bab iv pengumpulan dan pengolahan data 4.1 4.1eprints.umm.ac.id/70302/49/bab iv.pdf · 2020. 11....

44
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan Berikut adalah profil perusahaan yang dijadikan sebagai tempat penelitian Nama perusahaan : PT. Sinar Bali Binakarya Tahun berdiri :1995 Alamat perusahaan : Jalan Tukad Barito No. 58X Denpasar, Bali Produk yang dihasilkan : 1. Readymix yaitu pembuatan beton yang digunakan untuk proyek seperti hotel, jalan tol, jembatan dan lain sebagainya 2. Precast yaitu produk beton precast seperti box culvert, u-ditch, dan paving block 3. Perusahaan ini juga memiliki spesialisasi dalam pekerjaan jalan dan infrastruktur seperti pembuatan jembatan dan aspal Mutu paving block : K225 dan K300 Dimensi paving block : 1. Panjang x lebar yaitu 20 cm x 20 cm 2. Tinggi atau ketebalan memiliki 2 jenis ukuran yang berbeda yaitu 6 cm dan 8 cm dengan berat masing-masing ukuran 5,2 kg dan 7,2 kg 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Dalam menjalankan perusahaannya PT. Sinar Bali Binakarya senantiasa berpedoman pada visi dan misi yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut: 1. Visi Menjadi perusahaan konstruksi terbaik di Indonesia 2. Misi a. Peningkatan mutu secara terus menerus b. Penyelesaian tepat waktu c. Pengembangan sumber daya manusia

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB IV

    PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    4.1 Tinjauan Perusahaan

    4.1.1 Profil Perusahaan

    Berikut adalah profil perusahaan yang dijadikan sebagai tempat

    penelitian

    Nama perusahaan : PT. Sinar Bali Binakarya

    Tahun berdiri :1995

    Alamat perusahaan : Jalan Tukad Barito No. 58X Denpasar, Bali

    Produk yang dihasilkan :

    1. Readymix yaitu pembuatan beton yang digunakan untuk proyek seperti

    hotel, jalan tol, jembatan dan lain sebagainya

    2. Precast yaitu produk beton precast seperti box culvert, u-ditch, dan

    paving block

    3. Perusahaan ini juga memiliki spesialisasi dalam pekerjaan jalan dan

    infrastruktur seperti pembuatan jembatan dan aspal

    Mutu paving block : K225 dan K300

    Dimensi paving block :

    1. Panjang x lebar yaitu 20 cm x 20 cm

    2. Tinggi atau ketebalan memiliki 2 jenis ukuran yang berbeda yaitu 6 cm

    dan 8 cm dengan berat masing-masing ukuran 5,2 kg dan 7,2 kg

    4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

    Dalam menjalankan perusahaannya PT. Sinar Bali Binakarya senantiasa

    berpedoman pada visi dan misi yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:

    1. Visi

    Menjadi perusahaan konstruksi terbaik di Indonesia

    2. Misi

    a. Peningkatan mutu secara terus menerus

    b. Penyelesaian tepat waktu

    c. Pengembangan sumber daya manusia

  • d. Penyediaan lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk semua

    pihak yang terlibat dan memenuhi peraturan yang berlaku

    4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

    Struktur organisasi adalah kumpulan berbagai komponen atau unit

    kerja yang tiap unitnya memiliki jabatan. Struktur organisasi sangat penting

    dalam suatu perusahaan karena terdapat pembagian tugas dan tanggung

    jawab pada tiap unitnya untuk menghindari tumpang tindih antar jabatan

    dalam melaksanakan tugasnya. Dengan adanya struktur perusahaan maka

    diharapkan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan perusahaan

    dapat dicapai. Pada gambar 4.1 ditampilkan struktur organisasi pada bagian

    produksi precast dan paving block yang ada di PT. Sinar Bali Binakarya.

    Operator

    forklift

    paving

    Supir losbak

    dan operator

    losbak crane

    Helper

    Produksi

    Operator

    Forklift

    Logistik

    precast

    Logistik

    paving

    Helper

    crane

    Operator

    mesin

    block

    Helper

    produksi

    paving

    Supervisor

    produksi precast

    Logistik Material

    dan Produk

    Dispatcher dan

    Logistik BBM

    Supervisor

    Produksi Paving

    Kepala Plant Precast

    dan Paving

    Gambar 4.1 Struktur organisasi bagian produksi precast dan paving block

    Berdasarkan struktur organisasi diatas terdapat unit produksi yang

    diberi nama helper produksi, tugas dari seorang helper adalah membantu

    jalannya produksi dengan melakukan pekerjaan diluar pekerjaan operator

    mesin. Pada pembuatan paving block, helper memiliki tugas untuk

    membantu meletakkan pallet ke forklift karena pada bagian ini masih

    bersifat manual dan belum menggunakan mesin.

  • 4.1.4 Proses Produksi

    Dibawah ini dicantumkan proses produksi pembuatan paving block,

    yang dapat dilihat pada gambar 4.2

    Persiapan material

    paving block

    Mulai

    Proportioning material

    menggunakan batching

    machine

    Proses mixing

    menggunakan mixer

    Proses pencetakan paving

    block menggunakan mesin

    block

    Proses QC

    Proses curing

    Pengepakan

    Penjemuran

    Selesai

    Gambar 4.2 proses produksi paving block

  • Proses produksi dimulai dari menyiapkan material seperti pasir,

    semen, air, dan bahan lainnya lalu dilakukan proportioning menggunakan

    batching machine. Untuk pasir sebelumnya telah melalui proses

    pengayakan secara manual dan untuk semen diambil dari silo semen (tempat

    penyimpanan semen). Setelah itu proses mixing menggunakan mixer yaitu

    pencampuran seluruh bahan. Kemudian proses pencetakan menggunakan

    block machine, diawali dengan masuknya material yang sudah tercampur

    ke dalam hopper lalu dari hopper disalurkan ke feeding machine dan

    disalurkan lagi ke cetakan bawah yang telah diberi pallet sebagai alas

    cetakan kemudian bagian utama dari block machine yaitu proses

    pembentukan menggunakan alat vibration yang telah dipasang cetakan atas.

    Paving block yang sudah jadi akan dialirkan menggunakan conveyor dan

    melewati block sweeper yaitu alat pemberrsih sisa material. Setelah itu

    paving block akan melalui proses quality control (QC) dan curing, yaitu

    proses perawatan selama proses pembekuan menggunakan air agar suhu dan

    kelembaban pada paving block terjaga dan membuat permukaan paving

    block tahan terhadap beban yang berat. Selanjutnya proses pengepakan yang

    dilakukan dengan menandai paving block dengan tulisan berdasarkan

    pemilik pesanan. Proses terakhir yaitu penjemuran dia area luar selama 7

    sampai15 hari sebelum digunakan digunakan dalam suatu konstruksi.

    4.1.5 Spesifikasi Mesin

    Berikut adalah spesifikasi block machine yang digunakan oleh PT.

    Sinar Bali Binakarya

    Tipe : T10 Block Machine

    Dimensi (mm) : 5200 x 2300 x 2960

    Cycle time : 24 s

    Vibration frequency : 2940 rolls/minutes atau 50-60 Hz

    Vibration force : 100 kN

    Motors power : 48 kw

    Pallet size (mm) : 1200 x 870

    Total power : 39,85 kw

  • 4.2 Pengumpulan Data

    4.2.1 Data Total Time

    Total time adalah waktu keseluruhan atau total jam kerja yang

    disediakan oleh perusahaan untuk melakukan suatu proses produksi. PT.

    Sinar Bali Binakarya memiliki 5 hari kerja setiap minggunya namun jika

    terdapat libur nasional, maka perusahaan ini akan meliburkan hari itu.

    Setiap harinya perusahaan ini hanya menggunakan 1 shift kerja yaitu

    dengan durasi 8 jam dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 dan

    disertai jam istirahat pada pukul 12.00 sampai pukul 13.00. Dari 8 jam kerja

    tersebut dikonversikan ke menit sehingga PT. Sinar Bali Binakarya

    memiliki total time sebesar 480 menit setiap harinya.

    4.2.2 Data Planned Downtime

    Planned downtime adalah waktu yang dijadwalkan untuk proses

    produksi berhenti selama jam kerja. Planned downtime yang ada di PT.

    Sinar Bali Binakarya terdiri dari meeting pagi dan pembuatan sample untuk

    diberikan ke bagian R and D. Berikut adalah data planned downtime 1

    Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    Tabel 4.1 Data Planned Downtime PT. Sinar Bali Binakarya

    No Tanggal total time

    (menit)

    planned downtime

    (menit)

    1 1 Februari 2020 480 16

    2 3 Februari 2020 480 16

    3 4 Februari 2020 480 18

    4 5 Februari 2020 480 18

    5 6 Februari 2020 480 16

    6 7 Februari 2020 480 58

    7 8 Februari 2020 480 14

    8 10 Februari 2020 480 20

    9 11 Februari 2020 480 22

    10 12 Februari 2020 480 18

  • 11 13 Februari 2020 480 18

    12 14 Februari 2020 480 16

    13 15 Februari 2020 480 12

    14 17 Februari 2020 480 16

    15 18 Februari 2020 480 16

    16 19 Februari 2020 480 16

    17 20 Februari 2020 480 20

    18 21 Februari 2020 480 18

    19 22 Februari 2020 480 16

    20 24 Februari 2020 480 22

    21 26 Februari 2020 480 18

    22 27 Februari 2020 480 12

    23 28 Februari 2020 480 16

    24 29 Februari 2020 480 16

    25 2 Maret 2020 480 18

    26 3 Maret 2020 480 18

    27 4 Maret 2020 480 18

    28 5 Maret 2020 480 16

    29 6 Maret 2020 480 55

    30 7 Maret 2020 480 15

    4.2.3 Data Downtime

    Downtime adalah waktu berhentinya mesin dan mengakibatkan

    berhentinya suatu produksi karena keadaan yang tidak terduga. Waktu

    downtime sangat merugikan perusahaan karena pada saat itu mesin tidak

    menghasilkan produk dan jika terjadi secara berulang maka dapat

    menurunkan efektivitas suatu mesin.

    4.2.3.1 Facilities downtime

    Facilities downtime yang dimaksud disini yaitu tidak tersedianya

    fasilitas mesin sehingga menyebabkan downtime. Pada data yang

  • diambil untuk penelitian kali ini terdapat beberapa hal yang

    menimbulkan facilities downtime yaitu tidak tersedianya sparepart,

    adanya trouble pada kontrol mesin, kerusakan pada motor, lubrikasi

    mesin, kegagalan fungsi mesin, dan mati listrik. Berikut data facilities

    downtime PT. Sinar Bali Binakarya mulai dari tanggal 1 Februari 2020

    sampai dengan 7 Maret 2020.

    Tabel 4.2 Data Facilities Downtime PT. Sinar Bali Binakarya

    No Tanggal Facilities downtime

    (menit)

    1 1 Februari 2020 33

    2 3 Februari 2020 164

    3 4 Februari 2020 127

    4 5 Februari 2020 6

    5 6 Februari 2020 53

    6 7 Februari 2020 24

    7 8 Februari 2020 15

    8 10 Februari 2020 39

    9 11 Februari 2020 26

    10 12 Februari 2020 20

    11 13 Februari 2020 14

    12 14 Februari 2020 36

    13 15 Februari 2020 10

    14 17 Februari 2020 12

    15 18 Februari 2020 62

    16 19 Februari 2020 18

    17 20 Februari 2020 16

    18 21 Februari 2020 14

    19 22 Februari 2020 33

    20 24 Februari 2020 20

    21 26 Februari 2020 32

  • 22 27 Februari 2020 28

    23 28 Februari 2020 15

    24 29 Februari 2020 14

    25 2 Maret 2020 55

    26 3 Maret 2020 12

    27 4 Maret 2020 14

    28 5 Maret 2020 30

    29 6 Maret 2020 31

    30 7 Maret 2020 30

    4.2.3.2 Set up and adjustments downtime

    Set up and adjustments downtime yang dimaksud disini yaitu mesin

    tidak beroperasi karena adanya set up and adjustments mesin sehingga

    menyebabkan downtime. Pada data yang diambil untuk penelitian kali

    ini terdapat beberapa hal yang menimbulkan set up and adjustments

    downtime yaitu persiapan mesin dan penggantian tool. Berikut data Set

    up and adjustments downtime PT. Sinar Bali Binakarya mulai dari

    tanggal 1 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020.

    Tabel 4.3 Data Set up and adjustments downtime PT. Sinar Bali Binakarya

    No Tanggal Set up and

    adjustments (menit)

    1 1 Februari 2020 24

    2 3 Februari 2020 48

    3 4 Februari 2020 30

    4 5 Februari 2020 20

    5 6 Februari 2020 23

    6 7 Februari 2020 27

    7 8 Februari 2020 24

    8 10 Februari 2020 23

    9 11 Februari 2020 31

  • 10 12 Februari 2020 20

    11 13 Februari 2020 10

    12 14 Februari 2020 20

    13 15 Februari 2020 5

    14 17 Februari 2020 16

    15 18 Februari 2020 27

    16 19 Februari 2020 26

    17 20 Februari 2020 22

    18 21 Februari 2020 16

    19 22 Februari 2020 27

    20 24 Februari 2020 18

    21 26 Februari 2020 12

    22 27 Februari 2020 30

    23 28 Februari 2020 18

    24 29 Februari 2020 12

    25 2 Maret 2020 33

    26 3 Maret 2020 16

    27 4 Maret 2020 12

    28 5 Maret 2020 18

    29 6 Maret 2020 28

    30 7 Maret 2020 29

    4.2.3.3 Material shortages downtime

    Material shortages downtime yang dimaksud disini yaitu mesin

    tidak beroperasi karena tidak adanya material untuk produksi sehingga

    menyebabkan downtime. Pada data yang diambil untuk penelitian kali

    ini tidak tersedianya raw material dan habisnya material ditengah

    produksi menjadi penyebab timbulnya material shortages downtime.

    Berikut data material shortages downtime PT. Sinar Bali Binakarya

    mulai dari tanggal 1 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020.

  • Tabel 4.4 Data material shortages downtime PT. Sinar Bali Binakarya

    No Tanggal

    Material

    shortages

    (menit)

    1 1 Februari 2020 27

    2 3 Februari 2020 98

    3 4 Februari 2020 0

    4 5 Februari 2020 0

    5 6 Februari 2020 44

    6 7 Februari 2020 19

    7 8 Februari 2020 16

    8 10 Februari 2020 8

    9 11 Februari 2020 22

    10 12 Februari 2020 0

    11 13 Februari 2020 16

    12 14 Februari 2020 24

    13 15 Februari 2020 15

    14 17 Februari 2020 0

    15 18 Februari 2020 0

    16 19 Februari 2020 0

    17 20 Februari 2020 32

    18 21 Februari 2020 0

    19 22 Februari 2020 0

    20 24 Februari 2020 56

    21 26 Februari 2020 0

    22 27 Februari 2020 0

    23 28 Februari 2020 66

    24 29 Februari 2020 50

    25 2 Maret 2020 0

    26 3 Maret 2020 10

  • 27 4 Maret 2020 44

    28 5 Maret 2020 34

    29 6 Maret 2020 0

    30 7 Maret 2020 0

    4.2.3.4 Manpower absence time downtime

    Manpower absence time downtime yang dimaksud disini yaitu

    mesin tidak beroperasi karena tidak tersedianya absennya tenaga kerja

    sehingga menyebabkan downtime. Pada data yang diambil untuk

    penelitian kali ini absennya tenaga kerja karena masalah kesehatan, izin,

    dan diskusi bersama supervisor menjadi penyebab timbulnya manpower

    absence time downtime. Berikut data manpower absence time downtime

    PT. Sinar Bali Binakarya mulai dari tanggal 1 Februari 2020 sampai

    dengan 7 Maret 2020.

    Tabel 4.5 Data manpower absence time downtime PT. Sinar Bali Binakarya

    No Tanggal Manpower absence

    time (menit)

    1 1 Februari 2020 26

    2 3 Februari 2020 40

    3 4 Februari 2020 83

    4 5 Februari 2020 0

    5 6 Februari 2020 8

    6 7 Februari 2020 0

    7 8 Februari 2020 25

    8 10 Februari 2020 0

    9 11 Februari 2020 19

    10 12 Februari 2020 20

    11 13 Februari 2020 0

    12 14 Februari 2020 0

    13 15 Februari 2020 0

  • 14 17 Februari 2020 0

    15 18 Februari 2020 21

    16 19 Februari 2020 0

    17 20 Februari 2020 0

    18 21 Februari 2020 0

    19 22 Februari 2020 0

    20 24 Februari 2020 0

    21 26 Februari 2020 20

    22 27 Februari 2020 0

    23 28 Februari 2020 15

    24 29 Februari 2020 0

    25 2 Maret 2020 38

    26 3 Maret 2020 40

    27 4 Maret 2020 10

    28 5 Maret 2020 0

    29 6 Maret 2020 0

    30 7 Maret 2020 0

    4.2.4 Data Produksi

    Data produksi adalah adalah banyaknya jumlah produk yang

    dihasilkan suatu mesin selama jam kerja dan disertai dengan data jumlah

    produk defect, dalam hal ini yaitu produksi paving block menggunakan

    block machine. Berikut data produksi PT. Sinar Bali Binakarya mulai dari

    tanggal 1 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    Tabel 4.3 Data produksi PT. Sinar Bali Binakarya

    No Tanggal jumlah produksi

    (unit)

    produk defect

    (unit)

    1 1 Februari 2020 10800 250

    2 3 Februari 2020 3600 205

    3 4 Februari 2020 7200 277

  • 4 5 Februari 2020 15075 360

    5 6 Februari 2020 10350 200

    6 7 Februari 2020 10125 211

    7 8 Februari 2020 12375 201

    8 10 Februari 2020 12150 253

    9 11 Februari 2020 11925 296

    10 12 Februari 2020 12825 257

    11 13 Februari 2020 12375 306

    12 14 Februari 2020 12825 187

    13 15 Februari 2020 11700 258

    14 17 Februari 2020 8775 192

    15 18 Februari 2020 11700 255

    16 19 Februari 2020 11475 249

    17 20 Februari 2020 12825 275

    18 21 Februari 2020 14850 392

    19 22 Februari 2020 12600 246

    20 24 Februari 2020 10125 288

    21 26 Februari 2020 11925 299

    22 27 Februari 2020 12375 253

    23 28 Februari 2020 7200 247

    24 29 Februari 2020 12375 218

    25 2 Maret 2020 8100 118

    26 3 Maret 2020 10350 191

    27 4 Maret 2020 10125 132

    28 5 Maret 2020 12825 235

    29 6 Maret 2020 11475 186

    30 7 Maret 2020 10350 172

    4.3 Pengolahan Data

    4.3.1 Perhitungan Readiness (R)

  • Untuk menghitung readiness maka diperlukan planned production

    time yang didapatkan dari total time dikurangi dengan planned downtime.

    Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020 adalah sebagai berikut:

    Planned production time = total time - planned downtime

    = 480 menit – 16 menit

    = 464 menit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.4

    Tabel 4.4 Perhitungan planned production time

    No Tanggal total time

    (menit)

    planned downtime

    (menit)

    Planned production

    time (menit)

    1 1 Februari 2020 480 16 464

    2 3 Februari 2020 480 16 464

    3 4 Februari 2020 480 18 462

    4 5 Februari 2020 480 18 462

    5 6 Februari 2020 480 16 464

    6 7 Februari 2020 480 58 422

    7 8 Februari 2020 480 14 466

    8 10 Februari 2020 480 20 460

    9 11 Februari 2020 480 22 458

    10 12 Februari 2020 480 18 462

    11 13 Februari 2020 480 18 462

    12 14 Februari 2020 480 16 464

    13 15 Februari 2020 480 12 468

    14 17 Februari 2020 480 16 464

    15 18 Februari 2020 480 16 464

    16 19 Februari 2020 480 16 464

    17 20 Februari 2020 480 20 460

    18 21 Februari 2020 480 18 462

    19 22 Februari 2020 480 16 464

  • 20 24 Februari 2020 480 22 458

    21 26 Februari 2020 480 18 462

    22 27 Februari 2020 480 12 468

    23 28 Februari 2020 480 16 464

    24 29 Februari 2020 480 16 464

    25 2 Maret 2020 480 18 462

    26 3 Maret 2020 480 18 462

    27 4 Maret 2020 480 18 462

    28 5 Maret 2020 480 16 464

    29 6 Maret 2020 480 55 425

    30 7 Maret 2020 480 15 465

    Setelah didapatkan nilai planned production time setiap harinya maka dapat

    dilakukan perhitungan readiness, contoh perhitungan pada tanggal 1

    Februari yakni sebagai berikut:

    Readiness (R) = 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑛𝑒𝑑 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑛𝑒𝑑 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 464 menit

    480 menit x 100%

    = 96,67 %

    Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.5

    Tabel 4.5 Perhitungan readiness

    No Tanggal total time

    (menit)

    Planned production

    time (menit)

    readiness

    (%)

    1 1 Februari 2020 480 464 96,67%

    2 3 Februari 2020 480 464 96,67%

    3 4 Februari 2020 480 462 96,25%

    4 5 Februari 2020 480 462 96,25%

    5 6 Februari 2020 480 464 96,67%

  • 6 7 Februari 2020 480 422 87,92%

    7 8 Februari 2020 480 466 97,08%

    8 10 Februari 2020 480 460 95,83%

    9 11 Februari 2020 480 458 95,42%

    10 12 Februari 2020 480 462 96,25%

    11 13 Februari 2020 480 462 96,25%

    12 14 Februari 2020 480 464 96,67%

    13 15 Februari 2020 480 468 97,50%

    14 17 Februari 2020 480 464 96,67%

    15 18 Februari 2020 480 464 96,67%

    16 19 Februari 2020 480 464 96,67%

    17 20 Februari 2020 480 460 95,83%

    18 21 Februari 2020 480 462 96,25%

    19 22 Februari 2020 480 464 96,67%

    20 24 Februari 2020 480 458 95,42%

    21 26 Februari 2020 480 462 96,25%

    22 27 Februari 2020 480 468 97,50%

    23 28 Februari 2020 480 464 96,67%

    24 29 Februari 2020 480 464 96,67%

    25 2 Maret 2020 480 462 96,25%

    26 3 Maret 2020 480 462 96,25%

    27 4 Maret 2020 480 462 96,25%

    28 5 Maret 2020 480 464 96,67%

    29 6 Maret 2020 480 425 88,54%

    30 7 Maret 2020 480 465 96,88%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai readiness secara keseluruhan atau rata-

    rata yakni dengan menjumlahkan seluruh readiness dan membaginya

    dengan 30 hari kerja sehingga didapatkan readiness sebesar 95,92%.

    4.3.2 Perhitungan Availability of Facility (𝑨𝒇)

  • Untuk menghitung availability of facility maka diperlukan loading

    time yang didapatkan dari planned production time dikurangi dengan

    facilities downtime. Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020

    adalah sebagai berikut:

    Loading time = Planned production time – facilities downtime

    = 464 menit – 33 menit

    = 431 menit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.6

    Tabel 4.6 Perhitungan loading time

    No Tanggal

    Planned

    production time

    (menit)

    Facilities

    downtime

    (menit)

    Loading

    time

    (menit)

    1 1 Februari 2020 464 33 431

    2 3 Februari 2020 464 164 300

    3 4 Februari 2020 462 127 335

    4 5 Februari 2020 462 6 456

    5 6 Februari 2020 464 53 411

    6 7 Februari 2020 422 24 398

    7 8 Februari 2020 466 15 451

    8 10 Februari 2020 460 39 421

    9 11 Februari 2020 458 26 432

    10 12 Februari 2020 462 20 442

    11 13 Februari 2020 462 14 448

    12 14 Februari 2020 464 36 428

    13 15 Februari 2020 468 10 458

    14 17 Februari 2020 464 12 452

    15 18 Februari 2020 464 62 402

    16 19 Februari 2020 464 18 446

    17 20 Februari 2020 460 16 444

  • 18 21 Februari 2020 462 14 448

    19 22 Februari 2020 464 33 431

    20 24 Februari 2020 458 20 438

    21 26 Februari 2020 462 32 430

    22 27 Februari 2020 468 28 440

    23 28 Februari 2020 464 15 449

    24 29 Februari 2020 464 14 450

    25 2 Maret 2020 462 55 407

    26 3 Maret 2020 462 12 450

    27 4 Maret 2020 462 14 448

    28 5 Maret 2020 464 30 434

    29 6 Maret 2020 425 31 394

    30 7 Maret 2020 465 30 435

    Setelah didapatkan nilai loading time setiap harinya maka dapat dilakukan

    perhitungan availability of facility, contoh perhitungan pada tanggal 1

    Februari yakni sebagai berikut:

    Availability of Facility (𝐴𝑓)= 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝑃𝑙𝑎𝑛𝑛𝑒𝑑 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 431 menit

    464 menit x 100%

    = 92,89 %

    Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.7

    Tabel 4.7 Perhitungan availability of facility

    No Tanggal

    Planned

    production

    time (menit)

    Loading

    time

    (menit)

    availability

    of facility

    (%)

    1 1 Februari 2020 464 431 92,89%

    2 3 Februari 2020 464 300 64,66%

    3 4 Februari 2020 462 335 72,51%

    4 5 Februari 2020 462 456 98,70%

  • 5 6 Februari 2020 464 411 88,58%

    6 7 Februari 2020 422 398 94,31%

    7 8 Februari 2020 466 451 96,78%

    8 10 Februari 2020 460 421 91,52%

    9 11 Februari 2020 458 432 94,32%

    10 12 Februari 2020 462 442 95,67%

    11 13 Februari 2020 462 448 96,97%

    12 14 Februari 2020 464 428 92,24%

    13 15 Februari 2020 468 458 97,86%

    14 17 Februari 2020 464 452 97,41%

    15 18 Februari 2020 464 402 86,64%

    16 19 Februari 2020 464 446 96,12%

    17 20 Februari 2020 460 444 96,52%

    18 21 Februari 2020 462 448 96,97%

    19 22 Februari 2020 464 431 92,89%

    20 24 Februari 2020 458 438 95,63%

    21 26 Februari 2020 462 430 93,07%

    22 27 Februari 2020 468 440 94,02%

    23 28 Februari 2020 464 449 96,77%

    24 29 Februari 2020 464 450 96,98%

    25 2 Maret 2020 462 407 88,10%

    26 3 Maret 2020 462 450 97,40%

    27 4 Maret 2020 462 448 96,97%

    28 5 Maret 2020 464 434 93,53%

    29 6 Maret 2020 425 394 92,71%

    30 7 Maret 2020 465 435 93,55%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai availability of facility secara

    keseluruhan atau rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh availability

  • of facility dan membaginya dengan 30 hari kerja sehingga didapatkan

    availability of facility sebesar 92,74%.

    4.3.3 Perhitungan Changeover Efficiency (C)

    Untuk menghitung changeover efficiency maka diperlukan

    operation time yang didapatkan dari loading time dikurangi dengan set up

    and adjustments. Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020 adalah

    sebagai berikut:

    Operation time = Loading time – set up and adjustments

    = 431 menit – 24 menit

    = 407 menit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.8

    Tabel 4.8 Perhitungan operation time

    No Tanggal

    Loading

    time

    (menit)

    Set up and

    adjustments

    (menit)

    Operation

    time

    (menit)

    1 1 Februari 2020 431 24 407

    2 3 Februari 2020 300 48 252

    3 4 Februari 2020 335 30 305

    4 5 Februari 2020 456 20 436

    5 6 Februari 2020 411 23 388

    6 7 Februari 2020 398 27 371

    7 8 Februari 2020 451 24 427

    8 10 Februari 2020 421 23 398

    9 11 Februari 2020 432 31 401

    10 12 Februari 2020 442 20 422

    11 13 Februari 2020 448 10 438

    12 14 Februari 2020 428 20 408

    13 15 Februari 2020 458 5 453

    14 17 Februari 2020 452 16 436

  • 15 18 Februari 2020 402 27 375

    16 19 Februari 2020 446 26 420

    17 20 Februari 2020 444 22 422

    18 21 Februari 2020 448 16 432

    19 22 Februari 2020 431 27 404

    20 24 Februari 2020 438 18 420

    21 26 Februari 2020 430 12 418

    22 27 Februari 2020 440 30 410

    23 28 Februari 2020 449 18 431

    24 29 Februari 2020 450 12 438

    25 2 Maret 2020 407 33 374

    26 3 Maret 2020 450 16 434

    27 4 Maret 2020 448 12 436

    28 5 Maret 2020 434 18 416

    29 6 Maret 2020 394 28 366

    30 7 Maret 2020 435 29 406

    Setelah didapatkan nilai operation time setiap harinya maka dapat dilakukan

    perhitungan changeover efficiency, contoh perhitungan pada tanggal 1

    Februari yakni sebagai berikut:

    Changeover Efficiency (C) = 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 407 menit

    431 menit x 100%

    = 94,43 %

    Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.9

    Tabel 4.9 Perhitungan changeover efficiency

    No Tanggal

    Loading

    time

    (menit)

    Operation

    time (menit)

    changeover

    efficiency

    (%)

    1 1 Februari 2020 431 407 94,43%

  • 2 3 Februari 2020 300 252 84,00%

    3 4 Februari 2020 335 305 91,04%

    4 5 Februari 2020 456 436 95,61%

    5 6 Februari 2020 411 388 94,40%

    6 7 Februari 2020 398 371 93,22%

    7 8 Februari 2020 451 427 94,68%

    8 10 Februari 2020 421 398 94,54%

    9 11 Februari 2020 432 401 92,82%

    10 12 Februari 2020 442 422 95,48%

    11 13 Februari 2020 448 438 97,77%

    12 14 Februari 2020 428 408 95,33%

    13 15 Februari 2020 458 453 98,91%

    14 17 Februari 2020 452 436 96,46%

    15 18 Februari 2020 402 375 93,28%

    16 19 Februari 2020 446 420 94,17%

    17 20 Februari 2020 444 422 95,05%

    18 21 Februari 2020 448 432 96,43%

    19 22 Februari 2020 431 404 93,74%

    20 24 Februari 2020 438 420 95,89%

    21 26 Februari 2020 430 418 97,21%

    22 27 Februari 2020 440 410 93,18%

    23 28 Februari 2020 449 431 95,99%

    24 29 Februari 2020 450 438 97,33%

    25 2 Maret 2020 407 374 91,89%

    26 3 Maret 2020 450 434 96,44%

    27 4 Maret 2020 448 436 97,32%

    28 5 Maret 2020 434 416 95,85%

    29 6 Maret 2020 394 366 92,89%

    30 7 Maret 2020 435 406 93,33%

  • Berdasarkan tabel diatas untuk nilai changeover efficiency secara

    keseluruhan atau rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh changeover

    efficiency dan membaginya dengan 30 hari kerja sehingga didapatkan

    changeover efficiency sebesar 94,62%.

    4.3.4 Perhitungan Availability of Material (𝑨𝒎)

    Untuk menghitung availability of material maka diperlukan running

    time yang didapatkan dari Operation time dikurangi dengan material

    shortages. Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020 adalah

    sebagai berikut:

    Running time = Operation time – material shortages

    = 407 menit – 27 menit

    = 380 menit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.10

    Tabel 4.10 Perhitungan running time

    No Tanggal

    Material

    shortages

    (menit)

    Operation

    time (menit)

    Running time

    (menit)

    1 1 Februari 2020 27 407 380

    2 3 Februari 2020 98 252 154

    3 4 Februari 2020 0 305 305

    4 5 Februari 2020 0 436 436

    5 6 Februari 2020 44 388 344

    6 7 Februari 2020 19 371 352

    7 8 Februari 2020 16 427 411

    8 10 Februari 2020 8 398 390

    9 11 Februari 2020 22 401 379

    10 12 Februari 2020 0 422 422

    11 13 Februari 2020 16 438 422

    12 14 Februari 2020 24 408 384

  • 13 15 Februari 2020 15 453 438

    14 17 Februari 2020 0 436 436

    15 18 Februari 2020 0 375 375

    16 19 Februari 2020 0 420 420

    17 20 Februari 2020 32 422 390

    18 21 Februari 2020 0 432 432

    19 22 Februari 2020 0 404 404

    20 24 Februari 2020 56 420 364

    21 26 Februari 2020 0 418 418

    22 27 Februari 2020 0 410 410

    23 28 Februari 2020 66 431 365

    24 29 Februari 2020 50 438 388

    25 2 Maret 2020 0 374 374

    26 3 Maret 2020 10 434 424

    27 4 Maret 2020 44 436 392

    28 5 Maret 2020 34 416 382

    29 6 Maret 2020 0 366 366

    30 7 Maret 2020 0 406 406

    Setelah didapatkan nilai running time setiap harinya maka dapat dilakukan

    perhitungan availability of material, contoh perhitungan pada tanggal 1

    Februari yakni sebagai berikut:

    Availability of Material (𝐴𝑚) = 𝑅𝑢𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 380 menit

    407 menit x 100%

    = 93,37 %

    Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.11

    Tabel 4.11 Perhitungan availability of material

  • No Tanggal Operation

    time (menit)

    Running time

    (menit)

    Availability

    of material

    (%)

    1 1 Februari 2020 407 380 93,37%

    2 3 Februari 2020 252 154 61,11%

    3 4 Februari 2020 305 305 100,00%

    4 5 Februari 2020 436 436 100,00%

    5 6 Februari 2020 388 344 88,66%

    6 7 Februari 2020 371 352 94,88%

    7 8 Februari 2020 427 411 96,25%

    8 10 Februari 2020 398 390 97,99%

    9 11 Februari 2020 401 379 94,51%

    10 12 Februari 2020 422 422 100,00%

    11 13 Februari 2020 438 422 96,35%

    12 14 Februari 2020 408 384 94,12%

    13 15 Februari 2020 453 438 96,69%

    14 17 Februari 2020 436 436 100,00%

    15 18 Februari 2020 375 375 100,00%

    16 19 Februari 2020 420 420 100,00%

    17 20 Februari 2020 422 390 92,42%

    18 21 Februari 2020 432 432 100,00%

    19 22 Februari 2020 404 404 100,00%

    20 24 Februari 2020 420 364 86,67%

    21 26 Februari 2020 418 418 100,00%

    22 27 Februari 2020 410 410 100,00%

    23 28 Februari 2020 431 365 84,69%

    24 29 Februari 2020 438 388 88,58%

    25 2 Maret 2020 374 374 100,00%

    26 3 Maret 2020 434 424 97,70%

    27 4 Maret 2020 436 392 89,91%

  • 28 5 Maret 2020 416 382 91,83%

    29 6 Maret 2020 366 366 100,00%

    30 7 Maret 2020 406 406 100,00%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai availability of material secara

    keseluruhan atau rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh availability

    of material dan membaginya dengan 30 hari kerja sehingga didapatkan

    availability of material sebesar 94,86%.

    4.3.5 Perhitungan Availability of Manpower (𝑨𝒎𝒑)

    Untuk menghitung availability of manpower maka diperlukan

    Actual running time yang didapatkan dari Running time dikurangi dengan

    manpower absence time. Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020

    adalah sebagai berikut:

    Actual running time = Running time - manpower absence time

    = 380 menit – 26 menit

    = 354 menit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.12

    Tabel 4.12 Perhitungan Actual running time

    No Tanggal

    Manpower

    absence

    time (menit)

    Running time

    (menit)

    Actual

    running time

    (menit)

    1 1 Februari 2020 26 380 354

    2 3 Februari 2020 40 154 114

    3 4 Februari 2020 83 305 222

    4 5 Februari 2020 0 436 436

    5 6 Februari 2020 8 344 336

    6 7 Februari 2020 0 352 352

    7 8 Februari 2020 25 411 386

    8 10 Februari 2020 0 390 390

  • 9 11 Februari 2020 19 379 360

    10 12 Februari 2020 20 422 402

    11 13 Februari 2020 0 422 422

    12 14 Februari 2020 0 384 384

    13 15 Februari 2020 0 438 438

    14 17 Februari 2020 0 436 436

    15 18 Februari 2020 21 375 354

    16 19 Februari 2020 0 420 420

    17 20 Februari 2020 0 390 390

    18 21 Februari 2020 0 432 432

    19 22 Februari 2020 0 404 404

    20 24 Februari 2020 0 364 364

    21 26 Februari 2020 20 418 398

    22 27 Februari 2020 0 410 410

    23 28 Februari 2020 15 365 350

    24 29 Februari 2020 0 388 388

    25 2 Maret 2020 38 374 336

    26 3 Maret 2020 40 424 384

    27 4 Maret 2020 10 392 382

    28 5 Maret 2020 0 382 382

    29 6 Maret 2020 0 366 366

    30 7 Maret 2020 0 406 406

    Setelah didapatkan nilai actual running time setiap harinya maka dapat

    dilakukan perhitungan availability of manpower, contoh perhitungan pada

    tanggal 1 Februari yakni sebagai berikut:

    Availability of Manpower (𝐴𝑚𝑝) = 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑟𝑢𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝑅𝑢𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 354 menit

    380 menit x 100%

    = 93,16 %

  • Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.13

    Tabel 4.13 Perhitungan Actual running time

    No Tanggal Running time

    (menit)

    Actual

    running time

    (menit)

    Availability

    of manpower

    (%)

    1 1 Februari 2020 380 354 93,16%

    2 3 Februari 2020 154 114 74,03%

    3 4 Februari 2020 305 222 72,79%

    4 5 Februari 2020 436 436 100,00%

    5 6 Februari 2020 344 336 97,67%

    6 7 Februari 2020 352 352 100,00%

    7 8 Februari 2020 411 386 93,92%

    8 10 Februari 2020 390 390 100,00%

    9 11 Februari 2020 379 360 94,99%

    10 12 Februari 2020 422 402 95,26%

    11 13 Februari 2020 422 422 100,00%

    12 14 Februari 2020 384 384 100,00%

    13 15 Februari 2020 438 438 100,00%

    14 17 Februari 2020 436 436 100,00%

    15 18 Februari 2020 375 354 94,40%

    16 19 Februari 2020 420 420 100,00%

    17 20 Februari 2020 390 390 100,00%

    18 21 Februari 2020 432 432 100,00%

    19 22 Februari 2020 404 404 100,00%

    20 24 Februari 2020 364 364 100,00%

    21 26 Februari 2020 418 398 95,22%

    22 27 Februari 2020 410 410 100,00%

    23 28 Februari 2020 365 350 95,89%

    24 29 Februari 2020 388 388 100,00%

  • 25 2 Maret 2020 374 336 89,84%

    26 3 Maret 2020 424 384 90,57%

    27 4 Maret 2020 392 382 97,45%

    28 5 Maret 2020 382 382 100,00%

    29 6 Maret 2020 366 366 100,00%

    30 7 Maret 2020 406 406 100,00%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai availability of manpower secara

    keseluruhan atau rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh availability

    of manpower dan membaginya dengan 30 hari kerja sehingga didapatkan

    availability of manpower sebesar 96,17%.

    4.3.6 Perhitungan Performance Efficiency (P)

    Untuk menghitung performance efficiency maka diperlukan earned

    time yang didapatkan dari Cycle time dikali dengan jumlah produksi.

    Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020 adalah sebagai berikut:

    Earned time = Cycle time x jumlah produksi

    = 0,4 menit – 10800 unit

    = 288 menit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.14

    Tabel 4.14 Perhitungan earned time

    No Tanggal Cycle time

    (menit)

    Jumlah produksi

    (unit)

    Earned time

    (menit)

    1 1 Februari 2020 0,4 10800 288

    2 3 Februari 2020 0,4 3600 96

    3 4 Februari 2020 0,4 7200 192

    4 5 Februari 2020 0,4 15075 402

    5 6 Februari 2020 0,4 10350 276

    6 7 Februari 2020 0,4 10125 270

    7 8 Februari 2020 0,4 12375 330

  • 8 10 Februari 2020 0,4 12150 324

    9 11 Februari 2020 0,4 11925 318

    10 12 Februari 2020 0,4 12825 342

    11 13 Februari 2020 0,4 12375 330

    12 14 Februari 2020 0,4 12825 342

    13 15 Februari 2020 0,4 11700 312

    14 17 Februari 2020 0,4 8775 234

    15 18 Februari 2020 0,4 11700 312

    16 19 Februari 2020 0,4 11475 306

    17 20 Februari 2020 0,4 12825 342

    18 21 Februari 2020 0,4 14850 396

    19 22 Februari 2020 0,4 12600 336

    20 24 Februari 2020 0,4 10125 270

    21 26 Februari 2020 0,4 11925 318

    22 27 Februari 2020 0,4 12375 330

    23 28 Februari 2020 0,4 7200 192

    24 29 Februari 2020 0,4 12375 330

    25 2 Maret 2020 0,4 8100 216

    26 3 Maret 2020 0,4 10350 276

    27 4 Maret 2020 0,4 10125 270

    28 5 Maret 2020 0,4 12825 342

    29 6 Maret 2020 0,4 11475 306

    30 7 Maret 2020 0,4 10350 276

    Setelah didapatkan nilai earned time setiap harinya maka dapat dilakukan

    perhitungan performance efficiency, contoh perhitungan pada tanggal 1

    Februari yakni sebagai berikut:

    Performance efficiency (𝑃) = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 𝑡𝑖𝑚𝑒

    𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑟𝑢𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 x 100%

    = 288 menit

    354 menit x 100%

    = 26 %

  • Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.15

    Tabel 4.15 Perhitungan performance efficiency

    No Tanggal Earned time

    (menit)

    Actual running

    time (menit)

    Performance

    efficiency (%)

    1 1 Februari 2020 288 354 81,36%

    2 3 Februari 2020 96 114 84,21%

    3 4 Februari 2020 192 222 86,49%

    4 5 Februari 2020 402 436 92,20%

    5 6 Februari 2020 276 336 82,14%

    6 7 Februari 2020 270 352 76,70%

    7 8 Februari 2020 330 386 85,49%

    8 10 Februari 2020 324 390 83,08%

    9 11 Februari 2020 318 360 88,33%

    10 12 Februari 2020 342 402 85,07%

    11 13 Februari 2020 330 422 78,20%

    12 14 Februari 2020 342 384 89,06%

    13 15 Februari 2020 312 438 71,23%

    14 17 Februari 2020 234 436 53,67%

    15 18 Februari 2020 312 354 88,14%

    16 19 Februari 2020 306 420 72,86%

    17 20 Februari 2020 342 390 87,69%

    18 21 Februari 2020 396 432 91,67%

    19 22 Februari 2020 336 404 83,17%

    20 24 Februari 2020 270 364 74,18%

    21 26 Februari 2020 318 398 79,90%

    22 27 Februari 2020 330 410 80,49%

    23 28 Februari 2020 192 350 54,86%

    24 29 Februari 2020 330 388 85,05%

    25 2 Maret 2020 216 336 64,29%

  • 26 3 Maret 2020 276 384 71,88%

    27 4 Maret 2020 270 382 70,68%

    28 5 Maret 2020 342 382 89,53%

    29 6 Maret 2020 306 366 83,61%

    30 7 Maret 2020 276 406 67,98%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai performance efficiency secara

    keseluruhan atau rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh

    Performance efficiency dan membaginya dengan 30 hari kerja sehingga

    didapatkan Performance efficiency sebesar 79,44%.

    4.3.7 Perhitungan Quality Rate (Q)

    Untuk menghitung quality rate maka diperlukan Quantity of parts

    accepted yang didapatkan dari jumlah produksi dikurangi dengan quantity

    rejected. Contoh perhitungan untuk tanggal 1 Februari 2020 adalah sebagai

    berikut:

    Quantity of parts accepted = jumlah produksi – quantity rejected

    = 10800 unit – 250 unit

    = 10550 unit

    Lalu untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret

    2020 dapat dilihat pada tabel 4.16

    Tabel 4.16 Perhitungan Quantity of parts accepted

    No Tanggal

    Jumlah

    produksi

    (unit)

    quantity

    rejected

    (unit)

    Quantity of

    parts

    accepted

    (unit)

    1 1 Februari 2020 10800 250 10550

    2 3 Februari 2020 3600 205 3395

    3 4 Februari 2020 7200 277 6923

    4 5 Februari 2020 15075 360 14715

    5 6 Februari 2020 10350 200 10150

  • 6 7 Februari 2020 10125 211 9914

    7 8 Februari 2020 12375 201 12174

    8 10 Februari 2020 12150 253 11897

    9 11 Februari 2020 11925 296 11629

    10 12 Februari 2020 12825 257 12568

    11 13 Februari 2020 12375 306 12069

    12 14 Februari 2020 12825 187 12638

    13 15 Februari 2020 11700 258 11442

    14 17 Februari 2020 8775 192 8583

    15 18 Februari 2020 11700 255 11445

    16 19 Februari 2020 11475 249 11226

    17 20 Februari 2020 12825 275 12550

    18 21 Februari 2020 14850 392 14458

    19 22 Februari 2020 12600 246 12354

    20 24 Februari 2020 10125 288 9837

    21 26 Februari 2020 11925 299 11626

    22 27 Februari 2020 12375 253 12122

    23 28 Februari 2020 7200 247 6953

    24 29 Februari 2020 12375 218 12157

    25 2 Maret 2020 8100 118 7982

    26 3 Maret 2020 10350 191 10159

    27 4 Maret 2020 10125 132 9993

    28 5 Maret 2020 12825 235 12590

    29 6 Maret 2020 11475 186 11289

    30 7 Maret 2020 10350 172 10178

    Setelah didapatkan nilai quantity of parts accepted setiap harinya maka

    dapat dilakukan perhitungan quality rate, contoh perhitungan pada tanggal

    1 Februari yakni sebagai berikut:

    Quality rate (𝑄) = 𝑄𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑒𝑝𝑡𝑒𝑑

    𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 x 100%

  • = 10550 unit

    10800 unit x 100%

    = 97,69 %

    Untuk perhitungan tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7 Maret 2020

    dapat dilihat pada tabel 4.17

    Tabel 4.17 Perhitungan quality rate

    No Tanggal

    Jumlah

    produksi

    (unit)

    Quantity of

    parts accepted

    (unit)

    Quality

    rate

    (%)

    1 1 Februari 2020 10800 10550 97,69%

    2 3 Februari 2020 3600 3395 94,31%

    3 4 Februari 2020 7200 6923 96,15%

    4 5 Februari 2020 15075 14715 97,61%

    5 6 Februari 2020 10350 10150 98,07%

    6 7 Februari 2020 10125 9914 97,92%

    7 8 Februari 2020 12375 12174 98,38%

    8 10 Februari 2020 12150 11897 97,92%

    9 11 Februari 2020 11925 11629 97,52%

    10 12 Februari 2020 12825 12568 98,00%

    11 13 Februari 2020 12375 12069 97,53%

    12 14 Februari 2020 12825 12638 98,54%

    13 15 Februari 2020 11700 11442 97,79%

    14 17 Februari 2020 8775 8583 97,81%

    15 18 Februari 2020 11700 11445 97,82%

    16 19 Februari 2020 11475 11226 97,83%

    17 20 Februari 2020 12825 12550 97,86%

    18 21 Februari 2020 14850 14458 97,36%

    19 22 Februari 2020 12600 12354 98,05%

    20 24 Februari 2020 10125 9837 97,16%

    21 26 Februari 2020 11925 11626 97,49%

    22 27 Februari 2020 12375 12122 97,96%

  • 23 28 Februari 2020 7200 6953 96,57%

    24 29 Februari 2020 12375 12157 98,24%

    25 2 Maret 2020 8100 7982 98,54%

    26 3 Maret 2020 10350 10159 98,15%

    27 4 Maret 2020 10125 9993 98,70%

    28 5 Maret 2020 12825 12590 98,17%

    29 6 Maret 2020 11475 11289 98,38%

    30 7 Maret 2020 10350 10178 98,34%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai quality rate secara keseluruhan atau

    rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh quality rate dan membaginya

    dengan 30 hari kerja sehingga didapatkan quality rate sebesar 97,73%.

    4.3.8 Perhitungan Overall Resource Effectiveness (ORE)

    Setelah diperoleh nilai Readiness (R), Availability of Facility (𝐴𝑓),

    Changeover Efficiency (C), Availability of Material (𝐴𝑚), Availability of

    Manpower (𝐴𝑚𝑝), Performance Efficiency (P), dan Quality Rate (Q)maka

    selanjutnya dilakukan perhitungan Overall Resource Effectiveness (ORE).

    Contoh perhitungan ORE pada tanggal 1 Februari 2020 adalah sebagai:

    ORE = R x 𝐴𝑓 x C x 𝐴𝑚 x 𝐴𝑚𝑝 x P x Q

    = 96,67% x 92,89% x 94,43% x 93,37% x 93,16% x 81,36% x 97,69%

    = 58,61%

    Lalu untuk perhitungan ORE tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 7

    Maret 2020 dapat dilihat pada tabel 4.18

    Tabel 4.18 Perhitungan overall resource effectiveness

    No Tanggal R 𝐴𝑓 C 𝐴𝑚 𝐴𝑚𝑝 P Q ORE

    1 1 Februari 2020 96,67% 92,89% 94,43% 93,37% 93,16% 81,36% 97,69% 58,61%

    2 3 Februari 2020 96,67% 64,66% 84,00% 61,11% 74,03% 84,21% 94,31% 18,86%

    3 4 Februari 2020 96,25% 72,51% 91,04% 100,00% 72,79% 86,49% 96,15% 38,46%

    4 5 Februari 2020 96,25% 98,70% 95,61% 100,00% 100,00% 92,20% 97,61% 81,75%

  • 5 6 Februari 2020 96,67% 88,58% 94,40% 88,66% 97,67% 82,14% 98,07% 56,39%

    6 7 Februari 2020 87,92% 94,31% 93,22% 94,88% 100,00% 76,70% 97,92% 55,08%

    7 8 Februari 2020 97,08% 96,78% 94,68% 96,25% 93,92% 85,49% 98,38% 67,63%

    8 10 Februari 2020 95,83% 91,52% 94,54% 97,99% 100,00% 83,08% 97,92% 66,09%

    9 11 Februari 2020 95,42% 94,32% 92,82% 94,51% 94,99% 88,33% 97,52% 64,61%

    10 12 Februari 2020 96,25% 95,67% 95,48% 100,00% 95,26% 85,07% 98,00% 69,82%

    11 13 Februari 2020 96,25% 96,97% 97,77% 96,35% 100,00% 78,20% 97,53% 67,05%

    12 14 Februari 2020 96,67% 92,24% 95,33% 94,12% 100,00% 89,06% 98,54% 70,21%

    13 15 Februari 2020 97,50% 97,86% 98,91% 96,69% 100,00% 71,23% 97,79% 63,57%

    14 17 Februari 2020 96,67% 97,41% 96,46% 100,00% 100,00% 53,67% 97,81% 47,68%

    15 18 Februari 2020 96,67% 86,64% 93,28% 100,00% 94,40% 88,14% 97,82% 63,58%

    16 19 Februari 2020 96,67% 96,12% 94,17% 100,00% 100,00% 72,86% 97,83% 62,37%

    17 20 Februari 2020 95,83% 96,52% 95,05% 92,42% 100,00% 87,69% 97,86% 69,72%

    18 21 Februari 2020 96,25% 96,97% 96,43% 100,00% 100,00% 91,67% 97,36% 80,32%

    19 22 Februari 2020 96,67% 92,89% 93,74% 100,00% 100,00% 83,17% 98,05% 68,63%

    20 24 Februari 2020 95,42% 95,63% 95,89% 86,67% 100,00% 74,18% 97,16% 54,65%

    21 26 Februari 2020 96,25% 93,07% 97,21% 100,00% 95,22% 79,90% 97,49% 64,59%

    22 27 Februari 2020 97,50% 94,02% 93,18% 100,00% 100,00% 80,49% 97,96% 67,34%

    23 28 Februari 2020 96,67% 96,77% 95,99% 84,69% 95,89% 54,86% 96,57% 38,63%

    24 29 Februari 2020 96,67% 96,98% 97,33% 88,58% 100,00% 85,05% 98,24% 67,54%

    25 2 Maret 2020 96,25% 88,10% 91,89% 100,00% 89,84% 64,29% 98,54% 44,34%

    26 3 Maret 2020 96,25% 97,40% 96,44% 97,70% 90,57% 71,88% 98,15% 56,44%

    27 4 Maret 2020 96,25% 96,97% 97,32% 89,91% 97,45% 70,68% 98,70% 55,52%

  • 28 5 Maret 2020 96,67% 93,53% 95,85% 91,83% 100,00% 89,53% 98,17% 69,94%

    29 6 Maret 2020 88,54% 92,71% 92,89% 100,00% 100,00% 83,61% 98,38% 62,72%

    30 7 Maret 2020 96,88% 93,55% 93,33% 100,00% 100,00% 67,98% 98,34% 56,54%

    Berdasarkan tabel diatas untuk nilai overall resource effectiveness secara

    keseluruhan atau rata-rata yakni dengan menjumlahkan seluruh overall

    resource effectiveness dan membaginya dengan 30 hari kerja sehingga

    didapatkan overall resource effectiveness 60,29%.

    4.3.9 Pembuatan Diagram Fishbone

    Setelah perhitungan Overall Resource Effectiveness (ORE) dan

    didapatkan nilai ORE sebesar 60,29% yang artinya masih berada dibawah

    standar nilai ORE yang baik yaitu 85%, maka langkah selanjutnya yaitu

    menganalisa penyebab rendahnya nilai ORE pada PT. Sinar Bali Binakarya.

    Fishbone diagram adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk

    menganalisa sebab akibat dari suatu masalah berdasarkan beberapa aspek

    yaitu manusia, mesin, metode, material, measurement dan lingkungan.

    Berikut adalah fishbone diagram penyebab rendahnya nilai ORE

  • Operator terlambat

    melaporkan masalah

    Kurangnya pengetahuan

    Atau pengalaman kerja

    Operator kurang teliti

    Kelelahan

    Operator kurang melakukan

    cek sebelum produksi

    Pemakaian waktu kerja

    kurang baik

    Perencanaan maintenance

    tidak efektif

    Pemeliharaan dilakukan

    setelah mesin rusak

    Lamanya

    pengkondisian

    mesin

    Lamanya mencari titik

    kerusakan pada mesin

    Produksi terganggu bila

    ada perbaikan mesin

    Mesin harus

    Berhenti saat

    perbaikan

    Kurangnya pengawasan

    Pada proses produksi

    Kurang disiplin

    Kebersihan kurang terjaga

    Pembersihan tidak

    Dilakukan secara

    berkala

    Kurangnya kesadaran dari

    pihak yang terlibat di

    tempat produksi

    Kurangnya monitoring

    Terhadap kebersihan

    Adanya material asing

    Kurangnya pengecekan

    atau inspeksi pada material

    Kurangnya perhitungan

    Kebutuhan material

    yang dibutuhkan

    tiap shiftnya

    Sulit memprediksi

    kerusakan mesin

    Kurang siapnya

    penyediaan spare part

    Keausan

    Kurang pengecekan dan

    pelumasan berkala

    Planned Maintenance

    (PM) tidak terjadwal

    dengan baik

    Kemacetan mesin

    Adanya trouble pada

    kontrol mesin

    Operator kurang memahami

    gejala kerusakan

    Kuranganya

    pelatihan kerja

    Kehabisan material

    ditengah produksi

    Kurang perawatan

    berkala

    Terlambatnya pengisisan

    material

    Kurang ada komunikasi

    antar departemen

    Terjadi speed losses

    Pelumasan pada

    Mesin kurang

    Pompa tidak

    memompa

    Masalah pada

    mesin hidrolik

    Panas

    berlebihan

    Mati listrik

    Kerusakan motor

    Gambar 4.3 Fishbone diagram

    Dari fishbone diagram tersebut didapatkan bahwa terdapat lima aspek yang

    mempengaruhi nilai ORE di PT. Sinar Bali Binakarya yaitu manusia,

    metode, lingkungan, material, dan mesin yang setiap aspeknya disertai

    dengan penyebab rendahnya ORE.

    4.3.10 Pembuatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    Tahap selanjutnya yaitu pembuatan Failure Mode and Effect

    Analysis (FMEA) yang berisi efek kegagalan, sebab kegagalan, dan kontrol

    yang telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi kegagalan atau masalah

    tersebut. Setelah itu dilakukan pembobotan dan perhitungan Risk Priority

    Number (RPN) pada tiap kegagalan. Dari RPN tersebut maka terpilih

    prioritas kegagalan apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu dengan

    melihat nilai RPN yang terbesar. Semakin kecil nilai RPN maka semakin

    rendah tingkat prioritas penyelesaian masalah atau kegagalannya. Angka

    pembobotan didapatkan berdasarkan dari hasil brainstorming dengan dua

    narasumber di perusahaan yaitu Kepala Plant Precast dan Paving serta

    Supervisor Produksi Paving.

  • Tabel 4.19 Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    No Item/aktivitas Mode

    kegagalan

    Efek dari

    kegagalan Severity

    Penyebab

    Kegagalan Occurance

    Kontrol yang

    dilakukan Detection RPN

    1 proses

    pencetakan

    daya tekan

    pengepresan

    kurang

    mengurangi

    kualitas

    produk yang

    dihasilkan

    7

    anomali

    getaran pada

    vibration

    motors

    5

    melakukan

    perbaikan jika

    telah terjadi

    kerusakan

    5 175

    2 feeding

    system

    terjadi

    keausan

    menurunnya

    kinerja mesin 5

    kurangnya

    pemberian

    pelumas

    3

    pemberian oli

    saat alat

    menunjukkan

    kekurangan oli

    7 105

    3

    pallet

    conveyor

    movable

    frame tidak

    bergerak

    Pallet tidak

    terdorong 3

    rusak pada

    bagian keyed

    push block

    3 mengganti jika

    sudah rusak 4 36

    machine

    frame tidak

    bisa

    beroperasi

    produksi

    terganggu

    8

    komponen

    rusak 4

    memperbaiki

    setelah rusak 6 192

    8

    roller

    bermasalah 4

    mengecek dan

    memperbaiki 3 96

    speed

    conveyor

    tidak stabil

    terjadi

    overlap

    produk yang

    berjalan

    6

    kesalahan atau

    kerusakan

    pada sistem

    conveyer

    2

    mengevaluasi

    dan memperbaiki

    sistem

    3 36

  • No Item/aktivitas Mode

    kegagalan

    Efek dari

    kegagalan Severity

    Penyebab

    Kegagalan Occurance

    Kontrol yang

    dilakukan Detection RPN

    4 belt conveyor

    belt conveyer

    bergerak ke

    salah satu sisi

    tidak

    beraturan

    material

    keluar dari

    belt conveyor

    3

    belt conveyor

    terlalu kaku

    atau keras

    3

    membiarkan dan

    membersihkan

    material yang

    keluar dari belt

    conveyor

    9 81

    sobekan pada

    belt conveyer

    material

    keluar 1

    ada material

    asing/logam

    tajam yang

    terbawa

    material

    2

    membersihkan

    belt conveyor

    secara berkala

    4 8

    Roller tidak

    berputar

    produksi

    terganggu

    7

    adanya

    material yang

    menempel

    5 membersihkan

    roller 4 140

    7 komponen

    rusak 4

    mengganti yang

    rusak 3 84

    pelumasan

    roller bearing

    tidak berjalan

    lancar

    kerja

    conveyer

    terganggu

    8

    pemeliharaan

    lubrikasi

    jarang

    dimonitor

    4

    pengawasan

    hanya saat terjadi

    trouble

    6 192

    speed

    conveyor

    tidak stabil

    material tidak

    dapat

    bergerak

    teratur

    sehingga

    keluar dari

    belt

    6

    kesalahan atau

    kerusakan

    pada sistem

    conveyer

    2

    mengevaluasi

    dan memperbaiki

    sistem

    3 36

  • No Item/aktivitas Mode

    kegagalan

    Efek dari

    kegagalan Severity

    Penyebab

    Kegagalan Occurance

    Kontrol yang

    dilakukan Detection RPN

    5 block

    sweeper

    sikat sapu

    berantakan

    pembersihan

    sisa material

    tidak merata

    5

    intensitas

    penggunaan

    lama dan

    berturut-turut

    7 mengganti 5 175

    permukaan

    sapu terhalan

    kotoran atau

    debu

    masih ada

    material sisa

    pada produk

    jadi

    3

    kurangnya

    pembersihan

    berkala pada

    sapu

    8

    pembersihan alat

    saat sudah benar-

    benar kotor

    8 192

    pergerakan

    tidak normal

    mesin tidak

    bekerja

    optimal dan

    menyebabkan

    produksi

    terganggu

    7

    gangguan

    pada poros

    pergerakan

    mesin

    3 mengecek dan

    memperbaiki 7 147

    6 mesin

    hidrolik

    pompa

    berisik

    menggangu

    lingkungan

    kerja

    3

    terdapat

    komponen

    pompa yang

    aus atau

    kendor

    3 mengganti yang

    aus 4 36

    3

    terdapat benda

    asing pada

    pompa

    4 mengecek dan

    membersihkan 4 48

    pompa tidak

    memompa

    terhambatnya

    kerja mesin

    hidrolik

    8

    saluran masuk

    pompa

    tersumbat

    4 mengecek dan

    membersihkan 4 128

  • No Item/aktivitas Mode

    kegagalan

    Efek dari

    kegagalan Severity

    Penyebab

    Kegagalan Occurance

    Kontrol yang

    dilakukan Detection RPN

    pompa tidak

    memompa

    terhambatnya

    kerja mesin

    hidrolik

    8 gangguan

    mekanik 3

    memperbaiki

    komponen yang

    rusak

    5 120

    panas

    berlebihan

    mesin cepat

    rusak dan

    kinerja mesin

    menurun

    6

    tekanan

    pembuangan

    pemompaan

    berlebihan

    5 memperbaiki

    setelan 6 180

    6

    komponen

    pompa tidak

    terpasang

    dengan baik

    4

    membenarkan

    komponen ke

    posisi yang tepat

    3 72

    7 Material

    adanya

    material

    asing

    menggangu

    kerja mesin 8

    kurang

    telitinya

    proses

    pengayakan

    dan proses

    quality control

    untuk bahan

    lainnya

    3

    membersihkan

    material yang

    mengganggu

    mesin

    8 192

    terlambatnya

    pengisisan

    material

    produksi

    berhenti 8

    tidak adanya

    perhitungan

    kebutuhan

    material

    sebelum

    produksi

    2

    segera mengisi

    material yang

    dibutuhkan

    8 128

  • No Item/aktivitas Mode

    kegagalan

    Efek dari

    kegagalan Severity

    Penyebab

    Kegagalan Occurance

    Kontrol yang

    dilakukan Detection RPN

    8 sumber daya

    (listrik) mati listrik

    terhambatnya

    produksi 7

    mati listrik

    secara tiba -

    tiba (tidak ada

    pemberitahuan

    sebelumnya)

    4

    segera mengganti

    sumber daya

    dengan genset

    4 112

    9 mesin rusak

    waktu

    penyelesaian

    masalah dan

    perbaikan

    lama

    produksi

    terhambat

    8

    kurang

    pahamnya

    operator

    terhadap

    kerusakan

    mesin

    8

    operator melapor

    setelah mesin

    rusak

    7 448

    8

    tidak

    tersedianya

    sparepart yang

    rusak

    6

    pencarian spare

    part hanya jika

    membutuhkannya

    8 384

    8

    kurangnya

    penerapan

    preventive

    maintenance

    7 perbaikan hanya

    jika mesin rusak 9 504

    10 lingkungan

    kerja atap bocor

    lingkungan

    kerja yang

    tidak nyaman

    bagi pekerja

    1

    kurang ada

    pengawasan

    dan perawatan

    terhadap

    tempat kerja

    8

    memperbaiki jika

    benar-benar tidak

    bisa untuk tempat

    produksi

    7 56

  • Berdasarkan perhitungan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    diatas dengan menggunakan tiga indikator yaitu severity, occurance, dan

    detection maka diambil tiga hal yang diprioritaskan untuk dilakukan

    perbaikan karena memiliki nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi.

    Ketiga hal tersebut memiliki mode kegagalan yang sama yaitu penyelesaian

    dan perbaikan mesin yang berlangsung lama sehingga mengakibatkan

    produksi terhambat. Nilai RPN tertinggi pertama sebesar 504 dengan

    penyebab yaitu kurangnya penerapan preventive maintenance dan

    perbaikan dilakukan hanya setelah mesin rusak. Nilai RPN tertinggi kedua

    sebesar 448 dengan penyebab yaitu kurang pahamnya operator terhadap

    kerusakan mesin. Dan nilai RPN tertinggi ketiga sebesar 384 dengan

    penyebab yaitu tidak tersedianya sparepart yang rusak.