bab iv · web viewpada tahun ketiga repelita vi, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil...

85
TENAGA KERJA DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

Upload: others

Post on 04-Mar-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TENAGA KERJA DAN PERLUASANKESEMPATAN KERJA

Page 2: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama
Page 3: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

BAB IV

TENAGA KERJA DAN PERLUASANKESEMPATAN KERJA

A. PENDAHULUAN

Dalam Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan kualitas manusia dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk memperluas lapangan kerja produktif, baik jumlah, maupun mutunya. Melalui pembangunan ketenagakerjaan diharapkan terjadi penyerapan tambahan angkatan kerja baru, penurunan jumlah pengangguran dan setengah pengangguran, pengurangan ketimpangan produktivitas antarsektor, transformasi pekerja antarsektor, peningkatan kesempatan kerja, khususnya di sektor industri dan jasa, dan perlindungan terhadap pekerja.

Pembangunan ketenagakerjaan ini juga diarahkan pada upaya peningkatan dan pemerataan pendapatan antardaerah, antarsektor, dan antarjender melalui perluasan kesempatan kerja, peningkatan produk-

IV/3

Page 4: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

tivitas masyarakat, serta pengurangan jumlah penduduk miskin, dengan memberikan perhatian khusus kepada pemberdayaan ekonomi rakyat, sehingga dapat tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang mandiri dan berakar di masyarakat.

Pembangunan ketenagakerjaan yang berorientasi pada penciptaan dan perluasan lapangan kerja produktif diupayakan dapat dilaksanakan secara mantap seirama dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pembentukan sumberdaya manusia, khususnya tenaga kerja yang berkualitas, diharapkan akan menghasilkan pekerja yang profesional, produktif, mandiri, beretos kerja tinggi, dan berjiwa wirausaha, sehingga dapat mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Selama tiga tahun Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah menciptakan dan memperluas lapangan kerja baik dalam jumlah maupun mutu. Hal ini tercermin dalam data ketenagakerjaan sepuluh tahun terakhir. Pada periode tersebut terlihat bahwa, walaupun masa- lah pengangguran belum dapat diselesaikan sepenuhnya, namun pertambahan angkatan kerja, telah dapat diikuti oleh perluasan lapangan kerja di berbagai sektor pembangunan. Selama periode 1985-1995, pertumbuhan ekonomi telah menciptakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang baru masuk pasar kerja. Jumlah angkatan kerja menunjukkan peningkatan sebesar 20,4 juta orang, yaitu dari 63,8 juta orang pada tahun 1985 menjadi 84,2 juta orang pada tahun 1995. Pada kurun waktu yang sama, jumlah pekerja, yaitu angkatan kerja yang bekerja, bertambah sebesar 15,8 juta orang, yaitu dari 62,5 juta orang meningkat menjadi 78,3 juta orang. Meskipun telah terjadi perluasan lapangan kerja, namun dari data itu terlihat pula bahwa jumlah pencari kerja atau penganggur, meningkat dari 1,3 juta orang pada tahun 1985 menjadi 5,9 juta orang pada tahun 1995

IV/4

Page 5: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

atau dari 2,1 persen meningkat menjadi 7,0 persen. Peningkatan jumlah penganggur ini sebagian besar disebabkan oleh kondisi transformasi lapangan kerja, dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian, yang membutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi yang baru.

Dalam rangka memperluas lapangan kerja produktif dan mengu- rangi pengangguran, telah diupayakan berbagai kegiatan melalui beberapa program di bidang ketenagakerjaan. Pada program pendaya- gunaan dan penyebaran tenaga kerja dilakukan usaha memperluas lapangan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran, khususnya bagi tenaga kerja terdidik, antara lain berupa pembinaan dan pendayagu- naan tenaga kerja terdidik menjadi tenaga kerja mandiri profesional (TKMP). Selama tiga tahun Repelita VI, telah dilaksanakan pendaya- gunaan dan pembinaan TKMP sebanyak 12,5 ribu orang.

Upaya memanfaatkan peluang kerja antar propinsi, antar pulau, dan antar negara, dilakukan melalui kegiatan penyaluran tenaga kerja. Pada tahun ketiga Repelita VI telah disalurkan melalui mekanisme antarkerja lokal (AKL) sebanyak 1.226,4 ribu orang, dan melalui mekanisme antarkerja antardaerah (AKAD) sebanyak 143,6 ribu orang. Selain itu, melalui mekanisme antar kerja antar negara (AKAN) yang kini disebut ekspor jasa tenaga kerja (EJTK) telah dikirim sebanyak 682,7 ribu orang tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.

Peningkatan kualitas tenaga kerja dilaksanakan melalui pelatihan keterampilan kerja di balai-balai latihan kerja (BLK) dan kursus-kursus latihan kerja (KLK), serta pelatihan keliling. Selama tiga tahun Repelita VI, telah dilatih tenaga kerja melalui berbagai keterampilan sebanyak 211,1 ribu orang. Untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dan keahlian di bidang manajerial bagi usaha kecil dan

IV/5

Page 6: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

menengah telah dilaksanakan pelatihan bidang manajemen bagi 37,6 ribu orang di balai pengembangan produktivitas daerah (BPPD).

Dalam rangka pengembangan hubungan industrial Pancasila (HIP) dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja diupayakan pro- gram pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja. Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja diupayakan terutama melalui penetapan upah minimum regional (UMR) yang ditinjau secara berka- la menuju kepada kebutuhan hidup minimum (KHM). Dalam Repelita VI UMR menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada akhir Repelita V, rata-rata UMR dari 27 propinsi mencapai Rp 2.393,- per hari dan pada tahun ke tiga Repelita VI, meningkat menjadi hampir 2 (dua) kali lipat, yaitu sebesar Rp 4.088,-. Pada tahun 1996, pelaksanaan UMR telah mencapai 92,5 persen dari KHM. Upaya meningkatkan kesejahteraan pekerja ditempuh pula melalui penerapan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Selama tiga tahun Repelita VI, jumlah peserta Jamsostek telah mencapai 68,7 ribu perusahaan dan mencakup 10.904,3 ribu tenaga kerja.

Pengembangan HIP dilaksanakan dengan pemantapan fungsi lembaga ketenagakerjaan. Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) adalah wadah pekerja Indonesia, dan sampai dengan tahun ke tiga Repelita VI telah terbentuk sebanyak 12.767 unit kerja. Lembaga kerja sama (LKS) bipartit sebagai wahana konsultasi antara pekerja dan pengusaha di perusahaan telah terbentuk sebanyak 6.026 buah. LKS tripartit yang berfungsi sebagai forum konsultasi antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah, telah berkembang di 27 propinsi dan 216 Dati II.

Secara singkat, pembangunan ketenagakerjaan yang berlangsung sejak PJP I hingga tahun ke tiga Repelita VI telah berhasil mencip- takan lapangan kerja dengan jumlah dan mutu yang cukup memadai.

IV/6

Page 7: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

Namun, disamping keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, tantangan pembangunan ketenagakerjaan disadari semakin besar seja- lan dengan proses menuju perdagangan bebas dan berlangsungnya liberalisasi ekonomi. Oleh karena itu, kebijaksanaan pembangunan ketenagakerjaan perlu didukung dengan pembinaan iklim bagi perluasan lapangan kerja, peningkatan efisiensi dan produktivitas. Pembangunan ketenagakerjaan tidak mungkin dilakukan hanya oleh sektor tenaga kerja saja, namun harus mendapatkan dukungan dari sektor lainnya, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk dunia usaha.

B. SASARAN, KEBIJAKSANAAN, DAN PROGRAM REPELITA VI

Sasaran perluasan lapangan kerja diarahkan untuk menyerap tambahan angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja. Dalam Repelita VI tambahan angkatan kerja baru diperkirakan sebesar 12,6 juta orang. Dengan laju pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor pembangunan, kesempatan kerja akan bertambah sebesar 11,9 juta orang, yaitu di sektor pertanian termasuk kehutanan, peternakan, dan perikanan sebesar 1,9 juta, di sektor industri pengolahan 3,0 juta, di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, hotel, dan restauran sebesar 2,2 juta, di sektor jasa kemasyarakatan sebesar 2,3 juta dan sektor lainnya sebesar 2,5 juta. Dengan demikian, tingkat penganggur terbuka yang pada tahun 1990 sebesar 3,2 persen akan dapat diturunkan menjadi sebesar 0,8 persen pada tahun 1998. Jumlah penganggur sebesar 0,8 persen tersebut atau sekitar 0,7 juta ini terdiri atas, antara lain, tenaga kerja keluaran sistem pendidikan dan pelatihan yang baru memasuki pasar kerja dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai serta angkatan kerja yang pindah pekerjaan.

IV/7

Page 8: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

Untuk mendukung tercapainya sasaran penciptaan lapangan kerja dengan jumlah dan mutu yang meningkat di berbagai bidang dan sektor pembangunan, ditempuh serangkaian kebijaksanaan pembangunan ketenagakerjaan, yang meliputi: (a) pembinaan iklim bagi perluasan lapangan kerja, peningkatan efisiensi dan produktivitas, antara lain dengan menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis, meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pelatihan produktivitas, penciptaan iklim produktivitas di masyarakat melalui peningkatan fungsi kelembagaan produktivitas; (b) pendayagunaan tenaga kerja produktif, melalui program khusus bagi kelompok angkatan kerja tertentu, seperti tenaga kerja muda terdidik, penganggur dan setengah penganggur; (c) peningkatan kualitas tenaga kerja antara lain melalui pelatihan keterampilan dengan mengupaya- kan adanya kemitraan pelatihan tenaga kerja antara penyelenggara dan pengguna tenaga kerja, pengembangan kelembagaan pelatihan;dan (d) pengembangan kesejahteraan tenaga kerja melalui penciptaan hubung- an industrial Pancasila yang serasi dan didukung oleh perbaikan syarat kerja dan perlindungan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita dan anak yang terpaksa bekerja.

Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan pembangunan ketenaga- kerjaan seperti dikemukakan di atas, ditempuh serangkaian program pembangunan ketenagakerjaan yang mencakup dua kelompok program, yaitu program pokok dan penunjang. Program pokok meliputi program pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas, program pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja, program pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, serta program pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja. Program penunjang terdiri dari program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan ketenagakerjaan, dan program penelitian dan pengembangan ketenagakerjaan.

IV/8

Page 9: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

C. PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBANGUNAN TAHUN KETIGA REPELITA VI

Pada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama periode 1985-1995, partum- buhan angkatan kerja telah diikuti oleh perluasan dan peningkatan lapangan kerja di berbagai sektor pembangunan, baik dalam jumlah maupun mutu. Selama periode tersebut, jumlah angkatan kerja meningkat, yaitu dari 63,8 juta orang pada tahun 1985 menjadi 84,2 juta orang pada tahun 1995. Pada kurun waktu yang sama, jumlah pekerja, yaitu angkatan kerja yang bekerja, meningkat, yaitu dari 62,5 juta orang menjadi 78,3 juta orang (Tabel IV-1).

Dilihat menurut lapangan usaha, pekerja di sektor industri pengo- lahan meningkat dari 9,3 persen pada tahun 1985 menjadi 12,6 persen pada tahun 1995. Sebaliknya, pada kurun waktu yang sama, pekerja di sektor pertanian menurun dari 54,7 persen menjadi 43,4 persen. Perubahan ini sejalan dengan arah kebijaksanaan pembangunan kete- nagakerjaan, di mana pekerja di berbagai sektor nonpertanian meningkat, baik dalam jumlah maupun mutunya. Dengan demikian, sumberdaya manusia Indonesia, khususnya tenaga kerja, diharapkan dapat secara mantap mengantisipasi pengaruh perubahan dalam proses industrialisasi.

Demikian juga menurut pendidikan, persentase pekerja tamatan sekurang-kurangnya SD mempunyai kecenderungan yang positif. Pada tahun 1985 pekerja dengan tingkat pendidikan SD dan SD ke atas adalah sebesar 43,9 persen dan meningkat menjadi 63,7 persen pada tahun 1995. Menurut status pekerjaan, angkatan kerja yang bekerja secara formal, yaitu pekerja dengan status berusaha dengan buruh tetap dan sebagai buruh atau karyawan pada tahun 1985 adalah sebe-

IV/9

Page 10: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

sar 31,2 persen dan meningkat menjadi 37,6 persen pada tahun 1995. Jika ditinjau menurut jender, pada tahun 1985, jumlah pekerja wanita adalah sebesar 35,3 persen dan pada tahun 1995 sedikit meningkat menjadi 35,4 persen.

Penyerapan angkatan kerja yang bekerja antardaerah telah menunjukkan kecenderungan yang merata. Pada tahun 1985, persen- tase pekerja di luar Pulau Jawa adalah sebesar 37,6 persen dan meningkat menjadi 40,0 persen pada tahun 1995. Pada tahun 1985, persentase pekerja di Kawasan Timur Indonesia adalah 16,8 persen, dan meningkat menjadi 18,1 persen pada tahun 1995.

Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata-rata yang semakin baik, memberi dampak positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Demikian juga, upaya peningkatan pelatihan dan keterampilan tenaga kerja dengan disertai penerapan teknologi yang sesuai, berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Keadaan ini ditunjukkan antara lain oleh kemampuan pekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Selama kurun waktu 1985-1995, berdasarkan harga konstan 1993, kemam- puan tenaga kerja menghasilkan barang dan jasa per tenaga kerja meningkat menjadi hampir dua kali lipat, yaitu dari Rp. 2.900,8 ribu per tahun pada tahun 1985 menjadi Rp. 4.890,7 ribu pada tahun 1995. Dengan demikian membaiknya produktivitas tenaga kerja itu diharapkan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada pendapatan nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.

Pelaksanaan dan hasil pembangunan tahun ke tiga Repelita VI melalui program pokok dan penunjang di sektor ketenagakerjaan secara garis besar adalah sebagai berikut;

IV/10

Page 11: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

1. Program Pokok

a. Program Pembinaan dan Pengembangan Kesempatan Kerja dan Produktivitas

Program pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas bertujuan untuk mendorong, memasyarakatkan dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja terutama dilingkungan koperasi, usaha kecil dan usaha menengah. Melalui kegiatan-kegiatan dalam program ini, diupayakan untuk menciptakan iklim yang dapat mendorong perluasan lapangan kerja dan peningkatan efisiensi secara menyeluruh. Upaya ini meliputi pengembangan produktivitas dan pembinaan lembaga produktivitas.

1) Pengembangan Produktivitas

Dalam rangka menciptakan iklim dan membudayakan produk- tivitas di masyarakat, dilakukan usaha-usaha untuk mendorong peningkatan dan pengembangan produktivitas. Kegiatannya antara lain meliputi penyebaran informasi produktivitas melalui kampanye dan penyuluhan di perusahaan kecil dan menengah serta pemberian peng- hargaan bagi perusahaan yang berpotensi meningkatkan produktivitas. Selain itu, juga disusun pola pengembangan model peningkatan usaha produktif, terutama untuk pengembangan kewirausahaan. Pada tahun 1996/97, dilakukan uji coba model untuk mengembangkan desa produktif di 27 propinsi yang dilakukan melalui kegiatan pengukuran dan penelitian di 128 desa yang bercorak persawahan, perkebunan, industri kecil, kerajinan rakyat, perdagangan dan jasa. Selain itu, juga dilakukan kegiatan pengukuran produktivitas di 213 perusahaan menengah dan kecil.

IV/11

Page 12: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

Dalam rangka meningkatkan kualitas, efisiensi, dan produktivitas tenaga kerja, serta manajemen perusahaan yang melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan, diselenggarakan berbagai pelatihan kepemimpinan/manajemen, serta usaha mandiri sektor informal di BPPD. Pada tahun 1996/97, dilaksanakan pelatihan yang diikuti oleh 13.800 orang, diantaranya sebanyak 4.100 orang diarahkan bagi pembentukan kader produktivitas yang dapat membantu menyebar- luaskan dan meningkatkan produktivitas (Tabel IV-7). Selain itu, dilakukan juga penyuluhan produktivitas di 540 perusahaan.

Untuk memasyarakatkan dan mendorong produktivitas, pemerin- tah memberikan penghargaan kepada perusahaan yang menunjukkan prestasi dalam mendorong peningkatan produktivitas di lingkungan tempat usahanya, baik di tingkat nasional maupun tingkat propinsi. Pemberian penghargaan untuk tingkat nasional dan tingkat propinsi dilakukan dua tahun sekali secara berselang waktu. Untuk tingkat propinsi, yaitu pada tahun 1995/96, diberikan penghargaan produk- tivitas "Siddhakarya" kepada 159 perusahaan, sedangkan pada tahun 1996/97 di tingkat nasional dilakukan pemberian penghargaan produk- tivitas "Paramakarya" kepada 15 perusahaan yang berhasil menerap- kan konsep produktivitas dalam mengembangkan usahanya.

2) Pembinaan Lembaga Produktivitas

Pembinaan lembaga produktivitas dimaksudkan untuk mengem- bangkan dan meningkatkan pelayanan bagi usaha kecil dan menengah, serta diarahkan pada upaya pengembangan kewirausahaan yang dapat menciptakan lapangan kerja produktif. Untuk itu, dilaksanakan konsultansi manajemen dan pembentukan unit produktivitas di setiap sektor dan unit usaha. Pada tahun 1996/97, dilaksanakan kegiatan pembinaan konsultansi manajemen di 1.355 perusahaan menengah, dan pembentukan 543 unit produktivitas di perusahaan kecil dan

IV/12

Page 13: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama
Page 14: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

menengah. Kegiatan pembinaan konsultansi manajemen dan pemben- tukan unit produktivitas meningkat dibandingkan tahun 1995/96 dari masing-masing mencakup 1.180 perusahaan dan 540 unit produk- tivitas.

Dalam menyatubahasakan upaya peningkatan produktivitas di masyarakat, melalui koordinasi dengan berbagai sektor terkait, baik Pemerintah maupun swasta, sedang dilakukan proses pembentukan lembaga produktivitas nasional. Pembentukan lembaga produktivitas tersebut dimaksudkan untuk membangun jaringan pelayanan dan pembinaan yang berkaitan dengan perumusan konsep dan Kebijak- sanaan produktivitas serta pelaksanaannya bagi kepentingan nasional.

b. Program Pendayagunaan dan Penyebaran Tenaga Kerja

Program pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja yang merupakan salah satu usaha perluasan lapangan kerja produktif dan usaha pemanfaatan potensi tenaga kerja, ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran dan setengah pengang- guran, terutama di daerah perdesaan. Program ini dilaksanakan melalui penyusunan perencanaan tenaga kerja, pembinaan dan panda- yagunaan tenaga kerja mandiri profesional, pemerataan kesempatan kerja antardaerah, ekspor jasa tenaga kerja, penerapan dan penyebar- luasan teknologi padat karya, dan pengindonesiaan tenaga kerja warga negara asing pendatang.

1) Perencanaan tenaga kerja

Perencanaan tenaga kerja pada hakikatnya merupakan upaya mempertemukan penyediaan dan kebutuhan tenaga kerja, baik antar- sektor, antardaerah, maupun antarnegara. Perencanaan tenaga kerja nasional dan daerah yang dalam prosesnya melibatkan seluruh instansi

IV/13

Page 15: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

sektoral dan Bappeda pada tahun 1996/97 terus disempurnakan. Dalam rangka itu dan menjelang persiapan Repelita VII dilaksanakan studi penyusunan proyeksi kesempatan kerja Repelita VII daerah di 27 propinsi bekerjasama dengan universitas negeri setempat. Selain itu, untuk penyempurnaan informasi ketenagakerjaan dan penanggulangan pengangguran, khususnya di Propinsi Timor Timur, dilaksanakan kegiatan studi penyusunan profil pengangguran di Timor Timur. Dengan tersusunnya berbagai kegiatan perencanaan tenaga kerja tersebut, maka kegiatan pendayagunaan tenaga kerja menjadi semakin terarah.

Secara operasional, perencanaan tenaga kerja dilaksanakan dengan memanfaatkan informasi ketenagakerjaan. Informasi ketenaga- kerjaan mencakup informasi persediaan tenaga kerja keluaran sistem pendidikan dan pelatihan, kebutuhan kuantitatif dan kualitatif tenaga kerja, lowongan pekerjaan dan persyaratannya, informasi mengenai upah, perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, kebutuhan pela- tihan, serta informasi yang berkaitan dengan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.

Untuk menunjang sistem informasi ketenagakerjaan secara rinci dikembangkan sistem informasi dan bursa kerja terpadu yang dapat membantu perencanaan tenaga kerja dan melakukan kegiatan antarkerja secara aktif. Di samping itu, dilaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan tenaga analis dan teknisi informasi ketenagakerjaan, agar mampu mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis masalah ketenagakerjaan. Informasi tersebut memuat keadaan pasar kerja yang meliputi jumlah pencari kerja, permintaan dan penempatan tenaga kerja. Pada tahun 1996/97, jumlah tenaga kerja yang mendaftar ada sebanyak 3.760,7 ribu orang, dan permintaan sebanyak 569,8 ribu orang. Dari jumlah itu yang berhasil ditempatkan sebanyak 479,6 ribu orang, sedangkan yang tergolong

IV/14

Page 16: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

dihapuskan, yaitu pendaftar yang setelah 6 bulan belum ditempatkan dan tidak memperbaharui pendaftarannya, sebanyak 785,6 ribu orang. Dengan demikian terdapat sisa pendaftaran sebanyak 2.495,5 ribu orang (Tabel IV-2).

2) Tenaga Kerja Mandiri Profesional

Pembinaan dan pendayagunaan tenaga kerja mandiri profesional (TKMP) merupakan upaya penciptaan lapangan kerja dan pendaya- gunaan tenaga kerja terdidik agar menjadi tenaga kerja mandiri dan pengusaha pemula. TKMP bertujuan untuk menumbuhkembangkan kader-kader wirausaha bagi tenaga kerja lulusan perguruan tinggi (sarjana) maupun tenaga kerja terdidik lainnya yang mempunyai motivasi dan minat untuk menjadi wirausaha. Pelaksanaan pembinaan dan pendayagunaan TKMP antara lain diupayakan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), penempatan di balai usaha mandiri terpadu (BMT), di unit-unit ekonomi produktif, dan daerah perdesaan tertinggal.

Pada tahun 1996/97 telah dilaksanakan pembinaan 1.650 orang TKMP sebagai calon pengusaha pemula melalui kerjasama dengan 27 perguruan tinggi di seluruh wilayah Indonesia. Dibandingkan tahun 1995/96, baik jumlah yang dibina maupun cakupan kerjasama yang dilakukan dengan perguruan tinggi mengalami peningkatan. Melalui kerjasama dengan LSM didayagunakan sejumlah 1.343 orang pekerja keluarga yang belum optimal, untuk dibina sebagai pengusaha kecil pemula. Melalui kerjasama dengan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), untuk pertama kali, pada tahun 1996/97 telah ditempatkan sebanyak 1.880 orang TKMP sebagai pengelola BMT.

Sebagai tindak lanjut dari penempatan di unit-unit ekonomi produktif pada tahun 1996/97 ditempatkan TKMP baru sejumlah 577

IV/15

Page 17: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

orang. Selama bertugas di lapangan, mereka dapat bertindak sebagai motivator dan konsultan manajemen koperasi/KUD, pemandu wirausa- ha dan motivator di lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), tenaga penyuluh dan tenaga teknis di sektor-sektor pembangunan yang membutuhkan seperti penyuluh hukum, penyuluh dan motivator keluarga berencana, dan berbagai tugas di daerah transmigrasi. Selain itu juga, dalam rangka mendampingi tenaga kerja sukarela luar negeri ditempatkan sebanyak 34 orang TKMP pendamping.

Dalam rangka melanjutkan program pengentasan kemiskinan, khususnya masyarakat di perdesaan tertinggal, pada tahun 1996/97 dilaksanakan pembinaan lanjutan bagi TKMP yang telah ditempatkan pada tahun sebelumnya sebanyak 1.548 orang sebagai pendamping ke- lompok masyarakat. Tujuan dari pembinaan ini antara lain adalah membantu kelompok masyarakat di perdesaan tertinggal dalam mengelola dana bergulir yang disalurkan sebagai bantuan permodalan untuk meningkatkan usahanya.

Secara umum, pada tahun 1996/97 TKMP baru yang dibina menjadi pengusaha pemula, ditempatkan pada unit-unit ekonomi pro- duktif, BMT, dan di perdesaan tertinggal, seluruhnya berjumlah 5.484 orang. Keadaan ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 1995/96 yang berjumlah 2.976 orang (Tabel IV-3). Peningkatan jumlah TKMP ini disebabkan semakin dibutuhkannya tenaga terdidik yang lebih berkualitas, sarjana dan non sarjana yang berasal dari pe- kerja keluarga, sebagai tenaga mandiri yang mampu menciptakan la- pangan kerja bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

3) Pemerataan Kesempatan Kerja Antardaerah

Upaya pemerataan kesempatan kerja antardaerah yang dilaksana- kan melalui kegiatan penyaluran dan penempatan tenaga kerja dengan

IV/16

Page 18: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

mekanisme AKL dan AKAD terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Melalui mekanisme AKL ditempatkan tenaga kerja secara langsung ke berbagai perusahaan termasuk pengelolaan hutan tanaman industri (HTI) dan penanganan lahan kritis. Melalui mekanisme AKAD, ditempatkan tenaga kerja ke perusahaan, perkebunan inti rakyat, dan daerah transmigrasi. Tenaga kerja yang ditempatkan tersebut dipersiapkan sebagai tenaga terampil dalam berbagai kegiatan yang dibutuhkan di lapangan. Pada tahun 1996/97, melalui mekanisme AKL dan AKAD telah ditempatkan tenaga kerja masing-masing sebanyak 479,6 ribu orang dan 43,5 ribu orang (Tabel IV-4).

Dalam rangka penanggulangan pengangguran pemuda Timor Timur, pada tahun 1996/97 dilaksanakan penyaluran dan penempatan tenaga kerja sebanyak 600 orang melalui mekanisme AKAD ke 11 propinsi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

4) Ekspor Jasa Tenaga Kerja

Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai ekspor jasa tenaga kerja diupayakan untuk ditingkatkan terutama dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil dan mengurangi jumlah tenaga kerja tidak terampil. Mekanisme pengiriman telah disempurnakan antara lain melalui pembinaan dan bimbingan yang lebih ketat bagi perusa- haan yang melaksanakan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Pembinaan dan bimbingan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan perlindungan tenaga kerja dan menghindari terjadinya pengiriman secara ilegal yang dapat merugikan baik bagi mereka maupun nama baik bangsa dan negara.

Pada tahun 1996/97 telah dikirim tenaga kerja Indonesia ke berbagai negara sebanyak 381,4 ribu orang. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari tiga kali lipat apabila dibandingkan dengan tahun

IV/17

Page 19: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

1995/96 (Tabel IV-4). Pengiriman tenaga kerja ini lebih diarahkan ke sektor formal di berbagai bidang seperti perkebunan, angkutan, listrik dan elektronika, pelayanan kesehatan, perhotelan, industri pengo- lahan, perminyakan, dan pertambangan, sehingga seleksi dan pene- rimaannya menjadi lebih ketat. Sebagian besar tenaga kerja tersebut dikirim ke negara-negara Timur Tengah, dan sebagian lagi ke Malaysia, Brunei, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa.

5) Teknologi Padat Karya

Dalam rangka perluasan lapangan kerja dan pendayagunaan tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan memperkuat usaha kecil serta usaha kerajinan industri rumah tangga di perdesaan, dilaksanakan kegiatan penerapan dan penyebarluasan teknologi padat karya (TPK). Jenis teknologi yang disebarluaskan meliputi peningkatan produksi dan teknologi yang dapat dikembangkan untuk usaha mandiri. Pada tahun 1996/97, diterapkan dan disebarluaskan 9 jenis TPK baru pada lokasi terpilih, khususnya di perdesaan tertinggal. Pengembangan teknologi baru tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dan jenis barang dan jasa yang dihasilkan dan memperluas kesempatan kerja serta kesempatan berusaha. Dengan demikian, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI jumlah TPK yang dikembangkan telah menjadi 75 jenis. Pada tahun 1996/97, telah dilaksanakan beberapa paket, antara lain, 6.840 orang untuk sistem kelompok, 2.920 orang untuk sistem unit, dan 725 orang untuk sistem kader, yang menyebar di 27 propinsi.

Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi dan memperluas lapangan kerja di perdesaan, pada tahun 1996/97 dilaksanakan juga penerapan TPK mikrohidro di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dengan

IV/18

Page 20: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

demikian, selama tiga tahun Repelita VI TPK mikrohidro telah diterapkan di 19 lokasi yang tersebar di beberapa propinsi.

6) Pengindonesiaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang

Pembatasan melalui pengendalian ijin kerja bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia dilakukan guna memperluas lapangan kerja dan meningkatkan profesionalisme tenaga kerja Indonesia. Bentuk pengendalian ijin kerja tersebut dilakukan dengan menambah, memperluas, dan menyempurnakan daftar jabatan yang tertutup, masih terbuka, dan terbuka untuk sementara waktu, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada tahun 1996/97, terdapat sebanyak 5.153 jenis jabatan yang dibatasi, yang terdiri dari 1.841 jenis jabatan yang tertutup, 3.089 jenis jabatan diijinkan untuk waktu tertentu, dan 223 jenis jabatan yang terbuka untuk sementara waktu (Tabel IV-5 dan Tabel IV-6). Walaupun jumlah jenis jabatan yang dibatasi tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya, upaya pengambil-alihan berbagai jabatan dari tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia terus dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan di perusahaan yang banyak mempekerjakan tenaga kerja asing.

c. Program Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan Tenaga Kerja

Program pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta profesionalisme tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan di berbagai sektor dan daerah. Program ini dilaksanakan melalui pelatihan keterampilan dan pemagangan, pelatihan masyarakat, serta

IV/19

Page 21: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

pembinaan dan penataran tenaga kepelatihan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diupayakan pembaharuan sistim pelatihan di BLK/KLK, antara lain dengan mengembangkan dan mengklasifikasikan tipe-tipe BLK/KLK menjadi 4 tipe, yaitu BLK tipe industri untuk yang berlokasi dekat daerah industri; BLK khusus yang berdasarkan potensi ekonomi sektoral tertentu, seperti pariwisata dan agribisnis; tipe pelatihan keliling yang menitikberatkan pada pelatihan kerja keliling/mobile training unit (MTU) terutama bagi tenaga kerja di perusahaan keluarga, kecil dan menengah; dan tipe untuk mening- katkan kualitas instruktur dan pengembangan program pelatihan.

Dalam rangka mendukung upaya pembaharuan pelatihan itu, diadakan penambahan peralatan pelatihan, penyusunan standarisasi kualifikasi keterampilan, dan standarisasi pelatihan kerja serta pening- katan peran serta asosiasi profesi kerja dan asosiasi perusahaan. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas hasil pelatihan kerja dilibatkan pengguna tenaga kerja atau perusahaan mulai dari saat perencanaan, penyusunan program, sampai pada pelaksanaan pelatihan.

1) Pelatihan Keterampilan dan Pemagangan

Dengan makin berkembangnya persyaratan jabatan dan kebutuhan tenaga kerja terampil dan ahli, maka pelatihan peningkatan keterampilan selalu dibutuhkan oleh dunia kerja. Untuk memenuhi perkembangan kebutuhan pelatihan kerja yang semakin meningkat, terus ditingkatkan dan didorong pendayagunaan lembaga pelatihan kerja yang ada. BLK/KLK sebagai ujung tombak penyelenggara pelatihan kerja pemerintah terus ditingkatkan kualitasnya antara lain melalui penambahan peralatan pelatihan, perbaikan sarana bengkel dan relokasi beberapa peralatan yang disesuaikan dengan potensi dan pengembangan daerah. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peng- guna dan persyaratan mutu tenaga kerja dilakukan penyempurnaan

IV/20

Page 22: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

kurikulum dan silabus, penambahan waktu pelatihan dan peningkatan kerjasama/kemitraan pelatihan. Semua kegiatan penyempurnaan ini telah melibatkan unsur pengguna tenaga kerja, asosiasi profesi kerja, dan asosiasi perusahaan serta instansi terkait lainnya.

Dalam tahun 1996/97 pelatihan keterampilan yang dilaksanakan oleh BLK/KLK telah diikuti oleh 83,1 ribu orang atau meningkat 21,1 persen dari tahun 1995/96. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya jumlah peserta melalui unit pelatihan keliling sebesar 35,3 persen dari tahun 1995/96 dengan jumlah yang dilatih sebanyak 45,7 ribu orang. Pelatihan semacam ini merupakan kegiatan andalan bagi 111 KLK untuk meningkatkan keterampilan, pendapatan, dan produktivitas tenaga kerja, khususnya pekerja keluarga, pada usaha kecil dan menengah di daerah tertinggal. Kegiatan lainnya adalah pelatihan di bidang industri pada kejuruan elektronika, listrik, mesin, dan otomo- tif, dengan jumlah yang dilatih sebanyak 34,9 ribu orang. Pelatihan di bidang pertanian telah diikuti oleh 2.532 orang antara lain pada keju- ruan mekanisasi pertanian dan agroindustri (Tabel IV-7).

Pada tahun 1996/97 telah dimulai kegiatan pelatihan keterpaduan sektoral yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan produktivitas, baik pekerja maupun pengusaha kecil termasuk industri rumah tangga. Pelatihan ini juga mendorong tumbuhnya wirausaha baru sebagai pengusaha atau pengrajin di perdesaan dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Pendekatan dalam pelatihan ini didasarkan atas 37 komoditas unggulan di 27 propinsi yang tidak hanya dapat dikembangkan tetapi secara potensial dapat dipasarkan, baik dipasar dalam maupun luar negeri. Untuk itu, sistem pelatihan ini dilaksanakan secara tuntas, artinya mulai tahap perenca- naan, pelaksanaan, pembinaan pasca pelatihan, sampai pada pemasaran dengan melibatkan berbagai instansi sektoral terkait (seperti Depnaker, Deptan, Depperindag, Depkop dan PPK, dan

IV/21

Page 23: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

BULOG). Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan pelatihan keterpaduan sektoral tersebut adalah sebanyak 1.320 orang yang tersebar di berbagai kejuruan pelatihan.

Untuk menghasilkan tenaga kerja terampil, kompeten, dan pro- duktif dilaksanakan pelatihan pemagangan. Pelatihan ini dilaksanakan bersama dengan perusahaan sebagai perwujudan peran serta dunia usaha di dalam pelaksanaan dan pengembangan sistem pelatihan kerja. Pelatihan pemagangan diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesenjangan antara mutu keterampilan lulusan pelatihan dengan kebutuhan dunia kerja. Kejuruan pemagangan antara lain meliputi bidang otomotif, mesin logam, listrik, las, mekanisasi dan pengolahan hasil pertanian, bangunan, dan perhotelan. Kepada perusahaan yang menyelenggarakan pemagangan diberikan jasa pelayanan meliputi metodologi pelatihan, kurikulum, standar kualifikasi keterampilan, dan kerjasama atau kemitraan pelatihan. Pada tahun 1996/97 pelatihan pemagangan telah dikembangkan pada 31 lokasi BLK, yang diikuti oleh 3.664 orang tenaga kerja dengan melibatkan 934 perusahaan. Keadaan ini meningkat dibandingkan dengan tahun 1995/96 yang berjumlah 1.377 orang.

2) Pelatihan Masyarakat

Dalam rangka memperluas, mengembangkan dan meningkatkan kualitas tenaga kerja didorong pelaksanaan perkembangan pelatihan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Pelatihan ini dilaksanakan melalui lembaga pelatihan swasta yang diarahkan pada jenis-jenis kejuruan sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kesempatan kerja yang tersedia. Untuk itu, peranan lembaga pelatihan swasta terus ditingkatkan antara lain melalui upaya pembinaan, pelatihan dan penyuluhan mengenai kurikulum dan silabus, serta peningkatan kualitas instruktur. Lembaga pelatihan tersebut akan dinilai secara

IV/22

Page 24: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

menyeluruh melalui proses akreditasi, untuk menentukan jenjang status kelembagaan sebagai cerminan kemampuan yang dimiliki lembaga dalam menyelenggarakan pelatihan kerja. Di samping itu, himpunan lembaga pelatihan swasta didorong untuk menciptakan dan memanfaatkan kemitraan antara penyelenggara dan pengguna tenaga kerja.

Standar pelatihan kerja dan standar kualifikasi keterampilan disusun untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan kerja. Penyusunan standar tersebut melibatkan berbagai unsur, baik dari pemerintah, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan, maupun dari indus- tri. Pada tahun 1996/97, telah selesai disusun 36 standar kualifikasi keterampilan, 36 standar pelatihan kerja, dan 36 standar materi uji keterampilan.

3) Pembinaan dan Penataran Tenaga Kepelatihan

Pembinaan dan penataran tenaga kepelatihan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, baik jumlah maupun kualitasnya dalam upaya meningkatkan mutu pelatihan dan profesionalismenya. Pembinaan dan penataran dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan, penugasan dan pemberian pengalaman praktek di industri, studi banding, penataran, seminar, dan sebagainya, yang dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri secara berjenjang sejalan dengan kualifikasi dan program pelatihan yang dikembangkan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga instruktur BLK/ KLK, kepada instruktur diberi kesempatan untuk menempuh program gelar (sarjana) dan nongelar (diploma) serta uji keterampilan (serti- fikat keahlian dan keterampilan). Pelaksanaan kegiatan tersebut bekerjasama dengan perguruan tinggi negeri setempat. Pada tahun 1996/97, dilatih dan ditatar sebanyak 2.347 orang instruktur pelatihan

IV/23

Page 25: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

kerja dan tenaga kepelatihan dari 27 propinsi. Disamping itu, pola pembinaan dan penataran tenaga kepelatihan juga terus dimantapkan guna menjaga kepastian kemanfaatan program dan pengembangan karir serta pembakuan penugasan dan penempatan instruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

d. Program Pembinaan Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja

Program pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk mewujudkan ketenangan kerja dan berusaha sehingga tercipta hubungan yang serasi antara pekerja dan pengusaha yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan. Program ini dilaksanakan melalui pembinaan dan pengembangan sistem HIP, perbaikan syarat-syarat kerja dan perlindungan tenaga kerja. Pengembangan HIP ditujukan untuk mempertemukan aspirasi pekerja dengan kemampuan perusahaan secara kekeluargaan serta sekaligus menumbuhkembangkan lembaga ketenagakerjaan. Perbaikan syarat-syarat kerja antara lain dilaksanakan melalui perbaikan pengupahan yang didasarkan pada kebutuhan hidup, pengembangan diri pekerja dan keluarganya, perbaikan mutu, dan pengembangan kesepakatan kerja bersama (KKB). Perlindungan tenaga kerja dilaksanakan melalui pengawasan dan penerapan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan norma kerja, penerapan dan pembudayaan keselamatan dan kesehatan kerja, serta pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja.

IV/24

Page 26: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

1) Sistem Hubungan Industrial Pancasila

a) Serikat Pekerja, Lembaga Bipartit, dan Tripartit

Peningkatan fungsi dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan seperti serikat pekerja, lembaga bipartit dan tripartit merupakan salah satu upaya dalam rangka pembinaan dan pengembangan HIP di perusahaan. Upaya ini dilakukan melalui pendidikan dan penyuluhan HIP yang merupakan bagian dari kegiatan memasyarakatkan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P4) dan diarahkan agar pelaku hubungan kerja lebih mampu memecahkan masalah nyata dengan berlandaskan HIP. Pada tahun 1996/97, dilaksanakan pendidikan dan penyuluhan HIP bagi 1.596 orang yang terdiri dari 1.160 orang pekerja, 220 orang pengusaha, 212 orang dari instansi pemerintah, dan lain-lain 4 orang.

Perkembangan serikat pekerja dalam hal ini Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan (SPTP), sampai dengan tahun 1996/97 menunjukkan peningkatan terus menerus. Secara kumulatif, dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1996/97 telah terbentuk sebanyak 12.767 unit kerja SPSI di perusahaan, 272 dewan pimpinan cabang (DPC) SPSI, dan 27 dewan pimpinan daerah (DPD) SPSI (Tabel IV-8). SPTP dibentuk pada perusahaan yang belum memiliki unit kerja SPSI dan dari tahun 1994/95 sampai dengan tahun 1996/97 telah terbentuk 1.200 unit SPTP. Selain itu, pada tahun 1996/97 dilaksanakan pembinaan dan peningkatan fungsi bagi serikat pekerja sektoral sebanyak 13 sektor, yaitu sektor pekerjaan umum dan bangunan; perkayuan dan kehutanan; niaga dan bank (NIBA); percetakan dan penerbitan; pari- wisata; makanan dan minuman; kimia, energi dan pertambangan; logam, elektronik dan mesin; tekstil, sandang dan kulit; transport;

IV/25

Page 27: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

pelaut Indonesia; pertanian dan perkebunan; serta farmasi dan kesehatan.

Lembaga kerjasama (LKS) bipartit merupakan wadah bagi pengusaha dan pekerja untuk memecahkan masalah hubungan industrial secara bersama. Pada tahun 1996/97, terbentuk 755 buah LKS bipartit, sehingga secara kumulatif mulai tahun 1983 telah terbentuk sebanyak 6.026 buah LKS Bipartit di tingkat perusahaan. LKS tripartit merupakan wadah konsultasi dan komunikasi antara pemerintah, organisasi pekerja, dan organisasi pengusaha yang didirikan sejak tahun 1979. Sampai dengan tahun 1996/97, telah terbentuk LKS tripartit di daerah tingkat II sebanyak 216 buah, dan LKS tripartit sektoral sebanyak 96 unit yang tersebar di seluruh propinsi.

b) Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan di tingkat pusat dan daerah (P4P/P4D) merupakan lembaga ketenagakerjaan yang bertugas membantu menyelesaikan perselisihan dan pemutusan hubungan ketenagakerjaan. Upaya yang dilakukan oleh lembaga P4P dan P4D untuk dapat menyelesaikan perselisihan dengan tegas, cepat dan adil adalah melalui sidang penyelesaian oleh anggota P4P/P4D. Dengan semakin mantapnya fungsi lembaga penyelesaian perselisihan yaitu P4P dan P4D, perselisihan perburuhan menurut Undang Undang No. 22/1957 dan pemutusan hubungan kerja menurut Undang Undang No. 12/1964 semakin berkurang. Upaya untuk mengurangi terjadinya perselisihan juga dilaksanakan melalui penyuluhan di perusahaan mengenai cara-cara penanggulangan masalah hubungan industrial secara musyawarah dan mufakat.

IV/26

Page 28: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

Pada tahun 1996/97, perselisihan perburuhan dan pemutusan hubungan kerja yang masuk melalui P4D tercatat sebanyak 5.342 perkara, dan berhasil diselesaikan sebanyak 4.717 perkara, termasuk yang belum putus pada tahun sebelumnya. Perselisihan perburuhan dan pemutusan hubungan kerja yang masuk melalui P4P, tercatat sebanyak 1.429 perkara, dan berhasil diselesaikan sebanyak 1.332 perkara. Jumlah perkara yang berhasil diselesaikan oleh P4D mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 1995/96, yang tercatat sebanyak 4.147 perkara. Kenaikan jumlah perkara yang diselesaikan P4D ini menunjukkan semakin mantapnya fungsi lembaga penyelesaian perselisihan.

2) Perbaikan Syarat-syarat Kerja dan Peningkatan Kesejahteraan

a) Pengupahan

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja diupaya- kan perbaikan syarat-syarat kerja melalui penyempurnaan pengupah- an, di mana UMR ditetapkan secara bertahap agar setara dengan KHM. Pelaksanaan penetapan kenaikan UMR dilakukan secara berkala setiap tanggal 1 April, dan sampai dengan tahun 1996 telah ditetapkan 28 UMR yang berlaku di 27 propinsi dan satu kawasan Otorita Batam. Pada tahun 1996, rata-rata UMR per hari adalah sebesar Rp 4.088,- atau meningkat 10,1 persen dibandingkan dengan tahun 1995. Upah terendah terdapat di Propinsi D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur sebesar Rp 3.200,- dan UMR tertinggi terdapat di Pulau Batam sebesar Rp 7.350,-. Dengan adanya kenaikan tersebut, sampai dengan tahun 1996 UMR telah mencapai 92,5 persen dari nilai KHM (Tabel IV-9).

IV/27

Page 29: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

Selain itu, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, diupayakan pula pembinaan dan penyuluhan pembentukan koperasi karyawan di perusahaan. Secara bertahap koperasi karyawan diarahkan tidak semata-mata bergerak dalam bidang konsumsi, tetapi sekaligus secara tidak langsung turut menentukan perkembangan perusahaan. Sampai dengan tahun 1996/97 telah terbentuk 6.620 buah koperasi karyawan di perusahaan.

b) Kesepakatan Kerja Bersama

Perbaikan syarat-syarat kerja juga dilakukan melalui peningkatan mutu dan pengembangan kesepakatan kerja bersama (KKB) di peru- sahaan. KKB merupakan kesepakatan antara pekerja dan pengusaha yang dilakukan secara musyawarah dan mufakat, serta berorientasi pada usaha-usaha untuk mengembangkan keserasian hubungan kerja, usaha dan kesejahteraan bersama, melalui penegasan hak dan kewajiban masing-masing secara konkrit dan jelas. Pada tahun 1996/97, terbentuk 408 buah KKB, baik di perusahaan besar maupun sedang. Secara kumulatif dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1996/97, telah terbentuk 10.954 KKB di 12.767 perusahaan yang sudah memiliki unit kerja SPSI (Tabel IV-10). Sejak tahun 1978, bagi perusahaan yang mempunyai pekerja paling sedikit 25 orang dan belum memiliki unit kerja SPSI, diwajibkan membuat peraturan perusahaan (PP). Pada tahun 1996/97 telah terbentuk sebanyak 291 PP, sehingga jumlah PP secara kumulatif sampai dengan tahun 1996/97 mencapai 23.573 PP.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 1996/97 lebih banyak dilakukan pada pembinaan dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas materi KKB yang telah terbentuk di perusahaan. Selain itu juga, dikembangkan KKB sektoral yang seiring dengan perkembangan serikat pekerja sektoral. KKB sektoral yang telah terbentuk dan dibina

IV/28

Page 30: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

adalah KKB pada sektor niaga bank (NIBA), sektor logam elektronik dan mesin (LEM), dan sektor farmasi dan kesehatan (FARKES).

3) Perlindungan Tenaga Kerja

a) Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja

Perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, antara lain diupaya- kan melalui penerapan dan penyebarluasan seluruh aspek ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan norma kerja, baik melalui penyuluhan secara massal maupun pembinaan langsung ke perusahaan. Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan norma kerja, pada tahun 1996/97 dilaksanakan kegiatan peningkatan kemampuan teknis pengawas ketenagakerjaan yang meliputi pelatihan bagi 120 orang pegawai pengawas, dan penyiapan 170 orang fasilitator, serta pembentukan kader penerapan norma kerja di 560 perusahaan. Pengawasan norma kerja telah dilaksanakan terhadap perusahaan yang lalai atau sengaja tidak melaksanakan ketentuan yang berlaku. Selain itu, dilakukan pula upaya penyebarluasan ketentuan-ketentuan mengenai norma ketenagakerjaan melalui kegiatan cepat tepat norma kerja dan penyuluhan kesadaran hukum (kadarkum) bagi 3.000 perusahaan dan 4.710 pekerja.

Dalam rangka memberikan perlindungan bagi tenaga kerja wanita, khususnya yang bekerja di sektor informal, yaitu di unit-unit produksi industri rumah tangga, dilaksanakan berbagai kegiatan pelatihan dan penyuluhan yang berkaitan dengan bidang hiperkes, ergonomi, keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melibatkan peran serta masyarakat, khususnya organisasi wanita. Pada tahun 1996/97, dilaksanakan kegiatan penyusunan dan penyempurnaan modul pelatihan dan pengembangan perlindungan tenaga kerja wanita di sektor informal. Selain itu, diadakan pelatihan calon instruktur di

IV/29

Page 31: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

sektor informal sebanyak 100 orang dan pelatihan bagi kader pelatih keterampilan dan perlindungan tenaga kerja wanita sektor informal sebanyak 380 orang, pelatihan bagi pelatih pengelola tempat penitipan anak (TPA) dan peningkatan penggunaan air susu ibu (PPASI) sebanyak 790 orang, serta pelatihan pelatih fasilitator sebanyak 1.750 orang yang terdiri dari unsur LSM, organisasi wanita, pusat studi wanita dan instansi pemerintah.

Bagi anak-anak yang terpaksa bekerja diupayakan peningkatan perlindungan dan pengawasan terhadap hal-hal yang membahayakan keselamatan dan masa depan anak. Upaya perlindungan dilakukan melalui penerapan norma kerja, yang mencakup peningkatan penegakkan hukum (law enforcement) terhadap ketentuan-ketentuan dasar bagi anak yang terpaksa bekerja, antara lain berupa pembatasan jam kerja tidak lebih dari 4 jam sehari, tidak mempekerjakan pada malam hari, pemberian waktu dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan, dan pelaksanaan pemberian upah sesuai dengan UMR. Pada tahun 1996/97 dilaksanakan pelatihan peningkatan pengelolaan bagi 130 orang pengawas ketenagakerjaan untuk menangani anak yang terpaksa bekerja.

Upaya mengurangi jumlah anak-anak yang terpaksa bekerja, ditempuh antara lain melalui program wajib belajar 9 tahun. Kegiatan ini telah menunjukkan kemajuan, antara lain, bahwa angkatan kerja yang bekerja berusia 10 - 14 tahun menurun dari sebanyak 2.045 ribu orang pada tahun 1990 menjadi 1.788 ribu orang pada tahun 1995.

b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Upaya perlindungan tenaga kerja antara lain dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pembudayaan K3 di perusahaan serta penerapan higiene

IV/30

Page 32: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Pengawasan atas pelaksa- naan norma K3 di perusahaan, meliputi pengawasan teknis terhadap bahaya penggunaan alat mekanik, proses produksi, bahaya penggu- naan listrik, dan lingkungan kerja. Penyebarluasan dan penerapan K3 di perusahaan, antara lain dilaksanakan melalui pengembangan fungsi dan pembentukan lembaga panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3). Pada tahun 1996/97, terbentuk P2K3 di perusahaan sejumlah 1.303 unit. Secara kumulatif dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1996/97, P2K3 telah mencapai sejumlah 13.192 unit.

Dalam rangka memasyarakatkan dan memberikan pengertian serta kesadaran yang menumbuhkan budaya K3 di kalangan pengusa- ha dan pekerja dilaksanakan kegiatan penyuluhan, kursus, dan pelatihan K3 yang antara lain mencakup pelatihan bagi 5.000 orang fasilitator, 1.512 orang juru las, 90 orang dokter pemeriksa kese- hatan, dan 181 orang ahli K3. Dengan tumbuhnya kesadaran terhadap pentingnya K3, maka jumlah perusahaan yang mendapatkan penghar- gaan dalam keberhasilannya mencapai tingkat kecelakaan kerja nihil dengan berbagai kategori jam kerja semakin meningkat, yaitu dari 184 perusahaan pada tahun 1995/96 menjadi 260 perusahaan pada tahun 1996/97.

c) Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dalam rangka memberikan perlindungan dan peningkatan kesejah- teraan tenaga kerja, juga diterapkan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) di perusahaan. Program Jamsostek telah diseleng- garakan sejak tahun 1978, dan peserta yang mengikutinya terus meningkat, baik dalam jumlah perusahaan maupun jumlah tenaga kerja. Pada tahun 1996, jumlah peserta Jamsostek bertambah sebanyak 12.046 perusahaan dan mencakup 2.090 ribu orang tenaga kerja. Secara kumulatif sampai dengan tahun 1996, jumlah pesertanya

IV/31

Page 33: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

telah mencapai 68,7 ribu perusahaan dan mencakup tenaga kerja sebanyak 10.904,3 ribu orang. Selain itu, telah diselesaikan 365.221 kasus kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan jaminan kematian, dengan pembayaran jaminan sebesar Rp 504,5 miliar (Tabel IV-11).

2. Program Penunjang

a. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Ketenagakerjaan

Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan ketenagakerjaan bertujuan meningkatkan produktivitas dan sekaligus kemampuan, keahlian dan keterampilan bagi aparatur pemerintah. Pada tahun 1996/97, dilaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi 1.423 orang pegawai Departemen Tenaga Kerja, yang meliputi bidang teknis substansial sebanyak 491 orang, bidang fungsional 236 orang, bidang struktural 156 orang, bidang teknis umum 340 orang, dan pengembangan sistem diklat sebanyak 200 orang.

Diklat bidang teknis substansial terdiri dari diklat dasar pembi- naan ketenagakerjaan, ahli pembinaan ketenagakerjaan, teknisi peren- canaan tenaga kerja, pemantapan hubungan pembinaan dan syarat-syarat kerja (hubinsyaker), pemantapan pengantar kerja, administrasi teknis hubinsyaker, pelatihan pelatih pemandu wirausaha, dan diklat jarak jauh. Diklat bidang fungsional terdiri dari diklat instruktur manajemen produktivitas, dasar pengawas ketenagakerjaan, penyidik pegawai negeri sipil, instruktur pelatihan kerja, dan pengawas kerja penanggulangan kebakaran. Diklat bidang struktural terdiri dari diklat administrasi umum (ADUM), sekolah pimpinan administrasi tingkat madya (SPAMA), dan sekolah pimpinan administrasi tingkat menengah (SPAMEN). Diklat bidang teknis umum terdiri dari diklat administrasi perlengkapan, bendaharawan, bimbingan teknis

IV/32

Page 34: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

kepegawaian, kearsipan, pengawas operasional Inspektorat Jenderal, manajemen audit dan penelitian khusus. Diklat bidang pengembangan sistem terdiri dari penyusunan kurikulum, penyusunan modul/bahan diklat, dan penyusunan pola diklat.

b. Program Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan

Program penelitian dan pengembangan ketenagakerjaan ditujukan bagi penelitian masalah-masalah ketenagakerjaan yang bersifat opera- sional dan strategi kebijaksanaan pengembangan ketenagakerjaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil-hasil penelitian akan dipergunakan sebagai bahan pendukung pelaksanaan program-program ketenagakerjaan dan perencanaan tenaga kerja nasional.

Pada tahun 1996/97, dilakukan berbagai penelitian meliputi antara lain: pelaksanaan hubungan industrial dalam era industrialisasi; peran serta masyarakat dalam memotivasi tenaga kerja sarjana untuk berwirausaha; daya serap tenaga kerja selama paruh waktu Repelita VI; penciptaan lapangan kerja produktif dalam Repelita VII; penyu- sunan indeks hasil penelitian ketenagakerjaan di Departemen Tenaga Kerja; proyeksi penyediaan dan kebutuhan tenaga kerja Repelita VII; kebutuhan latihan dalam era pasar bebas; kelembagaan koordinasi pelaksanaan pelatihan tenaga kerja di Indonesia; dan peranan tenaga kerja wanita dalam proses industrialisasi.

IV/33

Page 35: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 1PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA 7)

1991 - 1995

Sumber :1) Untuk tahun 1971 data diambil dari Sensus Penduduk 1971, Seri D, BPS2) Untuk tahun 1980 data diambil dari Sensus Penduduk 1980, Seri S No.2, BPS3) Untuk tahun 1985 data diambil dari SUPAS 1985, Seri S No.2, BPS4) Untuk tahun 1990 data diambil dari Sensus Penduduk 1990, Seri S. No.2, BPS5) Untuk tahun 1995 data diambil dari SUPAS 1995, Seri S No.2, BPS 6) Produktivitas Tenaga kerja pada tahun 1971 dan 1980 dihitung berdasarkan harga konstan 1983, sedangkan tahun 1985, 1990 dan 1995

Dihitung berdasarkan harga konstan 1993,7) Definisi pekerja berbeda setiap sensus. Pada SP 1971 adalah penduduk berumur 10 tahun keatas yang bekerja paling sedikit “2 hari”

Seminggu sebelum pencacahan, dan SP 1980, SUPAS 1985, SP 1990 dan SUPAS 1995 adalah mereka yang lamanya bekerja palingSedikit “satu jam” dalam seminggu yang lalu. Catatan: Sejak Repelita VI, definisi angkatan kerja adalah penduduk berusia 15 tahunKe atas

IV/34

Page 36: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 2JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN

TENAGA KERJA MELALUI DEPARTEMEN TENAGA KERJA1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Sisa pendaftaran = Pendaftaran – (Penempatan + Penghapusan)2) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

IV/35

Page 37: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 3PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA TERDIDIK

1993/94, 1994/95 – 1996/97

Repelita VIJenis Kegiatan 1993/94 1994/95 1995/96 2) 1996/97 3)

Tenaga Kerja Mandiri Profesional[TKMP] 1) 2.730 4.087 2.976 5.484

1) Selama Repelita V bernama Tenaga Kerja Sukarela Terdidik (TKST)2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

IV/36

Page 38: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 4JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISALURKAN

DALAM RANGKA AKL, AKAD DAN EJTK1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Sebelum Repelita VI bernama Antar Kerja Antar Negara (AKAN)2) Angka Diperbaiki3) Angka Sementara

IV/37

Page 39: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 5PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA

WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA DAN JABATAN1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka Sementara

IV/38

Page 40: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 6PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN

TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA1996/97

Catatan :- : Data yang kosong menunjukkan belum ada percaturan pembatasan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP)

IV/39

Page 41: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 7JUMLAH TENAGA KERJA YANG DILATIH

DI BERBAGAI BALAI LATIHAN KERJA1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Pelatihan manajemen dilaksanakan oleh Balai Peningkatan Produktivitas Daerah (BPPD)2) Angka Sementara

IV/40

Page 42: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 8PERKEMBANGAN ORGANISASI

SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA 1)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka kumulatif sejak tahun 19732) Angka Sementara

IV/41

Page 43: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 9UPAH MINIMUM REGIONAL/PROPINSI

1993, 1994 – 1996(Rupiah/hari)

1) Angka Sementara

IV/42

Page 44: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 10KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB)

1993/94, 1994/95 – 1996/97

1) Angka Sementara

IV/43

Page 45: BAB IV · Web viewPada tahun ketiga Repelita VI, pembangunan ketenagakerjaan telah berhasil menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sebagai- mana terlihat pada Tabel IV-1. Selama

TABEL IV – 11KASUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN

1993, 1994 – 1996

1) Angka diperbaiki2) Angka Sementara

IV/44