bab v kesimpulan da n saran - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab5/bab...
TRANSCRIPT
5
p
a
V
k
5.1. Kesim
Berik
pada seluruh
a). Gender.
Variabel ini
keseluruhan
K
mpulan
kut ini adala
h store yang
menjelaskan
11 store yan
Gambar 5
ESIMPU
ah pie chart
menjadi lok
n tentang pe
ng di observ
5.1: Pie Char
Female73%
172
BAB V
ULAN DA
yang mengg
kasi observas
rsentase jeni
vasi.
rt Gender Ko
Gender
V
AN SARA
gambarkan
si (11 store)
is kelamin k
onsumen Se
Male27%
r
AN
seluruh vari
:
konsumen pa
eluruh Store.
Male
Female
abel observa
ada
asi
b
V
s
2
d
c
V
b
b). Umur.
Variabel ini
store yang d
25 tahun, 26
dan diatas 75
c). Status.
Variabel ini
11 store yan
belum memi
i menjelaska
di observasi.
6 – 35 tahun
5 tahun.
Gambar 5
menjelaska
ng di obser
iliki anak, se
46 ‐55, 230, 21%
56 ‐ 65, 56, 5%
an tentang p
Dibagi dala
n, 36 – 45 tah
5.2: Pie Cha
an tentang p
rvasi. Dibag
erta menikah
36 ‐ 45,321, 29%
66 ‐ 75, 23, 2%
> 75, 2,
persentase u
am range seb
hun, 46 – 55
art Umur Ko
ersentase da
i dalam kat
h dan memili
< 17
%
0%Age
umur konsum
bagai beriku
5 tahun, 56 –
onsumen Sel
ari status ko
tegori: Belum
iki anak.
7, 10, 1%
17 ‐25, 182, 17%
26 ‐35, 276, 25%
men pada k
ut: dibawah
– 65 tahun, 6
luruh Store.
nsumen pad
m menikah,
< 17
17 ‐ 25
26 ‐ 35
36 ‐ 45
46 ‐ 55
56 ‐ 65
66 ‐ 75
1
keseluruhan
17 tahun, 17
66 – 75 tahu
da keseluruh
menikah d
173
11
7 –
un,
han
dan
d
V
k
p
d). Pekerjaa
Variabel in
keseluruhan
pegawai neg
Pe
Gambar 5
an.
ni menjelask
11 store ya
geri, wiraswa
Gambar 5.4
Menikah & Memiliki Anak64%
Ibu Rumah tangga, 470,
43%
elajar/Mahasiswa, 164, 15%
5.3: Pie Cha
kan tentang
ang di obse
asta, profesio
4: Pie Chart
Ma
,
s
J
art Status Ko
g persentas
ervasi. Dibag
onal, ibu rum
t Pekerjaan K
BelumMenik29%
arital Sta
KaSw
Wi1
Profe30
Job
onsumen Sel
se jenis pe
gi dalam ka
mah tangga,
Konsumen S
m ah
%
MenBMeA
atus
Belum
MenikMemiMenikAnak
aryawan asta, 306, 28%
raswasta, 115, 10%
esional, 0, 3%
Ka
Pe
Wi
Pro
Ibu
Pe
luruh Store.
ekerjaan ko
ategori: Kary
dan pelajar/
Seluruh Store
nikah & elum emiliki Anak7%
m Menikah
kah & Belum iliki Anakkah & Memilik
Pegawai Nege15, 1%
ryawan Swasta
gawai Negeri
iraswasta
ofesional
u Rumah tangg
lajar/Mahasisw
1
nsumen pa
yawan swas
/mahasiswa.
e.
i
eri,
a
ga
wa
174
ada
sta,
e
V
s
d
p
f
V
m
y
e). Aktivitas
Variabel ini
shelf signag
diskon maup
pada keselur
Gambar 5.5
f). Aktivitas
Variabel i
membanding
yang di obse
Gambar 5.6
s Pembacaa
i menjelask
ge yang terse
pun signage
ruhan 11 sto
: Pie Chart A
s Memband
ni menjela
gkan produk
ervasi.
6: Pie Chart
1
an Shelf Sign
an tentang
edia di store
e yang menj
re yang di o
Aktivitas Pe
dingkan Pro
askan tent
k JC yang sa
Aktivitas M
No19%
Shelf
No21%
C
gnage.
persentase
e, apakah it
jelaskan ten
observasi.
embacaan Sh
oduk.
tang persen
tu dengan ya
Membandingk
Yes81%
f Signage
Yes79%
Compari
aktivitas ko
tu standing
ntang nama p
helf Signage
ntase aktiv
ang lainnya
kan Produk K
e Read
s%
ng …
Yes
No
onsumen dal
banner untu
produk dan
Konsumen S
vitas kons
pada keselu
Konsumen S
Yes
No
1
lam memba
uk promo at
harga prod
Seluruh Stor
umen dala
ruhan 11 sto
Seluruh Stor
175
aca
tau
duk
re.
am
ore
re.
176
Tabel 5.1: Tabel Aktivitas Membandingkan Produk Konsumen Seluruh Store.
Total 2628 Average 238.9090909
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa dari 11 store yang diobservasi
terdapat 2.628 kali aktivitas membandingkan produk. Jadi rata – rata setiap 1 store,
konsumen pada store tersebut akan membandingkan produk JC yang satu dengan
yang lainnya kurang lebih 238 kali dalam setiap store.
g). Waktu.
Variabel ini menjelaskan tentang berapa banyak rata – rata waktu yang dihabiskan
oleh konsumen mulai dari masuk store sampai keluar store pada keseluruhan 11 store
yang di observasi.
Tabel 5.2: Tabel Waktu Seluruh Store.
Total 165467 Average 15042.45455
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata – rata waktu yang dihabiskan
oleh konsumen pada setiap store mulai dari masuk store, melihat – lihat produk,
melakukan proses pembayaran, dan seterusnya sampai meninggalkan store adalah
15.042 detik atau sekitar 250, 70757 menit atau sekitar 4, 17845 jam per store.
177
h). Jumlah Accompany Persons.
Variabel ini menjelaskan tentang berapa banyak rata – rata jumlah accompany person
konsumen pada keseluruhan 11 store yang di observasi.
Tabel 5.3: Tabel Jumlah Accompany Persons Konsumen Seluruh Store.
Total 716 Average 65.09090909
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa dari 11 store yang di observasi ada
716 orang accompany person.
i). Jumlah Produk yang di Beli.
Variabel ini menjelaskan tentang berapa banyak jumlah produk yang dibeli oleh
konsumen dalam 100 kali transaksi.
Tabel 5.4: Tabel Jumlah Produk yang Dibeli Konsumen Seluruh Store.
Total 2805 Average 255
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa dari 11 store yang di observasi ada
2.805 item yang dibeli. Berarti setiap 1 store yang di observasi rata - rata ada 255
item yang dibeli.
178
j). Total Transaksi.
Variabel ini menjelaskan tentang berapa jumlah total yang dibayar oleh konsumen
dalam 11 store yang di observasi (dalam satuan Rupiah).
Tabel 5.5: Tabel Total Transaksi Konsumen Seluruh Store.
Total 41,712,500 Average 3,792,045
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari 11 store yang di
observasi dalam setiap store rata – rata mendapatkan sekitar Rp. 3.792.045,-.
k). Jumlah Step.
Variabel ini menjelaskan tentang rata – rata banyaknya jumlah step yang dilakukan
konsumen mulai dari masuk store sampai keluar store dalam 11 store yang di
observasi.
Tabel 5.6: Tabel Jumlah Step Konsumen Seluruh Store.
Total 4625 Average 420.4545455
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa dari 11 store yang di observasi
total step yang ada sebanyak 4.625. Jadi rata – rata jumlah step konsumen pada setiap
store yang di observasi mulai dari masuk store, melihat – lihat produk, melakukan
179
proses pembayaran, dan seterusnya sampai meninggalkan store adalah kurang lebih
sekitar 420 step per store.
Berdasarkan seluruh laporan diatas dimana dari 11 store, setiap store diambil 100
sampel observasi sehingga total sampel adalah 1.100 konsumen, maka dapat
disimpulkan:
1. Sebagian besar konsumen Jesslyn Cakes adalah wanita, mengacu pada hasil
observasi dimana 73 % pelanggan adalah wanita dan 27 % pelanggan adalah pria.
2. Sebagian besar konsumen Jesslyn Cakes berumur 26 – 55 tahun, mengacu pada
hasil observasi dimana 29 % pelanggan berumur 36 – 45 tahun, 25 % pelanggan
berumur 26 – 35 tahun dan 21 % pelanggan berumur 46 – 55 tahun.
3. Sebagian besar konsumen Jesslyn Cakes telah menikah dan memiliki anak,
mengacu pada hasil observasi dimana 64 % pelanggan telah menikah dan memiliki
anak.
4. Sebagian besar konsumen Jesslyn Cakes adalah ibu rumah tannga dan karyawan
swasta, mengacu pada hasil observasi dimana 43 % konsumen berprofesi sebagai ibu
rumah tangga dan 28 % berprofesi sebagai karyawan swasta.
180
5. Sebagian besar konsumen Jesslyn Cakes melakukan aktivitas pembacaan shelf
signage, mengacu pada hasil observasi dimana 81 % konsumen melakukan
pembacaan shelf signage.
6. Sebagian besar konsumen Jesslyn Cakes melakukan aktivitas membandingkan
produk, mengacu pada hasil observasi dimana 79 % konsumen melakukan aktivitas
membandingkan produk. Dan rata – rata aktivitas membandingkan produk pada
setiap store adalah 238 kali.
7. Rata – rata waktu yang dihabiskan oleh konsumen di setiap store adalah 4, 17845
jam per store.
8. Rata – rata accompany persons konsumen per store adalah 65 orang per store.
9. Rata – rata jumlah produk yang dibeli konsumen per store adalah 255 item per
store.
10. Rata – rata setiap store mendapatkan Rp. 3.792.045,-. per 100 orang konsumen.
11. Rata – rata step yang dilakukan konsumen pada setiap store adalah 420 step per
store.
12. Untuk kuesioner dimensi brand personality tidak ada responden yang
beranggapan bahwa Jesslyn Cakes adalah suatu brand yang maskulin, mengacu pada
hasil kuesioner dimana untuk personality “Masculine” hasilnya adalah 0 %.
181
5.2. Saran
Saran – saran yang akan kami berikan adalah berupa rekomendasi strategi
yang dapat dipilih oleh perusahaan yang tentunya dapat disesuaikan dengan
keinginan, kebutuhan, dan kemampuan perusahaan saat ini. Berikut adalah beberapa
strategi dari kami selaku penulis:
Rekomendasi Strategi.
1. Overall Low Cost Provider Strategy.
a). Mass Production.
Strategi ini berfokus kepada produksi massal, dimana strategi ini akan
menggunakan kekuatan distribution channel yang telah dimiliki oleh induk
perusahaan PT. SIB yaitu PT. Garudafood.
Kekurangan dari strategi ini yaitu kompensasi pengurangan varian produk.
Jika memang ingin membidik strategi mass production maka tentu saja tidak semua
varian produk dari JC dapat menerapkan cara ini. Yang memiliki potensi disini adalah
varian roti tawar dan roti potong (roti lembaran) saja misalnya whole wheat loaf,
sandwich loaf, honey loaf, dan lainnya.
Kelebihan dari strategi ini yaitu bisa menjangkau target konsumen yang lebih
luas dan memposisikan diri menjadi produk yang lebih spesifik sehingga bisa
melakukan cutting cost di bagian produksi dan mengincar volume penjualan yang
lebih besar.
182
Strategi ini kami ajukan melihat potensi yang ada dari roti bermerk lain yang
menggunakan strategi mass production yang cukup sukses di pasaran. Hal ini dapat
dilihat dari informasi berikut:
“Produsen roti PT. Nippon Indosari Corp (ROTI) Tbk, terkenal dengan brand Sari Roti, mengumumkan bahwa sales nya meningkat 20 – 25 % dalam paruh pertama tahun ini, melebihi target, menurut Bisnis.com.
Yusuf Hady, direktur operasi dari ROTI, mengatakan bahwa pertumbuhan sales juga didukung oleh penjualan dua produk baru di Semarang dan Medan sejak Mei 2011. Dia berkata bahwa perusahaan memproduksi 1, 2 juta potong roti per hari di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 dimana produksi kurang dari 1 juta potong. “Untuk tahun ini, kami memperkirakan total produksi mencapai 1, 5 juta potong roti”, kata Yusuf.
Yusuf berkata pihak management juga telah menyetujui alokasi 75 % dari net profit tahun 2010 untuk mendanai pembangunan dua pabrik baru yang akan menggunakan dana sebesar Rp. 160 miliar, berlokasi di Cibitung, Jakarta dan Makassar, Sulawesi Selatan.
Saat ini perusahaan menjalankan 4 pabrik, dua berlokasi di kawasan industri Jababeka, satu di Pasuruan, Jawa Timur, dan satu lagi di Semarang, Jawa Tengah.
Perusahaan mentargetkan sales meningkat 20 % tahun ini dan net profit meningkat 30 – 40 %. Perusahaan telah membukukan sales Rp. 612, 19 miliar dan net profit Rp. 99, 78 miliar pada tahun 2010”.
Source: http://www.theindonesiatoday.com/stocks/12303-sari-roti-h1-sales-surpasses-target.html (28 Juli 2011).
183
2. Focused Low Cost Strategy.
a). Campus & University.
Mahasiswa dan mahasiswi di berbagai universitas yang ada di Jakarta
merupakan target pasar yang cukup menarik. Walaupun rata – rata pengeluaran
mereka tidak terlalu besar (Hal ini relatif. Bandingkan pengeluaran mahasiswa dan
mahasiswi Universitas Pelita Harapan misalnya dengan pengeluaran mahasiswa dan
mahasiswi Universitas Multimedia Nasional), mereka bisa menjadi target pasar yang
potensial jika JC ingin mengembangkan bakery nya kearah lifestyle.
Mahasiswa dan mahasiswi di Indonesia kebanyakan akan rela mengeluarkan
uang demi pergaulan sosial dan lifestyle (misalnya menghabiskan waktu nongkrong
di Starbucks bersama teman – temannya). Melihat informasi berikut:
“KOMPAS.com – Meeting di kedai kopi sudah menjadi gaya hidup yang menyenangkan bagi para profesional. Mahasiswa pun kini menggunakan kedai kopi untuk berkumpul bersama teman-teman atau mengerjakan tugas kuliah.
Untuk mendekatkan diri dengan komunitas mahasiswa, Starbucks membuka outletnya yang ke-100 di dalam kampus Universitas Indonesia (UI) Depok. Bertempat di area perpustakaan UI Depok yang baru dibangun dan dilengkapi lab komputer, kehadiran Starbucks memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk nongkrong di gerai kopi premium ini tanpa harus meninggalkan kampus.
“Selama ini Starbucks hadir di mall, hotel, rumah sakit, atau bandara. Sekarang Starbucks memberikan experience baru yakni masuk ke kampus. Apalagi suasana sekeliling perpustakaan UI ini sejuk, pemandangannya langsung ke danau, jadi akan ada hal yang berbeda jika berkunjung ke outlet di sini,” ujar Corry Tjong, Communication Assistant Manager Starbucks Coffee Indonesia pada Kompas Female di Depok, Jumat (24/6/2011).
184
Outlet Starbucks di perpustakaan UI ini menempati area seluas 220 meter persegi dengan pemandangan ke danau dan kantor rektorat. Gerai yang menyediakan 400-an kursi dengan jendela kaca transparan yang besar di berbagai sisi ini akan menjadi tempat yang bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk kerja kelompok menyelesaikan tugas kuliah, maupun sekadar menjadi meeting point sebelum melakukan aktivitas berikutnya.
Outlet ini buka dari hari Senin hingga Jumat pukul 08.00 - 19.00. Untuk Sabtu-Minggu buka pukul 08.00 - 15.00. Namun gerai kopi ini tak hanya boleh dikunjungi mahasiswa dan staf pengajar UI saja, melainkan untuk seluruh customer yang ingin menikmati sajian kopi ala Starbucks”.
Source: http://female.kompas.com/read/2011/06/24/1801163/Kini.Starbucks.Ada.di.Kampus.UI (28 Juli 2011).
Menurut kami strategi ini merupakan strategi yang cukup potensial untuk
memperluas pangsa pasar.
Kelebihan dari strategi ini adalah perusahaan memiliki kesempatan untuk
membangun dan mengkomunikasikan brand JC dimulai dari pangsa pasar yang lebih
terfokus. Memungkinkan juga untuk mencapai volume penjualan yang menjanjikan
di kampus – kampus tertentu.
Kekurangan dari strategi ini adalah perusahaan harus berhati – hati dalam
mengkomunikasikan brand yang ada. Dikhawatirkan jika persepsi brand yang ingin
dikomunikasikan perusahaan berbeda dengan persepsi konsumen terhadap brand
tersebut.
185
3. Focused Differentiation Strategy.
a). Dine In Concept.
Untuk sebuah bisnis food and beverages memiliki tempat yang nyaman bagi
pelanggan untuk menghabiskan waktu merupakan nilai tambah yang cukup
memberikan kontribusi besar bagi perusahaan. Menengok berbagai coffee shop,
bakery, atau restaurant di luar negeri yang memiliki berbagai konsep mulai dari
konsep outdoor, dine in dengan gaya Victorian, restaurant berbentuk lounge bergaya
minimalis, maupun coffee shop bergaya retro, merupakan potensi yang masih dapat
digali oleh banyak bisnis food and beverages di tanah air. Berikut ini adalah sedikit
informasi dari salah satu donut and coffee shop Indonesia yang menerapkan konsep
dine in yang sudah cukup dikenal di kawasan Asia.
“Sejak masuk ke pasar pada pertengahan 2005, J.CO Iangsung menjadi buah bibir, mengalahkan popularitas sang incumbent Dunkin Donuts dan membukukan pertumbuhan penjualan yang tinggi. Padahal saat itu gerai donut cukup banyak. Tapi, sekarang kompetitor yang hanya menjual donut saja perlahan-lahan kuenya semakin mengecil dan J.Co justru mendominasi pasar industri makanan kelas menengah.
Dijelaskan Indriana Listia, Brand Manager J.Co, setelah melewati tahun kelima pihaknya melakukan banyak terobosan. Di antaranya membuat varian produk, ada JCoffe, JCool Yoghurt, Sandwich dan JPop –donut bentuk mini–. Tak hanya menyajikan donut dan coklat, tapi J.Co menghadirkan berbagai pastry dengan rasa baru. Produk berkualitas menjadi salah satu andalan.
Jika tahun pertama gerai J.Co cuma 5 outlet, tahun kedua bertambah menjadi 12 outlet, kemudian tambah lagi menjadi 24 gerai dan kini 95 gerai. Rata-rata hampir setiap tahun jumlah outlet bertambah dua kali lipat.
186
Menjadi salah satu leader di industri makanan adalah misi manajemen J.Co saat ini. Tak pelak momen puncak kejayaan J.Co setelah 5 tahun dengan melakukan ekspansi ke pasar ekspor. Saat ini total outlet J.Co mencapai 95 gerai, 15 diantaranya tersebar di Singapura, Malaysia dan Cina dan 75 gerai tersebar di seluruh Indonesia.
Bagi perusahaan ini, endorsement pengunjung lewat antrian panjang yang mengular di outlet dan media yang menulis cerita tentang kelezatan, kekhasan, dan “kehebohan” J.Co lebih penting ketimbang iklan. Strategi branding ini berhasil menciptakan word of mouth dan menuai publisitas. Dari sisi tampilan outlet, J.Co mencoba menghadirkan nuansa internasional dengan desain minimalis yang simple tapi tetap elegan dan modern.
Manajemen J.Co memegang kepercayaan konsumen sebagai aset, bila konsumen puas sesuai dengan ekspektasinya maka mereka akan terus datang ke JCO. Gerai terlarisnya mampu menjual 14 ribu donat per hari, dimana angka ini belum termasuk pembelian produk lainnya (seperti minuman kopi) oleh pengunjung outlet J.Co yang jumlahnya bisa mencapai 1200 orang per hari”.
Source: http://swa.co.id/2011/02/melalui-positioning-dekat-konsumen-perkembangan-j-co-melesat/ (28 Juli 2011).
Alasan untuk membangun konsep dine in yang memukau konsumen semakin
diperkuat dengan penggalan artikel dibawah ini:
“Pada awal Mei lalu BAKERY INDONESIA mewawancarai Mr. Liu I Ming, seorang bakery consultant dan inovator diberbagai negara sewaktu berada di Jakarta untuk grand launching Mr.Baozi. Liu telah mengunjungi berbagai Negara di Asia, Amerika dan belahan dunia lainnya karena pekerjaannya sebagai konsultan.
Aliran Dua Besar di Asia Dua aliran yang digunakan sebagai barometer di Asia adalah Jepang dan Taiwan karena dapat mendorong pencetus – pencetus bakery di Asia, termasuk Indonesia.
Tipikal bakery Jepang adalah health care (health issue), oleh karena itu pemilihan bahan, topping, dan isi harus memenuhi standar kesehatan yang tinggi. Begitu juga dengan cara packaging dan
187
presentasi produk, bakery – bakery gaya Jepang memberikan kesan yang mewah dan elegan yang kemudian mendorong keputusan dalam penentuan harga jual.
Konsep Trend Bakery Ke Depan “Pada masa sekarang ini ada kemajuan dalam perluasa segmentasi usia konsumen yang membeli roti, tidak hanya ibu atau orang dewasa, remaja juga merupakan target pasar yang sangat potensial. Oleh karena itu diciptakanlah konsep Bakery & Café yang menawarkan dine in untuk menikmati roti sambil minum kopi atau pilihan minuman yang lain”, jelas Liu I Ming. Bakery sekarang adalah pilihan untuk menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, dan rekan bisnis”.
Source: http://www.bakeryindonesiamag.com/en/2010/06/14/liu-i-ming-shares-his-insights-on-innovation-and-bakery-trend/ (26 Mei 2011).
Kelebihan dari strategi ini adalah jika dilakukan secara tepat dan bisa
mendapat tempat yang baik di hati dan pikiran konsumen maka kesuksesan
perusahaan bisa bertahan lama, mengingat bahwa produk JC adalah produk yang
termasuk makanan pokok yaitu roti, bukan makanan musiman yang tergantung trend
seperti froyo (frozen yoghurt), sehingga mendapatkan kepuasan konsumen akan
memberikan kontribusi jangka panjang bagi perusahaan.
Kekurangan dari strategi ini adalah memerlukan biaya, waktu, dan tenaga
yang tidak sedikit untuk mengkonsep ulang mulai dari visi, tujuan, hingga eksekusi
strategi (misalnya standarisasi semua outlet dan store menjadi satu konsep sesuai
dengan visi yang ditentukan maupun mengkomunikasikan kembali nilai – nilai yang
ingin ditonjolkan oleh perusahaan kepada konsumen melalui berbagai campaign dan
advertisement).
188
Jika mempertimbangkan budget constraint untuk melaksanakan rekomendasi
diatas maka ada alternatif lain yang kami rekomendasikan yaitu:
• Menyediakan mesin minuman dan refrigerator minuman di outlet yang dirasa
potensial, misalnya, JC outlet UMN.
• Membuat area dine-in di outlet JC yang dirasa potensial dan memiliki
kapasitas outlet yang memadai, misalnya outlet JC Pluit Village.
b). Mom & Kids or Family Concept.
Strategi ini merupakan salah satu strategi yang paling relevan yang
mencerminkan potensi perusahaan berdasarkan penelitian consumer insight yang
telah kami lakukan di thesis ini. Berdasarkan data observasi dimana sebagian besar
konsumen adalah ibu rumah tangga yang telah menikah dan memiliki anak maka
membidik sasaran dan memaksimalkan potensi baik dari segi produk, promosi, dan
lainnya kearah Mom & Kids menurut kami bisa memberikan kontribusi yang layak
bagi perusahaan.
Untuk segmen Mom sudah jelas dilihat dari hasil observasi thesis ini dimana
sebagian besar konsumen dan pelanggan JC adalah wanita yang sebagian besar
adalah ibu rumah tangga.
189
Sedangkan untuk segmen Kids berikut ini adalah informasi mengenai
perkembangan salah satu bisnis wahana bermain dan belajar anak yang ada di
Jakarta:
“Konsep edutainment dan role play game menjadi kegemaran anak-anak. KidZania Jakarta mengalami lonjakan jumlah pengunjung hingga mencapai kapasitas maksimalnya. "Pada liburan sekolah kali ini, jumlah pengunjung mencapai 1200-an per sesi, itu hanya anak-anak saja, belum termasuk pendamping mereka," ujar direktur KidZania Andhie Saad, kepada INILAH.COM baru-baru ini di Jakarta. Lonjakan ini cukup berarti walaupun jumlah kunjungan rata-rata perhari pada hari biasa mencapai 1.000 orang, anak-anak dan pendamping mereka yang mencapai 30% dari jumlah tersebut. Kawasan hiburan berlokasi Gedung Pacific Place, Kawasan SCBD Sudirman Jakarta yang dibangun dengan nilai total investasi US$ 14 juta itu memang menawarkan soft education yang digemari anak-anak.
Berikut wawancaranya:
Bagaimana pertumbuhan bisnis Kidzania sejauh ini? Sangat bagus. Untuk tahun pertama ini, kami menetapkan target 600.000 pengunjung. Sejak pertama dibuka pada 24 November 2007 hingga saat ini, kami telah mencapai lebih dari 300.000 pengunjung. Jadi sudah lebih dari setengah dan on the track, sesuai target.
Sebagai tempat bermain anak, bagaimana animo masyarakat? Kalau hari biasa, rata-rata pengunjung mencapai seribu orang per sesi, baik anak-anak maupun dewasa. Sementara pada liburan sekolah, jumlah pengunjung mencapai 1200-an orang per sesi, itu hanya anak-anak saja, belum termasuk pendampingnya. Biasanya, jumlah orang dewasa itu sekitar 30%-nya. Jumlah ini sudah mencapai kuota maksimal kami yang 1.208 orang dalam satu sesi, setelah itu tidak masuk lagi.
Berapa jumlah establishment? Kami sekarang punya 62 paviliun atau establishment di KidZania, 43 di antaranya sponsor kami. Masih banyak tempat untuk mereka yang mau mensponsori. Misalnya Metropolitan Theatre, Radio Station,
190
Departement Store, dan beberapa lainnya. Kami juga akan membuka dua establishment baru dalam waktu dekat, yakni Bogasari Pastry Shop dan Kantor Pelayanan Pajak yang telah dibuka mulai Selasa (1/7). Kami juga menggandeng Blue Bird grup, anak-anak akan belajar menjadi penumpang taksi secara mandiri.
Bagaimana kebijakan tarif untuk KidZania? Pengunjung dibagi tiga kelompok. Tarif untuk hari kerja, Senin-Jumat, sekitar Rp 80-90 ribu untuk anak usia 2-3 tahun, Rp 115-130 ribu untuk usia 4-16 tahun, dan Rp 95-105 ribu untuk pengantar. Sementara hari Sabtu-Minggu, libur dan masa liburan, tarif untuk anak 2-3 tahun Rp 100.000, sedangkan kelompok 4-16 tahun dan pengantar Rp 155.000.
Mahal juga ya? Sebenarnya tidak mahal, jika melihat fasilitas dan layanannya, anak-anak bisa bermain di 8-10 establishment dalam satu sesi. Kami juga memberi paket khusus, misalkan untuk kolektif, minimal 20 anak, harganya Rp 85.000 per orang. Ada juga tiga jenis keanggotaan, yaitu KidZania Grey Card seharga Rp 13 juta yang berlaku untuk weekdays, KidZania Ultra Red Card Rp 15 juta berlaku untuk weekend dan libur nasional, dan KidZania Zuper Orange Card Rp 27 juta berlaku setiap hari. Dengan kartu ini, anak bisa datang kapan saja sesuai jenis kartu yang dimilikinya.
Bagaimana strategi promosinya? Di Jabodetabek saat ini ada 4.442 sekolah dasar, TK dan sebagainya. Kami telah menjalin kerjasama dengan 1.193 sekolah yang secara reguler akan menjadwalkan kunjungan anak ke KidZania. Kami juga menawarkan establishment bagi yang mau mensponsori. Biayanya tentu sangat reasonable dibandingkan pengeluaran belanja media mereka. Idenya untuk memberikan informasi mengenai brand tersebut sejak dini. Jadi ini memang brand investment.
Ada rencana ekspansi? Rencananya KidZania akan membuka cabang baru di Dubai dan Korea. Saat ini masih dalam tahap pembangunan. Di Indonesia, kami rencananya mau membuka lagi di Surabaya”.
Source: http://kosmo.vivanews.com/news/read/17954-pengunjung_kidzania_melonjak_dua_kali_lipat (28 Juli 2011).
“Kami mengusung apa yang disebut revolutionary marketing yang berbeda dengan marketing konvensional seperti iklan biasanya.
191
Dalam marketing konvensional, pelanggan tidak terlalu dilibatkan secara langsung. Tapi, sekarang, kami melibat sepenuhnya pelanggan dengan brand yang sedang dipromosikan,” kata Andhie Saad, Chief Executive Officer Kidzania.
Di semua stationer Kidzania, ada berbagai macam brand. Ini bukan sekadar brand sebagai papan nama atau bilboard. Tapi, brand ini memainkan keterlibatan anak-anak. Anak-anak dibawa pada pengalaman behind the scene dari brand tersebut,” imbuh Andhie.
Anak-anak mungkin sudah mengenal beberapa brand seperti cokelat, biskuit Mayora, bank BCA, dan sebagainya. Di Kidzania ini, mereka benar-benar dipertemukan siapa sebenarnya merek-merek tersebut. Misalnya, anak-anak dilibatkan dalam miniatur pabrik biskuit. Mereka bisa bersentuhan langsung apa yang dinamakan tepung terigu. “Bersentuhan langsung itu menjadi kuncinya. Ada pengalaman mencium, memegang, membauhi, mengoperasionalkan, dan sebaginya. Itu pengalaman yang kami bagikan pada mereka,” imbuhnya.
Andhie menambahkan bahwa Kidzania mencoba membidik pasar masa depan. “Semua feature product. Saat ini, mereka bukanlah pembeli efektif. Tapi, ini investasi ke masa depan mereka. Selain itu, anak-anak merupakan influencer bagi orangtuanya. Pada suatu saat nanti ketika mereka dewasa, mereka akan memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan mengacu pada merek-merek yang mereka alami sendiri di Kidzania,” katanya”.
Source: http://www.marketing.co.id/2010/01/13/merebut-hati-dengan-experiential-marketing/ (28 Juli 2011).
Untuk family concept mungkin dapat dikembangkan melalui promosi paket
produk seperti yang telah dilakukan JC saat ini melalui promo Combo I dan Combo II
dimana setiap combo berisi 3 jenis roti yang berbeda – beda. Untuk family concept
mungkin dapat dikembangkan menjadi paket ½ lusin atau 1 lusin (sesuai kebijakan
perusahaan).
192
Kelebihan strategi ini adalah strategi ini sudah sesuai dengan hasil observasi
yang kami dapatkan di lapangan dimana sebagian besar konsumen dan pelanggan
adalah wanita dengan profesi ibu rumah tangga sehingga pangsa pasarnya sudah
jelas.
Kelebihan lainnya yaitu sebagian besar penambahan item dalam transaksi
yang telah kami observasi di influence oleh anak – anak yang merupakan accompany
person dari Mom atau Dad. Sehingga potensi untuk melakukan pendekatan kepada
anak – anak baik melalui varian produk maupun promosi lain seperti store visit atau
berbagai program lain misalnya JC goes to school bagi anak – anak TK maupun SD.
Selain bertujuan untuk membidik pangsa pasar anak - anak juga bertujuan untuk
menanamkan brand JC di benak anak – anak sejak dini, sehingga bukan tidak
mungkin untuk membangun loyalitas kepada brand ini ketika mereka beranjak
dewasa.
Kekurangan dari strategi ini yaitu adanya kemungkinan mengorbankan target
konsumen lain misalnya konsumen pria yang akan menilai bahwa JC merupakan
brand yang feminin atau kiddy brand.
193
c). Healthy Bread.
Di zaman sekarang ini, kebutuhan akan makanan sehat semakin meningkat.
Beberapa tipe alergi tertentu dan penyakit tertentu tidak memperbolehkan
pengidapnya untuk mengkonsumsi makanan seperti orang normal kebanyakan.
Misalnya penyakit diabetes yang membatasi konsumsi gula atau produk lain
yang mengandung glukosa sebagai salah satu bahannya. Penyakit kolesterol yang
harus melakukan diet low fat bahkan non fat. Atau penyakit coeliac disease atau
celiac disease dimana tubuh pengidap tidak bisa memproses gluten yang berasal dari
gandum sehingga menimbulkan gejala alergi seperti sesak napas, kejang, anemia,
dsb. Atau yang lebih ekstrim lagi yaitu pengidap alergi susu (terutama susu sapi
dimana reakssi alergi dipicu oleh sejenis protein yang terdapat dalam susu sapi)
penyakit ini bisa mengakibatkan gejala yang cukup serius misalnya sesak napas,
diare, kejang perut, bahkan kematian jika terlambat ditangani.
Melihat berbagai kemungkinan diatas, diperlikan adanya varian roti yang bisa
dikonsumsi oleh para penderita ini maupun bukan penderita yang memiliki keinginan
untuk menjaga pola makannya. Dalam hal ini JC memiliki beberapa produk yang
dapat menjawab kebutuhan ini. Misalnya produk German Moesli yang tidak
menggunakan gula dan telur sehingga ramah bagi pengidap diabetes dan kolesterol
yang memerlukan makanan rendah glukosa dan rendah lemak.
Untuk kedepannya mungkin bisa meniru bakery – bakery yang ada di Jepang
dimana mereka memproduksi roti yang menggunakan susu kedelai (soy milk) untuk
194
penderita alergi susu, menggunakan tepung jagung atau tepung beras bagi penderita
coeliac disease atau bakery – bakery di US atau Eropa yang menggunakan tepung
buckwheat untuk membuat roti bagi penderita coeliac disease. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di penggalan artikel berikut:
“Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Food Science and Technology, memberitakan bahwa menambahkan 40 % tepung buckwheat dapat menciptakan roti bebas gluten dengan lebih banyak komponen fungsional dan anti oksidan serta kapasitas reduksi yang lebih tinggi.
Tepung buckwheat adalah sumber mineral dan atioksidan alami yang dapat digunakan untuk menciptakan roti bebas gluten jenis baru, seperti yang ditulis oleh para periset yang dipimpin oleh Dr Maria Soral-Smietana dari Polish Academy of Sciences.
Potensi penyembuhan.
Buckwheat telah populer sebagai bahan makanan sehat di banyak negara, dan telah menarik perhatian berbagai peneliti makanan disebabkan efeknnya yang memberikan potensi penyembuhan dan nilai nutrisi yang tinggi.
Tepung buckwheat mengandung protein kulitas tinggi dan kaya antioksidan dan mineral seperti flavonoids, asam phenolic, vitamin B, dan carotenoids.
Studi baru menggunakan tepung dari buckwheat yang umum ditemukan yaitu spesies Fagopyrum esculentum Moench untuk mengganti antara 10 – 40 % tepung jagung yang merupakan komponen utama dari roti bebas gluten untuk membuat roti bebas gluten jenis baru yang diperkaya dengan buckwheat”.
Sources: http://www.bakeryandsnacks.com/On-your-radar/Gluten-free/Coeliac-sufferers-may-benefit-from-buckwheat-enhanced-gluten-free-bread (26 Mei 2011).
Jika hal ini terlalu jauh dari keinginan atau kemampuan perusahaan maka mungkin
sedikit memodifikasi roti dan member label dengan kata – kata high vitamins, high
195
fiber, low fat, atau no preservatives mungkin dapat member kesan yang lebih sehat
dibenak konsumen, seperti yang tercantum dalam penggalan artikel berikut:
“Pertumbuhan demand untuk value nutrisi dan perubahan demografi pasar memberikan insentif yang kuat untuk inovasi di Jepang.
Laporan baru yang dibuat oleh business analyst Datamonitor menjelaskan ledakan produk – produk baru yang memberikan penambahan benefit kesehatan, dan mengobservasi sebuah pergerakan menuju kepada kecenderungan konsumen Western.
Datamonitor melaporkan bahwa kalimat – kalimat seperti “high vitamins”, “high fiber” dan “no preservatives” adalah hal yang banyak dijumpai pada produk produk yang diperkenalkan di market tahun lalu, sehingga memberikan kesimpulan bahwa inovasi produk yang lebih sehat dapat memberikan daya tarik yang tinggi bagi konsumen Jepang yang sensitif dan sadar akan kesehatan”.
Sources: http://www.bakeryandsnacks.com/Markets/Functional-products-are-central-to-Japanese-bakery-and-cereal-innovation (26 Mei 2011).
Jika perusahaan berpikir bahwa hal ini terlalu berlebihan maka pilihan yang
berikutnya adalah pendekatan vegetarian yang merupakan salah satu keunikan
perusahaan saat ini yang belum disadari bahwa keunikan ini harus ditonjolkan.
Dalam observasi yang kami lakukan sangat sedikit bahkan hampir tidak ada
konsumen yang menyadari bahwa produk JC menggunakan bahan – bahan nabati
untuk mengganti produk roti yang menggunakan daging misalnya sosis dari nabati,
abon dari nabati, dan lain – lain.
Pada zaman sekarang ini dimana orang – orang mulai sadar akan kesehatan,
menurut kami ada potensi untuk membidik jenis orang – orang seperti ini. Dan tidak
196
perlu malu atau takut kalah bersaing untuk mengakui bahwa produk perusahaan
adalah produk yang menggunakan bahan – bahan nabati. Tidak ada salahnya untuk
menonjolkan sisi roti vegetarian ini. Karena pangsa pasar yang dibidik yang pada
awalnya kecil seiring pertumbuhan orang yang sadar akan kesehatan makin banyak
maka pangsa pasarnya akan semakin meluas.
Keunggulan dari strategi ini adalah menarik pangsa pasar konsumen yang
sadar akan kesehatan. Sekali mereka tahu bahwa produk perusahaan adalah “produk
sehat” maka dapat dijamin mereka akan kembali datang untuk membeli produk sehat
ini dimana rasanya bisa bersaing atau bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan
produk roti lain yang menggunakan bahan – bahan hewani. Akan tercipta loyalitas
dan alasan untuk kembali membeli produk perusahaan.
Kekurangan dari strategi ini mungkin jika perusahaan ingin membuat roti
bebas gluten atau roti yang ramah bagi penderita alergi susu yang bisa menjadi
pertimbangan adalah pengadaan bahan baku misalnya buckwheat yang memang tidak
tumbuh di Indonesia. Dan juga akan memerlukan training ulang bagi para baker
untuk mempelajari dan membuat resep roti sehat ini, dan seperti yang kita tahu
biasanya training membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Masalah
strandarisasi juga akan memerlukan tambahan waktu dan biaya. Faktor biaya dan
kompleksitas adalah kekurangan terbesar strategi ini.
197
d). Hospital.
Rumah sakit swasta merupakan tempat yang cukup menjanjikan untuk
meraup konsumen yang berpotensial untuk menjadi pelanggan tetap. Banyak rumah
sakit di Jakarta yang memiliki restaurant, bakery, coffee shop, dll. Bakery di
kebanyakan rumah sakit tersebut adalah bakery – bakery milik perseorangan yang
bahkan tidak memiliki brand sama sekali, sehingga masih sangat potensial bagi JC
untuk mengincar pangsa pasar disini.
“Jakarta, Kompas – Rumah sakit swasta di Indonesia yang saat ini berjumlah 653 dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan badan hukum, yaitu yayasan, perkumpulan dan perseroan terbatas. Dalam lima tahun terakhir terdapat pertambahan yang cukup signifikan, yakni adanya 85 rumah sakit berbentuk PT serta 26 rumah sakit berbentuk yayasan berubah menjadi PT.
Pada tahun 1998, jumlah rumah sakit pemerintah 589, sedangkan rumah sakit swasta 491 atau selisihnya 98. Namun, pada 2008, jumlah rumah sakit swasta meningkat menjadi 653, sedangkan rumah sakit pemerintah meningkat menjadi 667.
Sumber: Harian Kompas, Kamis 4 Juni 2009”.
Source:http://www.inisiatif.org/index.php?view=article&id=108%3Arumah‐sakit&option=com_content&Itemid=76&lang=in (28 Juli 2011).
Melihat data yang ada menurut kami rekomendasi ini masih layak untuk dicoba.
Kelebihan dari strategi ini adalah potensi untuk menarik pangsa pasar di beberapa
rumah sakit yang ada, dimana baik pasien maupun pengunjung sering membeli
makanan yang siap makan dan tidak merepotkan.
198
Kekurangan dari strategi ini adalah perlunya penambahan outlet dan negosiasi dengan
pihak rumah sakit terkait.
Berikut beberapa rumah sakit yang kami rekomendasikan yang mungkin bisa
dipertimbangkan untuk melakukan strategi ini:
• Rumah sakit Siloam Kebun Jeruk.
• Rumah sakit Siloam Semanggi.
• Rumah Sakit RSPP.
• Rumah Sakit Pondok Indah.
• Rumah Sakit Puri Indah.
• Rumah Sakit Ibu dan Anak (Menteng).
Jika mempertimbangkan budget constraint untuk melaksanakan strategi diatas
maka ada alternatif lain yang kami rekomendasikan yaitu:
• Membuka outlet yang hanya memiliki konsep outlet drop-off yang dijaga oleh
SPG saja , contoh seperti outlet JC di UMN, tanpa menambah aset mesin dan
baker.
e). Fitness Center.
Pusat kebugaran yang sudah menjamur di Jakarta merupakan sasaran pasar
yang potensial untuk memasarkan konsep “roti sehat” diatas. Biasanya para member
di berbagai pusat kebugaran terutama yang cukup besar misalnya Celebrity Fitness,
199
Fitness First, dan Gold’s Gym sangat memperhatikan pola makan yang sehat
(misalnya rendah lemak, tinggi protein, high fiber, dll).
Lagi – lagi di berbagai pusat kebugaran tersebut yang menyediakan makanan
semacam ini adalah pihak didalam fitness center itu sendiri dimana pilihan variannya
tidak terlalu banyak. JC bisa membidik pasar ini karena seperti yang kita tahu bahwa
berbagai jenis whole wheat bread sudah seperti makanan wajib bagi para body
builder di pusat – pusat kebugaran tersebut. Untuk data mengenai jumlah member
pusat – pusat kebugaran tersebut dapat dilihat dari penggalan artikel dibawah ini:
“Nurul mengakui peningkatan kualitas pelayanan kepada member, termasuk dengan melengkapi fasilitas olahraga, tak lepas dari ketatnya persaingan bisnis pusat kebugaran. Dengan biaya keanggotaan Rp 3-8 juta per tahun, bisnis ini memang bersaing memperebutkan calon anggota dari masyarakat kelas atas sembari menjaga kesetiaan mereka yang telah bergabung sebagai anggotanya.
Boleh dibilang, masyarakat Jakarta memang tengah keranjingan fitness di pusat kebugaran. Fitness First, yang memiliki tujuh cabang di Jakarta, memiliki 28 ribu anggota aktif dari 35 ribu anggota terdaftar. Adapun Gold's Gym memiliki 17 ribu anggota aktif dengan rata-rata kunjungan 800 orang per hari di setiap cabangnya, yang tersebar di sembilan tempat.
Bagi para anggota ini, berolahraga di gym sudah menjadi gaya hidup sekaligus kebutuhan. Setidaknya itu yang dirasakan Febriamy Hutapea, yang kini menjadi anggota dua klub kebugaran sekaligus. - Koran Tempo.com”.
Source: http://www.goldsgym.co.id/newsDetail.php?id=33 (28 Juli 2011).
“Dengan menggabungkan unsur kesehatan, hiburan, dan olahraga di fitness center, kata HENDRA, mampu membuat pergeseran tentang minat perempuan datang ke pusat kebugaran. Ini ditunjukkan dengan data anggota yang ada di Celebrity Fitness, dimana rata-rata
200
setiap outlet-nya 60% adalah perempuan. Berikut penjelasan HENDRA,
Terkait dengan jumlah member Celebrity Fitness di Surabaya, HENDRA mengatakan, dari 3 outlet di Surabaya saja sudah mencapai 12 ribu orang. Supermal sebanyak 6 ribu, sisanya dari Plaza Tunjungan dan Galaxy Mall. “Di Galaxy Mall selama pra sale, sekitar 1500 member. Minimal untuk setiap pembukaan outlet harus bisa mencapai 2000 member. Kita berharap tahun depan, jumlah member di Surabaya sudah naik jadi 24 ribu member. Ini berdasarkan jumlah orang berusia 16 tahun ke atas, menunjukkan potensi pasarnya cukup tinggi serta terus menerus memberikan pemahaman secara benar tentang aktivitas fitness”, paparnya”.
Source: http://www.suarasurabaya.net/v05/kelanakota/?id=b70861acb5cc83567af
596d509bc7f46200739090 (28 Juli 2011).
Untuk meraih potensi yang ada dapat dipertimbangkan untuk mendirikan
outlet dekat dengan pintu masuk di berbagai fitness center yang telah disebutkan di
atas mengingat ribuan member yang mementingkan pola hidup sehat yang bisa
menjadi target yang menjanjikan bagi perusahaan.
Kelebihan dari strategi ini yaitu perusahaan bisa mendapatkan pangsa pasar yang
akan loyal membeli produknya dimana seperti yang telah diketahui bahwa para
member fitness center diatas tidak ragu untuk mengeluarkan biaya lebih demi pola
hidup sehat.
Kekurangan dari strategi ini yaitu pertimbangan dari segi biaya meliputi sewa
tempat, promosi, dan lainnya.
201
Jika mempertimbangkan budget constraint untuk melaksanakan strategi diatas
maka ada alternatif lain yang kami rekomendasikan yaitu:
• Melakukan supply untuk produk roti yang dianggap potensial untuk
kalangan ini, antara lain German Muesli, Whole Wheat Loaf, dan Healthy
Fruit.
f). Beauty Center or Beauty Clinics.
Strategi ini merupakan salah satu strategi yang relevan yang mencerminkan
potensi perusahaan berdasarkan penelitian consumer insight yang telah kami lakukan
di thesis ini. Berdasarkan data observasi dimana sebagian besar konsumen adalah
wanita dan melihat data dari salah satu klinik kecantikan dibawah ini.
“Selama matahari masih bersinar, selama polusi masih ada, maka potensi bisnis perawatan kulit dan kecantikan tetap ada. Mendatangi klinik kecantikan adalah solusi terdekat untuk menyelesaikan persoalan itu.
Kesadaran untuk tampil segar dan cantik tidak hanya datang dari kaum hawa tetapi juga kaum adam. Besarnya minat masyarakat mendorong sejumlah dokter kulit untuk membangun klinik kecantikan bersama seperti yang dilakukan oleh sejumlah dokter yang tergabung dalam manajemen Erha Clinic dan Titi Moertolo. Sudah satu dasawarsa kehadiran Erha Clinic di Indonesia. Klinik perawatan kulit dan kecantikan ini mulai didirikan 1999. Adalah Ronny Handoko, seorang spesialis kulit yang memulai usaha ini. Setelah 10 tahun berdiri, klinik dengan bendera PT Erha Clinic Indonesia ini sudah memiliki 33 cabang di seluruh Indonesia.
Richard menuturkan Arya Group berdiri pada 1999 dengan bisnis pertama PT Erha Clinic Indonesia (Erha Clinic) yang dibuka di kawasan Jakarta Barat. Kini grup tersebut berkembang menjadi tujuh
202
anak perusahaan.Hingga saat ini Erha memiliki sekitar 100 orang dokter di seluruh cabangnya, sebagian besar dokter spesialis kulit. Sementara anggotanya berkisar 500.000 orang yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Dari 33 cabang itu, separuhnya bersifat waralaba, sisanya dikelola oleh manajemen Erha sendiri. Untuk membuka satu lokasi Erha Clinic, diperlukan dana sekitar Rp. l miliar (belum termasuk tempat). Anggaran itu untuk membeli beberapa peralatan medis pendukung seperti laser yang harganya bisa mencapai Rp. 200 juta per unit.
Biaya perawatan
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk sekali datang di klinik bisa menelan biaya sekitar Rp. 100.000 hingga jutaan rupiah. Di klinik Erha, pada kunjungan pertama, pasien akan membayar sekitar Rp. 500.000 hingga Rp. l, 5 juta. Pada saat itu, pasien akan ditangani oleh dokter spesialis plus mendapatkan produk perawatan.
Klinik yang menyasar kaum perempuan usia 25-40 tahun ini, sejak tahun lalu juga mulai mengembangkan perawatannya dengan membuka perawatan rambut (untuk mengatasi kebotakan pada pria dan perawatan kulit anak-anak". Ada sekitar 20% dari tamu kami adalah laki-laki, dan 10% anak dan remaja perempuan," ujar Richard, tambahan juga diberikan oleh klinik kecantikan Titi Moertolo, di antaranya sedot lemak, rambut hingga gigi”.
Source: http://bataviase.co.id/node/290043 (28 Juli 2011).
Maka menurut kami segmen ini merupakan potensi pasar yang tidak boleh
diabaikan.
Kelebihan dari strategi ini adalah strategi ini sudah sesuai dengan hasil
observasi yang kami dapatkan di lapangan dimana sebagian besar konsumen dan
pelanggan adalah wanita dengan profesi ibu rumah tangga sehingga pangsa pasarnya
sudah jelas. Dan jika kita membidik para wanita yang merupakan pengunjung klinik
kecantikan hampir dapat dipastikan bahwa para pengunjung tersebut bukanlah tipe
yang terlalu mempermasalahkan harga selama produknya berkualitas.
203
Kekurangan dari strategi ini adalah perlunya usaha ekstra untuk membuktikan
kualitas produk dan layanan JC sehingga dapat menarik dan menggoda segmen ini
untuk mencicipi dan membeli produk yang ada. Selain itu jika terfokus pada segmen
ini maka adanya kemungkinan mengorbankan target konsumen lain misalnya
konsumen pria yang akan menilai bahwa JC merupakan brand yang feminin.
Jika mempertimbangkan budget constraint maka strategi yang satu ini dapat
dipertimbangkan untuk di pending dahulu, karena strategi ini merupakan strategi
yang dapat dipertimbangkan setelah melakukan beberapa strategi sebelumnya yang
lebih feasible menurut kebijakan perusahaan.
Rekomendasi Lanjutan
Menurut hasil observasi kami, brand Jesslyn Cakes sebaiknya melakukan penajaman
lini produk kearah cake & pastry dikarenakan beberapa faktor yang kami dapatkan
dari berbagai sumber di lapangan,yaitu:
• Nama Jesslyn Cakes sendiri menginterpretasikan bahwa brand ini menjual
cakes, dengan imbuhan nama “Cakes” dibelakang “Jesslyn” maka konsumen
secara langsung dapat mempersepsikan bahwa yang menjadi produk unggulan
dari brand ini adalah lini produk cakes.
204
5.3. Limitasi Penelitian
Beberapa limitasi dalam penelitian kami adalah:
1. Metode non participatory observation yang mencakup variabel umur, status
pernikahan, dan pekerjaan sangat bergantung kepada penilaian (judgement)
dari penulis selaku pengamat (observer). Sehingga walaupun seakurat apapun
penilaian (judgement) penulis, hal ini tentu tetap dapat mengakibatkan bias
pada waktu pengumpulan data.
2. Untuk analisis positioning, penulis tidak melakukan pengumpulan data yang
mendetail mengenai persepsi konsumen secara luas dalam industri ini.
Analisis positioning dalam thesis ini sebagian besar adalah berdasarkan
analisis penulis sebagai pengamat di industri ini, masukan – masukan dari
konsumen hanya sedikit berkontribusi pada analisis positioning dalam thesis
ini.