bab iv penelitian ball mill indocement

12
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Turbo Separator Evaluasi kinerja turbo separator dilakukan dengan menentukan nilai circulating load, pembuatan kurva tromp (tromp curve), dan menentukan efisiensi turbo separator. Turbo separator yang terdapat di unit raw mill plant 8 PT ITP, Tbk memiliki nilai circulating load yang melebihi nilai standarnya, yaitu 2,5. Tabel 4.1 menunjukkan hasil perhitungan nilai circulating load : Tanggal Nilai Standar Circulating Load Hasil Perhitungan 31 Juli 2014 8 Agustus 2014 22 Agustus 2014 2,5 2,75 8,92 3,48 11 September 2014 8,20 Apabila dibandingkan, hasil perhitungan nilai circulating load tidak sesuai dengan nilai standarnya. Hal ini menunjukkan kinerja raw mill yang tidak optimal, sehingga menghasilkan produk kasar yang lebih banyak dibandingkan dengan produk halusnya. Semakin besar nilai circulating load, maka akan semakin banyak material kasar yang diumpankan kembali ke raw mill, sedangkan jumlah material halus yaitu produk akan semakin sedikit, sehingga nilainya tidak akan sebanding dengan umpan. Untuk menganalisis dan melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap kinerja turbo separator, maka dibuat kurva tromp. Gambar 4.1 menunjukkan perbandingan antara kurva tromp ideal dengan kurva tromp aktual : Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Circulatig Load dan Nilai Standarnya

Upload: voninurti-septiani

Post on 19-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Penelitian Evaluasi Kinerja Ball Mill PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 7/8 Citeureup-Bogor

TRANSCRIPT

  • 36

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Evaluasi Kinerja Turbo Separator

    Evaluasi kinerja turbo separator dilakukan dengan menentukan nilai

    circulating load, pembuatan kurva tromp (tromp curve), dan menentukan efisiensi

    turbo separator.

    Turbo separator yang terdapat di unit raw mill plant 8 PT ITP, Tbk memiliki

    nilai circulating load yang melebihi nilai standarnya, yaitu 2,5. Tabel 4.1

    menunjukkan hasil perhitungan nilai circulating load :

    Tanggal Nilai Standar

    Circulating Load Hasil Perhitungan

    31 Juli 2014

    8 Agustus 2014

    22 Agustus 2014 2,5

    2,75

    8,92

    3,48

    11 September 2014 8,20

    Apabila dibandingkan, hasil perhitungan nilai circulating load tidak sesuai

    dengan nilai standarnya. Hal ini menunjukkan kinerja raw mill yang tidak optimal,

    sehingga menghasilkan produk kasar yang lebih banyak dibandingkan dengan

    produk halusnya. Semakin besar nilai circulating load, maka akan semakin

    banyak material kasar yang diumpankan kembali ke raw mill, sedangkan jumlah

    material halus yaitu produk akan semakin sedikit, sehingga nilainya tidak akan

    sebanding dengan umpan.

    Untuk menganalisis dan melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap kinerja

    turbo separator, maka dibuat kurva tromp. Gambar 4.1 menunjukkan

    perbandingan antara kurva tromp ideal dengan kurva tromp aktual :

    Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Circulatig Load dan Nilai Standarnya

  • 37

    Laporan Penelitian Industri

    Berdasarkan grafik di atas, trend atau model dari kurva tromp aktual sudah

    sesuai dengan bentuk kurva tromp ideal, yang membedakan hanya nilai parameter

    tromp curve, yaitu imperfection (Is) dan sharp separation (k). Berikut ini

    merupakan nilai standar parameter tromp curve untuk turbo separator :

    Parameter 1

    st Generation

    (Conventional Separator)

    Cut Size

    By Pass

    akuisi limit

    Imperfection

    Sharp Separation (k)

    > 25 m

    < 50 %

    > 20 m

    0 : sempurna

    0-0,3 : tinggi

    0,3-0,5 : baik

    0,5-0,7 : tidak baik

    < 2,1

    Sumber : Heidelberg Technology Center,2014

    Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Antara Kurva Tromp Ideal

    dengan Kurva Tromp Aktual

    Tabel 4.2 Nilai Standar Parameter Tromp Curve

    Kurva ideal

  • 38

    Laporan Penelitian Industri

    Tabel 4.3 menunjukkan hasil evaluasi kinerja turbo separator menggunakan

    metode tromp curve :

    Berdasarkan perbandingan antara nilai cut size yang diperoleh dari kurva

    tromp dengan nilai standarnya, nilai cut size tersebut telah sesuai dengan standar

    yang ditentukan. Nilai cut size menunjukkan batas ukuran partikel yang 50% dari

    jumlah umpan masuk ke tailing. Ukuran partikel yang lebih besar dari nilai cut

    size akan masuk ke tailing, sedangkan ukuran partikel yang lebih kecil dari nilai

    cut size akan masuk sebagai produk.

    Berdasarkan nilai by pass yang diperoleh dari kurva tromp, nilai by pass

    tersebut telah sesuai dengan nilai standarnya. Semakin rendah nilai by pass, maka

    efisiensi pemisahan separator semakin baik, karena semakin sedikit fraksi halus

    yang masuk ke tailing. Pemisahan partikel yang paling baik adalah pada tanggal

    31 Juli 2014 dengan nilai by pass 0%. Hal ini menunjukkan tidak ada fraksi halus

    yang masuk ke tailing. Nilai akuisi limitnya pun telah sesuai dengan nilai standar

    yaitu 55 m. Akuisi limit adalah batas ukuran untuk proses pemisahan partikel

    dimana proses pemisahan di dalam separator terjadi di atas nilai akuisi limit.

    Sharp separation (k) menunjukkan proses pemisahan yang terjadi di dalam

    separator. Nilai sharp separation dapat mempengaruhi bentuk kurva tromp.

    Sharp separation menunjukkan rentang pemisahan di dalam separator. Semakin

    besar nilai k, maka rentang ukuran yang dipisahkan akan semakin besar.

    Berdasarkan analisis dari kurva tromp, nilai k pada tanggal 31 Juli 2014 dan 22

    Agustus 2014 telah sesuai dengan nilai standarnya. Hal ini menunjukkan proses

    Tanggal

    Parameter

    Cut size

    (m)

    By pass

    %

    Akuisi

    Limit

    (m)

    Imperfection

    (Is)

    Sharp

    Separation (k)

    31 Juli 2014

    8 Agustus 2014

    22 Agustus 2014

    123

    55

    94

    0

    36,38

    6

    55

    44

    55

    0,38

    0,664

    0,308

    2,06

    1,756

    11 September 2014 28 47,31 20 1

    Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Kinerja Separator

  • 39

    Laporan Penelitian Industri

    pemisahan partikel yang terjadi pada dua tanggal tersebut sudah baik. Sedangkan

    pada tanggal 8 Agustus 2014 dan 11 September 2014, nilai k yang diperoleh

    melebihi nilai standarnya. Hal ini menunjukkan proses pemisahan partikel yang

    terjadi pada dua tanggal tersebut sangat tidak optimal.

    Imperfection (Is) menunjukkan kesempurnaan pemisahan. Semakin rendah

    nilai Is, maka efisiensi pemisahan semakin sempurna karena ukuran partikel yang

    dipisahkan sama. Semakin tinggi nilai Is, maka efisiensi pemisahan tidak baik

    karena rentang ukuran partikel yang dipisahkan terlalu besar. Berdasarkan

    perhitungan, nilai imperfection (Is) pada tanggal 8 Agustus 2014 dan 11

    September 2014 kesempurnaan pemisahannya tidak baik sedangkan pada tanggal

    31 Juli 2014 dan 22 Agustus 2014 kesempurnaan proses pemisahannya tergolong

    baik.

    Berdasarkan hasil analisis kurva tromp, pemisahan partikel yang tergolong

    baik pada turbo separator terjadi pada tanggal 31 Juli dan 22 Agustus 2014.

    Sedangkan pada tanggal 8 Agustus dan 11 September 2014, proses pemisahan

    partikel cenderung tidak baik. Hal tersebut berpengaruh terhadap efisiensi

    pemisahan pada turbo separator. Berikut ini adalah data efisiensi proses

    pemisahan pada turbo separator :

    Tanggal

    Efisiensi Standar

    (%)

    Efisiensi Hasil Perhitungan

    (%)

    31 Juli 2014

    > 60

    74

    8 Agustus 2014 50,25

    22 Agustus 2014 73,06

    11 September 2014 38,77

    Dilihat dari hasil yang diperoleh, efisiensi proses pemisahan yang telah sesuai

    dengan standar adalah pada tanggal 31 Juli 2014 dan 22 Agustus 2014.

    Apabila diamati dari efisiensi proses pemisahan di separator, kinerja turbo

    separator berhubungan dengan kinerja raw mill. Hal ini dapat dilihat dari nilai

    Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Efisiensi dan Efisiensi Standarnya

  • 40

    Laporan Penelitian Industri

    circulating load dan sharp separation (k). Berdasarkan hasil evaluasi dengan

    metode tromp curve, kinerja turbo separator masih baik, kecuali dari nilai sharp

    separation (k). Hal ini disebabkan oleh nilai circulating load yang tinggi.

    Nilai sharp separation (k) dapat dipengaruhi oleh jumlah umpan turbo

    separator. Tabel 4.5 menunjukkan perbandingan nilai sharp separation (k)

    dengan umpan turbo separator.

    Tanggal sharp separation (k) Umpan turbo separator

    (ton/h)

    31 Juli 2014 2,06 775,76

    8 Agustus 2014 287,79

    22 Agustus 2014 1,756 422,4

    11 September 2014 316,84

    Berdasarkan tabel di atas, banyaknya jumlah umpan turbo separator dapat

    menurunkan nilai k. Nilai k yang rendah menunjukkan proses pemisahan di turbo

    separator semakin baik.

    H. Gloeckner dkk. (2014) menyimpulkan bahwa semakin banyak jumlah

    umpan separator, maka nilai k akan semakin menurun, sehingga kualitas produk

    semakin baik.

    4.2 Evaluasi Kinerja Raw Mill

    Kinerja raw mill yang baik dapat dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan.

    Kualitas produk dapat dipengaruhi oleh kandungan air (% moisture), ampere mill,

    dan level mill. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap rasio reduksi dan energi

    kominusi.

    Berdasarkan perhitungan energi kominusi, efisiensi raw mill plant 8 masih

    rendah. Efisiensi raw mill dipengaruhi oleh energi kominusi. Semakin tinggi

    energi kominusi, maka efisiensi raw mill akan semakin tinggi. Hal tersebut terlihat

    pada grafik perbandingan antara efisiensi raw mill dengan energi kominusi.

    Tabel 4.5 Perbandingan nilai sharp separation (k) dengan umpan turbo

    separator

  • 41

    Laporan Penelitian Industri

    Energi kominusi yang rendah menunjukkan rasio reduksi rendah, sehingga

    proses penggilingan tidak optimal dan tingkat kehalusan produk akan semakin

    rendah. Hubungan energi kominusi dengan residu adalah berbanding terbalik.

    Semakin besar energi kominusi maka nilai residu akan semakin rendah. Kondisi

    tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

    Namun, energi kominusi aktual raw mill masih rendah dibandingkan dengan

    energi kominusi desain. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

    0.3491 0.2603 0.335 0.306

    5.03

    3.75

    4.834 4.41

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    31 Juli 8 Agustus 22 Agustus 11-Sep

    efisiensi raw mill

    energi kominusi(KWh/ton)

    5.03 3.75 4.834 4.41

    68.3

    80.24

    70.14 70.05

    35.51

    57.4

    39.76 39.96

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    31 Juli 8 Agustus 22 Agustus 11-Sep

    energi kominusi(KWh/ton)

    residu 90m (%)

    residu 200m (%)

    Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Efisiensi Raw Mill dengan Energi Kominusi

    Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Energi Kominusi dengan Nilai Residu

  • 42

    Laporan Penelitian Industri

    Grafik tersebut menunjukkan bahwa energi yang dipindahkan (ditransfer)

    untuk menghancurkan dan menghaluskan material lebih kecil dari desain. Hal ini

    menyebabkan proses penggilingan di dalam raw mill tidak optimal, sehingga rasio

    reduksi turun dan kehalusan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.

    Kondisi tersebut terlihat pada grafik di bawah ini :

    Penyebab menurunnya kinerja raw mill dapat dipengaruhi oleh ampere mill,

    jumlah material di dalam mill (mill level) dan temperatur gas panas.

    5.03

    3.75 4.834 4.41

    14.43 14.43 14.43 14.43

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    31 Juli 8 Agustus 22 Agustus 11-Sep

    energi kominusiexcisting (KWh/ton)

    energi kominusi desain(KWh/ton)

    68.3

    80.24

    70.14 70.05

    35.51

    57.4

    39.76 39.96

    17 17 17 17

    2.5 2.5 2.5 2.5

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    31 Juli 8 Agustus 22 Agustus 11-Sep

    residu 90m (%)

    residu 200m (%)

    standar residu 90m (%)

    standar residu 200m (%)

    Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Energi Kominusi Aktual dengan Energi Kominusi Desain

    Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Residu dengan Nilai Residu Standar

  • 43

    Laporan Penelitian Industri

    Pengaruh ampere mill pada penurunan kinerja raw mill adalah semakin tinggi

    nilai ampere mill, maka kecepatan putaran mill akan semakin meningkat, sehingga

    kecepatan putaran mill akan mendekati kecepatan kritis. Apabila kecepatan mill

    ada pada kecepatan kritisnya, maka tidak akan terjadi proses penggilingan karena

    steel ball hanya berputar di dalam mill tanpa memberikan gaya impact. Batas nilai

    ampere mill plant 8 adalah 450 A dengan kecepatan putaran mill sebesar 13,2

    rpm. Tabel 4.5 menunjukkan data nilai ampere mill plant 8.

    Tanggal Ampere Mill

    (A)

    31 Juli 2014 434

    8 Agustus 2014 417

    22 Agustus 2014 450

    11 September 2014 431

    Berdasarkan tabel di atas, nilai ampere mill masih berada di bawah nilai

    batasnya. Hal ini menunjukkan kecepatan putaran mill masih sesuai dengan

    desain, sehingga kinerja motor penggerak mill dalam kondisi yang baik.

    Pengaruh jumlah material di dalam mill adalah semakin banyak material di

    dalam mill dapat menyebabkan proses penggilingan material menjadi tidak

    optimal. Hal ini dikarenakan adanya material yang tidak tergiling oleh media

    penggiling. Menurut Heidelberg Technology Center, efisiensi yang baik

    menunjukkan energi kominusi yang digunakan semakin besar. Efisiensi

    penggilingan yang paling baik adalah jika level material sama atau sedikit (2 inch)

    lebih tinggi dari level media penggiling. Jika level material lebih tinggi dari level

    media penggiling, akan menyebabkan material lari (cruchion effect), sehingga

    efisiensi penggilingan menjadi rendah. Jika level material lebih rendah

    kemungkinan terjadi tumbukan antara media penggiling dengan liner menjadi

    lebih tinggi. Hal ini akan menimbulkan panas yang mengakibatkan tingkat

    keausan steel ball semakin tinggi, sehingga penggilingan akan menurun. Berikut

    ini merupakan data perbandingan antara mill level dengan total umpan.

    Tabel 4.6 Nilai Ampere Mill Plant 8

  • 44

    Laporan Penelitian Industri

    Tanggal Level mill

    (%)

    Total umpan

    (ton/h)

    31 Juli 2014 94 806

    8 agustus 2014 67 543

    22 agustus 2014 96.6 665

    11 September 2014 98 637

    Berdasarkan data tersebut, nilai mill level tidak sesuai dengan total umpan

    yang masuk ke dalam mill. Hal tersebut diakibatkan instrumen pengukuran mill

    level tidak berfungsi. Seharusnya, semakin banyak total umpan yang masuk ke

    dalam mill, maka nilai level mill akan semakin besar. Oleh karena itu, nilai mill

    level tidak dapat dijadikan salah satu parameter evaluasi kinerja raw mill karena

    nilainya yang kurang akurat.

    Berdasarkan data yang diperoleh, nilai filling degree raw mill plant 8 adalah

    18,7%. Nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai standar filling degree untuk tipe air

    swept mill yaitu 26%. Berdasarkan kondisi tersebut, jumlah media penggiling

    tidak sebanding dengan total umpan, sehingga efisiensi penggilingan rendah.

    Pengaruh temperatur gas panas terhadap penurunan kinerja raw mill adalah

    kadar air yang terkandung di dalam material. Kadar air ini merupakan kadar air

    yang terkandung di dalam umpan segar maupun kadar air dalam raw meal.

    Temperatur outlet mill menunjukkan kadar air yang terkandung dalam raw

    meal. Jika material terlalu basah dapat mengakibatkan coating pada steel ball

    yang dapat menyebabkan tumbukan material tidak optimal, sehingga rasio reduksi

    rendah. Seharusnya, rentang temperatur outlet mill antara 120-125oC. Selain itu,

    jumlah air yang terlalu banyak dalam raw meal dapat mempengaruhi proses

    pembakaran di kiln, sehingga kebutuhan bahan bakar yang diperlukan semakin

    banyak. Berikut merupakan grafik perbandingan rasio reduksi dengan temperatur

    gas panas.

    Tabel 4.7 Data Perbandingan Mill Level dengan Total Umpan

  • 45

    Laporan Penelitian Industri

    Proses pengeringan dapat mempengaruhi proses penggilingan material di

    dalam mill. Pada tanggal 8 Agustus 2014, proses pengeringan yang terjadi tidak

    terlalu optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari temperatur outlet mill yang masih

    tinggi, sehingga menyebabkan rasio reduksi yang rendah. Kandungan air di dalam

    umpan segar yang tinggi harus diimbangi dengan kenaikan temperatur gas panas,

    sehingga kadar air dalam raw meal kurang dari 1%.

    Kinerja raw mill dapat mempengaruhi nilai circulating load pada turbo

    separator. Berikut adalah grafik perbandingan energi kominusi dan circulating

    load:

    10.46 7.1 9.88 10.19

    251

    277

    302 278

    122 135

    120 122

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    31 Juli 8 Agustus 22 Agustus 11-Sep

    ratio reduksi

    temperatur inlet mill(oC)

    temperatur outlet mill(oC)

    4.57

    3.408

    4.386 4

    2.745

    8.92

    3.48

    8.2

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    31 Juli 8 Agustus 22 Agustus 11-Sep

    energi kominusi(KWh/ton)

    circulating load

    Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rasio Reduksi dengan Temperatur Gas Panas

    Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Energi Kominusi dengan Nilai Circulating Load

  • 46

    Laporan Penelitian Industri

    Semakin besar energi kominusi maka proses penggilingan akan semakin optimal

    dan kehalusan produk akan semakin tinggi, sehingga nilai circulating load

    semakin rendah.

    Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja raw mill telah mengalami penurunan yang

    diakibatkan oleh moisture content umpan segar yang tidak diukur, sehingga

    temperatur gas panas tidak dapat disesuaikan dengan moisture content umpan

    segar. Hal tersebut dapat menimbulkan coating pada steel ball. Selain itu, filling

    degree yang tidak sebanding dengan total umpan dapat menyebabkan proses

    penggilingan tidak optimal, sehingga energi kominusi aktual lebih kecil dari

    energi kominusi desain dan residu tepung baku akan melebihi nilai standarnya.

    Nilai residu tersebut dapat mempengaruhi keseragaman ukuran tepung baku.

    4.3 Rekomendasi Penyelesaian Masalah di Unit Raw Mill

    Pada close circuit mill, kinerja turbo separator berhubungan dengan kinerja

    raw mill. Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja alat yang belum optimal adalah raw

    mill. Untuk meningkatkan kinerja raw mill perlu dilakukan inspeksi raw mill

    secara rutin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi bagian-bagian di dalam

    raw mill seperti liner, steel ball, diafragma, dan retaining ring. Kondisi liner yang

    rusak dapat menyebabkan gaya angkat material dan media penggiling tidak

    optimal, sehingga gaya impact mengalami penurunan. Oleh karena itu, perlu

    waktu yang lama untuk mendapatkan kualitas product outlet mill yang sesuai

    standar. Kondisi steel ball yang aus dan kotor (coating) dapat mengurangi rasio

    reduksi dan menurunkan kehalusan produk, sehingga diperlukan penggantian steel

    ball untuk meningkatkan rasio reduksi dan kehalusan produk keluaran mill.

    Semakin kecil nilai residu, maka nilai circulating load akan semakin menurun.

    Hal ini dapat mempengaruhi salah satu parameter tromp curve, yaitu sharp

    separation (k). Semakin kecil nilai sharp separation (k), maka proses pemisahan

    semakin sempurna, sehingga efisiensi pemisahan di turbo separator akan semakin

    baik. Kondisi diafragma dan retaining ring yang mengalami penyumbatan oleh

    gumpalan material, pecahan steel ball, dan benda asing dapat mengakibatkan

    aliran material tidak lancar dan mengkibatkan terjadinya tekanan positif di inlet

  • 47

    Laporan Penelitian Industri

    mill. Tekanan positif dapat menyebabkan material yang ada di dalam mill

    berhamburan, sehingga tidak terjadi penggilingan.

    Selain itu, penambahan jumlah media penggiling dapat dijadikan salah satu

    rekomendasi untuk meningkatkan energi kominusi agar nilai residu dapat sesuai

    dengan standar dan tetap memperhatikan nilai ampere mill agar kecepatan putaran

    mill tidak mencapai kecepatan kritis.