bab pdf

103
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN POLA HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN PENINGKATAN KADAR GULA DARAH DI POLIKLINIK RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Strata-1 Keperawatan Disusun Oleh : LILIK SEPTIAWATI NIM 4002080062 PROGRAM STUDI STRATA - 1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG 1

Upload: junior11223344

Post on 28-Oct-2015

159 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB PDF

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN POLA HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN PENINGKATAN KADAR GULA DARAH

DI POLIKLINIK RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Strata-1 Keperawatan

Disusun Oleh :LILIK SEPTIAWATI

NIM 4002080062

PROGRAM STUDI STRATA - 1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG2012

1

Page 2: BAB PDF

2

PROGRAM STUDI STRATA - 1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

Skripsi, Maret 2012

Lilik Septiawati4002080062

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN POLA HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN PENINGKATAN KADAR GULA DARAH

DI POLIKLINIK RSUD KOTA BANDUNGABSTRAK

V Bab + 64 halaman + 9 tabel + 2 bagan + 10 Lampiran

Kepatuhan adalah suatu manifestasi dari sikap dan perilaku yang berkaitan erat dengan motivasi seseorang dalam menjalankan pola hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di poliklinik RSUD Kota Bandung. Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif korelasi. Populasi yang digunakan adalah seluruh pasien diabetes mellitus yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung. Pengambilan sampel dilakukan secara porposive sampling sebanyak 73 responden pada pasien diabetes mellitus tipe II. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket tertutup. Analisis data yang digunakan adalah univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap variabel dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang di hitung dengan menggunakan uji kuadrat (x2). Hasil penelitian univariat menunjukkan 45 (61,6%) pasien diabetes mellitus tipe II tidak patuh dalam melakukan diet diabetes mellitus, 50 (68,5%) pasien diabetes mellitus tipe II tidak patuh dalam melakukan olahraga, dan hampir setengahnya dari 34 (46,6%) pasien diabetes mellitus tipe II tidak patuh dalam mengkonsumsi obat diabetes mellitus. Sedangkan hasil kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam RSUD Kota bandung di dapatkan 54 (74,0%) pasien diabetes mellitus tipe II memiliki kadar gula darah yang tinggi. Hasil penelitian bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah. Dengan diketahuinya hasil tersebut di harapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pasien tersebut untuk mengubah pola hidupnya menjadi lebih baik. guna menghindari terjadinya peningkatan kadar gula darah.

Kata kunci : Kepatuhan, diabetes mellitus, Daftar Pustaka : 15 Buku + 2 Jurnal (2002 - 2011)

Page 3: BAB PDF

3

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit dimana kadar glukosa di

dalam darah mempunyai kadar yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan

atau menggunakan insulin secara cukup (Nabyl,2009). Laporan data McCarty dan

Zimmet menunjukkan, bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di dunia dari

110,4 juta pada tahun 1994 melonjak 1,5 kali lipat (175,4 juta) pada tahun 2000,

dan akan melonjak dua kali lipat (239,3 juta) pada tahun 2010 (Tjokroprawiro,

2007).

Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2000 terdapat

171 juta orang di dunia menderita diabetes mellitus (DM), dan sekitar 2.8 % dari

total populasi. Selain itu diabetes mellitus tipe II sudah sangat merajalela dan

menjelang tahun 2015 - 2030 akan jauh lebih meningkat lagi terutama di Asia

Tenggara termasuk Indonesia. Insidensnya terus meningkat dengan cepat dan di

perkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau

sekitar 4,4% dari populasi dunia diakibatkan oleh perubahan gaya hidup seperti

pola makan “Western-style” yang tidak sehat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh data bahwa hasil proporsi penyebab

kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun dengan

presentasi 14.7% di daerah perkotaan dan 7,2% di pedesaan. Sedangkan dari hasil

Page 4: BAB PDF

4

data Departement Kesehatan yang di publikasikan pada tahun 2008 jumlah pasien

Diabetes mellitus yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit

menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes, 2008).

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat.

Sacket mendefinisikan kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien

dalam melakukan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Niven, 2008).

Apabila di kaitkan dengan penelitian ini, Kepatuhan adalah perilaku yang taat

pada pedoman dan standar yang telah di terapkan, yaitu kepatuhan pasien diabetes

melitus tipe II dalam melakukan penanganan diet, olahraga, dan terapi obat secara

teratur.

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang di pengaruhi oleh berbagai

aspek gaya hidup termasuk pola makan dan aktifitas fisik. Sehingga diabetes

mellitus membutuhkan perhatian terus-menerus dan kewaspadaan dalam hal,

kandungan makanan, aktifitas fisik, pemantauan kadar gula darah, pengelolaan

berbagai upaya pengobatan termasuk insulin dan perawatan diri lainnya (Nathan,

2010). Pola hidup sehat pada penderita diabetes mellitus perlu dijaga dalam hal

perencanaan makan dengan menjaga asupan makan yang seimbang yaitu dengan

melakukan diet diabetes mellitus dengan tujuan mempertahankan kadar glukosa

darah mendekati normal, jenis makanan yang harus diperhatikan, mencegah

komplikasi akut dan kronik dengan memperhatikan jumlah kalori yang

dibutuhkan, dan melakukan aktifitas fisik secara teratur (Askandar,2007). Apabila

penanganan tersebut tidak dapat dipatuhi, maka insulin dalam tubuh tidak dapat

Page 5: BAB PDF

5

berkerja dengan baik sehingga pemecahan gula akan terganggu dan meningkatkan

kadar gula darah (Nabyl, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Poliklinik RSUD Kota Bandung di

dapatkan data Rekam Medis mengenai hasil jumlah kunjungan pasien diabetes

mellitus yang melakukan rawat jalan. Tercatat jumlah kunjungan pada bulan

Oktober 2011 sebanyak 410 orang. Data ini menunjukan Diabetes mellitus

menempati urutan pertama di ikuti penyakit kronis lainnya diantaranya Hipertensi

287 orang, Heart Failure 85 orang, Asma Bronchiale dan Gastritis 83 orang,

HHD 68 orang, TB paru 46 orang, Arthritis 35 orang, CAD 19 orang, dan terakhir

ISPA sebanyak 16 orang dari data 10 penyakit terbesar di Poliklinik dalam RSUD

Kota Bandung (Data Rekam Medis, 2011).

Hasil wawancara yang di lakukan pada tanggal 4 dan 7 November 2011,

penulis melakukan wawancara pada 7 orang diabetes mellitus tipe II yang sedang

menjalani rawat jalan di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung. Di dapatkan

kadar gula darah dari kisaran 180 mmHg – 224 mmHg pada pemeriksaan glukosa

puasa. dan 243 mmHg – 395 mmHg yang di ambil setelah 2 jam sesudah makan.

Dari 7 orang tersebut di dapatkan 4 orang tidak dapat mengontrol asupan makanan

dikarenakan kejenuhan dalam hal menu makanan yang terlalu di batasi, sedangkan

3 orang melakukan diet diabetes mellitus. Dari 7 orang tersebut didapatkan 2

orang selalu melakukan olahraga, sementara 5 orang diantaranya jarang

melakukan olahraga karena malas, tidak sempat, dan mudah lelah. dari 7 orang

tersebut terdapat 3 orang pasien yang belum patuh dalam melakukan terapi obat

secara teratur. Sementara 4 orang di antaranya patuh dalam melakukan terapi obat.

Page 6: BAB PDF

6

Berdasarkan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Hubungan Antara Kepatuhan Pola Hidup Pasien Diabetes

Melitus Tipe II Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka peneliti

merumuskan permasalahannya : “Adakah Hubungan Antara Kepatuhan Pola

Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah

Di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin di capai peneliti dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui “ Hubungan Antara Kepatuhan Pola Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung “.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan pola hidup pasien diabetes tipe II di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

b. Mengidentifikasi peningkatan kadar gula darah pasien diabetes

mellitus di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Page 7: BAB PDF

7

c. Mengidentifikasi hubungan antara kepatuhan pola hidup pasien

diabetes mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadikan suatu sumber

informasi bagi peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat untuk

pengembangan teori kesehatan khususnya dalam penanganan diabetes

mellitus.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan acuan untuk memperoleh data terbaru tentang

permasalahan diabetes melitus, sehingga dapat di jadikan suatu

pembaharuan untuk melakukan penanganan yang lebih baik lagi

untuk kedepannya.

b. Bagi Perawat

Dapat meningkatkan kinerja perawat dengan cara memberikan

pendidikan kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus pada

pasien diabetes melitus yang melakukan rawat jalan.

c. Bagi Pasien Diabetes Mellitus

Sebagai bahan informasi tentang pentingnya melakukan perawatan

diabetes melitus untuk menghindari terjadinya kompikasi seperti

kerusakan ginjal, kerusakan saraf, kebutaan dan ulkus diabetikum.

Page 8: BAB PDF

8

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan bagi peneliti

untuk dapat memahami permasalahan diabetes mellitus dengan

lebih spesifik lagi. Sehingga peneliti dapat termotivasi dalam

membuat suatu program yang isinya bisa mengurangi angka

kejadian terjadinya komplikasi akut maupun kronis terhadap

penderita diabetes mellitus.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2011-Januari 2012

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini bertempat di RSUD Kota Bandung

3. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penelitian ini yaitu kepatuhan pola hidup pasien

diabetes mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah.

Page 9: BAB PDF

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum tentang Kepatuhan

1. Definisi kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin

dan taat. Sacket mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh

mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

petugas kesehatan (Niven, 2008). Kepatuhan adalah perubahan sikap

dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah

orang lain (Hartono,2006).

Menurut Darly & Blass dalam Hartono (2006), seseorang dapat

dikatakan patuh terhadap orang lain apabila orang tersebut dapat

mempercayai (belief), menerima (accept) dan melakukan (act) sesuatu

atau permintaan dan perintah orang lain. Dalam penelitian ini, maka

kepatuhan adalah perilaku yang mengikuti pedoman dan standar yang

telah di tetapkan yaitu kepatuhan klien terhadap faktor yang dapat

mempengaruhi peningkatan kadar gula darah.

Kepatuhan penderita adalah suatu manifestasi dari suatu sikap

dan perilaku yang berkaitan erat dengan motivasi. Manusia

mempunyai daya dalam dirinya sendiri untuk bergerak, melakukan

satu hal, dalam hal ini bergerak untuk patuh terhadap berobat/kontrol

Page 10: BAB PDF

10

yang memerlukan jangka waktu yang panjang dan ini disebut

motivasi.

Menurut Darly & Blass dalam Hartono (2006), kepatuhan

berobat merupakan hal yang penting untuk keberhasilan suatu

pengobatan, terutama pengobatan yang memerlukan jangka waktu

yang lama akan memberikan pengaruh pada penderita sebagai berikut:

a. Bagi pasien dengan keluhan atau gejala penyakit, setelah

menjalani pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera

berkurang atau hilang, pasien akan merasa sembuh dan malas

untuk meneruskan pengobatan.

b. Datang ketempat pengobatan akan sangat menyita waktu apalagi

dengan lamanya waktu pengobatan, sehingga memerlukan

motivasi.

c. Pengobatan yang lama merupakan beban, karena hal ini

menyangkut biaya yang harus dikeluarkan.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

a. Faktor Internal

1) Pengetahuan

Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo

(2007) mengklasifikasikan pengetahuan sebagai berikut :

a) Pengetahuan yaitu mampu mengatakan kembali tentang

hal-hal yang khusus dan umum.

Page 11: BAB PDF

11

b) Pengertian atau pemahaman yaitu mampu menangkap

komunikasi yang tepat, menyajikan dalam bentuk

ringkasan.

c) Penerapan yaitu ide, prinsip atau metode pada keadaan

yang baru.

d) Analisis yaitu merinci menjadi bagian tertentu dan

menemukan hubungan antara bagian-bagian tersebut

menjadi suatu keseluruhan yang masuk akal.

e) Evaluasi yaitu membuat pertimbangan atau pendapat

mengenai hal tersebut dan berdasarkan pengalaman serta

penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh

pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang

tidak di sadari oleh pengetahun.

2) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon emosional

seseorang terhadap stimulus atau objek di luarnya, respon

emosional lebih bersifat penilaian atau evaluasi peribadi

terhadap stimulus, dan penilaian ini dapat dilakukan dengan

kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan

terhadap objek. Batasan lain dari sikap yaitu, merupakan

suatu respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek dilingkungan tertentu

Page 12: BAB PDF

12

sebagai penghayatan terhadap objek tersebut (Notoatmodjo,

2007).

a) Komponen-komponen Sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007), sikap

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

(1) Kepercayaan ,ide, dan konsep terhadap suatu objek.

(2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

objek.

(3) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam

penentuan sikap yang utuh untuk pengetahuan, berfikir.

Keyakinan dan emosi memegang peranan yang sangat

penting.

b) Tingkatan Sikap

Notoatmodjo (2007), mengemukakan tentang

tingkatan-tingkatan sikap yaitu sebagai berikut :

(1) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang di berikan (objek).

(2) Merespon yaitu memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

Page 13: BAB PDF

13

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah

berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

(3) Menghargai yaitu mengajak oranglain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

(4) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap

yang paling tinggi.

3) Motivasi

Motivasi berdasarkan Notoatmodjo (2010),

mengemukakan bahwa pengertian motivasi yaitu suatu

keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan,

tindakan tingkah laku atau perilaku.

b. Faktor eksternal

1). Dukungan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul atau tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan . keluarga berfungsi

sebagai variabel intervensi kritis atau sebgai buffer antara

masyarakat dan individu, menurut friedman terdapat lima

Page 14: BAB PDF

14

fungsi keluarga sebagai dasar keluarga untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anggota, kebutuhan individu

keluarga dan masyarakat yang lebih luas yaitu fungsi

afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan,

fungsi reproduksi, dan fungsi ekonomi..

2). Penyuluhan

Menurut kamus bahasa indonesia yaitu

menerangkan, memberitahukan atau menginformasikan

sesuatu. Biasanya penyuluhan dilakukan melalui

penyampaian informasi oleh pihak-pihak terkait kepada

pihak yang akan dijasikan sasaran informasi. Pada hal ini

kader dan tenaga kesehatan yang merupakan pihak yang

menerima penyuluhan terhadap para ibu dan keluarga.

Penyuluhan sangat berperan penting sebagai salah satu

media atau alat komunikasi dalam mempromosikan atau

mengenal masalah kesehatan kepada masyarakat

(Notoatmodjo, 2010)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Secara umum ketidakpatuhan dapat meningkatkan resiko

berkembangnya masalah kesehatan dalam memperpanjang atau

memperburuk kesakitan yang di derita. dalam hal ini ada beberapa

faktor yang mempengaruhi yaitu (Hartono, 2006) :

Page 15: BAB PDF

15

a. Faktor Pasien

Kebiasaan pasien tidak disiplin untuk mentaati anjuran

pengobatan sesuai jadwal akan mempengaruhi kepatuhan dalam

terapi obat dan diet diabetes, karena dengan lamanya suatu

penyakit dapat menimbulkan tingkat kejenuhan seseorang

terhadap pengendalian yang harus dilakukan.

b. Faktor Terapi Obat

Lama pengobatan, semakin lama pengobatan semakin

rendah motivasi pasien untuk mematuhi petunjuk yang di

terapkan, pemakaian obat dalam rentang waktu yang lama akan

memperbesar frekuensi ataupun kemungkinan terjadinya

ketidakpatuhan pasien.

Pemakaian kombinasi beberapa obat, pengobatan yang

menggunakan banyak obat, harus diminum tiap hari dalam

menurunkan derajat kepatuhan pasien.

c. Faktor Petugas Kesehatan

Sikap petugas kesehatan yang penuh perhatian, simpatik

dan pemberikan pendidikan kesehatan tentang pengobatan yang

dijalani dan mengingatkan jadwal kontrol pengobatan sesuai

jadwal yang telah di tetapkan akan meningkatkan kepatuhan.

d. Faktor Penyakit

Dengan lamanya suatu penyakit akan menimbulkan

tingkat kejenuhan pada penderita sehingga pengendalian dalam

Page 16: BAB PDF

16

kadar gula darah, diet yang dilakukan dan jadwal terapi obat

akan mengalami kemunduran.

B. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah

tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang

dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang di produksi pankreas,

mengendalikan kadar gula glukosa darah dengan mengatur produksi

dan penyimpanannya.

Diabetes mellitus, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap

insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali

produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat

mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes

ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik

(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan

komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan

komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes mellitus juga di

sertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang

mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer

(Smeltzer, 2002).

Page 17: BAB PDF

17

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di

dalam darah mempunyai kadar yang tinggi karena tubuh tidak dapat

melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Nabyl, 2009).

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang di pengaruhi oleh

berbagai aspek gaya hidup termasuk pola makan, aktifitas fisik,.

Sehingga diabetes melitus membutuhan perhatian terus-menerus dan

kewaspadaan dalam hal penentuan waktu, kandungan makanan,

aktifitas fisik, pemantauan kadar gula darah, pengelolaan berbagai

upaya pengobatan termasuk insulin dan perawatan diri lainnya

(Nathan, 2010).

2. Tipe Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda : penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab. Perjalanan klinis dan terapinya.

Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah :

a. Tipe I

Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent

diabetes mellitus [IDDM]).

b. Tipe II

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin

dependent diabetes mellitus [NIDDM]).

c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau

sindrom lainnya.

Page 18: BAB PDF

18

d. Diabetes mellitus gestasional (gestasional diabetes

mellitus [GDM]).

Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes

mellitus Tipe II, yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin.

Diabetes tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin

(yang disebut resistensi insulin). Atau akibat penurunan jumlah

produksi insulin. Diabetes mellitus tipe II pada mulanya diatasi

dengan diet dan latihan. Jika kenaikan glukosa darah tetap terjadi

maka dapat di kombinasikan dengan penggunaan obat hipoglikemia

oral. Diabetes mellitus tipe II paling sering ditemukan pada individu

yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.

Komplikasi diabetes mellitus dapat terjadi pada setiap individu

dengan diabetes mellitus tipe I atau tipe II dan bukan hanya pada

pasien yang memerlukan insulin. Sebagian penyandang diabetes

mellitus tipe II yang mendapat terapi obat oral mempunyai kesan

bahwa mereka tidak sungguh-sungguh menderita diabetes mellitus

(DM). Penyandang diabetes mellitus ini mungkin beranggapan bahwa

penyakit mereka derita ini bukanlah suatu masalah “serius” jika di

bandingkan dengan pasien yang memerlukan penyuntikan insulin.

Disini perawat mempunyai tugas yang sangat penting untuk

menekankan kepada orang-orang tersebut bahwa mereka

sesungguhnya menderita diabetes mellitus dan bukan hanya sekedar

berhubungan dengan masalah toleransi glukosa (TGT = Toleransi

Page 19: BAB PDF

19

Glukosa Terganggu) dan merupakan keadaan dimana kadar gula darah

berada diantara kadar normal dan kadar yang dianggap sebagai tanda

diagnostik untuk penyakit diabetes mellitus (Smeltzer, 2002).

3. Tinjauan Patofisiologi

a. Patofisiologi diabetes mellitus tipe II

1) Diabetes mellitus Tipe II

Pada diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah

utama yang berhubungan dengan insulin yaitu : resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai

akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam

sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II di sertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian

insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat

peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita

toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan. Dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu

Page 20: BAB PDF

20

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus

tipe II.

Diabetes mellitus tipe II paling sering terjadi pada

penderita yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama

bertahun-tahun) dan progresif. Maka awitan diabetes mellitus

tipe II dapat berjalan tanpa terditeksi. Jika gejalanya dialami

pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat

mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polipagia, luka pada

kulit yang lama sembuh-sembuh dan pandangan kabur (jika

kadar glukosanya sangat tinggi).

4. Gejala - Gejala Diabetes Melitus

Menurut Kirana (2011), terdapat beberapa gejala pada diabetes

mellitus diantaranya :

a. Gejala Awal

Banyak minum / mudah haus (polidipsia)

Banyak kencing (poliuria)

Banyak makan / mudah lapar (Polifagia)

b. Gejala Lanjutan

Banyak minum / mudah haus (polidipsia)

Banyak kencing (poliuria)

Berat badan menurun

Page 21: BAB PDF

21

Mudah lelah

c. Gejala Kronis

Banyak minum / mudah haus (poliuria)

Banyak kencing (poliuria)

Sering kesemutan

Kulit terasa panas dan tebal

Kram

Mudah mengantuk

Mata menjadi kabur

Kemampuan seksual menurun

Bagi ibu hamil, sering mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan, atau melahirkan

dengan berat badan janin > 4 kg.

5. Perawatan Pada Diabetes Mellitus

a. Melakukan Diet

Diet diabetes mellitus bukan merupakan pengobatan,

tetapi mampu mencegah kadar gula darah naik lebih tinggi lagi.

Bahkan, jika dilakukan secara kontinu kondisi kesehatan akan

stabil. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi

diabetes mellitus, diet yang dianjurkan adalah makanan dengan

komposisi seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak.

Sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :

Page 22: BAB PDF

22

a) Karbohidrat : 60-70 %

b) Protein : 10-15 %

c) Lemak : 20-25%

Jumlah kalori di sesuaikan dengan pertumbuhan, status

gizi, umur, dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan

untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga

sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan,

namun jangan melebihi 300 mg/hari. Sumber lemak diupayakan

yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak

asam lemak tak jenuh di bandingkan dengan asam lemak jenuh.

Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam,

tahu dan tempe. Karena tidak banyak mengandung lemak.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes mellitus di

usahakan paling tidak 25 g/hari.

Selain akan menolong menghambat penyerapan lemak,

makanan berserat yang tidak dapat di cerna oleh tubuh juga

dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan

penderita diabetes mellitus tanpa resiko masukan kalori yang

berlebih, makanan sumber serat seperti sayuran dan buah-

buahan segar umumnya juga kaya akan vitamin dan mineral

(Nabyl,2009).

Page 23: BAB PDF

23

Diet pada pasien diabetes mellitus tipe II, lebih baik jika

mengkonsumsi makanan dan cemilan secara teratur dari pada

melewatkan waktu makan kemudian makan 1 atau 2 kali saja

dalam porsi besar. Karena pankreas harus memproduksi insulin

setiap kali anda makan sesuai dengan jumlah yang dikonsumsi.

Jika mengkonsumsi makanan dalam porsi besar yang

mengandung banyak karbohidrat, maka pankreas akan terus

bekerjakeras dalam memproduksi lebih banyak insulin, sehingga

kadar gula darahpun akan meningkat. Sebaliknya, jika anda

membagi kalori dengan makan tiga kali sehari dan diselingi satu

atau dua cemilan dalam sehari, maka pankreas akan lebih mudah

memproduksi cukup insulin untuk mengimbangi jumlah

makanan dan karbohidrat yang lebih sedikit ketika makan

(Nathan, 2010).

b. Olahraga

Berolahraga dengan teratur dapat membantu menurunkan

berat badan dan mengendalikan kadar gula darah. Olahraga yang

sesuai untuk penderita diabetes mellitus, prinsipnya tidak perlu

olahraga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur

akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.

Page 24: BAB PDF

24

Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan

aktifitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan

penggunaan glukosa,jadi olahraga bagi penyandang diabetes

mellitus bermanfaat untuk :

1) Menurunkan kadar gula darah

2) Mencegah kegemukan

3) Menurunkan lemak darah (kolesterol)

4) Mencegah tekanan darah tinggi

5) Mengurangi resiko penyakit jantung koroner

6) Meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan kerja

Prinsip olahraga bagi penyandang diabetes mellitus sama

seperti latihan jasmani pada umumnya, yaitu :

1) Frekuensi 3-5 kali/minggu secara teratur

2) Intensitas olahraga ringan dan sedang

3) Durasi 30-60 menit setiap latihan

Jenis latihan yang dianjurkan adalah aerobik, seperti jalan,

joging, berenang, bersepeda, dan lain-lain (Nabyl,2009).

c. Terapi Obat

Selain pola makan dan olahraga, obat tablet juga dapat

pembantu penderita diabetes mellitus untuk mengontol gula

darahnya. Pada dasarnya obat dapat membantu tubuh untuk

menekan nafsu makan ataupun membantu tubuh dalam

mengoptimalkan kerja insulin atau menghasilkan insulin.

Page 25: BAB PDF

25

Terdapat beberapa jenis obat yang dapat dikonsumsi

penderita diabetes mellitus. Obat-obat tersebut memiliki fungsi

dan manfaat yang berbeda-beda. Beberapa obat tersebut

diantaranya :

1) Sulphonylureas terdiri atas gliclazide, glibenclamide,

glipzide dan glimepiride. Obat-obatan tersebut berfungsi

untuk meningkatkan produk insulin oleh pankreas.

2) Biguanides, contohnya metformin (Glucophage®) dan

pioglitazone (Acros®). Kedua obat tersebut tersedia

dalam bentuk yang sudah dikombinasikan dengan

metformin, seperti Avandamet® dan Actoplus Met®.

3) Alpha glukosidae inhibitor (Acarbose atau Glucobay®).

Obat ini bisa memperhambat proses perencanaan

makanan dalam usus dan menekan peningkatan gula

darah sehabis makan.

4) Prandial (mealtime) glukosa regulator, diantaranya

repaglinide (Prandin®) dan nateglide (Starlix®). Obat

tersebut membantu pankreas dalam memproduksi insulin

dan bisa menyatu dengan makanan. Obat tersebut juga

bisa dikombinasikan dengan metformin (Charles, 2011).

Dalam kaitan antara diabetes mellitus dengan gula darah,

ada empat hal utama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan

kadar gula darah, yaitu :

Page 26: BAB PDF

26

1) Pengaturan makan atau diet dengan penekanan pada

pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,

jenis, dan jumlah makanan.

2) Olahraga atau aktifitas fisik secara teratur yakni 3-5 kali

seminggu selama 30-60 menit.

3) Pengobatan yang sesuai petunjuk dokter bila gula darah

tidak dapat di kendalikan dengan pengaturan pola makan

dan latihan fisik.

4) Evaluasi kesehatan dengan melakukan evaluasi medis

secara lengkap meliputi pemeriksaan fisik, riwayat

penyakit dan pemeriksaan laboraturium (Charles, 2011).

6. Komplikasi Penyakit Diabetes Mellitus

Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan

secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun

sesudah mengidap diabetes mellitus. Adapun komplikasi diabetes

mellitus sebagai berikut (Askandar, 2007) :

a. Komplikasi akut Diabetes Mellitus

Dua komplikasi akut diabetes mellitus yang paling sering

adalah reaksi Hipoglikemia dan koma diabetik :

1). Reaksi Hipoglikemia

Reaksi Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat

tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda : adanya rasa

lapar, gemetar, keringat dingin, pusing dan sebagainya. Dalam

Page 27: BAB PDF

27

keadaan hipoglikemia, penderita harus segera diberi roti atau

pisang. Apabila tidak tertolong, berilah minuman manis dari

gula, satu atau dua gelas. Jika keadaan ini tidak segera diobati,

penderita tidak akan sadarkan diri, karena koma ini disebabkan

oleh kurangnya glukosa dalam darah, Koma tersebut di sebut

"Koma Hipoglikemik” (Askandar, 2007).

Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa ke

Rumah sakit karena perlu mendapatkan suntikan glukosa 40%

dan infus glukosa. Penderita diabetes mellitus yang mengalami

resiko hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik

biasanya disebabkan oleh obat anti Diabetes yang diminum

dengan dosis yang terlalu tinggi, atau penderita terlambat

makan, atau bisa jadi karena latihan fisik yang berlebihan teratur

(Askandar, 2007).

2). Koma Diabetik

Berlawanan dengan koma Hipoglikemik, koma diabetik

ini timbul karena kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi dan

biasanya lebih dari 600 mg /dl. Gejala koma diabetik yang

sering timbul adalah nafsu makan menurun (biasanya penderita

diabetes mellitus mempunyai nafsu makan yang besar), haus,

minum banyak, kencing banyak, yang kemudian disusul dengan

rasa mual, muntah, nafas penderita menjadi cepat dan dalam,

serta berbau aseton, sering disertai panas badan karena biasanya

Page 28: BAB PDF

28

ada infeksi, serta penderita koma diabetik harus segera dibawa

ke Rumah Sakit (Askandar, 2007)

b. Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus

Pada penderita yang lengah komplikasi diabetes mellitus

dapat menyerang seluruh alat tubuh, mulai dari rambut sampai

ujung kaki termasuk semua alat tubuh di dalamnya. Sebaliknya,

komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan diabetes

mellitus dilaksanakan dengan baik, tertib dan teratur.

Komplikasi kronik diabetes mellitus disebabkan oleh perubahan

dalam dinding pembuluh darah, sehingga terjadi atherosklerosis

yang khas yaitu Mikroangiopati.

Mikroangiopati ini mengenai pembuluh darah di seluruh

tubuh yang terutama menyebabkan retinopati,

glamerulosklerosis, neoropati, dan dapat pula timbul infeksi

kronik yaitu tuberkolosis yang secara umum terjadi komplikasi

tersebut yaitu kardiovaskuler (Infark miokaid, insufisiensi

koroner), mata (Retinopati diabetika, katarak), saraf (Neuropati

diabetika), paru-paru (TBC), ginjal (Pielonefritis,

glumerulosklerosis), kulit (gangren, furunkel, karbunkel, ulkus),

hati (sirosis hepatitis) (Askandar, 2007).

Page 29: BAB PDF

29

7. Kriteria Diagnostik

Menurut World Health Organization (WHO) , Diabetes Mellitus,

Report of a WHO study group. Tech Report Series No. 727, 1985).

untuk Diabetes Melitus pada orang dewasa yang tidak hamil. Pada

sedikitnya di lakukan dua kali pemeriksaan.

a. Glukosa plasma sewaktu /random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa / nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c. Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian

sesudah mengkonsumsi 75 g karbohidrat (2 jam post prandial

[pp] > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).

Menurut Kirana (2011), terbagi atas 2 bagian kriteria diagnostik

pada diabetes mellitus diantaranya :

a. Ada gejala, pemeriksaan Laboraturium di dapatkan :

1) Kadar Gula Darah Puasa > 120 mg/dl

2) Kadar Gula 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl

3) Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl

b. Tidak ada gejala , pemeriksaan Laboraturium didapatkan :

1) Gula Darah Puasa > 120 mg/dl dan Kadar Gula 2 jam

sesudah makan > 200 mg/dl

2) Gula Darah Puasa > 120 mg/dl dan Kadar Gula sewaktu

> 200mg/dl

3) Gula Darah 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl dan Gula

Darah sewaktu > 200 mg/dl.

Page 30: BAB PDF

30

Bagan 2.1 Kerangka Teori

(Diadopsi dari Nathan 2010 & Nabyl 2009)

Diabetes Mellitus

Tipe I [IDDM]

Tipe II [NIDDM]

Dibetes melitus yang berhubungan dengan sindrom lain

Diabetes Gestasional

Faktor PenyebabGenetik

Pola hidup tidak sehat :

1. Pola makan tinggi kalori

2. Kurang olahraga

Terjadi peningkatan kadar gula

darah

Terapi obat

Diabetes kronis

Komplikasi

Kadar gula darah terkontrol

Kepatuhan

Perawatan Diabetes

Page 31: BAB PDF

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, ukuran

yang dimiliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep

pengertian tertentu (Notoatmojo,2005). Variabel penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor.

Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas,

variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat). (Sugiyono, 2010). Variabel independen penelitian ini yaitu

“kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II ”.

2. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010).

Variabel dependen penelitian ini, yaitu ”peningkatan kadar gula darah

pada pasien diabetes mellitus tipe II ”.

Page 32: BAB PDF

32

B. Hipotesis

“Ada hubungan antara kepatuhan pola hidup pasien diabetes melitus

tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di poliklinik dalam RSUD Kota

Bandung “

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kepatuhan perawatan diabetes mellitus tipe II dalam hal ini

penderita harus melaksanakan program perawatan diabetes mellitus dengan

cara melakukan pola hidup sehat seperti menjaga asupan makan yang

seimbang yaitu dengan melakukan diet diabetes mellitus, melakukan

pengobatan yang telah ditetapkan dan aktifitas fisik secara teratur untuk

mengontrol kadar gula darah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah

pencegahan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olahraga. Apabila dengan

langkah pertama ini tujuan pencegahan belum tercapai, maka dapat

dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi obat

hipoglikemik oral atau insulin atau dengan kombinasi keduanya, apabila

pencegahan tersebut tidak dapat dipatuhi, maka insulin dalam tubuh

penderita tidak dapat berkerja dengan baik dan dapat mengakibatkan

terjadinya peningkatan kadar gula darah.

Page 33: BAB PDF

33

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Hubungan Antara Kepatuhan Pola Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah

Di Poliklinik RSUD Kota Bandung

( Diadopsi dari Nabyl 2009 & Nathan 2010 )

Kepatuhan Pola Hidup Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

Kepatuhan

Terhadap Pola Makan

Kepatuhan

Terhadap Olahraga

Kepatuhan

Terhadap Terapi Obat

Kadar Gula Darah

Tinggi

Normal

Page 34: BAB PDF

34

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan Deskriptif korelasi.

Kuantitatif adalah penelitian yang berhubungan dengan angka-angka,

baik yang di peroleh dari hasil pengukuran (Notoatmodjo, 2010).

Deskriptif korelasi merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat

hubungan kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II dan

mengetahui korelasinya dengan cara mengidentifikasi variabel yang

ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang

ada pada objek yang sama dengan dilihat apakah ada hubungan antara

keduanya. (Notoatmodjo, 2010).

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Penelitian ini peneliti menggunakan teknik pendekatan waktu

secara cross sectional dalam pengumpulan data. Cross sectional,

variabel sebab dan variabel akibat yang terjadi pada objek penelitian

diukur atau dikumpulkan secara simultan/dalam waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2010).

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

Page 35: BAB PDF

35

pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab dan di berikan

kembali kepada peneliti setelah di isi (Arikunto, 2006).

4. Populasi dan Sempel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah 410 orang

penderita diabetes melitus yang melakukan rawat jalan di

poliklinik dalam RSUD Kota Bandung pada bulan Oktober 2011.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti

(Arikunto, 2006). Sempel yang di gunakan dalam penelitian ini

yaitu dengan teknik porposive sampling yang di dasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

Berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.

Menurut Notoatmodjo (2010) cara menghitung besarnya

sampel untuk mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada

tingkatan statistik yang bermakna dengan menggunakan rumus :

d=Z x√ P x qn

x √ N−nN−1

Page 36: BAB PDF

36

Keterangan :

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang

diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,01

Z = Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,95 atau

2,0 yang sesuai dengan kemaknaan 95%

p = Proporsi sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi.

Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut,

maka p= 0,05

q = 1,0 – p

N = Besar Populasi

n = Besar sampel

Dalam hal ini jumlah sampel Pasien Diabetes mellitus Tipe II

di RSUD Kota Bandung pada bulan Desember 2011-Januari 2012

sebanyak 73 orang.

5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala1. Kepatuhan

dalam menjaga pola diet

Kepatuhan pasien Diabetes mellitus Tipe II dalam melakukan pola diet

Kuesioner Bila :(1) Patuh diet :

makan sesuai dengan anjuran diet DM

(2) Tidak patuh diet :

Nominal

Page 37: BAB PDF

37

makan tidak sesuai dengan anjuran diet DM

2. Kepatuhan dalam melakukan olahraga

Berolahraga dengan teratur dapat membantu mengontrol dan mengendali-kan kadar gula darah

Kuesioner Bila :(1) Patuh

Olahraga :Jika olahraga3-5 kali/mingguDurasi :30-60 menit

(2) Tidak Patuh Olahraga : Jika olahraga < 3

kali/minggu Durasi : 10-15 menit

Ordinal

3. Kepatuhan dalam terapi obat

Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengkonsu-msi Obat untuk mengontrol kadar gula darah

Kuesioner Bila :

(1) Patuh Obat:Jika obat oral / suntik insulin di konsumsi secara teratur sesuai jadwal sebelum atau sesudah makan

(2) Tidak patuh obat :

Nominal

Page 38: BAB PDF

38

Jika obat oral / suntik insulin tidak di konsumsi sesuai dengan jadwal sebelum atau sesudah makan

4. Peningkatan Kadar Gula Darah

Pengukuran kadar gula darah yang dilakukan pada saat pasien kontrol ke Poliklinik RSUD Kota Bandung

Lembar hasil data lab.

Bila : Kadar Gula

Darah 2 Jam sesudah makan (Kadar Gula Darah postprandial) didapat :

(1) Normal :< 200 mg/dl

(2) Tinggi :200 - 400 mg/dl

(3) Sangat tinggi :> 400 mg/dl

Ordinal

6. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006), instrumen penelitian adalah alat

bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen

kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

Page 39: BAB PDF

39

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang biasa ia kerjakan.

Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan tentang kepatuhan pola

hidup pasien dalam melakukan diet, olahraga dan terapi obat, dan

hasil kadar gula darah yang didapat setelah pemeriksaan kemudian

responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan cara

memberi tanda silang (X) serta membubuhkan tanda check list ()

pada jawaban yang telah tersedia.

a. Uji validitas

Validitas adalah sebuah instrumen yang dikatakan valid jika mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari

variabel yang di ingin diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Dalam

menghitung validitas digunakan metode “ Point Biserial Correlation ”

dengan rumus sebagai berikut :

r pbis=M p−M t

S t √ Pq

Dimana :

Rpbis = Koefisien korelasi point biserial

Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan tes

Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St = Standar deviasi skor total

p = Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1- p

Page 40: BAB PDF

40

Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat

dikonsultasikan ke tabel r hasil korelasi product-moment. (Arikunto, 2006)

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significan,

maka perlu dilihat pada tabel harga kritik dari r product moment, dengan

ketentuan jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid dan jika r

hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak valid. Uji instrumen

dilakukan pada 20 pasien diabetes mellitus tipe II yang melakukan rawat

jalan di poliklinik dalam RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

Setelah dilakukan uji validilitas di RSUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi, instrumen variabel independen mendapatkan hasil “Point

Biserial Correlation” dengan nilai paling tinggi (0,647) pada pernyataan

29, dan nilai yang terendah dengan nilai (0,447) pada pernyataan 13.

Setelah dibandingkan dengan nilai harga kritik dalam tabel dengan jumlah

responden 20 yaitu, (0,444) maka semua instrumen independen bisa

dikatakan valid karena lebih dari nilai harga kritik dalam tabel.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Reliabilitas

instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen

(Sugiyono, 2010). Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil

pengukuran itu tepat konsisten atau tetap bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur

yang sama maka hasilnya akan tetap atau tidak berubah-ubah.

Page 41: BAB PDF

41

Uji reliabilitas dengan menggunakan rumus K-R 20 dengan

membandingkan nilai r dengan nilai r hasil. Dengan ketentuan bila r hasil

> r tabel (0,700) maka pertanyaan tersebut reabilitas.

Rumus :

r11=( KK−1 )(V t−∑ pq

V t)

Dimana :

r11 : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan

V t : Varians total

p : Proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir

(proporsi subjek yang mendapat skor 1)

P = Proporsi subjek yang skornya 1

N

Q = Proporsi subjek yang skornya 0

N

Setelah dilakukan uji reabilitas pada semua instrumen didapat nilai

“Reliability Statistics” dengan “K-R 20” (0,996) pada instrumen variabel

independen. Dengan nilai tersebut maka semua instrumen bisa dikatakan

reabilitas, hal ini dikarenakan hasil “Reliability Statistics” lebih dari

ketentuan yaitu (> 0,700).

Page 42: BAB PDF

42

7. Teknik Pengolahan dan analisis Data

a. Teknik pengolahan data

1) Editing

Pada tahap editing peneliti memeriksa daftar pertanyaan

kuesioner/angket yang telah di isi oleh responden.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan untuk mempermudah

pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry

data.

3) Entry Data

Merupakan aktifitas memasukan data ke dalam program

komputer.

4) Cek data

Setelah proses memasukan data (entry data) selesai dilakukan,

langkah berikutnya adalah melakukan cek terhadap data untuk

memperoleh akurasi (accuraty).

b. Analisis data

1) Univariat

Univariabel adalah analisis yang dilakukan untuk satu

variabel atau pervariabel. Ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran hasil penelitian mengenai :

a) Kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II

Page 43: BAB PDF

43

Teknik yang digunakan dalam analisa kepatuhan pola

hidup yaitu dengan menggunakan pilihan ganda dan skala

dikotomi.

Pada variabel ini di ukur dengan menggunakan pilihan

ganda, pada pertanyaan positif jika jawaban benar maka akan

di beri skor 1 dan jika jawaban salah akan diberi skor 0, jika

pertanyaan negatif di beri nilai sebaliknya sedangkan variabel

yang di ukur dengan menggunakan skala dikotomi, jawaban

Ya akan diberi skor 1 dan jawaban tidak akan diberi skor 0.

Jika pertanyaan negatif akan diberikan nilai sebaliknya.

Setelah setiap item diberi nilai, kemudian dilakukan tabulasi

dan dimasukan dalam rumus sebagai berikut :

Me=∑ x i

n

(Sugiyono, 2010)

Dimana :

M = Mean (rata-rata)

∑ ¿ Epsilon (jumlah)

Xi = Nilai x ke i sampai k n

n = Jumlah individu

Untuk kategori kepatuhan pola diet dilakukan dengan kriteria

sebagai berikut :

Page 44: BAB PDF

44

(1) Patuh diet : Sesuai dengan anjuran diet DM

(2) Tidak patuh diet : Tidak sesuai dengan anjuran diet DM

Untuk kategori kepatuhan Olahraga dilakukan dengan kriteria

sebagai berikut :

(1) Patuh olahraga : Olahraga dilakukan 3-5

kali/minggu

(2) Tidak patuh olahraga : Olahraga dilakukan < 3

kali/minggu.

Untuk kategori kepatuhan terapi obat dilakukan dengan

kriteria sebagai berikut :

(1) Patuh obat : Jika obat oral / suntik insulin di

konsumsi secara teratur sesuai dengan jadwal sebelum

atau sesudah makan

(2) Tidak patuh obat : Jika obat oral / suntik insulin tidak

dikonsumsi secara teratur sesuai dengan jadwal

sebelum atau sesudah makan .

b) Peningkatan kadar gula darah

Variabel peningkatan kadar gula darah dikategorikan ke

dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: Normal, Tinggi, dan Sangat

tinggi.

Untuk kategori dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

Kadar Gula darah 2 jam setelah makan

Page 45: BAB PDF

45

(1)Normal : Jika < 200 mg/dl

(2)Tinggi : Jika 200 - 400 mg/dl

(3)Sangat tinggi sekali : Jika > 400 mg/dl

Setelah diperoleh kriteria untuk respon kepatuhan pola hidup

dan kadar gula darah kemudian kategori di atas dihitung

dengan rumus presentase :

p= fn

x100 %

(Hidayat, 2009)

Dimana :

P = presentase

f = frekuensi kategori tertentu

n = jumlah responden

Interpretasi data tersebut dipersentasikan dalam kategori yang

dikemukakan Hidayat (2009) sebagai berikut :

0% = Tidak seorang pun dari responden

1-26% = Sebagian kecil dari responden

27-49% = Hampir setengahnya dari responden

50% = Setengahnya dari responden

51-75% = Sebagian besar dari responden

76-99% = Hampir seluruh responden

100% = Seluruh responden

2) Bivariat

Page 46: BAB PDF

46

Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan hasil penelitian mengenai kepatuhan pola hidup

pasien diabetes mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula

darah. Analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan chi

kuadrat ( x2)

X2=∑ ¿¿¿

Keterangan :

x2 = Chi kuadrat

fo = Frekuensi observasi

fh = Frekuensi harapan

Kemudian hasil chi kuadrat hitung dibandingkan dengan

chi kuadrat tabel dengan taraf kesalahan (0,5%). Jika chi kuadrat

hitung < dari tabel, maka H0 diterima dan jika chi kuadrat > dari

tabel, maka H0 ditolak (Sugiyono, 2010).

E. Etika Penelitian

Page 47: BAB PDF

47

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi

dari program studi ilmu keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung dan

permintaan izin ke RSUD Kota bandung. Setelah mendapatkan persetujuan,

peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika yang

meliputi :

1. Penentuan responden

Responden yang di teliti yaitu pasien diabetes mellitus tipe II yang

datang ke Poliklinik dalam RSUD Kota Bandung untuk melakukan

rawat jalan dan bersedia menjadi responden penelitian.

2. Informed consent

Sebelum dilakukan penelitian, pasien diberikan penjelasan mengenai

tujuan dan manfaat penelitian.

3. Persetujuan menjadi responden

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta proses

pengumpulan data yang dilakukan. Jika responden bersedia untuk

diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut. Jika responden menolak untuk di teliti, maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan responden yang di teliti di jamin oleh peneliti.

F. Jadwal penelitian

Page 48: BAB PDF

48

KEGIATANNovember Desember Januari Februari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Penyusunan

proposal

Seminar

proposal

Pelaksanaan

penelitian

Penyusunan

skripsi dan

sidang

BAB IV

Page 49: BAB PDF

49

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang di

sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tetapi sebelumnya, di bawah ini

akan di sajikan tabel karakteristik responden terlebih dahulu yaitu berupa jenis

kelamin dan usia pasien diabetes mellitus tipe II.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Jenis kelamin F %

Laki – laki

Perempuan

Total

47

26

73

64.4

35.6

100.0

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (64,4 %) pasien

diabetes mellitus tipe II berjenis kelamin laki-laki, dan hampir setengahnya dari

(35,6 %) pasien diabetes mellitus tipe II berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Usia Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Usia F %

40 – 65 th

66 – 75 th

≥ 75 th

Total

54

13

6

73

74.0

17.8

8.2

100.0

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (74,0 %) pasien

diabetes mellitus tipe II berusia 40-65 tahun, (17,8 %) pasien diabetes mellitus

Page 50: BAB PDF

50

tipe II berusia 66-75 tahun, dan sebagian kecil dari (8,2 %) pasien diabetes

mellitus tipe II berusia lebih dari 75 tahun.

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Gambaran kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung Tahun 2012

1) Gambaran kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe II tahun 2012

di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Tabel 4.3

Gambaran Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Tahun 2012 di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Kepatuhan diet F %

Patuh

Tidak patuh

Total

28

45

73

38.4

61.6

100.0

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (61,6%) pasien

diabetes mellitus tipe II tidak patuh dalam melakukan diet diabetes mellitus, dan

hampir setengahnya dari (38,4%) pasien diabetes mellitus tipe II patuh dalam

melakukan diet diabetes mellitus.

2) Gambaran kepatuhan olahraga pasien diabetes mellitus tipe II tahun

2012 di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Tabel 4.4

Page 51: BAB PDF

51

Gambaran Kepatuhan Olahraga Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Tahun 2012 di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Kepatuhan olahraga F %

Patuh

Tidak patuh

Total

23

50

73

31.5

68.5

100.0

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (68,5%) pasien

diabetes mellitus tipe II tidak patuh melakukan olahraga, dan hampir setengahnya

dari (31,5%) pasien diabetes mellitus tipe II patuh dalam melakukan olahraga.

3) Gambaran kepatuhan obat pasien diabetes mellitus tipe II tahun 2012

di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Tabel 4.5

Gambaran Kepatuhan Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Tahun 2012 di

Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Kepatuhan obat F %

Patuh

Tidak patuh

Total

39

34

73

53.4

46.6

100.0

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (53,4%) pasien

diabetes mellitus tipe II patuh dalam mengkonsumsi obat diabetes mellitus, dan

hampir setengahnya dari (46,6%) pasien diabetes mellitus tipe II tidak patuh

dalam mengkonsumsi obat diabetes mellitus.

Page 52: BAB PDF

52

b. Hasil kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik

Dalam RSUD Kota Bandung Tahun 2012

Tabel 4.6

Hasil kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung Tahun 2012

KGD

Post PrandialF %

Normal

Tinggi

Sangat tinggi

Total

3

54

16

73

4.1

74.0

21.9

100.0

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (74,0%) pasien

diabetes mellitus tipe II memiliki kadar gula darah post prandial yang tinggi,

(21.9%) pasien diabetes mellitus tipe II memiliki kadar gula darah post prandial

yang sangat tinggi. Sementara hanya (4.1%) pasien diabetes mellitus tipe II yang

memiliki kadar gula darah normal.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

Tabel 4.7

Page 53: BAB PDF

53

Hubungan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Peningkatan

Kadar Gula Darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Kepatuhan

Diet

Kadar Gula Darah Post Prandial  Tota

l % p valueNorma

l %

Tingg

i %

Sangat

tinggi %

Patuh 3

10

0 22

40.

7 3

18.

7 28

38.

4

Tidak patuh 0 0 32

59.

3 13

81.

3 45

61.

6 0.023

Total 3

10

0 54 100 16 100 73 100  

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa, dari 3 pasien diabetes mellitus tipe II

yang memiliki kadar gula darah normal, 3 orang (100%) patuh terhadap diet

diabetes mellitus dan tidak ada (0%) pasien diebetes mellitus tipe II yang tidak

patuh terhadap diet diabetes mellitus. Dari 54 pasien diabetes mellitus tipe II yang

memiliki kadar gula darah tinggi , 22 orang (40,7%) patuh terhadap diet diabetes

mellitus dan 32 orang (59,3%) tidak patuh terhadap diet diabetes mellitus.

Sementara dari 16 pasien diabetes mellitus tipe II yang memiliki kadar gula darah

sangat tinggi, 3 orang (18.7,%) patuh terhadap diet diabetes mellitus dan 13 orang

(81.3%) tidak patuh terdahap diet diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai p-value

sebesar 0,023. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,023) < α (0,05),

Page 54: BAB PDF

54

artinya, terdapat hubungan antara kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe II

dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

b. Hubungan kepatuhan olahraga pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota bandung

Tabel 4.8

Hubungan Kepatuhan Olahraga Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dengan

Peningkatan Kadar Gula Darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota bandung

Kepatuhan

Olahraga

Kadar Gula Darah Post Prandial  Tota

l % p valueNorma

l %

Tingg

i %

Sangat

tinggi %

Patuh 3

10

0 19

35.

1 1

6.

3 23

31.

5

Tidak patuh 0 0 35

64.

9 15

93.

7 50

68.

5 0.003

Total 3

10

0 54 100 16 100 73 100  

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa, dari 3 pasien diabetes mellitus tipe II

yang memiliki kadar gula darah normal, 3 orang (100%) patuh melakukan

olahraga dan tidak ada (0%) yang tidak patuh melakukan olahraga. Dari 54 pasien

diabetes mellitus tipe II yang memiliki kadar gula darah tinggi , 19 orang (35,1%)

patuh melakukan olahraga dan 35 orang (64,9%) tidak patuh melakukan olahraga.

Sementara dari 16 pasien diabetes mellitus tipe II yang memiliki kadar gula darah

sangat tinggi, 1 orang (6,3%) patuh melakukan olahraga dan 15 orang (93,7%)

tidak patuh melakukan olahraga.

Page 55: BAB PDF

55

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai p-value

sebesar 0,003. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,003) < α (0,05),

artinya, terdapat hubungan antara kepatuhan olahraga pasien diabetes mellitus tipe

II dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik RSUD Kota Bandung.

c. Hubungan kepatuhan obat pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

Tabel 4.9

Hubungan Kepatuhan Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Peningkatan

Kadar Gula Darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung

Kepatuhan

Obat

Kadar Gula Darah Post Prandial  Tota

l % p valueNorma

l %

Tingg

i %

Sangat

tinggi %

Patuh 3

10

0 33

61.

1 3

18.

8 39

53.

4

Tidak patuh 0 0 21

38.

9 13

81.

2 34

46.

6 0.003

Total 3

10

0 54 100 16 100 73 100  

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa, dari 3 pasien diabetes mellitus tipe II

yang memiliki kadar gula darah normal, 3 orang (100%) patuh mengkonsumsi

obat diabetes mellitus sesuai dengan anjuran dokter dan tidak ada (0%) yang tidak

patuh mengkonsumsi obat diabetes mellitus sesuai anjuran dokter. Dari 54 pasien

diabetes mellitus tipe II yang memiliki kadar gula darah tinggi, 33 orang (61,1%)

patuh mengkonsumsi obat diabetes mellitus sesuai dengan anjuran dokter dan 21

orang (38,9%) tidak patuh mengkonsumsi obat diabetes mellitus secara teratur

Page 56: BAB PDF

56

sesuai dengan anjuran dokter. Sementara dari 16 pasien diabetes mellitus tipe II

yang memiliki kadar gula darah sangat tinggi, 3 orang (18,8%) patuh

mengkonsumsi obat diabetes mellitus sesuai dengan anjuran dokter dan 13 orang

(81,2%) tidak patuh mengkonsumsi obat diabetes mellitus sesuai dengan anjuran

dokter.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai p-value

sebesar 0,003. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,003) < α (0,05),

artinya, terdapat hubungan antara kepatuhan obat pasien diabetes mellitus tipe II

dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik RSUD Kota Bandung.

B. Pembahasan

1. Kepatuhan Pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung.

a. Kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung

Hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Dalam RSUD Kota

Bandung. Dapat di lihat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

(61,6%) pasien diabetes mellitus tipe II tidak patuh dalam melakukan diet diabetes

mellitus, dan hampir setengahnya dari (38,4%) pasien diabetes mellitus tipe II

patuh dalam melakukan diet diabetes mellitus.

Darly & Blass dalam Hartono (2006) menegaskan bahwa Kepatuhan

adalah suatu manifestasi dari suatu sikap dan perilaku yang berkaitan erat dengan

motivasi. Manusia mempunyai daya dalam dirinya sendiri untuk bergerak,

Page 57: BAB PDF

57

melakukan satu hal, dalam hal ini bergerak untuk patuh terhadap

berobat/pengontrolan yang memerlukan jangka waktu yang panjang.

Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan makan merupakan

salah satu aspek yang paling menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan

diabetes. Bagi pasien obesitas, tindakan membatasi kalori yang moderat mungkin

lebih realitas. Bagi pasien yang berat badannya sudah turun, upaya

mempertahankan berat badannya sering lebih sulit dikerjakan. Untuk membantu

pasien ini dalam mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru kedalam gaya

hidupnya maka keikutsertaannya dalam terapi perilaku yang berkelanjutan sangat

dianjurkan (Smeltzer, 2002).

Sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa diet menjadi suatu

kegiatan yang membosankan dan merepotkan karena kesulitan mereka dalam

mengukur porsi secara tepat sehingga hal ini sering kali di abaikan.

b. Kepatuhan olahraga pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik

Dalam RSUD Kota Bandung

Kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe II terhadap olahraga dapat

dilihat pada tabel 4.4 bahwa sebagian besar dari (68,5%) pasien diabetes mellitus

tipe II tidak patuh melakukan olahraga, dan hampir setengahnya dari (31,5%)

pasien diabetes mellitus tipe II patuh dalam melakukan olahraga.

Olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena dapat

membantu menurunkan kadar gula darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler (Smeltzer, 2002). Berolahraga dengan teratur dapat membantu

Page 58: BAB PDF

58

mengendalikan kadar gula darah. Olahraga yang sesuai untuk penderita diabetes

mellitus, prinsipnya tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal dilakukan

secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan (Nathan,2010).

Ketidakpatuhan olahraga itu disebabkan oleh faktor kondisi pasien

setelah mengalami diabetes mellitus, yang seringkali mudah lelah dan lemas

apabila kadar gula darah mereka meningkat. Dan tidak adanya keinginan dari

mereka sendiri untuk mau menyempatkan waktu dalam melakukan olahraga.

c. Kepatuhan obat pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (53,4%) pasien

diabetes mellitus tipe II patuh dalam mengkonsumsi obat diabtes mellitus sesuai

dengan anjuran dokter, dan hampir setengahnya dari (46,6%) pasien diabetes

mellitus tipe II tidak patuh dalam mengkonsumsi obat diabetes mellitus sesuai

dengan anjuran dokter.

Pada dasarnya obat dapat membantu tubuh untuk menekan nafsu

makan ataupun membantu tubuh dalam mengoptimalkan kerja insulin atau

menghasilkan insulin (Charles,2011). Semakin lama pengobatan semakin rendah

motivasi klien untuk mematuhi petunjuk yang di terapkan, pemakaian obat dalam

rentang waktu yang lama akan memperbesar frekuensi ataupun kemungkinan

terjadinya ketidakpatuhan klien. Pemakaian kombinasi beberapa obat, pengobatan

yang menggunakan banyak obat dan harus diminum tiap hari dapat menurunkan

derajat kepatuhan pasien (Hartono,2006).

Page 59: BAB PDF

59

Alasan dari ketidakpatuhan mereka dalam mengkonsumsi obat

diabetes mellitus secara teratur adalah ketidakcocokan jenis obat yang di berikan,

membuat mereka berani mencoba untuk menggunakan obat-obat herbal yang

didapatkan dari informasi rekan-rekan atau kerabat terdekatnya.

2. Kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung Tahun 2012

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari (74,0%) pasien

diabetes mellitus tipe II memiliki kadar gula darah post prandial yang tinggi,

(21.9%) pasien diabetes mellitus tipe II memiliki kadar gula darah post prandial

yang sangat tinggi. Sementara hanya (4.1%) pasien diabetes mellitus tipe II yang

memiliki kadar gula darah normal.

Menurut World Health Organization (WHO) , Diabetes Mellitus, Report of

a WHO study group. Tech Report Series No. 727, 1985). Menegaskan bahwa

Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 g karbohidrat (2 jam postprandial [pp] > 200 mg/dl (11,1

mmol/L). Penyebab terjadinya Peningkatan kadar gula darah sangat berkaitan

dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang berolahraga, kurang

mengkonsumsi serat. Riskesdas 2007 melaporkan bahwa terdapat 93,6 persen

tidak mengonsumsi buah dan sayuran, serta 38,2 persen masyarakat kurang

melakukan olahraga.

Hal ini mengindikasikan bahwa pasien diabetes mellitus tipe II yang

menjalani rawat jalan di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung memiliki kadar

gula darah tinggi.

Page 60: BAB PDF

60

3. Hubungan antara kepatuhan pola hidup pasien diabetes mellitus tipe II

dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota

Bandung.

a. Hubungan Kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota

Bandung.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh nilai p-value sebesar

0,023. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,023) < α (0,05), artinya,

terdapat hubungan antara kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi diabetes mellitus,

diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam hal

karbohidrat, protein dan lemak. Sesuai dengan kecukupan gizi baik

(Nathan,2010). Kepatuhan jangka panjang terhadap diet merupakan salah satu

aspek yang paling menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi

pasien obesitas, tindakan membatasi kalori yang moderat mungkin lebih realitas.

Bagi pasien yang berat badannya sudah turun, upaya mempertahankan berat

badannya sering lebih sulit dikerjakan. Untuk membantu pasien ini dalam

mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru kedalam gaya hidupnya maka

keikutsertaannya dalam terapi perilaku yang berkelanjutan sangat dianjurkan

(Smeltzer, 2002).

Page 61: BAB PDF

61

Diet pada pasien diabetes mellitus tipe II, lebih baik jika

mengkonsumsi makanan dan cemilan secara teratur dari pada melewatkan waktu

makan kemudian makan 1 atau 2 kali saja dalam porsi besar. Karena pankreas

harus memproduksi insulin setiap kali anda makan sesuai dengan jumlah yang

dikonsumsi. Jika mengkonsumsi makanan dalam porsi besar yang mengandung

banyak karbohidrat, maka pankreas akan terus bekerja keras dalam memproduksi

lebih banyak insulin, sehingga kadar gula darahpun akan meningkat. Sebaliknya,

jika anda membagi kalori dengan makan tiga kali sehari dan diselingi satu atau

dua cemilan dalam sehari, maka pankreas akan lebih mudah memproduksi cukup

insulin untuk mengimbangi jumlah makanan dan karbohidrat yang lebih sedikit

ketika makan (Nathan, 2010).

Pasien diabetes mellitus yang melakukan rawat jalan di Poliklinik

Dalam RSUD Kota Bandung mengatakan bahwa diet dianggap sebagai kegiatan

yang membosankan dan merepotkan karena kesulitan mereka dalam mengukur

porsi secara tepat sehingga hal ini sering kali di abaikan.

b. Hubungan Kepatuhan olahraga pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik dalam RSUD Kota

Bandung.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh nilai p-value sebesar

0,003. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,003) < α (0,05), artinya,

terdapat hubungan antara kepatuhan olahraga pasien diabetes mellitus tipe II

dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

Page 62: BAB PDF

62

Olahraga yang sesuai untuk penderita diabetes mellitus, prinsipnya

tidak perlu olahraga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan (Nathan,2010). Olahraga sangat penting

dalam penatalaksanaan diabetes karena dapat membantu menurunkan kadar gula

darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler sehingga olahraga yang

dilakukan setiap hari secara teratur lebih dianjurkan dari pada latihan sporadik

(Smeltzer, 2002). Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan

aktifitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa

bagi penyandang diabetes mellitus (Nabyl, 2009).

Tetapi pada kenyataannya pasien diabetes melitus yang melakukan

rawat jalan di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung ini lebih mengabaikan hal

tersebut, meski mereka mengetahui bahwa olahraga sangat baik untuk kesehatan.

Tetapi faktor kondisi mereka seringkali di jadikan suatu alasan untuk tidak

berolahraga.

c. Hubungan Kepatuhan obat pasien diabetes mellitus tipe II dengan

peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota

Bandung.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai p-value

sebesar 0,003. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p-value (0,003) < α (0,05),

artinya, terdapat hubungan antara kepatuhan obat pasien diabetes mellitus tipe II

dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam RSUD Kota Bandung.

Page 63: BAB PDF

63

Selain pola makan dan olahraga, terapi obat juga dapat pembantu

penderita diabetes mellitus untuk mengontol gula darah. Pada dasarnya obat dapat

membantu tubuh untuk menekan nafsu makan ataupun membantu tubuh dalam

mengoptimalkan kerja insulin atau menghasilkan insulin (Charles,2011).

Alasan dari ketidakpatuhan mereka dalam mengkonsumsi obat secara

teratur adalah ketidakcocokan jenis obat yang di berikan, membuat mereka berani

mencoba untuk menggunakan obat-obat herbal yang didapatkan dari informasi

rekan-rekan atau kerabat terdekatnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Berkaitan dengan proses penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat

beberapa keterbatasan antara lain : desain penelitian ini adalah Deskriptif korelasi

sehingga penelitian ini terbatas untuk mencari hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen dilakukan bersama-sama, sampel penelitian

selanjutnya bisa dilakukan dalam jumlah yang lebih baik lagi, dan keterbatasan

pada penelitian ini juga terletak pada saat prosedur pengumpulan data. Dimana

peneliti tidak melakukan observasi pada responden, untuk lebih menggali lagi

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar gula darah.

Page 64: BAB PDF

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung dan didukung oleh teori-teori yang telah penulis pelajari

serta pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar pasien diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung memiliki kadar gula darah tinggi yang

diakibatkan oleh ketidakpatuhan mereka dalam melakukan

penatalaksanaan diet dan olahraga secara rutin, meskipun obat yang

mereka konsumsi sudah dapat di lakukan dengan baik sesuai jadwal

yang di anjurkan dokter.

2. Terdapat hubungan antara kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus

tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik Dalam

RSUD Kota Bandung dengan hasil uji statistik p-value (0,023) < α

(0,05).

3. Terdapat hubungan antara kepatuhan olahraga pada pasien diabetes

mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik

Dalam RSUD Kota Bandung dengan hasil uji statistik p-value (0,003)

< α (0,05).

Page 65: BAB PDF

65

4. Terdapat hubungan antara kepatuhan terapi obat pada pasien diabetes

mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di Poliklinik

Dalam RSUD Kota Bandung dengan hasil uji statistik p-value (0,003)

< α (0,05).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan pola

hidup pasien diabetes mellitus tipe II dengan peningkatan kadar gula darah di

Poliklinik RSUD Kota bandung, maka peneliti mengajukan saran kepada :

1. Bagi Rumah Sakit

Bagi Rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang

jauh lebih baik lagi dalam hal pemberian informasi kesehatan

khususnya pada bagian instansi Poliklinik Gizi. Sehingga dapat

menarik minat masyarakat terutama bagi pasien diabetes mellitus.

2. Bagi Perawat

Untuk meningkatkan kinerja, diharapkan perawat tidak hanya

memberikan pelayanan dalam hal medis saja tetapi perawat juga

dapat memberikan informasi kepada pasien rawat jalan terutama pada

pasien diabetes mellitus untuk memberikan pengarahan dalam

pemantauan diet dan hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya

peningkatan kadar gula darah dalam bentuk penyuluhan.

Page 66: BAB PDF

66

3. Bagi Pasien Diabetes Mellitus

Diharapkan pasien bisa lebih termotivasi untuk melakukan konsultasi

pada ahli gizi dan dapat menerapkannya pada penatalaksanaan diet

dengan baik. Serta di dukung oleh olahraga secara rutin sehingga

dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan menghindari

terjadinya komplikasi seperti kerusakan ginjal, kerusakan saraf,

kebutaan dan ulkus diabetikum.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini lebih terfokus pada kepatuhan pola hidup pasien rawat

jalan yang menjadi suatu subjek penelitian. Sehingga di perlukan

penelitian selanjutnya pada faktor lain yang menyebabkan angka

kejadian pasien diabetes mellitus semakin meningkat.

Page 67: BAB PDF

67

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz Hidayat.2009.Metode Penelitian Keperawatan teknik analisis data.

Jakarta : Salemba Medika

Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Fox,Charles,Kilvert Anne.2011. Bersahabat Dengan Diabetes Tipe 2. Jakarta : Penebar Plus+

Hartono.2006.Teori Kepatuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kirana,Lisa.2011.Awas Diabetes Asam Urat dan Kolesterol. Jakarta : Syura

Media Utama.

Nabyl RA.2009.Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus.

Yogyakarta: Aulia Publishing

Nathan, M David, Delahanty. Linda.2010. Menaklukkan Diabetes.Jakarta: Bhuana

Ilmu Populer

Notoatmodjo,Soekidjo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka

Cipta.

.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :

Rineka Cipta.

Paul R. Niven.2008. Balanced Scorecard Step-by-Step: Maximizing Performance

and Maintaining Results.Senalosa : Wiley

Price,Sylvia Anderson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Jakarta : EGC

Sulistyastuti,Dyah.2011.Metode Penelitian Kuantitatif.Yogyakarta :Gava Media

Page 68: BAB PDF

68

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G.Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta : EGC

Setyandrian,Yunani.2010.Penderita Diabetes di indonesia meningkat. Available at

: http://assets.kompas.com/data/photo/2008/11/13/162955t.jpg (diakses tanggal 27

Oktober 2011).

Tjokroprawiro, Askandar.2007.Diabetes Melitus : Klasifikasi, diagnosis dan

terapi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yoga,Tjandra.2007.Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia

Mencapai 21,3 Juta Orang. Available at :

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-

prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html (diakses

tanggal 27 Oktober 2011).