bab iv pembahasan dan hasil penelitian 4.1 deskripsi...
TRANSCRIPT
34
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah yang ada di Kecamatan Watumalang
Kabupaten Wonosobo. Sekolah yang dijadikan penelitian ini adalah 2 SD yaitu :
1. SD Negeri 1 Wonoroto sebagai kelas kontrol. SD ini terletak di Desa Wonoroto
Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Siswa kelas IV SD Negeri 1 Wonoroto
berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
2. SD Negeri 2 Wonoroto sebagai kelas eksperimen. SD ini terletak di desa Klesem
Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Wonoroto
berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 7siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Latar belakang sosial siswa dari kedua sekolah ini mayoritas sama yaitu dari
keluarga petani dan pedagang karena daerah ini terletak di pedesaan. Alasan yang
menjadi pertimbangan peneliti memilih SD Negeri 1 dan 2 Wonoroto sebagai tempat
penelitian adalah penelitian dengan topik pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head
Together Terhadap keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah karena selama
ini pembelajaran yang diterapkan hanya menggunakan metode ceramah belum pernah
menggunakan model pembelajaran.
35
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian Tabel 4.1
Pelaksanaan Penelitian
No Tanggal Pelaksanaan Uraian Kegiatan
1. 2 Maret 2012 Uji validitas soal di SD Negeri 1 Banyukembar
2. 3 Maret 2012 Uji validitas angket keaktifan di SD Negeri 1 Banyukembar
3. 9 Maret 2012 Pelaksanaan Pretest di SD Negeri 1 Wonoroto
4. 10 Maret 2012 Pelaksanaan Pretest di SD Negeri 2 Wonoroto
5. 16 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1
Wonoroto menggunakan metode ceramah
dengan materi sifat- sifat bangun ruang kubus
dan balok.
6. 17 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 1 Wonoroto
menggunakan metode ceramah dengan materi sifat-
sifat bangun ruang tabung, kerucut dan bola.
7. 22 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 2 Wonoroto
menggunakan model pembelajaran Numbered Head
Together dengan materi sifat- sifat bangun ruang
kubus dan balok.
8. 24 Maret 2012 Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 2 Wonoroto
menggunakan model pembelajaran Numbered Head
Together dengan materi sifat- sifat bangun ruang
tabung, kerucut dan bola.
9. 30 Maret 2012 Pelaksanaan Post Test kelas Kontrol di SD Negeri 1
Wonoroto
10. 31 Maret 2012 Pelaksanaan Post Test kelas Eksperimen di SD
Negeri 2 Wonoroto
36
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan ( Pre Test)
4.2.1. 1 Data Hasil Pre Test Kelas Kontrol
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV
digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD Negeri 1 Wonoroto, sebagai
berikut :
0 – 40 : Sangat Kurang
41 – 60 : Kurang
61 – 70 : Cukup
71 – 90 : Tinggi
91 – 100 : Sangat Tinggi
Hasil pre tes siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretestkontrol 22 27 80 55.05 13.404
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data jumlah siswa (N) sebanyak 22
siswa mempunyai skor maksimal 80 dan skor minimal 27 dengan rata-rata sebesar 55,05
serta standar deviasi 13,404.
Pengukuran hasil pre tes kelas kontrol pada SD Negeri 1 Wonoroto adalah tampak seperti
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Kategori hasil pre tes SD Negeri 1 Wonoroto
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 1
Wonoroto
91- 100 Sangat Tinggi - -
71- 90 Tinggi 4 18,18
61- 70 Sedang 1 4,54
37
41- 60 Kurang 13 59,10
0- 40 Sangat Kurang 4 18,18
Jumlah 22 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil pre tes SD Negeri 1 Wonoroto.
Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 4 siswa
(18,18%), kategori kurang 13 siswa (59,10%), kategori sedang sebanyak 1 siswa (4,54% ),
kategori tinggi 4 siswa ( 4,54 %) dan tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai belajar siswa SD Negeri 1 Wonoroto masih rendah.
Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik 4.1.
Grafik 4.1
Nilai Pre Test SD Negeri 1 Wonoroto
4.2.1.2 Hasil Pre Test Siswa Kelas Eksperimen
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar matematika siswa digunakan
lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD Negeri 2 Wonoroto, sebagai berikut :
0 – 40 : Sangat Kurang
0
2
4
6
8
10
12
14
Tinggi Sedang Kurang Sangat Kurang
71- 90 61- 70 41- 60 0- 40
38
41 – 60 : Kurang
61 –70 : Sedang
71 – 90 : Tinggi
91 – 100 : Sangat Tinggi
Hasil pre tes siswa kelas eksperimen dapat dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretestkelaseksperimen 21 40 87 60.67 11.128
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data (N) sebanyak 21 mempunyai skor
maksimal 87, skor minimal 40 dan rata-rata sebesar 60,67 serta standar deviasi 11,128.
Pengukuran hasil pre tes pada SD Negeri 2 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel
4.5.
Tabel 4.5
Kategori hasil Pre Test SD Negeri 2 Wonoroto
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 2
Wonoroto
91- 100 Sangat Tinggi - -
71- 90 Tinggi 4 19,05
61- 70 Sedang 4 19,05
41- 60 Kurang 12 57,14
0- 40 Sangat Kurang 1 4,76
Jumlah 21 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil pre tes SD Negeri 2 Wonoroto.
Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 1 siswa ( 4,76
39
%), kategori kurang sebanyak 12 siswa (57,14 %), siswa yang mendapatkan kategori
sedang sebanyak 4 siswa (19,05 %), siswa yang mendapatkan kategori tinggi sebanyak 4
siswa (19,05 %), dan tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai belajar siswa SD Negeri 2 Wonoroto masih terbilang rendah.
Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik 4.2.
Grafik 4.2 Nilai Pre Test SD Negeri 2 Wonoroto
4.2.2 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan ( Post Test)
4.2.2.1 Data Hasil Post Test Siswa Kelas Kontrol
Hasil Post Tes siswa SD Negeri 1 Wonoroto menggunakan metode ceramah dapat
dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
posttestkelaskontrol 22 44 80 64.55 9.425
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa data (N) sebanyak 22 mempunyai skor
maksimal 44, skor minimal 80 dan rata-rata sebesar 64,55 serta standar deviasi 9,425.
Pengukuran hasil post tes pada SD Negeri 1 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel
4.7.
Tabel 4.7
Kategori hasil post tes SD Negeri 1 Wonoroto
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 1 91- 100 Sangat Tinggi - -
05
1015
Tinggi Sedang Kurang Sangat Kurang
71- 90 61- 70 41- 60 0- 40
40
Wonoroto 71-90 Tinggi 8 36,36
61-70 Sedang 4 18,19
41-60 Kurang 10 45,45
0- 40 Sangat Kurang - -
Jumlah 22 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa hasil post tes SD Negeri 1 Wonoroto.
Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori kurang sebanyak 10 siswa (45,45 %),
kategori sedang sebanyak 4 siswa (18,19 %) dan yang termasuk dalam kategori tinggi
sebanyak 8 siswa (36,36 %), dan tidak ada siswa dalam kategori sangat kurang dan
sangat tinggi. Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat pada grafik
4.3.
Grafik 4.3
Nilai Post Test SD Negeri 1 Wonoroto
4.2.2.2 Data Hasil Post Test Siswa Kelas Eksperimen
Hasil Post Tes siswa SD Negeri 2 Wonoroto setelah menggunakan model
pembelajaran Numbered Head Together dapat dilihat pada tabel 4.8.
0
2
4
6
8
10
12
Tinggi Sedang Kurang
71-90 61-70 41-60
41
Tabel 4.8
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Posttestkelaseksperimen 21 60 96 78.48 11.134
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa data (N) sebanyak 21 mempunyai skor
maksimal 96, skor minimal 60 dan rata-rata sebesar 78,48 serta standar deviasi 11,134.
Pengukuran hasil post tes pada SD Negeri 2 Wonoroto adalah tampak seperti pada tabel
4.9.
Tabel 4.9
Kategori hasil post tes SD Negeri 2 Wonoroto
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 2
Wonoroto
91- 100 Sangat tinggi 5 23,80
71-90 Tinggi 10 47,62
61-70 Sedang 4 19,05
41-60 Kurang 2 9,53
0-40 Sangat Kurang - -
Jumlah 21 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil post tes SD Negeri 2 Wonoroto.
Siswa yang memiliki hasil belajar dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 siswa (23,80
%), kategori tinggi sebanyak 10 siswa (47,62 %), kategori sedang sebanyak 4 siswa (19,05
%), kategori kurang sebanyak 2 siswa (9,53 %) dan tidak ada siswa yang termasuk dalam
kategori sangat kurang. Gambaran visual jumlah siswa menurut kategorinya dapat dilihat
pada grafik 4.4.
42
Grafik 4.4 Nilai Post Test SD Negeri 2 Wonoroto
4.2.3 Data Hasil Keaktifan Siswa
4.2.3.1 Data Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol
Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa
digunakan 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Oleh
karena jumlah item valid sebanyak 22 item tetapi yang digunakan hanya item yang sesuai
dengan metode yang dijadikan penelitian sehingga menjadi 18 item, banyaknya pilihan
jawaban 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x
18= 72 dan skor terendah adalah 1 x 18 = 18. Lebar interval dapat dihitung sebagai
berikut:
8,105
1872
i
Kriteriabanyaknya
MinNilaiMaxNilaii
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa
dapat dikategorikan sebagai berikut:
61,2 ≤ x ≤ 72 : Sangat Tinggi
50,4 ≤ x < 61,2 : Tinggi
39,6 ≤ x < 50,4 : Sedang
28,8 ≤ x < 39,6 : Rendah
0
2
4
6
8
10
12
Sangat tinggi Tinggi Sedang Kurang
91- 100 71-90 61-70 41-60
43
18 ≤ x < 28,8 : Sangat rendah
Pengukuran hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol SD Negeri 1 Wonoroto
adalah tampak seperti pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol
Kelas Kontrol Hasil Keaktifan Kategori
Pertemuan 1 44 Sedang
Pertemuan 2 44 Sedang
4.2.3.2 Data Hasil Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen
Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa
digunakan 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Oleh
karena jumlah item valid sebanyak 22 item tetapi item yang digunakan sesuai dengan
metode yang dijadikan penelitian sehingga menjadi 18 item, banyaknya pilihan jawaban 4
dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x 18= 72
dan skor terendah adalah 1 x 18 = 18. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut:
8,105
1872
i
Kriteriabanyaknya
MinNilaiMaxNilaii
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel keaktifan siswa
dapat dikategorikan sebagai berikut:
61,2 ≤ x ≤ 72 : Sangat Tinggi
50,4 ≤ x < 61,2 : Tinggi
39,6 ≤ x < 50,4 : Sedang
28,8 ≤ x < 39,6 : Rendah
18 ≤ x < 28,8 : Sangat rendah
Pengukuran hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol SD Negeri 2 Wonoroto
adalah tampak seperti pada tabel 4.11.
44
Tabel 4.11
Hasil Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen Hasil Keaktifan Kategori
Pertemuan 1 55 Tinggi
Pertemuan 2 61 Tinggi
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis
4.3.1 Uji Validitas
4.3.1.1 Uji Validitas Keaktifan
Hasil uji validitas instrumen keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4.12 yang
disajikan pada lampiran.
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa dari 38 item soal keaktifan terdapat 28 yang
valid dan 10 dinyatakan gugur yaitu nomor 4, 5, 6, 7, 12, 18, 19, 23, 24 dan 35. Dari 28
soal yang valid di uji lagi validitas dari butir-butir soal tersebut. Hasil uji validitas dapat
dilihat pada tabel 4.13 yang disajikan pada lampiran.
Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa dari 28 item soal keaktifan terdapat 23 item
soal yang valid dan 5 dinyatakan gugur yaitu nomor 1, 3, 8, 20 dan 21. Dari 23 soal yang
valid di uji lagi validitas dari butir-butir soal tersebut. Hasil uji validitas dapat dilihat pada
tabel 4.14.
Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa 22 item soal keaktifan valid, indeks data
diskriminasi item menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,247 sampai
dengan 0,774.
4.3.1.2 Uji Validitas Pre Test
Hasil uji validitas instrumen pre test dapat dilihat pada tabel 4.15 yang disajikan pada
lampiran.
Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa dari 30 soal tes terdapat 15 soal yang valid
dan 15 dinyatakan gugur yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 18, 21, 23, 24, 28 dan
29. Dari 15 soal yang valid di uji lagi validitas dan reliabilitas dari butir-butir soal tersebut.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.16 yang disajikan pada
lampiran.
45
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa 15 soal tes valid, indeks data diskriminasi
item menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,257 sampai dengan 0,502.
4.3.1.3 Uji Validitas Post Test
Hasil uji validitas instrumen pre test dapat dilihat pada tabel 4.17 yang disajikan pada
lampiran.
Berdasarkan tabel 4.17 terlihat bahwa dari 45 soal tes 26 valid dan 19 dinyatakan
gugur yaitu nomor 4, 5, 6, 7, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36. Dari 25 soal yang valid di uji lagi validitas dan reliabilitas dari butir-butir soal tersebut.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.18 yang disajikan pada
lampiran.
Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa dari 26 soal tes 25 valid dan 1 dinyatakan
gugur yaitu nomor 2. Dari 25 soal yang valid di uji lagi validitas dan reliabilitas dari butir-
butir soal tersebut. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.19 yang disajikan pada
lampiran.
Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa 25 soal tes valid, indeks data diskriminasi
item menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,201 sampai dengan 0,733.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen pre test, post test dan keaktifan siswa
menggunakan alpha dari cronbach.
4.3.2.1 Uji Reliabilitas Pre Test
Hasil uji reliabilitas instrumen Pre Test dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pre Test
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.754 15
46
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas instrumen
sebesar 0,754 termasuk dalam kategori dapat diterima. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
4.3.2.2 Uji Reliabilitas Post Test
Hasil uji reliabilitas instrumen Pre Test dapat dilihat pada tabel 4.21.
Tabel 4.21
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Post Test
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.855 25
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas instrumen
sebesar 0,855 termasuk dalam kategori reliabilitas bagus. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
4.3.2.3 Uji Reliabilitas Keaktifan Siswa
Hasil uji reliabilitas instrumen Pre Test dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keaktifan Siswa
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.913 22
Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas instrumen
sebesar 0,913 termasuk dalam kategori reliabilitas memuaskan. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian.
47
4.3.3. Uji Normalitas
4.3.3.1 Uji Normalitas Pre Test Kelas Kontrol
Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan
pengujian normalitas data. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas pre tes pada kelas kontrol
dapat dilihat pada table 4.22:
Tabel 4.23 Uji Normalitas Pre Test Kelas Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretestkontrol
N 22
Normal Parametersa Mean 55.05
Std. Deviation 13.404
Most Extreme Differences
Absolute .129
Positive .129
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z .603
Asymp. Sig. (2-tailed) .860
a. Test distribution is Normal.
Grafik 4.5
Distribusi Normal Pre Test Kelas Kontrol Dari tabel 4.23 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z
untuk pre tes kelas kontrol yaitu sebesar 0, 603 dengan p = 0, 860. Hal ini menunjukkan
bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel pre tes kelas kontrol adalah normal
karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan nilai rata- rata ( mean ) nilai 55,05.
48
4.3.3.2 Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen
Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan
pengujian normalitas data. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas pre tes pada kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24
Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretestkelaseksperimen
N 21
Normal Parametersa Mean 60.67
Std. Deviation 11.128
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.143
Kolmogorov-Smirnov Z .655
Asymp. Sig. (2-tailed) .784
a. Test distribution is Normal.
Grafik 4.6
Distrubusi Normal Pre Test Kelas Eksperimen
Dari tabel 4.24 dan grafik 4.6 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z
untuk pre tes kelas eksperimen yaitu sebesar 0. 655 dengan p = 0, 784. Hal ini
49
menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel pre tes kelas eksperimen
adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Nilai rata- rata ( mean) 60,67.
4.3.3.3 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol
Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan
pengujian normalitas data. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah uji One Sample-
Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas pre tes pada kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.25
Tabel 4.25 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Posttestkelaskontrol
N 22
Normal Parametersa Mean 64.55
Std. Deviation 9.425
Most Extreme Differences Absolute .149
Positive .140
Negative -.149
Kolmogorov-Smirnov Z .700
Asymp. Sig. (2-tailed) .712
a. Test distribution is Normal.
Grafik 4.7
Distribusi normal Post Test Kelas Kontrol
50
Dari tabel 4.25 dan grafik 4.7 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z
untuk post tes kelas kontrol yaitu sebesar 0,712 dengan probabilitas= 0,700. Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran variabel post tes kelas kontrol normal
karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Nilai rata- rata ( mean ) sebesar 64, 55.
4.3.3.4 Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen
Untuk mengetahui kenormalan distribusi masing-masing variabel dilakukan
pengujian normalitas data. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
One Sample- Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas Post Test pada kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.26:
Tabel 4.26
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Posttestkelaseksperimen
N 21
Normal Parametersa Mean 78.48
Std. Deviation 11.134
Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .112
Negative -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .577
Asymp. Sig. (2-tailed) .893
a. Test distribution is Normal.
Grafik 4.8
Distribusi normal Post Test Kelas Ekperimen
51
Dari tabel 4.26 dan grafik 4.8 dapat dilihat bahwa hasil uji kolmogorov-smirnov Z
untuk post tes kelas eksperimen yaitu sebesar 0,577 dengan p = 0,893. Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran untuk variabel post tes kelas eksperimen
adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Nilai rata- rata ( mean ) siswa
kelas eksperimen mencapai 78,48.
4.3.4 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah subyek penelitian
merupakan kelas yang homogen. Maka sebelum memilih dua kelas yang dijadikan
penelitian eksperimen dilakukan dulu uji homogenitas.
Data yang digunakan untuk menguji homogenitas subyek penelitian ini dengan
cara melakukan pre tes kepada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 2 Wonoroto dan kelas
kontrol yaitu SD Negeri 1 Wonoroto. Pre tes dilakukan untuk mengukur homogenitas
kemampuan awal yang harus seimbang antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.27.
Tabel 4.27
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
nilai Equal
variances
assumed
.721 .401 -1.492 41 .143 -5.621 3.767 -13.228 1.986
Equal
variances
not
assumed
-1.499 40.244 .142 -5.621 3.750 -13.199 1.957
52
Berdasarkan tabel 4.27 diatas, maka diperoleh F hitung levene test sebesar 0,721
dengan probabilitas 0,401 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki
variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen. Dengan demikian analisis uji
beda t-tes harus menggunakan asumsi aqual variance assumed. Nilai t adalah -1,492
dengan probabilitas signifikasi 0,143, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai pre test. Jadi kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama maka dari
itu kelas boleh dilanjutkan sebagai subyek penelitian.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Analisis Variabel Model Pembelajaran Numbered Head Together
Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head
Together dari empat tahap yaitu pengelompokan dan pemberian nomor, pemberian tugas,
kegiatan diskusi, pemanggilan nomor sesuai nomor kepala. Kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together bermanfaat bagi
siswa karena siswa belajar untuk kerja kelompok dan pada saat pembelajaran siswa
dituntut aktif untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Sedangkan
manfaat bagi guru adalah guru lebih mengerti variasi pembelajaran sehingga tidak hanya
menggunakan cermah.
Keberhasilan penggunaan Model Pembelajaran Numbered Head Together.
adalah jika kategori mengajar guru dengan penggunaan Model Pembelajaran Numbered
Head Together dalam sudah masuk dalam kategori tinggi. Penilaian keberhasilan
pembelajaran adalah dengan menggunakan lembar observasi yang menilai tentang proses
penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together selama kegiatan belajar
berlangsung. Hasil penilaian kegiatan belajar mengajar melalui penerapan model
pembelajaran Numbered Head Together terdapat di tabel 4.28:
No Aspek yang diamati
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor skor
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
I Pra Pembelajaran
53
1. Guru dalam menyiapkan ruang,
alat, dan media pembelajaran √ √
2. Guru mengatur tempat duduk siswa
√ √
II Kegiatan Awal
1.
Membuka pelajaran dengan
memberikan apersepsi dan
motivasi kepada siswa
√ √
2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
√ √
3. Guru menjelaskan langkah-
langkah kegiatan menggunakan
Model Pembelajaran Numbered
Head Together
√ √
III Kegiatan Inti
1. Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok
√ √
2. Jumlah anggota kelompok 3 orang √ √
3. Membagikan topi bernomor kepada
setiap siswa
√
√
4. Membagikan nama pada setiap
kelompok
√ √
5. Membagikan LKS pada setiap
kelompok
√ √
6. Pertanyaan yang diberikan sesuai
dengan nomor kepala siswa
√ √
7. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi
√ √
8. Mengawasi dan memonitor proses √ √
54
pembelajaran
9. Membahas hasil diskusi dengan
menunjuk satu nomor kepala
untuk mempresentasikan hasil
diskusi secara acak hingga semua
nomor terpanggil
√ √
10. Guru bersama siswa
menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan
√ √ √
11. Bertanya jawab tentang materi
yang belum dipahami siswa
√ √
IV Kegiatan Akhir
1. Guru meminta siswa mempelajari
materi berikutnya dan memberi
pekerjaan rumah
√
√
2. Guru menutup pelajaran √ √
Berdasarkan tabel 4.28 maka penilaian mengajar guru dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together dinyatakan berhasil karena jumlah skor
pada pertemuan pertama yang telah didapatkan sebesar 73 dan pada pertemuan kedua
sebesar 77 sehingga setelah dirata- rata hasil observasi mengajar guru menjadi 75 sudah
masuk dalam kriteria baik.
4.4.2 Peningkatan Nilai Pretest- Posttest Pada Kelas Kontrol
Berdasarkan metode ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol, dapat dilihat
peningkatan nilai rata- rata dari pretest- posttest pada tabel 4.26:
55
Tabel 4.29
Rata- Rata Nilai Pre Test- Post Test Kelas Kontrol
Kelas Kontrol Nilai Pre test Kategori Nilai Post Test Kategori
SD Negeri 1
Wonoroto
55,04
Kurang 65,81 Cukup
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan hasil belajar
siswa pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah pada pembelajaran matematika
meskipun peningkatan nilai tidak begitu signifikan karena hasil belajar pada kelas kontrol
hanya meningkat 10,77 angka. Hal itu ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar pada
kelas kontrol dengan nilai pre tes mencapai 55,04 dalam kategori kurang dan rata-rata
hasil belajarnya post tes menjadi 65,81 dalam kategori cukup.
4.4.3 Peningkatan Nilai Pre Test – Post Test Pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan model pembelajaran Numbered Head Together yang diterapkan
pada kelas eksperimen, dapat dilihat peningkatan nilai rata- rata dari pretest- posttest pada
tabel4.30:
Tabel 4.30
Rata- Rata Nilai Pre Test- Post Test Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen Nilai Pre test Kategori Nilai Post Test Kategori
SD Negeri 2
Wonoroto
60,66 Kurang 78,47 Tinggi
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang signfikan
pada kelas eksperimen setelah diberikan model pembelajaran Numbered Head Together
pada pembelajaran matematika materi sifat- sifat bangun ruang sederhana. Hal itu
ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen pre tes mencapai 60,66 dan
setelah melakukan pembelajaran dengan model Numbered Head Together rata-rata hasil
belajarnya (post tes) menjadi 78,47. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen
56
mencapai 17,81 angka dari hasil pre tes dalam kategori kurang menjadi kategori tinggi
pada hasil post test.
4.4.4 Perbedaan Nilai Post Test Kelas Kontrol Dengan Nilai Kelas Post Test Kelas
Eksperimen
Untuk melihat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dengan siswa yang
melakukan pembelajaran menggunakan metode ceramah digunakan perhitungan uji t
dilakukan dengan bantuan SPSS versi 16.0 menggunakan independent sampel t-tes. Hasil
perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 4.31.
Tabel 4.31
Uji Beda Rata- Rata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
nilai Equal variances assumed
2.608 .114 -4.395 41 .000 -12.658 2.880 -18.475 -6.841
Equal variances not assumed
-4.355 34.798 .000 -12.658 2.906 -18.559 -6.757
Berdasarkan tabel 4.31 output Independent Samples t-test diperoleh angka sig. (2-
tailed) 0,000. Oleh karena nilai sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka uji t menggunakan equal
variance not assumed dan diperoleh -t hitung sebesar – 4,355 dan –t tabel adalah -2,017.
Oleh karena -t hitung < dari -t tabel, yakni -4,355 < -2,017 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa rata- rata nilai kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah berbeda. Sehingga
57
dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together dan siswa kelas kontrol menggunakan
metode ceramah mempunyai hasil belajar yang berbeda. Nilai rata- rata hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi sebesar 78,47 sedangkan nilai rata- rata hasil belajar kelas kontrol
sebesar 65,81.
4.4.5 Perbedaan Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Dengan Hasil Keaktifan Siswa
Kelas Eksperimen
Perbedaan keaktifan siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat
pada tabel 4.32.
Tabel 4.32
Hasil Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Hasil Keaktifan Kelas
Kontrol Eksperimen
Pertemuan 1 44 55
Pertemuan 2 44 61
Rata- rata 44 58
Kategori Sedang Tinggi
Tabel 4.32 menunjukkan bahwa ada kecenderungan hasil keaktifan siswa pada
kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
pada pembelajaran matematika materi sifat- sifat bangun ruang sederhana lebih tinggi dari
pada hasil keaktifan siswa pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Hal itu
ditunjukkan dengan rata- rata hasil keaktifan kelas eksperimen mencapai 58 dengan
kategori tinggi sedangkan rata- rata hasil keaktifan kelas kontrol 44 dengan kategori
sedang. Dari perbedaan hasil keaktifan dapat dikatakan bahwa siswa pada kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih aktif
dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang hanya mendengarkan ceramah guru. Fisik
dan pikiran siswa pada kelas eksperimen pada saat pembelajaran dituntut untuk aktif
dalam menemukan pengetahuannya. Sehingga dengan diterapkannya model
58
pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dari segi
kognitif, afektif, dan psikomotor.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Pengujian Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Keaktifan
Siswa
Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan skoring. Uji
hipotesis digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Numbered
Head Together terhadap Keaktifan siswa.
Berdasarkan tabel 4.32, keaktifan siswa pada pembelajaran matematika yang
menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih tinggi yaitu dengan
rata- rata 58 dari pada keaktifan siswa pada pembelajaran matematika yang dilakukan
menggunakan metode ceramah yaitu hanya 44. Sehingga dapat disimpulkan ada
pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap keaktifan siswa.
4.5.2 Pengujian Model Pembelajaran Numbered Head Together Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji t. Uji
hipotesis digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Numbered
Head Together terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil t-hitung diperoleh sig. 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh model pembelajaran Numbered Head together terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika
yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih tinggi dari pada
hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang dilakukan menggunakan metode
ceramah.
59
4.6 Pembahasan
4.6.1 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.33
Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Rata- rata nilai
pre test
Kategori Rata- rata nilai
post test
Kategori
Kontrol 55,04 Kurang 65,81 Cukup
Eksperimen 60,66 Kurang 78,47 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.33 bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen terlihat lebih tinggi daripada kelas kontrol. Kondisi awal menunjukkan bahwa
rata- rata nilai pre test kelas eksperimen mencapai 60,66 dalam kategori kurang dan rata-
rata nilai pre test kelas kontrol mencaai 55,04 dalam kategori kurang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa keadaan siswa adalah sama. Setelah diadakan pembelajaran dengan
perlakuan yang berbeda dimana kelas kontrol hanya menggunakan metode ceramah
terlihat bahwa hasil belajar siswa hanya 60,66 dalam kategori cukup sedangkan kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together terlihat
peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan menjadi 78,47 dalam kategori tinggi.
Faktor yang membuat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol adalah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head
Together yang membuat kegiatan belajar menjadi menarik dan siswa jauh lebih aktif
karena siswa diminta untuk berdiskusi sehingga siswa bisa secara langsung menemukan
pengetahuannya. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran tergolong monoton karena
siswa mendapatkan pengetahuannya hanya dari ceramah guru, faktor itulah yang
membuat hasil belajar pada kelas kontrol tidak meningkat secara signifikan.
Faktor lain yang mendukung keberhasilan pembelajaran adalah menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together adalah lembar observasi, lembar observasi
diisi oleh peneliti dan guru lain saat guru kelas IV sedang mengajar. Hasil rata- rata dari
lembar observasi mengajar guru sebesar 75 dengan kriteria baik, sehingga dapat
dikatakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Dilihat dari jumlah soal antara pre test sebanyak
15 dan post test sebanyak 25 soal, jumlah soal post test yang lebih banyak membuktikan
60
bahwa jumlah soal menjadi faktor penunjang keberhasilan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together. Sebab meskipun siswa yang diberi soal
lebih banyak dari soal pre test, siswa mampu memperoleh rata- rata yang lebih besar
dibandingkan rata- rata nilai pre test. Penerapan perlakuan yang berbeda dimana kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan kelas
kontrol menggunakan metode ceramah membuat rata- rata hasil belajar kelas eksperimen
lebih tinggi.
Penelitian ini dikatakan sudah berhasil karena indikator kinerja telah tercapai.
Indikator pertama 80% siswa di kelas eksperimen mendapatkan nilai ≥ 65 telah tercapai yaitu
86% siswa di kelas eksperimen sudah mendapatkan nilai ≥ 65. Artinya model pembelajaran
Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
4.6.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
4.34.
Tabel 4.34
Perbedaan Rata- Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas
Post Test Kategori
Kontrol 65,81 Sedang
Eksperimen 78,47 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.34, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari adanya
perbedaan rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebesar 78,47 dan kelas kontrol sebesar
65,81.
Berdasarkan uji t-tes hasil t-hitung menunjukkan -4,395 dengan p value 0,000 <
0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan
metode ceramah dengan model pembelajaran Numbered Head Together.
Dari hasil rata- rata dan uji t, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar
yang signifikan antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Numbered Head Together dengan siswa yang menggunakan pembelajaran metode
ceramah terhadap hasil belajar matematika materi sifat- sifat bangun ruang sederhana
61
pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelas kontrol.
4.6.4 Perbedaan Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Perbedaan keaktifan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada
tabel 4.35.
Tabel 4.35 Perbedaan keaktifan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
Kelas Rata- Rata Nilai Keaktifan Kategori
Kontrol 44 Sedang
Eksperimen 58 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.35, hasil yang didapat dari kelas kontrol yang menggunakan
metode ceramah mencapai angka 44 termasuk dalam kategori sedang, sedangkan hasil
yang didapat dari kelas eksperimen yang menggunakan model Pembelajaran Numbered
Head Together mencapai angka 58 dalam kategori tinggi. Artinya ada perbedaan keaktifan
siswa pada kelas kontrol dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah
dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head
Together. Keaktifan siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
keaktifan siswa kelas kontrol. Dapat dikatakan hasil keaktifan yang lebih tinggi pada kelas
eksperimen membuat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik.
Dari perbedaan hasil keaktifan dapat dikatakan bahwa siswa pada kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih aktif
dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang hanya mendengarkan ceramah guru. Fisik
dan pikiran siswa pada kelas eksperimen pada saat pembelajaran dituntut untuk aktif
dalam menemukan pengetahuannya. Sehingga dengan diterapkannya model
pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keaktifan siswa dari segi
kognitif (pengetahuan) hal tersebut dapat dilihat dari hasil diskusi yang dipresentasikan
didepan kelas sehingga dapat menambah pengetahuan para siswa. Dari segi afektif
(sikap) siswa dituntut untuk dapat membaur dengan anggota kelompok dan dapat dinilai
sikap masing- masing siswa didalam kelompok. Dari segi psikomotor (keterampilan) dapat
dilihat dari cara siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru dalam kelompok.
Penelitian ini dikatakan sudah berhasil karena indikator kinerja telah tercapai.
Indikator kedua siswa di kelas eksperimen mendapatkan skor keaktifan ≥ 50 (minimal
62
kategori tinggi). Artinya model pembelajaran Numbered Head Together berpengaruh
terhadap keaktifan siswa.