bab v evaluasi

Upload: rie-widiiasih

Post on 17-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

evaluasi

TRANSCRIPT

A. Timbang Terima

1. Evaluasi Struktur Timbang Terima

Pada pelaksanaan timbang terima Karu, Ketua Tim 1, Ketua Tim2, Perawat pelaksana 1 dan Perawat pelaksana 2 mengerti tugas, peran dan tanggung jawab masing-masing sehingga dalam pelaksanaan timbang terima tidak terjadi kesalahan (over lapping) dalam tugas dan kewajiban baik dalam tindakan keperawatan maupun pada saat timbang terima.

Pada timbang terima sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : buku timbang terima, status pasien dan lembar kerja perawat. Kelompok shift timbang terima sesuai dengan jaga shift antara shift pagi ke shift siang, shift siang ke shift malam dan shift malam ke shift pagi. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift, antara shit malam ke shift pagi dan antara shift pagi ke shift siang. Kegiatan timbang terima antar shift siang ke shift malam dilakukan oleh Ketua Tim/perawat pelaksana yang bertugas saat itu.

2. Evaluasi Proses Timbang Terima

Pada proses pelaksanaan timbang terima sesuai dengan prosedur timbang terima dan sesuai dengan teori dan konsep. Kepala ruangan membuka pelaksanaaan timbang terima, Perawat pelaksana shift Pagi melaporkan keadaan pasien kelolaan kepada Ketua Tim. Kemudian dilakukan klarifikasi ke bed pasien untuk validasi data dari laporan perawat pelaksana malam.Kegiatan timbang terima dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2012. Dalam timbang terima hari itu, I Nyoman Arya Wiryawan sebagai Kepala Ruangan, Luh Putu Ayu Aridayani dan Ni Komang Niantri Elvira sebagai Ketua Tim, Yandri Nelsi Rambu L. dan A.A Istri Wulan Krisnandari sebagai perawat pelaksana pagi, I Putu Adi Kusuma sebagai Ketua Tim Sore, IGA Adisty Pradnya Swari dan Putu Ayu Pratiwi sebagai perawat pelaksana sore. Proses timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan bertugas shift berikutnya, dimana yang berperan melaksanakan timbang terima adalah Ketua Tim pagi yang bertanggung jawab terhadap pasien kepada perawat pelaksana shift berikutnya. Adapun urutan pelaksanaannya dimulai dari nurse station kemudian dilanjutkan mengklarifikasi ke bed pasien. Pelaksanaan timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali yang kondisinya buruk dan perlu perhatian. Setelah itu kembali ke nurse station untuk membahas hal-hal yang kurang jelas dan membutuhkan perhatian dalam perawatan selanjutnya, dan diakhiri dengan penandatanganan buku laporan timbang terima oleh Ketua Tim pagi dan Ketua Tim sore.3. Evaluasi Hasil Timbang Terima

Pada proses pelaksanaan, hasil yang dapat disimpulkan pembimbing dan supervisor adalah baik. Dengan alasan persiapan, pelaksanaan dan program sesuai dengan prosedur timbang terima. Pelaksanaan timbang terima telah dilaksanakan pada setiap pergantian shift dengan baik, hal ini tidak lepas dari kerja sama yang baik dengan perawat Ruang E dan bimbingan dari pembimbing. B. Sentralisasi Obat

1. Evaluasi Struktur Sentralisasi Obat

Sebelum pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan pengisian inform consent. Yang bertanggung jawab dalam sentralisasi obat adalah kepala ruangan, dan didelegasikan kepada Ketua Tim yang bertugas setiap shift selanjutnya pemberian obat kepada pasien didelegasikan kepada perawat Pelaksana. 2. Evaluasi Proses Sentralisasi ObatPelaksanaan sentralisasi obat sudah dimulai dari minggu kedua (tanggal 21 Februari 2012) sampai minggu keempat (11 Maret 2012). Namun acara kegiatan Role Play sentralisasi obat yang dihadiri oleh pembimbing Akademik manajemen keperawatan, kepala ruangan E serta Komite Keperawatan RSUD Klungkung baru bisa dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2012 pukul 11.00 WITA. Kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan skenario dan alur yang telah dibuat. Dalam sentralisasi obat, Kesuma Putra sebagai Kepala Ruangan, Pelaksana. Sebelum dilakukan sentralisasi obat Ketua Tim merencanakan kegiatan untuk sentralisasi obat, kemudian rencana tersebut diajukan kepada kepala ruangan. Ketua Tim meminta persetujuan pasien dan keluarga mengenai sentralisasi obat dan menandatangani informed consent jika pasien dan keluarga setuju. Adisti Pradnyaswari sebagai Ketua Tim, dan Adi Kusuma sebagai PerawatKetua Tim bertugas menulis pada format serah terima obat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak : nama klien, umur, nomor register, nama obat, dosis obat, dan jumlah obat, tanda tangan klien dan keluarga, keterangan dalam daftar pemberian obat. Kemudian obat dicatat dalam buku penerimaan obat. Selanjutnya keluarga atau pasien mendapat penjelasan tentang kapan/bilamana obat tersebut akan habis. Sebelum dilakukan sentralisasi obat, Ketua Tim memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, serta alur dari sentralisasi obat. Selanjutnya Ketua Tim meminta persetujuan sentralisasi obat pada keluarga (inform consent). Serah terima obat dari keluarga pasien kepada Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dilakukan di nurse station, kemudian Ketua Tim dibantu Perawat Pelaksana menjelaskan jenis-jenis obat, dosis, kegunaan obat, jumlah dan waktu pemberiannya. Setelah serah terima obat selesai, Ketua Tim membuat jadwal pemberian obat dan Perawat Pelaksana membagi obat dan memberikan kepada pasien sesuai jadwal pemberian obat. 3. Evaluasi Hasil Sentralisasi Obat

b. Terdapat inform consent sentralisasi obat.

c. Klien dapat menerima sentralisasi obat.

d. Perawat mampu melaksanakan sentralisasi obat sesuai mekanisme yang ada dan perawat mampu mengelola obat dengan prinsip 6B + 1 W.

e. Mendokumentasikan hasil sentralisasi obat.

Sentralisasi obat dapat berjalan dengan lancar, hal ini ditandai dengan respon pasien dan keluarga yang merasa senang karena mendapat penjelasan tentang obat yang akan diberikan serta terkontrol pemakaian obat.1. Discharge Planning

1. Evaluasi Struktur Discharge Planning

Proses discharge planning dapat berjalan dengan baik dengan tersedianya format discharge planning : resume keperawatan, kartu rencana pulang, leaflet tentang penatalaksanaan Asma dirumah. Pengisian resume keperawatan, discharge planning dilakukan oleh PP, sedangkan kartu kontrol dan leaflet diberikan pada pasien saat pulang disesuaikan dengan kondisi pasien saat pulang.

2. Evaluasi Proses Discharge Planning

Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan dari minggu ke-2 s/d minggu ke-5 praktek profesi manajemen keperawatan. Pelaksanaan discharge planning melibatkan PP, PA, Karu dan pasien serta keluarga. Setiap peran melakukan tugasnya sesuai dengan job description.

Kegiatan discharge planning dilakukan pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012 dengan A.A.I Wulan Krisnandari sebagai Kepala ruangan dan Arya Wiryawan sebagai Perawat Primer yang berencana melakukan discharge planning.3. Evaluasi Hasil Discharge Planning

Terdapat kartu Discharge Planning dan leaflet ini berguna sekali bagi pasien dan keluarga untuk mengingat apa yang sudah dijelaskan oleh perawat primer. Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga bisa menyebutkan kembali apa saja yang perlu diperhatikan oleh pasien, kapan waktu kontrol dan tempat kontrol keluarga sudah dimengerti.C. Discharge Planning1. Evaluasi Struktur Discharge Planning

Proses discharge planning dapat berjalan dengan baik dengan tersedianya format discharge planning : resume keperawatan, kartu rencana pulang, leaflet tentang penatalaksanaan Asma dirumah. Pengisian resume keperawatan, discharge planning dilakukan oleh Ketua Tim, sedangkan kartu kontrol dan leaflet diberikan pada pasien saat pulang disesuaikan dengan kondisi pasien saat pulang.

2. Evaluasi Proses Discharge Planning

Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan dari minggu ke-2 s/d minggu ke-5 praktek profesi manajemen keperawatan. Pelaksanaan discharge planning melibatkan Ketua Tim, Perawat Pelaksana, Karu dan pasien serta keluarga. Setiap peran melakukan tugasnya sesuai dengan job description.

Kegiatan discharge planning dilakukan pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012 dengan A.A.I Wulan Krisnandari sebagai Kepala ruangan dan Arya Wiryawan sebagai Ketua Tim yang berencana melakukan discharge planning.3. Evaluasi Hasil Discharge Planning

Terdapat kartu Discharge Planning dan leaflet ini berguna sekali bagi pasien dan keluarga untuk mengingat apa yang sudah dijelaskan oleh Ketua Tim. Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga bisa menyebutkan kembali apa saja yang perlu diperhatikan oleh pasien, kapan waktu kontrol dan tempat kontrol keluarga sudah dimengerti.D. Supervisi Keperawatan

1. Evaluasi Struktur Supervisi Keperawatan

Pada pelaksanaan supervisi, kelompok telah melakukan beberapa persiapan yaitu persiapan instrument penilaian supervisi, format pendokumentasian hasil supervisi, jenis kegiatan yang akan disupervisi, menetapakan supervisor, pembagian peran sebagai Karu, Ketua Tim, Perawat Pelaksana, dan mekanisme yang harus dilakukan saat supervisi, serta melakukan evaluasi kerja. Jenis tindakan keperawatan yang akan disupervisi adalah perawatan luka.2. Evaluasi Proses Supervisi Keperawatan

Supervisi dilakukan secara langsung dan tidak langsung baik oleh kepala ruangan kepada Ketua Tim dan Perawat Pelaksana, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana atau oleh Ketua Tim dan Perawat Pelaksana kepada kepala ruangan. Apabila menemukan suatu masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan perannya, supervisor mencatat dan melakukan klarifikasi atau memberi solusi atas masalah tersebut baik secara langsung dengan menyelesaikan masalah pada saat itu juga maupun secara tidak langsung misalnya supervisor memberi catatan kecil tentang hal-hal yang perlu dilakukan atau diperbaiki. Supervisi keperawatan dengan fokus pada kegiatan perawatan luka dilakukan pada hari Jumat tanggal 3 Maret 2012 jam 09.00 wita oleh Kepala Ruangan ( Yandri Nelsi), supervisor ( Ariani ), terhadap Perawat Pelaksana ( Kesuma Putra dan Ayu Pratiwi). Masing-masing telah melaksanakan tugas sesuai dengan alur supervisi. Sebelum kegiatan dimulai Ketua Tim memanggil Perawat Pelaksana untuk memberitahukan tentang rencana kegiatan supervisi yang akan dilakukan. Kemudian Ketua Tim menghadap Karu untuk meminta persetujuan tindakan supervisi kepada Perawat Pelaksana dengan fokus pada kegiatan perawatan luka. Selanjutnya Ketua Tim dengan ditemani oleh Karu melakukan supervisi pada Perawat Pelaksana dengan fokus pada perawatan luka.3. Evaluasi Hasil Supervisi Keperawatan

Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Ketua Tim yang berperan sebagai supervisor telah didokumentasikan dengan baik sehingga penanggung jawab supervisi dapat menilai jalannya proses supervisi secara keseluruhan berlangsung sudah sesuai dengan instrument yang telah dibuat.

E. Ronde Keperawatan

1. Evaluasi Struktur Ronde Keperawatan

Untuk menunjang terlaksananya ronde keperawatan diperlukan sarana dan prasarana yaitu persiapan pasien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi, lembar inform consent, status pasien dan penyusunan tim ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan mulai dari Karu, Ketua Tim, Perawat Pelaksana dan Konselor.

2. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan

Kegiatan ronde keperawatan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 03 Maret 2012 pukul 09.00 Wita, dengan peran (Karu) Anom Juliarta, (Ketua Tim) Deasy Erawati, (Perawat Pelaksana)Hendra Pradipta. Perawat Konselor A.A.I Wulan Krisnandari. Alur pelaksanaan ronde dimulai dari Ketua Tim yang mengusulkan ronde kepada kepala ruangan, dimana sebelumnya Ketua Tim sudah menyiapkan proposal ronde, menentukan tim ronde, menyiapkan literatur dan telah melakukan informed consent kepada pasien serta menetapkan waktu ronde. Kepala ruangan menyetujui rencana pelaksanaan ronde keperawatan. Pada pelaksanaan ronde kepala ruangan membuka ronde keperawatan kemudian memperkenalkan tim ronde, Ketua Tim menyampaikan identitas dan masalah klien, serta menjelaskan tujuan ronde di nurse station. Ketua Tim membacakan kasus yang dijadikan ronde keperawatan. Karu, tim ronde dan perawat konselor melakukan klarifikasi data ke pasien. Karu, Tim ronde dan perawat konselor kembali ke nurse station untuk mendiskusikan masalah keperawatan klien yang dipimpin oleh kepala ruangan. Kemudian kepala ruangan menyimpulkan bahwa timbul masalah keperawatan yang baru yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan, bersihan jalan nafas tidak efektif, kerusakan integritas kulit, dan risiko infeksi. Dari masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan dianjurkan untuk pendekatan dari keluarga pasien untuk mensuport agar pasien mau makan, kemudian diet klien ditingkatkan dari diet 1900 kkall menjadi 2100 kkall untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat tidak adanya nutrisi yang adekuat untuk menunjang asupan glukosa secara oral dari pasien.

Masalah keperawatan bersihan jalan nafas pasien diperoleh hasil ronde yaitu dikosulkan ke bagian interna untuk memberikan nebulaser ventolin, juga kalau memungkinkan untuk fisioterapi dada. Pasien dianjurkan untuk memberikan minum air hangat.

Masalah keperawatan kerusakan integritas kulit dianjurkan untuk merawat luka pasien setiap pagi dan sore hari, dilakukan miring kanan dan kirikan pasien setiap satu jam, dan sarankan keluarga agar mensuport pasien agar cepat sembuh.

Masalah keperawatan risiko infeksi dianjurkan untuk merawat luka pasien dengan teknik aseptic agar tidak menyebabkan penyebaran infeksi, kosul ke dokter interna untuk mengganti antibiotic yang lebih paten, juga cek DL untuk mengetahui kadar leukosit pasien, dan yg terpenting adalah cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien.Karu, perawat konselor dan pembimbing mengevaluasi pelaksanaan ronde. Ronde ditutup oleh kepala ruangan di nurse station.3. Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan

Pelaksanaan ronde keperawatan telah dilaksanakan oleh kelompok yang diikuti oleh kepala ruangan ruang interna E RSUD Klungkung, pembimbing klinik, Kepala Bagian Jibang, Kepala Bagian Keperawatan, kepala Instalasi Gizi, pembimbing akademik. Secara umum pelaksanaan ronde keperawatan tidak ada kendala, pasien dan keluarga mampu bekerjasama dengan baik. Masukan yang diberikan oleh pembimbing klinik meliputi kejelasan peran dari Ketua Tim dalam memvalidasi data pasien sesuai dengan alur yang telah ditentukan, serta peningkatan peran kepala ruangan agar lebih aktif dalam memotivasi peserta ronde keperawatan. Masukan dari pembimbing akademik adalah alur ronde perlu diperjelas lagi agar masing masing peran berjalan dengan baik. Masukan dari ka. Jibang yaitu lebih memperjelas lagi riwayat pasien mulai dari IRD sampai sekarang, hasil pemeriksaan GDS setelah pengecekan lebih cepat ditindak lanjuti. Masukan dari Ka. Keperawatan yaitu menyarankan untuk melibatkan dokter dalam pelaksanaan ronde, Alur ronde diperjelas lagi biar lebih bagus jalannya ronde. Masukan dari kepala instalasi gizi yaitu lebih detail lagi dalam menganamase kebiasaan makan pasien dirumah, apa yang biasa dikonsumsi untuk penyesuaian di rumah sakit, TB dan BB pasien di kaji lebih lanjut guna menentukan status gizi pasien.