bab pendahuluan 1 - tangerangkab.go.id

209
Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018 |1 PENDAHULUAN Untuk mewujudkan visi Kabupaten Tangerang dibidang kesehatan yakni Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Tangerang yang sehat secara mandiri dan berkeadilan” diperlukan prioritas upaya kesehatan serta konsep berpikir dari upaya kuratif kepada upaya preventif di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sejalan dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat di bidang kesehatan yakni “Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang berkualitas”, selain mengedepankan upaya preventif di faskes tingkat pertama, upaya lain yang dilakukan untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan ialah dengan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal urun biaya jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan rentan di Kabupaten Tangerang sesuai dengan PMK RI No.51 Tahun 2018 Tentang Pengenaan urun biaya dan selisih biaya dalam program jaminan kesehatan dalam rangka Universal Health Coverage (UHC). Dinas Kesehatan juga mengambil upaya terus menggandeng dan melibatkan peran serta komunitas, organisasi profesi kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta untuk bersama- sama mewujudkan azas keadilan bagi semua lapisan masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan agar derajat kesehatan masyarakat dapat dicapai setinggi-tingginya untuk mewujudkan Kabupaten Tangerang yang sehat. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018 ini disusun sebagai gambaran serta evaluasi terhadap upaya yang telah dilakukan serta berbagai permasalahan yang ditemukan di lapangan selama satu tahun. BAB 1

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|1

PENDAHULUAN

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Tangerang dibidang kesehatan

yakni “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Tangerang yang sehat secara

mandiri dan berkeadilan” diperlukan prioritas upaya kesehatan serta konsep

berpikir dari upaya kuratif kepada upaya preventif di fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama.

Sejalan dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat di

bidang kesehatan yakni “Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang berkualitas”, selain

mengedepankan upaya preventif di faskes tingkat pertama, upaya lain yang

dilakukan untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan

ialah dengan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal urun

biaya jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan

rentan di Kabupaten Tangerang sesuai dengan PMK RI No.51 Tahun 2018

Tentang Pengenaan urun biaya dan selisih biaya dalam program jaminan

kesehatan dalam rangka Universal Health Coverage (UHC).

Dinas Kesehatan juga mengambil upaya terus menggandeng dan

melibatkan peran serta komunitas, organisasi profesi kesehatan serta fasilitas

pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta untuk bersama-

sama mewujudkan azas keadilan bagi semua lapisan masyarakat dalam

memperoleh layanan kesehatan agar derajat kesehatan masyarakat dapat

dicapai setinggi-tingginya untuk mewujudkan Kabupaten Tangerang yang

sehat.

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018 ini disusun

sebagai gambaran serta evaluasi terhadap upaya yang telah dilakukan serta

berbagai permasalahan yang ditemukan di lapangan selama satu tahun.

BAB 1

Page 2: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|2

Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang memuat

berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan

Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan

kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-

masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio

Beban Tanggungan, dan lain- lain.

Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam

bentuk tabel, grafik dan data kualitatif.

Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun

2018 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut :

Bab I :Pendahuluan

Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan

diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018 dan

sistematika penulisan

Bab II :Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang

Menyajikan gambaran Kabupaten Tangerang secara umum dilihat dari

Kondisi Geografis, administratif dan informasi lainnya. Jugafaktor – faktor

yang berpengaruh terhadap kesehatan yang meliputi kependudukan, angka

harapan hidup, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Bab III :Pencapaian Program Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan,

yang mencakup tentang angka kematian, angka kesakitan dan Kejadian Luar

Biasa.

Bab IV :Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

perbaikan gizi masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),

kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar dengan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM), laboratorium, dan kefarmasian . Upaya pelayanan

dalam kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator

kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta beberapa

Page 3: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|3

upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten

Tangerang.

Bab V :Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang

kesehatan sampai tahun 2018.Gambaran tentang keadaan sumber daya

mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan, saranan

produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan dan

pembiayaan kesehatan.

Bab VI :Penutup

Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan

dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2018 yang

dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018,

serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kabupaten

Tangerang dalam mewujudkan Visi“ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten

Tangerang yang Sehat Secara Mandiri dan Berkeadilan”.

Page 4: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|4

GAMBARAN UMUM

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TANGERANG

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten

terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106o 20’-106o 43’

Bujur Timur dan 6o20’-6o20’ lintang selatan dengan luas wilayah 959.60 km2

dengan batas-batas wilayah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa,

- Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta,Kota Tangerang dan

Kota Tangerang Selatan,

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten

Lebak,

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang.

Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif

datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian

wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara

Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah

urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah

barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan.

Secara administratif pada tahun 2018 Kabupaten Tangerang memiliki

29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan.

BAB 2

Page 5: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|5

Tabel II.1

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk

MenurutKecamatan Tahun 2018

No Kecamatan

Luas

wilayah

(KM2)

Jumlah

Desa

Jumlah

Kelurahan

Desa +

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

1 Balaraja 33,6 8 1 9 134.696

2 Jayanti 23,9 8 0 8 74.051

3 Tigaraksa 48,7 12 2 14 161.133

4 Jambe 26,0 10 0 10 45.588

5 Cisoka 27,0 10 0 10 96.516

6 Kresek 26,0 9 0 9 66.207

7 Kronjo 44,2 10 0 10 62.317

8 Mauk 51,4 11 1 12 83.293

9 Kemiri 32,7 7 0 7 44.329

10 Sukadiri 24,1 8 0 8 56.455

11 Rajeg 53,7 12 1 13 178.251

12 Pasar Kemis 25,9 4 5 9 345.070

13 Teluknaga 40,6 13 0 13 167.058

14 Kosambi 29,8 10 0 10 167.447

15 Pakuhaji 51,9 8 6 14 115.982

16 Sepatan 17,3 7 1 8 123.047

17 Curug 27,4 7 0 7 215.033

18 Cikupa 42,7 14 0 14 289.065

19 Panongan 34,9 7 1 8 144.561

20 Legok 35,1 10 1 11 125.463

21 Pagedangan 45,7 10 1 11 120.967

22 Cisauk 27,8 6 0 6 86.205

23 Sukamulya 26,9 8 0 8 66.821

24 Kelapa Dua 24,4 1 5 6 236.379

25 Sindang Jaya 37,2 7 0 7 96.722

26 Sepatan Timur 18,3 8 0 8 96.924

27 Solear 29,0 7 0 7 93.741

28 Gunung Kaler 29,6 9 0 9 53.012

29 Mekar Baru 23,8 8 0 8 38.437

Kabupaten

Tangerang 959,61 249 25 274 3.584.770

Sumber Data : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Page 6: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|6

Tabel II.2

KepadatanPenduduk Menurut Kecamatan

Tahun 2018

No. Kecamatan Kepadatan Penduduk

1 Balaraja 4013,59

2 Jayanti 3099,67

3 Tigaraksa 3305,97

4 Jambe 1752,04

5 Cisoka 3577,32

6 Kresek 2549,36

7 Kronjo 1408,93

8 Mauk 1619,86

9 Kemiri 1355,63

10 Sukadiri 2338,65

11 Rajeg 3319,39

12 Pasar Kemis 13312,89

13 Teluknaga 4116,76

14 Kosambi 5626,58

15 Pakuhaji 2236,01

16 Sepatan 7104,33

17 Curug 7845,06

18 Cikupa 6772,84

19 Panongan 4138,59

20 Legok 3571,39

21 Pagedangan 2647,56

22 Cisauk 3104,25

23 Sukamulya 2480,36

24 Kelapa Dua 9695,61

25 Sindang Jaya 2603,55

26 Sepatan Timur 5305,09

27 Solear 3231,33

28 Gunung Kaler 1789,13

29 Mekar Baru 1613,64

Kabupaten Tangerang 4013,59

Sumber Data : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan Pasar Kemis

memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Tangerang pada

tahun 2018 di susul Kecamatan Kelapa Dua dan Curug.

Page 7: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|7

2.2. STRATA PENDUDUK

Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur penduduk di

Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk “usia produktif” dengan

68,9 % penduduk adalah kelompok umur 15-64 tahun, jumlah penduduk

berumur 0-14 tahun sebanyak 28.69 % dan berumur > 65 tahun adalah

sebanyak 3,11 %.

Tabel II.3

Kelompok Umur Penduduk Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

No

Kelompok

Umur

(Tahun)

Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Laki2+

Perempuan

1 2 3 4 5

1 0 - 4 183.461 176.294 359.755

2 5 - 9 177.124 168.973 346.097

3 10 - 14 154.968 149.093 304.061

4 15 - 19 161.991 156.944 318.935

5 20 - 24 170.600 160.833 331.433

6 25 - 29 170.757 165.613 336.370

7 30 - 34 169.053 170.598 339.651

8 35 - 39 160.834 159.736 320.570

9 40 - 44 141.779 128.731 270.510

10 45 - 49 111.203 96.495 207.698

11 50 - 54 83.167 73.056 156.223

12 55 - 59 58.535 52.361 110.896

13 60 - 64 40.224 37.477 77.701

14 65 - 69 24.200 23.284 47.484

15 70 - 74 13.891 15.980 29.871

16 75+ 11.683 15.832 27.515

JUMLAH 1.833.470 1.751.300 3.584.770

Sumber Data: Kantor Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018

Page 8: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|8

2.3. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap

pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas

penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek

intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli)

sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat.

Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka

Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan

Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat

dilihat sebagai berikut :

Grafik II.1

Perkembangan IPM

Tahun 2014 – 2017

Sumber Data : BPS Provinsi Banten 2018

2.4. ANGKA HARAPAN HIDUP

Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan

oleh Angka Harapan Hidup (AHH). AHH untuk tahun 2017, yaitu sebesar

69,47 dimana terdapat peningkatan dibandingkan AHH pada tahun 2016

(Sumber : Badan Pusat Statistik Prov.Banten).

Page 9: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|9

Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan telah

berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Grafik II.2

Angka Harapan Hidup

Th. 2014 – 2017

Sumber Data : BPS Provinsi Banten 2018

Page 10: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|10

PENCAPAIAN PROGRAM

KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten

Tangerang, berikut ini disajikan situasi mortalitas dan morbiditas

3.1. JUMLAH KEMATIAN

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat

dari UHH (Usia Harapan Hidup), Angka Kematian Ibu (AKI) dan AKB

(Angka Kematian Bayi). Selain itu kejadian kematian juga dapat digunakan

sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan

program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya

dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.

Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama

kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

3.1.1. Jumlah Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi

lahir sampai belum berusia tepat satu tahun, yang terbagi menurut usia

kematiannya. Kematian Neonatal yaitu kematian bayi lahir hidup yang

kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian Neonatal

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian Neonatal dini merupakan

kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya dan kematian

Neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari

kehidupannya.(Pedoman AMP Kemenkes 2010).

Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah

kematian bayi dibawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini

BAB 3

Page 11: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|11

merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan

indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat

secara menyeluruh.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 24/1000 kelahiran

hidup (SDKI 2017). Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian bayi

tahun 2015 s/d tahun 2018.

Grafik III.1

Jumlah Kematian Bayi

Tahun 2015-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada grafik III.1 terlihat jumlah kematian bayi menurun pada tahun

2016, 2017 dan 2018 oleh karena meningkatnya jumlah puskesmas mampu

PONED yaitu 27 ditahun 2015, 36 di tahun 2016, 40 di tahun 2017 dan 42 di

tahun 2018 dan juga karena meningkatnya keterampilan tenaga kesehatan

terutama petugas puskesmas dalam tatalaksana kasus kegawatdaruratan pada

bayi. Penyebab kematian bayi pada tahun 2018, dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Page 12: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|12

Grafik III.2

Penyebab Kematian Bayi

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Tabel III.1

Penyebab Kematian Bayi Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Penyebab terbanyak kematian Bayi pada tahun 2018 adalah Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR) dan urutan kedua adalah asfiksia, kondisi ini sama

dengan di tahun 2017, hal ini disebabkan karena banyaknya kasus ibu hamil

dengan Kekurangan Energi Kalori (KEK), ibu hamil dengan anemia serta

komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre Eklampsi Berat

(PEB) pada ibu hamil.

No Penyebab Kematian Bayi Jumlah

Kasus 1 BBLR 122

2 ASFIKSIA 42

3 TETANUS 2

4 SEPSIS 16

5 KELAINAN KONGINETAL 37

6 IKTERUS 1

7 LAIN-LAIN 21

8 PNEUMONIA 4

9 DIARE 2

Jumlah 247

Page 13: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|13

3.1.2. Jumlah Kematian Ibu

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari

indikator Angka A Ibu (AKI). Kematian ibu adalah kasus kematian

perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan

kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus

mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa

melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat

kecelakaan atau kejadian insidental (Pedoman AMP Kemenkes 2010).

AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan

dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau

pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau

terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator AKI mampu menilai

derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan

pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun 2012). Upaya menurunkan angka

kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam target SDGs yaitu pada tahun

2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000

kelahiran hidup.

Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 adalah

sebanyak 44 kasus dan terjadi kenaikan 1 kasus dibandingkan pada tahun

2017. Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian ibu tahun 2015 s/d

tahun 2018.

Page 14: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|14

Grafik III.3

Jumlah Kematian Ibu

Tahun 2015-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 dapat

dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik III.4

Penyebab Kematian Ibu

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 15: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|15

Tabel III.2

Penyebab Kematian Ibu

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada tahun 2018 penyebab kematian ibu terbanyak adalah Preeklamsia

dan Eklamsia. hal ini bergeser dari tahun 2017 dimana penyebab kematian

ibu terbanyak adalah karena Perdarahan, hal ini terjadi karena kejadian

PEB/Eklamsia sulit untuk di diagnosa (eklamsia atipikal), sehingga kejadian

yang tidak diinginkan sering terjadi. Seluruh kasus kematian ibu (44 kasus)

sudah dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kabupaten oleh

tim AMP Kabupaten Tangerang sebagai pembelajaran untuk mencegah

kematian serupa di masa yang akan datang.

Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan

terdiri dari (1) pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan kesehatan ibu

bersalin, (3) pelayanan kesehatan ibu nifas, (4) Puskesmas melaksanakan

kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K), dan (5) pelayanan kontrasepsi.

No Penyebab Kematian Ibu Jumlah

1 Perdarahan 7

2 Hipertensi dalam kehamilan, PEB/Eklamsia 24

3 Gangguan Sistem peredaran darah (Jantung, Stroke dll) 3

4 Penyebab lain 10

Jumlah 44

Page 16: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|16

3.2. ANGKA KESAKITAN

3.2.1.Sepuluh Besar Penyakit

Grafik III.5

10 Besar Penyakit Di Puskesmas

Tahun 2018

5663

9

3573

7

2082

0

19

96

2

1973

6

1914

6

1372

4

1367

5

1295

4

1230

6

1 0 B E S A R P E N Y A K I T D I P U S K E S M A S

Sumber Data: Bid.PPK- SIK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas terlihat infeksi Saluran Nafas Akut berada diposisi

teratas dari 10 besar penyakit di Kabupaten Tangerang, yaitu Acute upper

respiratory infection, unspecified sebesar 56639 kasus, diikuti penyakit

Essential (primary) hypertension, Gastritis, myalgia, Cough, Dermatitis,

Acute nasopharyngitis, Fever, Acute Nasopharyngitis, Headache.

3.2.2. Penyakit Menular

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdiri dari

:

3.2.2.1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD)

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah

kesehatan masyarakat dan endemis hampir di seluruh kota/kabupaten di

Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 di Surabaya dan

Page 17: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|17

Jakarta, hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat dan

penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33

provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di

beberapa daerah endemis tinggi DBD.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili

Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang

terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD),

Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS)

termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang

dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis

serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.

Kegitan pokok P2DBD adalah Survailans kasus Vektor, Penemunan

dan Tatalaksana Kasus, Pengendalian Vector, Peningkatan Peran Serta

Masyarakat, Sistim Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan KLB,

Penyuluahan ,Kemitraan dan Jejaring Kerja, Monitoring dan Evaluasi

(Monev)

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan

pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) disemua wilayah, dan

pemantauan jentik berkala untuk mencapai angka bebas jentik sesuai target

(>95%), kegiatannya dilakukan dengan melakukan Sosialisasi dan Pembinaan

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik khususnya di wilayah –wilayah endemis DBD,

pemberdayaan masyarakat dengan pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG)

seperti pemberian lavitrap, mengaktifkan kembali pokjanal DBD, melakukan

Penyelidikan Epidemologi (PE) dan melaksanakan Fogging Fokus sesuai

kriteria dari hasil penyelidikan Epidemologi sebagai upaya untuk memutus

rantai penularan DBD yang di dahului dengan kegiatan penyuuhan kepada

masyarakat ,Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Larvasidasi (pemberian

abate untuk membunuh jentik nyamuk) dan dilanjutkan fogging fokus dengan

radius 200 m.

Page 18: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|18

Grafik III.6

Distribusi Kasus DBD Berdasarkan Kecamatan

di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Data:P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik III.7

Distribusi Kasus DBD Berdasarkan Puskesmas

di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Page 19: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|19

Grafik III.8

Distribusi Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin

di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Grafik III.9

Distribusi Kasus DBD Berdasarkan Golongan Umur

di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Kasus DBD terbesar per kelompok umur pada Tahun 2018 adalah

kelompok umur 15-45 tahun diikuti dengan kelompok umur 5-14 tahun.

Melihat data ini kemungkinan penularan tidak hanya di rumah tetapi

di sekolah atau di tempat kerja. Sehingga gerakan PSN perlu juga digalakkan

di sekolah dan di tempat kerja. Tampak telah terjadi perubahan pola penyakit

DBD, dimana dahulu DBD adalah penyakit pada anak-anak dibawah 15

tahun, saat ini telah menyerang seluruh kelompok umur, bahkan lebih banyak

pada usia produktif. Perlu diteliti lebih lanjut hal mempengaruhinya, apakah

karena virus yang semakin virulen (ganas) atau karena pengaruh lain.

Page 20: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|20

Grafik III.10

Angka Kematian (CFR)

di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2018

Grafik III.11

Angka Kesakitan (IR)

di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2018

Pada Grafik 6 dan 7 Insiden Rate dan Case Fatality Rate cenderung

mengalami penurunan, meskipun masih terlihat fluktuatif dibeberapa tahun.

Peningkatan dan penyebaran kasus DBD yang terjadi di beberapa wilayah

kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi,

perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan

distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih

memerlukan penelitian lebih lanjut.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kematian

kasus DBD dapat dilakukan pelatihan manajemen kasus terhadap petugas,

penyediaan sarana dan prasarana untuk deteksi dini dan penanganan yang

Page 21: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|21

tepat dan cepat, upaya promosi kesehatan yang berkualitas dan peningkatan

akses dan pelayanan medis perlu lebih difokuskan serta kerjasama dengan

lintas sektoral (SKPD terkait), kader, RT, RW, tokoh masyarakat dan tokoh

agama dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam deteksi dini

kasus agar segera dapat di tatalaksana sesuai standar pelayanan medis.

Grafik III.12

Rata –Rata Penderita DBD

di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2018

Sumber Data:P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari gambar tersebut di atas tampak siklus epidemik terjadi setiap

tiga-lima tahunan, hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perubahan

iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya.

Bulan sebelum musim penularan (SMP) adalah bulan Oktober , yaitu

bulan dimana jumlah penderita DBD paling rendah,berdasarkan jumlah

penderita rata-rata perbulan selama 5 tahun

Menurut Mc Michael (2006), perubahan iklim menyebabkan

perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, arah udara sehingga berefek

terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan

terutama terhadap perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes,

malaria dan lainnya.

Page 22: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|22

Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih

kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor

pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk

yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan

penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.

Grafik III.13

Angka Bebas Jentik (ABJ)

di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2018

Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) tahun 2018 cenderung menglami

penurunan yang belum sesuai dengan target nasional karena Kabupaten

Tangerang temasuk wilayah endemis DBD sehingga perlu intensif melakukan

upaya-upaya pemberantasan Sarang Nyamauk dan pengendalian vector untk

memutus perkembangbiakan nyamuk.

Upaya lain yang sudah dilakukan dalam Program Pengendalian DBD

(P2DBD) di wilayah Kabupaten Tangerang adalah diprioritaskan dengan

memutus rantai penularan, melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),

fogging fokus sesuai indikasi dan sosialisasi dan pembinaan Gerakan 1 rumah

1 jumantik.

Indikasi fogging fokus diberikan apabila terdapat penderita DBD

dilengkapi dengan Kewaspaan Dini Rumah Sakit (KDRS) kemudian

dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita atau

tersangka DBD lainnya serta pemeriksaan jentik di lokasi tempat tinggal

penderita dengan radius 100 m (kurang lebih 20 rumah/bangunan lainnya).

Page 23: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|23

Apabila ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya atau ≥ 3 orang

tersangka DBD dan ditemukan jentik (≥ 5%), maka fogging fokus dilakukan

dengan radius 200 m yang didahului dengan kegiatan :

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN);

2. Larvasidasi dan kemudian dilakukan ;

3. Penyuluhan.

3.2.2.2.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta

Penyakit Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebut

juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit MorbusHansen yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–

5 tahun atau bisa kurang dari 2 tahun ataupun lebih dari 5 tahun.

Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi

progresif dan bisa menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf,

anggota gerak, dan mata.

Selama periode 2009-2018, angka penemuan kasus baru kusta di

Kabupaten Tangerang, pada tahun 2009 merupakan yang terendah yaitu

sebesar 6.18 per 100.000 penduduk. Angka penemuan kasus baru

(CDR=Case Detection Rate) adalah jumlah kasus yang baru ditemukan pada

periode satu tahun per 100.000 penduduk, Merupakan indikator yang paling

bermanfaat dalam menetapkan besarnya masalah dan transmisi yang sedang

berlangsung. Selain itu, dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah

kebutuhan obat serta menunjukkan aktivitas program.

Page 24: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|24

Grafik III.14

Penemuan Kasus Baru Kusta dan Angka Prevalensi Kusta

diKabupaten Tangerang

Tahun 2009 -2018

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Angka penemuan kasus baru kusta senantiasa mengalami peningkatan

sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Angka terendah pada tahun

2009 sebesar 6.18/100.000 penduduk dan tertinggi pada tahun 2015 sebesar

12.16/100.000 penduduk. Penurunan angka penemuan kasus baru kusta

terjadi pada tahun 2016-2018. Pada tahun 2016 ditemukan sebanyak

11.5/100.000 penduduk, terjadi penurunan sebesar 0,66 poin dibandingkan

tahun 2015, dan pada tahun 2017 ditemukan sebanyak 11,44 / 100.000

penduduk, terjadi penurunan lagi sebanyak 0,06 poin dibandingkan tahun

2016 dan pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 9,35 / 100.000 penduduk.

Tingginya angka kasus mencerminkan masih banyaknya penderita kusta di

masyarakat yang belum tertangani. Optimalisasi penemuan kasus baru di

masyarakat dapat memutus mata rantai penularan disekitar penderita.

Angka prevalensi kusta di Kabupaten Tangerang sejaktahun 2009-2018

berkisar antara 0.60 - 1.29 per 10.000 penduduk. Angka prevalensi terus

mengalami peningkatan sejak tahun 2009-2015. Tahun 2016 terjadi

penurunan angka Prevalensi hingga tahun 2018 menjadi 0,97 / 10.000

penduduk.

Prevalensi sebanyak 0.14 poin dibandingkan tahun 2015 dan pada tahun

2017 turun 0.03 poin dibandingkan tahun 2016 dan pada tahun 2018 turun

0,15 poin dibandingkan tahun 2017. Diharapkan akan terus terjadi penurunan

Page 25: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|25

angka Prevalensi hingga < 1/10.0000 penduduk sesuai target nasional.

Prevalensi adalah jumlah kasus terdaftar pada suatu saat tertentu. Angka

prevalensi adalah jumlah kasus kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat

tertentu per 10.000 penduduk. Angka ini menunjukkan besarnya masalah di

suatu daerah, menentukan beban kerja dan sebagai alat evaluasi program.

Dalam grafik terlihat sejak tahun 2015-2017 angka prevalensi di atas target

nasional dan pada tahun 2018 terjadi penurunan menjadi dibawah target

nasional, hal tersebut mengakibatkan Kabupaten Tangerang secara perlahan

akan mencapai target nasional dengan angka prevalensi < 1/10.000 penduduk.

Pada tahun 2018, ditemukan kasus baru kusta di seluruh wilayah

Puskesmas di Kabupaten Tangerang kecuali Puskesmas Jl.Kutai yang tidak

menemukan kasus baru Kusta. Grafik di bawah ini menggambarkan sebaran

dan jumlah kasus baru kusta pada tahun 2018.

Grafik III.15

Distribusi Penemuan Kasus Baru Kusta (CDR=Case Detection Rate)

Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik di atas menunjukkan ditemukannya jumlah kasus baru kusta

sebanyak 335 kasus di Kabupaten Tangerang yang tersebar di 43 Puskesmas.

Hanya 1 Puskesmas yg tidak memiliki kasus baru, tetapi mempunyai kasus

kambuhan 1 orang. Tiga wilayah Puskesmas yang memiliki jumlah kasus

Page 26: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|26

baru kusta tertinggi adalah Kedaung Barat (20 kasus), Gunung Kaler (17

kasus), Sukadiri (15 kasus). Sejak tahun 2013-2018, terdapat beberapa

wilayah Puskesmas yang memiliki kasus kusta tertinggi tiap tahun di

Kabupaten Tangerang. Grafik di bawah ini menggambarkan distribusi kasus

tertinggi di lima wilayah Puskesmas dalam kurun waktu 5 tahun.

Grafik III.16

Distribusi Jumlah Kasus Baru Kusta

Berdasarkan Lima Puskesmas Tertinggi Penderita Kusta

di Kabupaten TangerangTahun 2013-2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Berdasarkan grafik tersebut di atas terlihat wilayah Puskesmas Sukadiri

merupakan wilayah yang senantiasa masuk dalam posisi lima Puskesmas

tertinggi dengan kasus baru kusta di Kabupaten Tangerang berturut turut

selama lima tahun, disusul dengan Puskesmas Kresek dan Puskesmas

Kedaung Barat.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Kusta di Kabupaten Tangerang, antara lain : Rapid

Village Survei (RVS) dilakukan di desa dengan beban kusta tinggi, School

Survei (dengan sasaran siswa/siswi sekolah dasar), pemeriksaan kontak

serumah, pelacakan terhadap kasus mangkir, sosialisasi kusta terhadap DPS,

sosialisasi kusta terhadap guru TK/SD dan On The Job Training (OJT) dalam

peningkatan kapasitas pengelola program di Puskesmas. Upaya dalam

pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus

sejak dini.

Page 27: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|27

Indikator lain yang dipakai dalam evaluasi program pengendalian kusta

adalah angka cacat tingkatII (Grade II Disability rate), angka ini digunakan

untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta. Angka

ini merupakan angka kasus baru yang telah mengalami cacat tingkat II per

100.000 penduduk yang dapat merefleksikan perubahan dalam deteksi kasus

baru dengan penekanan pada penemuan kasus secara dini.

Grafik di bawah ini menunjukkan angka cacat tingkat II di Kabupaten

Tangerang sejak tahun 2009-2017.

Grafik III.17

Angka Cacat Tingkat II per 100.000 Penduduk

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2009 -2018

Sumber Data: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Angka cacat tingkat II kusta sejak tahun 2009-2018 di Kabupaten

Tangerang cenderung fluktuatif yaitu memperlihatkan peningkatan dan

penurunan kasus dari tahun ketahun. Angka cacat tingkat II terendah

ditemukan pada tahun 2013 sebesar 0.62 per 100.000 penduduk, sedangkan

tertinggi pada tahun 2015 sebesar 1.53 per 100.000 penduduk.

Angka cacat tingkat II pada tahun 2016 sebesar 1.09 per 100.000

penduduk, menurun 0,44 poin dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu sebesar

1.53 per 100.000 penduduk, tahun 2017 angka cacat II yaitu 0,89 per 100.000

penduduk, menurun kembali 0,2 poin dan pada tahun 2018 angka cacat II

kembali menurun 0,47 poin dibandingkan tahun 2017. Penurunan ini

mencerminkan adanya perubahan dalam deteksi kasus baru dengan

Page 28: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|28

penekanan pada penemuan kasus secara dini. Beban penyakit kusta tidak

hanya menyebabkan tingginya angka penderita saja melainkan besarnya

kecacatan dan masalah ekonomi yang ditimbulkan. Apabila seseorang

mengalami kecacatan maka hidupnya akan bergantung pada orang lain dan

tidak produktif sehingga berpengaruh pada penghasilan seseorang.

Selain angka cacat tingkat II kusta, indikator lain yang di anggap

penting adalah proporsi cacat tingkat II kusta. Proporsi cacat tingkat II kusta

diperoleh dari presentase penderita kusta yang mengalami cacat tingkat II di

antara seluruh penderita kusta pada kurun waktu yang sama.

Kabupaten Tangerang adalah salah satu wilayah di Provinsi Banten

yang memiliki beban kasus kusta tertinggi. Selain penemuan kasus baru kusta

yang di lakukan secara intensif, pun dilakukan berbagai upaya yang dapat

menurunkan proporsi cacat tingkat II. Grafik dibawah ini adalah proporsi

cacat tingkat II kusta di Kabupaten Tangerang sejak tahun 2009-2018.

Grafik III.18

Proporsi Cacat Tingkat II Kusta

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2009 -2018

Sumber Data: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Proporsi cacat tingkat II sejak tahun 2009-2018 terjadi kenaikan dan

penurunan, terendah tahun 2013 sebesar 8 % dan tertinggi pada tahun 2010

sebesar 15 %. Angka ini bermanfaat untuk menunjukkan keterlambatan

antara kejadian penyakit dan penegakkan diagnosis (keterlambatan pasien

mencari pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan penderita).

Proporsi cacat tingkat II memiliki indicator <5% dari seluruh kasus baru yang

Page 29: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|29

ditemukan (MB dan PB). Proporsi cacat tingkat II di Kabupaten Tangerang

sejak Tahun 2009-2017 memiliki angka >5%, hal ini mencerminkan belum

mencapai indikator yang ditetapkan. Perlu dilakukan upaya yang dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengetahui tanda dan gejala

kusta sehingga masyarakat dapat dengan cepat mencari tenaga kesehatan

untuk mendapatkan pengobatan dengan baik. Namun pada tahun 2018 terjadi

penurunan diangka 4 % yang berada dibawah angka indikator yaitu < 5 %.

Dapat diartikan, masyarakat sudah banyak yang terpapar pengetahuan tentang

penyakit kusta, sehingga mereka dengan cepat dapat mencari tenaga

kesehatan ketika menemukan adanya bercak mencurigakan yang mengarah ke

penyakit kusta.

Indikator lain yang digunakan dalam memantau kemajuan program

pengendalian kusta adalah Angka kesembuhan (RFT=Release from

Treatment), angka ini sangat penting dalam kualitas tatalaksana pasien dan

kepatuhan pasien dalam minum obat. Analisa Kohort merupakan teknik

analisa yang digunakan didalam mempelajari angka kesakitan yang berubah

data kasus kusta dikelompokkan menurut tanggal/waktu mulai diberikan

pengobatan Multi Drug Therapy (MDT). Monitoring dilakukan selama

pengobatan, yaitu selama 6-9 bulan untuk pasien PB dan 12-18 bulan untuk

pasien MB.

Di bawah ini terdapat grafik Angka Kesembuhan (RFT= Release from

Treatment) Multi Basiler (MB) di wilayah Kabupaten Tangerang sejak tahun

2009-2017. Pasien yang menderita kusta Multi Basiler (MB) memiliki bercak

pada kulit yang kurang rasa atau mati rasa dengan Jumlah bercak yang

banyak ( lebih dari 5) dan biasanya sudah terdapat kecacatan pada telapak

tangan, telapak kaki maupun kelopak mata.

Page 30: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|30

Grafik III.19

Angka Kesembuhan (RFT= Release from Treatment) MB

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2009 -2018

Sumber Data: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Angka kesembuhan MB/RFT rate MB adalah kasus baru MB dari

periode kohort 1 tahun yang sama dan telah menyelesaikan pengobatan tepat

waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam presentase. Sejak

tahun 2009-2017 terjadi kenaikan dan penurunan angka kesembuhan kusta

jenis MB di Kabupaten Tangerang. Angka kesembuhan MB terendah pada

tahun 2009 (14.78%) dan tertinggi pada tahun 2016 (84.60%). Angka

kesembuhan MB pada tahun 2016 sebesar 84.60% mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2015 (73.50%). Sedangkan pada tahun 2018 mengalami

peningkatan yang tidak signifikan yaitu 0.8 poin dari tahun 2017. Hal ini

mencerminkan terjadinya peningkatan kualitas tatalaksana penderita kusta

MB dan kepatuhan penderita kusta MB dalam minum obat.

Page 31: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|31

Grafik III.20

Angka Kesembuhan (RFT=Release from Treatment) PB

di Kabupaten Tangerang

Tahun 2009 -2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Angka Kesembuhan PB/RFT Rate PB adalah kasus baru PB dari

periode kohort 1 tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat

waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam presentase. Pasien yang

menderita kusta Pausy Basiler (PB) memiliki bercak merah di kulit yang

matirasa, terutama nampak di wajah, bisa juga nampak berupa kemerahan

yang halus, atau bercak-bercak keputihan yang kurang atau mati rasa di

seluruh tubuh dengan jumlah yang sedikit ( kurang dari 5 ) dan pada

umumnya tidak ada kecacatan pada telapak tangan, telapak kai dan kelopak

mata.

Dari grafik di atas angka kesembuhan PB terendah pada tahun 2009

sebesar 47.57% dan tertinggi pada tahun 2011 sebesar 92.3%. Pada tahun

2017 angka kesembuhan PB sebesar 97.9%, mengalami peningkatan yang

sangat signifikan yaitu 9.9 poin dibandingkan tahun 2016 (88.0%). Namun

pada tahun 2018 mengalami penurunan 6.1 poin dibandingkan tahun 2017.

Indikator lain yang bermanfaat dalam mengukur kemajuan program

pengendalian kusta adalah proporsi kasus anak (0-14 tahun) yang menderita

Page 32: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|32

kusta. Di bawah ini terdapat grafik yang menggambarkan proporsi kasus anak

(0-14 tahun) yang menderita kusta sejak tahun 2009-2017 di wilayah

Kabupaten Tangerang.

Grafik III.21

Proporsi kasus anak (0-14 tahun) Menderita Kusta

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2009 -2018

Sumber Data: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Proporsi kasus anak (0-14 tahun) yang menderita kusta adalah jumlah

kasus anak (0-14 tahun) diantara kasus baru yang ditemukan pada periode

satu tahun. Angka ini dapat digunakan untuk melihat keadaan sumber

penularan di masyarakat dan memperkirakan kebutuhan obat. Dari grafik di

atas terlihat proporsi kasus anak cenderung fluktuatif, yaitu mengalami

peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Proporsi kasus anak terendah

pada tahun 2010 dan 2016 yaitu sebesar 11% dan tertinggi pada tahun 2013

sebesar 17%. Penurunan kasus terjadi dari tahun 2015 (16%) ke tahun 2016

(11%) sebesar 5 poin dan kasus anak pada tahun 2017 tetap 11 % dan pada

tahun 2018 terjadi penurunan kembali sebesar 9 %.

Page 33: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|33

Grafik III.22

Proporsi Kasus Kusta MB

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2009-2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Proporsi kasus kusta MB adalah jumlah kasus MB yang ditemukan

diantara kasus baru pada periode satu tahun. Angka ini dapat dipakai untuk

memperkirakan sumber penyebaran infeksi di masyarakat dan untuk

menghitung kebutuhan obat. Dari grafik tersebut di atas terlihat proporsi

kasus kusta MB terendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 80% dan tertinggi di

tahun 2016 dan 2017 sebesar 88% dan tahun 2018 sebesar 92 %. Tingginya

penemuan kasus kusta MB di masyarakat berisiko untuk menularkan penyakit

kusta.

3.2.2.3.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan tingginya angka kesakitan diare, pada

tahun 2012 angka kesakitan diare semua umur 214 per 1000 penduduk dan

angka kesakitan diare pada balita 900 per 1000 penduduk (Kajian Morbiditas

Diare 2012).

Menurut hasil Riskesda tahun 2007, dalam kelompok penyakit penyakit

menular, diare merupakan penyebab kematian no 1 baik pada bayi post

neonatal (31,4%) maupun anak balita (25,2%) sedangkan pada kelompok

Page 34: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|34

semua umur merupakan penyebab kematian no 4 (13,2%) dan menurut hasil

kajian masalah kesehatan berdasarkan siklus kehidupan tahun 2011 penyakit

diare menjadi penyebab kematian no 2 pada bayi post neonatal (17,4%) dan

pada anak balita (13,3%). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, insiden diare

pada balita adalah 6,7%. Insiden diare pada semua umur adalah 3,5%

sedangkan period prevalens diare pada semua umur adalah 7,0%.

Berdasarkan hasil kegiatan Rapid Survey Diare yang dilaksanakan pada

tahun 2015, diketahui bahwa angka kesakitan diare pada semua umur adalah

270 per 1000 penduduk, angka kesakitan diare pada balita adalah 843 per

1000 penduduk. Selain itu diare juga merupakan penyakit yang berpotensi

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Dari hasil pengumpulan data melalui rekapitulasi laporan bulanan diare

di wilayah Kabupaten Tangerang, menunjukkan hasil sebagai berikut :

Grafik.III.23

Distribusi Frekuensi Penderita Diare Semua Umur

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013-2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah penderita diare semua umur

yang dilayani di Puskesmas dan kader dari tahun 2013-2018 cenderung

mengalami peningkatan. Meskipun jumlah kasus yang mendapatkan

pelayanan cenderung mengalami peningkatan, namun cakupan belum sesuai

target nasional yaitu 100%. Berikut presentase cakupan penderita diare semua

umur di Kabupaten Tangerang.

Page 35: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|35

Grafik.III.24

Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013-2018

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik.III.25

Persentase Cakupan Kasus Diare Pada Balita

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013-2018

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2016

Rendahnya cakupan penemuan kasus Diare di Kabupaten Tangerang

disebabkan beberapa kendala antara lain :

1. Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan kasus Diare yang terjaring

di luar Puskesmas.

2. Belum terkoordinasinya pengelolaan program Diare antara petugas

puskesmas dan kader.

3. Belum terlaporkannya kasus-kasus yang ditemukan fasilitas pelayanan

kesehatan swasta.

Page 36: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|36

Program Penanggulangan Penyakit Diare berdasarkan protap terkini secara

praktis termuat dalam LINTAS Diare atau Lima Langkah Tuntas yang perlu

terus dioptimalkan dalam implementasinya, yaitu :

1. Pemberian Oralit Osmolaritas (Kepekatan) rendah.

2. Obat Zinc selama 10 hari.

3. ASI dan makanan sesuai umur

4. Antibiotika selektif

5. Nasehat pada ibu/pengasuh

3.2.2.4.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA)

Kegiatan pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten Tangerang

adalah penjaringan dan penatalaksanaan kasus Pneumonia Balita.

Berdasarkan ketentuan WHO, perkiraan kasus pneumonia balita di negara

berkembang termasuk Indonesia adalah 10% - 20% dari jumlah total balita,

sedangkan kebijakan Kemenkes menetapkan angka 10% jumlah balita

sebagai angka perkiraan kasus pneumonia balita di Indonesia. Angka ini

ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis sehingga belum secara

spesifik menggambarkan kondisi pneumonia balita di wilayah tertentu. Untuk

menilai efektifitas penemuan kasus maka ditetapkan sasaran Pneumonia

Balita sebesar 4,12% dari jumlah total balita.

Page 37: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|37

Grafik.III.26

Distribusi Frekuensi Penderita ISPA Pada Balita

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013-2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan kasus

ISPA yang ditemukan. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang

telah dilaksanakan, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku

belum konsisten dilaksanakan

2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan fasilitas

pelayanan kesehatan swasta

3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO

karena belum adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional

maupun regional yang dapat dijadikan acuan yang lebih valid.

Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah:

1. Memperluas cakupan kegiatan bimbingan teknis bagi pengelola program

serta petugas BP anak mengenai prosedur baru tatalaksana kasus

ISPA/Pneumonia pada balita

2. Melaksanakan sosialisasi pencatatan dan pelaporan serta tatalaksana kasus

pneumonia untuk bidan praktek swasta

Page 38: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|38

3.2.2.5. Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/Epidemik

(Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Filariasis)

Filiariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun

yang disebabkan oleh cacing filaria ( Wushereria Bancrofti, Brugia Malayi

dan Brugia Timori) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Diperkirakan 1/5 penduduk dunia atau 1,1 milyar penduduk di 83 negara

berisiko terinfeksi filariasis,terutama di daerah tropis dan beberapa daerah

subtropis. Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial,hambatan

psikososial dan penurunan produktivitas kerja penderita,keluarga dan

masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Penderita

menjadi beban keluarga dan negara. Sampai dengan tahun 2004 di inddonesia

diperkirakan 6 juta orang terinfeksi filariasis dan dilaporkan lebih dari 8.243

diantaranya menderita klinis kronis filariasis terutama di pedesaan.

Filariasis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang yang dapat menimbulkan

kecacatan seumur hidup. Kabupaten Tangerang termasuk wilayah endemik

filariasis dengan angka kasus sebanyak 34 orang diantaranya kasus klinis

kronis filariasis dengan hasil Survey Darah Jari (SDJ) microfilaria rate 2,8

%.

Atas dasar itu Kabupaten Tangerang melakukan Program Eliminasi

Filariasis yaitu dengan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)

Filariasis selama 5 tahun berturut –turut dari tahun 2009-2013 yang bertujuan

untuk menurunkan angka mcrofilaria rate < 1% seta untuk mencegah dan

membatasi kecacatan akibat filariasis. Berikut distribusi kasus filariasis di

Kabupaten Tangerang.

Page 39: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|39

Grafik III.27

Distribusi Kasus Filariasis di Kab. Tangerang

Tahun 1994-2018

Grafik III.28

Distribusi Kasus Filariasis Berdasarkan Kecamatan di Kab. Tangerang

Tahun 1994-2018

Dari grafik di atas terlihat terjadi penurunan kasus filariasis selama

kurun waktu 10 tahun terakhir sejak dilakukan pengobatan massal selama 5

tahun berturut-turut yang dimulai tahun 2009 s/d tahun 2013 walaupun masih

terlihat fluktuatif , semua kasus tersebut sudah ditangani /dilakukan

pengobatan serta tatalaksana perawatan kasus kronis filariasis .

Page 40: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|40

Grafik III.29

Cakupan Pengobatan Massal Filariasis

Tahun 2009-2013

Sebagai upaya memutuskan rantai penularan kasus Filariasis, sejak

tahun 2009 dilaksanakan pengobatan massal di seluruh wilayah Kabupaten

Tangerang. Ada dua indikator dalam menilai cakupan pengobatan massal

yaitu

a. Angka Pencapaian Pengobatan

Angka pencapaian pengobatan merupakan parameter untuk menilai

penanggulangan potensi penularan pada penduduk beresiko dan aspek

epidemiologisnya. Dengan demikian semakin tinggi cakupan

menggambarkan semakin kecil resiko penularan filariasis di daerah

endemis.

Page 41: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|41

Grafik III.30

Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis

Tahun 2011-2013

Dari grafik diatas terlihat adanya penurunan target, hal ini

disebabkan adanya penurunan proporsi sasaran yang menentukan

besarnya target. Sebelumnya pasien lansia dimasukkan dalam kategori

sasaran pengobatan akan tetapi berdasarkan panduan terbaru dari Subdit

Filariasis dan Kecacingan Kemenkes RI, mulai tahun 2012 kelompok

lansia tidak lagi dimasukkan kedalam sasaran. Dengan demikian

penurunan Angka Pencapaian Pengobatan yang tampak pada grafik di

atas tidak menunjukan meningkatnya resiko penularan.

b. Angka keberhasilan pengobatan

Cakupan angka keberhasilan pengobatan, merupakan parameter untuk

menilai efektivitas pengobatan massal, semakin tinggi cakupan

menunjukan besarnya jaminan bahwa upaya pengobatan akan

memberikan hasil yang optimal.

Page 42: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|42

Grafik III.31

Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis

Tahun 2009-2013

Evaluasi untuk menilai berhentinya penularan dilaukaukan survey

pengukuran penularan yang lebih di kenal dengan Transmission Assesment

Survey (TAS) pada anak usia sekolah dengan menggunakan pemeriksaan

andtibodi/antigen. Survey ini dilakukan terhadap dareah endemis filariasis

yang telah menyelesaikan setidaknya 5 putaran POPM dengan cakupan

pengobatan minimal 65 % dari total penduduk dan prevalensi mikrofilaraemia

< 1% di daerah sentinel dan Spot-Check, sit ini di sebut Pre TAS.

Pelaksanaan Pre – TAS dengan Survey Darah Jari (SDJ) sudah

dilakukan pada tahun 2013 di daerah sentinel sebanyak 2.500 sampel (yaitu

desa Kedaung Barat, Kayu Agung , Rajeg, Mekar Baru dan Desa Bunder)

dan dareah Spot Check sebanyak 500 sampel yaitu desa Kemiri dengan hasil

keseluruhan ( mikrofilaria rate < 1 %) .

Atas dasar itu maka pada tahun 2014 evaluasi pasca POPM di

Kabupaten Tangerang berlanjut pada TAS Filariasis.

Transmission Assesmen Survey (TAS) bertujuan untuk mengukur

apakah unit evaluasi dapat mempertahankan prevalensi infeksi pada batas

aman dimana penularan baru tidak lagi terjadi lagi, meskipun POPM sudah

dihentikan.

Kabupaten Tangerang dinyatakan sebagai daerah endemik

Wuchereria Bancrofti ,sehingga sampel darah akan diperiksa dengan

menggunakan uji cepat Imunocromatografhy -Tes (ICT). Populasi sasaran

Page 43: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|43

TAS adalah seluruh anak usia 6-7 tahun yang harus dilindungi dari infeksi

filariasis jika POPM yang dilaksanakan berhasil dalam menghentikan

penularan ( WHO,2011). Sasaran TAS LF adalah semua anak di kekas 1 dan

2 dari seluruh claster sekolah yang terpilih secara random . Berdasarkan hasil

random menggunakan SSB didapatkan sebaran sekolah Dasar terpilih di EU

pertama sebanyak 30 Sekolah Dasar dan EU ke dua sebanyak 30 Sekolah

Dasar dengan masing-masing sampel sebanyak 1692 siswa dengan jumlah

keseluruhan (3.384 siswa) dengan hasil microfilaria rate < 1 % dan di

dinyatakan LULUS TAS 1 oleh Subdit Filariasis dan Kecacingan Kemenkes

RI. Pasca TAS 1 Kabupten Tangerang direkomendasikan untuk melakukan

survailans aktif,pengendalian vector ,dan tatalaksana kasus kronis filariasis

serta kembali melaksanakan TAS 2 di tahun 2016.

Tahun 2016 Kabupaten Tangerang kembali melakukan TAS II di 2

unit evaluasi dan di nyatakan LULUS dengan prevalensi microfilaria rate < %

dan di rekomendasikan untuk melakukan TAS III di Tahun 2018.

Pada tahun 2017 di temukan 1 kasus klinis filariasis di desa

sukamulaya Kecamtan Cikupa dan Upaya lain yang telah dilakukan program

filariasis tahun 2017 dengan memutus rantai penularan dengan Pemberian

obat filariasis bagi yang terinfeksi, mencegah dan membatasi kecacatan

dengan tatalaksana dan perawatan kasus kronis filariasis ,memperkuat

survailans, pengendalian vector terpadu,pemeriksaan laboratorium untuk

kasus suspect ,on the job training (OJT) bagi pengelola program, serta

kerjasama lintas sektor.

Tahun 2018 Kabupaten tangerang kembali melakukan Transmision

Assessment Survey (TAS) filariasis sebagai evaluasi yang ke 3 (tiga) yang

dilakukan di 60 SD terpilih sebagi sampel dengan jumlah sampel unit evalasi

1 sebanyak 1694 sampel denan posiif 1 dan unit evaluasi 2 sebanyak 1715

sampel.

Page 44: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|44

Kabupaten Tangerang tepatnya tanggal 10 oktober 2018 dinyatakan Lulus

TAS III dan mendapatakan penghargaan sertifikat eliminasi filariasis yang di

beikan di Sorong Papua barat

Sebagai rekomendasi dari Subdit Filariasis dan Kecacingan

kementerian Kesehatan RI Kabupaten Tangerang tetap melaksanakan

survailans, pengendalian vector terpadu dan tatalaksana kasus kronis

,pemberian obat sesuai pengobatan penderita filariasis pada hasil test positif

serta melengkapi data dukung untuk tahap verifikasi oleh WHO.

3.2.2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) sampai dengan saat ini masih merupakan salah

satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan

TB telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6

juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan.

Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah

perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif

dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan

480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang.

Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di

bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun. Jumlah kasus TB di

Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus

TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian

pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan

HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case

Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per

100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965

adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien

TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak

6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TBRO dari kasus baru TB dan ada

12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.

Page 45: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|45

Dengan meningkatnya beban kasus tuberkulosis di Indonesia maka

pemerintah melakukan berbagai upaya dalam pengendalian sebaran kasus

Tuberkulosis dengan tahapan akselerasi, reduksi, eliminasi dan eradikasi

seperti dalam gambar dibawah ini :

Gambar III.1

Tahapan Pengendalian Penyakit TBC

Dalam gambar di atas terlihat eliminasi Tuberkulosis direncanakan

pada tahun 2030, terlebih dahulu melalui tahapan reduksi (penurunan kasus).

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Banten yang memiliki beban kasua TBC tertinggi. Dengan jumlah penduduk

sebanyak 3.541.000 jiwa diperkiran terdapat 11.615 kasus TBC. Pada tahun

2018 estimasi insiden kasus TBC di Kabupaten Tangerang sebesar

324/100.000 penduduk atau sebanyak 11.615 kasus.

Tabel III.32

Estimasi insiden kasus TBC di Kabupaten Tangerang

Tahun 2017-2020

Beberapa indikator dipergunakan untuk menilai kemajuan Program

Pengendalian TBC di Kabupaten Tangerang, antara lain :

Page 46: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|46

a. Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis (Case Detection Rate)

Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di antara

perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden). Dibawah ini adalah target

dan capaian kasus TBC di Kabupaten Tangerang.

Grafik III.33

Target dan Capaian P2TB di Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Dari gambar di atas terlihat, estimasi kasus TBC di Kabupaten

Tangerang sebanyak 11.615 kasus. Target capaian minimal adalah 60%

(6.969 kasus). Pada akhir tahun 2018 diperoleh jumlah kasus yang

berhasil di catat sebanyak 11.213 kasus (96,54%). Peningkatan capaian

CDR tidak terlepas dari peran rumah sakit, klinik dan dokter praktek

mandiri yang telah melaporkan kasus TBC.

Page 47: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|47

Grafik III.34

Jumlah Kasus Tuberkulosis Tercatat dan Diobati

di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Gambar di atas menunjukkan, tahun 2018 antara capaian dan estimasi

sudah mendekati titik temu, artinya kesenjangan sudah dapat diatasi.

Grafik III.35

Prosentase & Distribusi Asal Kasus TBC

di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Dari grafik di atas terlihat distribusi asal kasus tertinggi dari rumah sakit

(58,8%). Kasus tertinggi terdapat di rumah sakit, meskipun baru 72%

rumah sakit berkontribusi dalam memberikan laporan.

Page 48: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|48

Grafik III.36

Distribusi Jumlah Kasus TBC di Puskesmas

Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Dari gambar di atas terlihat, wilayah Puskesmas Kutabumi dan Cikupa

adalah wilayah yang memiliki kasus terbanyak di Kabupaten Tangerang.

Grafik III.37

Angka Penemuan Kasus TBC di Puskesmas (CDR)

Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Dari gambar di atas terlihat, cakupan penemuan kasus tertinggi di

Kabupaten Tangerang berada di wilayah Cisoka, Suradita, Jayanti, Caringin

dan Cisoka.

Page 49: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|49

Grafik III.38

Jumlah Estimasi dan Kasus TB Resisten Obat (TB RO)

Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018

Dari grafik di atas terlihat, penaringan kasus TB RO di Kabupaten

Tangerang belum dilakukan secara optimal. Namun, penemuan kasus dari

tahun ke tahun sudah mengalami peningkatan.

b. Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan Kasus

Tuberkulosis (Cure Rate dan Success Rate)

Grafik III.39

Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2008-2018

Page 50: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|50

Grafik III.40

Distribusi Kasus TBC Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Grafik III. 41

Distribusi Kasus TBC Berdasarkan Kelompok Umur

Di Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sebagian besar penderita TBC di Kabupaten Tangerang berjenis

kelamin laki laki (58,21%). Berdasarkan kelompok umur tertinggi berada di

kelompok umur 25-34 tahun.

Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB antara lain:

1. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan

karena masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil

Page 51: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|51

kebijakan, dan pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana

prasarana.

2. Belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum

menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan

ISTC seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat

yang tidak baku, tidak dilakukan pemantauan pengobatan, tidak

dilakukan pencatatan dan pelaporan yang baku.

3. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam

penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.

4. Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di

Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko

tinggi seperti daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi

permukiman padat seperti pondok pesantren, asrama, barak dan

lapas/rutan.

5. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar baik dalam

penemuan kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan,

pencatatan dan pelaporan.

6. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa berpengaruh terhadap risiko

terjadinya TB secara signifikan seperti HIV, gizi buruk, diabetes

mellitus, merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan

daya tahan tubuh.

7. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat (TB-RO) yang akan

meningkatkan pembiayaan program TB.

8. Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya tingkat

pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang

dan pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko

masyarakat terjangkit TB.

Page 52: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|52

3.2.2.7. HIV-AIDS DAN IMS DI KABUPATEN TANGERANG

Pada tahun 2018 kasus HIV/AIDS ditemukan sebanyak 499 kasus

angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2017 sebanyak 445

kasus. Pada tahun 2017 pasien yang dilakukan tes HIV/AIDS sebanyak

15.001 orang, sedangkan pada tahun 2018 pasien yang dilakukan tes

HIV/AIDS sebanyak 42.967 orang, hal ini mengindikasikan bahwa

kemampuan layanan kesehatan di Kabupaten Tangerang ( 44 Puskesmas dan

4 Rumah Sakit) mengalami peningkatan dalam melakukan screening kasus

HIV/AIDS. Peningkatan pasien yang dilakukan tes tersebut menunjukkan

bahwa adanya peningkatan keinginan masyarakat untuk melakukan tes

HIV/AIDS yang berarti pemahaman masyarakat terhadap penyakit

HIV/AIDS juga meningkat. Adanya peningkatan angka tes tersebut juga

dapat diasumsikan meningkatnya jumlah populasi kunci. Jika kita bandingkan

kedua data tersebut maka kemampuan Dinas Kesehatan dalam melakukan

langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan Penyakit HIV/AIDS sudah

sangat baik. Berikut data kasus akumulatif HIV/AIDS di Kabupaten

Tangerang tahun 2018.

Grafik III.42

Jumlah Penemuan Kasus HIV+

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari tabel diatas menunjukan bahwa terjadi kenaikan pada tahun 2018

kasus HIV+ ada 499 kasus, pasien baru mulai ART sebanyak 460 kasus dan

pasien on ART sebanyak 1.351 kasus.dibandingkan tahun 2017 kasus HIV+

Page 53: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|53

sebanyak 445 kasus, pasien baru mulai ART sebanyak 339 kasus dan pasien

on ART sebanyak 12.188 kasus.

Grafik III.43

Jumlah Penemuan Kasus IMS

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah kunjungan pasien IMS

tahun 2018 sebanyak 2.838 orang, pasien IMS yang ditemukan sebanyak

1.020 orang, kasus IMS ditemukan sebanyak 1.230 kasus dan kasus IMS

yang diobati sebanyak 1.065 kasus. Hal ini terjadi peningkatan dibandingkan

dengan tahun 2017 yaitu jumlah kunjungan pasien IMS sebanyak 1.790

orang, pasien IMS yang ditemukan sebanyak 900 kasus, kasus IMS yang

ditemukan sebanyak 1.137 kasus, dank asus IMS yang diobati sebanyak 1.193

kasus.

Page 54: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|54

Grafik III.44

Grafik Jumlah Ibu Hamil Yang Dites HIV

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber: Bid.P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada grafik diatas menunjukan bahwa pada tahun 2018 ibu hamil

yang dites HIV dan menerima hasil pada layanan VCT sebanyak 473 orang,

ibu hamil yang dites HIV dan menerima hasil pada layanan PITC sebanyak

26.926 orang dan ibu hamil HIV+ yang dirujuk PDP dan PPIA sebanyak 8

kasus.

Grafik III.45

Jumlah Ibu Hamil Yang Dites Sifilis

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 55: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|55

Dari Tabel diatas menunjukan bahwa ibu hamil yang datang

berkunjung pada tahun 2018 sebanyak 25.932 orang, ibu hamil yang dites

Sifilis sebanyak 13.452 orang, ibu hamil yang sifilis sebanyak 4 kasus dan ibu

hamil yang diobati sifilis sebanyak 4 kasus.

Grafik III.46

Jumlah Penemuan Kasus TB-HIV

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2018

pasien TB yang dites HIV sebanyak 2.190 kasus, pasien TB yang

mengetahui status HIVnya sebanyak 2.114 kasus, pasien TB yang

HIV+ sebanyak 117 kasus, koinfeksi TB-HIV sebanyak 136 kasus

dan koinfeksi TB-HIV dan mendapat Terapi TB dan ART

sebanyak 91 kasus.

Page 56: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|56

Grafik III.47

Jumlah Orang yang dites HIV dari Tahun 2014-2018

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas menunjukan orang yang dites HIV pada

layanan PITC dan VCT dari tahun 2014 sampai tahun 2018 terjadi

kenaikan yang signifikan. Hal ini dikarenakan dari 44 puskesmas

dan 4 RS yang sudah menjadi Layanan LKB sebanyak 15

puskesmas dan 5 Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan

yaitu RSUD Tangerang, RSUD Balaraja, RS Siloam Karawaci, RS

Qadr dan Puskesmas Curug.

Page 57: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|57

Grafik III.48

Jumlah Kasus HIV+ dari Tahun 2014-2018

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas menunjukan bahwa angka kasus HIV+

pada tahun 2018 sebanyak 499 kasus. Hal ini dikarenakan

Kemampuan Puskesmas untuk skrining HIV meningkat dengan

adanya pelatihan/Workshop yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

Grafik III.49

Jumlah Kasus Kasus HIV+ Berdasarkan Jenis Kelamin

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 58: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|58

Berdasarkan Grafik diatas menunjukan bahwa pada tahun 2018 jumlah

orang yang HIV+ lebih banyak pada usia 25-49 tahun dengan jenis kelamin

Laki-laki yaitu 240 kasus dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan

yaitu 98 kasus

Grafik III.50

Jumlah Kasus HIV+ Berdasarkan Kecamatan

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Berdasarakan grafik diatas, Kasus HIV + terbanyak adalah kecamatan

Cikupa, Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan Tigaraksa dan kematan Pasar

Kemis. Hal ini terjadi karena Skrining HIV/AIDS dan IMS tinggi dan

didorong meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang Penyakit HIV/AIDS

dan IMS.

Page 59: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|59

Grafik III.51

Jumlah Kasus HIV+ Berdasarkan Pekerjaan

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Berdasarkan grafik diatas, Kasus HIV+ terdapat pada pekerjaan karyawan

yaitu sebanyak 131 orang. Hal ini dikarenakan Kabupaten Tangerang

Merupakan Salah satu Pemerintahan yang banyak terdapat

Pabrik/Perusahaan.

Grafik III.52

Jumlah Kasus HIV+ Berdasarkan Kelompok Resiko

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 60: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|60

Berdasarkan grafik diatas, Kelompok Resiko tertinggi adalah pada

kelompok resiko LSL (Laki Seks Laki) sebanyak 163 kasus. Hal ini

dikarenakan Kelompok LSL lebih mengutamakan variasi dan sensasi dalam

berhubungan seksual untuk mendapatkan kepuasan seksual seperti melakukan

kekerasan, melakukan seks grup dan menggunakan obat penambah gairah.

Grafik III.53

Jumlah Kasus HIV+ Berdasarkan Usia

di Wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Berdasarkan grafik diatas, Kasus HIV+ terbanyak pada usia 25-49

tahun sebanyak 210 kasus dan 20-24 tahun sebanyak 73 kasus. Hal ini

dikarenakan hasrat seksual pada usia produktif dan ditambah sudah banyak

tempat hiburan malam, salon/panti pijat, dan lain-lainnya.

3.2.2.8. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM)

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak

bisa ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah penyakit

jantung, stroke, kanker, hipertensi , diabetes mellitus, obesitas, asma, dan

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). PTM merupakan hampir 70%

penyebab kematian di dunia.

Kabupaten Tangerang dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi

masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi

Page 61: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|61

masalah ditandai dengan masih sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)

beberapa penyakit menular tertentu, di sisi lain muncul kembali beberapa

penyakit menular lama (re-emerging diseases), serta muncul penyakit

penyakit menular baru (new-emerging diseases) seperti SARS, avian

influenza (flu burung), dan swine influenza (flu babi).

Sementara itu, PTM menunjukkan adanya kecenderungan semakin

meningkat dari waktu ke waktu. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007,2013 dan 2018, tampak kecenderungan peningkatan

prevalensi PTM seperti penyakit jantung, stroke, kanker, hipertensi , diabetes

mellitus, obesitas, asma, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.

Berbagai faktor risiko PTM diantaranya adalah merokok dan

keterpaparan terhadap asap rokok, diet/pola makan tidak sehat, kurang makan

buah dan sayur. kurang aktivitas fisik, konsumsi minuman beralkohol, dan

riwayat keluarga (keturunan). Adapun faktor risiko antara terjadinya PTM

adalah obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi.

Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya

pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang

telah diidentifikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2018 Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang telah mengembangkan program

pengendalian PTM berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 88

Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta

Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi secara nasional

sebesar 30,9%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (32,9%)

lebih tinggi dibanding dengan laki laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan

sedikit lebih tinggi (31,7%) dibandingkan dengan perdesaan (30,2%).

Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur.

Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa

promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui perilaku CERDIK, yaitu

Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik,

Page 62: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|62

Diet sehat seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres. Cek kesehatan

secara berkala yaitu pemeriksaan faktor risiko PTM dapat dilakukan melalui

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM, dan mengikuti deteksi dini kanker

serviks dan kanker payudara di Puskesmas.

Selain itu, upaya pengendalian PTM melalui pengendalian masalah

tembakau dilakukan dengan penerbitan Peraturan Bupati Tangerang No 16

tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang dan akan ditingkatkan menjadi Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang.

Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang dalam upaya untuk mengendalikan Penyakit Tidak

Menular sampai dengan tahun 2018 adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskemas

Pengendalian PTM di Puskesmas harus diwujudkan dengan adanya

Puskesmas Pandu PTM. Puskesmas Pandu PTM adalah Puskesmas yang

melaksanakan pencegahan dan pengendalian PTM secara komprehensif

dan terintegrasi melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP). Peningkatan peran serta masyarakat dalam

pencegahan dan pengendalian PTM, baik secara perorangan maupun

kelompok dilakukan melalui kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) dengan membentuk dan mengembangkan Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

a. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk pembentukan layanan

Pandu PTM di Puskesmas. Pandu PTM ini terintegrasi dengan

layanan di puskesmas, Dalam pelaksanaan kegiatan minimal satu

dokter umum yang ada di setiap Puskesmas se-Kabupaten

Tangerang, Pandu PTM ini dapat di layani oleh dokter umum yang

berkompeten dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular hal ini

agar setiap Puskesmas di wilayah Kabupaten Tangerang mampu

melakukan pelayanan penyakit tidak menular seperti pada kasus DM

dan Hipertensi.

Page 63: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|63

b. Klinik Pandu PTM sudah di bentuk di Puskesmas Kelapa Dua,

Curug, Balaraja, Kronjo, Teluknaga dan Cisoka, fungsi terbentuk

nya klinik Pandu PTM agar dapat menjaring pasien2 dengan kasus

hipertensi, DM dan faktor resiko Penyakit Tidak Menular lainnya

yang ada di wilayah kerja puskesmas.

c. Selanjutnya Pembentukan Pandu PTM akan dibentuk dan

dikembangkan kepada Puskesmas lainnya

Grafik III.54

Gambaran Jumlah Posbindu Ptm Di Wilayah Puskesmas

Kabupaten Tangerang Tahun 2018

18

13

10109

8 87

5 5 54

3 32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Posbindu

Posbindu

Sumber Bidang P2P Dinkes Kab.Tangerang th 2018

Page 64: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|64

Grafik III.55

Gambaran Penyakit Tidak Menular

Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada Tahun 2018 terdapat 145 Posbindu PTM, jumlah posbindu

terbanyak adalah Puskesmas Sukamulya ( 12,4 %), Kedua adalah

Puskesmas Pagedangan (8,9%) dan Ketiga adalah Jambe (6,8%), dari

Jumlah Posbindu tersebut Kabupaten Tangerang belum memenuhi target

Posbindu PTM ( satu desa/kelurahan mempuyai satu posbindu PTM)

2. Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara

Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko kanker serviks

dan payudara sedini mungkin terhadap individu dan/atau kelompok yang

berisiko atau tidak berisiko secara rutin. Kegiatan deteksi dini faktor

risiko ini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau pada

kelompok masyarakat khusus melalui Posbindu. Pada tahun 2018 sudah

dilakukan deteksi dini kanker serviks dan payudara terhadap perempuan

usia 30-50 tahun. Pemeriksaan dilakukan menggunakan metode

Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) dan pemeriksaan Inspeksi

Vistual Asam Asetat (IVA).

Page 65: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|65

Optimalisasi Program Pengendalian Penyakit Kanker, dilakukan salah

satunya dengan Kegiatan WorkShop IVA Sadanis. Kegiatan ini diikuti

oleh Puskesmas se-Kabupaten Tangerang untuk menginisiasi upaya

deteksi dini dan rujukan di puskesmas. Pada kegiatan ini akan dilakukan

penguatan penjaringan dan sistem rujukan bagi Puskesmas, dimana

diharapkan Puskesmas tidak hanya mampu melakukan penjaringan kasus

namun dapat membentuk pola rujukan yang optimal, pada tahun 2018

perempuan yang usia 30 sd 50 tahun yang sudah melakukan deteksi Dini

Kanker Rahim berjumlah 5.120 orang dengan positif IVA berjumlah 148

orang, Pelatihan IVA dan sadanis pada bulan April 2018 yang di

laksanakan oleh TIM dari Kementrian Kesehatan RI dimana jumlah

peserta nya sebanyak 44 orang bertempat di aula puskesmas Curug.

Dalam rangka meningkatkan capaian deteksi kanker serviks dan

kanker payudara dinas kesehatan bersama sama dengan TIM PKK,

Bayangkari Polres Tangerang Kota, Persit Kodim Tangerang dan

kejaksaan dimana dalam kegiatannya dilaksanakan sosialisasi pentingnya

pemeriksaan IVA dan Sadanis, Pemeriksaan IVA dan Sadanis kepada Ibu

Ibu PKK dan masyarakat.

Page 66: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|66

Grafik III.56

Gambaran Jumlah Pemeriksaan IVA Dan Sadanis

Januari – Desember Di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Bidang P2P Dinkes Kab.Tangerang th 2018

Pada Tahun 2018 pemeriksaan Inspeksi Visualisasi dengan

Asam Asetat (IVA) dan Sadanis Kabupaten Tangerang sebanyak 5.120

orang yang terbanyak adalah Puskesmas Pagedangan (23,5 %), Kedua

Puskesmas Cikupa (11,4%) dan ketiga Puskesmas Sepatan (8,6%)

3. Kegiatan Evaluasi Pengelolaan PTM di Puskesmas. Dilaksanakan untuk

mengevaluasi pelaksanaan Posbindu PTM di 44 puskesmas, terutama

untuk kasus Hipertensi, DM dan faktor resoko penyakit tidak menular.

4. Skrining deteksi dini faktor resiko PTM pada usia 15 sd 59 tahun,

program skrining

5. PTM ini di lakukan untuk menjarig penderita PTM yang belum terdeteksi

dan melaksanakan pengendalian PTM bagi yang sudah terkena faktor

resiko PTM.

6. Kegiatan OJT PANDU PTM yang di laksanakan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang dengan TIM Pandu PTM Dinas Kesehatan

Page 67: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|67

Provinsi Banten ke pada Puskesmas terpilih , di harapkan dengan

dilaksanakan OJT Pandu PTM Puskesmas dapat menerapkan kegiatan

pandu PTM di puskesmas dengan mengikuti diagnosis penyakit dengan

chatra PTM.

3.2.4. MASALAH KESEHATAN JIWA

Masalah Kesehatan Jiwa menjadi salah satu tantangan dalam

pembangunan bidang kesehatan, dimana kelompok masyarakat yang terpapar

mayoritas adalah usia produktif, mereka yang diperlukan oleh keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara sebagai sumber daya manusia yang

menanggung beban pembiayaan hidup.

Masalah Kesehatan Jiwa berpotensi besar menghambat pertumbuhan

ekonomi dan pencapaian target SDGs karena tingginya biaya yang harus

dikeluarkan Negara untuk mengobati pasien gangguan jiwa. Masalah

kesehatan Jiwa adalah sebagai isu yang diangkat pada level global agar

mendapat perhatian dan komitmen politik dari Pemerintah, untuk

menanggulanginya, di harapkan setiap daerah dihimbau agar

memprioritaskan program pencegahannya.

Masalah Kesehatan Jiwa di Indonesia meningkat berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2013 di Kabupaten Tangerang sendiri Gangguan Mental

Emosional (gejala depresi dan Anxietas) pada umur > 15 tahun sebesar 6,8 %

dan Ganguan Jiwa Berat (psikotik) 0,8/1000 penduduk dan sebanyak 14,3 %

dari penduduk yang mengalami ganguan jiwa berat mengatakan sudah pernah

di pasung serta prevalensi demensia di Indonesia berjumlah 1,2 juta jiwa dan

kecenderungan meningkat sampai 4 juta jiwa tahun 2050.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 43 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan kesehatan Orang

Dengan Gangguan Jiwa Berat (ODGJ) di Pemerintah Daerah harus

dilaksanakan

Definisi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) menurut UU No. 18

tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa adalah Orang yang mengalami Gangguan

Page 68: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|68

dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk

sekumpulan gejala dan / atau perubahan perilaku yang bermakna serta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai

manusia Menurut Pasal 1 UU Kesehatan Jiwa, definisi Orang Dengan

Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah: “ orang yang mempunyai masalah fisik,

mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup

sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.” ODMK adalah orang

yang memiliki kerentanan untuk menjadi ODGJ.

Berdasarkan UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa Pasal 86

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran,

kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan,

penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap ODMK dan ODGJ atau tindakan

lainnya yang melanggar hak asasi ODMK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Berdasarkan UU tersebut diatas maka Pemerintah Daerah wajib

memberikan pelayanan kesehatan jiwa pada masyarakat.

Berikut pelayanan kesehatan jiwa yang di berikan layanan kesehatan :

Grafik III.57

Jumlah Penemuan Kasus Gangguan Kesehatan Jiwa Yang Di Berikan

Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Diagnosa Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 69: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|69

.Pada tahun 2018 diberikan pelayanan kesehatan jiwa sebanyak 9.491

kasus, Diagnosa terbanyak adalah Schizoprenia (46%), kedua Gangguan

Napza (22 %) dan Ketiga adalah Epilepsi (9 %)

Grafik III.58

Pelayanan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat (ODGJ) Di

Wilayah Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada tahun 2018 ditemukan kasus ODGJ berat sebanyak 4364 kasus,

terbanyak adalah Pusekesmas Cisoka (15,12 %), Kedua Puskesmas

Pagedangan (6,58 %) dan ketiga Puskesma Sindangjaya (5,96 %), Jumlah

kasus tersebut sudah mencapai target penemuan ODGJ berat dan diberikan

layanan kesehatan jiwa di Kabupaten Tangerang

Page 70: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|70

Grafik III.59

Pelayanan Kasus Rujukan Masalah Kesehatan Jiwa Di Kabupaten

Tangerang Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada tahun 2018 jumlah pelayanan kesehatan jiwa yang dirujuk

sebanyak 2280 kasus, yang terbanyak rujukan pelayanan kesehatan jiwa

adalah Puskesmas Rajeg (6,45 %), kedua Puskesmas Bojongnangka (6,27 %)

dan ketiga Puskesmas Sepatan (6,10 %)

Grafik III.60

Pelayanan Gangguan Mental Emosional Di Wilayah Puskesmas

Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 71: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|71

Pada tahun 2018 di berikan pelayanan kesehatan pada gangguan mental

emosional sebanyak 5127 kasus, terbanyak adalah Puskesmas Jalan Emas

(42,95%) kedua Puskesmas Bojongnangka ( 8,99 %) dan ketiga Puskesmas

Cisoka (5,19 %),

Grafik III.61

Pasien Gangguan Kesehatan Jiwa Yang Dipasung Dan Dibebaskan

Di Wilayah Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada tahun awal 2018 jumlah sisa pasien yang di pasung sebanyak 15

orang ditemukan kembali sebanyak 7 orang, sehingga berjumlah 22 orang,

sampai akhir 2018 semuanya sudah di bebaskan sebanyak 22 orang, sehingga

capaian kinerja pasien bebas pasung sebesar 100 %.

Page 72: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|72

Gambar III.2

Peta Wilayah Kasus ODGJ Yang Dipasung

Di Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada tahun 2018 terdapat 40 orang kasus di pasung dan sudah

dibebaskan 25 orang, masih terdapat 15 orang kasus di pasung tersebar di 13

wilayah Puskesmas.

3.2.4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dan

Penyakit Menular lain potensial wabah

Penyakit menular yang termasuk kedalam penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I) antara lain :Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang

selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio, yang semuanya itu

termasuk jenis-jenis penyakit menular tertentu di dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010.

Orang yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai

penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecatatan atau

Page 73: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|73

kematian, dan melindungi orang lain disekelilingnya yang tidak diimunisasi

melalui terbentuknya kekebalan populasi.

Indikator keberhasilan program imunisasi pada bayi, menggunakan

indikator imunisasi dasar lengkap dan status Universal Child

Immunization (UCI) dari setiap desa/kelurahan.

Distribusi kejadian kasus PD3I di Kabupaten Tangerang sebagai berikut

:

Tabel III.62

Distribusi Kasus PD3I

Tahun 2014 -2018

Sumber Data: Bid.P2- P2I Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2016

Dari tabel di atas, diketahui bahwa pada tahun 2018, ditemukan kasus

PD3I yaitu: Tetanus Neonatorum sebanyak 5 kasus, Campak sebanyak 46

kasus dan difteri sebanyak 91 kasus.

Dalam kurun waktu 2017-2018, di Kabupaten Tangerang telah

ditetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri sehingga dilaksanakan

kegiatan Outbreak Respon Imunization (ORI) bagi seluruh penduduk

Kabupaten Tangerang dengan usia 0-17 tahun, dengan pemberian imunisasi

masal tanpa memandang status imunisasi sebelumnya, dengan interval

pemberian 0-1 dan 6 bulan kemudian.

Tahun Tetanus

Neonatorum

Campak Difteri Pertusis Polio HB

2014 2 0 0 0 0 0

2015 3 8 6 0 0 0

2016 3 39 5 0 0 0

2017 7 95 95 2 0 0

2018 5 46 91 0 0 0

Page 74: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|74

a. Penyakit Menular lainnya Potensial Wabah dan Kejadian Luar Biasa

(KLB)

Indikator yang harus dicapai dalam penanggulangan kejadian luar biasa

adalah kejadian luar biasa (KLB) harus bisa ditanggulangi < 24 jam,

menurunnya KLB dengan CFR menurun < 1 % saat KLB terjadi.

Kewaspadaan dini KLB dan respons adalah kesatuan kegiatan deteksi

dini terhadap penyakit dan masalah kesehatan berpotensi KLB beserta faktor-

faktor yang mempengaruhinya, diikuti peningkatan sikap tanggap

kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan yang

cepat dan tepat, dengan menggunakan teknologi surveilans.

Menurut World Health Organization (WHO), sistim surveilans disebut

efektif dan efisien jika memenuhi syarat sebagai berikut; sederhana, fleksibel

dan akseptabel, tepat waktu, akurat, dan representative/lengkap.

Sistim surveilans yang dikembangkan pada Dinas kesehatan kabupaten

Tangerang berbasis syndrom dan indikator, surveilans berbasis syndrom

dikembangkan melalui sistim kewaspadaan dini dan respon (SKDR), dan

surveilans berbasis indikator dikembangkan melalui surveilans terpadu

penyakit (STP), baik untuk Puskesmas dan Rumah Sakit.

Page 75: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|75

3.2.5. Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Gambar III.3

Peta Wilayah Kabupaten Tangerang

Sesuai dengan Undang- Undang RI Nomor 13 tahun 2008 bahwa

Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas nasional dan menjadi

tanggung jawab Pemerintah yang diselenggarakan secara departemental,

dengan sistim dan manajemen penyelenggaraan yang terus ditingkatkan agar

pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai

tuntunan agama islam.

Dalam petunjuk teknis yang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 62 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Haji, tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah

meningkatkan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar

jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba

Page 76: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|76

kembali di tanah air dan mencegah terjadinya transmisi penyakit menular

yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji, dan Peraturan

Menteri Kesehatan nomor 15 tahun 2016 tentang Istith’aah Kesehatan Jemaah

Haji bertujuan agar Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan yang dilakukan

pada Jemaah haji masa tunggu dan masa keberangkatan, dapat menunaikan

ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran islam.

Pembinaan kesehatan terhadap jemaah haji dimaksud untuk

mempersiapkan Istitaah kesehatan jemaah haji meliputi kegiatan peningkatan

kesehatan, bimbingan manasik kesehatan haji yang di ikuti dengan bimbingan

dan penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas bersama

KUA, Rumah Sakit, Kelompok Bimbingan ibadah haji, ataupun kelompok

terbang.

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Kabupaten Tangerang antara

lain : Pemeriksaan Fisik, Laboratorium, EKG dan Rontgen dan rujukan serta

dilakukan Pengukuran tingkat kebugaran terhadap jemaah haji dengan

Metode Rockport dan atau Six Minute Walking Test bagi jemaah haji risiko

tinggi, termasuk lanjut usia.

Berikut ini data Jemaah Haji Kabupaten Tangerang sejak tahun 2016

sampai dengan 2018.

Page 77: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|77

Grafik. III.63

Jemaah Haji Kabupaten Tangerang

Tahun 2016-2018

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Karakteristik Jemaah Haji di Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018

berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel III. 3

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2016-2018

Jenis Kelamin 2016 2017 2018

n % n % n %

Laki – laki 702 40 1045 46 1235 46

Perempuan 938 60 1193 54 1450 54

Total 1640 100 2238 100 2.685 100

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Dari tabel 2 di atas, diketahui bahwa jemaah haji Perempuan lebih

banyak (54%) dibandingkan dengan jemaah haji Laki Laki (46%). Hal ini

dapat juga dilihat pada grafik berikut :

Page 78: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|78

Grafik III. 64

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2016-2018

10%

30%

50%

70%

90%

Tahun 2016Tahun 2017

Tahun 2018

43,00% 46,00%46,00%

57,00% 54,00%54,00%

PERSENTASE CJH BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Perempuan

Laki-laki

Sumber Data : Seksi SIPK / Bidang P2P Tahun 2016 –2018

Jemaah Haji di Kabupaten Tangerang pada Tahun 2016-2018

berdasarkan umur seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel III. 4

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Umur

Tahun 2016-2018

Kelompok Umur

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

n % n % n %

0 – 11 Tahun n % 0 0 % 0 0 %

12 – 49 Tahun 0 0 % 877 39 % 1199 44 %

50 - 59 Tahun 688 42 % 746 33 % 872 33 %

≥ 60 Tahun 587 36 % 615 28 % 614 23%

Total 365 22% 2.238 100 2.685 100

Sumber Data : Seksi SIPK / Bidang P2P Tahun 2016 –2018

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kelompok umur

jemaah haji tahun 2018 yang paling dominan adalah berusia antara 12 – 49

tahun, sebanyak 1199 orang, sedangkan kelompok umur resiko tinggi 50-59

Page 79: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|79

tahun sebanyak 872 orang dan Jemaah Lansia sebanyak 614 orang.

Perbandingan dari segi usia dapat juga dilihat pada grafik berikut :

Grafik III.65 Persentase Jh Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2018

0%

20%

40%

60%

80%

100%

20162017

2018

42%39% 44%

36%33% 33%

22%28% 23%

> 60thn

50 sd 59 thn

12 sd 49 thn

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Dari 44 Puskesmas yang ada di kabupaten Tangerang, sekitar 41

Puskesmas yang melayani pemeriksaan kesehatan Jemaah Haji, adapun 3

Puskesmas yang tidak melayani pemeriksaan kesehatan haji pada tahun 2018

yaitu : Puskesmas Caringin, Sukatani dan Tegal Angus . Hal ini dikarenakan

masih adanya Jemaah Haji yang melakukan pemeriksaan kesehatan haji

bukan di Puskesmas sesuai domisili tempat tinggal jemaah haji.

Berdasarkan data Siskohatkes tahun 2018, Pemeriksaan kesesehatan

Jemaah Haji dapat diklasifikasi sebagai berikut :

a. Rikkes JH tertinggi terdapat pada 11 Puskesmas, antara lain : (1) Kelapa

Dua, (2) Teluk Naga (3) Cikupa, (4) Sepatan (5) Gg. Kaler (6) Balaraja

(7) Sindang Jaya (8) Bojong Kamal (9) Kronjo (10) Tigaraksa (11)

Pasar Kemis, dengan rata-rata jumlah CJH 100 - 200 orang. b. Rikkes JH kategori sedang terdapat pada 9 Puskesmas, yaitu : (1) Pasir

Nangka , (2) Kutabumi (3) Cikuya (4) Sukadiri (5) Curug (6) Kosambi

Page 80: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|80

(7) Jalan Emas (8) Legok (10) Kresek dengan rata-rata jumlah CJH 51 -

100 orang. c. Rikkes JH kategori rendah terdapat pada 21 Puskesmas, yaitu :

Puskesmas yang memeriksa dengan rata-rata jumlah JH ≤ 50 orang. Jemaah Haji berdasarkan daerah asal adalah sebagai berikut :

Grafik III.66

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Daerah Asal

Tahun 2018

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Dari grafik. 4 diatas diketahui, bahwa wilayah kerja Puskesmas

Kelapa Dua tertinggi dengan jumlah jemaah haji yaitu sebanyak 317 orang

dan Puskesmas terendah yaitu Puskesmas Salembaran Jaya sebanyak 2

jemaah.

Tabel III. 5

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Pekerjaan

Tahun 2018

Pekerjaan 2018

n %

Dagang 156 6%

Ibu. Rumah Tangga 1188 44%

Peg. BUMN/BUMD 89 3%

Pegawai Swasta 604 22%

Page 81: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|81

Pelajar/Mahasiswa 108 4%

Pensiunan/Lain-lain 76 3%

PNS 304 11%

Tani 145 5%

TNI/POLRI 15 1%

Total 2.685 100%

Sumber data : seksi SIPK / Bidang P2P tahun 2018

Dari tabel 5.diatas dapat dinyatakan bahwa, pada kategori dari ibu

rumah tangga merupakan jemaah haji yang paling dominan (44%)

dibandingkan dengan variabel yang lain. Pada variabel ini yang terendah

adalah jemaah haji dengan pekerjaan sebagai TNI/POLRI (1 %), Hal ini juga

dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik. III.67

Karakteristik Jamaah Haji Berdasarkan Pekerjaan

Tahun 2018

Tabel.III.6

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Diagnosis

Tahun 2018

NO DIAGNOSIS JUMLAH

1 PENYAKIT SISTEM SIRKULASI DARAH 711

2 PENYAKIT SISTEM ENDOKRIN NUTRISI

DAN METABOLIK 391

Page 82: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|82

3 PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN 127

4 PENYAKIT SISTEM MUSKULOKELETAL

DAN JARINGAN PENUNJANG 77

5 PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT 37

6 PENYAKIT SISTEM PERNAFASAN 30

7

PENYAKIT DARAH DAN ORGAN

PEMBENTUK DARAH

19

8 PENYAKIT SISTEM KEMIH 7

9 GANGGUAN MENTAL DAN PRILAKU 2

10 LANSIA 60

11 SEHAT 628

Sumber data : seksi SIPK / Bidang P2P tahun 2018

Dari tabel 6 diatas, diketahui bahwa penyakit sistem sirkulasi darah

masih menjadi penyakit yang dominan (35%) dan penyakit sistem endokrin

nutrisi dan metabolik (14 %).

Grafik .III.69

Karakteristik Jemaah Haji Berdasarkan Diagnosis

Tahun 2018

Sumber data : seksi SIPK / Bidang P2P tahun 2018

Page 83: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|83

Grafik.III.70

Klasifikasi Jemaah Haji Berdasarkan Status Kesehatan

Tahun 2018

Sumber data : seksi SIPK / Bidang P2P tahun 2018

Dari perbandingan grafik 8 diatas, dapat dinyatakan bahwa status

Jemaah haji dengan kategori memenuhi syarat sebanyak 1.071 org,

memenuhi syarat dengan pendampingan 1.608 org, tidak memenuhi syarat

sementara 4 org, dan tidak istitaah 2 org.

Page 84: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|84

UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mewujudkan Visi Dan Misi Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang, maka dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan

masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan pada tahun 2018.

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Semakin baik kualitas pelayanan, maka diharapkan dapat mengatasi sebagian

besar permasalahan kesehatan di masyarakat.

Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga

memiliki peran signifikan dalam status kesehatan. Keluarga berperan

terhadap optimalisasi pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas seluruh

anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan

anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu dan anak merupakan

kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas

pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini yang menjadi alasan

pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas

pembangunan kesehatan di Indonesia.. Program Kesehatan Keluarga meliputi

kesehatan ibu, Pelayanan Keluarga Berencana, Kesehatan anak yang meliputi

pelayanan kesehatan bayi, balita, anak usia sekolah, Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja dan pelayanan kesehatan lanjut usia.

4.1.1. Kesehatan Ibu

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu adalah kasus kematian

perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan

kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus

BAB 4

Page 85: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|85

mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa

melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat

kecelakaan atau kejadian insidental (Pedoman AMP Kemenkes 2010).

AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan

dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau

pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau

terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator AKI mampu menilai

derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan

pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun 2012). Upaya menurunkan angka

kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam target SDGs yaitu pada tahun

2030 mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000

kelahiran hidup.

Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 adalah

sebanyak 44 kasus dan terjadi kenaikan 1 kasus dibandingkan pada tahun

2017. Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian ibu tahun 2015 s/d

tahun 2018.

Grafik IV.1

Jumlah Kematian Ibu Tahun 2015-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 dapat

dilihat pada grafik di bawah ini :

Page 86: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|86

Grafik IV.2

Penyebab Kematian Ibu Tahun 2018

Perdarahan16%

PEB/Eklamsia54%oedema paru

5%

emboli air ketuban

5%

PPCM3%

Asma2%

Rupture uteri2%

Perforasi Kuret2%

Ensepalitis2%

Sepsis2%

Lain - lain 2%

KET2%

Jantung2%

0%

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Tabel VI.1

Penyebab Kematian Ibu Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada tahun 2018 penyebab kematian ibu terbanyak adalah

Preeklamsia dan Eklamsia. hal ini bergeser dari tahun 2017 dimana penyebab

kematian ibu terbanyak adalah karena Perdarahan, hal ini terjadi karena

kejadian PEB/Eklamsia sulit untuk di diagnosa (eklamsia atipikal), sehingga

kejadian yang tidak diinginkan sering terjadi. Seluruh kasus kematian ibu (44

kasus) sudah dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kabupaten

oleh tim AMP Kabupaten Tangerang sebagai pembelajaran untuk mencegah

kematian serupa di masa yang akan datang.

No Penyebab Kematian Ibu Jumlah

1 Perdarahan 7

2 Hipertensi dalam kehamilan, PEB/Eklamsia 24

3 Gangguan Sistem peredaran darah (Jantung, Stroke dll) 3

4 Penyebab lain 10

Jumlah 44

Page 87: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|87

Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan

terdiri dari (1) pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan kesehatan ibu

bersalin, (3) pelayanan kesehatan ibu nifas, (4) Puskesmas melaksanakan

kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K), dan (5) pelayanan kontrasepsi.

4.1.1.1. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL

Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini

dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia

kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga.

Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen

pelayanan sebagai berikut:

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

2. Pengukuran tekanan darah.

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).

4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus

toksoid sesuai status imunisasi.

6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana).

9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah

(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila

belum pernah dilakukan sebelumnya).

10. Tatalaksana kasus.

Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu

hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu

minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),

minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan

Page 88: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|88

minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai

persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin

perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah

ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh

tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah

kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah

ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar

paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun

waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan

kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Grafik IV. 3

Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1)

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas diperoleh cakupan K1 pada tahun 2018 adalah 100,3 %

meningkat dibandingkan cakupan K1 tahun 2017 dan hasil cakupan K1 pada

tahun 2018 menunjukkan telah mencapai target SPM tahun 2008 sebesar

100%.

Page 89: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|89

Grafik IV.4

Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4)

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas diperoleh prosentase kunjungan ibu hamil K4

mengalami peningkatan dari 94,9 % pada tahun 2017 menjadi 96,1 % pada

tahun 2018. Hal ini sudah sesuai dengan target Renstra tahun 2018 sebesar 92

%, hal ini antara lain disebabkan karena masyarakat semakin sadar akan

pentingnya pemeriksaan kehamilan sesuai standar.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4

antara lain pendataan ibu hamil, kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak

mematuhi jadwal ANC, optimalisasi Kelas ibu hamil, Penyuluhan P4K

(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dan

peningkatan kualitas pelayanan ANC serta peran aktif dari MKIA (Motivator

Kesehatan Ibu dan Anak).

4.1.1.2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan

kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan

(SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui indikator

persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (cakupan PF). Sejak

tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dari grafik dibawah

Page 90: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|90

terlihat bahwa cakupan persalinan di fasilitas kesehatan meningkat setiap

tahun, pada tahun 2018 mencapai 92% dan telah melampaui target Renstra

tahun 2018 sebesar 77%.

Grafik IV.5

Cakupan Persalinan di Fasilitas Pelayanan kesehatan

oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015-2018,

cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Tangerang telah

mencapai target Renstra yang telah ditentukan yaitu 75 %. Cakupan

penanganan komplikasi kebidanan pada tahun 2015 sebesar 74,8%,

meningkat pada tahun 2016 menjadi 81,3% , tahun 2017 menjadi 89,1% dan

2018 menjadi 93,1%, hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah puskesmas

mampu PONED dan meningkatnya kemampuan petugas puskesmas dalam

penanganan kegawatdaruratan maternal, serta meningkatnya jumlah

persalinan di Puskesmas PONED.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan di wilayah Kabupaten

Tangerang pada tahun 2015-2018 digambarkan pada grafik dibawah ini:

Page 91: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|91

Grafik IV.6

Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Meningkatnya pertolongan ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan

yang kompeten merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan

AKB.

Grafik IV.7

Cakupan Pertolongan Persalinan

oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan pada tahun 2018 sebesar 95,7% meningkat dibandingkan tahun

2017 sebesar 94,3% dan mencapai target Renstra 2018 sebesar 90%.

Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya jumlah puskesmas mampu

PONED dan meningkatnya kemitraan bidan dengan dukun. Dari data laporan

puskesmas juga didapatkan penurunan jumlah dukun paraji pada tahun 2017

sejumlah 646 orang menjadi 578 orang pada tahun 2018.

Page 92: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|92

4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu

nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai

jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca

persalinan, pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan

pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas

dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari :

a) pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);

b) pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);

c) pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

d) pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;

e) pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas

dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;

f) pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Cakupan pelayanan ibu nifas dari Tahun 2015 sampai 2018 dapat dilihat pada

grafik di bawah :

Grafik IV.8

Cakupan Pelayanan Ibu Nifas

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa cakupan pelayanan ibu nifas

di tahun 2018 sebesar 93,4% meningkat dibanding cakupan tahun 2017

sebesar 92,3% dan sudah mencapai target Renstra tahun 2018 (90%)

Page 93: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|93

4.1.1.4. Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil Dan Program

Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4k)

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan

komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau senam ibu

hamil.

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah

peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama,

diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara

menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan

berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan

dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip Chart

(lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan

Fasilitator Kelas Ibu Hamil.

Puskesmas dikatakan telah melaksanakan kelas ibu hamil apabila

telah melakukan kelas ibu hamil sebanyak 4 kali. Seluruh puskesmas di

Kabupaten Tangerang telah melaksanakan kelas ibu hamil.

Grafik IV.9

Jumlah Kelas Ibu hamil

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 94: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|94

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

merupakan suatu program yang dijalankan untuk mencapai target penurunan

AKI yaitu menekan angka kematian ibu melahirkan. Program ini

menitiberatkan fokus totalitas monitoring terhadap ibu hamil dan bersalin.

Dalam pelaksanaan P4K, bidan diharapkan berperan sebagai fasiitator

dan dapat membangun komunikasi persuasif dan setara di wilayah kerjanya

agar dapat terwujud kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga

pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya

peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Indikator Puskesmas melaksanakan orientasi P4K menghitung

Persentase Puskesmas yang melaksanakan Orientasi P4K. Adapun yang

dimaksud orientasi tersebut adalah Pertemuan yang diselenggarakan oleh

Puskesmas dengan mengundang kader dan/atau bidan desa dari seluruh desa

yang ada di wilayahnya dalam rangka pembekalan untuk meningkatkan peran

aktif suami, keluarga, ibu hamil serta masyarakat dalam merencanakan

persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi kehamilan,

persalinan, dan nifas. Padatahun 2018 seluruh puskesmas yang ada di

Kabupaten Tangerang telah melaksanakan P4K

4.1.1.5. Pelayanan Kontrasepsi

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk

mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu

muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun),Terlalu sering melahirkan, Terlalu

dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).

Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga

agar dapat timbul rasa aman, tentram,dan harapan masa depan yang lebih baik

dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,

serta perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan,

dan cara-cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan

Page 95: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|95

mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,

serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

Cakupan Peserta KB Aktif pada tahun 2017 sebesar 65,5% dan

meningkat menjadi 65,76% pada tahun 2018, namun belum mencapai target

SPM tahun 2018 sebesar 70%. Hal ini disebabkan antara lain karena masih

tingginya kasus Drop Out (DO) KB dan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang masih kurang pada peserta KB aktif.

Grafik IV.10

Cakupan Peserta KB Aktif

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.1.2.1. Kesehatan Anak

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan

generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk

menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak

dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,

dan sampai berusia 18 tahun. Indikator angka kematian yang berhubungan

dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi

(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi

lahir sampai belum berusia tepat satu tahun, yang terbagi menurut usia

kematiannya. Kematian Neonatal yaitu kematian bayi lahir hidup yang

kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian Neonatal

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian Neonatal dini merupakan

Page 96: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|96

kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya dan kematian

Neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari

kehidupannya.(Pedoman AMP Kemenkes 2010).

Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah

kematian bayi dibawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini

merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan

indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat

secara menyeluruh.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 24/1000 kelahiran

hidup (SDKI 2017). Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian bayi

tahun 2015 s/d tahun 2018.

Grafik IV.11

Jumlah Kematian Bayi

Tahun 2015-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Pada grafik IV.11 terlihat jumlah kematian bayi menurun pada tahun

2016, 2017 dan 2018 oleh karena meningkatnya jumlah puskesmas mampu

PONED yaitu 27 ditahun 2015, 36 di tahun 2016, 40 di tahun 2017 dan 42 di

tahun 2018 dan juga karena meningkatnya keterampilan tenaga kesehatan

terutama petugas puskesmas dalam tatalaksana kasus kegawatdaruratan pada

bayi. Penyebab kematian bayi pada tahun 2018, dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Page 97: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|97

Grafik IV.12

Penyebab Kematian Bayi Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Tabel IV.2

Penyebab Kematian Bayi Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Penyebab terbanyak kematian Bayi pada tahun 2018 adalah Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan urutan kedua adalah asfiksia, kondisi ini

sama dengan di tahun 2017, hal ini disebabkan karena banyaknya kasus ibu

hamil dengan Kekurangan Energi Kalori (KEK), ibu hamil dengan anemia

serta komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre Eklampsi

Berat (PEB) pada ibu hamil.

Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan

berbagai indikator kesehatan anak yang meliputi: pelayanan kesehatan

neonatal, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan Balita, pelayanan

kesehatan pada anak sekolah dan pelayanan kesehatan peduli remaja.

No Penyebab Kematian Bayi Jumlah

Kasus 1 BBLR 122

2 ASFIKSIA 42

3 TETANUS 2

4 SEPSIS 16

5 KELAINAN KONGINETAL 37

6 IKTERUS 1

7 LAIN-LAIN 21

8 PNEUMONIA 4

9 DIARE 2

Jumlah 247

Page 98: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|98

4.1.2.2. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah

lahir.

Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama

kehidupan, sehingga untuk bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan

untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator

yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi

risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang

meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen

Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir,

ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila

belum diberikan.

Grafik IV. 13

Cakupan Kunjungan Neonatus

KN1 dan KN Lengkap Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas didapatkan cakupan pelayanan kesehatan neonatus

Kabupaten Tangerang pada tahun 2015 sampai dengan 2018 terdapat

peningkatan, pada tahun 2017 peningkatan KN1 dan KN lengkap ini oleh

karena adanya penerimaan bidan PTT pada tahun 2016 yang ditempatkan di

awal tahun 2017 sehingga hampir seluruh desa memiliki bidan desa (dari 274

Page 99: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|99

desa hanya terdapat 4 desa yang tidak memiliki bidan desa). Sedangkan

peningkatan kunjungan KN 1 dan KN lengkap pada tahun 2018 dikarenakan

peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan kunjungan dan keaktifan

tenaga kesehatan dalam melakukan kunjungan terhadap Neonatus.

Cakupan penanganan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus

dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan

kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu.

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan komplikasi

neonatus maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu

memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang

mulai dari puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit mampu PONEK

24 jam. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus pada tahun 2017 sebesar

76 % dan tahun 2018 meningkat menjadi 76,9 %, cakupan tersebut telah

mencapai target Renstra tahun 2018 sebesar 73%.

Grafik IV. 14

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.1.2.3. Pelayanan Kesehatan Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah Cakupan kunjungan bayi umur 29 hari

– 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah

bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan

anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas.

Page 100: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|100

90,493,3 94,7 93,1

70

80

90

100

2015 2016 2017 2018

70

80

90

100

2015 2016 2017 2018

8690 90,3

98,2

Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2018 sebesar 93,1% menurun

dibandingkan tahun 2017 sebesar 94,7%, namun cakupan tersebut sudah

mencapai target Renstra tahun 2018 sebesar 90%.

Grafik IV. 15

Cakupan Kunjungan Bayi

Tahun 2015-2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.1.2.4. Pelayanan Kesehatan Balita

Cakupan pelayanan anak balita adalah cakupan anak Balita (12

– 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar meliput pelayanan

pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan

minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun. Cakupan pelayanan

anak Balita mengalami peningkatan tahun 2018 menjadi 98,2 %

dibandingkan pada tahun 2017 sebesar 90,3% dan telah mencapai target

Renstra 2018 sebesar 85 %.

Grafik IV. 16

Cakupan Pelayanan Anak Balita

Tahun 2015 – 2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 101: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|101

Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan

ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang

dilahirkan berusia 6 tahun, termasuk pelayanan imunisasi, gizi, tumbuh

kembang anak dan Keluarga Berencana. Buku KIA digunakan juga sebagai

alat untuk melakukan penyuluhan dan komunikasi yang efektif kepada

masyarakat, serta sebagai media informasi kesehatan. Data balita yang

mempunyai buku KIA di tahun 2018 sebesar 82,2% meningkat dibandingkan

tahun 2017 sebesar 81,1%. Cakupan Balita yang memiliki buku KIA lebih

rendah dibandingkan cakupan ibu hamil yang memiliki buku KIA disebabkan

masih kurangnya pemahaman ibu balita dan keluarganya dalam pemanfaatan

buku KIA, sehingga penggunaan buka KIA pada waktu kehamilan tidak

dilanjutkan penggunaannya bagi balitanya. Cakupan Balita yang mempunyai

buku KIA tidak ada target dalam SPM.

Grafik IV. 17

Cakupan Balita yang mempunyai buku KIA

Tahun 2015 – 2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.1.2.5. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Seksi Kesehatan Keluarga memiliki Tupoksi kegiatan Peningkatan

Kesehatan Remaja mulai tahun 2017. Remaja merupakan masa transisi antara

masa anak dan dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) batasan

usia remaja adalah usia 10-18 tahun. Dengan data dasar untuk sekolah

SD,SMP sederajat dan SMA sederajat sebagai berikut ;

Page 102: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|102

Tabel IV. 3

Tabel Data Dasar SMP dan SMA Sederajat

Kabupaten Tangerang

Tahun 2016 – 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Program pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan

kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Upaya

preventif antara lain dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan

(skrining kesehatan) anak sekolah yang dilakukan terhadap anak yang baru

masuk sekolah (siswa kelas 1) dari tingkat sekolah dasar (SD/MI) dan

lanjutan (SMP/MTs dan SMA/MA/SMK).

Penjaringan kesehatan merupakan rangkaian pemeriksaan kesehatan

(pemeriksaan fisik dan kuesioner) bagi peserta didik kelas 1 SD/MI, 7

SMP/MTs dan 10 SMA/SMK/M meliputi :

- Pemeriksaan status gizi dan risiko anemia

- Pemeriksaan riwayat kesehatan

- Pemeriksaan riwayat imunisasi

- Pemeriksaan kesehatan pendengaran dan penglihatan

- Pemeriksaan kesehatan reproduksi

- Pemeriksaan perilaku berisiko kesehatan

- Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

- Pemeriksaan mental dan emosional

- Pemeriksaan intelegensia dan

- Pemeriksaan kebugaran

Penjaringan kesehatan bertujuan untuk mendeteksi dini risiko penyakit

pada anak sekolah agar dapat ditindaklanjuti secara dini, meningkatkan

Kategori Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Jumlah SMP/MTS 424 480 521

Jumlah Siswa SMP/MTS 1470.586 151.791 181.991

Jumlah SMA/MA 306 364 367

Jumlah Siswa SMA/MA 103.662 122.551 134.541

Page 103: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|103

pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal, sehingga dapat

menunjang proses belajar mereka dan pada akhirnya menciptakan anak usia

sekolah yang sehat dan berprestasi.

Kegiatan Peningkatan Kesehatan Remaja memiliki indikator capaian

yaitu penjaringan kesehatan siswa SMP sederajat dan SMA sederajat.

Cakupan sekolah yang mendapatkan pelayanan penjaringan kesehatan pada

tahun 2018 untuk siswa SMP sederajat mencapai 100%, Sedangkan cakupan

sekolah SMA sederajat mencapai 100 %. Dibawah ini adalah cakupan

sekolah yang mendapatkan pelayanan penjaringan kesehatan di Kabupaten

Tangerang tahun 2016, 2017 dan 2018.

Grafik IV. 18

Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan

Penjaringan Kesehatan Tahun 2016-2018

Sumber Data Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 104: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|104

Grafik IV.19

Hasil Penjaringan Siswa/I SMP dan SMA sederajat

Kabupaten Tangerang Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa cakupan penjaringan siswa

kelas 7 SMP sederajat pada tahun 2018 mencapai 99,5%, meningkat

dibandingkan tahun 2017 sebesar 95,5%, sedangkan cakupan penjaringan

siswa kelas 10 SMA pada tahun 2018 mencapai 99 % meningkat

dibandingkan tahun 2017 sebesar 97,5%. Penjaringan kesehatan siswa baru

dilakukan oleh petugas UKS/ Remaja, lintas program Puskesmas bekerjasama

dengan guru UKS serta Kader Kesehatan di sekolah. Dari hasil penjaringan

dapat diketahui adanya kelainan penyakit yaitu;

Page 105: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|105

Grafik IV.20

Jumlah Kasus Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SMP Sederajat

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik IV.21

Jumlah Kasus Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SMA Sederajat

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 106: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|106

4.1.2.6. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan

perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas

kepada remaja.

Puskesmas yang memiliki program PKPR memberikan layanan baik

di dalam maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja yang

berada di sekolah maupun di luar sekolah seperti di lembaga pemasyarakatan,

panti ataupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan

dapat menjangkau semua kelompok remaja (usia 10-18 tahun). Puskesmas

dikatakan telah melaksanakan PKPR apabila :

1) Memiliki pedoman PKPR

2) Terdapat petugas yang telah mendapatkan orientasi PKPR

3) Puskesmas memberikan pelayanan konseling remaja

Pada tahun 2018 telah terbentuk 18 Puskesmas Mampu PKPR yaitu

Puskesmas Kronjo, Tigaraksa, Kutabumi, Jambe, Kelapa Dua, Cisoka, Pasir

jaya Balaraja, Jayanti, Cikuya, Cikupa, Kedaung Barat, Salembaran Jaya,

Panongan, Pakuhaji, Pagedangan, Rajeg dan Sukatani. Meningkat

dibandingkan tahun 2017 hanya terdapat 8 puskesmas mampu PKPR.

Kriteria Puskesmas PKPR adalah memiliki klinik konseling remaja, petugas

sudah terorentasi PKPR, adanya sarana dan prasarana penunjang dan

kegiatan PKHS, KIE, Pelatihan KKR dan lain-lain. Klinik konseling remaja

melayani konseling/konsultasi masalah kesehatan dan faktor – faktor resiko

yang ada pada remaja. Berikut adalah pencapaian program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

Page 107: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|107

Grafik IV.22

Cakupan Pelayanan Remaja ( PKPR )

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Tabel IV. 4

Jumlah Kunjungan Remaja Ke Klinik Remaja

Tahun 2017 dan 2018

Sumber Data : Bid.Kesmas- Kesga Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Cakupan kunjungan remaja ke puskesmas pada tahun 2018 sebesar

105.568 (16,95%) terjadi peningkatan dibanding tahun 2017 sebesar 99.036

(15,89%). Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2018 antara lain pengelola

program remaja dan pengelola program UKS dijadikan satu pengelola

program, sosialisasi puskesmas PKPR ke sekolah-sekolah, orientasi PKPR

bagi pengelola program remaja dan mengoptimalkan klinik konseling remaja

di puskesmas serta peningkatan sarana dan prasarana yang menunjang di

kegiatan PKPR. Dalam kunjungan remaja ke Puskesmas sudah

URAIAN 2017 2018

Sasaran Remaja 622.966 622.966

Kunjungan Remaja ke Puskesmas 99.036 105.568

Kunjungan Remaja ke Klinik Remaja

(Konseling)

44.271

16.587

Page 108: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|108

memanfaatkan fasilitas klinik konseling remaja, kunjungan remaja ke klinik

konseling remaja sebanyak 17%, melebihi target klinik konseling remaja

8,5%. Adapun kasus konseling remaja sebagai berikut;

Grafik IV. 23

Jumlah Kasus Konseling

Remaja Ke Puskesmas

Tahun 2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.1.2.7. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Seksi Kesehatan Keluarga antara lain memiliki Tupoksi kegiatan

Pelayanan pemeliharaan kesehatan mulai tahun 2017. Dengan semakin

meningkatnya jumlah usia lansia, Umur harapan hidup (UHH) pada tahun

2010 sebesar 69,8 tahun, meningkat menjadi 70,9 tahun pada tahun 2017 dan

diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 72,4 pada tahun 2035

(Bappenas, BPS, dan UNFPA, 2013).

Tujuan kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia adalah Peningkatan

akses dan kualitas layanan kesehatan bagi Lansia di fasyankes primer dan

rujukan serta pemberdayaan potensi Lansia, sehingga akan meningkatkan

derajat kesehatan lansia untuk mencapai Lansia yang sehat, mandiri, aktif,

produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat. Sedangkan sasaran

pelayanan kesehatan lanjut usia adalah pralansia usia 45-59 tahun dan lansia

Page 109: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|109

usia lebih dari atau sama dengan 60 tahun. Pemberian pelayanan kesehatan

kepada lansia dilakukan mengacu kepada hasil penapisan dan pengelompokan

berdasarkan status fungsional lansia yang dikelompokkan menjadi 3

kelompok

yaitu :

1) lanjut usia mandiri/ketergantungan ringan (Tingkat Kemandirian A);

2) lanjut usia dengan ketergantungan sedang (Tingkat Kemandirian B); dan

3) lanjut usia dengan ketergantungan berat dan total (Tingkat Kemandirian

Upaya yang telah dilaksanakan untuk kesehatan lansia adalah

dengan pendekatan terhadap keluarga dan masyarakat lansia serta lebih

memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga agar lansia tetap sehat serta

merawat lansia yang sakit agar menjadi sehat. Sebagai bentuk implementasi

dari pelayanan pro aktif, Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan

dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Pelaksanaan

kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan oleh tenaga kesehatan

Puskesmas. Kelompok lansia mempunyai wadah yang disebut Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu), dimana kegiatannya antara lain : pelayanan

pemeriksaan kesehatan dasar, kegiatan penunjang lainnya seperti senam

lansia, pembinaan keterampilan dan pembinaan keagamaan. Idealnya jumlah

Posbindu adalah 1 per 100 penduduk lansia/pralansia. Jumlah Posbindu di

Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 476 posbindu pada tahun 2018,

meningkat dibandingkan tahun 2017 sejumlah 446 posbindu.

Tabel IV.5

Jumlah Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2018

NoNO

No

Puskesmas

Puskesmas

PoliKlinik Santun Lansia

(pelayanan terpisah dengan BPU )

JumlahPosbindu

1 Balaraja Ada 19

2 Gembong Ada 12

3 Jayanti Ada 10

4 Tigaraksa Ada 12

5 Pasir Nangka Tidak 9

6 Jambe Ada 22

7 Cisoka Ada 20

8 Kresek Tidak 9

9 Kronjo Tidak 10

Page 110: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|110

10 Mauk Ada 16

11 Kemeri Tidak 10

12 Sukadiri Ada 8

13 Rajeg Ada 11

14 Sukatani Ada 6

15 Kutabumi Ada 12

16 Pasar Kemis Ada 7

17 Teluk Naga Ada 12

18 Tegal Angus Tidak 8

19 Kosambi Tidak 12

20 Salembaran Jaya Tidak 12

21 Paku Haji Ada 8

22 Sukawali Tidak 7

23 Sepatan Tidak 15

24 Curug Ada 11

25 Binong Tidak 7

26 Cikupa Tidak 21

27 Pasir Jaya Tidak 12

28 Panongan Tidak 13

29 Legok Ada 10

30 Bojong Kamal Tidak 9

31 Caringin

Ada 5

32 Pagedangan Tidak 17

33 Cisauk Tidak 6

34 Suradita Ada 7

35 Sukamulya Ada 16

36 Kelapa Dua Ada 11

37 Jln Emas Tidak 6

38 Kutai Tidak 7

39 Bojong Nangka

NaNangNanNan

gka

Tidak 9

40 Sindang Jaya ada 7

41 Kedaung Barat Tidak ada 15

42 Cikuya ada 11

43 Gunung Kaler Tidak ada 9

44 Mekar Baru Tidak Ada 8

22 476 Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 111: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|111

Dalam pemeriksaan kesehatan lansia di Posbindu dapat diketahui Tingkat

kemandirian lansia sebagai berikut :

Grafik IV. 24

Kemandirian Lansia Kab. Tangerang

Tahun 2018

Lansia dengan tingkat kemandirian A (lansia mampu melakukan

aktifitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain) : 72,45 %, Lansia dengan

tingkat kemandirian B (lansia dengan gangguan dalam melakukan sendiri

kegiatan hidup sehari-hari, sehingga kadang-kadang memerlukan bantuan

orang lain) : 18,80 % dan Lansia dengan tingkat kemandirian C (lansia

sangat tergantung pada orang lain dan tidak mampu melakukan kegiatan

hidup sehari-hari) : 8,75 %.

Dari jumlah 182.571 sasaran lansia tahun 2018, cakupan kunjungan

lansia mencapai 161.409 atau 88,41 %.

Pada tahun 2018 sudah mulai dilakukan skrining kesehatan pada

lansia usia 60 tahun keatas untuk memenuhi standar pelayanan minimal

bidang kesehatan bagi lansia, yang menyatakan bahwa setiap lansia berusia

60 tahun keatas mendapatkan pemeriksaan tekanan darah tinggi, kolesterol,

gula darah dan pemeriksaan mental emosional, walaupun belum ada target di

tahun 2018. Skrining lengkap pada lansia diatas 60 tahun pada tahun 2018

dilakukan pada 34.394 lansia. Hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah

Page 112: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|112

tinggi pada lansia mencapai 48.150 kasus, yang menderita kolesterol tinggi

8.886 kasus, gangguan mental emosional 2.450 kasus dan lansia yang

mengalami gangguan kognitif 1.027 kasus. Lansia yang dilakukan skrining

hanya mencapai 18,8 % karena kurangnya jumlah reagen untuk pemeriksaan

gula darah dan kolesterol darah serta kurangnya penggunaan instrumen P3G

oleh petugas.

4.1.2.8. Program Emas (Gerakan Penyelamatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir)

Pemerintah Kabupaten Tangerang mencanangkan Gerakan Penyelamatan

Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2014, sehingga

diterbitkan Perbup no 56 tahun 2014 tentang Pedoman Pelayanan Rujukan

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di Kabupaten Tangerang yang diikuti

dengan Kesepakatan Bersama para pihak terkait untuk melaksanakan Perbup

tersebut. Perbup no. 56 tahun 2014 merupakan Perbup pertama kali di Indonesia

terkait Pelayanan rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga Bupati

Tangerang menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan pada bulan Desember

2014. Setelah satu tahun berjalan, dilakukan beberapa penambahan dan perubahan

menjadi Perbup no. 128 tahun 2015 tentang Perubahan Perbup no. 56 tahun 2014

tentang Pedoman Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di

Kabupaten Tangerang. Didalam Perbup tersebut diatur tentang tiga (3) hal, yaitu :

(1) Peningkatan Kualitas Pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal, (2)

Peningkatan efisiensi dan efektifitas sistem rujukan, serta (3) Peningkatan

akuntabilitas pemerintah dan pemberdayaan masyarakat.

Dari proses Gerakan Penyelamatan Ibu Melahirkan dan Bayi Baru Lahir di

Kabupaten Tangerang, Melalui “Bergandengan tangan menyelamatkan ibu dan bayi

baru lahir di Kabupaten Tangerang”pada tahun 2016 Bupati Tangerang menerima

penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) dari Menpan RB dan Top

35 Sinovik dari Wapres RI.

1. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN

Dalam upaya pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan untuk persalinan selama

24 jam dalam 7 hari, Pemerintah Kabupaten Tangerang meningkatkan jumlah

puskesmas mampu PONED, dan dalam upaya peningkatan kompetensi tim

PONED maka Dinas Kesehatan menyelenggarakan Pendampingan bagi puskesmas

mampu PONED.

Page 113: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|113

Grafik IV. 25

Jumlah Puskesmas mampu PONED dan Puskesmas mampu

PONED yang telah dilakukan Pendampingan

Tahun 2013-2018

Dari grafik diatas, terlihat bahwa sampai dengan akhir tahun 2018,

sejumlah 42 puskesmas sudah menjadi puskesmas mampu PONED melalui

Surat Keputusan Bupati, sehingga masih 2 puskesmas lagi yang belum

mampu PONED. Dari 42 puskesmas mampu PONED di tahun 2018, sudah

40 puskesmas mampu PONED yang telah dilakukan pendampingan klinis

dan rujukan dalam upaya meningkatkan kemampuan puskesmas mampu

PONED dalam pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Page 114: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|114

Grafik IV.26

Jumlah Persalinan di Puskesmas mampu PONED

Tahun 2015-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas, sejalan dengan meningkatnya jumlah puskesmas

mampu PONED, jumlah persalinan baik persalinan normal maupun

persalinan dengan komplikasi di puskesmas mampu PONED semakin

meningkat. Pada tahun 2018 terdapat 12.388 persalinan di puskesmas

mampu PONED.

Grafik IV. 27

Jumlah Rumah Sakit

yang telah dilakukan Pendampingan

Tahun 2015-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 115: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|115

Dari grafik diatas, terlihat penambahan rumah sakit yang telah dilakukan

pendampingan dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan ibu dan bayi

baru lahir berkelanjutan (pelayanan emergensi obstetri dan neonatal). Tahun

2015 RSU Kabupaten Tangerang dilakukuan pendampingan mulai dari

pendampingan pertama (P1), pendampingan kedua (P2) dan pendampingan

ketiga (P3) oleh RS Budi Kemuliaan Jakarta, sehingga di akhir 2015 tim

maternal dan neonatal RSU Kabupaten Tangerang sudah siap menjadi

mentor untuk melakukan pendampingan bagi RS lain. Sampai dengan akhir

tahun 2018, sebanyak 10 rumah sakit sudah dilakukan pendampingan.

2. PENINGKATAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS SISTEM RUJUKAN

Bupati Tangerang telah meluncurkan Sistem Jejaring Rujukan Maternal

dan Neonatal (Sijariemas) pada tanggal 30 Oktober 2014 sebagai upaya

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan rujukan

kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).

Sejak tahun 2014 sampai dengan akhir tahun 2018, tenaga kesehatan yang

telah teregistrasi Sijariemas sejumlah 2.907 tenaga kesehatan.

Page 116: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|116

Grafik IV.28

Jumlah Pengguna Sijariemas

Tahun 2014-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari Grafik diatas terlihat penggunaan Sijariemas semakin meningkat,

sejak tahun 2015 penggunaan android di sijariemas sudah bisa dilakukan.

Namun diantara sms, telpon dan android, penggunaan terbanyak adalah

melalui sms. Rujukan terfasilitasi Sijariemas pada tahun 2017 sejumlah

6.566 kasus, sehingga rata-rata rujukan perbulan dalah 547 kasus. Sedangkan

pada tahun 2018 terdapat peningkatan jumlah rujukan terfasilitasi Sijariemas

menjadi 7.695 kasus, sehingga rata-rata rujukan perbulan pada tahun 2018

meningkat menjadi 641 kasus.

Page 117: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|117

Grafik IV.29

Jumlah Penggunaan Sijariemas dalam rujukan maternal dan

neonatal

Tahun 2014-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas terlihat bahwa penggunaan sijariemas untuk rujukan

baik maternal maupun neonatal semakin meningkat. Pada tahun 2018

terdapat 7.122 rujukan kasus maternal dan 579 rujukan kasus neonatal yang

terfasilitasi Sijariemas. Rujukan maternal jauh lebih banyak dibandingkan

rujukan neonatal oleh karena rujukan janin sudah sekaligus pada saat rujukan

ibunya dalam kondisi resiko tinggi atau kegawatdaruratan.

Page 118: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|118

Grafik IV.30

Respon time rumah sakit dan puskesmas dalam menjawab

permintaan rujukan melalui Sijariemas

Tahun 2014-2018

Sumber Data:Kesga –Kesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari grafik diatas terlihat terjadi penurunan respon time rumah sakit dan

puskesmas dalam menjawab rujukan, pada tahun 2017 respon time (˂10

menit) sebesar 67 % menurun menjadi 42 % pada tahun 2018, hal ini

disebabkan karena rujukan yang tidak dijawab oleh rumah sakit dan

puskesmas sesuai respon time yang telah ditetapkan yaitu 10 menit sehingga

menyebabkan respon emergensinya rendah. Untuk memperbaiki respon time

ini setiap puskesmas atau rumah sakit rujukan harus meningkatkan

kepatuhan menjawab rujukan sijariemas sesuai standar dan Sijariemas di

puskesmas dan rumah sakit wajib standby selama 24 jam dalam 7 hari.

4.2. Program Perbaikan Gizi

Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melaksanakan berapa kegiatan

dalam rangka penurunan angka kurang gizi diantaranya pemantauan status

gizi, pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil, perawatan gizi

buruk, pemberian vitamin dan mineral (pemberian vitamin A pada balita dan

ibu nifas dan pemberian Fe pada ibu hamil ) dan menginisiasi usaha

kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui kegiatan Pos Gizi, Kelompok

Page 119: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|119

Pendukung ASI (KP ASI), Kader Asuh Masa Emas (KERAMAS) dan Kaer

Remaja Anti Anemia (KARTINI).

4.2.1. Pemantauan Status Gizi

Kegiatan pemantauan status gizi secara aktif dilaksanakan oleh

petugas gizi puskesmas melalui bulan penimbangan balita yang dilakukan

setahun 2 (dua) kali. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tahun 2018

mengalami penurunan dibanding tahun 2017. Keadaan ini menunjukkan

adanya komitmen menyeluruh dari lintas sektor dalam menanggulangi

masalah gizi di Kabupaten Tangerang melalui advokasi dan kegiatan gizi

bersumberdaya masyarakat melalui Pos Gizi, KP ASI dan KERAMAS,

karena sektor kesehatan saja tidak akan dapat secara maksimal menurunkan

angka gizi buruk. Agar terus dapat meningkatkan kinerja daerah dalam

penanggulangan masalah gizi, perlu adanya peningkatan kuantitas dan

kualitas SDM kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

maksimal bagi masyarakat. Gambaran status gizi dapat dilihat pada tabel.

Tabel IV.6

Gambaran Status Gizi Pada Balita Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2016-2018

Sumber: Bid.Kesmas- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

JUMLAH BALITA

Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

N % N % N % N %

2016 1.164 0,41 8935 3,17 268.339 95,32 2880 1,03

2017 1.161 0,38 9644 3,14 294.027 95,68 2479 0,81

2018 1040 0,33 7863 2,51 296.092 94,66 2134 0,68

Page 120: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|120

Grafik IV.31

Trend Gizi Buruk dan Gizi Kurang Berdasarkan Metode (BB/U)

Di Wilayah Kabupaten Tangerang

Tahun 2016-2018

Sumber: Bid.Kesmas- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.2.2. Pemberian Makanan Tambahan

Salah satu upaya penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk untuk

jangka pendek yaitu dengan pemberian makanan formula. Pada Tahun 2018,

pengadaan makanan tambahan terbatas pada Formula TFC untuk gizi buruk

rawat inap dan rawat jalan dan makanan tambahan untuk ibu hamil. Dengan

adanya bantuan MP ASI untuk balita kurus dan Biskuit Ibu Hamil dari

Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

memprioritaskan pengadaan makanan tambahan hanya pada gizi buruk dan

makanan tambahan untuk meningkatkan cakupan ibu hamil Kurang Energi

Kronis yang mendapatkan PMT. Selain itu, kegiatan bersumber daya

masyarakat melalui memasak dan makan bersama di Pos Gizi terus

dikembangkan melalui bantuan bahan makanan, sehingga mengurangi alokasi

jumlah balita kurang gizi yang mendapatkan PMT.

Page 121: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|121

4.2.3. Perawatan Gizi Buruk dan Usaha Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat dalam kegiatan Gizi

Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan

amanat terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

perbaikan gizi. Setiap anak gizi buruk yang ditemukan yang disertai dengan

komplikasi dirawat di Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Hal ini

dibuktikan dengan dibentuknya pusat perawatan gizi buruk atau Therapeutic

Feeding Center (TFC) di Puskesmas Balaraja, Sepatan dan Mauk dengan

kunjungan rutin dari dokter spesialis Anak, sedangkan untuk anak kurang gizi

dilakukan rawat jalan di klinik gizi Puskesmas dan Pos Gizi di Desa yang

merupakan tempat pemulihan dan pendidikan gizi untuk anak kurang dan

pengasuh (Ibu) dengan pemberdayaan masyarakat yang dikelola dari, oleh

dan untuk masyarakat. Sampai tahun 2018 hampir seluruh Kecamatan telah

memiliki Pos Gizi yang dibentuk melalui anggaran APBD Dinas Kesehatan

maupun Puskesmas. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat, Dinas Kesehatan menginisiasi kegiatan Usaha Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat kegiatan Gizi dalam bentuk kegiatan Kader

Remaja Anti Anemia (KATINI), Kader Asuh Masa Emas (KERAMAS) dan

Kelompok Pendukung ASI (KP ASI).

Pada kasus-kasus kronis gizi buruk yang memerlukan rawatan lanjutan,

dapat dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai MoU dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, dengan biaya rujukan bersumber dari UPT

PJK.

4.2.4. Cakupan ASI Ekslusif

Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif

sesuai peraturan Bupati Nomor 95 Tahun 2014 tentang pemberian ASI

Ekslusif telah dilakukan dengan berbagai starategi, mulai dari peningkatan

kapasitas petugas dan promosi ASI Ekslusif serta penyusunan kerangka

regulasi. Tahun 2015 telah dilaksanakan pelatihan konseling menyusui,

Page 122: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|122

Pemberian Makanan Bayi dan Anak. Tahun 2016 dilakukan kunjungan untuk

pembelajaran dalam membentuk Kelompok Pendukung ASI (KP ASI) yang

telah direalisasikan hingga Tahun 2018 telah terbentuk 9 KP ASI. Hasil

cakupan ASI Ekskusif tahun 2014 sebesar 27 %, tahun 2015 sebesar 40 %,

tahun 2016 sebesar 50 %, tahun 2017 sebesar 58,72% dan tahun 2018 sebesar

41,59%. Adanya penurunan terhadap cakupan ASI Eksklusif membutuhkan

perhatian dari semua stakeholder agar dapat meningkatkan promosi terhadap

pentingnya ASI eksklusif terhadap penurunan masalah kesehatan pada bayi

balita dan ibu menyusui.

Grafik IV.32

Cakupan ASI Eksklusif

Tahun 2014-2018

Sumber Data: Bid.Kesga- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Dalam upaya mencapai visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang yaitu “Terwujudnya masyarakat Kabupaten Tangerang yang sehat

secara mandiri dan berkeadilan “ dengan misi 1) Meningkatkan aksesibilitas

dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi seluruh masyarakat di

semua wilayah Kabupaten Tangerang, 2) Meningkatkan penanggulangan

masalah kesehatan dan penyehatan lingkungan, 3) Meningkatkan

kemandirian masyarakat di bidang kesehatan melalui pemberdayaan

Page 123: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|123

masyarakat, swasta dan lintas sector, 4) Meningkatkan upaya

pencegahan,penanggulangan KLB dan bencana secara terpadu dengan

melibatkan peran aktif masyarakat, 5) Meningkatkan kuantitas,kualitas

sumber daya kesehatan dan manajemen kesehatan, diperlukan promosi

kesehatan yang berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan,pemeliharaan dan

perlindungan kesehatan . selain kegiatan tersebut dilakukan pula dengan

strategi yang berbasis model pendekatan dan kebersamaan yaitu dengan

berupaya memfasilitasi percepatan dan pencapaian peningkatan derajat

kesehatan bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di

tingkat desa yang di sebut desa siaga.

Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 Kecamatan dan 274

desa/kelurahan yang mempunyai karakteristik permasalahan kesehatan yang

berbeda sehingga memerlukan penanganan program yang berbeda beda untuk

setiap daerahnya. Oleh karena itu program kerja yang kami buat ditahun 2018

diupayakan dapat mengatasi permasalahan kesehatan dengan konsep promosi

dan pemberdayaan masyarakat juga masyarakat sekolah.

Tahun 2017 sampai dengan 2019 orientasi pembangunan kesehatan

ditekankan pada konsep Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yaitu

melakukan pendekatan pelayanan kesehatan sesuai dengan permasalahan

disetiap keluarga yang berbeda beda, sehingga puskesmas akan semakin tepat

dalam memberikan intervensi di setiap keluarga hal ini juga akan memberi

dampak pada efisiensi biaya kesehatan yang dikeluarkan.

Sejalan dengan itu, Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat telah melakanakan program – program strategis, yaitu yang

berkaitan dengan peningkatan PHBS di masyarakat, pengembangan UKBM,

peningkatan Usaha Kesehatan Sekolah, Tangerang Sehat dan kegiatan

pendukung lainnya. Adapun kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2018

antara lain :

Page 124: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|124

4.3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan

interaksi anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses

pendidikan perilaku. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

sejak dini yang dilakukan dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang

sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan masyarakat. PHBS adalah upaya

memberdayakan rumah anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam

upaya kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS ada

10 (sepuluh) indikator yaitu ; Bersalin di Tenaga Kesehatan, Memberi Bayi

ASI Eksklusif, Menimbang Balita Setiap Bulan, Mencuci Tangan dengan Air

Bersih dan Sabun, Menggunakan Air Bersih, Menggunakan Jamban Sehat,

Memberantas Jentik Seminggu Sekali, Makan Buah dan Sayur Setiap Hari,

Beraktivitas Fisik Setiap Hari, Tidak Merokok di dalam Rumah.

Dalam Renstra Dinkes tahun 2013 – 2018 ditargetkan persentase

Rumah Tangga yang telah ber-PHBS sebesar 70% pada tahun 2017. Hasil

kegiatan pada tahun 2018 menunjukan sebanyak 63,5% rumah tangga telah

melakukan PHBS. Pada grafik dibawah terlihat, persentase rumah tangga ber-

PHBS tertinggi terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Bojong Nangka 87,10%

dan terendah di Wilayah kerja Puskesmas Pakuhaji sebesar 12,5%.

Page 125: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|125

Grafik IV. 33

Capaian PHBS Tahun 2018

Sumber : Bidang SDK-PM Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa capaian PHBS rumah tangga sehat di

kabupaten Tangerang pada tahun 2018 adalah 63,5%, pencapaian ini belum

sesuai target yang telah ditetapkan yaitu 70%, hal ini antara lain dipengaruhi

oleh :

Fokus pembinaan PHBS di beberapa puskesmas beralih kepada program

Keluarga Sehat.

Program Promosi Kesehatan di beberapa puskesmas dikelola oleh petugas

baru

Perubahan perilaku sehat masyarakat khususnya pada tatanan rumah tangga

dari tahun 2012 hingga tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut :

Page 126: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|126

Grafik IV.34

Perkembangan apaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di

Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber : Bidang SDK-PM Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2018

Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan PHBS di

masyarakat, yaitu :

1) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan :

a. 21 Perguruan Tinggi Kesehatan

Meliputi kegiatan Praktek Kerja Lapangan, Pendidikan dan

Pemberdayaan Masyarakat

b. 10 Organisasi Masyarakat (MUI, FSPP, TP-PKK, Al-Hidayah,

Muslimat NU, Fatayat NU, Gerakan Peramuka, Forum Kader

Posyandu, KNPI, BKMT)

c. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tangerang

2) Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat, antara lain berupa :

peningkatan pengetahuan dan keterampilan Petugas Promosi Kesehatan

Puskesmas, pelatihan kader, penyuluhan, Lomba dan pengembangan

media promkes.

3) Peningkatan kapasitas Petugas Promosi Kesehatan

Page 127: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|127

4.3.2. Pembentukan dan Pengembangan Desa Siaga Aktif

Dalam rangka mencapai target SPM, yaitu 80% desa menjadi Desa

Siaga Aktif, sejak tahun 2007 hingga sekarang Pemerintah Kabupaten

Tangerang melalui Dinas Kesehatan telah membentuk 220 desa menjadi Desa

Siaga dan 188 Desa Siaga yang dibentuk sudah menjadi menjadi Desa Siaga

Aktif atau 85,4% Desa Siaga yang ada di Kabupaten Tangerang sudah

menjadi Desa Siaga Aktif.

Grafik IV.35

Perkembangan Jumlah Desa Siaga Aktif

di Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber : LB3 Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2018

Adapun upaya - upaya pengembangan desa siaga aktif yang dilakukan

antara lain :

a. Penguatan Revitalisasi Desa Siaga Aktif

b. Pengembangan UKBM Desa Siaga Aktif

c. Penyediaan sarana dan prasarana Desa Siaga Aktif

d. Monitoring dan pembinaan Desa Siaga Aktif dari Kabupaten ke

Puskesmas

Dari upaya – upaya yang telah dilakukan berpengaruh terhadap

peningkatan strata Desa Siaga Aktif yang ada beberapa wilayah Puskesmas,

seperti terlihat pada grafik berikut ini :

Page 128: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|128

Grafik IV.36

Perkembangan Strata Desa Siaga Aktif

di Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber : Bid. PPK. PSMK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2018

Grafik IV.37

Perkembangan Strata Desa Siaga Aktif

Puskesmas di Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber : Bid. PPK. PSMK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2018

Dari grafik diatas terlihat bahwa Desa Siaga Aktif yang telah

mencapai strata purnama sebanyak 14 desa antara lain ada di wilayah

Puskesmas Cikupa, Jl. Kutai, Kelapa Dua, Kutabumi, Legok, Pakuhaji,

Panongan, Pasar Kemis, Sukamulya dan Teluknaga. Sedangkan Desa Siaga

Aktif yang telah mencapai strata Mandiri sebanyak 11 desa antara lain ada di

Page 129: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|129

wilayah Puskesmas Cikupa, Kutabumi, Panongan, Pasar Kemis, Legok dan

Sukamulya.

4.3.3. Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM)

UKBM merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam

pembangunan kesehatan. Hasil pelaksanaan UKBM tahun 2018 dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel IV.7

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Tahun 2018

Sumber : Bid. PPK. PSMK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun 2018

Dalam rangka pembinaan UKBM, telah dilakukan upaya – upaya,

antara lain :

a. Pembinaan posyandu

b. Pengadaan sarana dan prasarana Posyandu

c. Pengadaan sarana dan prasarana Desa Siaga

d. Pertemuan Penguatan UKBM

e. Penguatan kemitaan dengan Organisasi Masyarakat (Ormas)

f. Pembentukan Posyankestradkom di 6 desa

g. Pembinaan Program KTS di 25 Kecamatan dan 177 desa

h. Pembinaan SBH di 29 Kwartir Ranting

4.3.4. Penyebarluasan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup

Sehat

Promosi kesehatan merupakan upaya promotif yang bertujuan

membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kegiatan yang

telah dilakukan antara lain dengan penyebarluasan informasi kesehatan

melalui berbagai metode dan media, antara lain :

Jumlah

Desa

Desa

Siaga

Poskesd

es Posyandu

Poskes

tren SBH

Desa

KTS

Kader

Posyand

u

Kader

Desa

Siaga

274 220 70 2284 63 29 177 10.695 3583

Page 130: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|130

a. Pengadaan Sarana dan Media Promkes (Spanduk, Tabloid Intan, Media

Massa, Leaflet, Goody Bag, Mug Promkes, Note book Promkes dan

Speaker Aktif Promkes)

b. Peringatan HKN

c. Pameran Promkes

4.3.5. Program Kabupaten Tangerang Sehat (KTS)

Kabupaten Tangerang Sehat adalah suatu kondisi kabupaten yang

bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dapat dicapai

melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang

terintegrasi oleh SKPD lain dan disepakati masyarakat dan pemerintah

daerah. Pencapaian KTS hingga tahun 2018, ada 25 Kecamatan atau 86% dan

177 Desa atau 65% telah melaksanakan pendekatan program KTS. Pada

tahun ini Kabupaten Tangerang telah berhasil meraih predikat Kabupaten

Sehat Swastisaba “Wistara” Tingkat Provinsi Banten dan berperan serta

dalam Verifikasi Swastisaba Tingkat Nasional. Perkembangan program KTS

dari tahun 2012 hingga tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik IV.38

Perkembangan Program KTS

Tahun 2018

22

161

25

176

25

177

25

177

25

177

25

177

25

177

0

50

100

150

200

Forkom Kec. Sehat Pokja Desa Sehat

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Sumber : Bidang SDK – PM Dinkes Kabupaten Tangerang

Page 131: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|131

Kegiatan – kegiatan terkait dengan program Kabupaten Tangerang

Sehat yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun

2018 antara lain :

a. Pertemuan rutin Pengurus Forum Kabupaten Tangerang Sehat

b. Pertemuan Penguatan FKTS

c. Pertemuan Penguatan FKKS dan Pokja

d. Pengadaan sarana pendukung Program KTS

e. Konferensi Program KTS

4.3.7 Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Pemerintah Kabupaten Tangerang telah mengeluarkan Peraturan

Bupati Nomor : 16 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok untuk

melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok terutama di Institusi

Pendidikan dan Kesehatan. KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan

dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, promosi dan atau

penggunaan rokok. KTR merupakan tanggung jawab seluruh komponen

bangsa baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah untuk

melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama

dari Lembaga swadaya dan berbagai elemen masyarakat akan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan KTR.

Pada tahun 2018 peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok sedang

dalam proses finalisasi menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang.

4.4. Kesehatan Lingkungan

Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman

berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Bagi

anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare berkontribusi terhadap

masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi

maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan dampak serius terhadap

kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang

akan datang.

Page 132: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|132

Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia

di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2018 menunjukkan diare prevalensi diare

sebesar 12,3%. Angka diare pada anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan

sumur terbuka untuk air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan

anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare

lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan buang

air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan

fasilitas toilet pribadi dan septik tank.

Peran penting kebersihan sering diabaikan. Kematian dan penyakit yang

disebabkan oleh diare pada umumnya dapat dicegah. Bahkan tanpa perbaikan pada

sistem pengairan dan sanitasi, mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan

sabun dapat mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen. Dengan

disepakati universal akses sanitasi tahun 2019 mendorong semua pihak untuk

berinvestasi dibidang sanitasi.

Universal akses sanitasi tahun 2019 (100-0-100) yaitu semua masyarakat

mengakses air minum, tidak ada lagi kawasan kumuh dan semua masyarakat

mengakses jamban sehat. Kondisi saat ini di Kabupaten Tangerang, masyarakat

mengakses air minum sebesar 99,7%, yang bersumber dari sumber air perpipaan,

non perpipaan (sumur gali terlindung, sumur pompa), air kemasan dan isi ulang.

Sedangkan sisanya masih menggunakan sumber air yang tidak aman (sumur gali

tidak terlindung, air sungai, dll). Akses sanitasi sebesar 73,08% (data web STBM

2018).

Upaya yang paling memungkinkan untuk menyediakan sarana air minum

aman bagi warga yang belum mengakses sumber air perpipaan adalah dengan

memperbaiki sumber air yang ada agar lebih aman.

Adanya perbaikan sanitasi akan mengurangi resiko terjadinya diare sebesar

36%, meningkatkan produktifitas sebesar 34%-79%, mengurangi beban biaya

pengobatan sebesar 6%-19%, mengurangi resiko stunting sebesar 17-27%.

Pada profil kesehatan ini menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan

sebagai berikut :

1. Rumah sehat

2. Akses penduduk thd air minum layak

3. Akses penduduk thd jamban sehat

4. Desa yang melaksanakan STBM

Page 133: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|133

5. Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

6. Tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan

Variabel rumah sehat dan akses terhadap air minum layak tidak menjadi target

Renstra Dinas Kesehatan.

Tabel IV.8

Pencapaian Indikator Sasaran Program Penyehatan Lingkungan

di Kabupaten Tangerang

Tahun 2016– 2018

No Indikator

Tahun 2016 Th. 2017 2018

Target Real Target Real Target Real Capaian

1 Prosentase Rumah

Sehat

67% 77% 68% 78,3% 70% 75,84% 108%

2 Prosentase penduduk

yg menggunakan air

minum berkualitas/

layak

70% 65,2% 75% 96,38% 80% 99,7% 124,6%

3 Prosentase kualitas

air minum pada

jaringan perpipaan

100%

100%

100% 100% 100% 100% 100%

4 Prosentase penduduk

yg menggunakan

jamban sehat

70% 68,8% 71% 72,18% 73% 73,08 100%

5 Jumlah desa yang

melaksanakan STBM

120 ds 169 ds 150 ds 220 ds 180 ds 274 ds 150,5%

6 Prosentase TTU

memenuhi syarat

kesehatan

76,5%

75% 77% 72,16% 77 % 82,01% 106,5%

7 Prosentase TPM

memenuhi syarat

kesehatan

40% 45%

52,56%

50%

56,74% 113,5%

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.4.1. Prosentase rumah sehat

Rumah adalah tempat berkumpulnya anggota keluarga. Untuk menjamin

kesehatan anggota keluarga maka rumah harus memenuhi syarat kesehatan. Rumah

sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu tersedia sarana

sanitasi sehat, rumah yang cukup pencahayaan, bebas dari binatang sbg vektor

penyakit dan lingkungannya bersih.

Hasil pemantauan selama tahun 2018 didapatkan bahwa dari 366.638

rumah yang diperiksa, sebesar 75,4% memenuhi syarat kesehatan. Upaya

penyehatan rumah yang dilakukan tahun 2018 adalah secara berkala melaksanakan

Page 134: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|134

pemeriksaan rumah/ inspeksi rumah sehat, pemberdayaan masyarakat untuk

meningkatkan kepemilikan sarana sanitasi dasar dengan pemicuan STBM,

penyehatan rumah gakin dengan masalah kesehatan, pemberian stimulan

pembangunan sanitasi dasar, pelayanan klinik sanitasi dan kunjungan rumah.

4.4.2. Prosentase penduduk yang menggunakan air minum berkualitas/

layak

Air menjadi kebutuhan utama makhluk hidup, air juga bisa mengandung

berbagai kuman penyakit bahkan air yang tidak terjaga bisa mengakibatkan berbagai

macam penyakit. Oleh karena itu air yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari

baik untuk makan minum, memasak maupun untuk mandi dan mencuci harus berasal

dari sumber yang layak. Sumber air minum layak adalah air yang digunakan untuk

minum dan memasak yang bersumber dari air perpipaan, sumur gali terlindung,

sumur pompa, mata air terlindung dan PAH (penampungan air hujan).

Masyarakat mengakses air minum layak pada tahun 2018 sebesar 99,7%. Dari

jumlah tersebut yang menggunakan air kemasan dan isi ulang sebesar 39,7% .

Sumber air minum yang banyak digunakan masyarakat di Kabupaten Tangerang

terdiri dari air perpipaan baik perusahaan daerah maupun swasta, sedangkan non

perpipaan dari sumur gali, sumur pompa tangan, sumur bor/pompa listrik . Instalasi

air perpipaan PDAM sudah menjangkau semua kecamatan tetapi belum di semua

desa. Serta water treatmen plan(WTP) di beberapa kawasan perumahan diantaranya

Citra Raya, Sumarecon, Lippo Karawaci, kawasan BSD. Pertambahan pengguna

sumber air minum berkualitas kecil karena kecenderungan masyarakat lebih suka

menggunakan menggunakan air kemasan dan air minum isi ulang.

Upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap

sumber air minum berkualitas adalah rehab 100 unit sumur gali, pemberdayaan

masyarakat dalam upaya pengelolaan air minum rumah tangga.

4.4.3. Prosentase Kualitas Air Minum

Selain berasal dari sumber air yang layak, untuk menjamin kualitas air harus

memenuhi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes no.

492 tahun 2010. Pada tahun 2017 telah dilaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan

sumber air minum dan pemeriksaan kualitas air sebanyak 150 sampel pada sarana

air masyarakat baik yang bersumber dari perpipaan maupun non perpipaan.

Page 135: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|135

Pemeriksaan kualitas oleh UPT Labkesda Kab. Tangerang didapatkan hasil 40,1%

memenugi syarat dan 59,9% tidak memenuhi syarat. Sedangkan hasil pemeriksaan

sumber air sebagai berikut, air sumur hanya 9,62% memenuhi syarat , sedangkan

kualitas air perpipaan 100 % memenuhi syarat dan depot air minum (DAM) 56%

memenuhi syarat. Yang menjadi target kualitas air minum di Kabupaten Tangerang

adalah kualitas air minum pada jaringan perpipaan sebesar 100 % memenuhi syarat.

Untuk memperbaiki kualitas air non perpipaan adalah perbaikan sumur gali tidak

terlindung dengan memperbaiki bibir sumur, lantai dan kerekan.

4.4.4. Prosentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

Penduduk yang menggunakan jamban sehat tahun 2018 sebanyak 73,08 %,

meningkat sebesar 0,9% dibandingkan tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa ada

peningkatan kebutuhan masyarakat akan sarana sanitasi.

Sebanyak 26,92% masyarakat belum menggunakan jamban sehat. Termasuk

dalam keelompok tersebut masih buang air besar di sembarang tempat ataupun

menggunakan kloset tetapi buangan akhir tinja tidak di tangki septik. Hal tersebut

dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat bahwa buang air besar

sembarangan bisa mencemari lingkungan dan bisa mengganggu kesehatan serta

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tangki septik yang memenuhi standar.

Upaya yang dilaksanakan pada tahun 2018 adalah pemberdayaan masyarakat

dengan pemicuan stop BAB sembarangan di 54 desa, melaksanakan pendampingan

masyarakat yang pada tahun sebelumnya sudah dipicu. Membuat percontohan

WC/sarana sanitasi sehat, penyuluhan tentang standar septik tank dan stimulan untuk

membuat percontohan septik tank sehat sebanyak 40 unit yang tersebar di desa

STBM, memberikan bimbingan teknis kelompok swadaya masyarakat dengan

kegiatan pemasaran sanitasi dan penyedia septik tank berstandar SNI. Sampai

dengan tahun 2018 terdapat 15 KWS aktif. Merupakan suatu gerakan inovatif

Kabupaten Tangerang untuk mempercepat pencapaian akses sanitasi adalah adanya

gerakan SERASI (Seribu Sarana Sanitasi). Gerakan Serasi sebagai suatu gerakan

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan sarana

sanitasi dan pendayagunaan berbagai komponen masyarakat dalam bidang sanitasi.

Bertujuan untuk meningkatkan akses sanitasi, mendayagunakan kelompok wirausaha

sanitasi dan membantu masyarakat yang belum mampu mengakses sarana sanitasi

melalui pembangunan sarana sanitasi dengan pendekatan pemberdyaan masyarakat.

Page 136: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|136

Sejak tahun 2015 s.d 2018 melalui gerakan SERASI mampu membangun 936 unit

sarana.

4.4.5. Jumlah desa yang melaksanakan STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk

merubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi

total meliputi perilaku stop BAB sembarangan, perilaku CTPS, pengelolaan air

minum rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah

cair rumah tangga. Pemicuan STBM diprioritaskan di desa yang belum SBS (stop

Buang Air Besar Sembarangan). Sampai dengan tahun 2018 sudah melaksanakan

pemicuan di semua desa. Peningkatan jumlah desa STBM di tahun 2018 melebihi

target, menunjukkan banyaknya dukungan dalam pelaksanaan STBM dari berbagai

sumber dana yaitu APBD, BOK, APBD Provinsi dan swadaya tim fasilitator.

Terbentuknya kelompok swadaya masyarakat dan masyarakat sebagai natural leader

yang secara swadaya melaksanakan pemicuan STBM sangat membantu peningkatan

kesadaran dan akses sanitasi masyarakat. Dari 54 desa baru yang melaksanakan

STBM tahun 2017 sebanyak 30 desa biaya APBD Kabupaten. Selebihnya biaya

BOK dan swadaya desa baik untuk pelaksanaan pemicuan maupun pendampingan

masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mempercepat pencapaian desa

STBM adalah melatih fasilitator STBM di tingkat puskesmas, memberdayakan

masyarakat/kelompok masyarakat setempat sebagai fasilitator STBM, melaksanakan

sosialisasi STBM ke desa dan kecamatan, bekerjasama dengan pihak swasta/NGO

untuk ikut mengembangkan STBM.

4.4.6. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat berkumpulnya banyak orang. Di

tempat seperti itu sangat berpotensi menularkan penyakit. Agar tidak terjadi

penularan penyakit di TTU maka TTU harus memenuhi syarat kesehatan lingkungan

yang meliputi persyaratan bangunan, persyaratan konstruksi dan tersedia sarana

sanitasi di tempat umum. Pengawasan terhadap Tempat –Tempat Umum ( TTU )

dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko sumber penularan penyakit bagi

masyarakat yang memanfaatkan TTU. TTU meliputi terminal, pasar, hotel, sarana

ibadah, sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, perkantoran, tempat wisata.

Sedangkan persyaratan minimal adalah melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan

dan pembinaan di sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan dan pasar.

Page 137: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|137

Jumlah semua TTU 7.203, sedangkan TTU wajibnya 3.132. Pemeriksaan dan

pembinaan pada TTU wajib didapatkan sebanyak 82,1 % memenuhi syarat

kesehatan. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas

lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan.

4.4.7. Tempat Pengelolaan Makanan Minuman

Tempat Pengelolaan Makanan tempat tertentu yang digunakan untuk

melakukan pengolahan makanan yang meliputi penyimpanan bahan makanan,

pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan

memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.

Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan

berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya

penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dari konsumen

terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah

keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang

menangani makanan,bahan makanan, alat dan tempat pengolahan makanan serta

proses pengolahannya. Kendala dan permasalahaan yang belum dapat ditangani

adalah masih rendah higene dan sanitasi tempat pengolahan makanan dan rendahnya

kesadaran untuk mengurus sertifikat layak higiene sanitasi

Tempat pengelolaan makanan meliputi jasa boga/ katering, rumah makan/

restoran depot air minum.

Hasil inspeksi kesehatan lingkungan tempat pengelolaan makanan minuman

tahun 2018 sebanyak 564 (56,74%) TPM memenuhi syarat dari 994 TPM yang

diperiksa, sedangkan yang memiliki sertifikat layak higiene sanitasi sebanyak 478

sarana dengan rincian rumah makan 148, jasa boga/katering 245 dan depot air

minum (DAM) 85. Diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk

mendorong TPM yang memiliki sertifikasi layak sehat .

Page 138: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|138

Grafik IV.39

TPM memenuhi syarat berdasar hasil IKL

Tahun 2018

68,97%

58,87%53,61%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

Jasa Boga/Katering

RumahMakan/Restoran

Depot air minum

4.4.8. Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan Pangan

Pengambilan dan pemeriksaan bahan tambahan pada Tahun 2018

dilakukan terhadap sampel Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dan pangan

yang beredar di pasar tradisional dan modern dilakukan di 40 Sekolah dan 4

Pasar Tradisional di wilayah Kabupaten Tangerang. Pengambilan dan

pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan rapd tes sebagai

screening awal terhadap keamanan pangan di sekolah dan di Pasar

Tradisonal. Adapun pengujian sampel dilakukan terhadap sampel yang

terindikasi menggunakan bahan berbahaya seperti rhodamin B, methanyl

yellow, formalin dan boraks serta penggunaan bahan tambahan pangan yang

melebihi batas aman yang diperbolehkan. Berikut adalah hasil rapid test

sampel pangan jajanan anak sekolah dan sampel pangan yang beredar di

pasar, dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :

Page 139: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|139

Grafik IV.40

Hasil Pemeriksaan Sampel Bahan Berbahaya Pada PJAS

Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Berdasarkan diagram diatas maka dapat diketahui bahwa masih

adanya produk makanan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan

sebagai bahan tambahan pangan seperti penggunaan formalin masih

ditemukan sebanyak 5 produk atau 4,9 %dari 102 sampel yang dilakukan

pengujian dengan menggunakan rapid test, Rodamin B sebanyak 2 produk

atau 10,5% dari 19 sampel yang dilakukan pengujian dengan menggunakan

rapid test, adapun produk yang diduga mengandung formalin di temukan pada

PJAS seperti tahu goreng, sedangkan produk yang sitemukan mengandung

Rodamin B seperti : kerupuk harum manis dan kue wajik.

Page 140: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|140

Grafik IV.41

Uji Laboratorium Kuantitatif Pemanis (Aspartam & Sakarin)

Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik IV.42

Uji Laboratorium Kualitatif Pengawet (Benzoat dan Asam Sorbat)

Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Page 141: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|141

Grafik IV.43

Uji laboratorium Kualitatif Pewarna

Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Dari tiga grafik uji laboratorium kuantitaif diatas maka masih ditemukan

produk yang menambahkan bahan tambahan pangan pemanis sakarin dan

pengawet benzoat yang melebihi kadar yang di persyaratkan. Untuk pemanis

sakarin dan aspartam dari 9 sampel yang diperiksa 4 sampel dinyatakan Tidak

Memenuhi Syarat karena mengandung kandungan aspratam dan sakarin

melebihi batas yang diizinkan. Sedangkan untuk pengawet benzoat dan asam

sorbat dari 9 sampel yang diperiksa 4 Tidak Memenuhi Syarat, dan untuk

asam sorbat 4 sampel dinyatakan memenuhi Syarat. Penggunaan Benzoat

yang Tidak Memenuhi Syarat ini umumnya ditemukan pada sampel jelly,

otak-otak dan kecap. Pada parameter pewarna untuk pewarna tartrazin dari 3

yang diperiksa 2 sampel Tidak Memenuhi Syarat, ditemukan pada sampel

makanan ringan (biskuit bola-bola). Upaya menjamin keamanan pangan

bukan hanya dilakukan pada sarana pre market, sarana post market juga

mempunyai peranan yang penting dalam rantai keamanan pangan. Di

Kabupaten Tangerang terdapat 17 Pasar Tradisional, 3 Pasar Modern dan

sarana distribusi pangan baik yang berupa mini market dan supermarket.

Pengawasan dan pembinaan Pasar Tradisional dan Pasar Modern meliputi

pemeriksaan pangan dari bahan berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin

Page 142: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|142

b dan methanyl yellow serta pemeriksaan pangan yang sudah rusak atau yang

sudah melewati masa kadaluarsa yang masih di display atau diperjualbelikan

4.5. Pelayanan Obat

Ada tiga indikator Penggunaan Obat Rasional (POR) dari WHO yaitu

indikator peresepan, indikator pelayanan, dan indikator fasilitas.Indikator

peresepan di Puskesmas yang menjadi indikator POR Nasional menggunakan

parameter sebagai berikut :

1. Rerata jumlah item obat dalam satu lembar resep

2. Persentase penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia

3. Persentase penggunaan antibiotic pada Diare non spesifik

4.5.1. Persentase penggunaan injeksi pada Myalgia

Rerata jumlah item obat dalam resep adalah jumlah jenis obat yang

terdapat dalam satu lembar resep. Rerata Puskesmas tahun 2012 adalah 3.34,

tahun 2013 3.27, tahun 2014 3.38, tahun 2015 adalah 3.15, tahun 2016 2.94,

tahun 2017 2.77 dan pada tahun 2018 yaitu 3,03. Terdapat kenaikan pada

tahun 2018 yaitu menjadi 3,03 dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah jenis

obat dalam satu lembar resep berkisar antara 3 sampai 4 jenis obat. Angka ini

masih ada diatas angka yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan yaitu

2,6. Akan tetapi penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia

pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 7,7 %.

Penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia di tahun 2018 berada di

bawah standar Kemenkes (20%). Ini membuktikan penggunaan antibiotik

pada ISPA non Pneunomonia sudah mulai selektif.

Penggunaan antibiotik pada pasien diare pada tahun 2018 sebesar

12,3% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan masih di atas

standar Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 8%. Tetapi tidak semua

Puskesmas yang persentase penggunaan antibiotik pada pasien diare besarnya

diatas standar kemenkes, ada berapa Puskesmas yang nilai presentase

penggunaan antibiotiknya dibawah standar kemenkes. Masih diperlukan

Page 143: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|143

upaya untuk menurunkan penggunaan antibiotic pada pasien diare non

spesifik dengan cara penulis resep melakukan anamnesa yang lengkap

sehingga dapat membedakan jenis diare serta dapat memberikan drug of

choice yang sesuai.

Penggunaan injeksi untuk kasus Myalgia di Puskesmas Kabupaten Tangerang

sejak tahun 2012 sampai tahun 2018 menunjukkan angka 0% sesuai standar

Kemenkes yaitu 1%, yang berarti Puskesmas sudah tidak menggunankan obat

suntik atau injeksi untuk pengobatan Myalgia.

Hasil pengukuran indikator POR di Puskesmas dari tahun 2012

sampai dengan tahun 2018 terlihat pada Grafik Penurunan angka rerata jumlah

obat menunjukkan adanya kemajuan dalam pergerakan Penggunaan Obat

Rasional di Kabupaten Tangerang. Akan tetapi masih diperlukan upaya untuk

menurunkan penggunaan antibiotic pada pasien ispa non pneumonia dan

pasien diare non spesifik agar memprioritaskan pemberiannya untuk penyakit

yang benar-benar memerlukannya. Hasil pengukuran indikator POR ini sudah

disosialisasi dan dievaluasi kepada Puskesmas di seluruh Kabupaten

Tangerang.

Page 144: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|144

Grafik IV.44

Hasil Pengukuran Indikator POR

Kabupaten Tangeran Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Data Peresepan Puskesmas KabupatenTangerang

Hasil pengukuran untuk masing-masing Puskesmas dapat dilihat pada grafik-

grafik di bawah ini.

Page 145: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|145

Grafik IV.45

Penggunaan Antibiotika pada ISPA non Pneumonia di Puskesmas

Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

Grafik IV.46

Penggunaan Antibiotik pada Diare non Spesifik di Puskesmas

Tahun 2018

Page 146: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|146

Grafik IV.47

Rerata jumlah jenis obat yang diterima per lembar resep di Puskesmas

Tahun 2018

Sumber Data: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.5.2. Indikator Pengelolaan Obat

4.5.2.1. Alokasi Dana Pengadaan Obat

Besarnya dana pengadaan obat yang disediakan/ dialokasikan oleh

pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan di

Puskesmas Kabupaten Tangerang.

Kesesuaian Dana Pengadaan Obat

= Total dana pengadaan obat Kab/Kota x 100%

Total Kebutuhan Dana Pengadaan Obat

= Rp. 11.673.000.000 x 100% =100 %

Rp. 11.672.920.000

Dana yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan rutin puskesmas

untuk kebutuhan 18 bulan

Prosentase Alokasi Dana Pengadaan Obat

Besarnya dana pengadaan obat yang dialokasikan untuk memenuhi

kebutuhan obat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan alokasi dana

yang dibutuhkan untuk bidang kesehatan.

Prosentase alokasi dana pengadaan obat

= Total dana pengadaan obat x 100%

Page 147: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|147

Total dana untuk bidang kesehatan

= Rp. 11.673.000.000x 100%

Rp. 222.950.443.384

= 5,24%

4.5.2.2. Biaya obat per penduduk

Besarnya dana yang tersedia per jumlah penduduk . (jumlah total

obat dalam rupiah/jumlah penduduk)

Rp. 21.040.700.396 = Rp 6.050,53 / penduduk

3.477.495

Acuan dari kemenkes adalah Rp. 9000,-. Namun biaya obat perkapita

yang dihitung hanya obat untuk pelayanan pasien tidak termasuk

biaya obat di RSU Tangerang dan RSUD Balaraja

4.5.2.3. Biaya Obat per kunjungan resep

Besarnya dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana

yang tersedia untuk setiap resep per pasien.

Biaya obat per kunjungan resep = Total dana pemakaian obat thn lalu

Total Kunjungan Resep

= Rp. 23.637.032.514= Rp. 15.943,-

1.482.544

Biaya perkunjungan resep dengan rerata pemakaian obat 2,77 (dalam

tiap resep terdapat 3-4 item obat), rata-rata resep dewasa Rp. 15.943,- dan

rata-rata resep racikan untuk anak Rp. 4.441,- per lembar resep).Jenis dan

jumlah obat sudah sesuai kebutuhan.

4.6. PELAYANAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS

Tabel di bawah ini menggambarkan kondisi pelayanan pengobatan

Rawat Jalan dan Rawat Inap yang dilayani Puskesmas selama Tahun 2017-

2018

Page 148: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|148

Tabel IV.9

Jumlah Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan

di Rawat Jalan Umum, Rawat Jalan Gigi dan Rawat Inap di Puskesmas

Tahun 2017 – 2018

NO. KEGIATAN CAKUPAN

2017 2018

1 Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan

Umum

546.272

(15,23%)

614.641

(17,14%)

2 Jumlah Kunjungan Baru Rawat Inap 77.615

(2,16%)

114.018

(3.18%)

3 Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan

Gigi

74.851

(2,08%)

77.796

(2,17%)

Sumber Data: Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Tradisional dan Komplementer, 2018

Grafik IV.48

Persentase Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

2017-2018

Sumber Data: Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Tradisional dan Komplementer, 2016

Jumlah kunjungan baru Rawat Jalan umum Tahun 2018 adalah 614.641

(17,14%) mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 yaitu 546.272

(15,23%), capaian kunjungan baru rawat jalan umum sudah mencapai target

15% dari jumlah penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2018. Peningkatan

ini terjadi karena semakin baiknya mutu pelayanan Puskesmas dan sejak

tahun 2016 sebahagian besar Puskesmas sudah mengikuti proses akreditasi

Page 149: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|149

Puskesmas yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat

agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien.

Data kunjungan ini hanya kunjungan baru yang dilayani di 44

puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2017 dan belum termasuk data

kunjungan baru di sarana pelayanan kesehatan lainnya (RS, Klinik, Praktek

Dokter Swasta, dll) di wilayah kerja Puskesmas.

Jumlah kunjungan baru Rawat Jalan Gigi tahun 2018 adalah 77.796

(2.17%) sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2017 yaitu 74.853

(2,08%) tapi masih belum mencapai target kunjungan baru Rawat Jalan Gigi

yaitu 4% dari jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang.

Data ini bersumber dari Kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi di 44

Puskesmas Kab.Tangerang dan belum termasuk Kunjungan di sarana

Kesehatan Lainnya (RS,Klinik,Praktik Mandiri,dll).

Jumlah Kunjungan Baru Rawat Inap tahun 2018 adalah 114.018

(3.18%) terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2017

yaitu 77.615 (2.05%) sehingga capaian kunjungan baru rawat inap sudah

lebih dari target 1.5% dari jumlah penduduk, hal ini disebabkan karena pada

tahun 2018 sudah adanya pelaporan data kunjungan baru rawat inap dari RS

Pemerintah dan Swasta.

Ratio tumpatan dan pencabutan Gigi dari 44 Puskesmas di Kabupaten

Tangerang tahun 2018 adalah 1.20 %, terjadi penurunan dari tahun 2017 yaitu

1,77 %. Ratio tumpatan/pencabutan termasuk dalam indikator mutu kinerja

Puskesmas dimana target Ratio Tumpatan/ Pencabutan yaitu ≥ 1, meskipun

masih bisa mencapai target namun upaya promotif dan preventif yang

dilakukan pada kegiatan UKGMD dan UKGS agar masyarakat dapat menjaga

kesehatan gigi sehingga tidak rusak dan beresiko untuk dilakukan pencabutan

harus ditingkatkan lagi.

Tabel IV.10

BOR Puskesmas Dengan Tempat Perawatan ( DTP )

Tahun 2017 – 2018

NAMA PUSKESMAS BOR 2017

(%)

BOR 2018

(%) MAUK 42.46 88.33

Page 150: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|150

Sumber Data: Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Tradisional dan Komplementer, 2016

Tahun 2018 pemanfaatan tempat tidur atau Bed Occupation Rate (BOR) di 7

Puskesmas DTP (Dengan Tempat Perawatan) belum sesuai BOR yang Ideal

(60%-80%) yaitu 58.25 %, hal ini disebabkan karena masih kurangnya

jumlah Puskesmas DTP dibandingkan dengan jumlah penduduk, dari 44

Puskesmas di kabupaten Tangerang baru 7 Puskesmas DTP.

Grafik IV.49

Ratio BOR Puskesmas DPT 2017 - 2018

Sumber Data: Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Tradisional dan Komplementer, 2018

4.6.1. Program Kesehatan INDERA

4.6.1.1. Pelayanan Baksos Operasi Katarak

Jumlah penderita katarak yang ditemukan pada tahun 2018 di

Kabupaten Tangerang sjumlah 11.104 orang, yang dirujuk sebanyak 3.904

KRONJO 67.35 38.93

CISOKA 110.60 110.00

KRESEK 74.52 42.30

SEPATAN 24.90 20.19

BALARAJA 33.40 48.01

CURUG 11.11 60.00

BOR RATA-RATA 52.04 58.25

Page 151: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|151

orang dan yang dioperasi sebanyak 1.729, sedang operasi katarak yang di

danai APBD Kabupaten Tangerang Tahun 2018 adalah 100 orang, selebihnya

didanai oleh pihak Swasta atau menggunakan JKN.

Estimasi penderita gangguan penglihatan dan kebutaan menurut WHO

adalah 1,5 % dari jumlah penduduk atau 1,5% x 3.584.770 penduduk

Kabupaten Tangerang jadi diperkirakan sekitar 53.771 orang penduduk

Kabupaten Tangerang mengalami gangguan penglihatan dan kebutaan dan

salah satu penyebabnya adalah katarak dengan estimasi 0,78 % dari jumlah

penduduk atau 0,78 % x 3.584.770 yaitu sekitar 27.961 orang penderita

katarak di Kabupaten Tangerang tahun 2018 dan yang sudah dioperasi baru

1.729 orang

Grafik IV.50

Ratio Pasien Katarak Yang ditemukan, Dirujuk dan Dioperasi

Tahun 2018

Sumber Data: Seksi Pelayanan Kesehatan Primer. Tradisional dan Komplementer, 2018

Page 152: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|152

4.6.1.2. Pelayanan Baksos operasi bibir sumbing

Pelayanan baksos operasi bibir sumbing tahun 2018 adalah 20 orang

menurun jumlahnya dari tahun 2017 sebanyak 25 orang yang didanai APBD

Kabupaten Tangerang.

Grafik IV.51

Pelayanan BAKSOS Operasi BIBIR SUMBING

Tahun 2017 dan 2018

Sumber Data: Seksi PelayananKesehatan Primer danTradisionalKomplementer, 2018

4.6.2. Puskesmas Berprestasi

Dari hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP), Dinas Kesehatan

memberikan penghargaan kepada Puskesmas yang mencapai kinerja terbaik

sebagai Puskesmas Berprestasi. Pada tahun 2018 Puskesmas Gembong

mendapat juara I, Puskesmas Jl.Emas mendapat juara II dan Puskesmas

Sindang Jaya mendapat juara III. Dan pada tingkat Provinsi Puskesmas

Gembong mendapat juara II.

4.6.2.1. Peningkatan Mutu Kompetensi Tenaga Kesehatan

Dalam upaya untuk melakukan penilaian atas hasil kerja yang dilaksanakan

Puskesmas sebagai “Instrumen mawas diri” dalam menilai hasil kinerja

secara mandiri dilakukan monitoring dan evaluasi penilaian kinerja

puskesmas untuk menilai pencapaian tingkat kinerja Puskesmas yang optimal

sehingga Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) dibandingkan

dengan target yang harus dicapainya dan diharapkan. Tahun 2018 tiga

puskesmas yang mendapat penilaian kinerja terbaik adalah Puskesmas

Gembong, Jl.Emas dan Sindang Jaya.

2520

0

10

20

30

2017 2018

Page 153: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|153

4.6.3. Akreditasi Puskesmas

Akreditasi Puskesmas menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 adalah

pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan oleh Lembaga Independen

Penyelenggaraan Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai

bahwa Puskesmas telah memenuhi standard pelayanan Puskesmas untuk

meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan.

Tujuan Akreditasi Puskesmas adalah pembinaan peningkatan mutu

kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap system

peningkatan mutu dan system penyelenggaran pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Permenkes No.46 tahun 2015 Akreditasi Puskesmas

wajib dilaksanakan oleh Puskesmas dan Pemerintah Daerah wajib

mendukung , memotivasi, mendorong dan memperlancar proses Akreditasi

Puskesmas. Sampai tahun 2018 sudah 36 Puskesmas melaksanakan proses

Akreditasi dari 44 Puskesmas yang ada di Kabupaten Tangerang.

4.6.4. Pembentukan Kelompok Asuhan Mandiri TOGA dan

Akupresure

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan salah satu pilar utama

yaitu paradigma sehat dilakukan dengan strategi penguatan promotif,

preventif dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu strategi pembangunan

kesehatan adalah mendorong masyarakat agar mampu memelihara

kesehatannya secara mandiri, serta mengatasi gangguan kesehatan ringan

secara mandiri melalui asuhan mandiri.

Sejalan dengan peraturan pemerintah Nomor 103 tahun 2014 tentang

pelayanan kesehatan tradisional pada pasal 70 menyatakan bahwa masyarakat

dapat melakukan perawatan secara mandiri dan benar dengan memanfaatkan

Taman Obat Keluarga (TOGA) dan ketrampilan, dimana asuhan mandiri

kesehatan tradisioanal adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan secara

mandiri oleh individu dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dengan

Page 154: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|154

memanfaatkan TOGA dan ketrampilan dengan berpedoman pada Permenkes

No.9 tahun 2016.

Tahun 2018 tiga puskesmas yang menjadi pemenang Lomba Asuhan

Mandiri, Pemanfaatan TOGA dan Akupresure, yaitu puskesmas Pasar Kemis

dengan kelompok Dewandaru terbaik kesatu, Puskesmas Panongan dengan

kelompok Jahe Merah terbaik kedua dan Puskesmas Jayanti dengan

kelompok Kumis Kucing terbaik ketiga.

4.6.5 Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK)

Program Indonesia Sehat menurut Permenkes No 39 tahun 2016

dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

upaya kesehatan dan pemberdayaan yang didukung dengan perlindungan

financial dan pemerataan pelayanan.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk

meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan / meningkatkan akses

pelayanan kesehatan didalam gedung, melainkan juga diluar gedung dengan

mengunjungi keluarga diwilayah kerjanya. Selain itu Puskesmas juga harus

meningkatkan kerjasama dengan jejaringnya (fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama lain diwilayahnya, agar fasilitas-fasilitas pelayanan tingkat

pertama lain tersebut juga turut menyelesaikan masalah-masalah kesehatan

keluarga.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS PK)

merupakan kegiatan mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP)

dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan dengan

target keluarga berdasarkan data dan informasi profil kesehatan keluarga /

Indeks Keluarga Sehat (IKS). IKS Kabupaten Tangerang total data 161850,

KK Sehat 12.99 %, KK Pra Sehat 49.79 %, KK Tidak Sehat 77.22 %.

Page 155: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|155

Grafik 1V.52 Provinsi Status KK

Wilayah Kab. Tangerang

Tahun 2018

IKS KABUPATEN TANGERANG

12.99

49.79

37.22

KK Sehat KK Pra Sehat

KK Tidak Sehat

Grafik Proporsi Status KK Wilayah Kab.Tangerang

(Dalam % , n = 161.850)

Nb : Nilai IKS Berdasarkan data yang telah di entry ke dalam sistem aplikasi PIS PK Dinkes Kab.Tangerang

4.7. PELAYANAN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

TERPADU DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG

TAHUN 2018.

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) merupakan

system penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari pelayanan pra

rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar riumah sakit.

Pelayanan tersebut berpedoman pada respon cepat yang menekankan “time

saving is life”, melibatkan masyarakat, petugas medis pelayanan ambulans

gawat darurat dan system / jaringan komunikasi.

SPGDT Call center 119 merupakan “Emergency Medical Service”

yang berjejaring dengan call center 119 Kabupaten Tangerang. Selain itu

masyarakat juga bisa mendapatkan bantuan berupa informasi pelayanan

Page 156: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|156

kegawatdaruratan dan berkonsultasi dengan tenaga medis (perawat / dokter /

bidan) yang bertugas.

Call center SPGDT 119 bertujuan untuk mempermudah aksesibilitas

pelayanan kesehatan di rumah sakit melalui system rujukan berjenjang dan

diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kegawatdaruratan “pre-intra-

inter hospital” serta dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan. Saat

ini call center 119 berjejaring dengan National Command Center (NCC) dan

2 RS di Kabupaten Tangerang (RSU Kab. Tangerang dan RSUD Balaraja).

Dalam upaya peningkatan penanganan kegawatdaruratan di Kab.

Tangerang, call center SPGDT 119 juga terintegrasi dengan program

SijariEMAS untuk penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal.

SijariEMAS saat ini telah berjejaring dengan 44 Puskesmas, Bidan Praktek

Mandiri, dan seluruh Rumah Sakit di Kabupaten Tangerang.

Untuk mengoptimalkan kinerja SPGDT Call Center 119 di

Kabupaten Tangerang maka dibentuklah Unit Pelaksana Teknis Pusat

Pelayanan Terpadu Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sesuai amanat

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. Unit Pelaksana Teknis Pusat

Pelayanan Terpadu Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dibentuk

berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 115 Tahun 2016 tentang

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Tugas Pokok dan Fungsi UPT Pusat Pelayanan Terpadu adalah :

a) melaksanakan pertolongan pertama, pengelolaan, dan pelayanan

kegawatdaruratan medis pra rumah sakit;

b) memberikan pelayanan ambulan gawat darurat atas kasus

kegawatdaruratan medis yang terjadi di masyarakat;

c) memberikan pelayanan rujukan antar rumah sakit melalui aplikasi call

center 119 yang terintegrasi dengan National Command Center;

Page 157: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|157

d) memberikan informasi fasilitas kesehatan terdekat, ketersediaan tempat

tidur rumah sakit, kemampuan tiap rumah sakit dan memberikan

informasi lainnya yang berhubungan dengan kegawatdaruratan;

e) memberikan pendidikan dan pelatihan pertolongan pertama ( first aid);

f) melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan instansi / lembaga

pemerintahan dan non pemerintahan yang terkait dengan

kegawatdaruratan.

Data Fasilitas dan Ketenagaan UPT Pusat Pelayanan Terpadu Tahun 2018 :

Nomor panggil 119 ( bebas pulsa ) dan 021 29417770 ( 24 jam )

Jumlah ambulance gawat darurat level 3 = 2 mobil

Jumlah seat call center = 2 seat, 1 seat di Dinkes Kab.

Tangerang, 1 seat di RSU

Tangerang dan 1 seat di RSU

Balaraja.

Jumlah tenaga call center = 15 orang

Jumlah supir ambulance = 3 orang

Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan UPT Pusat Pelayanan Terpadu tahun

2018 sebagai berikut :

4.7.1. Pelayanan Rujukan Antar Rumah Sakit

Pelayanan rujukan antar Rumah Sakit bertujuan memberikan

informasi fasilitas kesehatan terdekat, ketersediaan tempat tidur rumah

sakit, kemampuan tiap rumah sakit dan memberikan informasi lainnya

yang berhubungan dengan kegawatdaruratan serta membantu mencarikan

ruangan rujukan bagi pasien / rumah sakit yang membutuhkan. Dalam

pelayanan rujukan antar Rumah Sakit ini call center 119 Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang telah berjejaring dengan National Commad Center

(NCC) Kemenkes, Dinas Kesehatan DKI Jakarta serta beberapa Rumah

Sakit di Tangerang dan sekitarnya.

Page 158: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|158

Pada tahun 2018 jumlah permintaan rujukan yang masuk ke call

center UPT Pusat Pelayanan Terpadu baik rujukan medis umum maupun

maternal neonatal adalah :

Tabel. IV.11

Rekap Rujukan UPT Pusat Pelayanan Terpadu tahun 2018

Bulan Pasien

Terujuk

Pasien Tidak

Terujuk

Total

Permintaan

Rujukan

% Terujuk % Tak

Terujuk

Januari 485 128 613 79.1% 20.9%

Pebruari 499 112 611 81.7% 18.3%

Maret 683 133 816 83.7% 16.3%

April 751 156 907 82.8% 17.2%

Mei 756 151 907 83.4% 16.6%

Juni 710 98 808 87.9% 12.1%

Juli 702 102 804 87.3% 12.7%

Agustus 730 119 849 86.0% 14.0%

September 774 141 915 84.6% 15.4%

Oktober 726 120 846 85.8% 14.2%

Nopember 696 152 848 82.1% 17.9%

Desember 777 150 927 83.8% 16.2%

TOTAL 8289 1562 9851 84.1% 15.9%

Sumber : SPGDT Dinkes Kab.Tangerang 2018

Rata-rata permintaan rujukan per bulan:

o 820 pasien

Rata –rata pasien terujuk perbulan:

o 690 pasien

Sedangkan jumlah rujukan yang masuk kegawatdarutan medis umum

yang masuk ke call center 119 melalui system avaya SPGDT maupun

melalui nomor telpon SPGDT adalah sebagai berikut :

Page 159: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|159

Tabel. IV.12

Rekap Rujukan Medis Umum melalui Call Center 119 SPGDT

Tahun 2018

Bulan Pasien

Terujuk

Pasien

Tidak

Terujuk

Total

Permintaan

Rujukan

%

Terujuk

% Tak Terujuk

Januari 52 122 174 29.9% 70.1%

Pebruari 66 105 171 38.6% 61.4%

Maret 76 120 196 38.8% 61.2%

April 88 129 217 40.6% 59.4%

Mei 69 121 190 36.3% 63.7%

Juni 77 71 148 52.0% 48.0%

Juli 68 88 156 43.6% 56.4%

Agustus 64 94 158 40.5% 59.5%

September 59 106 165 35.8% 64.2%

Oktober 70 86 156 44.9% 55.1%

Nopember 61 126 187 32.6% 67.4%

Desember 107 121 228 46.9% 53.1%

TOTAL 857 1289 2146 39.9% 60.1%

Sumber : SPGDT Dinkes Kab.Tangerang 2018

Rata-rata permintaan rujukan per bulan:

o 178 pasien

Rata –rata pasien terujuk perbulan:

o 71 pasien

Page 160: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|160

Grafik IV. 53

Tren Rujukan Terpenuhi Via Call Center 119

2018

Permintaan rujukan antar Rumah Sakit yang dapat terpenuhi pada tahun 2018

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 hal ini kemungkinan

dikarenakan permintaan ruangan rujukan pada tahun 2018 didominasi oleh

permintaan ruang rawat intensif ( sekitar 1502 permintaan intensive care

dalam setahun atau 125 permintaan intensive care dalam sebulan), sedangkan

di Kabupaten Tangerang jumlah ruang rawat intensif ICU hanya 36 tempat

tidur, NICU/PICU hanya 26 tempat tidur ( update data sijariemas per

Oktober 2017).

Grafik IV. 54

Tren Permintaan Ruang Rujukan

Tahun 2018

Page 161: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|161

Untuk pemanfaatan jaminan kesehatan pada tahun 2018 sudah didominasi

oleh jaminan pemerintah baik BPJS maupun Jamkesda dibandingkan dengan

pasien yang menggunakan jaminan swasta / umum.

Grafik IV. 55

Tren Jaminan Rujukan

Tahun 2018

4.7.2. Pelayanan Kegawatdaruratan Pra Rumah Sakit

Pada tahun 2018 pelayanan kegawatdaruratan pra rumah sakit

belum berjalan secara optimal karena masih kurangnya sumber daya

manusia ( perawat dan dokter fungsional) di UPT Pusat Pelayanan

Terpadu serta belum memadainya fasilitas sarana prasarana di UPT Pusat

Pelayanan Terpadu seperti jumlah ambulans gawat darurat hanya 2 unit,

belum adanya alat komunikasi lapangan ( radio komunikasi ) serta belum

bekerjasama dengan instansi lain terkait dengan kegawatdaruratan seperti

Polres, BPBD, Dinas Perhubungan dan Jasa Marga.

Jumlah kasus kegawatdaruratan pra rumah sakit yang ditangani

petugas UPT Pusat Pelayanan Terpadu pada tahun 2018 adalah 57 kasus.

Hal ini merupakan peningkatan yang cukup baik dibandingkan tahun

2017 yang hanya melayani 11 kasus pra rumah sakit. Pemanfaatan media

panggilan adalah 11 panggilan prehospital melalui 119 dan 46 panggilan

melalui telpon local

Page 162: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|162

4.8. Pelayanan Imunisasi

Program Imunisasi merupakan salah satu upaya intervensi bidang

kesehatan untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu, yang

terbukti paling cost effective, karena dapat mencegah dan mengurangi

kejadian kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I) sebanyak 2 sampai 3 juta setiap tahunnya.

Indikator keberhasilan program imunisasi pada bayi, mengharapkan

agar setiap bayi mendapatkan ke lima jenis imunisasi dasar lengkap,

keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar

tersebut, diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap.

Dalam pengembangan program imunisasi dasar, setiap bayi usia (0-11

bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap meliputi; 1 dosis hepatitis

B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak,

sedangkan untuk program imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia bawah

dua tahun, yaitu ; 1 dosis DPT-HB-Hib, 1 dosis campak (MR), pada anak usia

sekolah meliputi; 1 dosis campak (MR), 1 dosis tetanus, difteri (Td dan Dt)

dan wanita usia subur meliputi ; 5 dosis tetanus difteri (Td). Pemberian

imunisasi lanjutan dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat kekebalan

dan memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan

imunisasi dasar.

4.8.1. Imunisasi Dasar Pada Bayi

Tabel IV.13

Cakupan Imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan

Di Kabupaten Tangerang Tahun 2014 – 2018

No Jenis

Imunisasi

Cakupan (%)

2014 2015 2016 2017 2018

1 BCG 91.3 97,2 104,7 101,8 107,5

2 Hepatitis B O 92.1 94,9 97,0 99,7 106,7

3 DPT - HB III 98.8 96,4 102,6 99,8 100,9

Page 163: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|163

4 Polio IV 92.4 96,1 103,3 101,1 100,9

5 Campak 86.1 95,5 101,9 89,9 100

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa cakupan dari semua antigen,

cukup tinggi dan beberapa mengalami kenaikan, meskipun ternyata hal

tersebut belum mampu membentuk kekebalan populasi yang tinggi, sehingga

terjadi kejadian luar biasa (KLB) penyakit difteri.

4.8.1.1. Imunisasi dasar lengkap pada Bayi

Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat melalui indikator

imunisasi dasar lengkap. Cakupan imunisasi dasar lengkap di Kabupaten

Tangerang pada tahun 2018 sebesar 94,3 %, cakupan ini lebih besar

dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 93,4 %.

Tabel IV.14

Cakupan Imunisasi dasar pada Bayi

Tahun 2014 – 2018

No Imunisasi dasar

lengkap (IDL)

Cakupan (%)

2015 2016 2017 2018

1 5 Antigen 93,5 92,2 93,4 94,3

Sumber Data: Seksi Surveilans, Imunisasi dan Penanggulangan Krisis ,2018

4.8.2. Imunisasi pada Anak Sekolah

Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) merupakan upaya pemberian

Imunisasi kesempatan kedua, guna memberikan kekebalan bagi anak sekolah

secara rutin. BIAS Campak dilaksanakan setiap bulan Agustus serta BIAS

DT dan Td diberikan pada bulan November setiap tahunnya. Hal ini

dimaksudkan agar anak sekolah SD/MI/SDLB sederajat kelas 1 s/d 2

terlindungi dari penyakit Campak,Dipteri danTetanus.

Page 164: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|164

Tabel IV.15

Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah

Tahun 2014-2018

NO TAHUN SASARAN

CAMPAK

CAKUPAN

CAMPAK

% SASARAN

DT &Td

CAKUPAN %

1 2014 63.132 60.315 95.5 180.763 173.886 96.2

2 2015 63.471 61.644 97,1 186.110 180.767 97,1

3. 2016 63.904 61.462 96,2 187.304 180.645 96,4

4. 2018 65.136 64.555 99,1 130.042 128.859 99,09

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Berdasarkan tabel diatas, Pada tahun 2018 terjadi peningkatan

cakupan sebanyak 3%, bila dibandingkan dengan tahun 2016 untuk BIAS

Campak, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Nopember, berbarengan

dengan pelaksanaan Outbreak Respon Immunization (ORI) dalam rangka

penanggulangan penyakit difteri di Kabupaten Tangerang.

Pada pelaksanaan BIAS DT/Td Tahun 2018, ada perbedaan sasaran

kegiatan hanya pada anak kelas I dan II sekolah dasar (SD).

Pada tahun 2017, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan

RI, melaksanakan kampanye vaksinasi Measles Rubbela (MR) yang

dilaksanakan secara serentak pada bulan Juli 2017dengan sasaran anak usia 9

bulan sampai dengan 15 tahun < dari satu hari.

Setelah pelaksanaan kampaye selesai, vaksinasi Measles Rubbela

(MR) langsung diintroduksikan kedalam program imunisasi dasar pada anak

usia 0-11 bulan.

Di Kabupaten Tangerang, Pelaksanaan kampanye vaksinasi Measles

Rubbela (MR), dilaksanakan selama 3 bulan mengingat besarnya jumlah

sasaran, yaitu pada bulan Juli, Agustus dan September 2017, dan melakukan

introduksi vaksin Measles Rubbela (MR) ke dalam imunisasi dasar rutin pada

bulan Oktober 2017.

Page 165: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|165

Tabel.IV.16

Cakupan Measles Rubbela (MR)

Tahun 2017

NO TAHUN SASARAN

MR

CAKUPAN

MR

% SASARAN

DT &Td

CAKUPAN %

1. 2017 837.490 791.428 94.5 125.731 123.533 98.2

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

berdasarkan tabel diatas diketahui cakupan Measles Rubbela (MR)

yang diperoleh 94,5% masih belum memenuhi target yang diharapkan yaitu

95%. Ada perbedaan sasaran DT & Td pada tahun 2017 karena hanya

menyasar pada siswa kelas I & II sekolah dasar, sedangkan pada tahun

sebelumnya, meliputi siswa kelas I, II dan III SD.

4.8.4. Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)

UCI (Universal Child Immunization) adalah Indikator lain, selain dari

imunisasi dasar lengkap, untuk mengukur keberhasilan pemberian imunisasi.

UCI desa/kelurahan adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80%

dari jumlah bayi yang ada di desa/kelurahan tersebut telah mendapatkan

imunisasi dasar lengkap.

Upaya imunisasi perlu terus di tingkatkan untuk mencapai tingkat

kekebalan masyarakat yang tinggi(herd immunity) sehingga penyakit-

penyakit yang dapat diimunisasi (PD3I) dapat dibasmi, dieliminisasi atau

dikendalikan, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan upaya

imunisasi dapat semakin efektif bermutu dan efisien.

Tabel IV.17

Universal Child Immunization (UCI) Desa

Tahun 2014-2018

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

NO TAHUN JUMLAH

DESA

JUMLAH

DESA UCI

% DESA

UCI 1 2014 274 215 78,5

2 2015 274 262 95,6

3 2016 274 262 95,6

4 2017 274 269 98,2

5 2018 274 269 98,2

Page 166: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|166

Cakupan Jumlah Desa UCI pada tahun 2018 sama, jika dibandingkan

dengan cakupan tahun 2017, masih terdapat 5 Desa / Kelurahan yang belum

mencapai UCI di Kabupaten Tangerang tahun 2018.

Berbagai Upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan

cakupan Desa/ Kelurahan UCI antara lain meliputi kegiatan : Workshop

imunisasi pada Petugas Imunisasi Rumah Sakit dan sarana pelayanan

kesehatan swasta (SPKS); Supervisi Supportive dan OJT (On the Job

Training) bagi Puskesmas, Klinik swasta dan rumah sakit; Kampanye

Measles Rubella; bedah kasus (KIPI); Mengaktifkan Pertemuan koordinasi

Lintas program dan sektoral dalam penanganan kelompok masyarakat yang

menolak imunisasi; Peningkatan cakupan imunisasi di Sarana pelayanan

kesehatan swasta, termasuk pencatatan dan pelaporan.

4.8.5. Imunisasi pada Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil

Ibu hamil merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit

menular, oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok

tersebut. Salah satu penyakit menular yang berakibat fatal dan berkontribusi

terhadap kematian ibu dan kematian anak adalah Tetanus Maternal dan

Neonatal. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan

berkomitmen terhadap program Eliminasi tetanus Maternal dan Neonatal.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan status eliminasi tetanus maternal

dan Neonatal jika terdapat satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran

hidup di setiap kabupaten di suatu negara.

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan

program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu

hamil.

Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan

maternal adalah :

1. Pertolongan persalinan yang aman dan bersih,

2. Cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, dan

3. Penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum.

Page 167: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|167

Tabel IV.18

Cakupan Imunisasi Rutin pada Ibu hamil

dan wanita usia subur Tahun 2014 – 2018

No Jenis Imunisasi Cakupan (%)

2014 2015 2016 2017 2018

1 TT II + 39,6 74,1 76,4 81

Sumber Data: Seksi SIPK Dinas Kesehatan Kab. Tangerang, 2018

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa cakupan TT II+ mengalami

kenaikan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain skrining TT II+

Puskesmas dan layanan swasta lainnya dengan demikian meningkatnya

cakupan imunisasi TT yang terlihat pada tabel diatas.

4.9. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS tercermin dari

perilaku hidup sehat dan meningkatnya derajat kesehatan peserta didik. Hal

ini bias tercapai bila program pokok UKS (Trias UKS) telah dilaksanakan

secara menyeluruh di sekolah – sekolah mulai dari TK/RA sampai

SMA/MA/SMK. Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.Dengan data dasar

sebagai berikut ;

Tabel IV.19

Tabel Data Dasar Sekolah

Kabupaten Tangerang

Tahun 2016-2018

Kategori Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Jumlah TK/RA 605 467 929

Jumlah Siswa TK/ RA 23057 35527 36945

Jumlah SD/MI 1090 941 1232

Jumlah Siswa SD/MI 346305 47939 387176

Page 168: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|168

Jumlah SMP/MTS 424 475 516

Jumlah Siswa SMP/MTS 140586 34438 151354

Jumlah SMA/MA 306 340 373

Jumlah Siswa SMA/MA 103662 30698 121960

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Upaya keberhasilan tersebut perlu didukung adanya dokter kecil dan

KKR serta Guru UKS yang terlatih di sekolah dengan data sebagai berikut ;

Grafik IV.56

Grafik Cakupan Dokter Kecil, KKR SMP dan SMA Sederajat

Tahun 2016-2018

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Dari grafik tersebut diatas diketahui presentase Kader Kesehatan di

sekolah untuk Dokcil, KKR SMP dan KKR SMA meningkat.

Untuk data Guru UKS yang terlatih di Kabupaten Tangerang sebagai

berikut ;

Page 169: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|169

Grafik IV.57

Cakupan Guru UKS Terlatih

Tahun 2016-2018

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

SD SMP SMA

2016 12,6 33,8 24,8

2017 6,4 37,4 45

2018 63,3 46 43,7

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Program pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya

peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif).

Upaya preventif antara lain dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan

kesehatan (skrining kesehatan) anak sekolah yang dilakukan terhadap anak

yang baru masuk sekolah (siswa kelas 1) dari tingkat sekolah dasar (SD/MI)

dan lanjutan (SMP/MTs dan SMA/MA/Sederajat).

Penjaringan kesehatan anak sekolah terutama untuk anak sekolah dasar

(SD/MI) merupakan salah satu standar pelayanan minimal (SPM) yang harus

dilakukan disetiap Puskesmas di Kabupaten/Kota, dimana cakupan

penjaringan siswa kelas 1 SD / MI adalah 100%.

Dibawah ini adalah cakupan hasil penjaringan kesehatan di Kabupaten

Tangerang

Page 170: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|170

Grafik IV.58

Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan

Penjaringan Kesehatan Tahun 2016-2018

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik IV.59

Hasil Penjaringan Siswa/I Se Kabupaten Tangerang

Tahun 2018

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Dari grafik diatas dapat diketahui dibandingkan Tahun 2017, pada

Tahun 2018 adanya peningkatan jumlah Sekolah yang melakukan

penjaringan dari seluruh tingkatan pendidikan yaitu TK, SD, SMP dan SMA

Page 171: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|171

Sederajat. Penjaringan kesehatan siswa baru dilakukan oleh petugas UKS,

petugas remaja, lintas program Puskesmas bekerjasama dengan guru UKS

serta Kader Kesehatan di sekolah

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2017 penjaringan

anak sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA Sederajat. Untuk tingkatan

SMP dan SMA Sederajat adanya meningkatan capaiannya pada Tahun 2018

dikarenakan sudah ada pendanaan dengan capaian 99 % (sudah mencapai

target SPM 100 %).

Dari hasil penjaringan dapat diketahui adanya kelainan penyakit diantaranya ;

Grafik IV.60

Jumlah Penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat TK Sederajat

Tahun 2018

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 172: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|172

Grafik IV.61

Jumlah Penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SD Sederajat

Tahun 2018

Sumber : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik IV.62

Jumlah Penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SMP Sederajat

Tahun 2018

Sumber Data: Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 173: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|173

Grafik IV.63

Jumlah Penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SMA Sederajat

Tahun 2018

Sumber Data : Bid. SDKPM-UKS Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.10. UNIT PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN

TANGERANG

4.10.1 UPT PENGELOLA JAMINAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan yang dilakukan pemerintah saat ini

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi–

tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang bermutu, sehat dan

produktif. Derajat kesehatan yang rendah akan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja, yang pada akhirnya menjadi beban bagi masyarakat dan

Pemerintah. Pada umumnya, masyarakat miskin dan rentan mempunyai

derajat kesehatan yang lebih rendah akibat sulitnya mengakses pelayanan

kesehatan yang disebabkan tidak adanya kemampuan ekonomi untuk

menjangkau biaya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu pemerintah pusat dan

daerah bertanggung jawab untuk memberikan jaminan kesehatan yang

bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan rentan serta memberikan perlindungan keuangan atas

pengeluaran kesehatan akibat sakit. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai

kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Oleh karena

itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur

Page 174: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|174

agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu.

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas,

pemerintah Kabupaten Tangerang bertanggung jawab atas pelaksanaan

jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

bagi kesehatan perorangan. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,

Pemda Kabupaten Tangerang memberikan jaminan melalui iuran jaminan

kesehatan yang dibayar oleh pemerintah dengan mekanisme tersebut

diharapkan dapat membantu masyarakat miskin dan tidak mampu untuk

menghilangkan hambatan finansial dalam memperoleh pelayanan kesehatan,

agar mereka memliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

Di luar Peserta Penerima Bantuan Iuran, masih ada masyarakat

miskin dan kurang mampu yang dijamin pembiayaan kesehatannya melalui

Program Kartu Sehat pada Jamkesda Kabupaten Tangerang. Oleh sebab itu

dalam rangka ikut serta mewujudkan Universal Health Coverage pada tahun

2019, sampai dengan tahun 2018 kepesertaan BPJS PBI APBD Kabupaten

Tangerang sebanyak 80.000 peserta yang diintegrasikan dalam program JKN

dari peserta Program Kartu Sehat jumlah 127.348 peserta dan SKTM

rekomendasi Dinas Sosial.

Anggaran JKN bersumber dari dana kapitasi dan APBD Kabupaten

Tangerang. Selain JKN, dan Jamkesda Kabupaten Tangerang mendaptkan

dana alokasi khusus bidang kesehatan untuk pelayanan jaminan persalinan di

rumah sakit sebesar Rp. 5.704.860.553,-. Total Dana kapitasi JKN di FKTP

(Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) Tahun 2018 sebesar Rp.

87.707.714.925,- dan APBD sebesar Rp. 55.808.800.000,- Sampai dengan

bulan Desember tahun 2018 jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuaran (PBI)

Kabupaten sebanyak 1.059.496 jiwa, dan Non PBI sebanyak 257.629 jiwa.

Jumlah pelayanan kesehatan peserta JKN dan Jamkesda tahun 2018 seperti

tersebut dibawah ini :

Page 175: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|175

Tabel IV.19

JUMLAH PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN

TAHUN 2018

JENIS LAYANAN JUMLAH

JKN (BPJS) 1.545.304

JAMKESDA (KS/SKTM) 13.854

JAMPERSAL 4.211

Sumber:UPT PJK-Dinas Ksehatan Kab Tangerang 2018

Tabel IV. 20

Capaian Pelaksanaan Program JKN dan JAMKESDA Kabupaten

Tangerang

Tahun 2014-2018

Tahun Jumlah

Kunjungan

Rawat jalan

Jumlah

Kunjungan

Rawat Inap

Jumlah pasien

BPJS/KS/SKTM dirujuk

2014 516.364 1.851 6.540

2015 549.473 3.388 68.680

2016 725.149 4.705 64.546

2017 1.371.523 4.694 74.946

2018 1.554.092 4.957 91.668

Sumber Data : UPT- PJK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2018

4.10.1.1. INTEGRASI PROGRAM KARTU SEHAT KE JKN KIS

A. Regulasi

1) Perpres nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Pasal 6a : penduduk yang belum termasuk sebagai peserta

jaminan kesehatan dapat diikut sertakan dalam program

Page 176: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|176

jaminan kesehatan pada BPJS kesehatan oleh pemerintah

daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

2) Perpres nomor 28 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan

perubahan Perpres nomor 12 tahun 2013. pasal 99 ayat (1)

: pemerintah daerah wajib mendukung penyelenggaraan

program jaminan kesehatan

3) Peraturan Bupati nomor 38 Tahun 2016, tentang Integrasi

program Kartu sehat Kabupaten Tangerang Kedalam

Jaminan Kesehatan Nasional

4) Peraturan Bupati nomor 57 Tahun 2017 tentang Perubahan

Atas Peraturan Bupati nomor 38 Tahun 2016, tentang

Integrasi program Kartu sehat Kabupaten Tangerang

Kedalam Jaminan Kesehatan Nasional

5) Surat Keputusan Bupati nomor 440/KEP.703-HUK/2013,

tentang Penetapan Peserta Kartu Sehat Kabupaten

Tangerang

6) Surat Keputusan Bupati nomor 440/Kep.414-HUK/2016,

tentang Nama-Nama Peserta Program Kartu Sehat

Kabupaten Tangerang yang diintegrasikan ke dalam

Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggaran

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun Anggaran 2016

7) Surat Keputusan Bupati nomor 440/KEP.325-HUK/2017,

tentang Nama-Nama Peserta Program Kartu Sehat

Kabupaten Tangerang yang diintegrasikan ke dalam

Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggaran

Jaminan Sosial Kesehatan Tahun Anggaran 2017

8) Surat Keputusan Bupati nomor 902/Kep.568-Huk/2017,

tentang Pembentukan Susunan Tim Koordinasi dan Tim

Verifikasi Kepesertaaan Integrasi program Kartu Sehat

Kabupaten Tangerang Kedalam Jaminan Kesehatan

Nasional

Page 177: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|177

9) Surat Keputusan Bupati nomor 440/Kep. 159-Huk/2018,

Nama-Nama Peserta Program Kartu Sehat Kabupaten

Tangerang yang diintegrasikan ke dalam Jaminan

Kesehatan Nasional Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial

Kesehatan Tahun Anggaran 2018

10) Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor : 902/Kep. 326-

Huk/2018 tentang Pembentukan Susunan Tim Koordinasi

Integrasi program Kartu Sehat Kabupaten Tangerang

Kedalam Jaminan Kesehatan Nasional

11) SK Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang Nomor :

800.05/2593 – Dinkes Tentang Pembentukan Tim

Verifikasi Kepesertaan Integrasi Program Kartu Sehat

Kabupaten Tangerang Ke dalam Jaminan Kesehatan

Nasional

B. Hasil Integrasi

Dalam SK Bupati No 440/KEP.703-HUK/2013, tentang

Penetapan Peserta Kartu Sehat Kabupaten Tangerang, Jumlah

Peserta Kartu Sehat adalah : 127.348 orang. Sampai dengan

tahun 2018 kurang lebih 90 % Program Kartu Sehat telah di

Integrasikan ke BPJS 114.614 dan dibayarkan Premi APBD

sebanyak 80.000 Peserta sesuai Surat Keputusan Bupati Nomor

440/Kep. 159-Huk/2018, Nama-Nama Peserta Program Kartu

Sehat Kabupaten Tangerang yang diintegrasikan ke dalam

Jaminan Kesehatan Nasional Badan Penyelenggaran Jaminan

Sosial Kesehatan Tahun Anggaran 2018. Selebihnya sudah

menjadi Peserta BPJS Kesehatan dari segmen lain diantaranya :

PBI APBN,

Peserta BPJS Perusahaan Swasta,

BPJS Mandiri dll.

Page 178: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|178

Sisanya kurang lebih 10 % Peserta Kartu Sehat belum

ditemukan (kemungkinan masih dipeserta/masyarakat, atau

sudah meninggal). Proses pendataan kartu sehat yang belum

dikembalikan peserta masih terus dilakukan di Dinas

Kesehatan, dan akan diintegrasikan untuk tahap selanjutnya

yakni tahun 2019.

Pelayanan kesehatan peserta program Kartu Sehat pada

Jamkesda Kabupaten Tangerang dilaksanakan oleh 44

Puskesmas Se-Kabupaten Tangerang dan 23 Rumah Sakit Yang

bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang di

Jakarta, Tangerang dan Bogor Tahun 2018 antara lain sebagai

berikut :

1. RSU Tangerang

2. RSUD Balaraja

3. RSUD Pakuhaji

4. Siloam Hospital

5. RS Qadr

6. RS Selaras

7. RS Mitra Husada

8. RS Paramita

9. RS Mulia Insani

10. RS Asshobirin

11. RS Sitanala

12. RS Soeharto Heerdjan Jakarta

13. RS Dr. Marzoeki Mahdi Bogor

14. RSUP Cipto Mangunkusumo

15. RSK Dharmais

16. RSUP Jantung dan Pembuluh Darah Harkit

17. RSAB Harapan Kita

18. RS Hermina Bitung

19. RS Hermina Tangerang

Page 179: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|179

20. RS Dinda

21. RS Annisa

22. RS. Sari Asih Sangiang

23. RS. Fatmawati

4.10.2. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tangerang

UPT Labkesda dibentuk dalam rangka menunjang kegiatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat luas berupa jasa Pengujian Laboratorium Klinik dan

Laboratorium Kesehatan Masyarakat berdasarkan Kepmenkes 1267

tahun 2004 tentang standard laboratorium kesehatan daerah kabupaten

dan kota.

Pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat merupakan

salah satu upaya penunjang untuk upaya kesehatan masyarakat (UKM)

yang mencakup upaya pemeliharaan kesehatan, pemberantasan

penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan

lingkungan, pengamanan penggunaan zat adiktif dalam makanan dan

minuman serta pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan

bahan berbahaya.

Sedangkan pelayanan laboratorium klinik adalah salah satu

upaya penunjang untuk kesehatan perorangan (UKP) yang mencakup

upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan

pemulihan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan.

Untuk mewujudkan Laboratorium Kesehatan Kabupaten

Tangerang sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang, diterbikan dasar hukum pembentukan berdasarkan

Peraturan Bupati Tangerang No 86 tahun 2006 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Kesehatan pada

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Tugas pokok dan fungsi UPT

Labkesda dijabarkan secara lebih rinci dengan Peraturan Bupati

Tangerang No. 43 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Pada Dinas Kesehatan

Page 180: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|180

Kabupaten Tangerang yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan

Bupati No. 117 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas Dan Rincian Tugas Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Laboratorium Kesehatan Daerah Pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai UPT, Labkesda

mempunyai misi dan visi sebagai berikut :

A. VISI

Mewujudkan Laboratorium Terpercaya Dengan Standar Pelayanan

Terbaik dan Mampu Bersaing Menuju Kabupaten Tangerang Sehat

Secara Mandiri dan Berkeadilan

B. MISI

1. Memahami dan menerapkan konsep manajemen mutu dalam pola

pikir dan pola kerja yang berfokus pada Mutu.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan

serta perbaikan secara terus menerus pada seluruh aspek kegiatan,

baik program maupun pelayanan berdasarkan pedoman Mutu

yang sudah ditetapkan

3. Mengimplementasikan kemampuan teknologi tinggi dan SDM

yang kompeten sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

4. Menjalin kemitraan dengan instansi/unit kerja lain, serta pihak

swasta dalam bidang laboratorium klinis dan kesehatan

masyarakat.

Page 181: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|181

TABEL.IV.21

Parameter yang Dianalisa di UPT LABKESDA KabTangerang

Tahun 2018

PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

A. Hematologi SGOT D. Parasitologi

Golongan Darah SGPT Filaria

Haemoglobin Bilirubin Total Malaria

Darah Lengkap Bilirubin Direk E. Mikrobiologi

(Hb, Leu, Et, Tr, Ht,

Diff, LED)

Bilirubin Indirek Sputum BTA

Darah Rutin F. Analisa Tinja

(DL tanpa LED) Tinja Lengkap

Evaluasi Hapusan Darah

Tepi

B. Kimia Klinik C. Imunoserologi G. Analisa Urin

Glukosa Darah HbSAg Urin Lengkap

Kolesterol Widal Tes Kehamilan

Trigliserida Rhematoid Faktor Drug Abuse (5 Parameter)

HDL HIV Opiate, THC,

LDL Amphetamine,Coccain,

Asam Urat Benzodiazepin

Ureum

Kreatinin

Sumber Data: UPT Labkesda Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Tabel. IV.22

Parameter yang Dianalisa di UPT LABKESDA KabTangerang

Tahun 2018

PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT

A.FISIKA B. KIMIA C. MIKROBIOLOGI

Warna pH Total Koliform

Kekeruhan Nitrat (sebagai NO3) E.Coli

Page 182: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|182

Bau Besi (Fe)

Zat Padat Nitrit (sebagai NO2)

Terlarut (TDS) Mangan (Mn)

Temperatur Krom Valensi 6 (Cr + 6 )

Kesadahan (CaCO 3 )

Khorida(CI)

Sulfat (SO4 )

Fluorida (F)

Tembaga (Cu)

Aluminium (Al3+)

Amonia (NH3- N)

Seng (Zn )

Sumber Data: UPT Labkesda Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Pelayanan Lintas Program

Pemeriksaan Analisa Air Bersih mendukung pemeriksaan Program

P2PL

Pemeriksaan Program BidangYankes Seksi Farmasi dan Makanan

Minuman

Pemeriksaan skrining calon jamaah haji meliputi pemeriksaan :kadar

gula darah, uji kehamilan dan pemeriksaan khusus untuk calon jemaah

haji yang secara klinis memerlukan tindak lanjut.

Pemeriksaan Uji Silang sebagai program rutin dalam rangka P2-TB

Pemeriksaan Filariasis mendukung program bidang P2P

Sebagai pembuktian kompetensi UPT Labkesda Kabupaten

Tangerang, sejak 20 April 2016 Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten

Tangerang telah menerapkan standar internasional ISO/IEC 17025 : 2008

(ISO/IEC 17025 : 2005) oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan sudah

memenuhi persyaratan umum untuk Kompetensi Laboratorium Pengujian.

Page 183: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|183

Adapun masing-masing metode pengujian yang telah Terakreditasi adalah

sebagai berikut:

Tabel. IV.23

Kompetensi Laboratorium Pengujian

KabTangerang Tahun 2018

No Bidang

Pengujian

(a)

Bahan atau

Produk yang

Diuji

(b)

Jenis pengujian atau

Sifat-Sifat yang

Diukur

(c)

Spesifikasi, Metode

Pengujian,

Teknik yang

Digunakan

(d)

1 Fisika Air Air Minum Suhu SNI 06-6989.23-2005

2 Kimia Air Air Minum pH SNI 6989.11-2004

3 Air Minum Amonia (NH3-N) HACH 8155

4 Air Minum Besi (Fe)Terlarut HACH 8008

5 Air Minum Fluorida (F) HACH 8029

6 Air Minum Mangan (Mn)Terlarut HACH 8149

7 Air Minum Nitrat (NO3) HACH 8039

8 Air Minum Nitrit (NO2) HACH 8507

9 Air Minum Seng (Zn)Terlarut HACH 8009

10 Air Minum Sulfat (SO4) HACH 8051

11 Air Minum Tembaga (Cu)Terlarut HACH 8506

12 Fisika Air Air Bersih Suhu SNI 06-6989.23-2005

13 Kimia Air Air Bersih pH SNI 6989.11-2004

14 Air Bersih Besi (Fe)Terlarut HACH 8008

15 Air Bersih Fluorida (F) HACH 8029

16 Air Bersih KromHeksavalen (Cr-

VI)

HACH 8023

17 Air Bersih Mangan (Mn)Terlarut HACH 8149

18 Air Bersih Nitrat (NO3) HACH 8039

19 Air Bersih Nitrit (NO2) HACH 8507

20 Air Bersih Seng (Zn)Terlarut HACH 8009

21 Air Bersih Sulfat (SO4) HACH 8051 Sumber Data: UPT Labkesda Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Kontribusi dan manfaat langsung dan nyata UPTD Labkesda kepada

masyarakat dan/atau dalam penyelenggaraan pemerintahan :

1. Melaksanakan pemeriksaan klinik dan lingkungan dengan hasil

yang akurat, terpercaya dapat dipertanggungjawabkan dan tidak

dipengaruhi pihak lain

2. Menjadi laboratorium rujukan Puskesmas dan Laboratorium

pemerintahan ataupun swasta dengan kemampuan teknologi

tinggi dan SDM yang kompeten sejalan dengan perkembangan

Page 184: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|184

0

500

100 0

150 0

200 0

250 0

300 0

Jumlah Sampel Laboratorium Klinik (2)

2014 2015 2016 2017 2018

ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Menjalin kemitraan dengan institusi terkait dan masyarakat lain di

bidang kesehatan.

Adapun gambaran kontribusi secara langsung kepada masyarakat dapat

dilihat pada pada grafik berikut :

Grafik IV.64

Jumlah Sampel Analisa Laboratorium Masyarakat

Tahun 2014-2018

Sumber : Labkesda Dinkes Kab.Tangerang Tahun 2018

Grafik IV.65

Jumlah Sampel Analisa Laboratorium Klinik (1)

Tahun 2018

Sumber : Labkesda Dinkes Kab.Tangerang Tahun 2018

Grafik IV.66

Jumlah Sampel laboratorium Klinik (2)

Tahun 2018

Sumber : Labkesda Dinkes Kab.Tangerang Tahun 2018

2 0 14

2 0 15

2 0 16

2 0 17

2 0 18

0

1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 0 0

5 0 0

6 0 0

An al isa K im ia Air B e rsih

An al isa K im ia Air M in u m

An al isa M ikro b io lo g i Air B e rsih

An al isa K im ia Air M in u m

Jumlah Sampel Analisa Laboratorium Kesehatan Masyarakat 2012 -2016

2 01 4 2 01 5 2 01 6 2 01 7 2 01 8

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Kimia Klinik Hemato logi Rutin Hemato logi Lengkap Hemoglobin Widal/Serologi Golo ngan Dar ah

Jumlah Sampel Analisa Laboratorium Klinik (1)

2014 2015 2016 2017 2018

Page 185: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|185

Tabel.IV.24

Kegiatan Analisis UPT Laboratorium

Tahun 2018

KONTRIBUSI DI KEG.

PROGRAM DINKES

LAB.KESMAS :

Analisa Air Minum Kimia 372 82 0 454 8172

Analisa Air Bersih Kimia 94 248 0 342 5472

Analisa Air Minum Mikrobiologi 452 82 0 534 1068

Analisa Air Bersih Mikrobiologi 112 248 0 360 720

LAB. KLINIK :

Kimia Klinik 2882 0 304 630 3086

Hematologi Rutin 26 0 0 26 156

Hematologi Lengkap 167 0 0 167 1169

Hemoglobin 2 1.000 0 1002 1002

Widal/RF 15 0 0 15 15

Golongan Darah 161 0 0 161 161

Urin Lengkap 164 0 0 164 164

Narkoba 86 0 31 117 117

Filariasis 0 19 2040 2059 2059

Uji Silang TB 0 0 1431 1431 1431

Faeces Telur Cacing 0 0 0 0 0

HCG WUS calhaj.Tahap II 0 0 745 745 745

6517 6517

KEGIATAN ANALISA TAHUN 2018 DI UPT LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

ANALISA SAMPEL UMUM PROGRAMJUMLAH

Pasien/ Sampel

JUMLAH

PEMERIKSAAN

Sumber : Labkesda Dinkes Kab.Tangerang Tahun 2018

Rencana Kinerja Laboratorium Kesehatan Kabupaten Tangerang 5 tahun

kedepan adalah sebagai berikut :

Menjadi Laboratorium Penguji dan sebagai Laboratorium Rujukan.

Metode analisa menggunakan metode baku sesuai SNI atau Standar

Method.

Peningkatan sarana dan prasarana pengujian.

Peningkatan kualitas SDM yang ada dengan cara pelatihan eksternal atau

internal secara terprogram agar SDM Labkesda lebih berkompeten di

bidangnya masing – masing.

Mobilisasi pelayanan dan koordinasi jejaring lebih ditingkatkan.

Promosi Kesehatan, agar masyarakat Kabupaten Tangerang dan

sekitarnya mengerti dan memahami pentingnya Laboratorium Kesehatan.

Page 186: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|186

Terakreditasinya Labkesda sesuai standar Komisi Akreditasi

Laboratorium Klinik (KALK) sebagai persyaratan wajib dari Kementrian

Kesehatan .

Melaksanakan peningkatan berkelanjutan terhadap efektifitas sistem

manajemen.

Melaksanakan kegiatan uji kompetensi

Melaksanakan kegiatan uji profisiensi

Melaksanakan pemeliharaan IPAL

Pemeliharaan rutin dan kalibrasi alat-alat laboratorium klinik dan

laboratorium masyarakat.

Gambar.IV.1

Sumber Data: UPT Labkesda Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 187: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|187

Gambar.IV.2

Sumber Data: UPT Labkesda Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.11.3. UPT Instalasi Farmasi Kesehatan

4.11.3.1. Tingkat Ketersediaan Obat Tahun 2018

Tujuan utama pengelolaan obat di Kabupaten/Kota adalah tersedianya

obat yang berkualitas baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah sesuai

dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Ketersediaan

yang baik adalah ketersediaan yang optimal tanpa kekurangan ataupun

kelebihan stok yang besar.

Data tingkat ketersediaan obat tahun 2018 menunjukkan bahwa obat

yang kurang dari safety stock sebanyak 43 item obat dari total indikator obat

yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan untuk UPT Instalasi Farmasi

yaitu 150 item obat. Hasil persentase menjelaskan bahwa persentase tingkat

ketersediaan obat tahun 2018 yaitu sebesar 56%. Hasil ini sedikit lebih besar

dibandingkan ketersediaan obat tahun 2017 yaitu sebesar 53%. UPT Instalasi

Farmasi memang hanya menyediakan obat buffer stok Kabupaten bersumber

dari dana APBD dan DAK serta obat program yang bersumber dari APBN

sehingga tingkat ketersediaannya di bawah dari target yang ditetapkan oleh

Page 188: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|188

Kementrian Kesehatan untuk ketersediaan obat yaitu sebesar 80%.

Kekurangan obat yang ada dipenuhi oleh Puskesmas melalui pengadaan obat

dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) melalui dana JKN.

Grafik.IV.67

Ketersediaan Obat

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.10.3.1. Ketersediaan Obat Program di Instalasi Farmasi Tahun 2018

Obat program adalah obat yang digunakan untuk kebutuhan program

kesehatan yang telah ditetapkan secara nasional. Pemerintah menjamin

ketersediaan 85 item obat program (P2PI, Gizi, KIA, Keswa dan Vaksin

Haji). Manajemen suplai di Puskesmas diselenggarakan melalui UPT Instalasi

Farmasi Kabupaten (IFK) dengan kebijakan obat satu pintu.

Obat program yang dikelola di UPT Instalasi Farmasi Kabupaten

Tangerang antara lain Obat Program P2M (TBC, Kusta, HIV AIDS dan

Hepatitis), Obat Program P2I (Vaksin), Obat Program PTM dan Keswa, Obat

Program Gizi dan Obat Program KIA

Obat-obat Program disediakan oleh Kementrian Kesehatan yang di

dropping Ke Dinas Kesehatan Propinsi Banten dan dialokasikan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Kekurangan dari alokasi tersebut dipenuhi

melalui pengadaan obat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Page 189: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|189

4.10.3.2. Ketersediaan Obat Program P2M

Pada tahun 2018, obat-obat untuk program P2M cukup tersedia di

UPT Instalasi Farmasi dimana ketersediaannya di tahun 2018 lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2017.

Grafik.IV.68

Ketersediaan Obat TBC

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik.IV.69

Ketersediaan Obat Kusta

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 190: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|190

Grafik.IV.70

Ketersediaan test pemeriksaan HIV , Sifilis dan Hepatitis

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.10.3.3. Ketersediaan Obat Program P2I (Vaksin)

Program imunisasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan adalah

imunisasi wajib. Vaksin dasar disediakan oleh Pemerintah dan dapat

diperoleh di fasilitas kesehatan pemerintah, Bidan dan para dokter/klinik/

RS/serta fansyankes swasta yang telah terlebih dahulu berkoordinasi dengan

Dinas Kab/Kota atau Puskesmas setempat. Dalam penyediaannya.

Ketersediaan vaksin dasar di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dijamin

kecukupannya oleh Pemerintah.

Secara umum ketersediaan vaksin pada tahun 2018 adalah sebagai

berikut :

Page 191: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|191

Grafik.IV.71

Ketersediaan Vaksin Dasar di IFK

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.10.3.4. Ketersediaan Obat Program Jiwa

Program Jiwa merupakan salah satu program prioritas yang sedang

digalakkan oleh Kementrian Kesehatan. Hal ini dikarenakan jumlah penderita

gangguan jiwa yang semakin bertambah setiap tahunnya. Untuk mendukung

program pemerintah tersebut perlu didukung oleh penyediaan obat-obat yang

dapat membantu dalam pengobatan pasien dengan gangguan kejiwaan. Pada

tahun 2018 hampir seluruh obat program jiwa yang dibutuhkan tersedia

100%.

Page 192: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|192

Grafik.IV.72

Ketersediaan Obat Program Jiwa

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.10.3.5. Ketersediaan Obat Program Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan

komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir

dengan komplikasi, bayi dan balita, remaja dan lansia.

Berikut adalah beberapa obat program KIA yang tersedia di UPT

Instalasi Farmasi Kabupaten.

Page 193: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|193

Grafik.IV.73

Ketersediaan Obat KIA

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

4.10.3.6. Ketersediaan Obat Program Gizi

Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program

pokok Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan

pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi,

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A,

Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha

Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. Untuk mendukung program Gizi

beberapa obat wajib disediakan untuk mendukung pelaksanaan program ini.

Page 194: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|194

Grafik.IV.74

Ketersediaan Obat program Gizi

Tahun 2018

Sumber Data: UPT IFK- Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 195: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|195

SUMBER DAYA KESEHATAN

5.1. PERAN SWASTA DALAM UPAYA KESEHATAN

Salah satu prioritas dalam kebijakan pemerintah adalah memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau yang

diselengarakan oleh seluruh sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah

maupun swasta di Era JKN sekarang ini kepada masyarakat.

Keikutsertaan pelayanan kesehatan oleh swasta merupakan salah satu

bentuk peran aktif masyarakat penyedia layanan kesehatan dalam rangka

untuk meningkatkan derajat kesehatan di setiap lapisan masyarakat dalam

wilayah Kabupaten Tangerang. Ini merupakan potensi yang baik untuk

menjangkau pelayanan kesehatan baik dinilai dari akses keterjangkauan

maupun mutu pelayanan kesehatan.

Dalam jumlah atau jenis sarana dan tenaga medis dan paramedis yang

berijin di wilayah Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut:

5.1.1. Sarana Kesehatan

Tabel. V.1

Jumlah Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Berizin

Di Wilayah KabupatenTangerang Tahun 2018

No. Sarana/PraktekKesehatan s/d

2017

Jml sarana

Baru 2018

s/d

2018

Jml Tutup

1 Rumah Sakit Pemerintah 2 1 3 -

2 Rumah Sakit Swasta 11 4 15 -

3 RS Ibu & Anak Swasta 9 0 7

2 RSIA

menjadi

RS

4 RS Bersalin Swasta 1 0 1

5 RumahBersalin (RB) 7 0 4 3 habis

masa

BAB 5

Page 196: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|196

berlakun

ya

6 Klinik Pratama 322 36 355

3 habis

masa

berlakun

ya

7 Klinik Utama 24 2 24

2 habis

masa

berlakun

ya

8 Klinik Hemodialisa (di

RS)

1 3 4

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Tabel. V.2

JumlahPenyelenggaraanSaranaPenunjang PelayananKesehatan Yang

Berizin

Di Wilayah KabupatenTangerangTahun 2018

No. Sarana/Praktek

Kesehatan

s/d

2017

Jml sarana

Baru

2018

s/d

2018

Jml Tutup

1 Klinik Laboratorium

11 0 6 3 habis masa

berlakunya 2

menjadi Madya

2 Klinik Rontgen 12 4 16

3 Optik 26 5 12 19 habis masa

berlakunya

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Di wilayah Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 terjadi

peningkatan jumlah sarana kesehatan yaitu Rumah Sakit (RS) baik

Pemerintah maupun swasta dari 23 RS menjadi 26 RS, pertambahan RS

tersebut yaitu RSUD Pakuhaji, RSU Mitra Keluarga Gading Serpong dan

RSU Siloam Kelapa Dua. Untuk Rumah Bersalin (RB) saat ini tinggal 4 dari

7 RB ditahun 2017, dikarenakan tereliminasinya secara alami karena tidak

dapat memenuhi persyaratan terbaru di Permenkes RI no 9 Tahun 2014 yaitu

harus memiliki IPAL sebagai sarana pengolahan limbah cairnya dan

Page 197: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|197

penyediaan tenaga Apotekernya. Pertambahan sarana lain yaitu Klinik

Pratama 36 (11%) Klinik Utama 2 (8.3%). Diharapkan dengan bertambah

jumlah sarana tersebut, maka diharapkan mutu pelayanan kesehatan di

masyarakat dapat lebih di tingkatkan lagi sehingga derajat kesehatan

masyarakat meningkat dan akses mudah dijangkau. Seiring dengan

pertambahan sarana juga terjadi penutupan klinik terutama klinik Pratama

dikarenakan terseleksi secara alami disaat perpanjangan izin operasional tidak

sanggup memenuhi persyaratan terbaru di Permenkes RI No 9 Tahun 2014

yaitu harus memiliki IPAL sebagai sarana pengolahan limbah cairnya dan

penyediaan tenaga Apotekernya, tidak sanggup bersaing dengan klinik yang

lain, ataupun di era JKN sekarang, klinik pratama yang sudah bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan lebih bisa bertahan dibanding yang belum/tidak

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sedangkan untuk klinik utama yang

tutup dikarekan habis masa berlakunya dan tidak sanggup bersaing dengan

klinik yang lain yang lebih baik mutu pelayanannya dan teknologi alat yang

digunakan juga ketersediaan tenaga spesialisnya.

Selanjutnya untuk sarana penunjang medik dari tahun 2017 ke tahun

2018 tidak terjadi penambahan jumlahnya, tetapi terjadi penurunan dari tahun

2017 ada 11 menjadi 6 dengan 3 Laboratorium klinik berakhir masa berlaku

izin operasionalnya dan 2 laboratorium klinik naik status dari pratama

menjadi madya.

Untuk klinik Rontgen bertambah 4 (33.3%). Ini terjadi khususnya

untuk peningkatan izin operasional Rontgen di RS dikarenakan tingginya

kesadaran Pemilik RS tentang betapa pentingnya suatu legalitas pada satu

institusi pelayanan kesehatan, dimana dalam peraturannya untuk Klinik

Rontgen RS harus mempunyai izin tersendiri diluar izin RSnya, selain itu

juga dampak dari setelah diberikan pembinaan oleh Tim Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang. Seperti kita ketahui bersama bahwa di Permenkes RI

nomor 780 TAHUN 2008 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1014

tahun 2008 dikatakan bahwa izin alat radiologi harus ada izin Bapeten

sedangkan izin operasionalnya dikeluarkan oleh Pemda Kab/Kota setempat.

Page 198: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|198

Untuk Penanggung Jawabnya harus dokter spesialis radiologi dan

pelaksananya harus lulusan D3 Radiografer.

Untuk izin Sarana Kesehatan sejak tanggal 09 Mei 2016 sepenuhnya

sudah dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal Perizinan Satu Pintu

(DPMPTSP) Kabupaten Tangerang sesuai dengan Peraturan Bupati

Tangerang Nomor 89 Tahun 2016. Sedangkan Dinas kesehatan Kabupaten

Tangerang kedudukannya adalah sebagai Tim Teknis disaat survey dan

berkewajiban mengeluarkan rekomendasi izin sarana kesehatan.

Adapun trend perkembangan Rumah Sakit dari tahun 2013 s/d 2018

bisa dilihat dari tabel berikut:

Grafik.V.1

Jumlah Rumas Sakit Berizin

Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 199: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|199

Grafik.V.2

Jumlah Jenis Rumah Sakit Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik.V.3

Jumlah Jenis Rumah Sakit berdasarkan Kelas Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 200: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|200

Grafik.V.4

Jumlah Rumah Sakit Tearkreditasi

Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik.V.5

Jumlah dan Jenis Akreditasi

Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 201: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|201

Grafik.V.6

Trend Jumlah Klinik Utama

Tahun 2018

Grafik.V.7

Data Jumlah Klinik Utama Berdasarkan Pelayanan

Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 202: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|202

Grafik.V.8

Sebaran jumlah Klinik Utama

Tahun 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik.V.9

Data Jumlah Klinik Bersalin Dari Tahun 2013 - 2018

di Kabupaten Tangerang

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 203: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|203

Grafik.V.10

Trend Jumlah Laboratorium Klinik Tahun 2013-2018

Tahun 2013 S/D 2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Grafik.V.11

Trend Jumlah Izin Rontgen

Tahun 2013-2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Page 204: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|204

Grafik.V.12

Trend Jumlah Optik Tahun 2013-2018

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

1.3.2. TENAGA KESEHATAN

Tabel. V.3

Jumlah Izin Praktik Tenaga Medis, dan Paramedis

Yang berizin Di Wilayah KabupatenTangerangTahun 2018

No. Sarana/Praktek Kesehatan

s/d 2017 Jml Nakes baru &

Perpanjangan 2018

s/d 2018 Jml Tutup

(ED+Cabut)

1 Praktek Dokter Umum 1522 572 1951 143

2 Praktek Dokter Spesialis

768 266 991 43

3 Praktek Dokter Gigi 423 176 573 26

4 Bidan Mandiri (SIPB) 41 83 116 8

Page 205: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|205

5 Bidan berpraktik di Sarana

205 422 607 20

Page 206: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|206

Sumber Data: Yandas-Perijinan Dinas Kesehatan Kab. Tangerang 2018

Legalitas tenaga medis dan non medis atau Surat izin praktik (SIP)

dari tahun 2017 ke tahun 2018 ada beberapa juga mengalami peningkatan

diantaranya SIP dr umum : 572 (37.6%), dr gigi 176 (41.6%), dr spesialis 266

(34.5%), dan Bidan yang berpraktik di sarana 422 (205%) dan BPM 83

(202%), SIP Perawat 612 (75.6%), SIK Analis 149 (115.4%), Rekam Medis

42 (135,5%), Sanitarian 11 (100%), terapis wicara 13 (400%), Perawat

anastesi 13 (400%), Okupasi 6 (100%), nutrisionis 21 (150%) Radiografer 44

(129.4%), Perawat gigi 9 (69.2%) dan Refraksi Optisien 7 (38.9%).

Terjadinya Peningkatan yang bermakna ini dikarenakan sudah lancarnya STR

tenaga kesehatan yang diterbitkan oleh majelis tenaga kesehatan indonesia,

selain itu tentunya kesadaran dari tenaga medis dan non medis itu sendiri

untuk membuat SIP / SIK sebagai safety mereka di fasyankes dalam

memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat. Selain untuk safety yang

bersangkutan juga merupakan persyaratan Terpenting untuk sarana kesehatan

yang bekerjasama dengan BPJS dan persyaratan untuk survey akreditasi di

fasyankes.

Page 207: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|207

Selain itu untuk SIP / SIK tenaga medis atau non medis sudah diatur

dalam Permenkes RI sesuai profesinya. Di sisi lain tidak terjadi penurunan

jumlah tenaga medis dan non medis di tahun 2018

Dengan meningkatnya kepatuhan pada aturan oleh para pelaku

pelayanan kesehatan dan institusi kesehatan lain yang ada di Kabupaten

Tangerang, maka diharapkan akan memberikan kontribusi untuk keamanan

dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang.

Selain aspek legalitas tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan di

wilayah Kabupaten Tangerang, maka diperlukan juga bagaimana untuk

menjaga mutu pelayanan kesehatan masyarakat terutama rumah sakit yang

diatur didalam permenkes RI nomor 56 tahun 2014 pada pasal 72

yang menyatakan bahwa : “setiap sarana kesehatan yang sudah

memiliki izin tetap wajib melakukan akreditasi.” Begitu juga dengan klinik

pratama dan utama, wajib yang diatur dalam Permenkes nomor 9 tahun 2014.

Disamping akreditasi setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai

kewenangan untuk melakukan pembinaan dan monitoring di pelimpahan

kewenangan dari Kementrian Kesehatan RI.

Sejak tahun 2016 triwulan s/d Desember 2018 setiap sarana kesehatan

maupun tenaga kesehatan di wilayahnya kabupaten Tangerang, yang

melakukan MOU dengan BPJS Kesehatan Cabang Tigaraksa wajib dilakukan

kredensialing, Untuk pelaksanaan kredensialing BPJS Cabang Tigaraksa telah

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang membentuk tim

kredensialing dan rekredensialing untuk sarana Klinik dan Rumah Sakit di

wilayah Kabupaten Tangerang. Adapun jumlah klinik yang sudah dilakukan

kredensialing dan rekredensialing di tahun 2018 sebanyak 145 klinik dan 3

Dokter Praktik Mandiri (DPM), sedangkan untuk Rumah Sakit sebanyak 23

Rumah Sakit.

Di akhir tahun 2018, Pengawasan terhadap Rumah Sakit tidak hanya

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab/tetapi juga oleh Badan Pengawas

Rumah Sakit (BPRS) Propinsi Banten yang diketuai oleh Bapak Masduki

mantan wakil Gubernur Banten dengan anggota dr Mamahit, SpOG, dan dr

Page 208: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|208

Hendrarto, Sp THT ke beberapa Rumah Sakit di wilayah Kabupaten

Tangerang, sehingga diharapkan mutu pelayanan di RS tambah meningkat

sesuai harapan yang diamanatkan di Undang- Undang Kesehatan NO 36

tahun 2009 dan Permenkes RI yang mengatur masing-masing Fasyankes dan

DPM.

Page 209: BAB PENDAHULUAN 1 - tangerangkab.go.id

Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018

|209

PENUTUP

Sebagai sebuah media informasi, profil kesehatan kabupaten

tangerang hadir menyajikan serangkaian data dan informasi dari hasil

kegiatan di tahun 2018. kegiatan ini terangkum dari berbagai bidang baik

diperoleh secara langsung maupun lewat laporan bulanan on line dari

puskesmas serta data yang diambil dari sistem informasi puskesmas.

Profil kesehatan tak lepas perannya sebagai produk sistim informasi

kesehatan, dimana sistem informasi telah menjadi salah satu komponen dalam

sistem kesehatan nasional yang telah diatur dalam peraturan presiden no 72

tahun 2012.

Semua fakta yang terekam layak disampaikan kepada publik untuk

mendapat perhatian dan sebagai pemenuhan dari amanah Undang-Undang No

14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Bagi lembaga dan organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam

membangun sinergitas program menjadi materi diseminasi informasi sebagai

sarana pendukung dalam pengambilan keputusan.

Demikian penting data dan informasi yang dihasilkan sehingga

keakuratan data perlu melalui sistem informasi yang berjenjang baik

menggunakan teknologi informasi maupun konfirmasi dan validasi langsung

ke penanggung jawab program.

Sistem informasi berbasis teknologi juga terus dikembangkan, dengan

sisteminformasi yang berbasison line yang di terapkan di puskesmas, maka

ketersediaan data,pengolahan dan penyimpanannya dapat terjamin.

BAB 6