bab v pembahasan

18
BAB V PEMBAHASAN A. Kapasitas Simpang Karanglo 1. Volume Lalu Lintas Kendaraan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama tiga hari di persimpangan Jalan Karanglo dan hasil perhitungan volume lalu lintas harian rata-rata Tabel 4.4 (pada bab IV), diperoleh hasil volume lalu lintas kendaraan yang paling besar yaitu pada hari Senin pukul 16.15-17.15 WIB dengan jumlah kendaraan 3187,3 smp/jam. Banyaknya volume kendaraan yang melewati persimpangan Jalan Karanglo dikarenakan sebagai jalur utama yang menghubungkan antara Kota Surabaya, Kota Malang dan Kota Batu. 2. Arus Jenuh 61

Upload: dhialmira

Post on 30-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abcd

TRANSCRIPT

Page 1: Bab v Pembahasan

BAB V

PEMBAHASAN

A. Kapasitas Simpang Karanglo

1. Volume Lalu Lintas Kendaraan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama tiga hari di

persimpangan Jalan Karanglo dan hasil perhitungan volume lalu lintas harian rata-

rata Tabel 4.4 (pada bab IV), diperoleh hasil volume lalu lintas kendaraan yang

paling besar yaitu pada hari Senin pukul 16.15-17.15 WIB dengan jumlah

kendaraan 3187,3 smp/jam.

Banyaknya volume kendaraan yang melewati persimpangan Jalan

Karanglo dikarenakan sebagai jalur utama yang menghubungkan antara Kota

Surabaya, Kota Malang dan Kota Batu.

2. Arus Jenuh

Arus jenuh pada persimpangan Jalan Karanglo pada pendekat Utara,

Selatan dan Barat disesuaikan dengan pengaturan lampu lalu lintas pada simpang

tersebut. Pada pendekat Utara tidak disediakan gerakan LTOR melainkan lurus

langsung tanpa mengikuti isyarat lampu, sedangkan untuk pendekat Selatan dan

Barat disediakan gerakan LTOR. Arus jenuh pada pendekat Utara sebesar 7127

smp/jam, pendekat selatan sebesar 6486 smp/jam dan pendekat barat sebesar 3469

smp/jam. Berdasarkan hasil perhitungan dengan kondisi terkini nilai rasio arus

61

Page 2: Bab v Pembahasan

jenuh pada persimpangan Jalan Karanglo sebesar 0,92. Nilai rasio arus jenuh pada

persimpangan Jalan Karanglo lebih dari 0,75 atau mendekati 1, menurut pedoman

MKJI nilai rasio arus jenuh yang melebihi batas 0,75 maka mendekati jenuh atau

kemacetan parah.

3. Kapasitas Simpang dan Derajat Kejenuhan

Kapasitas simpang berdasarkan hasil perhitungan kondisi terkini

menghasilkan nilai pada pendekat Utara sebesar 3435 smp/jam, pendekat Selatan

sebesar 2260 smp/jam dan pendekat Barat sebesar 577 smp/jam. Pendekat Utara

dan Selatan memilki kapasitas yang besar sedangkan untuk pendekat Barat

memiliki nilai kapasitas yang paling kecil dengan perbandingan yang jauh pada

pendekat Utara dan Selatan.

Nilai derajat kejenuhan persimpangan Jalan karanglo pada pendekat Utara,

Selatan dan Barat memilki nilai yang sama yaitu 0,93. Menurut pedoman MKJI

batas yang ditentukan untuk nilai derajat kejenuhan yaitu 0,85 sehingga simpang

memiliki nilai derajat kejenuhan yang melebihi batas yang ditentukan maka

simpang tersebut mengalami kejenuhan.

4. Panjang Antrian

Panjang antrian kendaraan yang diakibatkan oleh sinyal merah lampu

lintas diperoleh setelah perhitungan derajat kejenuhan dan antrian kendaraan pada

masing-masing lajur kaki simpang. Data yang diperoleh dari hasil perhitungan

pada Tabel 4.18 (pada bab IV) pada pendekat Utara panjang antrian 781 m,

pendekat Selatan 574 m dan pendekat Barat 230 m. Pada pendekat Utara atau dari

62

Page 3: Bab v Pembahasan

arah Surabaya panjang antrian memiliki nilai yang paling besar dikarenakan

volume kendaraan dari arah Utara lebih besar dibandingkan dengan dari arah

Malang dan Batu. Kendaraan yang akan bergerak lurus atau menuju Kota Malang

dari arah Surabaya seringkali tidak berada pada jalur yang seharusnya, sehingga

ketika sinyal lampu merah yang memberhentikan kendaraan yang akan belok

kanan atau menuju Kota Batu terhambat oleh kendaraan yang akan berpindah

jalur dan membuat antrian kendaraan semakin panjang.

5. Kendaraan Terhenti

Simpang bersinyal atau tak bersinyal merupakan salah satu titik konflik

paling besar di jalan raya, karena semua kendaraan dari masing-masing kaki

simpang mengalami pertemuan. Kendaraan seringkali mengalami perhentian

dalam beberapa waktu untuk mengantri dikarenakan lampu lalu lintas atau pun hal

lainnya yang dapat menghambat perjalanan. Angkutan umum seperti bus dan

angkutan kota (angkot) merupakan salah satu penyebab terhentinya kendaraan

lain, dikarenakan sering menaikkan dan menurunkan penumpang ke tepi jalan

secara tiba-tiba. Perhentian kendaraan yang lama akan mengakibatkan

terganggunya pergerakan arus lalu lintas yang lain.

Hasil perhitungan kendaraan terhenti pada persimpangan Jalan Karanglo

untuk pendekat Utara 0,850 stop/smp, pendekat Selatan 0,873 stop/smp dan

pendekat Barat 0,905 stop/smp. Sedangkan untuk kendaraan terhenti rata-rata

pada persimpangan Jalan Karanglo sebesar 0,86 stop/smp.

63

Page 4: Bab v Pembahasan

6. Tundaan

Tundaan kendaraan pada persimpangan Jalan Karanglo disebabkan oleh

tundaan geometrik dan tundaan lalu lintas. Tundaan geometrik disebabkan karena

adanya perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang atau

berhenti karena sinyal lampu merah. Sedangkan tundaan lalu lintas adalah tundaan

yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas dengan pergerakan lalu lintas yang

berlawanan pada suatu persimpangan. Persimpangan Jalan Karanglo memilki nilai

tundaan sebesar 95,01 det/smp, nilai tundaan ini cukup besar bagi suatu simpang.

Semakin besar nilai tundaan rata-rata simpang maka persimpangan tersebut sudah

tidak kondusif.

7. Tingkat Pelayanan (LOS)

Tingkat pelayanan suatu persimpangan pada simpang bersinyal diperoleh

dengan melihat waktu tempuh tambahan yang dibutuhkan untuk melewati suatu

simpang dibandingkan tanpa simpang atau disebut dengan tundaan. Dari hasil

perhitungan tundaan pada persimpangan Jalan Karanglo dengan pengaturan tiga

fase diperoleh nilai 95,01 det/smp. Berdasarkan nilai tundaan tersebut maka

persimpangan Jalan Karanglo dikategorikan buruk yaitu tingkat pelayanan F.

Tingkat pelayanan dengan kategori F adalah tingkat pelayanan paling rendah,

kondisi ini membuat arus kendaraan melebihi kapasitas, terjadi antrian kendaraan

yang panjang, gerak maju tersendat dan waktu putaran sangat panjang.

64

Page 5: Bab v Pembahasan

B. Skenario Alternatif Kinerja Kaki Simpang

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua setelah Surabaya, dengan

kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Banyaknya tempat

wisata, pendidikan dan industri membuat Kota Malang bertumbuh pesat.

Pertambahan penduduk dan wisatawan di Kota Malang yang terus meningkat juga

mengimbas pada peningkatan volume kendaraan di setiap ruas Jalan Kota Malang.

Kendaraan yang terus bertambah tiap tahunnya akan memadati jalan sehingga

menimbulkan kemacetan dan tundaan kendaraan yang panjang, selain itu

kesadaran masyarakat dalam menggunakan transportasi massal atau angkutan

umum juga masih sangat minim. Hal ini akan menjadi penyebab kemacetan utama

di Kota Malang khusunya pada persimpangan Jalan Karanglo karena jumlah

kendaraan sudah melebihi daya tampung atau kapasitas jalan yang ada.

Hasil penelitian pada persimpangan Jalan Karanglo dengan lebar jalan

pada pendekat utara 12 m, pendekat selatan 11,5 m dan pendekat barat 5,4 m dan

waktu siklus 70 detik masih belum cukup untuk mengatasi kejenuhan pada jam

puncak. Oleh karena itu skenario alternatif sangat diperlukan dalam mengatasi

kejenuhan dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Alternatif yang dibahas

dalam bab ini adalah jangka pendek yaitu dengan pelebaran jalan dan pengaturan

waktu siklus lampu lalu lintas seoptimal mungkin.

1. Pelebaran Jalan

Skenario alternatif jangka pendek yang dapat dilakukan dalam beberapa

tahun kedepan untuk mengurangi tingkat kejenuhan persimpangan Jalan Karanglo

yang tinggi maka dapat dilakukan penambahan lebar jalan. Penambahan lebar

65

Page 6: Bab v Pembahasan

jalan ini dimaksudkan untuk mengurangi kejenuhan pada simpang, untuk

pelebaran jalan yang bisa dilakukan pada persimpangan Jalan Karanglo sangat

minim sekali mengingat banyak pertokoan dan industri yang memadati daerah

sekitar simpang. Hasil survei geomterik jalan yang telah dilakukan bahwa

pelebaran jalan yang bisa dilakukan pada pendekat Utara maksimal 1-2 meter,

pendekat Selatan maksimal 1-1,5 meter dan pendekat Barat maksimal 0,5-1 meter

saja. Pada perhitungan ini digunakan pelebaran maksimum yaitu dengan

mengambil pelebaran jalan terbesar, pelebaran jalan yang direncanakan dapat

dilihat pada Tabel 5.4 berikut.

PendekatLebar efektif We (m)

Lebar jalan saat ini (m) Lebar jalan yang direncanakan (m)

Utara

Selatan

Barat

12

11,5

5,4

14

13

6,4

2. Pengaturan Ulang Waktu Siklus

Kejenuhan yang terjadi pada persimpangan Jalan Karanglo berdasarkan

hasil perhitungan (pada bab IV) sudah melampaui syarat yang ditentukan

berdasarkan MKJI yaitu 0,85. Pelebaran jalan yang dilakukan kurang cukup tanpa

adanya pengaturan ulang waktu siklus di lapangan berdasarkan waktu siklus yang

ada di lapangan yaitu 70 detik masih belum bisa mengatasi kejenuhan yang terjadi

di simpang Jalan Karanglo pada jam puncak. Sehingga perlu dilakukan rekayasa

penambahan waktu siklus dengan tetap menggunakan 3 fase dengan pembagian

66

Tabel 5.1 Perencanaan Ulang Lebar Efektif Jalan Persimpangan Jalan Karanglo

Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan

Page 7: Bab v Pembahasan

waktu siklus yang direncanakan agar persimpangan tidak mengalami kejenuhan

dalam beberapa tahun kedepan. Perhitungan pengaturan waktu siklus dengan

menggunakan lebar jalan pada kondisi saat ini dapat dilihat pada Tabel 5.5

berikut.

Pendekat

Lebar

efektif We

(m)

Waktu

merah (det)

Waktu

hijau (det)

Waktu

kuning

(det)

Waktu

siklus (C)

(det)

Utara

Selatan

Barat

12

11,5

5,4

17

25

17

50

42

55

3

3

3

70

Perhitungan pengaturan waktu siklus dengan menggunakan lebar jalan

sesuai dengan yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.

Pendekat

Lebar

efektif

We (m)

Waktu

hijau

(det)

Waktu hijau (det) yang diambilWaktu

Siklus (det)

Utara

Selatan

Barat

14

13

6,4

67,48

49,7

22,82

70

50

25

145

Berdasarkan perhitungan waktu siklus pengambilan nilai waktu hijau yang

besar di atas dimaksudkan agar nilai derajat kejenuhan (DS) dapat dibawah

67

Tabel 5.2 Waktu Merah, Waktu Hijau dan Waktu Kuning Kondisi Saat ini

Tabel 5.3 Pengambilan Waktu Hijau dan Penentuan Waktu Siklus Setelah Perencanaan Ulang dengan Lebar Jalan yang Sudah Direncanakan

Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan

Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan

Page 8: Bab v Pembahasan

standar MKJI yaitu ≤ 0,85. Untuk waktu siklus setelah perencanaan ulang pada

persimpangan Jalan Karanglo diperoleh hasil 145 detik dengan waktu hilang

(LTI) 13 detik. Perhitungan masing-masing lama fase lampu dengan pengaturan 3

fase dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.

PendekatIndikasi sinyal All Red

(detik)

Waktu

SiklusMerah (detik) Kuning (detik) Hijau (detik)

Utara 82 3 70

4 158Selatan 102 3 50

Barat 127 3 25

Data lampu lalu lintas lebih jelasnya dapat dilihat paga gambar 5.1 berikut.

Pertambahan waktu siklus dengan menggunakan 3 fase berdasarkan

perhitungan di atas sudah tidak sesuai dengan pedoman MKJI dikarenakan

volume kendaraan yang melewati simpang tersebut melebihi kapasitas. Menurut

68

Tabel 5.4 Penentuan Waktu Merah, Waktu Hijau dan Waktu Kuning Setelah Perencanaan Ulang

Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan

Gambar 5.1 Grafik Sinyal Lampu Lalu Lintas Merah, Hijau dan Kuning

Utara

Barat

Selatan

Page 9: Bab v Pembahasan

pedoman MKJI pada pengaturan 3 fase waktu siklus yang sesuai yaitu 50-100

detik, sedangkan pada persimpangan Jalan Karanglo sudah tidak memungkinkan

lagi jika waktu siklus berada di bawah 100 detik karena derajat kejenuhan masih

diatas 0,85. Waktu siklus yang direncanakan pada perhitungan diatas dapat

diperpanjang lagi tetapi nantinya akan berdampak pada panjang antrian dan

tundaan kendaraan. Lampu sinyal merah jika semakin lama maka akan

menimbulkan panjang antrian dan kendaraan terhenti yang panjang. Oleh karena

itu perencanaan waktu siklus yang digunakan yaitu 158 detik. Perhitungan

perpanjangan waktu siklus dengan pengaturan 3 fase pada persimpangan Jalan

karanglo masih belum cukup untuk mengurangi kejenuhan pada simpang tanpa

adanya penambahan kapasitas jalan yaitu dengan melebarkan jalan.

3. Arus Jenuh

Perhitungan arus jenuh dengan lebar pendekat Utara 12 meter, Selatan

11,5 meter dan Barat 5,4 meter dengan waktu siklus 70 detik menghasilkan nilai

arus jenuh pada pendekat Utara 7127 smp/jam, pendekat Selatan 6486 smp/jam

dan pendekat Barat 3469 smp/jam. Dari perhitungan nilai arus jenuh tersebut

diperoleh hasil rasio arus jenuh sebesar 0,93 dan waktu siklus 307 detik.

Sedangkan untuk nilai arus jenuh pada rekayasa pelebaran jalan dan

pengaturan ulang waktu siklus pada masing-masing pendekat, menghasilkan nilai

untuk pendekat Utara 8219 smp/jam, pendekat Selatan 7410 smp/jam dan

pendekat Barat 4069 smp/jam. Dari nilai arus jenuh tersebut diperoleh nilai rasio

arus jenuh 0,72 dan waktu siklus 158 detik.

69

Page 10: Bab v Pembahasan

Waktu siklus yang sudah diperoleh dalam perhitungan perencanaan ulang

lebih dari 130 detik hal ini tidak sesuai dengan waktu siklus yang layak menurut

MKJI dikarenakan dalam kasus ini persimpangan Jalan Karanglo memang

termasuk simpang yang cukup besar.

4. Kapasitas Pendekat dan Derajat Kejenuhan

Perhitungan kapasitas dengan lebar pendekat Utara 12 meter, Selatan 11,5

meter dan Barat 5,4 meter dengan waktu siklus 70 detik menghasilkan nilai

kapasitas pada pendekat Utara 3435 smp/jam, pendekat Selatan 2260 smp/jam dan

pendekat Timur 577 smp/jam. Nilai derajat kejenuhan pada masing-masing

pendekat dari hasil perhitungan memiliki nilai yang sama yaitu 0,93.

Sementara untuk kapasitas pada rekayasa pelebaran jalan dan pengaturan

ulang waktu siklus pada masing-masing pendekat, menghasilkan nilai untuk

pendekat Utara 3968 smp/jam, pendekat Selatan 2555 smp/jam dan pendekat

Barat 701 smp/jam. Dari nilai kapasitas tersebut diperoleh derajat kejenuhan pada

pendekat Utara 0,83, pendekat Selatan 0,81 dan pendekat barat 0,76.

Dari hasil perhitungan dengan lebar jalan sesuai dengan kondisi saat ini

dibandingkan dengan penambahan lebar jalan dan pengaturan ulang waktu siklus

maka kapasitas dari masing-masing pendekat mengalami kenaikan. Pelebaran

jalan, perubahan waktu siklus dan penambahan waktu hijau juga berpengaruh

pada kejenuhan simpang yang mengalami penurunan dan memilki nilai dibawah

batas yang ditetapkan yaitu 0,85 sesuai dengan MKJI.

5. Panjang Antrian

70

Page 11: Bab v Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan lebar pendekat Utara 12 meter,

Selatan 11,5 meter dan Barat 5,4 meter dengan waktu siklus 70 detik

menghasilkan nilai panjang antrian pada pendekat Utara 781 m, pendekat Selatan

574 m dan pendekat barat 230 m.

Sedangkan untuk panjang antrian pada rekayasa pelebaran jalan dan

pengaturan ulang waktu siklus pada masing-masing pendekat, menghasilkan nilai

panjang antrian untuk pendekat Utara 444 meter, pendekat Selatan 356 dan

pendekat Barat 115 meter.

Dari hasil perhitungan dengan lebar jalan sesuai dengan kondisi saat ini

dibandingkan dengan penambahan lebar jalan nilai panjang antrian menurun dan

jumlah antrian tidak terlalu panjang.

6. Kendaraan Terhenti

Berdasarkan hasil perhitungan dengan lebar jalan sesuai dengan kondisi

lapangan dan waktu siklus 70 detik menghasilkan nilai angka henti pada pendekat

Utara 0,850 stop/jam, pendekat Selatan 0,873 stop/jam dan pendekat Barat 0,905

smp/jam. Dari perhitungan nilai angka henti diperoleh nilai kendaraan terhenti rat-

rata yaitu 0,86 stop/smp.

Sedangkan untuk nilai angka henti pada rekayasa pelebaran jalan dan

pengaturan ulang waktu siklus pada masing-masing pendekat, menghasilkan nilai

angka henti untuk pendekat Utara 0,782 stop/smp, pendekat Selatan 0,837

stop/smp dan pendekat Barat 0,882 stop/smp, sedangkan untuk nilai kendaraan

terhenti rata-rata 0,81 stop/smp.

71

Page 12: Bab v Pembahasan

Dari hasil perhitungan dengan lebar jalan sesuai dengan kondisi saat ini

dibandingkan dengan penambahan lebar jalan nilai kendaraan terhenti dan nilai

kendaraan terhenti rata-rata mengalami penurunan.

7. Tundaan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan lebar jalan sesuai dengan kondisi

lapangan menghasilkan nilai tundaan rata-rata sebesar 95,01 detik/smp.

Sedangkan untuk nilai angka henti pada rekayasa pelebaran jalan dan pengaturan

ulang waktu siklus pada masing-masing pendekat, menghasilkan nilai tundaan

rata-rata sebesar 48,92 detik/smp.

Dari hasil perhitungan dengan lebar jalan sesuai dengan kondisi saat ini

dibandingkan dengan penambahan lebar jalan nilai tundaan rata-rata mengalami

penurunan.

8. Tingkat Pelayanan (LOS)

Dari hasil perhitungan tundaan pada persimpangan Jalan Karanglo dengan

rekayasa pelebaran jalan dan pengaturan ulang waktu siklus maka diperoleh nilai

48,92 det/smp. Berdasarkan nilai tundaan tersebut maka persimpangan Jalan

Karanglo dikategorikan dengan tingkat pelayanan E. Tingkat pelayanan dengan

kategori E masih terbilang simpang tidak kondusif dalam mengalirkan arus lalu

lintas, pergerakan arus lalu lintas masih lama, waktu putar panjang, gerak maju

tersendat dan arus kendaraan masih melebihi kapasitas.

72