaksanakan di Kartosuro ini,

penulis dapat menyimak dan meneliti lebih dalam lagi tentang Siramandalem

Legion dan ritual yang dilakukan dari berangkat kelokasi event, persiapan

sebelum tampil diatas panggung hingga setelah selesai tampil.

Sebelum mereka berangkat ke lokasi event/acara/gigs yang dilaksanakan,

para personil Siramandalem dan crew Siramandalem berkumpul di basecamp

Siramandalem (Rumah Yusuf Bassis Siramandalem) untuk mempersiapkan

peralatan dan hal-hal yang nantinya akan digunakan untuk mendukung

penampilan mereka diatas panggung, seperti gitar, double pedal, uborampe untuk

ritual seperti dupa ,bunga segar, vas, tampah, stiker dan aksesoris pelengkap

lainnya seperti sepatu, spike dll. Setelah persiapan dan peralatan sudah lengkap,

mereka mulai bersiap untuk berangkat menuju kelokasi event yang dituju.

Sesampainya dilokasi event crew Siramandalem membantu membawa masuk

peralatan yang akan digunakan Siramandalem kedalam gedung lokasi. Di Lokasi

event mereka akan bertemu dengan teman-teman satu aliran, dan yang biasa

mereka lakukan adalah bersalaman ala anak metal dan sedikit ngobrol-ngobrol

untuk mengetahui kondisi dan keadaan event tersebut.

Page 9: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Pada event yang diadakan di Kartosuro pada beberapa waktu yang lalu

kebetulan mereka harus menunggu giliran 3 band tampil dahulu baru giliran

Siramandalem untuk tampil. Selama menunggu giliran mereka untuk tampil,

mereka mulai mempersiapkan hal-hal yang akan mereka gunakan nantinya,

seperti merangkai double pedal, menyusun dan merapikan bunga dan dupa diatas

tampah, membersihkan wajah mereka dengan air ataupun pembersih wajah dll.

Mula-mula mereka akan membersihkan wajah mereka dengan air ataupun

pembersih wajah, jika sudah dibersihkan maka akan lebih mudah didandani dan

akan lebih bertahan (tidak luntur). Lalu mereka memulai mendandani wajah

mereka dengan 2 warna yaitu warna hitam dan putih, tujuan mereka mewarnai

wajah mereka adalah ingin menampilkan sisi garang atau sisi seram dalam

penampilannya nanti, selain itu mereka memaknai warna hitam dan putih sebagai

bagian sisi manusia bahwa manusia itu juga ada yang hitam dan putih, manusia itu

ada yang baik dan yang buruk2. Warna putih yang mereka gunakan adalah

Singwhite atau bedak putih seperti masker. Mereka mengoleskan bedak putih itu

dengan menggunakan kapas ataupun tissue agar terlihat rapi dan rata, lalu

dikipasin atau diangin-angin agar cepat kering. Setelah bedak putih yang

dioleskan mengering hasilnya wajah mereka seperti kertas putih polos yang siap

dilukis ataupun digambar sesuai keinginan mereka, kemudian mereka oleskan

2 Wawancara dengan Agung Siramandalem pada tanggal 28 November 2012, “Musik blackmetal

itu selalu identik dengan 2 warna yaitu hitam dan putih. Jika dijelaskan warna hitam mewakili

pikiran kita dan warna putih mewakili hati kita, jadi 2 unsur tersebut perpaduan yang kita tuangkan

kedalam musik. Intinya warna hitam dan putih itu merupakan pemberontakan dari jiwa. Warna

hitam dan putih itu melambangkan manusia, maksudnya manusia itu ada 2 jenis hitam dan putih,

bukan berarti kulit hitam dan putih tetapi yang saya maksud manusia itu ada hitam dan putih,

manusia itu ada yang baik dan ada yang buruk”.

Page 10: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

bedak warna hitam diwajah mereka. Warna hitam yang mereka gunakan adalah

“Pideh” atau bedak hitam yang biasanya digunakan perias pengantin jawa untuk

mendandani dan membentuk motif di kening pengantin wanita jawa yang sering

disebut dengan “Paes”. Menurut Yusuf Bassis Siramandalem dia mengatakan

bahwa mereka menggunakan pideh diambil dari sisi sakralnya, karena pideh

digunakan untuk mempercantik pengantin wanita jawa pada saat pernikahan3.

Maksud mereka hitam pideh adalah hitam sakral yang mampu menutupi

kekurangan dari diri mereka. Mereka mewarnai wajah putih mereka dengan warna

hitam dengan begitu mudahnya seakan-akan wajah mereka sudah memiliki motif

dan kita hanya mengikuti motif itu sesuai dengan keinginan mereka untuk

mengekspresikan sisi hitam dari diri mereka melalui riasan wajah yang mereka

gunakan. Seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 1.

Personil Siramandalem mendandani wajah mereka

Sumber : Data Primer 2012

3 Wawancara dengan Yusuf Siramandalem pada bulan 28 November 2012, dia mengatakan “Kalau

singwhite jelas itu bedak putih yang dipakai biar muka kita putih kayak orang pakai masker gitu.

Selain itu warna putihkan suci bersih juga. Terus kalau pideh, kita pakai pideh karena warna

hitamnya lebih kelihatan dibandingkan dengan yang lainnya, selain itu pideh kita ambil nilai

sakralnya kayak kalau dipakai perias pengantin jawa untuk mendandani pengantin wanita jawa”.

Page 11: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Dua warna yang mereka gunakan yaitu warna hitam dan putih memiliki

makna bahwa manusia itu memiliki 2 sifat yaitu hitam dan putih atau sifat baik

dan sifat buruk4. Selesai mendandani wajah mereka atau memakai make up

wajah,kemudian mereka juga mengenakan aksesoris pelengkap lainnya seperti

sepatu both dan spike-spike yang akan dipakai di tubuh mereka, selanjutnya

mereka akan menyiapkan ornamen-ornamen atau uborampe atau bahan-bahan dan

peralatan yang digunakan untuk ritual diatas panggung nantinya. Yang

dipersiapkan diantaranya adalah menyiapkan tampah (tempat yang biasa

digunakan untuk jajanan pasar), bunga segar (mawar merah dan putih), dan dupa,

semua bahan ini dijadikan satu dalam tampah tersebut.

Siramandalem Legion band Blackmetal asal kota susu Boyolali ini adalah

salah satu band yang cukup lama eksis dalam berbagai macam acara baik didalam

kota maupun diluar kota, dan salah satu hal yang membuat mereka berbeda adalah

adanya ritual. Ritual yang mereka lakukan adalah ritual yang sederhana hanya

menggunakan beberapa ornamen seperti kembang, dupa, dan tempat kecil

(Tampah/tempat saji jajanan pasar) untuk meletakkan semua ornamen-ornamen

itu. Dalam setiap mereka tampil dalam acara/event mereka tak pernah

meninggalkan ritual ini, Agung Nugroho Drummer Siramandalem Legion

mengatakan bahwa jika tidak menggunakan ritual dengan ornamen-ornamen yang

mereka punya, mereka hanya seperti ngejam (latihan) biasa seperti di studio dan

4 Wawancara dengan Agung Siramandalem, pada 28 November 2012, “Warna hitam dan putih itu

melambangkan manusia, maksudnya manusia itu ada 2 jenis hitam dan putih, bukan berarti kulit

hitam dan putih tetapi yang saya maksud manusia itu ada hitam dan putih, manusia itu ada yang

baik dan ada yang buruk.”

Page 12: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

tidak ada greget atau kemistri dalam mereka main, beda halnya jika mereka

menggunakan ritual, dengan menggunakan ritual maka mereka juga akan

menggunakan aksesoris pelengkap seperti riasan wajah (Corps paint) dan

spike/paku-paku yang mereka pakai ditubuh mereka guna menunjang penampilan

mereka, dengan seperti itu menurut mereka, mereka akan merasakan kemistri/aura

Blackmetal Javanese yang sebenarnya.5

Setelah mereka selesai merias wajah mereka dengan dibantu crew, mereka

mempersiapkan sebuat peralatan yang nantinya akan digunakan sebagai sesaji

dalam ritual tersebut. Mereka mempersiapkan sebuah Tampah kecil atau

penampih yang didalamnya akan diletakkan kembang-kembang sekaran (bunga

mawar merah dan putih) dan vas untuk meletakkan dupa yang nantinya dibakar,

dalam tempat tersebut mereka meletakkan stiker-stiker nama band mereka

didalamnya.

Setiap ornamen sesaji yang ada dalam ritual yang dilakukan oleh

Siramandalem Legion memiliki makna tersendiri. Seperti dupa, bunga segar,

tampah dll. Menurut Istad Siramandalem bunga yang mereka gunakan adalah

bunga sekaran yang sama seperti untuk dipakai pada saat ada orang meninggal

ataupun untuk menyekar kemakam, dan bunga yang dipakai selalu segar karena

apa yang ingin mereka berikan bukan yang biasa-biasa saja tetapi yang special6.

5 Wawancara dengan Agung Siramandalem, pada 28 November 2012, “Bahwa kalau tidak pakai

ritual itu juga tidak pakai make up dan aksesoris dll, ya rasanya biasa saja tidak ada gregetnya,

kalau pakai ritual pasti juga pakai make up dan aksesoris dll biar kita bisa menyatu dengan

siramandalem dan musiknya. Kalau tidak pakai ritual, pas memainkan lagu itu ya bisa meresap

tapi gak full seperti pas pakai ritual, make up dan aksesoris-aksesoris, jadi cuma seperti ngejam-

ngejam biasa distudio gitu kayak seperti latihan biasa gitu.” 6 Wawancara dengan Istad Siramandalem pada tanggal 28 November 2012. “Kalau dupa biasanya

kita menggunakan dupa gunung kawi kayaknya dupa pengantin gitu, nah kembali seperti yang

sudah saya utarakan di awal tadi kita mengambil segi sakralnya seperti seorang pengantin jawa.

Bunga yang kami pakai juga hanya mawar merah dan putih, ya karena dalam upacara pengantin

Page 13: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Mereka menggunakan tampah yang memiliki makna tersendiri menurut mereka

tampah yang mereka gunakan, ibarat seperti tampah digunakan untuk menapih

atau memilah biji beras antara yang biji beras bagus dengan biji beras yang jelek

atau yang rusak7. Demikian juga tampak yang dimaknai oleh Siramandalem

Legion bertujuan untuk memilih-milih mana yang akan memberikan dampak baik

dan mana yang akan memberi dampak buruk untuk diri mereka maupun untuk

perkembangan band mereka.

Gambar 2.

Personil Siramandalem mempersiapkan peralatan untuk sesaji

Sumber : Data Primer 2012

jawa ada prosesi pengantin laki-laki menginjak telur itu juga pakai bunga mawar merah dan putih,

terus kalau kita kemakam untuk nyekar kita juga menggunakan bungan mawar merah dan putih,

kembali kepada awal tadi kita hanya mengambil nilai sakralnya saja karena memang di jawa

kebanyakan seperti itu.” 7 Wawancara dengan Yusuf Siramandalem pada tanggal 28 November 2012. “Tampah ya?

Tampah memang kami gunakan untuk meletakkan bunga mawar tadi. Kami mengambil

filosofinya tampah itu biasanya digunakan untuk mengayak atau menapih beras, beras yang ditapih

menggunakan tampah maka akan kelihatan antara besar yang utuh dengan beras yang pecah

ataupu kotoran dari beras, jadi maksudnya kami menggunakan tampah adalah sebagai pemilah

atau penyaring antara yang baik dan yang buruk.”

Page 14: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

2. Ritual Siramandalem diatas panggung

Ritual yang kedua adalah ritual yang dilakukan pada saat diatas panggung.

Setelah sebelumnya mereka merias wajah mereka dan mempersiapkan segala

macam uborampe atau peralatan dan bahan ritual disebut sesaji, saatnya mereka

naik keatas panggung dan menampilkan kelebihan, keunikan dan karya mereka

dalam bermusik. Pada saat mulai naik diatas panggung para personil dibantu

dengan crew Siramandalem mulai mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan

mereka diatas panggung. Salah satu crew meletakkan ornamen sesaji yang sudah

disiapkan di tengah depan diantara pemain bass dan pemain gitar. Crew yang lain

membantu pemain drum mempersiapkan double pedal dan cek sound, dan

terdapat hal yang unik yaitu pada ujung gitas, bass dan didepan drum diberi

sebuah dupa yang sudah dibakar. Mereka meletakkan dupa diujung gitar dan

didepan drum memiliki tujuan atau makna bahwa alat musik yang mereka

mainkan merupakan sebuah pusaka atau senjata bagi mereka, selain itu

maksudnya bahwa mereka dengan alat musik yang mereka mainkan memiliki jiwa

dan agar bisa menyatu antara mereka dengan alat musik mereka.

Gambar 3.

Personil Siramandalem bersiap untuk tampil

Page 15: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Sumber : Data primer 2012

Setelah semua persiapan selesai saatnya mereka memulai pertunjukan

mereka. Tanpa mengawali dengan kata-kata yang terlalu berbasa-basi suara gitar

mulai dipetik dan alat musik lainnya mulai mengikutinya, karena mereka memang

jarang atau tidak pernah berkomunikasi atau menyapa audiens pada saat diatas

panggung, itu merupakan ciri-ciri khusus dari penampilan Siramandalem Legion.

Pada saat mereka memulai musik mereka, salah satu crew Siramandalem ada yang

menyebarkan bunga dan stiker nama band Siramandalem Legion ke audiens.

Menurut Yusuf Siramandalem mereka menyebarkan bunga keaudiens tidak

memiliki maksud apa-apa hanya sebagai tanda bahwa audiens yang terkena

sebaran bunga merupakan bagian atau merupakan pasukan (legion) dalam

Blackmetal yang menjadi pendukung penampilan Siramandalem Legion. Selain

itu mereka juga menyebarkan stiker logo band mereka bertujuan untuk

mempromosikan band mereka dengan media stiker tersebut.

Gambar 4.

Logo Band Siramandalem Legion

Sumber : Data primer 2012

Page 16: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Gambar logo band siramandalem ini terdapat 2 simbol yang cukup

mencolok yaitu gambar keris dan gambar pentagram atau bintang terbalik.

Menurut hasil wawancara yang pernah dilakukan arti gambar keris ini

menunjukkan bahwa Siramandalem memiliki sisi jawa yaitu gambar keris

tersebut, dan menurut hasil wawancara dengan Yusuf Siramandalem dia

mengatakan bahwa “Keris merupakan pusaka jawa yang sakral dan pusaka keris

itu selalu digunakan oleh para punggawa-punggawa jawa atau petinggi-petinggi

jawa”8. Hal ini menunjukkan bahwa keris merupakan pusaka yang sakral dan

tinggi nilai maknanya sehingga mereka menggunakan gambar keris dalam logo

nama band mereka. Keris bisa dikatakan sebagai lambang kejayaan karena yang

memiliki atau memegang keris adalah seorang punggawa. Dengan demikian

lambang keris dalam logo Siramandalem juga ingin menunjukkan bahwa mereka

merupakan punggawa dalam Blackmetal Jawa yang ingin mempertahankan aliran

musik Blackmetal dan tidak meninggalkan identitas mereka sebagai seorang Jawa.

Keris juga menandakan jati diri orang jawa9.

Unsur yang berikutnya adalah gambar pentagram atau gambar bintang

terbalik. Bintang bersudut lima atau orang sering mengatakan bintang terbalik

adalah salah satu simbol Black Metal yang sangat terkenal di kalangan

masyarakat. Bintang bersudut lima ini mewakili 5 unsur yaitu semangat, air, api,

angin dan tanah. Menurut kepercayaan anggota Black Metal semua unsur yang

8 Wawancara dengan Yusuf Siramandalem Legion pada tanggal 28 November 2012

9 Wawancara dengan Agung Siramandalem pada tanggal 28 November 2012. “Keris itu

menandakan orang jawa, keris itu merupakan barang sakral yang ada di jawa, keris itu

menandakan pagan yang ada dijawa. Kita pakai keris ya karena kita itu orang jawa dan keris itu

menandakan aliran kita yang javanese.”

Page 17: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

ada di bintang terbalik itu memiliki makna dan lambang tertentu. Bumi atau tanah

adalah simbol kestabilan, pertumbuhan, dan pendidikan. Air adalah simbol gerak

hati, lambang kekuasaan wanita, serta darah penyembuhan. Api adalah lambang

kekuatan fisik serta aksi dan reaksi. Angin adalah simbol intelektual atau

perhubungan. Semangat atau ruh dianggap sebagai kekuatan penggerak. Dari 5

unsur ini juga menggambarkan tentang personil Siramandalem bahwa masing-

masing dari mereka memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga jika mereka

menggabungkan apa yang mereka miliki dan saling melengkapi maka mereka

dapat menampilkan yang terbaik untuk penampilan mereka.

Pada saat menyaksikan penampilan Siramandalem, audiens atau para

penonton seperti orang yang terhipnotis oleh lantunan musik yang diciptakan

karena mereka bergerak dan gerakan mereka hampir bersamaan seperti ada

sesuatu yang membuat mereka bergerak seperti itu. Bahkan ada gerakan seperti

para audien atau penonton seperti memuja atau mengagung-agungkan

(mengangkat tangan mereka dan mengangguk-anggukan badan) band

Siramandalem seperti sosok yang besar dan agung.

Gambar 5.

Penampilan Siramandalem didepan para audiens

Page 18: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

Sumber : Data primer 2012

Setiap personil Siramandalem memaknai tentang sesaji yang mereka

persiapkan berbeda-beda menurut Drummer Siramandalem (Agung Nugroho), dia

menjelaskan bahwa sesaji dalam musiknya merupakan bentuk sebuah pagan,

pagan yang dimaksud adalah budaya lokal, dan budaya lokal yang ada di jawa

adalah ritual dengan sesaji-sesaji. Menurutnya setiap penampilannya diatas

panggung yang dipengaruhi dengan sesaji-sesaji itu mampu membuatnya tampil

secara maksimal, dalam kata lain jika sudah diatas panggung menggunakan make

up wajah, aksesoris dan sesaji maka itu bukanlah dirinya yang seperti biasanya,

tetapi dirinya dalam porsi dan versi yang beda, karena jiwa di tampil diatas

panggung dia akan mengeluarkan semua sisi gelap dalam dirinya10

. Baginya sesaji

hanyalah sebagai pelengkap untuk mendukung penampilannya diatas panggung.

Sedangkan menurut Basis Siramandalem (Yusuf Wiyono), dia

menjelaskan bahwa sesaji yang mereka gunakan bertujuan sebagai syarat mereka

minta ijin atau untuk menghormati tempat yang baru pertama kali mereka

10

Wawancara dengan Agung Siramandalem, pada tanggal 28 November 2012. “Kita sebagai

manusia memiliki sisi gelap sendiri-sendiri. Sesaji dan sebagainya dijawa itu untuk sesuatu yang

gelap-gelap kebanyakan seperti itu. Trus kita hidup dijawa, ibaratnya musiknya di Siramandalem

itu cenderung agak ke pagan, pagan ya lokal itu tadi. Lha untuk melengkapi diri kita itu agar lebih

pagan itu bagaimana? Pagannya dijawa itu bagaimana? Hitamnya atau blacknya dijawa itu

bagaimana? Ya dengan sesaji-sesaji tersebut. Kalau menurut aku, aku di musik black, aku kalau

lagi main apa yang hitamku aku keluarkan semua. Intinya sesaji untuk aku pribadi itu untuk lebih

menuju ke spiritual yang aku akan lebih memperlihatkan jiwaku yang hitam biar bisa keluar

semua. Spriritualku ya perjalanan menuju ke hitamku tadi agar keluar semua dalam artian sesaji

hanya pas saat itu pas aku tampil diatas panggung, kalau aku diatas panggung itu udah bukan aku,

bukan aku yang sebenarnya aku, diatas panggung itu adalah aku (agung) dalam bentuk lain, agung

dalam sisi dan porsi yang lain, aku yang hitam dan benar-benar hitam, ibaratnya aku menjiwai

beneran dalam musikku, dalam memainkan musikku, aku bener-bener total dan pyur memainkan

musiknya Siramandalem.”

Page 19: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

kunjungi. Mungkin tempat acara tersebut sedikit angker karena percaya atau tidak

bahwa disekeliling kita mahluk penghuni dunia ini selain manusia itu pasti ada,

jadi menurutnya sesaji yang digunakan sebagai istilah untuk minta ijin agar

selama mereka tampil, mereka tampil lancar dan tidak ada gangguan.11

Dan menurut Gitaris Siramandalem (Istad Wahyudi), dia mengatakan

hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh Agung ataupun Yusuf , dia

memaknai sesaji sebagai sesuatu penandaan atau syarat untuk mendukung

penampilan mereka yang bertujuan agar selama mereka tampil, mereka mampu

menampilkan yang terbaik dan lancar tanda ada gangguan apapun, dan juga

sebagai ijin tempat.

Goffman berasumsi bahwa ketika individu berinteraksi, mereka ingin

menyajikan pemahaman tertentu tentang diri yang akan diterima oleh orang lain.

Aktor berharap agar pemahaman tentang dirinya yang mereka sajikan di hadapan

audien akan cukup kuat bagi audiens tersebut mendefinisikan. Goffman menyebut

hal ini dengan istilah “Manajemen Kesan” (Ritzer, 2010:399-400).

Goffman dengan analogi teatrikal (dramaturgi) menjelaskan bahwa diatas

panggung sebuah pementasan itu memiliki beberapa unsur atau hal yang sangat

11

Wawancara dengan Yusuf Siramandalem, pada tanggal 28 November 2012. “Begini, biasanya

dalam blackmetal, di Siramandalem semua itu mungkin sedikit kita seperti mengeluh kepada

sesuatu yang tidak kelihatan, karena kita juga tahu bahwa didunia ini ada sosok lain juga selain

kita, maksudnya kita menggunakannya sebagai upah atau menghormati mereka. Semisal kita

tampil disebuah acara didaerah A, lokasinya didalam gor, nah kita kan tidak tahu kondisi tempat

itu angker atau tidak. Istilahnya kita memakai sesaji dengan uborampe tersebut adalah sebagai

“Kulo Nuwun” permisi kepada penghuni yang ada ditempat itu, namun bukan berarti kami

memuja mereka tidak atau kita musrik, kita hanya menghormati mereka karena kami yakin

dimanapun kita berada sosok lain selain kita itu pasti ada, ya antara percaya dan gak percaya saja.”

Page 20: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

penting, diantaranya adanya panggung depan, panggung depan berfungsi secara

umum untuk mendefinisikan situasi yang tetap dan umum dalam sebuah

pertunjukan atau pementasan. Goffman membagi panggung depan menjadi setting

dan tampilan personal, setting merujuk pada tampilan fisik yang biasanya harus

ada jika aktor tampil, dalam hal ini tampilan fisik yang biasanya harus ada dalam

setiap penampilan dari Siramandalem adalah adanya sesaji yang mendukung

penampilan mereka dan menambah nilai jawa dari penampilan mereka diatas

panggung. Sedangkan muka personal terdiri dari pernak-pernik perlengkapan

ekspresi yang identik dengan penampilan yang akan dipertunjukkan, pernak

pernik yang digunakan Siramandalem adalah dari make up wajah (Corpsepaint)

yang identik dengan penggambaran personil band Blackmetal dan juga aksesoris-

aksesoris pelengkap lainnya yang mampu mendukung penampilan mereka dan

mampu memberikan kesan blackmetal mereka didepan penikmat musik

blackmetal. Dan terakhir tentang tampilan atau tingkah laku, setiap kali

Siramandalem tampil dalam sebuah acara yang menjadi ciri khas dalam setiap

penampilan mereka adalah mereka tak pernah menyapa para audiens yang

menyaksikan penampilan mereka, bukan karena mereka tak ingin menyapa

penonton hanya saja mereka tak ingin terlalu basa-basi dalam penampilan mereka,

mereka hanya ingin memperlihatkan hasil karya mereka untuk dapat dinikmati

oleh penikmat musik.

Dari hasil wawancara dengan Agung ( drumer Siramandalem), dia

mengatakan bahwa “Ritual yang kami lakukan adalah untuk menghidupkan

suasana diatas panggung, bagaimana ritual yang kami lakukan mampu membuat

Page 21: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

suasana itu menyatu dengan musik yang kami mainkan dan yang ada diatas

panggung”. Menurut Goffman (Ritzer, 2010) dengan analisis dramaturginya

menjelaskan bahwa pertunjukan dalam teater dengan jenis tindakan yang

dijalankan dalam kehidupan dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari memiliki

kesamaan. Demikian juga dengan ritual yang dilakukan oleh Siramandalem juga

memiliki hubungan dengan kehidupan yang dijalankan. Dalam hal ini ritual yang

mereka lakukan adalah seperti menjalankan ibadah untuk keseharian mereka,

ritual bertujuan untuk menghidupkan suasanya diatas panggung sama seperti

ibadah yang mereka lakukan juga untuk menghidupkan suasanya dalam

kehidupan mereka. Dan setiap apa yang mereka lakukan diatas panggung

memiliki maksud dan tujuan seperti mengucap syukur atau memberikan

penghormatan kepada sesuatu hal yang disimbolkan menurut kepercayaan yang

mereka anut.

Pada saat diatas panggung nantinya ornamen ritual yang mereka sediakan

akan mereka letakkan ditengah-tengah panggung. Dari dupa yang dibakar akan

membuat ruangan menjadi penuh dengan aroma dupa. Bahkan gitar yang dipakai

mereka pun diselipkan sebuah dupa seolah-olah gitar itu bernyawa, karena saat

mereka memainkan gitar dan alat musik yang lainnya mereka akan menyatu

dengan alat musik tersebut sehingga mampu menghasilkan sebuah karya seni atau

musik yang dapat dinikmati dengan indah oleh para penikmatnya.

Jika dijelaskan dengan teori yang dikemukankan oleh Aguste Comte

tentang 3 hukum keadaan bahwa ritual yang dilakukan oleh Blackmetal adalah

untuk menjaga hubungan mereka dengan Tuhan, dengan Alam dan dengan

Page 22: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

sesamanya. Hukum 3 Keadaan menurut Aguste Comte yaitu : (1) Zaman

teologi/Fiktif menjelaskan bahwa manusia menafsirkan gejala-gejala sosial yang

dikondisikan oleh kekuatan-kekuatan supranatural, dewa atau Tuhan, manusia

mengikuti dogma-dogma teologis supaya terlindung dari kejadian yang tidak

diinginkan. Teologis ada 3 yaitu fetisisme (Benda memiliki kekuatan), politeisme

(kepercayaan terhadap banyak dewa) dan monoteisme (kepercayaan terhadap 1

Tuhan). (2) Zaman Metafisika menjelaskan bahwa gejala sosial muncul karena

adanya kekuatan-kekuatan tertandai tertentu yang pada akhirnya mulai

dikendalikan untuk mencari sesuatu. (3) Zaman positif menjelaskan tentang tahap

perkembangan intelektual manusia dan adanya keyakinan pada data empiris

sebagai sumber pengetahuan terakhir.

Ritual yang mereka lakukan sangat berhubungan dengan aksi panggung

mereka dalam sebuah event. “Ritual yang kami lakukan dengan uborampe

(peralatan) tadi sangat berpengaruh dengan penampilan kami diatas panggung,

karena misal kita menggunakan ritual itu juga akan membuat kami bersemangat,

ibaratnya kalau kita gak pakai ritual ya rasanya biasa kayak cuma latihan

distudio.”12

.

3. Ritual Siramandalem setelah selesai tampil

Ritual yang terakhir adalah setelah tampil. Hal yang mereka lakukan

setelah selesai tampil, dibantu oleh crew mereka membereskan semua peralatan

yang mereka gunakan untuk tampil tadi. Setelah dibelakang panggung hal terlebih

12

Wawancara dengan Agung Siramandalem (Wawancara tanggal 28 November 2012)

Page 23: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

dahulu mereka lakukan adalah membereskan double pedal, gitar dan bass. Mereka

harus segera membersihkan dan merapikan alat musik mereka dan

memasukkannya kedalam tempatnya13

. Setelah mereka merapikan peralatan yang

mereka gunakan, kemudian para personil Siramandalem membersihkan atau

mencuci wajah mereka untuk menghilangkan riasan wajah mereka yang sudah

bercampur dengan keringat pada saat mereka tampil tadi.

Dalam ritual terdapat konsep spiritual yang muncul dari setiap prosesi

yang mereka lakukan. Konsepsi (Conseption) berarti kegiatan pikiran dalam

menciptakan suatu pengertian (Concept) yang terkadang hasil kegiatan itu sendiri

(konsepnya) berupa rangkaian buah pikiran yang telah diperkembangkan secara

luas, mendalam dan teratur, atau disebut dengan istilah „ditelaah secara ilmiah‟

melalui jalan keilmuan (Gie, 1975:39). Sedangkan kata spiritual (dari kata latin

spiritus) pada mulanya berarti hembusan atau angin, dan kemudian berarti

pernafasan yang akhirnya menjadi berarti menunjukkan kecapakan yang

merupakan ciri khas intelegensi, untuk masuk dan menembus kemana-mana, guna

mencapai apa yang halus dan dalam, menjelajah dunia dan mengisi ruang angkasa

dan bahkan membawa dirinya sampai pada yang mutlak (Leahy, 1984 : 108-109).

Louis Leahy juga menjelaskan bahwa roh bukan hanya memiliki

intelegensi saja tetapi bahwa dalam roh ada dua dimensi yangni dimensi konyitif

13

Yusuf Siramandalem mengatakan “Ya menurut kami gitar dan double pedal itu seperti senjata

bagi kami. Jadi ibaratnya gitar dan double pedal itu senjata kami yang sakral jadi setelah selesai

tampil harus segera dirapikan, ibaratnya setelah kita selesai perang senjata-senjata kita harus

segera merapikannya mengembalikannya kedalam sarungnya. Ya senperti senjata sakral yang

menentukan penampilan kami.” (Wawancara tanggal 28 November 2012)

Page 24: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

(untuk ada dan kebenaran) dan dimensi konatif (untuk nilai dan kebaikan). Ia

bukan hanya memiliki kemampuan untuk mengerti segala sesuatu tetapi juga

untuk mencintai sesuatu, sehingga roh bukan hanya intelengensi saja tetapi juga

kehendak didalamnya yang merupakan afektivitas spiritual, kemampuan untuk

mengikuti secara spontan atau bebas segala sesuatu yang ditangkap ole intelegensi

sebagai indah dan baik. Roh tu sama dengan apa yang oleh Pascal disebut hati

yang dengan sendirinya mencintai eksistensi universal‟, yang mengenal prnsip-

prinsip pertama dari Tuhan dan atas dasar mana akal „membangun uraiannya‟.

(Leahy, 1984 : 109).

Dalam bahasa sufisme disebutkan roh bukan hanya memiliki aspek

intelegensi saja tetapi juga memiliki aspek kebajikan rohani. Kebajikan

merupakan suatu bentuk kemauan yang bersifat kualitatif. Kebajikan rohani

terpusat pada hakikatnya sendiri dan ini merupakan suatu „kualitas ke-Tuhan-an‟,

ini berarti bahwa kebajikan rohani secara tidak langsung menyatakan adanya

semacam pengetahuan. Dalam diri kebajikan rohani terkandung buah, buah

pengetahuan dan keindahan. Institusi adalah yang memberikan kepada kebajikan

rohani. Kualitas yang tidak dapat ditiru dan sekaligus membuat kebajikan rohani

itu sebagai Rahmat Tuhan (Burckhardi, 1984 : 18).

Dari ketiga pengertian diatas, dapat dibuat batasan definisi bahwa Konsep

Spiritual adalah serangkaian buah pikiran yang luas, halus, mendalam dan teratur

dari roh, yang merupakan kehendak hati dan afektivitas spriritual atau

kemampuan untuk mengikuti secara spontan atau bebas segala sesuatu yang

ditangkap oleh intelegensi, sebagai sesuatu yang indah dan baik, „ada; dan benar,

Page 25: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

sesuai dengan prinsip dengan prinsip-prinsip pertama (firman Tuhan), dan

menjadi dasar akal sehat dalam membangun uraiannya (Budinono, 2004 : 18-19).

Gagasan diri yang melihat ke kaca yang dikembangkan oleh Charles

Horton Cooley (Franks dan Gecas, 1992). Cooley mendefinisikan konsep diri

sebagai berikut :

Imajinnasi definit tentang bagaimana diri seseorang yaitu gagasan yang

digunakan muncul dalam suatu pikiran, dan perasaan diri yang dimiliki

seseorang ditentukan oleh sikap terhadapnya yang melekat pada pikiran

orang lain. jadi dalam imajinasi kita mempersepsikan adanya pikiran

orang lain tentang tampilan luar kita, sopan santun, tujuan, perbuatan,

karakter, sahabat, dan lain sebagainya, yang dipengaruhi olehnya.

(Cooley, 1902/1964:169)

Gagasan diri yang melihat dari kaca dapat dipilah dalam 3 komponen.

Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak dimata orang lain. Hal ini

berusaha merujuk atau menjelaskan bahwa personil Siramandalem berusaha untuk

memberikan penampilan yang mampu dan bisa dipandang menarik oleh para

audiens, dalam hal ini mereka menggunakan make up wajah, aksesoris dan

ornamen pelengkap seperti sesaji (bunga dan dupa). Kedua, kita membayangkan

bagaimana seharusnya penilaian mereka terhadap tampilan ini. Seperti pada point

yang pertama pada point kedua ini ingin menjelaskan bahwa penggambaran dari

permainan dan penggambaran personil Siramandalem ini sudah sesuai dengan

penggambaran pemain band Blackmetal seperti pada umumnya namun yang

Page 26: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

membuat sedikit berbeda dari Siramandalem adalah mereka menggunakan

pelengkap bunga dan dupa untuk setiap kali penampilan mereka dalam sebuah

event/acara metal. Ketiga, kita mengembangkan perasaan diri sebagai akibat dari

bayangan kita terhadap penilaian orang lain. Dalam point ketiga ini lebih ingin

menjelaskan tentang perasaan yang dirasakan oleh personil Siramandalem.

“Perasaan yang saya rasakan setelah tampil, ada perasaan bangga, karena

kami sudah berusaha untuk menampilkan hasil karya kami untuk

menghibur penikmat musik Blackmetal. Selain rasa bangga juga ada rasa

malu karena pada saat make up yang kami gunakan sudah kami hapus

akan ada beberapa dari mereka menilai tentang aslinya kami (ternyata

mereka seperti itu?? Tidak segarang di atas panggung). Malu dalam hal

ini, maksudnya mungkin pada saat saya main ada kesalahan yang saya

buat maka semua orang akan tahu dengan kesalahan yang saya buat,

terlebih itu rasa banggalah yang saya rasakan karena bisa menghibur

banyak orang.”

(Wawancara 2012 dengan Agung Siramandalem)

Ritual yang mereka lakukan juga bertujuan untuk menjaga hubungan

antara mereka dengan Tuhan, mereka dengan alam sekitar dan mereka dengan

sesama mereka. Selain itu ritual yang mereka lakukan hanyalah sebagai pelengkap

untuk mendukung penampilan mereka. Penampilan agar idealisme musik mereka

sebagai Blackmetal jawa tetap eksis dan bertahan, dengan adanya ritual dengan

uborampe yang macam-macam menunjukkan bahwa mereka mencoba

menampilkan aliran musik blackmetal dengan tetap menjawa budaya asli mereka

Page 27: BAB V SIRAMANDALEM LEGION DALAM RITUALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3836/6/T1_352008604_BAB V.pdf · sebelumnya sudah sedikit membahas tentang kegiatan dan ritual yang dilakukan

yang berasal dari jawa dan tetap berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka

merupakan orang jawa sejati.

Setiap ritual yang mereka kerjakan memiliki makna dan nilai tersendiri.

Seperti ritual sebelum tampil diatas panggung, mereka selalu mempersiapkan

peralatan apa saja yang akan mereka gunakan untuk mendukung penampilan

mereka diatas panggung. Dengan mempersiapkan semua peralatan yang akan

digunakan maka pada saat mereka tampil mereka akan menampilkan penampilan

terbaik mereka untuk para penikmat musik Blackmetal. Selain itu jika mereka

tidak menggunakan ornamen ritual seperti duka dan kembang maka mereka juga

tidak menggunakan riasan wajah dan aksesoris pelengkap lainnya, dengan kata

lain ritual yang mereka lakukan sangat mendukung penampilan mereka diatas

panggung, untuk menambah semangat dan keunikan dari penampilan mereka

sebagai salah satu band Blackmetal yang ada di wilayah Jawa.

Ritual yang mereka kerjakan juga memiliki kesamaan dengan kehidupan

keseharian mereka, misal mereka selalu menggunakan bunga segar dalam setiap

penampilan mereka ini bertujuan bahwa mereka ingin menampilakan sesuatu

yang segar dalam setiap penampilan mereka. Ritual yang mereka lakukan juga

ingin menunjukkan bahwa mereka merupakan orang jawa asli yang masih

mengingat tentang warisan budaya nenek moyan mereka yaitu berupa ritual, sama

seperti acara kenduri pada masyarakat jawa maka mereka juga akan menggunakan

sesaji-sesaji atau acara untuk memperingati malan 1 suro mereka juga

menggunakan sesaji-sesaji yang bertujuan sesaji itu ditujuakn sebagai bentuk rasa

syukur, penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.