bab v analisis untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi...

36
25 Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ini, penulis menggunakan teori komunikasi budaya. Karena topik bahasan dari skripsi ini adalah perbedaan budaya antara penulis dengan murid, guru, serta masyarakat yang ada di negara Thailand. Selain komunikasi lintas budaya, penulis juga menggunakan teori komunikasi antar pribadi serta penetrasi sosial untuk melihat bagaimana proses komunikasi antar pribadi dengan murid, guru, serta masyarakat Thailand serta bagaimana penulis mencoba membuka diri untuk menyesuaikan dengan kebudayaan Thailand. 5.1 Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya merupakan proses yang mempelajari komunikasi baik antar individu maupun kelompok suku bangsa dan ras yang berbeda. Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada proses pertukaran pesan yang terjadi antara ras, suku, bangsa, serta kebudayaan yang berbeda. Komunikasi lintas budaya juga menekankan pada perbandingan pola komunikasi antar pribadi pada komunikator maupun komunikan yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Dalam menganalisis proses komunikasi lintas budaya yang terjadi, penulis mengunakan pendekatan adaptasi dan konlik lintas budaya. Dimana dalam pendekatan adaptasi melihat bagaimana penulis beradaptasi dengan budaya yang berbeda dan menyesuaikan diri. Sedangkan dalam konflik sosial melihat bagaimana penulis mengalami konflik baik dari dalam diri sendiri, dengan kegiatan sekolah yang berbeda dari Indonesia, maupun lingkungan sosial di Thailand akibat perbedaan budaya. 5.2 Komunikasi Antar Pribadi dan Penetrasi Sosial Teori selanjutnya yang penulis gunakan adalah teori komunikasi antar pribadi dan penetrasi sosial. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang terjadi antar dua orang, adanya umpan balik dan bersifat dua arah. Proses komunikasi antar pribadi sendiri terjadi dalam bentuk kontak langsung. Dalam komunikasi antar pribadi penulis ingin melihat bagaimana proses komunikasi antar pribadi baik dengan murid, guru, maupun teman-teman sesama guru Sawasdee Project 21. Teori penetrasi sosial menjelaskan bagaimana berkembangnya kedekatan hubungan terutama hubungan interpersonal atau bisa disebut antar pribadi. Hubungan interpersonal

Upload: tranthien

Post on 20-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

25

Bab V

ANALISIS

Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ini, penulis menggunakan teori

komunikasi budaya. Karena topik bahasan dari skripsi ini adalah perbedaan budaya antara

penulis dengan murid, guru, serta masyarakat yang ada di negara Thailand.

Selain komunikasi lintas budaya, penulis juga menggunakan teori komunikasi antar

pribadi serta penetrasi sosial untuk melihat bagaimana proses komunikasi antar pribadi

dengan murid, guru, serta masyarakat Thailand serta bagaimana penulis mencoba membuka

diri untuk menyesuaikan dengan kebudayaan Thailand.

5.1 Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya merupakan proses yang mempelajari komunikasi baik antar

individu maupun kelompok suku bangsa dan ras yang berbeda. Komunikasi lintas budaya

lebih menekankan pada proses pertukaran pesan yang terjadi antara ras, suku, bangsa,

serta kebudayaan yang berbeda. Komunikasi lintas budaya juga menekankan pada

perbandingan pola komunikasi antar pribadi pada komunikator maupun komunikan yang

memiliki kebudayaan yang berbeda.

Dalam menganalisis proses komunikasi lintas budaya yang terjadi, penulis

mengunakan pendekatan adaptasi dan konlik lintas budaya. Dimana dalam pendekatan

adaptasi melihat bagaimana penulis beradaptasi dengan budaya yang berbeda dan

menyesuaikan diri. Sedangkan dalam konflik sosial melihat bagaimana penulis mengalami

konflik baik dari dalam diri sendiri, dengan kegiatan sekolah yang berbeda dari Indonesia,

maupun lingkungan sosial di Thailand akibat perbedaan budaya.

5.2 Komunikasi Antar Pribadi dan Penetrasi Sosial

Teori selanjutnya yang penulis gunakan adalah teori komunikasi antar pribadi dan

penetrasi sosial.

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang terjadi antar dua orang, adanya

umpan balik dan bersifat dua arah. Proses komunikasi antar pribadi sendiri terjadi dalam

bentuk kontak langsung. Dalam komunikasi antar pribadi penulis ingin melihat bagaimana

proses komunikasi antar pribadi baik dengan murid, guru, maupun teman-teman sesama

guru Sawasdee Project 21.

Teori penetrasi sosial menjelaskan bagaimana berkembangnya kedekatan hubungan

terutama hubungan interpersonal atau bisa disebut antar pribadi. Hubungan interpersonal

Page 2: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

26

yang baik akan berakhir menjadi teman terbaik hanya jika mereka memproses dalam

sebuah “tahapan dan bentuk yang teratur dari permukaan ketingkatan pertukaran yang

intimsebagai fungsi dari hasil langsung yang diperkirakan.

Terdapat tahapan-tahapan hubungan interpersonal hingga sseseorang menjadi akrab

bahkan intim dengan orang lain.

1. Pengungkapan diri

2. Kedekatan melalui pengungkapan diri

3. Kedalaman dan luasnya penyingkapan diri – keintiman

4. Pengaturan kedekatan berdasarkan penghargaan dan biaya

5. Evaluasi: penarikan kembali dan penetrasi soisal

5.3 Kasus-Kasus Yang Terjadi Selama Sawasdee Project 21

5.3.1 Guru dan Murid di Kelas

Penulis sebagai guru disini mengajar kelas 1 hingga kelas 3 di sekolah Don Kra

Bueng. Jujur saja mengajar merupakan pengalaman baru bagi penulis. Penulis belum

pernah mengajar baik untuk perorangan maupun mengajar untuk kelas.

Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar di kelas merupakan pengalaman

baru bagi penulis. Penulis juga harus mengajar murid yang berasal dari negara yang

berbeda. Bisa dipastikan bahwa terdapat banyak kebuadayaan yang berbeda antara

penulis sebagai guru dan orang asing serta para murid yang merupakan orang lokal.

Perbedaan budaya yang terjadi baik dari segi bahasa, kebiasaan, serta norma atau nilai

yang berlaku.

Mengajar bahasa Inggris di Thailand bukan hal yang mudah. Penulis sering

bingung bagaimana cara menyampaikan materi agar para murid dapat mengerti dengan

cepat dan mengingat materi tersebut. Metode belajar bahasa Inggris di Thailand lebih

cenderung ke menghafalkan daripada memahami. Mereka sering diberi kosakata bahasa

Inggris, mencatat, dan membaca. Tapi, jika kita menunjukan kata bahasa Inggris secara

acak mereka akan kebingungan. Penulis biasanya mengajak para murid untuk membaca

kata dalam bahasa Inggris selama berkali-kali. Penulis sering mengulang satu kata yang

disebutkan secara tidak benar. Penulis akan melakukannya sampai para murid

mengucapkan kata dengan benar.

Page 3: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

27

Setelah membaca bersama, penulis akan menyuruh para murid untuk

mengerjakan tugas di lembar kerja murid. Hal yang mengejutkan bagi penulis adalah,

ketika penulis hanya menyuruh para murid untuk mengisi 1 tugas di lembar kerja

murid, mereka akan mengisi beberapa tugas setelahnya. Penulis juga biasanya berkata

jika tidak mengerti boleh bertanya, maka banyak sekali murid yang mengangkat tangan

mereka. Akhirnya penulis datang kesetiap meja dan membantu mereka untuk

mengerjakan tugasnya. Beruntung susunan meja di sekolah menulis bukanlah susunan

meja untuk perorangan melainkan dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil. Dimana

1 kelompok kecil terdiri dari 3 hingga 5 meja kursi, sehingga memudahkan penulis

untuk keliling melihat para murid dan membantu mereka.

Penulis sempat diberitahu oleh teman penulis bernama Danu bahwa murid-murid

di Thailand suka sekali mewarnai. Danu sendiri merupakan peserta Sawasdee Project

pada tahun 2015. Setelah mengetahui hal itu penuli mencoba memanfaatkan kegiatan

mewarnai sebagai sarana untuk belajar bahasa inggris. Ketika penulis memasuki kelas

dan berkata bahwa kegiatan hari ini adalah mewarnai reaksi ara murid tampak senang.

Bahkan ada yang memberika penulis permen. Tidak hanya mewarnai, penulis juga

meminta para murid untuk menamai obyek pada gambar dalam bahasa inggris. Penulis

berharap dengan kegiatan tersebut para murid jadi lebih mudah untuk mempelajari kata

baru dalam bahasa inggirs.

Selain mewarnai, penulis pernah mengajak murid kelas 3 untuk melipat kertas

dan membentuknya menjadi panda. Penulis juga memberikan arahan dalam bahasa

inggris secara perlahan di depan kelas agar para murid bisa mengerti dan mengikutinya.

Apabila ada murid yang kewalahan penulis akan menghampiri serta membantunya.

Penulis juga pernah mengajak murid kelas 2 dan 3 untuk bermain hangman.

Penulis membuat garis-garis kosong yang akan diisi huruf-huruf dan membentuk 1 kata

dalam bahasa inggris. Apabila mereka berhasil mereka tidak akan mendapat gambar

orang dengan leher yang tergantung tali, tetapi apabila mereka gagal mereka akan

mendapatkan gambar tersebut. Bagi penulis permainan ini cukup menyenangkan,

ditambah ketika melihak wajah panik para murid ketika mereka mendapat gambar

tersebut. Penulis akan tersenyum dan berusaha menahan tawa. Penulis juga senang

ketika para murid berhasil memecahkan kata yang dimaksud penulis. Menurut penulis

Page 4: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

28

permainan ini membantu mereka untuk mengeja huruf dan menghafal 1 kata bahasa

inggris. Penulis merasa jika para murid juga sangat menikmati permainan ini.

1. Bahasa

Perbedaan bahasa merupakan perbedaan yang paling mencolok diantara

penulis dan para murid. Penulis hanya bisa berbicara bahasa Indonesia dan

Inggris secara lancar. Sedangkan para murid tidak dapat berbicara bahasa

Inggris dengan lancar. Pada awalnya penulis kebingungan bagaimana harus

menyampaiakan materi bahasa inggris kepada murid-murid disana.

Beruntung penulis dibantu oleh guru wali atau guru mata pelajaran bahasa

inggris untuk menerangkan materi.

Akan tetapi penulis selalu dibantu oleh mereka. Terkadang penulis ditinggal

oleh guru wali dan dibiarkan mengajar sendirian. Akhirnya penulis

mencoba sebisa mungkin menerangkan materi sesederhana mungkin

dengan mengajak murid membaca atau mengeja kata bahasa inggris,

menggambar benda dalam bahasa inggris, bermain hangman, mewarnai,

atau memberi tugas untuk mengerjakan soal yang ada dibuku tugas mereka.

2. Kebiasaan

Kebiasaan murid di kelas sangat beragam. Ada yang memperhatikan, sibuk

mengobrol, bahkan mainan sendiri, berlarian, dan mengganggu teman atau

penulis.

Pengalaman menarik bagi penulis adalah ketika penulis akan menuju ke

kelas 1. Ruangan penulis yang disediakan sekolah berada di lantai atas,

sedangkan ruangan kelas 1 berada di lanntai bawah. Ketika penulis

menuruni tangga, beberapa murid sudah menunggu dibawah tangga dan

menarik tangan penulis agar segera masuk kedalam kelas. Setelah penulis

amsuk kedalam kelas mereka berteriak kegirangan. Jujur saja hal tersebut

membuat penulis senang dan juga bingung. Hal tersebut tidak terjadi di

kelas 2 dan 3.

Kebiasaan lainnya ketika mereka meminta izin untuk pergi ke toilet atau

mengambil air minum di belakang kelas mereka. Para murid biasanya

menggunakan bahasa Thailand untuk meminta izin kepada penullis.

Meskipun mereka mengetahui kalau penulis tidak bisa bahasa Thailand dan

penulis merupakan orang asing. Tapi mereka tetap melakukannya. Ada juga

Page 5: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

29

beberapa murid yang menggunakan bahasa Inggris untuk meminta izin

mengambil minum atau pergi ke toilet.

Ketika selesai mengajar di kelas 1 dan 2, penulis selalu di kerumuni para

murid untuk dipeluk. Pernah suatu kali penulis berteriak secara spontan

karena penulis hampir jatuh ketika dipeluk.

3. Norma atau nilai

Untuk norma dan nilai menurut penulis hampir sama dengan norma atau

nilai yang ada di Indonesia. Ketika guru memasuki ruangan ketua kelas

akan memberikan aba-aba supaya para murid lainnya memberi hormat

kepada yang lain. Akan tetapi ada sedikit perbedaan yang penulis rasakan.

Ketika kelas ribut biasanya guru Thailand akan memukul papan tulis

dengan kayu panjang atau penggaris dengan keras suapaya semua murid

diam. Ketika ada murid yang dianggap membuat masalah atau kekacauan

maka murid tersebut akan dipukul dengan kayu panjang atau tangan sang

guru sendiri.

Meskipun ketika SD penulis melihat hal yang sama, akan tetapi dengan

maraknya isu Hak Asasi Manusia dan perlindungan anak di Indonesia saat

ini. Hal tersebut bisa dibilang langka di temui di sekolah yang ada di Negeri

ini.

Pernah penulis disodorkan kayu panjang oleh murid untuk membuat kelas

agar lebih tenang atau mendisiplin murid. Penulis pernah memukul papan

tulis untuk mendapatkan perhatian murid tapi gagal. Akhirnya penulis

mencoba diam dan menunggu agar para murid diam dengan sendirinya.

Beruntung cara penulis untuk memilih diam cukup berhasil. Akhirnya para

murid diam dan lanjut memperhatikan penulis.

Page 6: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

30

Berikut ini adalah beberapa gambaran ketika berada di kelas dengan para murid:

gambar 5.3.1.1 : hari pertama perkenalan dengan seluruh murid di kelas 3

Gambar 5.3.1.2: suasana kelas 2 yang ramai hampir setiap hari

Gambar 5.3.1.3: suasana kelas 1

Page 7: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

31

5.3.2 Guru dan Murid di Luar Kelas

Interaksi antara penulis sebagai guru dan murid tidak hanya berlangsung di dalam

kelas. Interaksi juga terjadi di luar kelas. Misalnya, pada saat jam istirahat, jam pagi

sebelum masuk kelas, jam pulang sekolah, bahkan ketika tidak sengaja berpapasan di

luar sekolah.

Ketika istirahat, meja makan para guru dan para murid berbeda. Biasanya guru

akan mendapat lebih banyak macam lauk untuk makan siang dan air es untuk minum.

Sedangkan murid hanya mendapat nasi dan satu macam lauk. Sebelum para murid

makan, mereka harus berbaris untuk mengambil makanan, lalu duduk, dan

mengucapkan doa sebagai ucapan syukur atas makanan mereka. Setelah berdoa mereka

makan. Ketika para murid selesai menghabiskan makanan mereka, mereka menaruh

piring kotor mereka ke tempat cuci piring. Disana ada petugas yang akan mencucinya.

Terkadang ada juga murid yang membantu untuk mencuci. Setelah makan biasanya

para murid akan bermain atau membeli jajanan di kantin sekolah mereka. Ada yang

membeli makanan ringan dan ada yang membeli es krim. Harga makanan ringan dan es

krim di kantin terbilang murah sekitar 5 Baht atau Rp2.000,00 hingga 20 Bath atau

Rp8.000,00. Sedangkan para guru biasanya ketika makan siang mereka akan mengobrol

dengan sesama guru lainnya. Tidak banyak guru yang mengajak ngobrol panjang

dengan penulis karena keterbatasan bahasa Inggris mereka serta keterbatasan bahasa

Thailand penulis. Ketika makan siang menulis biasanya hanya mengambil 1 atau 2

macam lauk yang ada. Karena penulis tidak memilik halangan dalam makanan seperti

alergi atau pantangan makan daging tertentu seperti daging babi, penulis sering

mendapat makanan dengan daging babi di dalamnya. Bisa dibilang hampir setiap hari

di sekolah penulis memakan daging babi. Jarang sekali penulis makan daging ayam,

ikan, bahkan sapi. Ketika di Indonesia penulis sebih sering makan ayam maka di

Thailand penulis lebih sering makan babi.

Setelah makan penulis menaruh piring, sendok garpu, serta gelas kotor ketempat

cuci piring lalu pergi. Biasanya penulis akan menghampiri beberapa murid untuk

bercanda sebentar atau sekedar bertanya “apakah mereka sudah makan”. Terkadang

penulis juga mengajak murid untuk berfoto. Pengalaman yang paling berkesan ketika

penulis melihat murid kelas 3 makan es krim penulis berkata “es krim yang enak” lalu

pergi ke toilet sebentar untuk buang air. Ternyata murid dan temannya yang memakan

Page 8: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

32

es krim menunggu penulis di depan pintu toilet. Ketika pintu dibuka penulis ditawari es

krim oleh mereka. Jujur saja penulis sangat kaget dan senang, karena itu pertama

kalinya penulis ditawari es krim oleh anak yang usianya jauh dibawah penulis. Tapi

sayang sekali, dengan berat hati penulis harus menolak tawaran mereka karena penulis

sedang mengalami flu berat sejak akhir Desember hingga minggu kedua Januari.

penulis melihat wajah kecewa murid dan sangat berat hati, tapi jika penulis terima

mungkin flu yang penulis derita akan bertambah parah.

Ketika pagi hari sebelum pelajran dimulai biasanya ada murid yang mendatangi

gurunya untuk membantu membawakan tas guru tersebut. Biasanya para guru akan

masuk ke ruang rapat untuk mengisi absensi lalu menuju ruangan masing-masing.

Ketika penulis berjalan ke ruangan penulis yang ada di lantai 2 beberapa murid kelas 1

dan 2 menyapa dengan menaruh kedua tanggan di depan dada atau disebut “wai”

sambil berkata “Sawasdee ka/kab” atau “Good Morning, teacher”. Ada juga yang

menyapa dengan toss atau “high-five” ada juga yang memeluk dan menarik tangan.

Ketika sampai di lantai 2 penulis juga disapa oleh beberapa murid kelas 3 dengan

sapaan “Good Morning, teacher”

Beberapa gambar penulis dengan murid-murid di luar kelas:

Gambar 5.3.2.1: dengan beberapa murid kelas 2 pada jam istirahat

Page 9: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

33

Gambar 5.3.2.2: dengan beberapa murid TK. Warna jingga untuk murid TK A dan hijau

untuk murid TK B

Gambar 5.3.2.3: dengan salah satu murid kelas 2 (yang memakai baju kuning) dan 3 (yang

memakai baju putih)

Page 10: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

34

Gambar 5.3.2.4: menu makan siang untuk para guru.

Page 11: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

35

5.3.3 Guru dengan Kegiatan Sekolah

Setiap pukul 8 pagi, selalu diadakan upacara bendera. Berbeda dengan di

Indonesia yang mengadakan upacara bendera setiap hari senin, di Thailand upacara

bendera dilakukan setiap hari pada pukul 8 pagi hingga setengah 9. Pada saat upacara

para murid menyanyikan lagu kebangsaan Thailand untuk mengiringi pengibaran

bendera Negara Thailand. Setelah mereka menyanyikan lagu kebangsaan dan bendera

sudah berada di puncak tiang bendera, pemimpin upacara yang terdiri dari 2 orang

murid biasanya dari kelas 4 hingga kelas 6 mengucapkan doa kepada Buddha di

mimbar upacara. Setelah mengucapkan doa, mereka akan mengatakan “we morn the

loose of our beloved King and we pray that He reaches Heaven Safely” perlu diketahui,

keadaan masyarakat di Thailand masih dalam keadaan berduka pasca wafatnya Raja

Bhumibol Adulyadej Rama IX. Setelah mengucapkan kalimat tersebut para murid

memberikan penghormatan dan menyanyikan lagu penghormatan untuk Raja mereka.

Setelah lagu selesai pemimpin upacara mengundang apara guru unuk maju kedepan

agar diberi hormat oleh para murid. Penulis juga sering disuruh maju kedepan oleh

beberapa murid. Setelah maju, para purid mengucapkan “Sawasdee Ka/Khab” sambil

menaruh kedua tangan di depan dada mereka. Setelah memberi penghormatan kepada

para guru, mereka menghadap kearah teman mereka masing-masing dan memberi

salam dengan cara yang sama. Setelah memberi salam pemimpin upacara turun dari

mimbar upacara digantikan oleh 1 orang murid yang akan memimpin senam pagi. Para

murid mengikuti aba-aba pemimpin senam dengan baik. Setelah senam pagi salah satu

guru akan naik ke mimbar upacara untuk menyampaikan beberapa pengumuman atau

penulis sebut sebagai amanat upacara. Setelah amanat upacara selesai diucapkan, para

murid kembali ke kelas mereka masing-masing, begitu juga dengan para guru.

Selain upacara yang diadakan setiap pagi, ada 2 kegiatan sekolah lainnya yang

biasa dilakukan para murid yang membuat penulis merasa “ini adalah hal baru”.

Kegiatan pertama, minum susu. Setiap pukul setengah 11 murid-murid akan keluar

kelas, duduk di koridor depan kelas mereka sambil meminum susu. Susu yang mereka

dapatkan adalah susu dingin yang disuplai dari parbirk susu distrik Nong Pho. Setelah

mereka meminum susu sampai habis, mereka kembali ke kelas masing-masing untuk

belajar.

Page 12: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

36

Kegiatan lainnya adalah olahraga bersama setiap rabu sore sekitar pukul hingga

waktu pulang sekolah tiba. Untuk kegiatan olahraga, ini adalah program dari

pemerintah untuk setiap sekolah Negeri di Thailand. Don Kra Bueng School

merupakan sekolah negeri, maka dari itu Don Kra Bueng School juga menerapkan

kegiatan ini setiap hari Rabu. Jujur saja untuk kegiatan olahraga setiap hari Rabu,

penulis hanya mengikutinya selama 2 kali dalam kurn waktu 6 minggu. Alasanya

karena penulis kelelahan setelah mengajar.

Selain itu, setiap seminggu sekali salah satu kelas dan guru akan mengunjungi

kuil yang berada di depan sekolah untuk beribadah sejenak dan memberi persembahan

untuk para Biksu disana. Kata salah satu teman penulis bernama Erin, persembahan

yang diberikan sekolah kepada para Biksu bisa berupa makanan atau beasiswa untuk

belajar di Universitas. Pada hari dimana akan ke Kuil setiap orang di Sekolah akan

memakai baju berwarna putih. Bahkan penulis juga diminta untuk memakai baju putih.

Kunjungan ke Kuil dilakukan pada jam pelajaran pertama setelah upacara. Setelah

selesai para murid yang ditunjuk untuk mengunjungi Kuil kembali ke kelas untuk

belajar lagi.

Pada tanggal 13 Januari 2017, sekolah tempat penulis mengajar mengadakan

perayaan Hari Anak Thailand. Perayaan tersebut dimulai setelah upacara pagi. Semua

murid dan guru berkumpul di aula untuk merayakan hari anak. Terdapat beberapa

pertunjukan dari para murid, acara menyanyi bersama, dan pembagian hadiah. Haidah

yang dibagikan bermacam-macam, ada sepeda, boneka, makanan ringan, kasur, bahkan

uang tunai atau beasiswa. Selain itu ada beberapa stand makanan dan minuman yang

dibuka di dalam aula. Makanan dan minuman disana diberikan secara gratis kepada

para murid dan guru yang ada. Pada saat jam makan siang semua murid dan guru pergi

ke stand makanan atau minuman yang ada dan mengambilnya. Bahkan bisa mengambil

makanan yang sama secara berkali-kali tergantung persediaan yang ada di meja stand.

Setelah makan siang para murid dan guru melanjutkan acara pembagian hadiah hingga

jam 12:30. Setelah acara selesai semua murid kembali pulang. Yang menarik selama

perayaan Hari Anak di sekolah penulis diminta oleh beberapa murid untuk berfoto, baik

murid taman kanak-kanak maupun murid kelas 6. Penulis menanggapi dengan senang

dan merasa tidak keberatan. Karena penulis memang ingi agar bisa dekat dengan para

murid. Maka dari itu penulis tidak keberatan jika harus berfoto dengan para murid.

Page 13: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

37

Sedangkan keesokan harinya terdapat perayaan hari anak di lapangan dekat

sekolah. Acaranya hampir sama dengan yang di sekolah, ada pertunjukan, pembagian

hadiah, dan makanan. Akan tetapi ada pembagian makanan untuk para Biksu dan stand

permainan disana. Disamping itu pengunjung yang datang juga lebih banyak daripada

yang di sekolah serta acaranya selesai lebih lama. Karena hadiah yang dibagikan lebih

banyak. Bahkan ada anak yang mendapat kursi berroda seperti yang ada di kantor

kebanyakan.

Gambar 5.3.3.1: salah satu anak mendapat kursi kantor pada saat perayaan Hari Anak di Desa

Gambar 5.3.3.2: suasana perayaan Hari Anak di Sekolah

Page 14: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

38

Gambar 5.3.3.3: hadiah yang dibagikan pada perayaan Hari Anak di Sekolah

Gambar 5.3.3.4: hadiah berupa uang beasiswa yang dibagikan pada perayaan Hari Anak di Sekolah

Gambar 5.3.3.5: makanan pada perayaan Hari Anak di Sekolah

Page 15: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

39

Gambar 5.3.3.6: makanan pada perayaan Hari Anak di Sekolah

Gambar 5.3.3.7: salah satu kegiatan di Kuil dekat Sekolah

Gambar 5.3.3.8: upacara bendera pada pagi hari

Page 16: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

40

Gambar 5.3.3.9: upacara bendera pada pagi hari

Gambar 5.3.3.10: pembagian susu

Gambar 5.3.3.11: olahraga rutin setiap hari Rabu

Page 17: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

41

5.3.4 Guru Indonesia dengan Guru Thailand

Guru-guru di sekolah cukup banyak, ada beberapa guru yang mengajar di mata

pelajaran tertentu dan yang lainnya menjadi wali kelas dan mengajar begitu banyak

mata pelajaran di kelas mereka masing-masing. Guru-guru juga membantu penulis

ketika penulis menyampaikan materi dalam bahasa inggris. Mereka akan

menerjemahkan apa yang penulis katakan kepada para murid agar mereka dapat

dimengerti para murid. Selain menerjemahkan, para guru juga membantu penulis untuk

menenangkan para murid ketika mereka sedang ribut di kelas.

Tidak hanya membantu ketika di kelas, para guru juga membantu penulis ketika

membutuhkan transportasi ke van station untuk ke Bangkok dan untuk pergi ke Tesco

Lotus (Hypermarket sekelas Transmart, Hero, Lotte Mart, atau Hypermart jika

dibandingkan dengan Indonesia) atau ke 7Eleven untuk membeli beberapa keperluan

logistik penulis seperti air mineral, makanan kecil, mie instan, perlengkapan mandi,

kantong plastik, tissue, bahkan paket data. Tidak hanya mengantar, terkadang beberapa

guru juga mengajak penulis untuk jalan-jalan di Tesco Lotus, pabrik susu Nong Pho,

Big Market, Ban Pong, dan beberapa tempat lainnya.

Guru-guru di Sekolah sangat baik dan perhatian, mereka akan khawatir jika

penulis pergi sendirian. Mereka akan memastikan jika ada teman yang ikut pergi

dengan penulis. Contohnya saja ketika penulis meminta izin untuk pergi ke Bangkok,

Kru (sebutan untuk guru) Noei berkata bahwa penulis harus pergi bersama teman. Dia

khawatir jika penulis pergi sendirian karena penulis adalah orang asing dan perempuan.

Menurutnya, sangat tidak aman bagi orang asing untuk pergi jauh sendirian terutama

jika ia adalah perempuan.

Selain masalah kekhawatiran, penulis juga sering diberikan banyak sekali

makanan oleh beberapa guru. Guru yang sering memberi makanan kepada penulis

adalah Kru Tik dan Kru Pin. Kru Tik adalah guru matematika yang tinggal di dorm

guru, sedangkan Kru Pin adalah guru sains yang tinggal di rumah dekat sekolah. Kru

Tik seorang vegetarian dia terkadang memasak kra pao dengan protein khusus untuk

vegetarian, akan tetapi dia dan Kru Pin juga terkadang membelikan penulis makanan

berbahan daging dan berbagai macam makanan lainnya. Kru Tik juga berkata bahwa

sekolah terlah menyediakan beberapa uang untuk keperluan penulis. Pernah penulis

mengalami flu berat selama 3 minggu awal di Thailand. Penulis diantar Kru Tik untuk

Page 18: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

42

membeli obat flu di Ban Pong. Untuk membayar obatnya Kru Tik menggunakan uang

pemberian sekolah yang disediakan bagi penulis.

Salah satu hal yang mengagetkan penulis adalah ketika Kru Tik berkata bahwa

dirinya adalah gay. Pada awalnya teman sekamar penulis bernama Khuong Tran

bertanya mengapa Kru Tik mengenakan cincin di salah satu jarinya. Khoung bertanya

apakah Kru Tik sudah menikah, lalu Kru Tik menjawab bahwa ia tidak menikah dan

menambahkan ia adalah gay.

Pada saat perpisahan dengan para murid dan guru di sekolah, penulis mendapat 2

kaus Thailand berwarna hitam dan bergambar Hanoman. Selain itu penulis juga berfoto

dengan para murid dan beberapa guru. Ada guru kelas 1 dan kelas 3 yang meminta

kontak pribadi penulis. Penulis memberikanya dengan senang hati dan berharap agar

hubungan baik tetap terjaga meskipun sudah berada di Negara berbeda.

Gambar 5.3.4.1: dengan Kru Pin (guru sains wanita) dan Kru Tik (guru matmatika pria) pada hari pertama sampai di Ratchaburi, Thailand.

Page 19: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

43

Gambar 5.3.4.2: dengan para guru dan 2 volunteer lain

Gambar 5.3.4.3: pada hari terakhir di Sekolah. Penulis mendapat karangan bunga dari beberapa murid kelas 1

Page 20: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

44

Gambar 5.3.4.4: sesudah memberikan salam perpisahan di depan para murid dan guru.

Gambar 5.3.4.5: makan malam pada hari terakhir di Ratchaburi.

Page 21: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

45

5.3.5 Guru dengan Guru Sawasdee 21 Lainnya

Guru-guru sawasdee 21 merupakan peserta pertukaran yang mengikuti Sawasdee

Project 21. Mereka semua berasal dari beberapa negara berbeda seperti Indonesia,

Vietnam, China, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, India, Brasil, dan Argentina.

Perlu diketahui pada Sawasdee Project 21, perserta dari Indonesia merupakan

peserta terbanyak. Penulis menemui banyak orang Indonesia dan sering berlibur dengan

mereka. Tidak hanya berlibur bersama, terkadang kami juga sering membagikan apa

yang kami alami di sekolah bahkan di tempat tinggal. Seperti ketika kami bingung apa

materi yang harus diajarkan kepada siswa sd atau smp, kondisi murid masing-masing

serta kesulitan yang dialami, kondisi tempat tinggal seperti tidur beralas tikar, matras

tipis atau mendapat kasur, culture schok terhadap makanan, dan masih banyak hal lagi.

Bahkan pada saat Sawasdee Project 21 berakhir salah satu teman penulis meminta

tanggapan dari kami semua mengenai apa yang kurang dengan pendidikan bahasa

inggris yang ada di Thailand.

Selain dengan peserta dari Indonesia, penulis juga berinteraksi dengan beberapa

peserta dari luar negeri seperti Sri Lanka, Nepal, Portugal, dan Vietnam. Salah satu

teman penulis dari Vietnam bernama Khuong Tran, merupakan teman satu kamar

penulis pada minggu ketiga hingga minggu terakhir. Dia mengajar bahasa inggris di TK

Don Kra Bueng. Kami sering pergi ke pasar bersama, mengobrol, makan bersama,

bahkan bertukar budaya. Penulis pernah menunjukan video aransemen lagu Indonesia

Raya sedangkan ia menunjukan video tentang salah satu lagu Vietnam. Ia juga pernah

memasakan hidangan untuk dimakan bersama seperti ayam goreng dan sushi. Tentu

saja penulis juga ikut membantunya memasak tidak hanya menerima hidangan jadi dan

makan saja.

Kami bahkan berdiskusi mengenai paham LGBT (Lesbian Gay Bisexual and

Transgender) di negara kami. Jujur kami cukup kaget ketika Kru Tik mengatakan kalau

dia adalah gay. Menurut Khuong, di Vietnam paham LGBT cukup tabu dan penulis

juga berkata serupa. Berbeda dengan negara Thailand yang bisa dibilang sudah terbuka

dengan paham LGBT.

Page 22: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

46

Gambar 5.3.5.1: diskusi mengenai pendidikan bahasa Inggris di Thailand

Gambar 5.3.5.2: diskusi mengenai pendidikan bahasa Inggris di Thailand (2)

Page 23: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

47

Gambar 5.3.5.3: Dengan Khuong Tran atau Kitty di teacher dorm

Gambar 5.3.5.4: bersama teman-teman Indonesia, India, dan Sri Lanka

Page 24: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

48

5.4 Analisis dengan Komunikasi Lintas Budaya

5.4.1 Kasus pertama yaitu hubungan antra penulis sebagai guru dengan murid.

Mengajar di luar negeri merupakan pengalaman baru bagi penulis. Perbedaan

bahasa dan perbedaan budaya merupakan hal yang cukup menantang. Maka

dari itu proses komunikasi lintas budaya sering terjadi. Perbedaan bahasa

merupakan salah satu unsur yang nampak dalam komunikasi lintas budaya

yang dialami penulis. Selain bahasa ada kebiasaan serta norma atau nilai yang

menjadi unsur komunikasi lintas budaya.

Di dalam komunikasi lintas budaya pada kasus ini penulis juga menggunakan

pendekatan adaptasi dan konflik sosial. Untuk mencapai komunikasi lintas

budaya yang baik dengan para murid di kelas, penulis mencoba beradaptasi

dengan lingkungan kelas. Cara yang penulis lakukan adalah dengan

memperhatikan tingkah laku para murid ketika sedang mengajar atau

mengawasi mereka saat mengerjakan tugas. Ketika mengajar banyak murid

terutama kelas 1 dan 2 yang sibuk sendiri, mencoba mengajak ngobrol penulis,

berlari, bahkan berteriak. Bisa dikatakan sedikit murid yang memperhatikan

atau duduk tenang di kelas 1 dan 2. Sedangkan di kelas 3 suasana kelasnya

cenderung lebih tenang dan kondusif. Akan tetapi penulis juga tetap harus

beradaptasi dengan murid kelas 3. Penulis harus memperhatikan bagaimana

sikap dan tanggapan mereka ketika penulis berusaha menjelaskan materi

bahasa Inggris, serta bagaimana mereka mengerjakan tugas yang penulis

berikan.

Selain melakukan adaptasi, penulis juga mengalami konflik sosial dimana

ketika kelas 1 dan 2 mulai ribut dan penulis kebingungan bagaimana caranya

menenangkan para murid dan mendapatkan perhatian mereka. Pernah penulis

mencoba memukul papan tulis dan berteriak namun para murid tetap saja

sibuk dengan urusan mereka sendiri. Penulis hanya merasa bahwa mereka

hanya aktif bukanlah nakal. Beruntungnya terkadang ada guru yang membantu

penulis untuk menenangkan para murid yang ribut. Penulis juga pernah berdiri

diam di depan kelas ketika para murid kelas 2 mulai ribut. Melihat penulis

diam di kelas, salah satu murid berinisiatif untuk mengajak teman-temannya

untuk diam. Setelah mereka diam, penulis bida melanjutkan kembali

penelasan yang tertunda.

Page 25: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

49

5.4.1.1 Bahasa

Dalam kasus ini komunikasi lintas budaya terjadi antara penulis

sebagai guru dengan para murid. Faktor yang pertama adalah soal bahasa.

Penulis berasal dari Indonesia berbicara dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris, sedangkan para murid berasal dari Thailand dimana

mereka berbicara dalam bahasa Thailand. Bagi penulis dan para murid

bahasa Inggris merupakan bahasa asing. Akan tetapi penulis hanya bisa

berkomunikasi dengan bahasa Inggris sedangankan para murid bisa

dikatakan masih kesulitan untuk mengerti kalimat dalam bahasa Inggris.

Pada 3 minggu awal penulis mengalami konflik lintas budaya dalam

segi bahasa. Dimana penulis kebingungan bagaimana cara menyampaikan

materi bahasa Inggris kepada para murid agar dapat dimengerti dengan

baik. Akan tetapi penulis juga berusaha beradaptasi dengan cara meminta

bantuan guru wali kelas atau guru bahasa inggris di Don Kra Bueng,

mencoba memahami sedikit apa yang biasa para murid katakan jika

mereka meminta izin ke toilet atau mengambil air minum. Jika penulis

masih kebingungan penuli akan mencoba bertanya apa yang para murid

katakan kepada salah satu guru yang sedang menemani penulis di kelas.

Perlu diakui penulis juga mengalami konflik ketika penulis diajak biacara

oleh beberapa murid akan tetapi penulis tidak mengerti apa yang murid

tersebut katakan. Biasanya reaksi penulis hanya “yes”, “no”, dan “I am

sorry, I do not know”. Dan reaksi murid tersebut bisa dipastikan

kebingungan dengan apa yang penulis katakan.

Perlu akui, selain ingin memiliki hubungan antar pribadi yang baik

penulis juga berharap agar para murid juga bisa berbicara dalam bahasa

inggris dengan penulis. Akan tetapi penulis merasa perlu banyak usaha

untuk membantu mereka belajar dan menanamkan keberanian untuk

berbicara bahasa inggris. Penulis merasa waktu 6 minggu belumlah cukup

untuk membuat para murid lebih baik dalam berbahasa inggris.

Disamping itu penulis juga merasa karena pengalaman mengajar penulis

yang kurang sehingga cara penulis untuk menyampaikan materi tidak pas

dan penulis sering kewalahan ketika kelas mulai ramai.

Page 26: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

50

5.4.1.2 Kebiasaan

Sebenarnya kebiasaan ribut di kelas bukanlah hal yang asing bagi

penulis. Karena ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, penulis juga

melihat sendiri bagaimana ketika teman-teman sebaya penulis membuat

keributan di kelas pada jam pelajaran.

Akan tetapi ketika penulis ditunggu dan ditarik untuk masuk kedalam

kelas oleh para murid kelas 1, penulis merasa sangat terkejut. Jarang

sekali penulis melihat di Indonesia ada murid sekolah dasar yang menarik-

narik tangan gurunya untuk masuk kedalam kelas. Bakhan mendapat

reaksi teriakan girang ketika masuk kedalam kelas 1. Konflik yang penulis

rasakan adalah penulis terkejut dan heran. Karena menurut penulis jarang

sekali ada guru yang mendapat perlakuan seperti itu oleh murid-muridnya.

Akan tetapi penulis juga senang karena mereka terlihat gembira ketika

penulis datang. Maka penulis mencoba beradaptasi dengan memasrahkan

diri dan menyodorkan tangan penulis ketika di tarik dan dituntun ke dalam

kelas.

Kejadian lainnya ketika penulis selesai mengajar dan para murid maju

ke depan untuk memeluk penulis. Ketika di kerumuni oleh para murid,

penulis hampir saja terjatuh dan secara spontan berteriak karena terkejut.

Konflik yang penulis alami disini adalah ketika penulis secara spontan

berteriak ketika hampir jatuh akibat dikerumuni para murid yang ingin

memeluk. Terlebih fisik para murid rata-rata jauh lebih kecil daripada

penulis. Penulis khawatir jika penulis jatuh, salah satu murid akan

tertimpa badan penulis dan murid tersebut akan kesakitan. Maka dari

kejadian itu penulis berusaha menjaga keseimbangan agar tidak mudah

jatuh dengan menyandarkan tangan pada tembok atau berpegangan pada

meja. Selain itu penulis mencoba beradaptasi dengan menerima pelukan

baik dari salah satu murid atau beberapa murid. Sehingga mereka merasa

dekat dan nyaman dengan penulis.

5.4.1.3 Norma atau nilai

Untuk masalah memberi salam penulis tidak merasa terkejut atau

mengalami konflik. Karena penulis ketika masih menjadi murid sekolah

dasar, setiap murid termasuk penulis harus memberikan salam kepada

guru yang masuk kedalam kelas.

Page 27: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

51

Penulis baru merasakan adanya konflik ketika melihat guru Thailand

menghukum muridnya dengan memukul dan mencoba membuat kelas

tenang dengan memukul papan tulis. Meskipun penulis juga pernah

memelihat hal serupa namun dengan perkembangan zaman hal tersebut

sudah jarang dilihat lagi di Indonesia. Adanya kasus guru yang dilaporkan

ke polisi karena mencubit muridnya atau guru yang dipukul oleh orang tua

murid karena hal serupa, membuat penulis berpikir mungkin saja

hukuman memukul sudah jarang dilakukan di sekolah Indonesia. Akan

tetapi penulis berpikir mungkin cara tersebut dilakukan agar para murid

bisa hormat kepada guru mereka. Bahkan penulis juga pernah disodorkan

kayu pemukul. Penulis kadang menggunakannya untuk menarik perhatian

dengan cara memukulnya ke papan tulis atau pinggiran meja. Akan tetapi

penulis tidak pernah menggunakannya untuk memukul. Karena penulis

sendiri ingin agar dapat dekat dengan para murid tanpa mereka merasa

takut. Maka dari itu penulis membuka diri, tidak menghukum mereka

dengan keras, dan memberikan kesan baik. Meskipun dari sikap tersebut

para murid jadi cenderung lebih santai dengan penulis dan bisa ribut

kapan saja. Akan tetapi penulis tetap tidak ingin menghukum terlalu keras.

5.4.2 Guru dan Murid di Luar Kelas

Proses komunikasi lintas budaya tidak hanya terjadi di dalam kelas.

Proses komunikasi tersebut terjadi ketika di luar kelas. Seperti, pada saat

makan siang, istirahat, pulang sekolah, bahkan di luar sekolah.

Ketika makan siang penulis akan makan di meja dengan para guru.

Tentunya lauknya lebih beragam daripada para murid. Penulis selalu

mengambil nasi dan lauk yang penulis akan habiskan. Hampir setiap hari di

sekolah, penulis disuguhkan dengan makanan yang ada daging babi di

dalamnya. Akan tetapi banyak juga makanan yang mengandung sayur

didalamnya. Jujur saja penulis tidak suka makan sayur dan tekadang penulis

merasa bosan makan daging babi. Meskipun sering ditawarkan untuk

mengambil lebih. Terkadang penulis menuruti tawaran beberapa guru untuk

mengambil lagi. Penulis juga terkadang menolak karena sudah sangat

kenyang. Penulis beradaptasi dengan ikut makan di meja guru seperti

kebiasaan para guru lainnya. Terkadang penulis juga membantu menyalurkan

gelas yang sudah terisi air dan memberikannya kepada guru lainnya. Dalam

Page 28: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

52

hal ini tidak terjadi konflik pada diri penulis. Setelah makan pun penulis

menaruh piring serta gelas yang sudah penulis pakai di tempat cuci piring.

Setelah itu penulis akan mampir ke kantin, memperhatikan atau menghampiri

beberapa murid yang sedang bermain.

Ketika pagi sebelum pelajaran di mulai penulis selalu mendapatkan

sapaan dari para murid, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Thailand.

Penulis berusaha beradaptasi dengan menyapa balik para murid tersebut.

Bahkan penulis juga menyapa duluan beberapa murid yang lewat. Tidak ada

konflik pada diri penulis mengenai hal ini. Karena hal ini bagi penulis adalah

wajar, di Indonesia pun juga dalam hal memberikan salam ke guru ketika

lewat pun sama. Hanya saja dengan bahasa dan simbol non-verbal yang

berbeda. Jika di Indonesia penulis memberi salam “selamat pagi” dengan

sedikit menundukan kepala kepada orang yang lebih tua dan kepala tegap

kepada orang yang sebaya bahkan lebih muda, di Thailand penulis dan para

murid mengucapkan “sawasdee ka/kab” dengan menaruh kedua tangan di

depan dada atau bisa disebut dengan “wai”. Baik memberi salam kepada

murid maupun kepada guru atau orang-orang yang ada di sekolah.

5.4.3 Guru dengan Kegiatan Sekolah

Kegiatan setiap hari yang penulis lakukan adalah mengikuti upacara

pagi. Penulis mencoba beradaptasi dengan mencoba mengikuti prosesi upacar

yang ada. Seperti berdiri tegap menghadap bendera kebangsaan negara

Thailand ketika lagu kebangsaan dikumandangkan. Apabila penulis tidak

sempat turun kelapangan setelah berada di ruangan, penulis akan berdiri

menghadap tiang bendera dari ruangan. Perlu diketahui berdiri tegap ketika

lagu kebangsaan Thailand dikumandangkan merupakan hal yang wajib

dilakukan. Meskipun penulis adalah orang luar negeri disana, penulis juga

harus menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku. Agar tidak

menimbulkan konflik dari luar diri penulis. Akan tetapi penulis mengalami

konflik dari dalam diri ketika semua murid dan guru-guru mulai memanjatkan

doa. Penulis beragama Kristen dan rata-rata murid serta guru-guru yang ada di

sekolah beragama Buddha. Untuk mengatasinya penulis tetap mengikuti

mereka ketika mulai berdoa namun penulis sendiri berdoa menurut keyakinan

penulis sendiri.

Page 29: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

53

Selain itu, seperti yang penulis katakan kondisi masyarakat Thailand

masih dalam keadaan berduka setelah wafatnya Raja Bhumibol Adulyadej

atau Rama IX. Maka semua murid dan guru-guru masih mendoakan Raja

mereka.bahkan mereka juga masih memberikan penghormatan dengan

bersujud. Penulis pun juga diharapkan melakukan hal yang sama. Maka

penulis pun sempat bersujud ketika mereka semua memberikan penghormatan.

Bisa dikatakan penulis melakukan hal tersebut untuk beradaptasi dengan

kondisi masyarakat yang ada.

Untuk kebiasaan minum susu yang dilakukan oleh para murid penulis

hanya memperhatikan mereka. Karena yang mendapat susu hanyalah para

murid. Awalnya penulis bingung dengan kebiasaan ini, lalu penulis diberitahu

oleh Kru Tik dan Erin kalau ini merupakan program pemerintah untuk sekolah

negeri yang ada di Thailand. Setiap hari para murid akan mendapat dan

meminum susu.

Untuk kegiatan olehraga yang diadakan setiap hari rabu jujur penulis

hanya mengikutinya sebanyak 2 kali selama 6 minggu berada di sekolah.

Penulis sering merasa kelelahan setelah mengajar 3 kelas dalam sehari.

Ketika sekolah akan memberi persembahan di Kuil, penulis akan

diberitahu untuk memakai baju berwarna putih. Bahkan penulis diberi

kalender Thailand oleh sekolah. Dari kalender tersebut penulis dapat

mengetahui kapan saja penulis harus memakai baju putih dan kapan penulis

tidak perlu memakainya. Hal tersebut merupakan cara penulis beradaptasi

dengan kegiatan sekolah. Selain itu penulis juga berusaha mencari tahu apa

yang biasa dilakukan pada saat kegiatan itu berlangsung.

Pada Hari Anak baik di Sekolah maupun di Desa, penulis selalu ikut

melihat dan memeriahkan. Jujur saja penulis cukup terkejut dengan banyaknya

hadiah yang dibagikan pada perayaan Hari Anak. Makanan dan minuman

yang ada juga sangat banyak. Pada awalnya penulis pikir bahwa makanan dan

minuman tersebut untuk diperjual belikan, ternyata makanan dan minuman

tersebut dibagikan secara gratis. Penulis membuka diri dengan mengikuti

perayaan hari anak. Ketika ada beberapa murid yang meminta penulis untuk

berfoto penulis merasa tidak keberatan. Pengalaman merayakan Hari Anak di

Thailand merupakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi penulis. Ketika di

Indonesia kebanyakan Hari anak di warnai dengan perlombaan mewarnai,

Page 30: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

54

fashion show, atau perlombaan lainnya sejauh yang penulis amati selama ini di

Indonesia. Sedangkan di Thailand perayaan Hari Anak diwarnai dengan

banyakanya makanan dan minuman gratis serta pembagian hadiah untuk anak-

anak yang ikut hadir dalam perayaan hari anak.

5.4.4 Guru Indonesia dengan Guru Thailand

Para guru Thailand yang berada di sekolah menurut penulis sangat baik

dan ringan tangan. Mereka bersedia membantu penulis baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Seperti menenangkan para murid, membantu penulis me

yang ribut dan mengantar penulis ke Tesco Lotus, Big Market, pabrik susu

Nong Pho, maupun 7-11 terdekat.

Selain itu guru-guru Thailand yang ada di sekolah sangat perhatian.

Bahkan bisa khawatir jika penulis akan pergi keluar kota. Mereka harus tahu

pasti jika penulis tidak pergi sendirian. Mereka juga sering memberikan

banyak makanan.

Penulis sempat mengalami konflik mengenai banyak makanan yang

diberikan mereka. Penulis merasa kebingungan bagaimana cara

menghabiskannya. Penulis merasa segan jika penulis tidak menghabiskannya.

Beruntungnya ada teman penulis yang berasal dari Thailand memberitahu

bahwa orang Thailand memang suka menyuguhkan banyak makanan.

Akhirnya penulis pun mengerti mengapa penulis selalu disuguhkan banyak

makanan. Penulispun mencoba beradaptasi dengan menerima makanan yang

diberi serta memberanikan diri untuk berkata tidak jika makanan yang diberi

sudah cukup banyak.

Selain masalah makanan penulis juga sempat mengalami konflik

mengenai ke khawatiran. Penulis merasa para guru tidak jauh berbeda dengan

orang tua penulis sendiri. Orang tua penulis selalu khawatir jika penulis belum

makan atau pergi sendirian. Jujur saja penulis sering berpergian keluar kota

sendiri di Indonesia. Penulis bisa ke Semarang atau ke Solo sendirian. Lalu

teman penulis juga berkata bahwa orang Thailand akan khawatir dengan kita

jika kita pergi sendirian ataupun belum makan. Meskipun kita bukan bagian

dari keluarga mereka, tetapi mereka akan tetap menghwatirkanmu. Maka dari

itu penulis mencoba beradaptasi dan berpikir mungkin saja mereka seperti itu

karena mereka tidak ingin penulis mengalami hal buruk selama di Thailand.

Page 31: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

55

Maka dari itu mereka berusaha semaksimal mungkin untuk memperhatikan

dan menjaga penulis.

Selain itu, penulis juga terkejut setelah mengetahui bahwa Kru Tik salah

satu guru laki-laki di sekolah adalah Gay atau penyuka sesama jenis. Mungkin

penulis tidak akan mengetahuinya apabila Khuong Tran teman penulis dari

Vietnam tidak menanyakan cicin yang ada di jari Kru Tik. Dari kejadian itu

penulis mencoba lebih terbuka dengan para guru di sekolah terutama dengan

Kru Tik. Karena menurut penetrasi sosial untuk menghasilkan komunikasi

antar pribadi yang baik harus ada keterbukaan. Ketika seseorang suda

mengungkapkan dirinya maka sedikit demi sedikit korang tersebut akan

menjadi lebih dekat dengan orang lain.

Maka dari itu penulis mencoba lebih terbuka jika penulis meginginkan

sesuatu seperti meminta diantarkan pergi ke tempat pemberhentian van, di

antar membeli air mineral atau pergi ke pasar, bahkan meminta ikut pergi ke

Tesco Lotus. Penulis juga lebih terbuka mengenai Indonesia. Penulis pernah

memperlihatkan bagaimana parahnya kemacetan di Jakarta, sedikit sejarah

Indonesia sebelum merdeka, bahkan penulis memberitahu tentang salah satu

produk mie instan Indonesia yang juga dijual di Thailand yaitu Indomie.

Bahkan Kru Tik sempat mencoba Indomie Goreng kemasan cup yang dibeli di

7-11.

Pada akhirnya penulis juga harus berpisah dengan sekolah, semua murid

dan guru-guru. Penulis merasa berterima kasih dan sedikit sedih. Penulis

merasa penulis menjadi lebih terbuka dengan para guru dan murid yang ada di

sekolah. Bahkan penulis juga diberi hadiah oleh sekolah, surat-surat, origami

bentuk hati, serta bunga dari para murid. Penulis bahkan meminta tolong

kepada para guru wali kelas 1 sampai 3 untuk mengizinkan penulis berfoto

bersama dengan murid-murid di kelas. Penulis juga meminta tolong kepada

Kru Tk untuk mengambil foto melalui handphone penulis. Penulis bahkan

memberikan kontak pribadi penulis kepada Kru Nit guru kelas 1 dan Kru Fai

guru kelas 3 ketika mereka meminta kontak pribadi penulis.

Meskipun penulis sering megalami konflik ketika melakukan

komunikasi lintas budaya dengan para guru, namun penulis berusaha

beradaptasi dengan mencari informasi lebih dan mencoba lebih terbuka

Page 32: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

56

dengan para guru. Sehingga komunikasi lintas budaya dan antar pribadi pun

berjalan dengan baik.

5.4.5 Guru dengan Guru Sawasdee Project 21

Komunikasi lintas budaya sering terjadi ketika penulis berbicara dengan

teman sekamar penulis yang berasal dari Vietnam bernama Khuong Tran.

Penulis pernah berdiskusi mengenai paham LGBT di Indonesia dan Vietnam.

Lalu kami juga membandingkannya dengan apa yang terjadi di Thailand.

Kami berdua juga merasakan adanya konflik mengenai paham LGBT akan

tetapi kami sadar bahwa paham LGBT disetiap negara berbeda. Misalnya di

Thailand paham LGBT bukanlah hal tabu, akan tetapi di Indonesia dan di

Vietnam paham LGBT merupakan hal tabu. Karena kita berada di Thailand,

kita harus membiasakan diri untuk tidak terlalu terkejut dengan paham LGBT.

Selain dengan teman Vietnam penulis, penulis terkadang juga

melakukan komunikasi lintas budaya dengan peserta Sawasdee Project yang

lain. Kami biasanya berdiskusi tentang culture shock yang kami alami. Kami

juga sering berdiskusi bagaimana cara mengajar murid dan apa yang perlu

diajarkan kepada para murid di kelas.

5.5 Analisis dengan Komunikasi Antar Pribadi dan Penetrasi Sosial

5.5.1 Guru dan Murid di Kelas

Selain menggunakan teori komunikasi lintas budaya, penulis juga

menggunakan teori komunikasi antar pribadi dan penetrasi sosial. Dengan

komunikasi antar pribadi penulis melihat bagaimana penulis membangun

kedekatan dengan para murid. Sedangkan penetrasi sosial penulis ingin

melihat bagaimana penulis berusaha membuka diri dengan para murid agar

komunikasi antar pribadi bisa berjalan dengan baik.

5.5.1.1 Bahasa

Penulis mencoba membuka diri dengan mencoba memahami apa yang

para murid katakan dan berusaha mendengarkan ketika diajak biacar oleh

beberapa murid. Meskipun penulis sering sekali tidaak mengerti dengan apa

yang mereka katakan. Namun penulis ingin membuka diri dengan cara seperti

itu agar penulis bisa lebih dekat dengan para murid. Tidak hanya sebagai

pengajar, penulis juga ingin dekat dan memiliki hubungan antar pribadi yang

baik. Sehingga ketika penulis harus kembali ke Indonesia, para murid masih

Page 33: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

57

mengingat penulis dan tidak takut untuk menghubungi penulis melalui

facebook.

5.5.1.2 Kebiasaan

Meskipun bukan hal biasa bagi penulis ketika ditarik untuk masuk

kedalam kelas serta dipeluk oleh anak-anak, penulis berusaha membuka diri

dengan menuruti apa yang murid-murid inginkan seperti dituntun kekelas

maupun dipeluk oleh banyak murid dalam waktu bersamaan.

Dalam penetrasi sosial agar tercipta hubungan antar pribadi yang baik

penulis haruslah berusaha membuka diri. Maka dari itu penulis membuka diri

dengan mengikuti apa yang para murid inginkan. Hasilnya penulis bisa

semakin dekat dengan para murid. Bahkan dihari terakhir penulis diberi

banyak surat dan ditempelkan banyak stiker di seluruh badan penulis.

Jujur saja penulis memang tidak biasa dengan hal tersebut. Namun,

karena pernulis berharap agar memiliki hubungan antar pribadi yang dekat

maka penulis haruslah terbuka dengan hal tersebut.

5.5.1.3 Norma atau Nilai

Terkadang penulis masih belum terbiasa mendapat salam yang biasa

para murid berikan untuk guru mereka. Bahkan penulis sempat kebingungan

menjawab salam mereka di depan kelas. Akan tetapi mau tidak mau penulis

harus membiasakan diri dengan cepat.

Penulis juga sempat terkejut jika banyak murid yang masih menerima

pukulan kayu oleh guru mereka. Namun penulis berusaha membuka pikiran

penulis bahwa metode mengajar dan mendidik di setiap tempat bahkan negara

adalah berbeda. Mungkin saja metode tersebut memang sudah biasa dilakukan

sejak lama hingga saat ini.

Meskipun begitu, penulis tetap tidak ingin memukul murid karena

penulis merasa tidak tega dan kasihan melihat murid dipukul gurunya

5.5.2 Guru dan Murid di Luar Kelas

Proses komunikasi antar pribadi dan penetrasi sosial di luar Kelas paling

sering terjadi pada saat jam istirahat. Penulis berusaha membuka diri ketika

dihampiri oleh beberapa murid pada saat istirahat. Kadang dipeluk secara tiba-

tiba, digandeng, bahkan diberikan permen atau makanan ringan dari mereka.

Penulis juga beberapa kali mengajak foto bersama dengan para murid ketika

jam istirahat. Akan tetapi ketika 3 minggu awal penulis mengalami flu berat.

Page 34: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

58

Penulis kadang langsung pergi ke ruangangan untuk istirahat karena merasa

pusing. Penulis juga pernah ditawarkan es krim oleh salah satu murid kelas 3

akan tetapi penulis menolaknya. Penulis merasa sedih dan mungkin murid

tersebut merasa sedikit kecewa karena tawarannya ditolak. Penulis akhirnya

memberi penjelasan singkat mengapa penulis menolaknya. Meskipun mungkin

ia tidak mengerti apa yang dikatakan penulis. Penulis berharap ia mengerti dan

tidak kecwa. Akan tetapi kendala bahasa yang menyebabkan penulis kesulitan

menyampaikan apa yang penulis maksud kepada murid tersebut.

5.5.3 Guru dengan Kegiatan Sekolah

Perlu diakui kegiatan yang ada di sekolah waktu itu cukup banyak,

penulis diharapkan bisa mengikuti semua kegiatan tersebut. Maka dari itu

penulis berusaha mengikuti upacara bendera setiap pagi, olahraga setiap hari

rabu, dan memeriahkan perayaan Hari Anak baik di sekolah maupun di Desa.

Meskipun sangat disayangkan penulis hanya mengikuti kegiatan

olahraga bersama hanya 2 kali dalam waktu 6 minggu. Perlu diakui mengikuti

kegiatan olahraga setiap hari rabu merupakan salah satu cara agar penulis bisa

lebih terbuka dengan semua murid dan guru. Mereka akan beranggapan bahwa

penulis merupakan salah satu bagian dari mereka. Penulis merasa menyesal

karena penulis tidak terlalu sering mengikuti kegiatan tersebut.

5.5.4 Guru Indonesia dengan Guru Thailand

Dalam hal ini penulis mencoba lebih terbuka jika penulis meginginkan

sesuatu seperti meminta diantarkan pergi ke tempat pemberhentian van, di

antar membeli air mineral atau pergi ke pasar, bahkan meminta ikut pergi ke

Tesco Lotus. Penulis juga lebih terbuka mengenai Indonesia. Penulis pernah

memperlihatkan bagaimana parahnya kemacetan di Jakarta, sedikit sejarah

Indonesia sebelum merdeka, bahkan penulis memberitahu tentang salah satu

produk mie instan Indonesia yang juga dijual di Thailand yaitu Indomie.

Bahkan Kru Tik sempat mencoba Indomie Goreng kemasan cup yang dibeli di

7-11.

Penulis belajar untuk membuka diri ketika penulis membutuhkan

bantuan dari para gur baik dikelas maupun di luar kelas. Penulis berusaha

untuk tidak terlalu sungkan meminta bantuan mereka, agar mereka bisa

mengetahui apa yang penulis butuhkan dan inginkan.

Page 35: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

59

Selain masalah kebutuhan, penulis juga membuka diri dengan para guru

mengenai hal pribadi setelah mengetahui bahwa Kru Tik salah satu guru laki-

laki di sekolah adalah Gay atau penyuka sesama jenis. Bagi penulis sangat

sulit untuk membuka diri pada hal-hal yang bersifat pribadi kepada orang yang

belum memiliki relasi yang dalam dengan kita. Namun setelah kejadian

tersebut penulis berusaha membuka diri ke hal-hal yang pribadi dengan para

guru terutama Kru Tik. Bahkan penulis tidak masalah memberikan kontak

pribadi kepada Kru Fay maupun Kru Nit.

5.5.5 Guru dengan Guru Sawasdee Project 21

Interaksi penulis dengan guru-guru Sawasdee Project 21 cenderung lebih

mengarah kepada komunikasi antar pribadi dan penetrasi sosial. Kami semua

lebih sering berdiskusi mengenai para murid, sekolah, tempat tinggal,

kesulitan yang kami alami, bahkan culture shock yang kami semua alami.

Selain itu kami semua sering pergi jalan-jalan pada akhir pekan bersama.

Penulis mencoba terbuka membagikan hal tersebut kepada mereka.

Dengan membagikan hal tersebut penulis bisa mendapat lebih banyak

informasi seperti bagaimana cara mengajar di kelas secara lebih efisien, materi

apa yang harus diajarkan ketika kehabisan bahan mengajar dari buku, atau

bagaimana cara menghilangkan rasa tidak enak di lidah ketika tidak sengaja

mengunyah daun basil.

Selain terbuka dalam hal tersebut penulis juga membuka diri ketika ada

ajakan untuk pergi jalan-jalan bersama. Meskipun tidak setiap akhir minggu

penulis pergi, namun jika penulis bisa dan sudah mendapat izin dari guru di

sekolah penulis akan ikut.

Penulis berharap dengan membuka diri kepada guru-guru Sawasdee

Project 21, penulis dapat lebih akrab dengan mereka dan hubungan antar

pribadi kami bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Page 36: Bab V ANALISIS Untuk membahas lebih lanjut tentang skripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14788/5/T1_362013013_BAB V.pdf · Mengikuti Sawasdee Project 21 dan mengajar

60

5.6 Penutup

Dari setiap kasus yang ada pada komunikasi lintas budaya akan terjadi konflik

maupun adaptasi. Konflik maupun adaptasi tersebut terjadi dari dalam diri penulis.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah perbedaan bahasa serta budaya. Akan tetapi

tidak semua kasus yang penulis alami terdapat konflik dalam diri penulis. Ketika

perbedaan budaya atau bahasa terlalu banyak maka disitu lah konflik di dalam diri

sendiri paling sering terjadi. Selain itu kondisi sosial pada masyarakat juga

mempengaruhi adanya konflik atau tidak.

Perlu diakui, proses adaptasi di negara berbeda dengan bahasa, budaya, dan kondisi

sosial yang berbeda merupakan hal yang sulit. Tetapi ketika penulis mau terbuka untuk

menerima perbedaan maka proses adaptasi pun akan berjalan lebih mudah. Ditambah

dengan banyaknya informasi yang penulis peroleh juga dapat memudahkan penulis untuk

beradaptasi lebih baik lagi. Beruntungnya penulis masih bisa berkomunikasi dengan

bahasa Internasional, yaitu bahasa Inggris.

Selain komunikasi lintas budaya, juga terdapat komunikasi antar pribadi dan

penetrasi sosial. Komunikasi antar pribadi akan berjalan baik dan bertahan dalam jangka

panjang apabila ada keterbukaan dan keinginan untuk menjadi lebih dekat dengan orang

lain. Keterbukaan tersebut bisa saja dimulai dari dalam diri sendiri maupun adanya

stimulus dari orang lain. Stimulus dari orang lain yaitu ketika orang tersebut membuka

diri dan mengungkapkan dirinya terebih dahulu. Penulis secara sadar juga akhirnya

mengungkapkan diri dan menjadi lebih terbuka. Dengan begitu komunikasi antar pribadi

yang terbentuk menjadi lebih baik.

Meskipun perlu diakui di dalam berinteraksi antar pribadi ada beberapa harapan

penulis yang belum tercapai seperti harapan agar para murid bisa lebih baik dalam

berbicara bahasa Inggris. Namun penulis berusaha untuk tidak terlalu berfokus terhadap

harapan tersebut dan mencoba berinteraksi dengan baik.