bab v konsep perencanaan dan perancangan a. konsep...

42
132 Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Sesuai dengan pembahasan elaborasi tema pada bab sebelumnya, kata kunci konsep dasar perancangan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA ini adalah aman dan nyaman. Aman disini bukan hanya memberikan pengawasan bagi pasien dari pengaruh luar melainkan memberikan pengawasan bagi pasien dari pengaruh dirinya sendiri. Pengaruh luar yang biasa terjadi yaitu berupa tekanan untuk menggunakan kembali NARKOBA dari para pengedar yang masih aktif dan pengaruh dirinya sendiri yaitu berupa tindakan-tindakan negatif seperti bunuh diri. Teori Pengawasan Alami Oscar Newman dan Teori Kenyamanan Edward T.Hall yang telah dijelaskan sebelumnya dalam elaborasi tema sesuai dengan konsep dasar aman dan nyaman ini. Dengan penerapan pengawasan alami, diharapkan pasien cukup merasa terawasi tanpa merasa tertekan kejiwaannya. Hal ini juga akan meningkatkan sistem keamanan di dalam bangunan guna menghindari hal-hal negatif yang mungkin dilakukan pasien. Kenyamanan yang dibentuk merupakan tanggapan terhadap kondisi psikologis pasien. Dengan penciptaan kondisi lingkungan dan fisik bangunan yang tanggap terhadap kondisi psikologis pasien, diharapkan dapat tercipta sugesti positif dalam diri pasien sehingga terbentuk suasana nyaman dalam ketidaknyamanan dan pada akhirnya, proses penyembuhan pun menjadi lebih efektif. B. Konsep Perencanaan Tapak Konsep perencanaan tapak memiliki fungsi yang sangat penting dalam menciptakan suasana lingkungan serta keterkaiatan suatu bangunan dengan bangunan lainnya. Sesuai dengan konsep dasar perancangan “Aman & Nyaman”, konsep tapak juga harus dapat mengimplementasikan konsep dasar tersebut.

Upload: vuongkhue

Post on 07-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

132

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Konsep Dasar

Sesuai dengan pembahasan elaborasi tema pada bab sebelumnya, kata kunci

konsep dasar perancangan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan

NARKOBA ini adalah aman dan nyaman. Aman disini bukan hanya memberikan

pengawasan bagi pasien dari pengaruh luar melainkan memberikan pengawasan

bagi pasien dari pengaruh dirinya sendiri. Pengaruh luar yang biasa terjadi yaitu

berupa tekanan untuk menggunakan kembali NARKOBA dari para pengedar

yang masih aktif dan pengaruh dirinya sendiri yaitu berupa tindakan-tindakan

negatif seperti bunuh diri. Teori Pengawasan Alami Oscar Newman dan Teori

Kenyamanan Edward T.Hall yang telah dijelaskan sebelumnya dalam elaborasi

tema sesuai dengan konsep dasar aman dan nyaman ini. Dengan penerapan

pengawasan alami, diharapkan pasien cukup merasa terawasi tanpa merasa

tertekan kejiwaannya. Hal ini juga akan meningkatkan sistem keamanan di dalam

bangunan guna menghindari hal-hal negatif yang mungkin dilakukan pasien.

Kenyamanan yang dibentuk merupakan tanggapan terhadap kondisi psikologis

pasien. Dengan penciptaan kondisi lingkungan dan fisik bangunan yang tanggap

terhadap kondisi psikologis pasien, diharapkan dapat tercipta sugesti positif dalam

diri pasien sehingga terbentuk suasana nyaman dalam ketidaknyamanan dan pada

akhirnya, proses penyembuhan pun menjadi lebih efektif.

B. Konsep Perencanaan Tapak

Konsep perencanaan tapak memiliki fungsi yang sangat penting dalam

menciptakan suasana lingkungan serta keterkaiatan suatu bangunan dengan

bangunan lainnya. Sesuai dengan konsep dasar perancangan “Aman & Nyaman”,

konsep tapak juga harus dapat mengimplementasikan konsep dasar tersebut.

133

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis tapak lingkungan dan analisis bangunan yang

sebelumnya telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemintakatan

Pada area tapak Pusat Rehabilitasi, area bangunan dikelompokan menjadi

beberapa bagian sebagai berikut :

Tabel 5. 1.Pengelompokan Zona pada Tapak

Zona Nama Bangunan Besaran (%)

Privat Pelayanan Detoksifikasi

Pelayanan Rehabilitasi

Psikologis

Sarana Penunjang Rehabilitasi

24 %

Semi Publik Pelayanan Umum

UGD

Rawat Jalan

20%

Publik Rumah Dinas

Masjid Umum

Asrama Perawat

49%

Servis IPAL

GENSET

TPSS

IPSRS

7%

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

134

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 1. Konsep Pemintakatan Tapak

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Pada Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan NARKOBA Pria yang dirancang,

tidak sembarang orang dapat masuk ke wilayah ini. Untuk tetap menjaga

kemanan, zona privat rehabilitasi diletakan paling jauh dari akses utama untuk

menjaga kemanan pasien dari pengaruh luar. Sementara zona semi publik yang

digunakan sebagai pelayanan pertama pada pasien diletakan pada bagian depan

untuk memudahkan akses pasien yang baru datang berobat. Area publik

diletakkan pada area yang terpisah dari kawasan rehabilitasi karena area ini

dikhususkan bagi fasilitas staf. Perletakan zona servis disesuaikan dengan

perletakan massa bangunan utama dan pintu masuk kawasan.

135

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sirkulasi dan Parkir

Gambar 5. 2. Konsep Sirkulasi dan Parkir

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Pada Pusat Rehabilitasi ini, sirkulasi tapak memiliki peran dalam menciptakan

kemanan bagi pasien. Untuk membentuk sistem keamanan yang baik, diperlukan

sirkulasi bangunan yang memadai. Pintu masuk menuju tapak terletak pada

bagian selatan, hal ini dikarenakan tingginya pengunjung yang datang dari arah

selatan yaitu dari arah jalan utama. Sedangkan pintu keluar tapak berada pada

bagian utara. Sirkulasi dalam tapak Pusat Rehabilitasi ini terbagai menjadi 2 jenis,

yaitu sirkulasi bagi pengunjung baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan

bermotor dan sirkulasi servis.

Sirkulasi untuk pengunjung hanya terletak pada bagian depan tapak yaitu pada

area semi publik. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan sistem keamanan bagi

pasien. Sedangkan sirkulasi servis dibuat mengelilingi setiap zona dengan tujuan

meminimalisir terjadinya penumpukan kendaraan dan juga untuk menciptakan

136

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistem pengawasan alami terhadap bangunan dikelilinginya. Area Parkir sendiri

terletak pada area depan tapak (timur) yaitu pada lahan GSB dengan tujuan untuk

memaksimalkan penggunaan lahan.

C. Konsep Perancangan Bangunan

Berdasarkan hasil analisis dan kaji banding, diketahui bahwa pengobatan bagi

korban penyalahgunaan NARKOBA dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-

tahapan inilah yang dijadikan sebagai dasar perancangan bangunan. Tahapan-

tahapan tersebut yaitu Pelayanan Umum, Pelayanan UGD, Pelayanan

Detoksifikasi, Pelayanan Rehabilitasi Psikologis, Pelayanan Rehabilitasi Sosial

dan Pelayanan Rawat Jalan. Setiap pelayanan yang diberikan memiliki

karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu untuk memaksimalkan karakteristik

tersebut, bangunan pun dibedakan bedasarkan jenis tahapan pelayanan.

Gambar 5. 3. Konsep Perancangan Bangunan

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

137

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain hal tersebut, dengan dibedakannya jenis bangunan ini, fungsi kegiatan

didalam bangunan pun menjadi lebih maksimal dan hirarki ruang pun menjadi

lebih jelas. Berdasarkan hal tersebut, terbentuklah bentuk dasar bangunan yaitu

bentuk bundar yang mengalir sesuai dengan tahapan pelayanan rehabilitasi.

D. Konsep Modul Perancangan

Sesuai dengan standar ruang bangunan rumah sakit menurut Neufert, terdapat

modul spesial untuk bangunan rumah sakit yaitu 120 cm. Namun, dikarenakan

modul ini terlalu kecil untuk ruangan yang membutuhkan area-area besar seperti

ruang operasi maka modul yang digunakan adalah kelipatan dari 120 cm yaitu

720 cm x 720 cm. Pemilihan modul 720 cm ini merupakan kelipatan dari standar

ukuran minimal pada ruang tindakan dan ruang intensif yaitu 240 cm sehingga

penempatan area tindakan dan area intensif menjadi lebih maksimal.

Gambar 5. 4. Standar Ukuran Minimal Ruang Tindakan dan Ruang Intensif

(Sumber: Metric Handbook Planning 3rd edition & Neufert Data Arsitek)

E. Konsep Bentuk, Fungsi, Ruang Interior

1. Konsep Bentuk

Bentuk dasar bangunan utama Pusat Rehabilitasi ini adalah lingkaran.

Bentuk lingkaran merupakan respon terhadap tahapan kegiatan rehabilitasi

yang dilalui pasien. Disisi lain, bentuk lingkaran juga memiliki karakteristik

138

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terpusat dan menimbulkan pengawasan ke segala arah sehingga sesuai dengan

konsep dasar kemananan dan kenyamanan.

Gambar 5. 5. Konsep Bentuk Lingkaran

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Gambar 5. 6. Konsep Bentuk Lingkaran

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Bentuk lingkaran ini mengalami perubahan berdasarkan respon terhadap

analisis tapak yang telah dilakukan dan kemudian diputuskan dan dianggap

menjadi solusi terbaik. Berikut merupakan tahapan perubahan tersebut:

139

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 7. Konsep Transformasi 1

(Sumber: Analisis Penulis,2015)

Bentuk dasar lingkaran pada awalnya diberikan ketebalan kearah dalam untuk

menciptakan batas antara area yang akan dijadikan massa bangunan dengan

yang bukan.

Gambar 5. 8. Konsep Transformasi 2

(Sumber: Analisis Penulis,2015)

Setelah terbentuk area massa bangunan, area tersebut kemudian diberikan

ketinggian sesuai dengan tinggi bangunan yang telah diperkirakan sehingga

tercipta massa bangunan yang memiliki volume.

140

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 9. Konsep Transformasi 3

(Sumber: Analisis Penulis,2015)

Massa bangunan yang telah terbentuk kemudian dibagi menjadi 6 bagian

sesuai dengan tahapan pelayanan rehabilitasi yaitu Pelayanan Umum, UGD,

Pelayanan Detoksifikasi, Pelayanan Rehabilitasi Psikologis, Pelayanan

Rehabilitasi Sosial, dan Pelayanan Rawat Jalan. Besaran massa bangunan

setiap bagian pun disesuaikan dengan besaran ruang yang telah dilakukan

pada analisis besaran ruang sebelumnya.

Gambar 5. 10. Konsep Transformasi 4

(Sumber: Analisis Penulis,2015)

141

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembagian massa bangunan juga disesuaikan dengan pemintakan yang telah

dilakukan sebelumnya yaitu area privat berada pada bagian belakang dan area

semi publik berada pada bagian depan.

Gambar 5. 11. Konsep Transformasi 5

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Kemudian terdapat bagian yang dihilangkan sehingga bangunan menjadi

terpisah satu sama lain. Pemisahan bangunan ini dilakukan untuk

memaksimalkan kegiatan didalam bangunan dan membentuk hirarki

bangunan dengan jelas. Selain itu, pemisahan massa bangunan ini juga

merespon terhadap kondisi tapak yaitu arah angin.

Gambar 5. 12. Konsep Transformasi 6

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

142

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah terbentuk pemisahan bangunan, massa bangunan tersebut dibuat

merespon kondisi tapak seperti arah rotasi matahari, view, dan sirkulasi di

dalam tapak sehingga terdapat pergeseran letak massa bangunan dan

perubahan arah bangunan.

Gambar 5. 13. Konsep Transformasi Bentuk Atap

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Pada bagian atap massa bangunan mengambil bentuk dasar atap sunda yaitu

tagog anjing, bentuk atap ini mengalami pemisahan dan permainan ketinggian

atap sehingga tercipta bentukan atap yang dinamis.

Gambar 5. 14. Konsep Muka Depan

143

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sumber : Analisis Penulis,2015)

Muka depan bangunan harus diatur sedemikian rupa agar tetap menarik dan

dapat menimbulkan kesan positif baik bagi pasien maupun masyarakat

Permainan bentuk dan ukuran kusen jendela dapat menimbulkan kesan tidak

formal dan tidak kaku sehingga dapat mengubah persepsi orang tentang

penyalahgunaan NARKOBA. Permainan bata ekspos ditambah dengan

permainan maju mundur kolom dan dinding dapat dilakukan agar bangunan

tetap menarik. Penggunaan bata ekspos ini juga menimbulkan kesan alami

antara bangunan dengan lingkungan sekitar.

144

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Fungsi

Gambar 5. 15. Fungsi Bangunan

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

a. Pemintakatan Gedung Pelayanan Umum dan Rawat Jalan

145

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 16. Pemintakatan Gedung Pelayanan Umum dan Rawat Jalan

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

b. Pemintakatan Gedung Detoksifikasi dan UGD

Gambar 5. 17. Pemintakatan Gedung Detoksifikasi dan UGD

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

c. Pemintakatan Gedung Rehabilitasi Psikologis

146

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 18. Pemintakatan Gedung Rehabilitasi Psikologis

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

d. Pemintakatan Rehabilitasi Sosial

Gambar 5. 19. Pemintakatan Gedung Rehabilitasi Sosial

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

147

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Ruang Interior

Sesuai dengan tema yang akan diterapkan, terdapat beberapa penekanan

dalam perancangan ruang interior bangunan Pusat Rehabilitasi ini. Adapun

penekanan-penekanan tersebut yaitu :

a. Ukuran ruang, disesuaikan dengan aktivitas yang terjadi dan kondisi

psikologis pasien dalamnya. Sedangkan untuk bentuk, disesuaikan

dengan perilaku yang ditimbulkan oleh pasien seperti penggunaan

bentuk lengkung yang bertujuan mengurangi sudut dan akan

menimbulkan kesan dinamis, riang dan gembira.

b. Penerapan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas

pengguna.

c. Warna yang digunakan dalam ruangan harus menimbulkan nilai positif

sehingga dapat mengubah dan mempengaruhi perilaku negatif.

Tabel 5. 2. Persepsi Warna Bagi Manusia

Warna Kesan Jarak Kesan Kehangatan Stimulasi Mental

Biru Menjauh Dingin Tenang

Hijau Menjauh dingin-netral sangat tenang

Merah Dekat Hangat Sangat membangkitkan

semangat

Jingga Sangat dekat sangat hangat

Membangkitkan semangat Kuning Dekat sangat hangat

Coklat sangat dekat Netral

Ungun sangat dekat Dingin Agresif, menekan

(Sumber : Kuliah Arsitektur Perilaku pertemuan ke-3 tentang Antropometri, Ergonomi, dan Perilaku

Spasial oleh Tutin Aryanti, Ph.D)

d. Beberapa ruangan pada area detoksifikasi dibuat kedap suara sehingga

pasien dapat beraktivitas dengan baik.

e. Suhu, sangatlah berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang didalam

ruangan. Untuk memaksimalkan aliran udara di dalam ruangan

digunakan AC central.

148

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Pencahayaan dapat mempengaruhi psikologis pasien. Ruang dengan

pencahayaan yang minim menciptakan suasana yang malas sedangkan

ruang dengan pencahayaan yang berlebihan menyebabkan silau

sehingga pasien akan merasa tidak nyaman.

Gambar 5. 20. Sketsa Interior Kamar Inap Detoksifikasi

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

149

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 21. Sketsa Interior Ruang Isolasi

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

148

1. Karakter Ruang

a. Gedung Pelayanan Umum

Tabel 5. 3. Konsep Karakter Ruang Gedung Pelayanan Umum

Ruang Keamanan Ruang Karakter Ruang Keterangan

R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Nyaman Secara garis besar, area pelayanan

umum ini haruslah mencerminkan

nilai positif sehingga pandangan

awal pasien yang masuk menjadi

lebih tenang. Sebisa mungkin area

penerimaan ini terkesan seperti

kondisi rumah yang hangat.

Warna-warna yang digunakan

pada area ini yaitu warna hangat

seperti warna merah, jingga,

kuning, coklat. Selain itu, pada

area ini juga digunakan warna

putih guna memberikan kesan

bersih, terbuka dan menimbulkan

persepsi ruang yang luas.

R. Pendaftaran Rendah Terbuka,Informatif

R. Administrasi/

Umum

Sedang Tertutup, tidak semua orang

dapat masuk

R. Kepala Tinggi Tertutup

R. Pemeriksaan

Awal (Dokter Umum)

Rendah Tenang

R. Tunggu Rendah Terbuka, Nyaman

Kantin Rendah Terbuka

Wc Rendah Tertutup

Janitor Rendah Tertutup

(Sumber: Analisis Penulis,2015)

b. Gedung UGD (Unit Gawat Darurat)

Tabel 5. 4. Konsep Karakter Ruang Gedung UGD

Ruang Keamanan

Ruang Karakter Ruang Keterangan

R. Tindakan UGD Tinggi Tertutup, tenang Pada ruangan ini, kondisi ruang

haruslah tenang sehingga

psikologis pasien yang sedang

dirawat tidak terganggu. Warna

149

yang digunakan untuk

menimbulkan suasana tenang yaitu

warna biru dan hijau. Namun,

dengan penggunaan warna tersebut

juga, ruangan akan menimbulkan

suasana dingin oleh karena itu

diperlukan pula pengaturan suhu

pada ruangan ini.

R. Perawat UGD Sedang Tertutup -

R. Dokter Jaga Sedang Tertutup Ruang dokter dibuat nyaman

sehingga dokter dapat beristirahat

dengan benar. Selain itu, pada

ruangan ini juga harus

menimbulkan kesan akrab

sehingga dokter dapat

bersosialisasi dengan dokter

lainnya dengan nyaman. Warna

yang akan digunakan pada area ini

yaitu warna yang dapat

membangkitkan semangat namun

tidak menimbulkan kesan hangat

dan dingin sehingga dokter akan

tetap merasa fit. Oleh karena itu

dipilihlah warna coklat dengan

tambahan lantai bertekstur kayu

guna menimbulkan kesan hangat

dan akrab.

Wc Rendah Tertutup -

150

Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)

c. Gedung Detoksifikasi

Tabel 5. 5. Konsep Karakter Ruang Gedung Detoksifikasi

Ruang Keamanan

Ruang Karakter Ruang Keterangan

R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada area penerimaan ini, ruangan

haruslah mencerminkan nilai

positif sehingga pandangan awal

pasien yang masuk menjadi lebih

tenang. Sebisa mungkin area

penerimaan ini terkesan seperti

kondisi rumah yang hangat.

Warna-warna yang digunakan

pada area ini yaitu warna hangat

seperti warna merah, jingga,

kuning, coklat. Selain itu, pada

area ini juga digunakan warna

putih guna memberikan kesan

bersih, terbuka dan menimbulkan

persepsi ruang yang luas.

R. Tunggu Rendah Terbuka, Nyaman -

R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman serta

menimbulkan kesan akrab,

sehingga pasien yang datang tidak

akan merasa takut. Warna yang

dapat digunakan pada area ini

yaitu warna-warna hangat seperti

R. Psikiater Sedang Tertutup

151

warna merah, kuning, jingga, dan

coklat. Untuk mendukung kesan

tersebut juga, digunakanlah tektur

kayu sehingga selain hangat,

ruangan juga akan terkesan akrab.

Kamar Inap Tinggi Tenang, nyaman Pada ruangan ini, pasien dipisah

per ruangan. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan pengawasan.

Pemisahan ruangan ini juga

disesuaikan dengan kondisi

psikologis pasien.

R. Isolasi Tinggi Hening Ruangan ini merupakan ruangan

yang digunakan untuk pasien-

pasien dengan tingkat kecanduan

tinggi yang masih belum dapat

menahan emosinya. Pada ruangan

ini, hanya terdapat tempat tidur

dan wc kecil pada bagian pojok

ruangan. Bukaan yang

digunakanpun yaitu bukaan

vertikal sehingga pasien pun akan

merasakan kedakatannya dengan

sang pencipta. Kesan yang harus

ditimbulkan pada ruangan ini yaitu

kesan dingin sehingga pasien

dapat merenung, merefleksikan

diri, bahkan dapat mengontrol

emosinya. Warna yang sesuai

dengan kesan yang akan

152

ditimbulkan pada ruangan ini yaitu

warna hijau karena warna ini akan

menimbulkan kesan yang sangat

tenang dan membuat ruangan

menjadi lebih luas.

R. Periksa Medis Sedang Terbuka, Tenang -

Laboratorium Tinggi Tertutup Pada area ini, haruslah terhindar

dari cahaya matahari langsung.

Ruangan pun dibuat tertutup untuk

mencegah terjadinya kontaminasi

lewat udara. Warna yang

digunakan pada area ini yaitu

warna putih karena warna ini dapat

memberikan kesan bersih dan

terang sehingga dapat

memaksimalkan penggunaan

cahaya buatan.

R. Dokter Tinggi Tertutup Ruang dokter dibuat nyaman

sehingga dokter dapat beristirahat

dengan benar. Selain itu, pada

ruangan ini juga harus

menimbulkan kesan akrab

sehingga dokter dapat

bersosialisasi dengan dokter

lainnya dengan nyaman. Warna

yang akan digunakan pada area ini

yaitu warna yang dapat

membangkitkan semangat namun

tidak menimbulkan kesan hangat

153

dan dingin sehingga dokter akan

tetap merasa fit. Oleh karena itu

dipilihlah warna coklat dengan

tambahan lantai bertekstur kayu

guna menimbulkan kesan hangat

dan akrab.

Stasiun Perawat Tinggi Tertutup Stasiun perawat diletakkan

berdekatan dengan kamar inap

pasien untuk memudahkan akses.

Tekstur kayu digunakan pada

ruangan ini guna menimbulkan

suasana akrab antara pasien dan

perawat.

R. Perawat Tinggi Tertutup Ruang perawat dibuat nyaman

sehingga perawat dapat

beristirahat dengan benar. Selain

itu, pada ruangan ini juga harus

menimbulkan kesan akrab

sehingga perawat dapat

bersosialisasi dengan perawat

lainnya dengan nyaman. Warna

yang akan digunakan pada area ini

yaitu warna yang dapat

membangkitkan semangat Oleh

karena itu dipilihlah warna-warna

hangat seperti merah, kuning,

jingga, dan coklat.

R.Staf Tinggi Tertutup Ruangan ini harus dapat

menimbulkan suasana tenang R. Kepala Bagian Tinggi Tertutup

154

R. Rapat Tinggi Tertutup sehingga staf dapat bekerja dengan

fokus. Warna yang dapat

digunakan pada area ini yaitu

warna putih karena warna ini

memberikan kesan tenang dan

menimbulkan kesan ruangan yang

luas sehingga staf pun dapat

beraktivitas dengan nyaman.

Untuk menimbulkan kesan akrab

antar sesama staf, pada lantai

ruangan ini digunakan lantai

bertekstur kayu.

Pantri Rendah Terbuka -

R. Linen Rendah Tertutup -

Wc Tinggi Tertutup Wc pada area detoksifikasi ini

perlu mendapatkan pengawasan

yang sangat ketat dengan resiko

sisi kemanusiaan pasien dikurangi,

karena pada tahap ini pasien masih

belum dapat mengontrol dirinya.

Janitor Tinggi Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)

Pada bagian pelayanan detoksifikasi ini juga, kamar inap pasien terbagi menjadi 3 kelompok (Kamar Inap A, Kamar Inap B,

Kamar Inap C) yang di dasarkan terhadap penggolongan efek jenis zat yang digunakan oleh pasien. Berikut merupakan

pengelompokan kamar inap tersebut.

155

Tabel 5. 6. Pengelompokan Kamar Inap Gedung Detoksifikasi

Efek Amfetamin Alkohol Kokain Benzodiazepi

n

Kanabis Opioda Volatile

Substance

Susah tidur x x x x X x x

Berbicara berlebihan x x x

Cemas x x

Berperilaku kasar x x x X x x

Paranoid x x x X x

Psikosis (halusinasi) x x X x

Sulit berkonsentrasi x x x X x x

Rasa senang tinggi x x x x

Depresi x x x X x

Pandangan Kabur x x

Fotophobia (takut cahaya) x

Hiperakuisis (sensitif suara) x

Kamar Inap A Kamar Inap B Kamar Inap C

Nyaman untuk tidur Nyaman untuk tidur Nyaman untuk tidur

Kedap suara Penggunaan warna cerah pada

dinding

Ruangan cukup besar

Ruang tidak terlalu besar Ruangan tertutup (minim cahaya) Pencahayaan yang baik

Pencahayaan yang baik Kedap suara Material/furniture yang tidak

membahayakan

Material/furniture yang tidak Pasien pada ruangan ini mebutuhkan Pasien pada ruangan ini membutuhkan

156

membahayakan ketenangan yang sangat tinggi karena

pasien sangat sensitif terhadap suara

yang ada disekitarnya. Oleh karena

itu, warna yang dapat digunakan pada

area ini yaitu warna jingga karena

warna ini dapat menimbulkan kesan

ruangan yang sangat tenang.

suasana ruangan yang tenang ditambah

dengan luas ruangan yang cukup besar

karena pasien pada ruangan ini cenderung

memiliki rasa senang yang tinggi sehingga

mereka cenderung beraktivitas berlebihan.

Warna yang digunakan pada area ini yaitu

warna hijau karena warna ini

menimbulkan kesan jarak yang jauh

sehingga ruangan terasa lebih besar

namun tetap menimbulkan susana tenang.

Pasien pada ruangan ini membutuhkan

suasana yang tenang dengan ruangan yang

tidak terlalu besar karena pasien cenderung

berbicara berlebihan. Warna yang pada

area ini yaitu warna kuning karena warna

ini dapat menimbulkan kesan ruangan

menjadi lebih dekat, suasana tenang, dan

membuat ruangan menjadi lebih terang.

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

d. Gedung Rawat Jalan

Tabel 5. 7. Konsep Karakter Ruang Gedung Rawat Jalan

Ruang Keamanan

Ruang Karakter Ruang Keterangan

R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada area penerimaan ini, ruangan

haruslah mencerminkan nilai

positif sehingga pandangan awal

pasien yang masuk menjadi lebih

tenang. Sebisa mungkin area

penerimaan ini terkesan seperti

kondisi rumah yang hangat.

Warna-warna yang digunakan

pada area ini yaitu warna hangat

seperti warna merah, jingga,

kuning, coklat. Selain itu, pada

area ini juga digunakan warna

putih guna memberikan kesan

157

bersih, terbuka dan menimbulkan

persepsi ruang yang luas.

R. Pendaftaran Rendah Terbuka,Informatif Ruangan ini harus menimbulkan

kesan akrab sehingga pasien

merasa terperhatikan saat

melakukan pendaftaran. Warna

coklat dengan tektur kayu dapat

menimbulkan kesan sangat dengan

dan akrab.

R.Administrasi/

Umum

Sedang Tertutup, tidak semua orang

dapat masuk

Ruangan ini harus dapat

menimbulkan suasana tenang

sehingga staf dapat bekerja dengan

fokus. Warna yang dapat

digunakan pada area ini yaitu

warna putih karena warna ini

memberikan kesan tenang dan

menimbulkan kesan ruangan yang

luas sehingga staf pun dapat

beraktivitas dengan nyaman.

Untuk menimbulkan kesan akrab

antar sesama staf, pada lantai

ruangan ini digunakan lantai

bertekstur kayu.

R. Kepala Bagian Tinggi Tertutup

R. Staff Tinggi Tertutup

R. File Tinggi Tertutup

Pantri Rendah Terbuka -

R. Psikososial Sedang Terbuka, nyaman Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman serta

menimbulkan kesan akrab,

sehingga pasien yang datang tidak

akan merasa takut. Warna yang

R. Ketergantungan NARKOBA Sedang Terbuka, nyaman

R. Spesialis penyakit dalam Sedang Terbuka, nyaman

R. Penyakit syaraf Sedang Terbuka, nyaman

R. Penyakit jiwa Sedang Terbuka, nyaman

158

R. Terapi rumatan metadon Sedang Terbuka, nyaman dapat digunakan pada area ini

yaitu warna-warna hangat seperti

warna merah, kuning, jingga, dan

coklat. Untuk mendukung kesan

tersebut juga, digunakanlah tektur

kayu sehingga selain hangat,

ruangan juga akan terkesan akrab.

R. konseling Sedang Terbuka, nyaman

R. radiologi Sedang Terbuka, nyaman Pada area medis ini, digunakan

warna yang menimbulkan kesan

bersih dan terang sehingga nilai

positif timbul dalam diri pasien.

Warna yang digunakan yaitu

warna putih. Selain itu, pada

ruangan ini tetap harus

menimbulkan kesan akrab agar

pasien tidak merasa ketakutan oleh

karena itu digunakan pula tektur

kayu baik pada lantai maupun

pada langit-langit.

R. farmasi Sedang Terbuka, nyaman

R. Fisioterapi Sedang Terbuka, nyaman

R. Gigi Sedang Terbuka, nyaman

R. Radiologi Sedang Terbuka, nyaman

R. Perawat Tinggi Tertutup Ruang perawat dibuat nyaman

sehingga perawat dapat

beristirahat dengan benar. Selain

itu, pada ruangan ini juga harus

menimbulkan kesan akrab

sehingga perawat dapat

bersosialisasi dengan perawat

lainnya dengan nyaman. Warna

yang akan digunakan pada area ini

yaitu warna yang dapat

159

membangkitkan semangat Oleh

karena itu dipilihlah warna-warna

hangat seperti merah, kuning,

jingga, dan coklat.

R. Linen Rendah Tertutup -

R. Dokter Tinggi Tertutup Ruang dokter dibuat nyaman

sehingga dokter dapat beristirahat

dengan benar. Selain itu, pada

ruangan ini juga harus

menimbulkan kesan akrab

sehingga dokter dapat

bersosialisasi dengan dokter

lainnya dengan nyaman. Warna

yang akan digunakan pada area ini

yaitu warna yang dapat

membangkitkan semangat namun

tidak menimbulkan kesan hangat

dan dingin sehingga dokter akan

tetap merasa fit. Oleh karena itu

dipilihlah warna coklat dengan

tambahan lantai bertekstur kayu

guna menimbulkan kesan hangat

dan akrab.

R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman

sehingga dapat mempengaruhi

kondisi psikologis pasien.

R. Psikiater Tinggi Tertutup

Wc Sedang Tertutup -

160

Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)

e. Gedung Rehabilitasi Psikologis

Tabel 5. 8. Konsep Karakter Ruang Gedung Rehabilitasi Psikologis

Ruang Keamanan

Ruang Karakter Ruang Keterangan

R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada area penerimaan ini, ruangan

haruslah mencerminkan nilai

positif sehingga pandangan awal

pasien yang masuk menjadi lebih

tenang. Sebisa mungkin area

penerimaan ini terkesan seperti

kondisi rumah yang hangat.

Warna-warna yang digunakan

pada area ini yaitu warna hangat

seperti warna merah, jingga,

kuning, coklat. Selain itu, pada

area ini juga digunakan warna

putih guna memberikan kesan

bersih, terbuka dan menimbulkan

persepsi ruang yang luas.

R. Resepsionis Tinggi Informatif, terbuka -

R. Pengelola TInggi Tertutup -

R. Periksa Sedang Terbuka, Tenang Ruang dokter dibuat nyaman

sehingga dokter dapat beristirahat

dengan benar. Selain itu, pada

ruangan ini juga harus

menimbulkan kesan akrab

sehingga dokter dapat

R. Dokter Tinggi Tertutup

161

bersosialisasi dengan dokter

lainnya dengan nyaman. Warna

yang akan digunakan pada area ini

yaitu warna yang dapat

membangkitkan semangat namun

tidak menimbulkan kesan hangat

dan dingin sehingga dokter akan

tetap merasa fit. Oleh karena itu

dipilihlah warna coklat dengan

tambahan lantai bertekstur kayu

guna menimbulkan kesan hangat

dan akrab.

R. Rapat Tinggi Tertutup -

R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman serta

menimbulkan kesan akrab,

sehingga pasien yang datang tidak

akan merasa takut. Warna yang

dapat digunakan pada area ini

yaitu warna-warna hangat seperti

warna merah, kuning, jingga, dan

coklat. Untuk mendukung kesan

tersebut juga, digunakanlah tektur

kayu sehingga selain hangat,

ruangan juga akan terkesan akrab.

R. Psikiater Tinggi Tertutup

R. Bersama Sedang Nyaman Pada area ini, ruangan dibuat luas

sehingga pasien dapat beristirahat

setelah melakukan kegiatan

kesehariannya. Warna yang

162

digunakan pada area ini yaitu

warna biru, karena warna ini dapat

menimbulkan suasana ruang yang

tenang sehingga dapat

mengembalikan kondisi pasien

setelah beraktifitas seharian.

R. Konsultasi

Kelompok

Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman serta

menimbulkan kesan akrab,

sehingga pasien yang datang tidak

akan merasa takut. Warna yang

dapat digunakan pada area ini

yaitu warna-warna hangat seperti

warna merah, kuning, jingga, dan

coklat. Untuk mendukung kesan

tersebut juga, digunakanlah tektur

kayu sehingga selain hangat,

ruangan juga akan terkesan akrab.

R. Makan Sedang Terbuka, Rileks Pada ruang makan diletakan pada

bagian luar bangunan sehingga

tercipta suasana yang natural.

Pantri Sedang Terbuka -

Laundri Sedang Terbuka -

T. Jemur Tinggi Terbuka -

Wc Sedang Tertutup Wc pada area Rehabilitasi

Psikologis ini perlu mendapatkan

pengawasan yang cukup ketat

namun tetap memperhatikan sisi

kemanusiaan pasien, karena pada

163

tahap ini pasien sudah mulai bisa

mengontrol dirinya.

Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)

f. Gedung Rehabilitasi Sosial

Tabel 5. 9. Konsep Karakter Ruang Gedung Rehabilitasi Sosial

Ruang Keamanan

Ruang Karakter Ruang Keterangan

R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman serta

menimbulkan kesan akrab,

sehingga pasien yang datang tidak

akan merasa takut. Warna yang

dapat digunakan pada area ini

yaitu warna-warna hangat seperti

warna merah, kuning, jingga, dan

coklat. Untuk mendukung kesan

tersebut juga, digunakanlah tektur

kayu sehingga selain hangat,

ruangan juga akan terkesan akrab.

R. Resepsionis Tinggi Informatif, terbuka -

R. Pengelolaan Tinggi Tertutup -

R. Rapat Tinggi Tertutup -

R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan

suasana ruang yang nyaman serta

menimbulkan kesan akrab,

sehingga pasien yang datang tidak

akan merasa takut. Warna yang

dapat digunakan pada area ini

R. Pertemuan

Keluarga

Tinggi Tertutup, tenang

R. Serbaguna Tinggi Tertutup, tenang

164

yaitu warna-warna hangat seperti

warna merah, kuning, jingga, dan

coklat. Untuk mendukung kesan

tersebut juga, digunakanlah tektur

kayu sehingga selain hangat,

ruangan juga akan terkesan akrab.

R. Pelatihan Tinggi Terbuka, nyaman -

Wc Tinggi Tertutup Wc pada area rehabilitasi sosial ini

pengawasan dilakukan hanya

antara pasien dengan pasien

karena pada tahap ini pasien dirasa

sudah dapat mengontrol dirinya.

Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)

165

F. Konsep Struktur dan Konstruksi

Struktur yang digunakan pada bangunan-bangunan utama menerapkan sistem

rangka dengan penggunaan kolom dan balok beton bertulang. Hal ini didasarkan

kepada kebutuhan jumlah lantai dan kemudahan dalam proses pembangunan.

Gambar 5. 22. Konsep Struktur dan Konstruksi

(Sumber : Analisis Penulis,2015)

Modul yang dipakai pada bangunan ini yaitu 720m x 720m, namun

dikarenakan bangunan yang dirancang hanya berjumlah 1 lantai maka besaran

kolom yang digunakan adalah 25cm x 25cm, sedangkan balok menggunakan

ukuran 15cm x 20cm. Pada bagian atap menggunakan material baja H dengan

sistem baja truss dengan gording baja kanal C. Pada bagian pondasi

menggunakan pondasi batu kali.

G. Konsep Bahan Bangunan

Pada bagian kolom bangunan, digunakan bahan bangunan beton bertulang.

Pada bagian dinding terdapat 2 jenis bahan bangunan yaitu bata dan bata ekspos.

Bahan bangunan bata digunakan pada dinding bagian dalam sedangkan bata

ekspos digunakan pada dinding bagian luar. Selain itu, terdapat beberapa ruangan

yang menggunakan vinyl kayu pada beberapa bagian dinding untuk menciptakan

166

suasana ruang. Pada bagian atapnya sendiri digunakan penutup atap berbahan

aspal atau yang biasa dikenal dengan merk tegola. Material penutup atap jenis ini

lebih fleksibel sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk atap yang

melengkung.

H. Konsep Pencahayaan dan Penghawaan

Sistem pencahayaan dan penghawaan pada bangunan ini diutamakan

menggunakan sistem bukaan alami. Penggunaan jendela dengan sistem sirkulasi

silang pada setiap ruangan diharapkan mampu menghemat pemakaian listrik

didalam bangunan dan menciptakan susasana alami. Meskipun demikian, terdapat

beberapa ruangan yang sengaja dibuat dengan jendela mati guna memaksimalkan

sistem keamanan bagi pasien.

Gambar 5. 23. Sistem AC Central

(Sumber : http://i1.wp.com/cvastro.com/wp-content/uploads/2010/04/sistem_ducting.jpg?resize=463%)

Untuk sistem penghawaan terbagi menjadi 2 jenis yaitu sistem penghawaan

alami menggunakan bukaan dari jendela dan sistem AC Central. Penggunaan AC

Central ini ditempatkan pada ruangan-ruangan yang minim bukaan alami seperti

area detoksifikasi. Penggunaan AC Central ini juga untuk memudahkan

pengaturan oleh perawat.

167

I. Konsep Utilitas

Sumber air bersih berasal dari sumur artesis, yang kemudian ditampung di

dalam bak reservoir yang berada pada area dengan kontur tertinggi sehingga dapat

dialirkan menggunakan pipa secara langsung ke setiap ruangan menggunakan

gaya gravitasi. Air hujan yang turun dari tritisan atap akan jatuh pada rabat air

yang kemudian diserap ke dalam tanah dan untuk sistem pengolahan air limbah

digunakan sistem dengan skema sebagai berikut :

Diagram 5. 1. Skema Utilitas Air Limbah

(Sumber : Analisis Penulis,2015)

168

J. Konsep Elektrikal

Sistem elektrikal menggunakan sumber utama dari PLN ditambah dengan

generator set ketika listrik padam. Adapun skema elektikal pada bangunan

rehabilitasi ini adalah sebagai berikut :

Diagram 5. 2. Skema Distribusi Elektrikal

(Sumber:Analisis Penulis,2015)

Keterangan :

ATS : Automatic Switch Tranfer, alat pengubah jalur ketika aliran listrik

mati.

EMD : Electrical Main Distribution, pusat distribusi listrik sebelum ke unit

bangunan dan unit ruang.

K. Konsep Perancangan Lansekap

Penataan lansekap memiliki peranan yang mendukung terciptanya suasana

yang sesuai dengan fungsi sekitar. Peranan tersebut adalah :

1. Tanaman Peneduh.

Elemen lansekap yang digunakan sebagai tanaman peneduh adalah pohon

yang memiliki tajuk sekitar 3-10 meter. Pohon peneduh ini ditempatkan di

beberapa lokasi yang dianggap memerlukan bayangan pohon untuk

menghindari sinar matahari langsung seperti area parkir, area olahraga, area

rehabilitasi, dan area berkumpul.

Pohon peneduh yang cocok digunakan pada area parkir yaitu pohon yang

memiliki tajuk sekitar 8-10 meter dengan ketinggian pohon sekitar 10 meter.

169

Jenis pohon yang digunakan adalah pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan

Trembesi (Albizia Saman).

Gambar 5. 24. Pohon Angsana (Pterocarpus indicus)

(Sumber: http://rajabenih.com/wp-content/uploads/2010/04/pohon-trembesi1.jpg)

Gambar 5. 25. Pohon Trembesi (Albizia Saman)

(Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/_K9g4uYnZNeE/TMkeLsASrvI/AAAAAAM/qalky2Xu4GI/s1600/trembesi.png)

Sedangkan pohon yang cocok digunakan pada area olahraga dan berkumpul

yaitu pohon yang memiliki tajuk tidak lebih dari 3 meter sehingga

memungkinkan penggunanya dapat beteduh setelah berolahraga dan

menciptakan suasana akrab antar pasien. Jenis pohon yang dapat digunakan

adalah pohon dadap merah (Erythrina crista-galli).

170

Gambar 5. 26. Pohon Dadap Merah (Erythrina crista-galli)

(Sumber : http://www.jualbibitunggul.com/wp-content/uploads/2014/11/bibit-dadap-merah-va-270x0.jpg)

Penggunaan pohon peneduh pada area yang berdekatan dengan pelayanan

rehabilitasi bertujuan untuk menciptakan efek bayangan sehingga menciptakan

suasana rileks bagi pasien. Selain itu, suasana rileks ini juga dapat timbul dari

suara gesekan pohon-pohon. Pohon yang cocok digunakan pada area ini adalah

pohon dengan tajuk lebar sekitar 8-10 meter, memiliki percabangan diatas 3

meter, dan memiliki daun-daun kecil salah satunya yaitu pohon asam kranji

(Dialium Indium).

Gambar 5. 27. Asam Kranji (Dialium Indium)

(Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-

JpGkAicNou4/TesbSMbd0zI/AAAAAAAACAc/1LFyzIPf708/s1600/erithrina01.png)

171

2. Tanaman Pembatas

Penunjuk pembatas yang dimaksud adalah tanaman yang dijadikan sebagai

pembatas visual dan pembatas akses. Untuk pembatas visual dan akses dapat

digunakan pohon cemara (casuarinaceae) dan tanaman jenis perdu seperti

pohon soka (Ixora javanica).

Gambar 5. 28. Pohon Cemara (Casuarinaceae)

(Sumber : https://corlena.files.wordpress.com/2012/10/dsc_0714.jpg)

Gambar 5. 29. Tanaman Soka (Ixora Javanica)

(Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-

JpGkAicNou4/TesbSMbd0zI/AAAAAAAACAc/1LFyzIPf708/s1600/erithrina01.png)