bab pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/5855/2/nur hidayatun_bab i.pdfdalam...

45
BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak pernah berkurang apalagi tuntas. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. Kehidupan dalam berbagai aspek terus berevolusi, sehingga berbagai penyesuaian pun dilakukan individu maupun kelompok, baik dalam kapasitas pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat regional, Negara dan Internasional. Pendidikan sebagai wahana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, memerlukan adanya lembaga-lembaga yang berkompetensi untuk mampu mengembangkan kemampuan sumber daya manusia tersebut sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada hakikatnya pendidikan itu mengarah dan mendasar kepada tujuan pendidikan nasional, yang terdapat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal II. Bahwa Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencerdaskan kehidupan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal II). 1 Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak

pernah berkurang apalagi tuntas. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu

pengetahuan yang semakin berkembang. Kehidupan dalam berbagai aspek

terus berevolusi, sehingga berbagai penyesuaian pun dilakukan individu

maupun kelompok, baik dalam kapasitas pribadi maupun sebagai bagian

dari masyarakat regional, Negara dan Internasional.

Pendidikan sebagai wahana untuk menciptakan sumber daya

manusia yang berkualitas, memerlukan adanya lembaga-lembaga yang

berkompetensi untuk mampu mengembangkan kemampuan sumber daya

manusia tersebut sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada hakikatnya pendidikan itu mengarah dan mendasar kepada tujuan

pendidikan nasional, yang terdapat dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal II. Bahwa

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mencerdaskan kehidupan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

dan mandiri, serta rasa tanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan

(UU No 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal II).

1

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

2

Menyadari sangat pentingnya tujuan pendidikan di atas, maka

diperlukan upaya membangun kompetensi sumber daya manusia yang

dapat ditempuh melalui penyelenggaraan pendidikan secara formal dan

non-formal. Sudah menjadi kenyataan bahwa pendidikan formal

dihadapkan pada keterbatasan daya jangkau, baik secara wilayah atau

sasaran. Oleh karena itu, pendidikan non-formal menjadi alternatif layanan

pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik

dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional No 20/2003 Pasal 26 Ayat 1, menyatakan bahwa : Pendidikan

non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan

sepanjang hayat (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 Ayat 1).

Pendidikan non-formal sebagai bagian dari sistem pendidikan

memiliki tugas sama dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal),

yakni memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Sasaran

pendidikan non-formal yang semakin beragam, tidak hanya sekedar

melayani masyarakat miskin, masyarakat yang masih buta pendidikan

dasar, masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal,

masyarakat sasaran pendidikan non formal terus meluas maju sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan lapangan kerja dan budaya masyarakat itu sendiri.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

3

Mengingat sasaran tersebut, maka program pendidikan non formal harus

terus diperluas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perkembangan

masyarakat.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka dibentuklah suatu

lembaga pendidikan non-formal yang mampu menyelenggarakan program

pendidikan setara sekolah dasar dan menengah pada umumnya, yang

diselenggarakan untuk mempersiapkan warga belajar yang memiliki

kompetensi dan pengetahuan layaknya peserta didik yang mengikuti

pendidikan formal pada umumnya. Oleh karena itu, di Kabupaten

Banyumas dibentuklah suatu lembaga pendidikan non formal yang diberi

nama Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). SKB Purwokerto ini merupakan

salah satu Sanggar Kegiatan Belajar yang cukup terkenal di Purwokerto.

Letaknya berdampingan dengan kampus UNSOED Purwokerto sehingga

mudah dijangkau oleh masyarakat dari segala penjuru dan mudah dikenal

oleh semua lapisan masyarakat dan juga berdasarkan hasil wawancara

kemarin hari senin tanggal 18 Maret 2013 dengan Bapak Ikhsan, beliau

mengatakan bahwa masyarakat yang belajar di SKB tersebut tidak

dipungut uang gedung tetapi hanya membayar SPP tiap bulan.

Selain itu masalah seragam juga di bebaskan yang penting sopan,

tetapi kebanyakan dari mereka adalah menggunakan seragam sekolah yang

sudah tidak dipakai lagi di sekolah-sekolah formal. Tujuan dibentuknya

SKB Purwokerto ini adalah untuk melayani masyarakat yang tidak mampu

bersekolah di sekolah formal. Peserta didik atau siswa banyak mengikuti

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

4

kegiatan misalnya adalah kegiatan rutin PAUD, program kesetaraan,

program khusus, dan program pendidikan masyarakat. Masing-masing

program tersebut memiliki jadwal yang berbeda, yaitu ada yang mulai

pagi, siang, sore dan juga malam. Peserta didik tersebut sebagian besar

80% adalah usia produktif, sehingga dimungkinkan masih memiliki

semangat yang tinggi utuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya karena mereka masih memiliki jangkauan yang

panjang. Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Kegiatan Belajar

dalam Pembangunan Pendidikan tahun 2000-2012”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan gambaran umum mengenai ruang

lingkup penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis

merumuskan beberapa masalah yaitu

1. Bagaimana sejarah singkat berdiri dan berkembangnya SKB Purwokerto?

2. Bagaimanakah peranan SKB Purwokerto dalam meningkatkan

pembangunan pendidikan?

3. Kendala apakah yang dihadapai SKB Purwokerto dalam meningkatkan

mutu pendidikan?

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

5

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui sejarah singkat dan berkembangnya SKB Purwokerto

2. Mengetahui peranan SKB Purwokerto dalam meningkatkan

pembangunan pendidikan dari tahun 2000-2012

3. Mengetahui kendala apa saja yang di hadapi SKB dalam meningkatkan

mutu pendidikan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dalam bidang pendidikan memperkaya pengetahuan tentang manfaat

pendidikan yang non formal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi yang obyektif tentang

pembangunan pendidikan.

b. Diharapkan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto dalam melaksanakan

pembangunan pendidikan?

E. Kajian Pustaka

1. Sanggar Kegiatan belajar

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan pengertian pendidikan non

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

6

formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sanggar Kegiatan Belajar

adalah unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang

pendidikan luar sekolah (nonformal). SKB secara umum mempunyai tugas

membuat percontohan program pendidikan nonformal, mengembangkan

bahan belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan

kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah.

2. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan/ atau pelatihan bagi

peranannya di masa yang akan datang. (Undang-Undang Nomor 2

Tahun, 1989 : hal 1.1). Pengertian pendidikan menurut Langeveld

menyebutkan bahwa penidikan adalah usaha orang dewasa (pendidik)

dalammembantu, menolong, membimbing, dan mengarahkan anak

yang belum dewasa (anak didik)untuk mencapai kedewasaan (tujuan

pendidikan) masing-masing (Sihombing, 2000 : 8). Dalam Dictionary

of Education menyebutkan bahwa pendidikan ialah proses seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya

di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang di

harapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh

atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

7

sosial dan kemampuan individu yang optimal (Ditjen Dikti 1983/1984

: 19).

Pendapat lain memberi batasan bahwa pendidikan adalah aktivitas

dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannyadengan jalan

membina potensi-potensi pribadi yaitu rohani (pikir, cipta, rasa, karsa, dan

budi nurani) serta jasmani (panca indra dan ketrampilan). Pendidikan juga

berarti lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan

pendidikan, isi, sistem, dan organisasi pendidikan). Lembaga-lembaga ini

meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan berarti pulahasil

atau prestasi di capai oleh perkembangan manusia dan usaha-usaha

lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Kunaryo Hadikusumo, 1995

: 22). Pendidikan adalah bertujuan memberikan atau membimbing seorang

secara terarah dengan maksud untuk menanamkan pengertian, mengubah

sikap, dan tingkah laku yang bersangkutan sesuai dengan cita-cita

pendidikan (Pedoman Penyelenggaraan Kursus PKK : Kanwil Depdikbud

Bidang Penmas, 1978). Pendidikan dalam arti mikro (sempit) adalah

merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik di keluarga,

sekolah maupun di masyarakat. Sedang pendidikan dalam arti makro

(luas) adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu / pribadi dan

lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial ekonomis,

sosial politik, dan sosial budaya (Kunaryo Hadikusumo, 1995 : 23).

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

8

Pendidikan dari salah satu aspek kehidupan atau dari kacamata

dislipin ilmu dapat diartikan : Pandangan sosiologik melihat dari aspek

sosial, pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.

Pandangan antropologik melihat pendidikan dari aspek budaya yang

mengartikan pendidikan sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai-

nilai kepada generasi berikutnya. Pandangan psikologik melihat

pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yang artinya pendidikan

sebagai prkembangan individu secara optimal. Pandangan dari sudut ilmu

ekonomi melihat pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani

(Human investment) sedangkan dari sudut ilmu politik adalah sebagai

usaha pembinaan kader bangsa (Redja Mudyanharjo, 1992 : 3).

Kesimpulan pengertian pendidikan adalah aktivitas atau usaha

manusia dewasa secara sadar terhadap manusia yang belum dewasa

melalui berbagai kegiatan positif yang terarah dengan maksud atau tujuan

merubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang serta

meningkatkan kepribadiannya sehingga potensi-potensi yang ada dapat

berkembang secara optimal, mencapai kedewasaan dan menjadi manusia

yang berkualitas sehingga dapat berguna bagi dirinya dalam bergaul

dengan lngkungan sosial di masa yang akan datang.

b. Pembangunan Pendidikan

Pada tahun 1970 diselenggarakan sidang umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengeluarkan resolusi tentang pembangunan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

9

dengan mendefinisikan bahwa tujuan utama pembangunan adalah

meningkatkan kesempatan kepada semua orang untuk memperbaiki

kehidupan, dan ini berarti sangat penting untuk memperluas dan

memperbaiki fasilitas pendidikan, kesehatan, nutrisi, perumahan, dan

kesejahteraan sosial serta memperbaiki atau memelihara lingkungan.

Pendekatan seperti ini dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan

umat manusia, utamanya untuk memenuhi barang kebutuhan barang dan

jasa untuk mengurangi atau kalau bisa menghilangkan kemiskinan,

mengatasi kurang gizi, memberantas penyakit, mengurangi jumlah orang

yang buta aksara, dan menghilangkan lingkungan yang kumuh (Marzuki,

2010 : 96).

Berdasarkan tujuan pembangunan di atas, tentulah solusi dari hal-

hal tersebut tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan, utamanya

pendidikan kepada masyrakat atau pendidikan informal dan non formal.

Lebih lanjut Marzuki (2010 : 96) mengemukakan bahwa pengembangan

sumber daya manusia tidak hanya akan membantu menghilangkan

kemsikinan, tetapi juga memberikan sumbangan penting terhadap

pertumbuhan produktifitas dan pendapatan nasional yang berati juga

pemerataan kesejahteraan.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijabarkan fungsi dan tujuan

pendidikan sebagai berikut : pasal 3 : Pendidikan nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

10

martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan

nasional. Pasal 4 : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap, dan mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dalam era pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang

berkualitas secara utuh. Konsepsi manusia seutuhnya menurut Noor Syam

dalarn buku Pangantar Dasar-dasar Kependidikin (1980), mencakup

pengertian : Keutuhan potensi manusia sebagai subjek yang berkembang,

keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subjek yang sadar nilai

(yang menghayati, dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya).

Potensi-potensi manusia sebagai subjek yang berkembang meliputi :

1. Potensi jasmaniah : Fisik dan pancaindera yang sehat (normal)

2. Potensi pikir (akal, rasio, inteligensi)

3. Potensi rasa (perasaan dan emosi) baik perasaan etis moral maupun

perasaan estetis

4. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, dan hasrat

5. Potensi cipta (daya cipta kreativitas, fantas,i dan imajinasi)

6. Potensi karya (kemampuan menghasillkan, karya)

7. Potensi hati nurani (kesadaran hati nurani) (Noor Syam : 1980)

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

11

Ketujuh potensi itu merupakan potensi dan watak bawaan yang

potensial. Aktualisasi dari ketujuh potensi tersebut menentukan

kualitas-kualitas pribadi seseorang. Konsepsi keutuhan wawasan

(orientasi) manusia sebagi subjek yang sadar nilai. Tingkah laku

manusia terutama yang dewasa dan berpendidikan dipengaruhi oleh

wawsan atau orientasi terhadap nilai-nilai yang ada dalam kehidupan

dan telah diakui kebenarannya. Wawasan tersebut meliputi berikut ini

1. Wawasan dunia akhirat : Cara pandang manusia tentang kehidupan

di dunia yang pasti akan berakhir dengan kematian, selanjutnya

akan diteruskan dalam kehidupan akhirat. Sesuai dengan

pandangan ini manusia berusaha untuk memperoleh kehidupan

yang baik di akhirat, selain kehidupan yang baik di dunia, untuk itu

manusia berusaha untuk berbuat baik dan meninggalkan dosa.

2. Wawasan indivudalitas dan sosial yang seimbang, artinya tingkah

laku manusia yang didasarkan atas keseimbangan antara

kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat.

3. Wawasan jasmaniah dan rokhaniah, yaitu kesadaran pribadi akan

adanya kebutuhan jasmaniah seperti kesehatan, makanan bergizi,

olahraga, rekreasi, dan sebagainya. Dan kesadaran akan kebutuhan

rokhani akan nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, kesenian dan

nilai agama.

4. Wawasan masa lampau dan masa datang, yaitu cara pandang

manusia untuk memperoleh kebahagiaan atau kesejahteraan di

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

12

masa datang dengan bercermin dari pengalaman masa lampau

(Noor Syam, 1980 : 12)

Emil Salim (1991 : 4) mengelompokkan kualitas manusia atas

2 bagian yaitu kualitas fisik yang menyangkut sifat lahiriah atau

badaniah seperti ukuran dan bentuk tubuh, daya atau tenaga fisik,

kesadaran pribadi, kualitas hubungan dengan yang lain seperti

hubungan dengan Tuhan, alam lingkungan, masyarakat, dan sesama

manusia. Kualitas kekaryaan yang tercermin dalam produktivitas,

disiplin kerja, keswadayaan, kswakaryaan, dan wawasan masa depan.

Kedua kualitas manusia itu harus saling melengkapi secara seimbang.

Manusia yang berkualitas memiliki keseimbangan antara tiga aspek

yang ada padanya, yaitu aspek pribadi sebagai individu, aspek sosial,

dan aspek kebangsaan. Manusia sebagai makhluk individu memiliki

potensi fisik dan non fisik, dengan potensi-potensi tersebut manusia

mampu berkarya dan berbudi pekerti luhur. Manusia sebagai makhluk

sosial yang mempunyai kesetiakawanan sosial, tanggung jawab sosial,

dan disiplin sosial. Manusia yang memiliki aspek kebangsaan

mernpunyai rasa cinta tanah air, jiwa patriotik, dan berwawasan masa

depan.

Berorientasi pada peningkatan kualitas manusia Indonesia

tersebut, maka peranan pendidikan dalam pembangunan dapat

diumuskan sebagai berikut : Dalam meningkatkan manusia sebagai

makhluk individu yang berpotensi fisik dan non fisik, dilaksanakan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

13

dengan pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.

Pembentukan nilai adalah nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai

keagamaan sesuai dengan agama masing-masing dalam rangka

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Proses transformasi tersebut berlangsung dalam jalur pendidikan

sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. John Vaizei dalam bukunya

yang berjudul Education in the Modern World (1965) mengemukakan

peranan pendidikan sebagai berikut : Melalui lembaga, dapat

mengemukakan peranan pendidikan tinggi dan lembaga riset

memberikan gagasan-gagasan dan teknik baru, Melalui sekolah dan

latihan-latihan dapat mempersiapkan tenaga kerja terampil

berpengetahuan, dan penanaman sikap. Dalam menghadapi perubahan

masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat manusia

dituntut untuk selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan

masyarakat sesuai dengan zamannya. Dengan perkataan lain manusia

akan menjadi ”pelajar seumur hidup”. Untuk itu sekolah berperan

untuk mepersiapkan peserta didiknya menjadi pelajar seumur hidup

yang mampu belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai

sumber belajar, baik yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.

Menurut Moedjiono dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar

Kependidikan” (1986), mengemukakan bahwa aktivitas belajar dalam

rangka menghadapi perubahan-perubahan yang cepat di dalam

masyarakat, maka masyarakat harus :

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

14

1. Mempunyai kemampuan untuk mendapatkan informasi

2. Mempunyai keterampilan kognitif yang tinggi

3. Mempunyai kemampuan menggunakan strategi dalam

memecahkan masalah

4. Mempunyai kemampuan untuk menentukan tujuan yang ingin

dicapai

5. Mengevaluasi hasil belajar sendiri

6. Mempunyai motivasi untuk belajar

7. Mempunyai pemahaman diri sendiri.

Menurut Bebby (1984) manusia sebagai subjek pembangunan

berperan aktif dalam pembangunan yaitu peran sebagai perencana,

pelaksana dan sekaligus sebagai pengawas. Perencanaan pendidikan

adalah kegiatan memandang ke depan dalam menentukan kebijaksanaan,

prioritas, biaya dan sistem pendidikan yang diarahkan kepada kenyataan

ekonomi dan politik, untuk mengembangkan sistem itu sendiri dan untuk

kebutuhan murid-murid.

(http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-dan-

pendidikan-dalam-pembangunan-2/ diakses pada tanggal 6 April 2013).

c. Teori Peranan

Kata peranan berasal dari kata peran yang berarti seperangkat

tingkat yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang mempunyai

kedudukan di masyarakat. Peran seseorang tidak lah mungkin

dilaksanakan dengan baik kalau tidak jelas kedudukan yang bersangkutan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

15

dalam suatu pola kehidupan tertentu. Setiap manusia yang menjadi warga

masyarakat senantiasa mempunyai kedudukan tertentu dan berperan

menurut kedudukannya. Kedudukan dan peran tidak mungkin dipisahkan

karena peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan. Tidak ada peranan

tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan yang

memberikan hak dan kewajiban kepada orang yang bersangkutan.

(http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html diakses

pada tanggal 10 April 2013)

Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara

kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya (Soekanto, 2009:212-213).

Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan

mencakup tiga hal, antara lain:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan bermasyarakat,

2. peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi,

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

16

3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur sosial masyarakat,

Merton dalam Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa peranan

didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari

orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai

perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah

kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki

oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Wirutomo (1981

: 99 – 101) mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan

yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan

kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang

dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan

yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial

tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat,

maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan

masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga, dan di dalam

peranan-peranan yang lain.

Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua

macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap

pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan

kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya

dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

17

pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari

struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai

pola-pola peranan yang saling berhubungan.

Kesimpulan pengertian peranan adalah seperangkat tingkat yang

dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kedudukan dalam suatu

masyarakat. Peranan seseorang tidak mungkin dilaksanakan dengan baik

kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai kedudukan yang

berkaitan dalam kehidupan masyarakat tertentu. Tidak ada peranan tanpa

kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan.

Pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang ini

mengungkapkan satu sistem sebagai berikut :

a. berakar pada kebudayaan nasional dan berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 serta melanjutkan dan meningkatkan

pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Eka

Prasetya Pancakarsa).

b. merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut

berusaha mencapai tujuan nasional.

c. mencakup, baik jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan

luar sekolah.

d. mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 (tiga)

jenjang utama, yang masing-masing terbagi pula dalam jenjang

atau tingkatan.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

18

e. mengatur bahwa kurikulum, peserta didik, dan tenaga

kependidikan terutama guru, dosen, atau tenaga pengajar

merupakan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan

belajar mengajar.

f. mengatur secara terpusat (sentralisasi), namun penyelenggaraan

satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat

(desentralisasi).

g. menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan

pemerintah.

h. mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan

serta diperlakukan dengan penggunaan ukuran yang sama.

i. mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang

diselenggarakannya sesuai dengan ciri atau kekhususan masing-

masing sepanjang ciri itu tidak bertentangan dengan Pancasila

sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi

bangsa dan negara.

j. memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai

dengan bakat, minat, dan tujuan yang hendak dicapai serta

memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

19

Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989). Pendidikan nasional bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggung jawab kemasayarakatan dan kebangsaan

(Pasal 4 UU No.2 Tahun 1989). Sistem Pendidikan Nasional termasuk

dalam kategori sistem buatan manusia, artinya sistem pendidikan nasional

lahir dari suatu usaha sadar yang dirancang, diatur, dan dilaksanakan

secara sengaja dalam rangka mencapai tujuan nasional pendidikan. Sistem

pendidikan nasional dimunculkan sebagai wahana pembinaan dan

pengembangan bangsa; wahana sistem bagi pendidikan bangsa.

Sistem pendidikan nasional sesuai dengan lingkungannya, tentulah

harus bersifat menyeluruh, semesta dan terpadu yang membawa implikasi

makna yaitu sebagai berikut :

1. Terbukanya pendidikan nasional bagi seluruh rakyat.

2. Beragamnya program pendidikan sesuai kebutuhan-kebutuhan

pendidikan yang hidup dan berkembang di masyarakat.

3. Terjalinnya totalitas fungsional di antara komponen-komponene yang

berperan di dalam upaya pndidikan bangsa.

4. Fungsionalnya sistem pendidikan dengan sistem-sistem lainnya antara

lain sistem politik, ekonomi, pemerintahan, pertahanan, keamanan, dan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

20

sebagainya di dalam mengembangkan bangsa ke arah tujuan nasional

kehidupan bangsa dan negara (Sanapiah Faisal, 1981 : 27).

Adapun corak pembangunan dari sistem pendidikan nasional yang

menyeluruh, semesta dan terpadu tentu saja perlu di ikuti dengan kebijakan

politik yang mempunyai kekuatan mengatur terhadap seluruh abdi negara

(Pemerintah dan seluruh warga negara). Setelah lahir sebagai kebijakan

politik, selanjutnya perlu diterapkan secara konsekuen dan konsisten, sehingga

benar-benar terwujud haluan pendidikan nasional. Dalam hubungan ini, hasil

kerja komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional merupakan salah satu bahan

yang berharga guna memantapkan konsepsi dari sistem pendidikan nasional

yang menyeluruh, semesta, dan terpadu.

Sistem pendidikan nasional Indonesia dewasa ini menghendaki berlakunya

konsep pendidikan seumur hidup, yaitu konsep pendidikan terpadu yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Pendidikan berlangsung dalam seluruh tahap perkembangan hidup

seseorang, lahir sampai mati pendidikan tidak mengenal batas usia.

b. Pendidikan mencakup perkembangan semua aspek kepribadian (fisik,

intelektual, afektif, spiritual) dan semua aspek peranan dalam

kehidupan (pribadi, sosial, profesional).

c. Pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman belajar, dan

diselaraskan dengan keragaman individu baik perbedaan dalam

kemampuan, motivasi, maupun kesempatan.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

21

d. Pendidikan terjadi dalam semua pengalaman jidup baik yang

berlangsung dalam bentuk pendidikan formal, informal, maupun non

formal (Redja Mudyanharjo, 1992 : 27).

Ditinjau dari konsep pendidikan seumur hidup, sistem pendidikan nasional

Indonesia terdiri atas tiga subsistem, yaitu subsistem pendidikan formal,

subsistem pendidikan informal, dan subsistem pendidikan nonformal. Batas

antara ketiga subsistem tersebut tidak jelas, karena sistem pendidikan adalah

sistem yang terbentuk dari rangkaian peristiwa yang terus berkembang. Zahara

Idris mengemukakan Pendidikan Nasional sebagai suatu sistem adalah karya

manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan

fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau

perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan tujuan asional seperti

tercanrum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

(Fuad Ihsan, 2001 : 115).

Redja Mudyanharjo dan Waini Rosyidin mengemukakan, Pendidikan

Nasonal Indonesia merupakan sistem sosial dan salah satu sektor dalam

keseluruhan kehidupan bangsa yang sedang menbangun. Lalu menurut Katz

dan Khan, sistem sosial merupakan sebuah kesatuan peristiwa, atau kejadian

yang dilakukan sekelompok orang untuk mencapai suatu hasil yang

diharapkan. Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan suatu sistem yang

terbuka yang oleh Katz dan Khan diberi definisi sebagai sistem yang

memperoleh masukan dar lingkungan dan memberikan hasil transformasinya

kepada lingkungan (Fuad Ihsan, 2001 : 116).

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

22

d. Pendidikan Luar Sekolah (PLS)

Pendidikan luar sekolah atau yang disebut PLS sebenarnya bukan

barang baru dalam khasanah budaya dan peradaban manusia. Bila usia

kehadiran PLS dijadikan takar atau timbang sudah jelas, PLS berusia lebih tua

dibandingkan dengan sistem persekolahan. Di samping itu pendidikan luar

sekolah sudah ada pendidikan persekolahan tumbuh di bumi ini. Pendidikan

luar sekolah dimulai sejak manusai lahir di bumi dan berakhir setelah manusia

masuk liang kubur, sedangkan pendidikan sekolah dimulai setelah manusia

memenuhi usia tertentu dan di akhiri pada usia tertentu.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sitem Pendidikan

Nasional pasal 10 ayat 1 Tahun mengatakan bahwa penyelenggaraan

pendidikan di laksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan

jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang

diselenggarakan di luar sekolah baik di lembaga maupun tidak (PP No 73

Tahun 1991 BAB 1 Pasal 1 ayat 1). Rumusan tentang batasan PLS bisa

disebut pendidikan non formal plus (+) pendidikan informal minus (-)

pendidikan dalam keluarga dan pengalaman keseharian yang stimulus

responnya bukan bersumber dari aktivitas melembaga. Bagan kongkritnya

seperti berikut.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

23

Bagan 1

Pendidikan luar sekolah dalam sistem pendidikan nasional

Dilihat dari Keterangan

1. Dasar, Tujuan Isi

Pokok, dan Azas

pelaksanaan.

2. Hubungan dengan

sistem bagian

pendidikan

persekolahan

(pendidikan Formal).

3. Kaitan dengan

pendidikan di rumah

tangga.

4. Keterorganisasian

dan keterprograman.

5. Nilai Pendidikan

6. Tugas Pemerintah

Bermuara pada dasar, tujuan, isi pokok

dan azas pelaksanaan pendidikan nasional.

Berperan di luar sistem persekolahan,

memiliki hubungan fungsional dengan

sistem bagian pendidikan persekolahan,

bisa berperanan sebagai komplemen,

suplemen dan dalam keadaan tertentu bisa

memainkan peranan sebagai pengganti

sistem bagian pendidikan persekolahan.

Bersifat fungsional dengan pendidikan di

rumah tangga, akan tetapi rumah tangga

tidak termasuk sebagai variabel lembaga

yang memainkan fungsi pendidikan

didalam sistem bagian PLS.

Memiliki keragaman tingkat

keterorganisasian dan keterprograman,

variasainya bergerak di anatara 6

persyaratan variabel yaitu adanya forum

buatan, adanya paket kurikulum, adanya

evaluasi belajar, adanya kesengajaan

pendidikan, adanya niat belajar. dan

adanya kelembagaan fungsional.

Fungsional bagi pembinaan dan

pengembangan daya-daya manusia (fisik,

nalar, rasa, cita, karsa, karya, dan atau

budi) yang berguna bagi pengembangan

diri sendiri dan lingkungannya.

Menata, mengarahkan, dan atau

memonitor aktifitas-aktifitas terlembaga

yang bersifat terbuka bagi masyarakat

luas, sehingga menjadi fungsional secara

optimal bagi pembinaan dan

pengembangan bangsa (sesuai dengan

mission pendidikan nasional), sekurang-

kurangnya menjadi tidak berpengaruh

negatif (destruktif) terhadap cita-cita

pendidikan bangsa.

Sumber : PP No 73 Tahun 1991

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

24

Pendidikan Luar Sekolah adalah usaha sadar yang diarahkan untuk

menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan sumber daya manusia, agar

memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan daya saing untuk merebut peluang

yang tumnuh dan berkembang dengan mengoptimalkan pengguanaan sumber-

sumber yang ada di lingkungannya (Uberto Sihombing, 2000 : 12). Lebih lanjut

Uberto Sihombing menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah adalah satu proses

pendidikan yang sasaran, pendekatan, dan keluarannya berbeda dengan

pendidikan sekolah yang dilakukan di luar waktu sekolah.

Tugas pendidikan luar sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia

yang memiliki kebiasaan yang siap menghadapi perubahan juga sebagai akibat

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat yang

dihasilkan oleh manusia terdidik. Dapat dinyatakan pula pendidikan luar sekolah

harus berperan ganda baik mendidik maupun mengajar. Untuk dapat berperan

maksimal baik sebagai pengajaran maupun pendidikan diperlukan kesiapan sikap

mental dan pengetahuan yang dalam dan luas di bidang kemasyarakatan, dengan

jalan menemukan cara pengelolaan yang mumpuni dan kelembagaan yang mapan.

dengan kata lain ditumbuhkembangkan manajemen strategi yang tepat, namun

lebih dari itu pada kenyataannya pendidikan luar sekolah tidak hanya melakukan

aspek pengajaran.

Pendidikan luar sekolah melalui program yang dikembangkan harus

mengarah pada usaha membuat masyarakat mampu melihat potensi,

merencanakan kegiatan dan memutuskan pelaksanaanya. Agar arah

perkembangan pendidikan luar sekolah terwujud sesuai yang diharapkan maka

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

25

harus dengan jelas dapat menentukan visi, misi, dan tujuan agar dapat ditentukan

strategi yang tepat dalam usaha membuktikan keberadaan, kemantapan dan

perlunya pendidikan luar sekolah. Adapun visi, misi, dan tujuan pendidikan luar

sekolah sebagai berikut. Visi yang ingin dijadikan acuan adalah terwujudnya

masyarakat yang cerdas, trampil, mandiri,berdaya saing dan gemar belajar, Visi

tersebut dijabarkan menjadi misi antara lain melaksanakan pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan dan pendidikan perempuan

(Uberto Sihombing, 2000 : 21).

Tujuan pendidikan luar sekolah adalah

1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini

mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu

kehidupannya.

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap

mental yang diperlukan yntuk mengembangkan diri, bekerja mencari

nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/ atau jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.

3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam

jalur pendidikan sekolah (PP No.37 Tahun 1991 BAB II Pasal 2).

H. A. R Tilaar dalam Saleh Marzuki (2010 : 108) menyatakan bahwa

tujuan pendidikan luar sekolah adalah menciptakan subyek pembangunan

yang.

a. Mampu melihat sekitar : melihat masalah-masalah hidup sehari-hari,

melihat potensi yang ada baik sosial maupun fisik

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

26

b. Mampu serta terampil memanfaatkan potensi yang ada dalam diri,

kelompok masayarakatnya dan lingkungan fisiknya untuk memperbaiki

hidup dan kehidupan masyarakatnya. Kemampuan tersebut jelas

memerlukan pendidikan dan latihan kepada individu ataupun kelompok-

kelompok yang ada di masyarakat atau komunitas tertentu.

Tentang penyelenggaraan pendidikan luar sekolah menyebutkan bahwa :

1. Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat terdiri atas pemerintah,

badan, kelompok atau perirangan yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan jenis pendidikan jenis pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakannya,

2. masyarakat dapat menyelenggarakan semua jenis pendidikan luar sekolah

kecuali pendidikan kedinasan (PP No.73 Tahun 1991 BAB IV Pasal 5).

Jalur/Pola Pengolah dan Kelembagaan Pendidikan :

a. Jalur Pendidikan

Sesuai UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

10 penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu

jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (ayat 1).

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan

berkesinambungan (ayat 2)

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

27

Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan di luar sekolah

melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan

berkesinambungan (ayat 3).

b. Pola Pengelolaan

Philip H.Coombs mengklasifikasikan pola pengelolaan pendidikan

menjadi 3 jalur yaitu :

1) Pendidikan informal

2) Pendidikan formal

3) Pendidikan non formal (Fuad Ihsan, 1995 : 41)

1. Pendidikan informal

Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang

dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sejak seorang

lahir sampai mati dalam keluarga, pekerjaan, atau pergaulan sehari-hari.

Proses pendidikan ini berlangsung seumur hidup dan secara wajar.

Adapun ciri-ciri proses pendidikan informal adalah:

a. Tidak diselenggarakan secara khusus

b. Medan (lingkungan) pendidikannya tidak diadakan dengan maksud

khusus menyelenggarakan pendidikan

c. Tidak diprogramkan secara teratur

d. Tidak ada waktu belajar tertentu

e. Metodenya tidak formal

f. Tidak ada evaluasi yang sistematis yang diselenggarakan oleh

pemerintah

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

28

2. Pendidikan formal

Pendidikan formal sebagai pendidikan sekolah ialah pendidikan

yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat,

dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari

Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi). Pendidikan di sekolah

merupakan proses yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk

membina warga negara yang baik, masa depan kaum muda, dan bangsa

negara.

Adapun ciri-ciri pendidikan formal (Idris, 1986, MKDU-DK 1983)

adalah :

a) Diselenggarakan secara khusus dan terbagi atas jenjang yang

dimiliki hubungan hirarkis.

b) Usia siswa (anak didik) di suatu jenjang relatif homogin.

c) Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan

yang harus diselesaikan.

d) Isi pendidikan atau materi lebih banyak bersifat akademis dan

umum.

e) Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap

kebutuhan di masa yang akan datang.

3. Pendidikan Non formal

Pendidikan non formal menurut Sudjana (2010a : 24) adalah

sebagai berikut : Setiap kegiatan yang terorganisasi diselenggarakan di

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

29

luar sistem persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau

merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas, dengan

maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam tujuan

mencapai belajar. Frederick H. Harbinson dalam Saleh Marzuki (2010 :

103) mendefinisikan pendidikan non-formal sebagai pembentukan skills di

luar sistem sekolah formal. Pengertian di luar sistem (bukanlah di luar

gedung sekolah) tetapi penyelenggaraannya tidak sepenuhnya mengikuti

kaidah-kaidah pendidikan konvensional, sebagaimana di sekolah,

organisasi penyelenggaraannya tidak mengikuti struktur sekolah yang

mengikuti jenjang secara ketat, rombongan belajar yang sebaya, guru yang

profesional, struktur kurikulum yang baku, ukuran jumkah murid dalam

rombongan, ukuran kelas secara fisik, dan yang terlihat jelas sekolah di-

bangun untuk memenuhi kebutuhan belajar jangka panjang yang hasilnya

baru dapat dilihat setelah lama seseorang meninggalkan sekolah.

Sebaliknya pendidikan non- formal berusaha untuk memenuhi kebutuhan

belajar jangka pendek dan bahkan mendesak dengan penyelengaraan yang

lentur, berazaskan demokrasi, keseteraan, kebebasan, kesukarelaan,

pengabdian dengan semangat panggilan jiwa, tidak selalu terikat dengan

jenjang dan lain-lain.

Pengertian pendidikan non-formal yang dikemukakan oleh

beberapa ahli memberikan gambaran bahwa pendidikan non formal selain

diselenggarakan secara terorganisasi di luar sistem pendidikan formal,

juga senantiasa diupayakan untuk menyesuaikan programnya dengan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

30

perubahan, perkembangan dan kemajuan zaman. Hal ini bahwa

penyelenggaraan pendidikan non formal harus dapat menunjukkan

kemampuan yang optimal dalam berbagai hal, terutama menyangkut

komponen-komponen di dalamnya.

Lebih lanjut The South East Asian Ministery of Education

Organization (SEAMEO), dalam Sudjana (2010a : 42) menyatakan

definisi dan tujuan pendidikan non-formal, yaitu :

Setiap pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat

komunikasi yang teratur dan terarah diselenggarakan diluar

subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok

memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan

tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya ialah untuk

mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai

yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan

serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya,

lingkungannya, pekerjaanya, masyarakat dan bahkan negaranya.

Sejalan dengan pendapat dari SEAMEO, Napitupulu dalam

Sudjana (2010a : 44) memberikan batasan terhadap pengertian dan tujuan

pendidikan non formal yaitu :

Setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan

diluar sistem sekolah berlaku seumur hidup, dijalankan dengan

sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk

mengaktualisasikan potensi manusia (sikap, tindak, dan karya)

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

31

sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar

mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.

Tujuan pendidikan non formal yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 1991 adalah untuk membina

warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental

yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Oong Komar (2006 : 218) bahwa

pendidikan non formal bertujuan sebagai berikut :

a. Melayani warga belajar supaya tumbuh dan berkembang sedini

mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan

mutu kehidupannya.

b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan,

dan sikap mental yang di perlukan untuk mengembangkan diri,

mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan atau jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat

dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Pendidikan non formal disebut juga pendidikan luar sekolah, ialah

pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah dan disengaja

tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan non-formal

bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan

dan ketrampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan

taraf hidup mereka.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

32

Beberapa pengertian dan tujuan pendidikan non formal di atas,

maka dapatlah di simpulkan bahwa pendidikan non formal adalah upaya

pelayanan pendidikan yang diselenggarakan diluar sistem pendidikan

formal yang teratur dan terencana sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Tujuan pendidikan non formal ialah untuk mengembangkan sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sehingga terwujud manusia

seutuhnya yang gemar belajar mengajar dan mampu meningkatkan taraf

hidupnya serta dapat berperan dalam lingkungan keluarga, pekerjaan,

masyarakat, bahkan negaranya.

Ciri-ciri pendidikan non formal adalah sebagai berikut :

a) Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.

b) Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah.

c) Tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka

waktu pendek.

d) Peserta perlu homogen.

e) Ada waktu belajar dan metode formal serta evaluasi yang

sistematis.

f) Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.

g) Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap

kebutuhan meningkatkan taraf hidup.

Sanggar kegiatan belajar Purwokerto ini termasuk dalam

pendidikan non formal.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

33

Menurut Ditjen PLSP pendidikan kecakapan hidup (Life Skills)

juga sangatberpengaruh dalam proses pendidikan non-formal yang

digambarkan sebagai berikut :

Masyarakat :

Pendapatan

rendah

(miskin)

Lemah dalam

sikap dan

keterampilan

Kurang

pengetahuan

kurang

produktif

Pengetahuan

menigkat

Sikap positif

Siap

Bermitra

Siap

berusaha

Siap bekerja

Input

Masukan

Outcome Output Proses

Manfaat Hasil

Bekerja

Berusaha

Mandiri

(BBM)

Pola Pendidikan

keterampilan

hidup :

Teori 30 %,

praktik 70 %

Kurikulum

didasarkan

pada

kebutuhan

belajar

Metode

partisipatif

Evaluasi

reflektif diri

Penyelenggaraan

Program

keterampilan

seumur hidup

Berkelompok

Manajemen

kemitraan

kerja sama

antar lembaga

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

34

Karateristik pendidikan non formal dan formal

Paulston (1972) dalam Sudjana, (2010a : 27 ) menggambarkan sebuah

model yang dapat untuk membedakan karateristik pendidikan formal dan

pendidikan non formal, karakteristik tersebut terdiri atas lima belas

dimensi. Semua dimensi itu digolongkan menjadi lima kategori yang

meliputi tujuan, waktu penyelenggaraan, isi program, proses

pembelajaran, dan pengendalian program. Model ini relatif mudah untuk

digunakan dalam mengidentifikasi dimensi-dimensi pendidikan formal.

Sebaliknya, karena program-program pendidikan non formal bermacam

ragam, penemuan program ini pun masih menemui beberapa kesulitan,

sehingga mungkin akan terjadi bahwa sebagian program telah memenuhi

semua dimensi sedangkan program-program yang lain hanya memiliki

beberapa dimensi saja. Selanjutnya perbedaan karateristik ini dijelaskan

pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Perbedaan Karakteristik Program-program

Program Pendidikan Formal Program Pendiikan Non Formal

A. Tujuan

1. Jangka panjang dan umum

Bertujuan membekali peserta

didik dengan kemampuan

umum untuk kehidupan masa

depan.

2. Orientasi pada kepemilikan

ijazah

Hasil belajar akhir ditandai

dengan pengesahan kemampuan

melalui ijazah.

1. Jangka pendek dan khusus

Bertujuan memenuhi kebutuhan

tertentu yang fungsional dalam

kehidupan masa kini dan masa

depan.

2. Kurang menekankan pentingnya

ijazah

Hasil belajar, berijazah atau

tidak dapat diterapkan langsung

dalam kehidupan dilingkungan

pekerjaan atau dilingkungan

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

35

masyarakat. Ganjaran diperoleh

selama proses dan akhir

program berwujud hasil, produk,

pendapatan, dan keterampilan.

B. Waktu

1. Relatif lama

Jarang selesai dalam waktu

kurang dari satu tahun, sering

melampaui batas waktu yang

ditetapkan. Kadang-kadang

diselesaikan lebih dari sepuluh

tahun. Satu jenjang menjadi

syarat untuk mengukuti jenjang

yang lebih tinggi.

2. Berorientasi ke masa depan

Menyiapkan untuk masa depan

kehidupan peserta didik.

3. Menggunakan waktu penuh dan

terus menerus

Karena peggunaan waktu yang

terus menerus maka kecil

kemungkinan bagi peserta didik

untuk melakukan kegiatan yang

parallel untuk pekerjaan rutin.

1. Jarang lebih dari satu tahun,

pada umumnya kurang dari

setahun. Lama penyelenggaraan

program tergantung pada

kebutuhan belajar peserta didik.

Persyaratan untuk mengikuti

program pendidikan ialah

kebutuhan, minat dan

kesempatan.

2. Menekankan masa sekarang

Memusatkan layanan untuk

memenuhi kebutuhan peserta

didik dalam meningkatkan

kemampuan sosial ekonominya

yang berguna bagi masa depan

kehidupannya dan

meningkatkan sosial

ekonominya.

3. Menggunakan waktu tidak terus

menerus

Waktu ditetapkan dengan

berbagai cara sesuai dengan

kesempatan peserta didik serta

memungkinkan untuk

melakukan kegiatan belajar

sambil bekerja atau berusaha.

C. Isi Program

1. Kurikulum disusun secara

terpusat dan seragam

berdasarkan kepentingan

Lembaga di tingkat nasional

menyusun kurikulum berupa

paket dan dikenakan kepada

semua peserta didik sesuai

dengan jenis dan jenjang.

2. Bersifat akademis

Kurikulum lebih memberi bobot

pada ranah kognitif dan teoritis,

1. Kurikulum berpusat pada

kepentingan-kepentingan

peserta didik

Kurikulum bermacam ragam

sesuai dengan perbedaan

kebutuhan belajar peserta didik

dan potensi daerahnya

pendidikan.

2. Mengutamakan aplikasi

Kurikulum lebih menekankan

pada pemilikan keterampilan

fungsional yang bermanfaat bagi

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

36

sedangkan ranah afektif

psikomotorik kurang

mendapatkan perhatian utama.

3. Seleksi penerimaan peserta

didik dilakukan dengan

persyaratan ketat

Persyaratan masuk terutama

jenjang yang lebih tinngi,

dilakukan melalui seleksi yang

ketat (ujian) guna mengetahui

kemampuan yang diperlukan.

kehidupan peserta didik dan

lingkungannya.

3. Persyaratan masuk ditetapkan

bersama peserta didik

Karena program diarahkan

untuk memenuhi kebutuhan

belajar dan potensi peserta

didik, maka kualifikasi

pendidikan sekolah sering tidak

menjadi persyaratan utama.

D. Proses pembelajaran

1. Dipusatkan di lingkungan

sekolah

Kegitan belajar dilakukan

dilingkungan sekolah. yang

sering dianggap sebagai satu-

satunya institusi pendidikan

2. Terlepas dari lingkungan

kehidupan peserta didik

dimasyarakat

Pada waktu belajar disekolah,

peserta didik dipisahkan dari

kehidupan keluarga dan

masyarakatnya. Program

kegiatan belajar terpisah dari

kondisi sosial ekonomi

masyarakatnya.

3. Struktur program yang ketat

Program pembelajaran disusun

secara ketat. Waktu, kegiatan,

dan usia peserta didik

ditetapkan secara seragam.

4. Berpusat pada pendidik

Kegiatan pembelajaran

dikendalikan oleh pendidik

(guru) yang diberi wewenag

pada jenjang pendidikan

tertentu. Kegiatan mengajar

lebih dominan dibandingkan

dengan kegiatan belajar.

1. Dipusatkan dilingkungan

masyarakat dan lembaga

Kegiatan belajar dapat

dilakukan diberbagai

lingkungan (komunitas tempat

bekerja) atau satuan pendidikan

non formal (sanggar kegitatan

belajar, pusat latian dan

sebagainya).

2. Berkaitan dengan kehidupan

peserta didik dan msyarakat

Pada waktu mengikuti program

pendidikan, peserta didik

berkomunikasi dengan dunia

kehidupan atau pekerjaannya.

Lingkungan dihubungkan secara

fungsional dengan kegiatan

belajar.

3. Struktur program yang luwes

Jenis dan ukuran program

kegiatan belajar bervariasi.

Pengembangan program dapat

dilakukan sewaktu program

sedang berjalan.

4. Berpusat pada peserta didik

Kegiatan pembelajaran dapat

menggunakan sumber belajar

dari berbagai keahlian dan

narasumber. Peserta didik dapat

menjadi suber balajar. Dan lebih

menekankan kegiatan

membelajarkan dibandingkan

mengajar.

5. Penghematan sumber-sumber

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

37

5. Pengerahan daya dukung secara

maksimal

Menggunakan tenaga dan

sarana yang relatif mahal.

Sumber-sumber pendukung

pada umunya didatangkan dari

luar peserta didik.

yang tersedia

Memanfaatkan tenaga dan

sarana yang terdapat di

masyarakat dan lingkungan

kerja dalam efisiensi.

E. Pengendalian

1. Dilakukan oleh pengelola

ditingkat yang lebih tinggi dan

keberhasilan program

dikendalikan oleh pihak dari

tingkat yang lebih tiggi dan

diterapkan secara seragam.

2. Pendekatan berdasarkan

kekuasaan

Hubungan fungsional antara

pendidik dengan peserta didik

menggunakan pendekatan

kekuasaan, perbedaan

didasarkan atas peranan dan

kedudukan.

1. Dilakukan oleh pelaksana

program dan peserta didik

Pengendalian tidak terpusat.

Koordinasi dilakukan antar

lembaga-lembaga terkait.

Otonomi pada tingkat program

dan daerah dengan menekankan

inisiatif dan partisipasi

masyarakat.

2. Pendekatan demokratis

Hubungan antara pendidik

dengan peserta didik bercorak

hubungan sejajar atas dasar

kefungsian. Pembinaan program

dilakukan secara demokratik.

Sumber : Data SKB Purwokerto

c. Kelembagaan Pendidikan

Sistem pendidikan nasional batasan yang kedua meliputi pendidikan

formal, non formal, informal (Sanapiah Faisal, 1981:37). Pendidikan formal

meliputi sekolah umum, sekolah kejuruan, sekolah kedinasan, dan khusus.

Pendidikan non formal meliputi kursus, penataran , dan training. Sedangkan

pendidikan informal meliputi sarana keluarga, media massa, tempat kerja,

keagamaan/adat, hiburan rekreatif, organisasi, rehabilitasi sosial,

pengembangan minat bakat hobby, gerakan pengembangan masyarakat dan

sanggar sumber belajar.

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

38

Dari pengertian jalur, pola pengelolaan serta kelembagaan pendidikan,

maka sistem pendidikan nasional dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 1

Persekolahan Umum

Kejuaraan

Kedinasan dan

khusus

Sistem Pendidikan Nasional

Luar Sekolah Non formal

Informal

e. Penelitian yang relevan

Penelitian terdahulu di dunia pendidikan khususnya yang berkaitan

dengan perkembangan pendidikan telah dilakukan oleh banyak peneliti,

antara lain sebagai berikut :

Titi Erlina (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan

antara kedisiplinan pamong belajar dengan prestasi hasil belajar PPKN

warga belajar kelas 2 kejar paket B setara di SKB Purwokerto Kabupaten

Banyumas tahun Pelajaran 2003-2004” dengan hasil ada hubungan yang

positif dan signifikan antara kedisiplinan pamong dengan prestasi hasil

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

39

belajar PPKn pada warga belajarkelas 2 kejar paket B setara SMP di SKB

Purwokerto tahun pelajaran 2003/2004.

Wahyu Nugroho (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Studi

Deskriptif Kuantitatif tentang motivasi belajar warga belajar kelas XI

Paket C setara SMA di SKB Purwokerto” dengan hasil motivasi belajar

warga belajar yang memiliki motivasi cukup kuat, sehingga yang

diharapkan warga belajar mempunyai banyak energi untuk melakukan

kegiatan belajar. Muatan motivasi-motivasi tersebut berada ditangan para

guru atau yang bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9

tahun pada usia wajib belajar dan orang tua bertugas memperkuat motivasi

belajar selama sepanjang hayat.

Dari beberapa kajian pustaka yang telah dipaparkan tadi, penulis

telah mendapatkan gambaran tentang perkembangan lembaga pendidikan

non-formal. Melalui gambaran dan panduan kajian pustaka itu akan dapat

membantu penulis untuk mengemukakan penelitian yang benar-benar baru

atau belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain.

F. METODOLOGI PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, caradeskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

40

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah (Moleong,2007:6). Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

populasi,tetapi menggunakan “socialsituation” atau situasi sosial yang

terdiri atast iga elemenyaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono,2006:207).

Pendekatan kualitatif ini diambil karena dalam penelitian ini

sasaran atau objek penelitian di batasi agar data-data yang diambil dapat

digali sebanyak mungkin serta agar dalam penelitian init idak

dimungkinkan adanya pelebaran objek penelitian. Penelitian dilakukan

langsung di lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di lapangan,

kemungkinan data berubah-ubah sesuai data yang ada di lapangan,

sehinggaakan ditemukan sebuah teori baru ditengah lapangan. Penelitian

ini bertolak dari cara berpikiri nduktif, kemudian berpikir secara deduktif,

penelitian ini menganggap data adalah inspirasi teori. Penelitian kualitatif

menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,wawancara, atau

penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa

pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah

apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metodeini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan

responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan

diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola inil

yang dihadapi (Moleong,2007:10). Penelitian kualitatif, peneliti

melakukan penelitian dalam skala kecil, kelompok yang memiliki

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

41

kekhususan, keunggulan, inovasi, atau bisa juga bermasalah. Kelompok

yang diteliti merupakan satuan sosial budaya yang bersifat alamiah dan

saling berinteraksi secara individual ataupun kelompok

(Sukmadinata,2009:99).

Dari teori-teori di atas dapat ditarik simpulan bahwa penelitian

deskriptif kualitatif menggunakan langkah-langkah penelitian dari

pengamatan fenomena yang dapat dijelaskan secara terperinci dan ilmiah.

Pengamatan ilmiah yang dimaksudkan adalah pengamatan yang dimulai

dari hal-hal terkecil atau sempit ke hal-hal lebih besar atau luas atau

dengan kata lain penelitian ini dari bentuk induktif kebentuk deduktif.

b. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang penulis gunakan untuk penelitian adalah SKB

Purwokerto. SKB Purwokerto terletak di jalan Prof. HR. Bunyamin No.

574 Purwokerto 53121. Waktu penelitian yaitu dari bulan April sampai

Juli 2013.

c. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti (Arikunto, 2002: 122). Dalam penelitian ini subyek penelitiannya

adalah SKB Purwokerto. Adapun informan dalam penelitian ini di

antaranya adalah Kepala SKB, Wakil kepala SKB, Tutor atau Pamong

Belajar. Adapun informan dalam penelitian ini diantaranya adalah Kepala

SKB, Wakil Kepala SKB, dan Guru Pamong/ Tutor.

d. Metode Pengumpulan Data

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

42

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki (Arikunto, 2002 : 133). Sudjana

(1989 : 109) mengartikan observasi sebagai alat pengumpulan data,

banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun

proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik dalam situasi

sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Menurut penulis yang

dimaksud dengan observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan

yang dilakukan secara sistematik dengan persiapan yang telah disusun

terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Dapat juga

dikatakan mencari data dengan proses wawancara yang dilakukan oleh

penulis kepada objek yang diteliti.

Metode obervasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

peranan SKB Purwokerto dari tahun 1990-2010. Unsur yang

diobervasi meliputi bagaimana peranan SKB Purwokerto ini dalam

upayanya untuk meningkatkan pembangunan pendidikan serta hal lain

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

2. Interview

Interview yang juga sering disebut dengan wawancara atau

kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer) (Arikunto, 2002: 132). Sedangkan Margono (1997: 165)

mengartikan interview sebagai alat pengumpul informasi dengan cara

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

43

menyampaikan sejumlah pertanyan tertulis untuk menjawab secara

tulisan pula oleh informan.

Langkah-langkah yang penulis tempuh dalam pelancar wawancara

yaitu:

1. Menentukan orang yang diwawancarai

2. Menyusun pokok-pokok masalah dan panduan wawancara agar

lebih fokus pada peranan SKB Purwokerto dalam pembangunan

pendidikan

3. Melakukan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara

Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara bebas

terpimpin atau wawancara kombinasi, yaitu dalam melaksanakan

intervew pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan

garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan (Arikunto, 2002: 132).

Subyek yang peneliti wawancara

a. Kepala SKB Purwokerto

b. Siswa

Dari dua subyek di atas peneliti mendapatkan masalah yang akan

diteliti dengan judul “Peranan SKB Purwokerto Dalam Pembanguan

Pendidikan Tahun 2000-2012 di Purwokerto”

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-

barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

44

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya

(Arikunto,2002 : 135). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh

data mengenai latar belakang dan perkembangan sekolah, struktur

organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa serta sarana dan

prasarana yang ada di SKB Purwokerto ataupun hal-hal lain yang

memiliki relevansi dengan penelitian ini.

e. Metode Analisis Data

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik (Rachman, 1993:

110). Dalam penelitian ini jenis analisis yang digunakan adalah analisis non

statistik, analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan

data. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau

angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih

kaya daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti melakukan analisis

data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai peranan SKB

Purwokerto. Temuan penelitian dilapangan yang kemudian dibentuk dalam

bangunan teori atau prinsip bukan dari teori yang telah ada, melainkan

dikembangkan dari data lapangan (induktif).

Pada analisis terdiri tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

a. Reduksi Data

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013

45

Reduksi Data adalah suatu prises pemilihan, memusatkan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data “kasar” yang

muncul pada catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data

dengan cara sedemikian rupa, sehingga simpulan finalnya dapat ditarik

diverifikasi (Mathew, 1992 : 16).

b. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian

data. Kami membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan data.

c. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah penarikan

simpulan dan verifikasi. Pada hakikatnya penarikan simpulan diambil

dari permulaan pengumpulan data (Matthew, 1992: 19).

Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013