bab v perancangan ea - · pdf fileadm strategi bisnis tujuan ... • instansi vertikal...

65
Bab V Perancangan EA Selain visi, misi, strategi dan driver bisnis, strategi TI, tujuan, serta kondisi sistem dan teknologi Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang dibutuhkan sebagai input dalam fase preliminary dan fase A; sebagian output dari fase preliminary juga menjadi input bagi fase A, begitu juga output fase A bagi fase selanjutnya. Gambaran ketergantungan antar fase dapat dilihat pada diagram di bawah ini (lihat gambar V.1).

Upload: tranminh

Post on 25-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Bab V Perancangan EA

Selain visi, misi, strategi dan driver bisnis, strategi TI, tujuan, serta kondisi sistem

dan teknologi Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang dibutuhkan sebagai input

dalam fase preliminary dan fase A; sebagian output dari fase preliminary juga

menjadi input bagi fase A, begitu juga output fase A bagi fase selanjutnya.

Gambaran ketergantungan antar fase dapat dilihat pada diagram di bawah ini

(lihat gambar V.1).

Fase preliminary

Fase A: Visi arsitektur

Fase B: Arsitektur

bisnis

Fase C: Arsitektur

sistem informasi

Definisi framework

Lingkup

Prinsip bisnis

Prinsip data

Prinsip aplikasi

Prinsip teknologi

Visi arsitektur

Arsitektur bisnis target

Arsitektur bisnis baseline

Arsitektur data target

Arsitektur aplikasi target

Arsitektur data baseline

Arsitektur aplikasi baseline

Analisis gaparsitektur bisnis

Analisis gaparsitektur data

Analisis gaparsitektur aplikasi

EA

TOGAF ADM

Strategi bisnis

Tujuan

Driver bisnis

Strategi TI

Visi

Misi

Kondisi sistem & teknologi

Fase D: Arsitektur teknologi

Arsitektur teknologi target

Arsitektur teknologi baseline

Analisis gaparsitektur teknologi

Gambar V.1 Diagram alur perancangan EA

V.1 Mengembangkan prinsip arsitektur (fase Preliminary)

Pada fase ini ditetapkan lingkup enterprise dan diidentifikasi sumber daya untuk

merancang EA.

Lingkup enterprise:

Perancangan arsitektur dilakukan dengan mengangkat proses bisnis yang ada

di unit organisasi eselon III Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Dengan pendekatan federated

architecture, maka lingkup enterprise dapat ditetapkan pada KPPN yang

merupakan unit organisasi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan

bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah. Proses bisnis yang akan

dianalisis adalah penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Non

Belanja Pegawai. Proses bisnis penerbitan SP2D ini secara rinci terdapat pada

lampiran B.

Sumber daya (input) yang dibutuhkan untuk mengembangkan EA Direktorat

Jenderal Perbendaharaan adalah visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur

organisasi, strategi bisnis, strategi TI, tujuan, sasaran, proses bisnis serta

kondisi sistem dan TI-nya.

Kebutuhan untuk mengembangkan prinsip arsitektur Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, faktor-faktor yang mempengaruhi, selain input dalam fase

preliminary (strategi, tujuan, driver bisnis, strategi TI) adalah:

Visi, misi dan rencana enterprise yang telah disebutkan sebelumnya

Inisiatif strategi enterprise: karakteristik enterprise—kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancamannya

Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) terhadap

bisnis organisasi beserta teknologi informasinya:

1. Kekuatan

• Instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan tersebar di

seluruh propinsi Indonesia

• Sebagai satu-satunya penyelenggara bidang perbendaharaan negara

• Telah tersedia infrastruktur di beberapa direktorat yang cukup

memadai

2. Kelemahan

• Belum terintegrasinya data dengan unit yang lain

• Kemampuan teknis SDM di bidang TI yang belum merata

• Sistem yang dibangun belum memenuhi kebutuhan organisasi yang

bersifat kritis/utama dan lebih menekankan kepada kepentingan unit

masing-masing

3. Peluang

• Adanya tuntutan terhadap pelayanan publik yang lebih baik

• Dengan dukungan dana yang ada dari pemerintah dimungkinkan untuk

melakukan perbaikan terhadap sistem TI dan infrastruktur yang ada

dan juga bisa diupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di

bidang TI

• Peranan TI sebagai pendukung tugas dan fungsi perbendaharaan akan

mempunyai peluang yang sangat besar untuk berkembang

4. Ancaman

• Adanya reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara (business

reengineering) maka perencanaan yang sudah disusun dan sedang

dilaksanakan dapat mengalami gangguan dan perubahan

• Masih sedikitnya SDM di bidang TI sangat mempengaruhi

keberhasilan dalam pengembangan sistem TI

• Perubahan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga

sistem yang sedang dibuat tidak dapat dimanfaatkan.

Batasan eksternal (business driver):

Harapan masyarakat dan mitra kerja yaitu satuan kerja dari instansi

departemen/lembaga negara adalah cepat terselesaikannya proses penerbitan

pencairan dana berupa Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

Sistem dan teknologi saat ini:

Sistem yang dibangun lebih menekankan kepada kepentingan unit masing-

masing. Perencanaan terfokus pada pemecahan masalah taktis dan detil, bukan

strategis. Keberagaman spesifikasi perangkat keras di Direktorat Jenderal

Perbendaharaan dapat berimplikasi pada sulitnya perawatan dan

pengembangan teknologi sistem informasi, baik dari sisi perangkat keras

maupun perangkat lunak.

Kecenderungan industri komputer:

Teknologi informasi khususnya perangkat keras, saat ini berkembang

sedemikian cepatnya. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan pekerjaan yang

semakin tinggi terhadap pemanfaatan teknologi komputer. Keberagaman dan

pengadaan yang tidak hanya dilakukan oleh satu unit kerja berakibat pada

tidak seragamnya perangkat yang dimiliki sehingga diperlukan adanya

standardisasi acuan perangkat keras di lingkungan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan. Dengan adanya standardisasi acuan perangkat keras maka

diharapkan dapat mempermudah proses perawatan maupun pengembangan

perangkat keras baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sesuai

dengan teknologi informasi yang berkembang pesat dan kebutuhan Direktorat

Jenderal Perbendaharaan tanpa mengabaikan faktor efisiensi waktu maupun

biaya. Diharapkan dengan penerapan standardisasi perangkat keras ini, akan

tercipta suatu sistem yang terintegrasi dengan kompatibilitas yang tinggi, guna

mempermudah pengembangan sistem informasi yang terintegrasi dan

berkesinambungan pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Output:

Framework yang akan digunakan untuk mengembangkan EA Direktorat

Jenderal Perbendaharaan adalah TOGAF dengan mengadaptasi ADM.

Prinsip arsitektur kemudian disusun berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi seperti yang telah disebutkan di atas:

Prinsip arsitektur, meliputi:

o Prinsip bisnis

Prinsip 1 : Keunggulan prinsip

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 2 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 3 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 4 :

Pernyataan :

Rasional :

Prinsip manajemen informasi ini berlaku bagi semua

organisasi di dalam enterprise.

Satu-satunya cara untuk dapat menyediakan kualitas informasi

yang konsisten dan dapat diukur bagi pembuat keputusan adalah

jika seluruh organisasi mematuhi prinsip.

Inisiatif manajemen informasi tidak akan dimulai hingga

disesuaikan dengan prinsip.

Memaksimalkan pelayanan terhadap stakeholder

Keputusan manajemen informasi dibuat untuk menyediakan

pelayanan terhadap stakeholder.

Cara untuk memaksimalkan pelayanan adalah dengan

memberikan informasi yang tepat.

Untuk memaksimalkan pelayanan akan dibutuhkan perubahan

dalam cara merencanakan dan mengelola informasi. Teknologi

sendiri tidak akan membawa perubahan ini.

Manajemen informasi adalah urusan semua stakeholder

Semua organisasi dalam enterprise berpartisipasi dalam

keputusan manajemen informasi untuk mencapai sasaran bisnis.

Untuk menjamin manajemen informasi selaras dengan bisnis,

semua organisasi dalam enterprise harus terlibat dalam seluruh

aspek lingkungan informasi.

Komitmen sumber daya akan dibutuhkan untuk mengimplemen-

tasikan prinsip ini.

Keberlangsungan bisnis

Operasi enterprise dipertahankan walaupun ada gangguan

sistem.

Kegagalan perangkat keras, bencana alam, dan gangguan lainnya

tidak akan dibiarkan untuk mengganggu atau menghentikan

aktifitas enterprise.

Implikasi :

Prinsip 5 :

Pernyataan:

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 6 :

Pernyataan:

Rasional :

Implikasi :

Manajemen mencakup review berkala, pengujian untuk

kerentanan atau merancang layanan misi-kritis untuk menjamin

keberlangsungan fungsi bisnis melalui kapabilitas alternatif.

Patuh dengan hukum

Proses manajemen informasi enterprise mematuhi hukum,

kebijakan, dan regulasi yang relevan.

Kebijakan enterprise adalah mematuhi hukum dan regulasi. Hal

ini tidak akan menghalangi peningkatan proses bisnis yang

mendorong ke arah perubahan dalam kebijakan dan regulasi.

Enterprise harus sadar untuk mematuhi hukum, regulasi, dan

kebijakan eksternal mengenai koleksi, penyimpanan, dan

manajemen data. Perubahan yang terjadi dalam hukum dan

regulasi dapat mengarahkan perubahan dalam proses

manajemen.

Tanggung jawab TI

Organisasi TI bertanggung jawab atas kepemilikan dan

implementasi proses dan infrastruktur TI yang memungkinkan

solusi untuk memenuhi kebutuhan bagi fungsionalitas, kualitas

pelayanan, biaya, dan pemilihan waktu pengiriman.

Secara efektif menyelaraskan ekspektasi dengan kapabilitas dan

biaya sehingga semua proyek dapat menghemat biaya.

Suatu proses harus diciptakan untuk memprioritaskan proyek.

Fungsi TI harus mendefinisikan proses untuk mengelola

ekspektasi unit bisnis. Model data, aplikasi, dan teknologi harus

diciptakan untuk memungkinkan solusi kualitas integrasi dan

memaksimalkan hasil.

o Prinsip data

Prinsip 7 :

Pernyataan :

Data adalah aset

Data adalah aset yang mempunyai nilai bagi enterprise, maka

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 8 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 9 :

Pernyataan :

Rasional :

dikelola dengan baik.

Data adalah sumberdaya organisasi yang berharga. Dalam istilah

yang sederhana, tujuan data adalah untuk membantu pembuatan

keputusan. Data yang tepat waktu adalah kritis kepada

keakuratan, keputusan tepat waktu. Data adalah fondasi dari

pembuatan keputusan, maka harus dikelola untuk menjamin

keberadaannya, dapat diandalkan keakuratannya, dan dapat

diperoleh kapan dan di mana dibutuhkan.

Harus membuat transisi kultural dari pemikiran data ownership

menjadi data stewardship. Karena data adalah aset enterprise,

pengelola data bertanggung jawab untuk mengelola data dengan

baik pada level enterprise.

Data dibagi bersama (di-share)

Pengguna mempunyai akses ke data yang diperlukan untuk

melakukan pekerjaan mereka; oleh karena itu, data dibagi

bersama melintasi fungsi dan organisasi enterprise.

Akses tepat waktu kepada data yang akurat adalah penting untuk

meningkatkan kualitas dan efisiensi pembuatan keputusan

enterprise. Akan memakan biaya yang sedikit untuk memelihara

tepat waktu, data yang akurat dalam aplikasi tunggal, dan

kemudian di-share, daripada memelihara data yang duplikatif

dalam berbagai aplikasi.

Untuk memungkinkan pembagian data, semua anggota

organisasi harus menaati kebijakan, prosedur, dan standar

pengaturan manajemen dan akses data untuk jangka pendek dan

jangka panjang.

Data dapat diakses

Data dapat diakses bagi pengguna untuk melakukan fungsinya.

Penggunaan informasi harus dipertimbangkan dari perspektif

enterprise untuk mengizinkan akses oleh para pengguna. Waktu

Implikasi :

Prinsip 10 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 11 :

Pernyataan:

Rasional :

Implikasi :

pegawai akan dihemat, dan konsistensi data ditingkatkan.

Aksesibilitas data melibatkan kemudahan pengguna memperoleh

informasi. Cara informasi diakses dan ditampilkan harus cukup

dapat disesuaikan dengan para pengguna dan metoda akses

mereka. Para pegawai harus memperhatikan untuk tidak salah

menafsirkan informasi.

Definisi data dan kosa kata umum

Data didefinisikan dengan konsisten dalam enterprise, dan dapat

dimengerti dan tersedia bagi semua pengguna.

Data yang akan digunakan dalam pengembangan aplikasi harus

mempunyai definisi umum untuk memungkinkan pembagian

data. Kosa kata yang umum akan memfasilitasi komunikasi dan

memungkinkan dialog menjadi efektif.

Enterprise harus menetapkan kosa kata umum dalam bisnis.

Definisi yang akan digunakan disamakan di seluruh enterprise.

Keamanan data

Data dilindungi dari pemakaian dan penyingkapan yang tidak

sah.

Pembagian informasi yang terbuka melalui peraturan yang

relevan harus diseimbangkan dengan kebutuhan untuk

membatasi ketersediaan informasi.

Keamanan harus dirancang dalam elemen data sejak awal.

Sistem, data, dan teknologi harus dilindungi dari akses dan

manipulasi yang tidak sah. Informasi harus dilindungi dari

perubahan, sabotase, bencana, atau penyingkapan yang lalai atau

tidak sah.

o Prinsip aplikasi

Prinsip 12 :

Pernyataan :

Technology independence

Aplikasi adalah pilihan teknologi yang tidak terikat dan oleh

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 13 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

karena itu, dapat beroperasi dalam berbagai platform.

Ketidakterikatan aplikasi dari teknologi dasar memungkinkan

aplikasi dikembangkan, di-upgrade, dan dioperasikan dengan

cara yang hemat biaya dan tepat waktu.

Application Program Interfaces (API) akan dikembangkan

untuk memungkinkan aplikasi lama beroperasi dengan aplikasi

dan lingkungan operasi yang dikembangkan di bawah EA.

Kemudahan penggunaan

Aplikasi mudah digunakan. Teknologi dasar transparan bagi

pengguna sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada pekerjaan.

Kemudahan penggunaan merupakan perangsang positif bagi

penggunaan aplikasi. Sebagian besar pengetahuan yang

dibutuhkan untuk mengoperasikan satu sistem akan serupa

dengan yang lain.

Pelatihan terbatas pada jumlah kecil dan risiko penggunaan

sistem dengan tidak sesuai rendah.

o Prinsip teknologi

Prinsip 14 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Perubahan berbasis kebutuhan

Hanya dalam menanggapi kebutuhan bisnis, perubahan pada

aplikasi dan teknologi dilakukan.

Prinsip ini akan membantu perkembangan atmosfir di mana

perubahan lingkungan informasi sebagai jawaban atas kebutuhan

bisnis, bukan perubahan bisnis sebagai jawaban atas perubahan

TI. Efek yang tidak diinginkan pada bisnis karena perubahan TI

akan diminimalisasi. Perubahan dalam teknologi mungkin

memberikan kesempatan untuk meningkatkan proses bisnis dan

karena itu mengubah kebutuhan bisnis.

Peningkatan teknis atau pengembangan sistem tidak akan

dilakukan jika tidak ada dokumentasi kebutuhan bisnis. Maksud

prinsip ini adalah menjaga fokus pada bisnis, bukan kebutuhan

Prinsip 15 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

Prinsip 16 :

Pernyataan :

Rasional :

Implikasi :

teknologi. Perubahan responsif juga merupakan kebutuhan

bisnis.

Manajemen perubahan yang responsif

Perubahan pada lingkungan informasi enterprise

diimplementasikan dalam waktu yang tepat.

Jika pegawai diharapkan untuk bekerja dalam lingkungan

informasi enterprise, maka lingkungan informasi harus responsif

terhadap kebutuhan mereka.

Pengembangan proses untuk mengelola dan

mengimplementasikan perubahan tidak menciptakan penundaan.

Pengguna yang merasakan kebutuhan perubahan akan

menghubungi unit bisnis untuk memberikan fasilitas penjelasan

dan implementasi kebutuhan itu.

Interoperabilitas

Perangkat keras dan perangkat lunak harus menyesuaikan

dengan standar yang mempromosikan interoperabilitas untuk

data, aplikasi, dan teknologi.

Standar membantu menjamin konsistensi, dengan begitu

meningkatkan kemampuan untuk mengelola sistem dan

meningkatkan kepuasan pengguna, dan melindungi investasi TI

yang ada sehingga memaksimalkan return on investment dan

mengurangi biaya. Standar untuk interoperabilitas juga

menjamin dukungan dari berbagai vendor dan memfasilitasi

integrasi rantai suplai (supply chain).

Standar interoperabilitas akan diikuti kecuali jika ada satu alasan

bisnis yang memaksa untuk menerapkan satu solusi bukan

standar. Proses untuk menetapkan standar, me-review dan

merevisinya secara berkala harus ditetapkan. Platform TI yang

ada harus diidentifikasi dan didokumentasikan.

V.2 Mengembangkan arsitektur visi (fase A)

Kebutuhan untuk mengembangkan arsitektur visi:

Stakeholder yang terdiri dari Direktur Jenderal, para pejabat di eselon II, III,

IV, para pegawai, dan mitra kerja yaitu satuan kerja Departemen Keuangan

dan departemen lainnya.

Output dari fase sebelumnya yang menjadi input dalam fase A

Menurunkan visi, misi, strategi, dan tujuan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan

Visi arsitektur adalah representasi arsitektur keseluruhan dalam terminologi yang

mempunyai arti bagi para stakeholder. Visi arsitektur memungkinkan arsitektur

dikomunikasikan dan dipahami oleh stakeholder sehingga mereka dapat

memeriksa bahwa sistem akan memenuhi kebutuhannya.

Kategori visi arsitektur:

o Visi arsitektur bisnis:

Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyediakan layanan bagi semua

stakeholder-nya menggunakan teknologi untuk menguraikan batasan-batasan

yang diciptakan oleh proses-proses dalam bidang atau organisasi. Manajemen

proses-proses ini adalah satu tugas terintegrasi yang melibatkan pemilik

bisnis/fungsi dan staf TI. Bisnis di masa mendatang harus memenuhi tuntutan

reformasi dan harapan masyarakat.

o Visi arsitektur data

Direktorat Jenderal Perbendaharaan menggunakan praktik manajemen data

dan informasi terbaik serta menghargai data dan informasi sebagai aset

strategis kunci. Akses kepada informasi disediakan secara ubiquitous dan cara

yang aman bagi semua stakeholder. Pengetahuan organisasi dilindungi dan

dan diarsipkan dengan layak untuk penggunaan di masa datang. Informasi

diakses dengan aman dan hukum serta regulasi diikuti dalam semua aspek

manajemen informasi. Pelayanan terhadap mitra kerja harus lebih ditingkatkan

dengan meningkatkan kecepatan dan ketepatan informasi.

o Visi arsitektur aplikasi

Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengembangkan sistem perangkat lunak

menggunakan services-oriented architecture (SOA) bersama dengan

pendekatan yang digambarkan dalam proses bisnisnya.

o Visi arsitektur teknologi

Direktorat Jenderal Perbendaharaan mendistribusikan infrastruktur TI yang

mendukung visi organisasi untuk manajemen informasi, pengembangan

aplikasi, dan manajemen proses bisnis. Infrastruktur TI yang disediakan

menggunakan pendekatan hemat biaya, mencakup outsourcing jika sesuai.

Teknologi juga harus disesuaikan untuk pengintegrasian sistem dengan

organisasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan keseluruhan.

V.3 Mengembangkan arsitektur bisnis (fase B)

Kebutuhan untuk mengembangkan arsitektur bisnis:

Output pada fase A

Pemodelan kebutuhan bisnis dan stakeholder dengan use case yang

menggambarkan functional requirements

Security requirements di antaranya:

1. Access requirements

Siapa yang berwenang mengakses produk (fungsionalitas dan data) dan

dalam kondisi apa akses dilakukan dan pada bagian apa akses produk

diizinkan.

Satker/KPA: hanya orang tertentu yang ditunjuk berdasarkan SK dari

departemen masing-masing menjadi Kuasa Pengguna Anggaran yang

berwenang menandatangani SPM

Pegawai KPPN:

o Kepala Seksi Perbendaharaan: yang berwenang menandatangani SP2D

o Kepala Seksi Bank/Giro Pos: yang berwenang menandatangani SP2D

dan daftar penguji/pengantar SP2D

o Kepala Kantor: berwenang menandatangani daftar penguji

2. Integrity requirements

Penerbitan SP2D harus sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu dalam

pembebanan anggaran, dana yang tersedia dan dilindungi dari

penyalahgunaan orang yang tidak bertanggung jawab.

Langkah pertama dalam pemodelan proses bisnis adalah membuat use case

diagram dari proses bisnis penerbitan SP2D. Dari use case diagram ini terdapat

11 aktor yaitu Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran (Satker/KPA), petugas

loket, pelaksana Seksi Perbendaharaan, koordinator pelaksana (korpel) Seksi

Perbendaharaan, Kepala Seksi Perbendaharaan, petugas komputer, pelaksana

Seksi Bank/Giro Pos, korpel Seksi Bank/Giro Pos, Kepala Seksi Bank/Giro Pos,

Kepala Kantor, dan pelaksana Subbagian Umum. Use case ada lima yaitu

mengajukan permohonan penerbitan SP2D, menerima berkas permohonan

penerbitan SP2D, memproses permohonan SP2D, mengesahkan penerbitan SP2D,

dan menatausahakan SP2D. Sistem dalam use case diagram ini adalah Penerbitan

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Non Belanja Pegawai.

Mangesahkanpenerbitan SP2D

Satker/KPA

Petugas Loket

Pelaksana Seksi Perbendaharaan

Kepala Seksi Perbendaharaan

Pelaksana Seksi Bank/Giro Pos

Kepala Seksi Bank/Giro Pos Kepala Kantor

Pelaksana Subag Umum

Mengajukanpermohonan penerbitan SP2D

Menerima berkaspermohonan penerbitan SP2D

Memprosespermohonan SP2D

Menatausahakan SP2D

Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Non Belanja Pegawai

Korpel Seksi Perbendaharaan

Petugas komputer

Korpel Seksi Bank/Giro Pos

Gambar V.2 Use case diagram Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai (baseline)

Dari use case diagram kemudian dibuat rincian aktifitas dengan activity diagram.

Activity diagram dibuat berdasarkan lima use case ini. Pada activity diagram akan

digambarkan interaksi para aktor dalam sistem/proses bisnis tersebut.

1. Rincian aktifitas Satker/KPA dalam mengajukan permohonan penerbitan

SP2D yaitu dengan membawa berkas Surat Perintah Membayar (SPM)

dilengkapi dengan dokumen pendukung dan Arsip Data Komputer (ADK).

Satker menyerahkan berkas kepada petugas loket di KPPN.

Mengajukan SPM & ADK

Melengkapi dgn data pendukung

Menyerahkan ke loket di KPPN

Gambar V.3 Activity diagram untuk use case mengajukan permohonan penerbitan SP2D (baseline)

2. Rincian aktifitas petugas loket dalam menerima berkas permohonan

penerbitan SP2D dari Satker sampai dengan meneruskan ke Seksi

Perbendaharaan

Menerima SPM, data pendukung & ADK

Meneliti kelengkapan dokumen

Transfer ADK ke dlm sistem aplikasi SP2D

Mencetak DPP-SPM & Routing slip

Meneruskan ke Seksi Perbendaharaan

Gambar V.4 Activity diagram untuk use case menerima berkas permohonan penerbitan SP2D (baseline)

3. Rincian aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana, koordinator pelaksana

(korpel), dan Kepala Seksi Perbendaharaan serta petugas komputer dalam use

case memproses permohonan SP2D diuraikan dalam gambar V.5.

4. Rincian aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana, Korpel, dan Kepala Seksi

Bank/Giro Pos serta Kepala Kantor dalam use case mengesahkan penerbitan

SP2D diuraikan dalam gambar V.6.

5. Rincian aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana Subbagian Umum dalam use

case menatausahakan SP2D diuraikan dalam gambar V.7 yaitu

mendistribusikan SP2D, SPM, dokumen pendukung, dan Daftar Penguji

kepada Bank Indonesia/Bank Operasional/Pos, Satker, dan Seksi Verifikasi

dan Akuntansi (Vera).

Bersambung….

Sambungan…

Gambar V.5 Activity diagram untuk use case memproses permohonan SP2D (baseline)

Gambar V.6 Activity diagram untuk use case mengesahkan penerbitan SP2D (baseline)

Gambar V.7 Activity diagram untuk use case menatausahakan SP2D (baseline)

Analisis arsitektur bisnis/proses bisnis:

Dari activity diagram ini dapat dilihat adanya aktifitas berulang yang dilakukan

oleh pelaksana dan korpel, baik pada Seksi Perbendaharaan maupun Seksi

Bank/Giro Pos. Untuk memangkas birokrasi dan mempercepat proses

penyelesaian penerbitan SP2D ini, posisi Korpel dapat dihilangkan. Alasannya,

pekerjaan yang dilakukan oleh Korpel cukup dilakukan oleh pelaksana.

Fungsi dari routing slip dan Daftar Pengawasan Penyelesaian Surat Perintah

Membayar (DPP-SPM) sebagai alat bantu pada kenyataannya kurang efektif,

bahkan menambah beban kerja para pegawai. Sering terjadi, pengisian routing

slip dan DPP-SPM dilakukan setelah proses penerbitan SP2D selesai. Oleh karena

itu, kedua alat bantu itu dapat dihilangkan dengan alasan:

o pengawasan cukup dengan dibuat catatan dalam buku agenda penyelesaian

SPM dan penerbitan SP2D dalam Seksi Perbendaharaan dan Seksi Bank/Giro

Pos

o pengawasan penyelesaian SPM dan penerbitan SP2D sudah termasuk dalam

kegiatan pencatatan transaksi dalam kartu pengawasan

Dalam use case memproses permohonan SP2D, terdapat aktor petugas komputer

(Subbagian Umum) yang bertugas untuk merekam dan mencetak SP2D dan

Daftar Penguji. Untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan ini, proses

pencetakan dapat dialihkan atau langsung dilakukan oleh seksi terkait. Seksi

Perbendaharaan yang memproses penerbitan SP2D dapat sekaligus mencetak

dokumen SP2D. Seksi Bank/Giro Pos yang memproses penyelesaian SP2D

hingga alokasi dana pada Bank Indonesia/Bank Operasional/Pos dapat sekaligus

mencetak Daftar Penguji/Pengantar SP2D yang antara lain berisi Satuan Kerja

yang berhak menerima pembayaran dan nama Bank/Pos. Satu Daftar Penguji ini

memuat daftar SP2D dalam satu Bank/Pos tempat pembayaran.

Beberapa kegiatan dalam proses penerbitan SP2D masih dilakukan secara manual,

misalnya pencatatan data SPM dalam kartu pengawasan. Kegiatan ini dapat

dilakukan dengan otomatisasi dengan suatu aplikasi baru.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-66/PB/2005

tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara, penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai wajib diselesaikan

oleh KPPN paling lambat satu hari kerja setelah SPM diterima secara lengkap.

Pengembalian SPM dilakukan paling lambat satu hari kerja setelah SPM diterima,

bila tidak memenuhi syarat untuk diterbitkan SP2D.

Satker/KPA yang menyerahkan berkas permohonan penerbitan SP2D kepada

KPPN, akan mengetahui hasilnya pada saat datang kembali untuk mengambil,

apakah diterbitkan SP2D-nya atau dikembalikan. Petugas loket hanya meneruskan

berkas permohonan kepada Seksi Perbendaharaan, sehingga hasilnya akan

diketahui setelah selesainya proses.

Untuk meningkatkan pelayanan, maka dapat dibuat mekanisme yang

memungkinkan Satker dapat mengetahui hasil proses permohonan penerbitan

SP2D pada hari yang sama. Caranya dengan lebih memberdayakan petugas di

garis depan yang langsung berhadapan dengan Satker dan menyediakan customer

service. Petugas loket diganti namanya dengan petugas front office yang dapat

melakukan pengujian substantif dan formal terhadap pengajuan permohonan

SP2D. Jadi, proses penyelesaian selanjutnya dapat ditunggu oleh Satker. Jika

proses permohonan dikembalikan, petugas front office dapat langsung

memberikan kembali kepada Satker dan menyarankan untuk berkonsultasi dengan

petugas customer service.

Dari analisis di atas, kemudian dibuat use case diagram baru dengan beberapa

perubahan yaitu:

Menghilangkan aktor korpel Seksi Perbendaharaan, korpel Seksi

Bank/Giro Pos, dan petugas komputer

Menghilangkan alat bantu routing slip dan DPP-SPM

Mengusulkan aplikasi baru yang akan muncul sesuai dengan kebutuhan

dalam proses bisnis yang baru

Mengganti peran petugas loket dengan petugas front office

Dari use case diagram yang baru ini terdapat 8 aktor yaitu Satuan Kerja/Kuasa

Pengguna Anggaran (Satker/KPA), petugas front office, pelaksana Seksi

Perbendaharaan, Kepala Seksi Perbendaharaan, pelaksana Seksi Bank/Giro Pos,

Kepala Seksi Bank/Giro Pos, Kepala Kantor, dan pelaksana Subbagian Umum.

Use case ada 5 yaitu mengajukan permohonan penerbitan SP2D, melayani

permohonan penerbitan SP2D, memproses permohonan SP2D, mengesahkan

penerbitan SP2D, dan menatausahakan SP2D. Sistem dalam use case diagram ini

adalah Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Non Belanja Pegawai.

Satker/KPA

Petugas Front Office

Pelaksana Seksi Perbendaharaan Kepala Seksi Perbendaharaan

Pelaksana Seksi Bank/Giro Pos

Kepala Seksi Bank/Giro Pos

Kepala Kantor

Pelaksana Subag Umum

Mengajukanpermohonan penerbitan SP2D

Melayani permohonanpenerbitan SP2D

Memprosespermohonan SP2D

Mangesahkanpenerbitan SP2D

Menatausahakan SP2D

Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Non Belanja Pegawai

Gambar V.8 Use case diagram Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai (target)

Dari use case diagram kemudian dibuat rincian aktifitas dengan activity diagram.

Berikut adalah activity diagram yang dibuat berdasarkan lima use case yang baru:

1. Rincian aktifitas Satker/KPA dalam mengajukan permohonan penerbitan

SP2D yaitu dengan membawa berkas Surat Perintah Membayar (SPM)

dilengkapi dengan dokumen pendukung dan Arsip Data Komputer (ADK).

Satker menyerahkan berkas kepada petugas front office di KPPN. Apabila

berkas SPM dan dokumen pendukungnya benar dan lengkap akan diproses,

sebaliknya bila tidak, akan dikembalikan dan disarankan untuk berkonsultasi

dengan customer service.

Mengajukan SPM & ADK

Melengkapi dgn data pendukung

Permohonan diproses

SP2D terbit

Konsultasi dgn Customer Service

ditolak

diterima

Gambar V.9 Activity diagram untuk use case mengajukan permohonan penerbitan SP2D (target)

2. Rincian aktifitas petugas front office dalam melayani permohonan penerbitan

SP2D dari Satker sampai dengan meneruskan ke Seksi Perbendaharaan

Menerima SPM, data pendukung & ADK

Meneliti kelengkapan dokumen

Menayangkan ADK utk dicocokkan dgn hard copy SPM

Menayangkan data pagu, spesimen tanda tangan

Melakukan pengujian substantif dan formal

Transfer ADK ke dlm sistem aplikasi SP2D

Mencetak dan memberi tanda terima kpd Satker/KPA

Meneruskan SPM dan dokumen pendukung + td terima lbr ke-2 kpd Seksi Perbendaharaan

Mengembalikan kpd Satker/KPA

Proses penyelesaian SP2D

Menerima SP2D & SPM dari Subag Umum

Menyerahkan kpd Satker/KPA

Gambar V.10 Activity diagram untuk use case melayani permohonan penerbitan SP2D (target)

3. Rincian aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana dan Kepala Seksi

Perbendaharaan dalam use case memproses permohonan SP2D.

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

Kepala Seksi PerbendaharaanPelaksana Seksi Perbendaharaan

Menerima SPM dan dokumen pendukungnya

Merekam data setoran UP/TUP

Merekam data kontrak dlm kartu pengawasan kontrak

Mencetak kartu pengawasan pagu DIPA

Mencetak & meneliti konsep/net SP2D

Menerima, meneliti SPM dan dokumen pendukung

Menguji dgn kartu pengawasan pagu DIPA

Memeriksa, memaraf konsep SP2D & kartu pengawasan pagu DIPA

Menandatangani net SP2D

Menerima dan memilah SP2D

lbr ke-1 & pot. SPM/SSP kpd Seksi Bank/GP lbr ke-2 & 3 dilampiri asli SPM & dok. pendukung kpd Subag umum

Mengarsipkan konsep SP2D & kartu pengawasan pagu DIPA

Gambar V.11 Activity diagram untuk use case memproses permohonan SP2D (target)

4. Rincian aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana, Kepala Seksi Bank/Giro Pos

dan Kepala Kantor dalam use case mengesahkan penerbitan SP2D.

Kepala Seksi Bank/Giro Pos Kepala KantorPelaksana Seksi Bank/Giro Pos

Menerima SP2D lbr ke-1 & potongan SPM/SSP

Mencetak daftar penguji/pengantar

Meneliti & mencocokkan SP2D dgn daftar penguji

Menandatangani daftar penguji

Meneruskan kepada Pelaksana Subag Umum

Membubuhi stempel timbul pd SP2D

Meneruskan SP2D & dftr penguji kpd Kepala Kantor

Menerima SP2D yang telah ditandatangani

Meneliti & menandatangani SP2D & daftar penguji

Memeriksa ketersediaan dana pd Bank Operasional

Gambar V.12 Activity diagram untuk use case mengesahkan penerbitan SP2D (target) 5. Rincian aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana Subbagian Umum dalam use

case menatausahakan SP2D yaitu mendistribusikan SP2D, SPM, dokumen

pendukung, dan Daftar Penguji kepada Bank Indonesia/Bank Operasional/Pos,

Satker, dan Seksi Verifikasi dan Akuntansi (Vera).

Satker tidak menunggu

Satker menunggu

Gambar V.13 Activity diagram untuk use case menatausahakan SP2D (target)

Setelah rincian aktifitas proses bisnis dibuat dalam activity diagram, kemudian

dibuat sequence diagram untuk melihat objek/entitas yang ada dalam proses

bisnis. Berikut adalah sequence diagram baseline yang juga dibuat per use case.

Sequence diagram menggambarkan skenario kegiatan bisnis berdasarkan urutan.

Berikut adalah entitas dalam sequence diagram berdasarkan use case baseline:

1. Entitas yang ada dalam gambar V.14 dan V.15 adalah SPM dan ADK

2. Entitas yang ada dalam gambar V.16 adalah SPM, SP2D, dan Daftar Penguji

3. Entitas yang ada dalam gambar V.17 adalah SPM, SP2D, Daftar Penguji, dan

Buku Bank/Giro Pos

4. Entitas yang ada dalam gambar V.18 adalah SP2D, Daftar Penguji, dan SPM

:KPA/Satker :SPM :ADK

checkJumlahUang

recordDataSPM

getNomorSPM

Gambar V.14 Sequence diagram untuk use case mengajukan permohonan penerbitan SP2D non belanja pegawai (baseline)

:SPM

checkKodeKegiatan

checkJumlahUang

getNamaSatker

transferDataSPM

:PetugasLoket:ADK

browseDataSPM

Gambar V.15 Sequence diagram untuk use case menerima berkas permohonan penerbitan SP2D (baseline)

:PelaksanaSeksiPerbendaharaan

:KorpelSeksiPerbendaharaan

:KepalaSeksiPerbendaharaan

:PetugasKomputer :SPM :SP2D :DaftarPenguji

getNamaSatker

checkKodeKegiatan

checkJumlahUang

checkMataAnggaran

getTanggalSP2D

getNomorSP2D

checkJumlahSP2D

checkBank/Pos

printDaftarPenguji

Gambar V.16 Sequence diagram untuk use case memproses permohonan SP2D (baseline)

:PelaksanaSeksiBank/GiroPos

:KorpelSeksiBank/GiroPos

:KepalaSeksiBank/GiroPos

:KepalaKantor :SPM :SP2D :Daftar Penguji

getNamaSatker

checkKodeKegiatan

checkJumlahUang

checkMataAnggaran

checkJumlahUang

getKodeBank/Pos

checkNamaBank/Pos

checkJumlahSP2D

:BukuBank/GiroPos

checkJumlahSaldo

Gambar V.17 Sequence diagram untuk use case mengesahkan penerbitan SP2D (baseline)

:PelaksanaSubbagUmum :SP2D :DaftarPenguji :SPM

getKodeBank/Pos

checkJumlahSP2D

checkNamaBank/Pos

getNamaSatker

Gambar V.18 Sequence diagram untuk use case menatausahakan SP2D (baseline)

Berikut adalah entitas dalam sequence diagram target berdasarkan use case target:

1. Entitas yang ada dalam gambar V.19 adalah SPM dan ADK

2. Entitas yang ada dalam gambar V.20 adalah SPM, Pagu DIPA, dan ADK

3. Entitas yang ada dalam gambar V.21 adalah SPM, Setoran UP/TUP, Kartu

Pengawasan Kontrak, Kartu Pengawasan DIPA, dan SP2D.

4. Entitas yang ada dalam gambar V.22 adalah SP2D, Daftar Penguji, dan Buku

Bank/Giro Pos.

5. Entitas yang ada dalam gambar V.23 adalah SP2D, Daftar Penguji, dan SPM

Gambar V.19 Sequence diagram untuk use case mengajukan permohonan penerbitan SP2D (target)

Gambar V.20 Sequence diagram untuk use case melayani permohonan penerbitan SP2D (target)

loop

:PelaksanaSeksiPerbendaharaan

:SPM :KartuPengawasanKontrak :KartuPengawasanDIPA:Setoran UP/TUP :SP2D:KepalaSeksiPerbendaharaan

getNamaSatker

checkKodeKegiatan

checkMataAnggaran

checkJumlahUang

recordDataSetoran

recordDataKontrak

printKartuPengawasanDIPA

getTanggalSP2D

getNomorlSP2D

Gambar V.21 Sequence diagram untuk use case memproses permohonan SP2D (target)

:PelaksanaSeksi Bank/GiroPos

:SP2D :BukuBank/GiroPos:DaftarPenguji

:KasiBank/GiroPos

:KepalaKantor

checkJumlahUang

getKodeBank/Pos

checkJumlahSP2D

checkBank/Pos

printDaftarPenguji

checkJumlahSaldo

Gambar V.22 Sequence diagram untuk use case mengesahkan penerbitan SP2D (target)

:PelaksanaSubbagUmum :SP2D :DaftarPenguji :SPM

getKodeBank/Pos

checkJumlahSP2D

checkNamaBank/Pos

getNamaSatker

Gambar V.23 Sequence diagram untuk use case menatausahakan SP2D (target)

Dengan adanya proses bisnis yang baru diharapkan penyelesaian SP2D ini dapat

lebih cepat dengan perkiraan waktu satu jam. Perhitungan waktu penyelesaian

SP2D Non Belanja Pegawai diperkirakan kurang lebih satu jam karena ada

beberapa faktor yang dapat mendukung percepatan penyelesaian pekerjaan yaitu:

Fungsi perbendaharaan yang baru: para pegawai di Seksi Perbendaharaan

hanya memeriksa kebenaran tagihan melalui bukti, seperti kuitansi atau

bukti pembayaran lainnya, kebenaran secara material berada pada dan

menjadi tanggung jawab satker departemen/lembaga negara masing-

masing. Pemeriksaan kontrak lebih cepat karena hanya dalam bentuk

resume/ringkasan kontrak.

Dengan penghilangan aktor korpel Seksi Perbendaharaan, korpel Seksi

Bank/Giro Pos, dan petugas komputer dapat mengurangi waktu

penyelesaian pekerjaan

Penggantian peran petugas loket menjadi petugas front office

mempersingkat waktu bagi satker untuk segera mengetahui apakah berkas

permohonan penerbitan SP2D dapat diproses atau dikembalikan untuk

dilengkapi/diperbaiki

Dengan penghilangan alat bantu routing slip dan DPP-SPM mengurangi

beban kerja para pegawai yang berakibat percepatan penyelesaian

Dengan waktu penyelesaian penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai kira-kira satu

jam akan mendukung pencapaian target dalam strategi Direktorat Jenderal

Perbendaharaan yaitu peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan citra

baik Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait dengan layanan publik.

Peningkatan kualitas layanan oleh KPPN tersebut dilakukan dengan

mengedepankan aspek kecepatan, ketepatan dan transparansi serta menghindarkan

adanya pungutan/biaya dalam pemberian layanan.

Output fase B (arsitektur bisnis):

Struktur organisasi:

KPPN dipimpin oleh seorang kepala kantor, terdiri atas:

o Subbagian Umum

o Seksi Perbendaharaan

o Seksi Persepsi

o Seksi Bank/Giro Pos

o Seksi Verifikasi dan Akuntansi

KPPN adalah instansi vertikal (eselon III) Direktorat Jenderal Perbendaharaan

yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia hingga daerah tingkat II

(kabupaten).

Misi KPPN: menghasilkan pelayanan di bidang perbendaharaan dan informasi

keuangan yang cepat, tepat, dan akurat (diturunkan dari misi Direktorat

Jenderal Perbendaharaan)

Tujuan bisnis KPPN: mengoptimalkan pengelolaan pengeluaran dan

penatausahaan penerimaan negara secara efisien dan efektif (diturunkan dari

tujuan Direktorat Jenderal Perbendaharaan)

Sasaran bisnis KPPN: tersalurkannya dana APBN sesuai ketentuan,

terwujudnya penatausahaan PNBP, dan terbukukannya seluruh penerimaan

dan pengeluaran APBN (diturunkan dari sasaran Direktorat Jenderal

Perbendaharaan)

Strategi bisnis KPPN: meningkatkan mutu pelayanan di bidang

perbendaharaan dan informasi keuangan yang cepat, tepat, dan akurat

(diturunkan dari strategi bisnis Direktorat Jenderal Perbendaharaan)

Fungsi bisnis KPPN sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

101/PMK.01/2008:

o pengujian terhadap dokumen surat perintah pembayaran berdasarkan

peraturan perundang-undangan;

o penerbitan surat perintah pencairan dana dari kas negara atas nama

Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara);

o penyaluran pembiayaan atas beban APBN;

o penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah

disalurkan;

o penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas

negara;

o pengiriman dan penerimaan kiriman uang;

o penyusunan laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;

o penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan

hibah luar negeri;

o penatausahaan PNBP;

o penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi;

o pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan;

o pelaksanaan kehumasan;

o pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

Layanan bisnis: penerbitan surat perintah pencairan dana dari kas negara atas

nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara)

Proses bisnis (baseline): aktifitas bisnis enterprise digambarkan dengan

activity diagram (gambar V.3, V.4, V.5, V.6, dan V.7) dengan para pelaku

proses bisnis (11 aktor) yaitu Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran

(Satker/KPA), petugas loket, pelaksana Seksi Perbendaharaan, koordinator

pelaksana (korpel) Seksi Perbendaharaan, Kepala Seksi Perbendaharaan,

petugas komputer, pelaksana Seksi Bank/Giro Pos, korpel Seksi Bank/Giro

Pos, Kepala Seksi Bank/Giro Pos, Kepala Kantor, dan pelaksana Subbagian

Umum.

Peran bisnis: menjalankan peran Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara (BUN) yang memiliki tugas dan fungsi yang mencakup aspek

penerimaan dan pengeluaran negara serta pengelolaan kas negara.

Hubungan organisasi dan fungsi: melakukan sinkronisasi tugas-tugas dan

fungsi setiap unit kerja agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan

tugas dan fungsi tersebut.

Proses bisnis (target): aktifitas bisnis enterprise digambarkan dengan activity

diagram (gambar V.9, V.10, V.11, V.12, dan V.13) dengan para pelaku proses

bisnis (8 aktor) yaitu Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran (Satker/KPA),

petugas front office, pelaksana Seksi Perbendaharaan, Kepala Seksi

Perbendaharaan, pelaksana Seksi Bank/Giro Pos, Kepala Seksi Bank/Giro

Pos, Kepala Kantor, dan pelaksana Subbagian Umum.

Stakeholder kunci adalah Satuan Kerja yang berharap pelayanan di KPPN

dapat lebih cepat dalam penerbitan SP2D.

Critical Success Factor (CSF): kecepatan proses pelayanan dan ketepatan

pembebanan mata anggaran pengeluaran dan penerimaan

Hasil analisis gap proses bisnis:

Dengan adanya proses bisnis yang baru, maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu:

o Dengan perubahan proses bisnis, ada aktor yang dihilangkan yaitu korpel

Seksi Perbendaharaan, korpel Seksi Bank/Giro Pos, dan petugas komputer

o Ada penggantian peran petugas loket menjadi petugas front office

o Menghilangkan alat bantu routing slip dan DPP-SPM

V.4 Mengembangkan arsitektur sistem informasi (fase C)

Kebutuhan untuk mengembangkan arsitektur data:

Output dari fase B

Mendefinisikan entitas data yang berhubungan dengan enterprise

Mengimplementasikan elemen model dengan class diagram

Perancangan arsitektur data dibuat dengan pemodelan class diagram. Objek-

objek yang muncul dari pembuatan sequence diagram dijadikan objek dalam

pembuatan class diagram.

Output fase arsitektur data (fase C):

Arsitektur data baseline

Arsitektur data dari sistem Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Ringkasan objek/entitas:

o Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang

ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen lain yang dipersamakan.

o Arsip Data Komputer (ADK) adalah bentuk soft copy SPM.

o Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah yang

diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk

pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

o Buku Bank/Giro Pos adalah buku yang memuat jumlah penerimaan,

pengeluaran dan saldo pada bank/pos tertentu.

o Daftar Penguji adalah suatu daftar penguji/pengantar SP2D yang memuat

tanggal dan nomor SP2D, kode satuan kerja/yang berhak menerima

pembayaran, jumlah uang, dan klasifikasi belanja dalam satu bank/pos

pembayaran tertentu.

Atribut dari entitas dan hubungan antar entitas secara lengkap dapat dilihat

dalam gambar V.24.

Model data logik sama dengan class model yang digambarkan dengan class

diagram (gambar V.24).

Arsitektur data target

Arsitektur data dari sistem Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai target dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Ringkasan objek/entitas:

Ada beberapa entitas yang sama dalam arsitektur data target yaitu SPM, ADK,

SP2D, Buku Bank/Giro Pos, dan Daftar Penguji. Selain itu, ada beberapa

entitas baru yang muncul yaitu:

o Pagu DIPA merupakan batas tertinggi alokasi dana yang diterima oleh

Satuan Kerja (departemen/lembaga negara).

o Setoran Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan (UP/TUP) adalah

setoran uang muka kerja yang ada pada bendaharawan Satker jika ada

pengajuan SPM untuk penerbitan SP2D.

o Kartu Pengawasan Kontrak adalah kartu untuk mencatat sampai seberapa

jauh kemajuan pembayaran kontrak yang dilakukan oleh bendaharwan

terhadap rekanan.

o Kartu Pengawasan DIPA adalah kartu untuk mencatat realisasi

pembayaran yang dilakukan oleh bendaharawan per jenis belanja.

Atribut dari entitas dan hubungan antar entitas secara lengkap dapat dilihat

dalam gambar IV.25.

+getNomorSPM()+getNamaSatker()+checkKodeKegiatan()+checkJumlahUang()+checkMataAnggaran()

-nomorSPM-jenisPembayaran-kodeSatker-kodeKegiatan-mataAnggaran-jumlahUang-jumlahPotongan

SPM

+getTanggalSP2D()+getNomorSP2D()+checkJumlahUang()+getKodeBank/Pos()

-nomorSP2D-jenisPembayaran-kodeSatker-kodeKegiatan-mataAnggaran-jmlUang-jmlPotongan

SP2D

+recordDataSPM()+browseDataSPM()+transferDataSPM()

-nomorSPM_ADK-jenisPembayaran_ADK-kodeSatker_ADK-kodeKegiatan_ADK-mataAnggaran_ADK-jmlUang_ADK-jmlPotongan_ADK

ADK

+checkJumlahSP2D()+checkBank/Pos()+printDaftarPenguji()+checkNamaBank/Pos()

-tanggalSP2D-nomorSP2D-kodeSatker-jmlUang-klasifikasiBelanja-namaBank/Pos

DaftarPenguji

+checkJumlahSaldo()

-namaBank/Pos-kodeBank/Pos-jmlPenerimaan-jmlPengeluaran-jmlSaldo

BukuBank/GiroPos

1..*

1

1..*

1

1..*

1

1..* 1

melengkapi menghasilkan

memeriksa

mencocokkan

Gambar V.24 Class diagram untuk sistem Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai (baseline)

+recordDataSetoran()

-jumlahSetoran-namaSatker

SetoranUP/TUP

+recordDataKontrak()

-dataRekanan-tanggalKontrak-nomorKontrak-pekerjaanKontrak-nilaiKontrak-jangkaWaktu-uangMuka-namaBankpenjamin

KartuPengawasanKontrak

+printKartuPengawasanDIPA()

-namaSatker-tanggalDIPA-nomorDIPA-jml_Uang-paguJenisBelanja

KartuPengawasanDIPA

1..*

1

1..*

1

1..*

1

1..*

1

merekam

menghasilkan

merekam

memeriksa

+getNomorSPM()+getNamaSatker()+checkKodeKegiatan()+checkJumlahUang()+checkMataAnggaran()

-nomorSPM-jenisPembayaran-kodeSatker-kodeKegiatan-mataAnggaran-jumlahUang-jumlahPotongan

SPM

+listDataPagu()+getPaguDIPADetails()

-namaDepartemen/Lembaga-namaSatker-tanggalDIPA-nomorDIPA-jumlahUang

PaguDIPA

+recordDataSPM()+browseDataSPM()+transferDataSPM()

-nomorSPM_ADK-jenisPembayaran_ADK-kodeSatker_ADK-kodeKegiatan_ADK-mataAnggaran_ADK-jmlUang_ADK-jmlPotongan_ADK

ADK

1..* 11 1..*

melengkapi memeriksa

+getTanggalSP2D()+getNomorSP2D()+checkJumlahUang()+getKodeBank/Pos()

-nomorSP2D-jenisPembayaran-kodeSatker-kodeKegiatan-mataAnggaran-jmlUang-jmlPotongan

SP2D

+checkJumlahSP2D()+checkBank/Pos()+printDaftarPenguji()+checkNamaBank/Pos()

-tanggalSP2D-nomorSP2D-kodeSatker-jmlUang-klasifikasiBelanja-namaBank/Pos

DaftarPenguji

+checkJumlahSaldo()

-namaBank/Pos-kodeBank/Pos-jmlPenerimaan-jmlPengeluaran-jmlSaldo

BukuBank/GiroPos

1..* 11 1..*

mencocokkan memeriksa

Gambar V.25 Class diagram untuk sistem Penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai (target)

Analisis gap arsitektur data:

Dengan membandingkan kedua class diagram, dapat dilihat adanya entitas-

entitas baru. Pada proses bisnis baseline, masih ada beberapa aktifitas yang

dilakukan secara manual. Entitas baru yang muncul ini disebabkan oleh proses

otomatisasi beberapa aktifitas proses bisnis yang baru.

Stakeholder: Satuan Kerja, Seksi Perbendaharaan, Seksi Bank/Giro Pos, dan

Bank Indonesia/Bank Operasional/Giro Pos

CSF: data selalu tersedia dan mudah diakses, terjamin keamanannya sehingga

dapat mendukung pelayanan yang prima

Kebutuhan untuk mengembangkan arsitektur aplikasi:

Output dari fase B

Mendefinisikan aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data dan

menghasilkan informasi bagi pengguna di enterprise

Output fase arsitektur aplikasi (fase C):

Berikut adalah inventarisasi aplikasi utama yang berhubungan dengan proses

bisnis penerbitan SP2D dan aplikasi penunjang di KPPN:

Arsitektur aplikasi baseline

Tabel V.1 Aplikasi utama dan penunjang di KPPN saat ini

No Sistem Informasi Pemilik Dokumen Input Output Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

Aplikasi SP2D Aplikasi SPM Aplikasi Bendaharawan Umum Sistem Informasi Kepegawaian Sistem aplikasi gaji

DSP DSP DSP Bagian Kepegawaian Set. DJPBN Bag. Umum Set. DJPBN

SPM SPP SP2D PBB/BPHTB SISPEN SK CPNS, SK PNS, SK Pangkat, SK KGB, Akte Nikah, Akte Lahir, PP, KMK, SE DJPBN, SE Ditjen Pajak

SP2D SPM Lap. pembukuan Laporan Kas Posisi Daftar gaji Daftar penghasilan

Utama Utama Utama Penunjang Penunjang

Gambar V.26 Aplikasi yang mendukung proses penerbitan SP2D (baseline)

Arsitektur aplikasi target

Dari hasil analisis proses bisnis penerbitan SP2D non belanja pegawai pada

keadaan saat ini, terdapat gap dengan proses bisnis di masa datang. Untuk itu

SPM ADK SP2D BukuBank/GiroPos DaftarPenguji

Entitas dataAplikasi SPM

Aplikasi SP2D

Aplikasi Bendaharawan

Umum

diusulkan tambahan aplikasi baru, dengan tetap mempertahankan aplikasi

yang lama sebagai berikut:

Tabel V.2 Aplikasi utama dan penunjang di KPPN masa mendatang

No Sistem Informasi Pemilik Dokumen Input Output Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Aplikasi SP2D Aplikasi SPM Aplikasi Bendaharawan Umum Sistem Informasi Kepegawaian Sistem aplikasi gaji Aplikasi pagu DIPA Aplikasi kartu pengawasan DIPA Aplikasi kartu pengawasan kontrak

DSP DSP DSP Bagian Kepegawaian Set. DJPBN Bag. Umum Set. DJPBN DSP DSP DSP

SPM SPP SP2D PBB/BPHTB SISPEN SK CPNS, SK PNS, SK Pangkat, SK KGB, Akte Nikah, Akte Lahir, PP, KMK, SE DJPBN, SE Ditjen Pajak SPM SPM SSBP Resume kontrak

SP2D SPM Lap. pembukuan Laporan Kas Posisi Daftar gaji Daftar penghasilan Daftar pagu DIPA tiap departemen / lembaga per satuan kerja Daftar realisasi anggaran per jenis belanja Daftar realisasi pembayaran kontrak

Utama Utama Utama Penunjang Penunjang Utama Utama Utama

Gambar V.27 Aplikasi yang mendukung proses penerbitan SP2D (target)

SPM ADK SP2D BukuBank/GiroPos DaftarPenguji PaguDIPA SetoranUP/TUP KartuPengawasanKontrak KartuPengawasanDIPA

Aplikasi Bendaharawan

Umum

Aplikasi SPM

Aplikasi SP2D

Aplikasi Pagu DIPA

Aplikasi Kartu Pengawasan

DIPA

Aplikasi Kartu Pengawasan

Kontrak

Entitas data

Analisis gap arsitektur aplikasi:

Perbandingan portfolio aplikasi saat ini dan masa mendatang menunjukkan

adanya peningkatan jumlah aplikasi dari lima menjadi delapan aplikasi. Dari

analisis gap ini, disarankan untuk mengembangkan tiga aplikasi baru untuk

meningkatkan kinerja pelayanan KPPN terhadap mitra kerja.

Stakeholder: Satuan Kerja (aplikasi SPM), petugas loket dan petugas

komputer (aplikasi SP2D) pada proses bisnis baseline, Seksi Bank/Giro Pos

(aplikasi Bendaharawan Umum), petugas front office (aplikasi SP2D, aplikasi

pagu DIPA), Seksi Perbendaharaan (aplikasi SP2D, aplikasi Kartu

Pengawasan DIPA, dan aplikasi Kartu Pengawasan Kontrak).

CSF: aplikasi mudah digunakan (user friendly) sehingga mendukung

kecepatan pelayanan

V.5 Mengembangkan arsitektur teknologi (fase D)

Arsitektur teknologi menggambarkan infrastruktur 'landscape' fisik—perangkat

keras dan jaringan yang mendukung sistem aplikasi. Arsitektur teknologi

merepresentasikan hubungan antara komponen perangkat keras yang digunakan

dalam infrastruktur fisik sistem informasi. Arsitektur ini dapat juga digunakan

untuk merepresentasikan komponen perangkat lunak dan bagaimana mereka

didistribusikan melalui arsitektur fisik atau infrastruktur sistem informasi.

Kebutuhan untuk mengembangkan arsitektur teknologi:

Output dari fase C

Mendefinisikan kondisi sistem dan teknologi saat ini

Output fase D:

Arsitektur teknologi di KPPN saat ini (baseline):

o Perangkat keras dan perangkat lunak:

1. Personal Computer: kapasitas memori 256 MB, 512 MB

Kapasitas harddisk: 40 GB, 60 GB, lebih dari 80 GB

2. Server: kapasitas memori 1 GB

Kapasitas harddisk: 400 GB

3. Notebook: kapasitas memori 512 MB

4. Jenis processor: Intel Pentium II, Pentium III, Pentium IV

5. Operating System: Microsoft Windows 2000 Professional, Microsoft

2000 Server, Microsoft Windows 98, Microsoft Windows XP Home

Edition, Microsoft Windows XP Professional

6. Anti Virus: Kaspersky, AVG, Norton Antivirus

Arsitektur teknologi target (masa mendatang):

Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah mempunyai standar acuan perangkat

keras dan perangkat lunak yang dituangkan dalam Keputusan Direktur

Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-10/PB/2008 tanggal 16 Januari 2008.

Oleh karena itu, perangkat teknologi di KPPN dan juga seluruh unit organisasi

di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada masa mendatang

harus mengikuti ketentuan tersebut. Untuk kantor-kantor di lingkungan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan, diharapkan dapat menyesuaikan

perangkat keras secara bertahap sesuai dengan standar yang ada. Untuk

mengimbangi perkembangan TI yang sedemikian pesat, maka standardisasi ini

diharapkan dapat diperbarui maksimal tiga tahun sejak diberlakukannya

standardisasi perangkat keras ini.

a. Perangkat keras

o Spesifikasi Umum

Faktor utama yang harus diperhatikan:

1. Kompatibilitas yang tinggi baik terhadap perangkat pendukung

maupun pada sistem operasi komputer;

2. Mudah digunakan (user friendly);

3. Andal dan ekonomis;

4. Dapat dan mudah ditingkatkan kemampuannya/di-upgrade;

5. Layanan purna jual/service/suku cadang yang baik dan dapat

menjangkau seluruh kota di Indonesia.

o Spesifikasi Teknik

Berdasarkan pertimbangan kebutuhan pemakaian dan perkembangan

teknologi informasi, berikut ini adalah standar minimal untuk

diterapkan pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

1. Personal Computer (PC)

PC adalah mesin elektronik yang cepat dapat menerima informasi

input digital, memprosesnya sesuai dengan suatu program yang

tersimpan di memorinya (stored program) dan menghasilkan

output informasi.

Tabel V.3 Standar minimal PC di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

2. Komputer Server

Komputer server adalah komputer yang bertugas sebagai pelayan

jaringan yang mengatur lalu lintas data dalam jaringan dan

menyediakan resource yang dapat digunakan oleh komputer lain

yang terhubung dalam jaringannya.

Tabel V.4 Standar minimal komputer server di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

3. Notebook

Notebook adalah mobile computer yang berukuran relatif kecil dan

ringan, tergantung ukuran, bahan, dan spesifikasi notebook

tersebut.

Tabel V.5 Standar minimal notebook di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

4. Monitor

Monitor merupakan suatu alat yang digunakan untuk menampilkan

informasi dengan menggunakan teknologi video.

Tabel V.6 Standar minimal monitor di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

5. Printer Dot Matrix

Printer Dot Matrix adalah alat yang digunakan untuk mencetak

karakter atau gambar ke suatu media (seperti kertas) dengan

menggunakan dot atau titik.

Tabel V.7 Standar minimal printer dot matrix di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

6. Printer Laser

Printer laser adalah alat pencetak karakter atau gambar ke suatu

media (seperti kertas) dengan menggunakan laser.

Tabel V.8 Standar minimal printer laser di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

7. Network printer

Network printer adalah alat untuk pencetak karakter atau gambar

ke suatu media (seperti kertas) dengan menggunakan jaringan.

Tabel V.9 Standar minimal network printer di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

8. Proyektor

Proyektor adalah sebuah alat untuk menampilkan gambar di sebuah

layar proyeksi atau permukaan serupa.

Tabel V.10 Standar minimal proyektor di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

9. Scanner

Scanner adalah alat yang digunakan untuk membaca sebuah

dokumen/gambar yang tercetak pada sebuah kertas, dengan cara

melewatkan pendeteksi image pada kertas tersebut (scan).

Tabel V.11 Standar minimal scanner di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

10. UPS (Uninteruptible Power System)

UPS adalah suatu alat yang berfungsi sebagai buffer antara satu

daya dengan peralatan elektronik yang kita gunakan seperti

komputer, printer, modem, dan sebagainya. Bila suplai daya

terputus, maka UPS akan segera bekerja dalam waktu sesingkat

mungkin sehingga peralatan elektronik yang kita miliki tidak

mengalami kerusakan. Dalam hal ini UPS berfungsi sebagai suplai

daya baru (backup dari suplai daya utama).

Tabel V.12 Standar minimal UPS di Direktorat Jenderal Perbendaharaan

b. Perangkat Lunak

Perangkat lunak secara umum dapat dikategorikan dalam beberapa

kelompok berdasarkan pada fungsi dan kegunaannya, yaitu:

1. Sistem Operasi (Operating System), merupakan perangkat lunak yang

berfungsi melakukan operasi seluruh aktifitas komputer dan

melakukan kontrol terhadap seluruh perangkat pendukung agar dapat

berjalan sesuai dengan fungsinya.

Berdasarkan pertimbangan berbagai aspek teknis, sumber daya

manusia, maupun kondisi perangkat keras yang sudah dimiliki, dan

rencana strategis ke depan, maka kriteria sistem operasi yang ideal

untuk Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah:

a. Sistem operasi untuk komputer server:

1) Legal/berlisensi;

2) Andal;

3) Banyak digunakan instansi pemerintah/perusahaan;

4) Didukung oleh modus grafik (Graphical User Interface/GUI);

5) Dapat dilakukan update/perawatan sistem secara berkala

(online);

6) Ketersediaan referensi/literatur dalam bentuk soft copy maupun

hard copy;

7) Kebutuhan akan resources baik memory maupun space yang

minimal dengan performa yang optimal;

8) Tersedia utilitas program pendukung yang memadai (back up,

restore, dan recovery);

9) Dapat terhubung dengan jaringan Gigabyte Ethernet;

10) Tingkat keamanan yang baik;

11) Dapat berjalan pada processor 64 bit;

12) Mampu/mendukung protokol TCP/IP;

13) Mendukung remote management.

b. Sistem operasi komputer client:

1) Legal/berlisensi;

2) Andal;

3) Mudah dipelajari, dimengerti, dan dioperasikan;

4) Banyak digunakan;

5) Kemudahan proses instalasi dan pemeliharaan;

6) Kemudahan memperoleh update sistem secara berkala (online);

7) Kemudahan memperoleh referensi/literatur dalam bentuk soft

copy maupun hard copy;

8) Kebutuhan akan resources baik memory maupun space yang

minimal dengan performa yang optimal;

9) Utility program pendukung yang memadai;

10) Dapat terhubung dengan jaringan dan berjalan dengan baik;

11) Mampu/mendukung protokol TCP/IP.

2. Perangkat Lunak Bahasa Pemrograman

Merupakan perangkat lunak yang bertugas mengkonversikan arsitektur

dan algoritma yang dirancang manusia ke dalam format yang dapat

dijalankan komputer. Dengan bahasa pemrograman, pembuatan

prosedur/routine/program menjadi lebih mudah dan dapat

menghasilkan program aplikasi/output sesuai dengan kebutuhan dalam

waktu cepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan

bahasa pemrograman yang ideal:

a. Object Oriented;

b. Syntax program yang mudah/dapat dimengerti;

c. Mampu mengolah data dalam volume yang besar;

d. Tipe data dan strukturnya bersifat universal;

e. Mendukung bahasa pemrograman generasi terakhir;

f. Mendukung/dapat berjalan dengan bahasa SQL;

g. Mendukung Relational Database Management System;

h. Memiliki fasilitas manipulasi data dari dan ke berbagai sumber

data.

3. Basis Data (Database Engine), merupakan perangkat lunak yang

berguna untuk pembuatan, penyimpanan, pengolahan, perawatan, dan

back up basis data.

Kriteria Basis Data (Database Engine):

a. Tingkat keamanan tinggi;

b. Kecepatan dalam mengakses data;

c. Mampu mendukung kapasitas penyimpanan data yang besar;

d. Memiliki fasilitas/fitur Relation Database Management System;

e. Skalabilitas yang tinggi;

f. Tersedia dukungan teknis dari pemilik teknologi/vendor;

g. Dapat diakses lebih dari satu pengguna dalam waktu yang

bersamaan (multi-user);

h. Mendukung protokol TCP/IP;

i. Fasilitas back up dan restore yang memadai;

j. Kompatibilitas dengan perangkat keras yang sudah dimiliki;

k. Kompatibilitas dengan perangkat lunak pemrograman dari vendor

yang berbeda;

l. Multi processing, yaitu dapat melakukan beberapa proses

pengolahan data dalam waktu yang bersamaan;

m. Mendukung fasilitas back up otomatis (clustering);

n. Memiliki tools monitoring pengolahan database;

o. Memiliki fasilitas database tuning (optimalisasi performa

database);

p. Memiliki fasilitas remote akses.

4. Aplikasi Perkantoran (Office Suites), adalah perangkat lunak yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari perkantoran, antara lain untuk

naskah/dokumen berbentuk teks, spread sheet, naskah presentasi,

chart/selebaran/brosur/leaflet.

Kriteria yang harus dipenuhi untuk aplikasi perkantoran adalah:

a. Legal/berlisensi;

b. Andal;

c. Mudah dipelajari, dimengerti, dan digunakan;

d. Dapat berjalan pada sistem operasi berbasis Windows;

e. Dapat berjalan baik pada processor minimal 32 Bit;

f. Kemudahan dalam proses instalasi dan pemeliharaan;

g. Kemudahan memperoleh update system secara berkala (online);

h. Kemudahan memperoleh referensi/literatur dalam bentuk soft copy

maupun hard copy;

i. Kemudahan akan resources baik memory maupun space yang

minimal dengan performa yang optimal;

j. Dapat berjalan pada komputer dengan spesifikasi teknis tidak

terlalu tinggi (spesifikasi standar);

k. Menghasilkan volume file yang efisien.

5. Program Penunjang (Utilities), merupakan program khusus yang

berfungsi sebagai perangkat pembantu dalam kegiatan operasional

komputer yang memiliki berbagai macam jenis/fungsi, antara lain:

a. Program Utility Perawatan Komputer

berfungsi untuk back up/restore, recovery, defragmentasi,

kompresi, cloning, manajemen registry, dan manajemen harddisk.

Kriteria yang harus dipenuhi:

1) Legal/berlisensi;

2) Andal;

3) Mudah dipelajari, dimengerti, dan digunakan;

4) Dapat berjalan pada sistem operasi berbasis Windows;

5) Dapat berjalan baik pada processor minimal 32 Bit;

6) Kemudahan dalam proses instalasi dan pemeliharaan;

7) Kemudahan memperoleh update system secara berkala

(online);

8) Kemudahan memperoleh referensi/literatur dalam bentuk soft

copy maupun hard copy;

9) Kemudahan akan resources baik memory maupun space yang

minimal dengan performa yang optimal;

10) Dapat berjalan pada komputer dengan spesifikasi teknis tidak

terlalu tinggi (spesifikasi standar).

b. Program Utility untuk Manajemen Surat Elektronik pada Client.

Program ini berfungsi mempermudah/mempercepat proses

pengelolaan/manajemen surat elektronik (filtering, monitoring,

mengirim, menerima, dan menghapus).

Kriteria yang harus dipenuhi:

1) Legal/berlisensi;

2) Andal;

3) Mudah dipelajari, dimengerti, dan digunakan;

4) Dapat berjalan pada sistem operasi berbasis Windows;

5) Dapat berjalan baik pada processor minimal 32 Bit;

6) Kemudahan dalam proses instalasi dan pemeliharaan;

7) Kemudahan memperoleh update system secara berkala

(online);

8) Kemudahan akan resources baik memory maupun space yang

minimal dengan performa yang optimal;

9) Kemudahan memperoleh referensi/literatur dalam bentuk soft

copy maupun hard copy;

10) Kemampuan fleksibel dalam penyaringan surat yang tidak

diinginkan (penyaringan spam, junk mail, dan lain-lain);

11) Kemampuan back up yang optimal;

12) Dapat berintegrasi dengan anti virus yang tersedia.

c. Program Utility Anti Virus.

Utility ini berfungsi sebagai penangkal/anti virus terhadap

memory/file-file yang berada di komputer yang dapat tertular

melalui jaringan, media disket, surat elektronik, dan lain-lain.

Selain sebagai penangkal/anti virus, juga berfungsi sebagai media

untuk membersihkan memory/file yang terkena virus,

mengkarantina file yang terkena virus.

Kriteria anti virus:

1) Legal/berlisensi;

2) Andal;

3) Mudah dipelajari, dimengerti, dan digunakan;

4) Mampu memproteksi komputer mulai dari tingkat workstation

sampai tingkat server berbasis Windows;

5) Memiliki database/virus library yang besar baik lokal maupun

global;

6) Dapat membersihkan virus dengan resiko kerusakan file yang

terinfeksi seminimal mungkin;

7) Dukungan vendor terhadap update/penanganan virus jenis

baru/periode update virus definition cepat dan berkala;

8) Dapat berjalan baik pada processor minimal 32 Bit;

9) Kemudahan memperoleh referensi/literatur dalam bentuk soft

copy maupun hard copy;

10) Dapat digunakan tanpa harus instalasi program;

11) Dapat dijalankan secara remote;

12) Dapat di update melalui local management server;

13) Tidak menyebabkan konflik pada aplikasi yang ada.

Kondisi infrastruktur KPPN saat ini:

o Seluruh KPPN (kecuali KPPN Jakarta II) belum terhubung dengan sistem

jaringan komunikasi data Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

o KPPN umumnya masih menggunakan sarana dial-up untuk akses internet

(telkomnet@instan)

o Akses internet dipakai terbatas hanya untuk mengirim data (melalui email)

o Sebagian kecil KPPN (kurang dari 20) masih mengandalkan pengiriman

datanya melalui pos (harian, mingguan) karena minim dan buruknya

infrastruktur telekomunikasi di daerahnya

o KPPN memproses transaksi Sistem Penerimaan Negara (SISPEN) dari

kantor cabang bank di daerah secara offline (lewat disket) setiap sore hari

Skema jaringan LAN di KPPN saat ini:

Internet &KP-DJPB

``

Gambar V.28 Jaringan LAN di KPPN saat ini

Kondisi infrastruktur KPPN yang diharapkan:

o Menggunakan teknologi jaringan komunikasi data yang lebih fleksibel dan

efisien (VPN IP atau MPLS) mencakup tidak hanya 30 Kanwil tetapi

seluruh KPPN

o Apabila tidak dapat dipasang sekaligus, dapat dilakukan secara bertahap

sesuai dengan prioritas (tergantung kebutuhan dan kondisi)

o Prioritas pemasangan di KPPN Ibukota Propinsi baru kemudian daerah

ibukota kabupaten

o Saluran frame relay di 30 Kanwil seyogyanya dimigrasi untuk kesamaan

sistem dengan teknologi VPN IP / MPLS di KPPN

Clients Clients

UPS

Server

Modem

Switches/Hubs

Dial-up

o Untuk tahap awal bandwidth yang dibutuhkan baik dari Kanwil maupun

KPPN ke Kantor Pusat minimal sebesar 128 kbps

o Pemanfaatan jalur akses dari KPPN ke Kantor Pusat untuk aplikasi

SISPEN dan sharing/transfer data bendum atau data vera

o Apabila dianggap perlu dan tidak mengganggu jalur komunikasi data, jalur

akses VPN IP tersebut dapat dipakai juga sebagai jalur akses dedicated

internet KPPN melalui Kantor Pusat

o Meskipun tidak menjadi concern utama, seharusnya secara teknis jalur

yang ada dapat juga dimanfaatkan untuk fasilitas VoIP atau video

conference (tergantung kebutuhan)

o Pemenuhan jaringan komunikasi data pada seluruh unit vertikal,

diharapkan tidak akan banyak melakukan investasi untuk upgrade

peralatan di Kantor Pusat dengan mempertimbangkan rencana pengadaan

masa depan (proyek SPAN)

o Dukungan dapat juga berupa pelatihan yang komprehensif mengenai

sistem jaringan komunikasi data termasuk pemeliharaannya bagi seluruh

staf operator komputer yang ada di Kanwil, KPPN dan Kantor Pusat

sebelum dan sesudah layanan komunikasi data dimulai

o Provider layanan komunikasi data juga harus mempertimbangkan

pengintegrasian seluruh sistem yang baik di KPPN/Kanwil berikut

rekonfigurasi dan pengaturan ulang atas seluruh peralatan yang ada di

Kantor Pusat

o Pada KPPN dibutuhkan persiapan sarana pendukung dalam rangka

pemasangan layanan komunikasi data seperti ruangan, rack, grounding,

UPS, isolation transformer, genset, pendingin udara tetapi tetap

memperhitungkan rencana pengadaan masa mendatang (proyek SPAN)

o Aplikasi SISPEN (versi baru) dipasang pada PC Server yang ada di KPPN

yang terhubung secara online ke Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan

melalui saluran komunikasi data yang ada. Data transaksi SISPEN yang

ada di Pusat dapat secara realtime diakses oleh aplikasi tersebut.

o Apabila setelah divalidasi dan diverifikasi laporan data penerimaan dari

bank tersebut sudah sesuai dengan data yang dimiliki KPPN, maka KPPN

wajib memberitahukan bank yang bersangkutan melalui sarana website

yang ada di Kantor Pusat untuk konfirmasi persetujuan sekaligus closing

transaksi hari itu.

o Dengan diterimanya data transaksi penerimaan dan realisasi pengeluaran

anggaran secara realtime di tiap-tiap KPPN, secara teknis dapat

ditayangkan pada media apa pun termasuk website atau layar monitor

untuk memantau secara langsung (realtime) dan terus-menerus (live)

setiap perubahan yang terjadi dalam data transaksi penerimaan dan

realisasi pengeluaran tersebut

Skema jaringan LAN di KPPN yang direncanakan:

WAN DJPB

Gambar V.29 Jaringan LAN di KPPN yang direncanakan

Router

Clients

UPS

Switches/Hubs

Server

Modem Comm. Tower

Faxes

Phones

PBX

Tabel V.13 Teknologi aplikasi di KPPN saat ini

Software No. Sistem Informasi Pemilik Development Database

1.

2.

3.

4.

5.

Aplikasi SP2D Aplikasi SPM Aplikasi Bendaharawan Umum Sistem Informasi Kepegawaian Sistem aplikasi gaji

DSP DSP DSP Bag. Kepegawaian Set. DJPBN Bag. Umum Set. DJPBN

Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro Developer 2000 Visual Foxpro

Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro Oracle Visual Foxpro

Tabel V.14 Teknologi aplikasi di KPPN masa datang

Software No. Sistem Informasi Pemilik Development Database 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Aplikasi SP2D Aplikasi SPM Aplikasi Bendaharawan Umum Sistem Informasi Kepegawaian Sistem aplikasi gaji Aplikasi pagu DIPA Aplikasi kartu pengawasan DIPA Aplikasi kartu pengawasan kontrak

DSP DSP DSP Bag. Kepegawaian Set. DJPBN Bag. Umum Set. DJPBN DSP DSP DSP

Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro Developer 2000 Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro

Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro Oracle Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro Visual Foxpro

Analisis gap

o Adanya gap/keberagaman spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak

disebabkan oleh belum adanya standar acuan pada masa yang lalu

o Perbandingan kondisi infrastruktur saat ini dan masa mendatang

menunjukkan belum terintegrasinya sistem dan infrastruktur di Direktorat

Jenderal Perbendaharaan, khususnya di KPPN.

Stakeholder: semua pegawai yang terkait dengan perangkat kerja sesuai

dengan bidang tugasnya

CSF: teknologi disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan bidang tugas

serta fungsi unit masing-masing

Proses pengembangan EA seperti yang digambarkan dalam TOGAF ADM adalah

proses yang dinamis, tidak terputus dan berkelanjutan. Oleh karena itu, EA harus

ada yang mengelola. Oleh karena itu, diusulkan ada suatu tim atau komite dalam

Direktorat Transformasi Perbendaharaan yang mengelola EA karena sesuai

dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

Direktorat Transformasi Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan

kebijakan dan strategi, merancang, menyiapkan, mengembangkan, serta

melakukan uji coba proses bisnis dan teknologi informasi perbendaharaan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat

Transformasi Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan dan strategi pengembangan proses bisnis serta teknologi

informasi perbendaharaan;

b. perancangan, penyiapan, penyusunan, dan pengembangan proses bisnis dan

teknologi informasi perbendaharaan;

c. penyelarasan proses bisnis dengan teknologi informasi perbendaharaan;

d. perancangan, penyiapan, penyusunan, dan pengembangan kebijakan dan

strategi pengelolaan perubahan;

e. perancangan, penyiapan, penyusunan, dan pengembangan rencana strategi dan

rencana kerja, administrasi operasional, monitoring, evaluasi, pengendalian,

dan pelaporan akuntabilitas kinerja direktorat;

f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Perancangan EA KPPN akan menjadi dasar perancangan EA di Direktorat

Jenderal Perbendaharaan secara keseluruhan yang harus memperhatikan

pengintegrasian seluruh sistem. Jika akan diimplementasikan, harus

diperhitungkan dengan rencana pengadaan masa mendatang dan disesuaikan

dengan program besar Departemen Keuangan. Pemerintah telah mempersiapkan

kegiatan Governance Financial Management and Revenue Administration Project

(GFMRAP) atau yang disebut dengan Program Reformasi Sistem Perbendaharaan

dan Anggaran Negara (SPAN) untuk melaksanakan reformasi di bidang keuangan

negara.

Program SPAN merupakan upaya modernisasi pengelolaan keuangan negara yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan atas

anggaran, kekayaan, dan utang negara. Program ini dilaksanakan melalui

reformasi bisnis, reformasi sistem teknologi informasi, dan tata kelola perubahan.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk melaksanakan perbaikan di dalam sistem

penyusunan anggaran termasuk menyangkut kebijakan fiskal, dan juga perbaikan

sistem perbendaharaan. Selain itu juga, GFMRAP bertujuan untuk meningkatkan

transparansi, efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan negara.