bab iv makna al-jannah dalam kisah nabi adam dandigilib.uinsby.ac.id/1367/9/bab 4.pdf · 1 muhammad...

34
87 BAB IV MAKNA AL-JANNAH DALAM KISAH NABI ADAM Al-Qura> n banyak sekali mengkisahkan proses penciptaan manusia yang pertama yaitu Nabi Adam hingga kronologi turunnya Nabi Adam ke bumi. Nama Adam sendiri dalam al-Qura>n disebutkan sebanyak dua puluh lima (25) kali 1 dan terdapat dalam tujuh surat yaitu; Pertama : al-Baqarah: 30-39. Ke dua: al-A’rāf: 11-25. Ke tiga: al-Hijr: 26-44. Ke empat: al-Isra>’: 61-65. Ke lima: Surat al-Kahfi: 50. Ke enam : T{aha: 115-125. Ke tujuh : S{ ād: 71-85. 2 Semua kisah yang termaktub dalam ke tujuh surat tersebut berupa surat Makkiyyah kecuali al- Baqarah yang merupakan surat Madaniyah 3 . Selain tujuh surat di atas, terdapat dua surat lain yang terkait dengan kisah Nabi Adam, yaitu al-Māidah: 27-31 yang menceritakan ke dua putra Nabi Adam dan al-Nisa>: 1 yang berkaitan dengan kisah penciptaan istri Adam. Selain itu terdapat ayat yang menceritakan hal yang sama dengan surat al-Nisa>: 1 yaitu dalam surat al-A’rāf: 189. Dari data ini, dapat diketahui bahwa kisah Nabi Adam dalam al-Qura>n terdapat dalam sepuluh tempat di dalam sembilan surat. Dalam kisahnya, diceritakan bahwa Nabi Adam diciptakan dari tanah, sebagaimana firman Allah: 1 Muhammad Basam Rusydi az-Zain, Sekolah Para Nabi; Membuka Pintu Kehadiran Ilahi 1, terj, Fadhilah Ulfa dan Ismail Jalili (Yogyakarta: Pustaka Marwa. 2007), 15. 2 Ibid., 15. 3 Manna>’ al-Qat}a>n, Maba>hits fi> ‘Ulu>m al-Qura>n (Surabaya: Al-Hidayah, 1983), 63.

Upload: trinhminh

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

87

BAB IV

MAKNA AL-JANNAH DALAM KISAH NABI ADAM

Al-Qura>n banyak sekali mengkisahkan proses penciptaan manusia yang

pertama yaitu Nabi Adam hingga kronologi turunnya Nabi Adam ke bumi. Nama

Adam sendiri dalam al-Qura>n disebutkan sebanyak dua puluh lima (25) kali1 dan

terdapat dalam tujuh surat yaitu; Pertama : al-Baqarah: 30-39. Ke dua: al-A’rāf:

11-25. Ke tiga: al-Hijr: 26-44. Ke empat: al-Isra>’: 61-65. Ke lima: Surat al-Kahfi:

50. Ke enam : T{aha: 115-125. Ke tujuh : S{ād: 71-85.2 Semua kisah yang

termaktub dalam ke tujuh surat tersebut berupa surat Makkiyyah kecuali al-

Baqarah yang merupakan surat Madaniyah3.

Selain tujuh surat di atas, terdapat dua surat lain yang terkait dengan

kisah Nabi Adam, yaitu al-Māidah: 27-31 yang menceritakan ke dua putra Nabi

Adam dan al-Nisa>: 1 yang berkaitan dengan kisah penciptaan istri Adam. Selain

itu terdapat ayat yang menceritakan hal yang sama dengan surat al-Nisa>: 1 yaitu

dalam surat al-A’rāf: 189. Dari data ini, dapat diketahui bahwa kisah Nabi Adam

dalam al-Qura>n terdapat dalam sepuluh tempat di dalam sembilan surat.

Dalam kisahnya, diceritakan bahwa Nabi Adam diciptakan dari tanah,

sebagaimana firman Allah:

1 Muhammad Basam Rusydi az-Zain, Sekolah Para Nabi; Membuka Pintu Kehadiran Ilahi 1, terj,

Fadhilah Ulfa dan Ismail Jalili (Yogyakarta: Pustaka Marwa. 2007), 15. 2 Ibid., 15.

3 Manna>’ al-Qat}a>n, Maba>hits fi> ‘Ulu>m al-Qura>n (Surabaya: Al-Hidayah, 1983), 63.

88

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya

Aku akan menciptakan manusia dari tanah".4

Nabi Adam dikehendaki oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi,

namun malaikat mempertanyakan keinginan Allah tersebut karena menurut

mereka tabiat tanah cenderung membawa kerusakan di muka bumi dan

menumpahkan darah, dan dua sifat ini hanya akan menjauhkan dari misi ibadah

kepada Allah. Oleh karena itu malaikat merasa lebih berhak untuk mengemban

tugas tersebut karena mereka merasa paling taat beribadah kepada Allah. Namun

Allah membantah anggapan mereka dengan menganugerahi Nabi Adam ilmu dan

dengan anugerah itu Nabi Adam lebih baik dari malaikat untuk mengemban

amanah itu dan malaikatpun menyadari kelemahan mereka. Hal ini tergambar

dalam firman Allah:

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui".

4 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Syaamil Quran, 2011), 457.

89

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

mamang benar orang-orang yang benar!"

32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui

selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya

Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". 5

Allah lalu memerintahkan mereka untuk sujud penghormatan kepada

Nabi Adam, kemudian merekapun bersujud kecuali iblis6 yang membangkang

perintah Allah dan menyombongkan diri dengan merasa lebih baik dari Nabi

Adam dan kemudian Allah mengusirnya. Dalam hal pengusiran Allah ini,

terdapat beberapa pendapat, diantaranya: pertama, diusir dari surga, ke dua, dari

langit dan ke tiga, dari bentuk malaikat7. Terkait dengan pendapat yang ke tiga

ini, al-H}asan dan Abu. Al-‘A<liyah berkata, yakni iblis dikeluarkan dari asal

bentuknya atau fitrahnya dan al-H{usain bin al-Fad}l menegaskan bahwa ini

merupakan interpretasi yang benar, karena dengan bentuknya itulah iblis

5 Ibid., 6.

6 Iblis diambil dari kata ablasa yang merupakan kata sifat dalam bahasa Arab yang memiliki arti;

membangkang, mengingkari, menolak, membantah dan kafir atas segala bentuk perintah Allah.

Iblis merupakan salah satu golongan jin yang durhaka kepada Allah yang pada mulanya adalah

hamba yang taat seperti para malaikat. Yang membedakan antara keduanya adalah malaikat

diciptakan dari cahaya sedangkan iblis yang merupakan bagian dari keluarga jin diciptakan dari

api.

Iblis merupakan bagian dari setan, sementara setan merupakan sebutan bagi manusia dan

jin yang ingkar kepada Allah yang selalu menjauhkan dirinya sendiri dan orang lain dari petunjuk

Allah. Setan diambil dari bahasa Arab shat}ana yang berarti ba’uda atau jauh yakni yang selalu

menjauhkan dari kebenaran. Lalu setan digunakan untuk setiap mahluk berakal yang durhaka dan

membangkang yang pada awalnya gelar setan diberikan kepada salah satu golongan jin yang

bernama iblis. (Adiba A. Soebachman, Kerajaan Iblis (Yogyakarta: Syura Media Utama, 2013),

20-25.) 7 Muh}ammad bin Mus}lih} al-Di>n al-H{anafi>, H{a>shiyah Muhyi al-Di>n ‘ala Tafsi>r al-Baid}a>wi>. Juz 7

(Bairut: Da>r al-Kutub al-‘Almiyah, 1999), 220.

90

sombong dan membanggakan dirinya. Oleh karena itu Allah merubah bentuknya,

maka iblis menjadi hitam dan yang asalnya baik menjadi jelek.8 Allah berfirman:

75. Allah berfirman: "Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud

kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu

menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang

(lebih) tinggi?".

76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku

dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".

77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga! sesungguhnya kamu

adalah orang yang terkutuk.9

Allah kemudian menciptakan seorang istri bagi Nabi Adam sehingga

hatinya cenderung merasa tenteram dan damai dengan keberadaan seorang istri10

,

lalu Allah menempatkan mereka berdua pada suatu tempat yang disebut dengan

al-Jannah. Di dalamnya mereka berdua diperbolehkan menikmati segala

kenikmatan yang ada kecuali sebuah pohon terlarang. Allah berfirman:

Dan Kami berfirman: "Wahai Adam! tinggallah engkau dan isterimu didalam

surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana

8Abi Muhammad al-H{usain bin Mas’u>d al-Baghawi>, Tafsi>r al-Baghawi>, juz, 7 (Riya>d}: Da>r

T{ayyibah. 1409 H), 102. 9 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 457.

10 Seperti firman Allah dalam surat al-Ru>m: 21.

ي لكن خلق أى آياته وهي واجا أفسكن ه كىا أز ة بي كن وجعل إلي ها لتس ىد وة ه م ليات لك ذ في إى ورح روى يتفك لقى

91

sesukamu, (tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk

orang-orang yang zalim.11

Allah mengingatkan Nabi Adam dan istrinya untuk waspada terhadap

iblis dan dan tipu dayanya yang dapat menyebabkan mereka berdua dikeluarkan

dari al-Jannah. Allah berfirman dalam surat T{a>ha>, ayat 117, yang berbunyi:

Maka Kami berkata: "Wahai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh

bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia

mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi

celaka.12

Sebagaimana peringatan Allah agar waspada terhadap tipu daya iblis,

iblispun berupaya untuk menggoda dan menggelincirkan Nabi Adam dan istrinya

agar melanggar perintah Allah dengan segala macam bujuk rayunya. Hal ini,

sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’ra>f. 20-21:

20. Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk

menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu

auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan

mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi

malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".

11

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 6. 12

Ibid., 320.

92

21. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah

termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",13

Nabi Adampun kemudian terperdaya oleh bujuk rayu iblis dan lupa akan

peringatan Allah agar waspada terhadap iblis, dan Nabi Adam akhirnya

melaksanakan nasehat dan bujukan iblis dengan memakan buah terlarang

tersebut. Allah berfirman dalam surat T{a>ha>. 121:

Lalu keduanya memakannya, lalu nampaklah oleh keduanya aurat mereka dan

mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan

durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.14

Akibat dari kesalahan Nabi Adam, maka Allah murka kepadanya dan

mengusirnya dari al-Jannah, sebagaimana firman Allah:

Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang

petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya

tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".15

Dalam kisah tersebut, dijelaskan bahwa pada mulanya Nabi Adam tinggal

di suatu tempat yang bernama al-Jannah, dan sebagaimana pembahasan pada bab

13

Ibid., 152. 14

Ibid., 320. 15

Ibid., 7.

93

sebelumnya kata al-Jannah dalam al-Qura>n memiliki dua makna yaitu kebun atau

taman dan surga atau Da>r al-Thawa>b.

Kata al-Jannah pada kisah Nabi Adam ini di dalam al-Qura>n dan

terjemahannya dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai surga yang identik

dengan surga yang dijanjikan kepada orang mukmin di akhirat nanti. Namun

kalau menelisik pada beberapa kitab tafsir, makna kata al-Jannah ini masih

menjadi perdebatan.

Terdapat perbedaan pendapat ulama’ terkait makna al-Jannah ini. Dalam

Mafa>tih al-Ghayb dijelaskan beberapa pendapat yaitu, pertama: al-Jannah

tersebut berada di bumi, sebagaiman pendapat dari Abu> al-Qa>sim al-Bulkhi> dan

Abu> Muslim al-As{faha>ni>. Pendapat ke dua: adalah pendapat al-Juba>’i> bahwa al-

Jannah tersebut berada di langit ke tujuh, dengan berargumentasi pada ayat

. Kata Ihba>t{ (turun) yang pertama adalah dari langit ke tujuh ke langit

pertama dan Ihba>t{ yang ke dua dari langit pertama ke bumi. Pandapat ke tiga:

adalah pendapat Jumhur Ulama’, bahwa yang dimaksud al-Jannah dalam kisah

Nabi Adam ini adalah al-Jannah yang dijanjikan kepada orang mukmin. Pendapat

ke empat: bahwa semuanya mungkin saja terjadi namun pendapat ini tidak

didukung dengan dalil naqli yang kuat.16

Oleh karena itu, pembahasan ini

membicarakan tentang makna al-Jannah yang saling bertentangan satu sama lain

dalam kisah Nabi Adam.

16

Muhammad al-Ra>zi> Fahr al-Di>n, Mafa>tih al-Ghayb , Juz 3 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1981), 3-4.

94

A. Al-Jannah Bermakna Da>r al-Thawa>b.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam al-Qura>n kata al-

Jannah secara umum memiliki dua makna, yaitu: pertama, rumah kenikmatan di

akhirat yang diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau

Da>r al-Thawa>b, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah surga. Ke

dua, kebun rindang atau taman, dan makna ini merupakan makna dasar dari al-

Jannah.

Al-Qura>n menggambarkan al-Jannah sebagai surga, yaitu sebuah tempat

yang sangat indah, penuh kenikmatan yang tidak bisa dirasakan di dunia yang

dipenuhi oleh pepohonan yang rindang, sungai yang airnya mengalir jernih, dan

segala bentuk keindahan lainnya. Dengan demikian makna al-Jannah sebagai

surga adalah tempat yang sangat indah yang tak pernah bisa dibayangkan oleh

manusia, dan di dalamnya terdapat semua yang menyenangkan dan penuh

kenikmatan.

Cerita tentang surga tidak hanya dijelaskan dalam al-Qura>n melainkan

juga dimuat dalam kitab suci umat beragama lainnya. Bahkan cerita tentang

surga beserta neraka yang berarti kebalikan dari surga telah menyebar di jazirah

arab pra-Islam akibat pengaruh agama Yahudi, Majuzi dan Nasrani. Demikian

pula di daratan dunia bagian barat cerita tentang surga dipengaruhi oleh agama

Yahudi, Majusi, Nasrani, Mitra dan agama Mani. Di dunia belahan timur kisah

tentang surga ada pada agama Hindu, Budha, Kong Hucu dan agama Tao.

Bahkan di berbagai belahan dunia ada cerita tentang surga dan neraka dengan

95

istilah yang dikembangkan oleh tradisi lokal masing-masing.17

Oleh karena itu

penjelasan tentang surga atau al-Jannah bukan merupakan hal yang asing dalam

agama lain selain agama Islam, termasuk juga kisah Nabi Adam berikut al-

Jannah yang merupakan tempat tinggalnya, juga dijelaskan dalam kitab suci

agama samawi lainnya.

Pada kisah Nabi Adam, dijelaskan bahwa pada mulanya Nabi Adam

tinggal di suatu tempat yang bernama al-Jannah. Namun karena ia melanggar

peringatan Allah akhirnya ia diusir dari tempat tersebut. Dari kisah ini, yang

menjadi persoalan adalah bagaimana dan dimanakah al-Jannah tempat tinggal

Nabi Adam tersebut, apakah ia adalah al-Jannah yang dijanjikan kepada orang-

orang yang beriman atau bukan?.

Terdapat perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan kata al-Jannah

pada kisah di atas. Mayoritas ulama’ mengatakan bahwa al-Jannah yang pernah

dihuni oleh Nabi Adam dan isterinya adalah surga di langit18

yaitu al-Jannah al-

Ma’wa> yang kelak di akhirat dijanjikan kepada oleh orang-orang yang beriman

atau al-Jannah yang bermakna Da>r al-Thawa>b. Pendapat ini berlandaskan pada

teksual ayat dan hadis19

, seperti firman Allah:

17

Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar : Makrifat Kesunyutan 1 (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2013), 235. 18

Isma>’i>l Ibn Kathi>>r, Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m, Jiz 1 (t.t: Muassasah Qurt{ubah, 2000), 363. 19

Isma>’i>l Ibn Kathi>>r, Qas}as} al-Anbiya>’ (Kairo: Da>r al-T{iba>’ah wa al-Nashr al-Isla>miyah, 1997),

26. 20

Al-Qura>n, 2 (al-Baqarah): 35

96

Alif lam dalam kata al-Jannah pada ayat di atas tidak menunjukkan

keumuman karena menempati semua surga adalah mustahil. Oleh karena itu al-

Jannah disini harus dirujukkan pada makna al-Jannah yang sudah dikenal oleh

orang Islam yaitu al-Jannah yang merupakan Da>r- al-Thawa>b.21

Ayat ini pula menunjukkan bahwa keberadaan Nabi Adam di dalam surga

hanyalah bersifat sementara, karena melihat redaksi dari kata . Kata

berasal dari kata sakana. Secara laksikal kata sakana mengandung makna tenang

dan mendiami atau menempati22

, dan biasanya ungkapan kata mendiami dan

menempati menunjukkan makna tinggal yang bersifat sementara. Dengan

demikian kata dapat bermakna tinggallah sementara. Oleh karena itu kata

bisa dijadikan poin sebagai penjelas mengapa Nabi Adam tidak selamanya

tinggal di surga. Namun ketidakkekalan Nabi Adam di surga ini kemudian

menjadi sebuah kesangsian, yaitu kalau memang surga yang ditempati Nabi

Adam adalah surga yang sama dengan yang akan ditempati oleh orang-orang

mukmin di akhirat, tentunya Nabi Adam tidak mungkin dapat keluar darinya

karena surga tersebut bersifat kekal? Pertanyaan ini bisa dijawab bahwa bisa saja

Allah mengeluarkan Nabi Adam dari surga, karena ada makhluk yang

dikehendaki Allah bisa keluar masuk surga yaitu malaikat. Selain itu jika dilihat

21

Muhammad al-Ra>zi> Fahr al-Di>n, Mafa>tih al-Ghayb, Juz 3 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1981), 3-4. 22

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, 689.

97

peristiwa Isra’ Mi’raj, bahwa Rasulullah dibawa ke surga dan ke neraka oleh

malaikat untuk melihat gambaran nikmat dan adzab yang akan diberikan kelak di

kehidupan akhirat, maka dapat berarti orang yang masuk surga dapat keluar lagi

seperti yang dialami oleh Rasulullah itu.

Peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut secara implisit menjelaskan bahwa

kekekalan tinggal dalam surga hanya bisa terjadi setelah hari kiamat dan ketika

itu dimensi kehidupannya tidak lagi bersifat duniawi. Nabi Adam saat itu

dipersiapkan untuk menjadi khalifah di muka bumi bukan dalam dimensi

kehidupan ukhrawi, maka bisa saja Nabi Adam dikeluarkan dari surga oleh Allah.

Pendapat di atas juga dipertegas dengan firman Allah yang berbunyi:

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari

keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi

musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan

kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".23

Ayat ini menunjukkan bahwa iblis dengan segala tipu dayanya membujuk

Nabi Adam dan istriya untuk melanggar perintah Allah agar tidak memakan

buah-buahan yang terlarang, sehingga dengan tipu daya iblis tersebut akhirnya

Nabi Adam dan istrinya lupa terhadap larangan Allah dan dengan itu merekapun

diusir dari surga.

23

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 14.

98

Kata ihbit}u>> pada ayat di atas bermakna perintah untuk turun dari suatu

tempat ke tempat yang lain. kata hubu>t} di sini bermakna nuzu>l (turun) dan

terkadang hubu>t} bermakna khuru>j dan dhuhu>l (keluar, masuk) sebagaimana

pendapat al-Mufad}d}al24

. Kata turun tentunya merujuk pada perpindahan dari

suatu tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Oleh karenanya

pembahasan tentang hubu>t} (turunnya) Nabi Adam sendiri masih ikhtila>f

bergantung pada pemaknaan al-Jannah yang didiami oleh Nabi Adam. Bagi yang

berpendapat bahwa al-Jannah tempat tinggal Nabi Adam merupakan al-Jannah

yang sama dengan al-Jannah Da>r al-Thawa>b, kata hubu>t} diartikan dengan

keluarnya Nabi Adam dari al-Jannah dan masuk pada kehidupan di bumi.

Terlebih dalam ayat di atas disebutkan kata al-Ard{ (bumi), yang secara tekstual

ayat, mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan model kehidupan antara

sebelum dan setelah turunnya Nabi Adam. Kehidupan sebelum Nabi Adam

diturunkan adalah kehidupan yang terbebas dari kesulitan dan kesusahan,

sementara kehidupan setelah ia diturunkan adalah kehidupan yang disertai

dengan kesusahan dan kesulitan yaitu kehidupan di dunia.

Selain argumentasi-argumentasi yang telah disebutkan di atas, terdapat

dalil yang menguatkan pendapat ini yaitu hadis tentang syafaat:

24

Shiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si> al-Baghda>di>, Ru>h al-Ma’a>ni>, Juz I (Bairut: Da>r Ihya>’

al-Tura>th al-‘Ara>bi>, t.th.), 236.

99

503

‚Rasulullah SAW bersabda: Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan

mengumpulkan manusia, kemudian ketika surga telah didekatkan, maka kaum

mukminun akan bangkit dan mendatangi Nabi Adam, kemudian mereka akan

25

Abu al-Husain Muslim, al-Ja>mi’ al-S{ahi>h , Juz 1. (Bairut: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah. tth), 129.

100

berkata kepadanya: ‘Wahai bapak kami, mohonlah agar surga segera dibukakan

untuk kami.’ Maka beliau menjawab: ‘Tidaklah ada yang mengeluarkan kamu

dari surga, melainkan kesalahan bapakmu Adam‛

Selain hadis di atas, juga hadis dari Abu> Hurairah berikut ini:

6914 -

‚ Rasulullah SAW bersabda: Nabi Adam dan Nabi Musa pernah berdebat disisi

Allah, maka Nabi Adam berhasil mengalahkan Nabi Musa. Nabi Musa berkata:

‘Wahai Adam, engkaulah orang yang Allah ciptakan langsung dengan Tangan-

Nya, dan Allah meniupkan ruh-Nya kepadamu, dan memerintahkan para

Malaikat untuk bersujud kepadamu, dan Allah juga telah memberimu

kesempatan untuk tinggal di surga-Nya, kemudian engkau karena dosamu

menurunkan seluruh manusia (anak keturunanmu) ke bumi.’‛ (HRS Muslim)

26

Ibid., Juz, 8, 50.

101

Dua hadis di atas secara tekstual menunjukkan bahwa al-Jannah yang

pernah ditempaati oleh Nabi Adam dan istrinya Hawa adalah surga yang ada di

langit yang nanti dipersiapkan untuk orang-orang yang beriman atau al-Jannah

yang bermakna Da>r al-Thawa>b, bukan al-Jannah dengan pengertian taman yang

indah yang berada di bumi. Argumentasi-argumentasi yang telah disebutkan di

atas menjadi patokan pendapat yang memaknai al-Jannah pada kisah Nabi Adam

adalah Da>r al-Thawa>b.

B. Al-Jannah Bermakna Kebun Rindang.

Pembahasan al-Jannah atau surga telah berkembang jauh sebelum al-

Qura>n berbicara tentangnya. Bahkan dalam metologi Mesir kuno di alam semesta

ini ada lapangan Aru (Iaru, Yaaru) yaitu tempat kesenangan abadi yang dikuasai

oleh Osiris. Aru ini terletak di timur di wilayah terbitnya matahari dan Aru

tersebut terdiri dari deretan pulau yang makmur dan orang yang dapat

memasukinya adalah orang-orang yang dosanya seberat selembar bulu. Dari Aru

seseorang bisa dilahirkan kembali, dan gambaran surga ini menurut Arysio Nunes

dos Santos berada di wilayah kepulauan Nusantara.

Orang Yunani kuno mempunyai metologi tanah Arkadia, yaitu dunia

fantasi yang merupakan suatu tempat yang memiliki keindahan alami yang tidak

dirusak oleh peradaban manusia. Di dunia Arkadia ini tidak ada peperangan,

bebas dari segala macam penderitaan, dan penuh dengan aneka kesenangan, baik

102

merupakan kesenangan fisik maupun spiritual. Orang yang bisa masuk ke tanah

Arkadia adalah orang-orang yang memelihara hidupnya di bumi ini sedekat

mungkin dengan alam, tidak melakukan kerusakan alam dan memiliki peradaban

yang tinggi.27

Pada kenyakinan orang Yahudi terdapat keyakinan terhadap surga yang

bernama surga Eden (Gan Eden). Surga tersebut berhubungan dengan empat

sungai, yaitu: Pison, Gihon, Hidikel (Tigris) dan Eufrat. Sungai tersebut berada

di wilayah Mesopotamia yang letaknya diantara dua sungai besar, yaitu: Tigris

dan Eufrat (al-furat). Menurut seorang arkeolog Juris Zarins, surga Eden terletak

pada bagian kepala Teluk Persia, yaitu tempat bermuaranya sungai Tigris dan

Eufrat. Menurutnya sungai Gihon berhubungan dengan sungai Karun di Iran,

sedangkan sungai Pison berhubungan dengan sistem sungai Wadi Batin di bagian

tengah Semenanjung Arabia.

Surga menurut mistisisme Yahudi disebut dalam bahasa Ibrani Shamayim

yang dalam bahasa Inggrisnya adalah Heaven yang sebenarnya memiliki arti

kegembiraan yang keberadaannya di alam kelangitan. Mentisme Yahudi Kabalah

surga terdiri dari tujuh alam surgawi, yang jika diurutkan dari tingkatan terbawah

ke atas sebagai berikut:

1. Shamayim, yaitu alam surgawi tingkat pertama dan yang paling

dekat dengan bumi, dan dikuasai oleh malaikat Jibril. Surga ini

27

Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar, 244-245.

103

dianggap sebagai tempat tinggal Nabi Adam dan istrinya sebelum

diturunkan ke bumi.

2. Raquie, yaitu alam surgawi yang dikendalikan oleh malaikat

Zakariel dan Rafael. Nabi Musa pernah berkunjung dan memasuki

surga ini.

3. Shehaqim, yaitu alam surgawi yang dikendalikan oleh malaikat

Anahel sebagai tempat pelayanan rumah surga Aden dan tempat

tumbuhnya pohon kehidupan. Di dalam surga ini makanan suci

malaikat yang bernama manna dihasilkan.

4. Machen atau Makonon (Machonon) adalah alam surgawi yang

dipimpin oleh malaikat Mikail. Alam surgawi ini dipercaya

sebagai tempat Yerusalem, candi dan altarnya.

5. Makon (Machon), adalah surga yang berada dibawah

pemerintahan malaikat Samael yang dianggap sebagai pelayan

gelap Tuhan.

6. Zebul, dikendalikan oleh malaikat Zakiel (Sachiel). Malaikat ini

dipercaya bertugas untuk memberikan bimbingan kepada manusia

untuk memperoleh kekayaan, kebaikan dan ketenangan pikiran.

7. Araboth adalah alam surgawi yang paling suci yang dipimpin oleh

malaikat Kasiel (Cassiel). Alam surgawi inilah yang merupakan

Arsy Tuhan (the Throne of God) yang senantiasa dihadiri oleh

tujuh malaikat agung. Di bawah Arsy Tuhan ini adalah tempat

104

tinggal para jiwa manusia yang tidak dilahirkan dan dipercaya di

dalam surga ini ada rumah malaikat Serafin, Kerubim dan

Hayyot.28

Semua keyakinan tentang surga pada beberapa kepercayaan di atas

merujuk pada sebuah tempat indah yang berada di bumi dan tempat tersebut

diyakini sebagai surga terkecuali keyakinan mentisme Yahudi Kabalah. Dalam

al-Qura>n istilah surga biasanya dipakai untuk menterjemahkan kata al-Jannah,

dan pada dasarnya kata al-Jannah memiliki dua arti yaitu bermakna surga atau

tempat yang indah dan penuh dengan kesenangan yang disediakan kepada orang

mukmin di akhirat (Da>r al-Thawa>b) dan bermakna taman atau kebun, yaitu

sebuah tempat yang rindang yang dikelilingi pohon-pohon dan keberadaannya di

bumi.

Kata al-Jannah dalam kisah Nabi Adam, selain ada mufassir yang

menginterpretasikan dengan surga (Da>r al-Thawa>b), adapula yang memaknai

kata al-Jannah tersebut sebagai taman atau kebun rindang dengan alasan-alasan29

sebagaimana berikut:

1. Seandainya al-Jannah tersebut adalah surga yang kekal niscaya

Nabi Adam tidak akan mungkin terjebak dalam tipu daya iblis

sebagaimana firman Allah:

28

Ibid., 245-247. 29

Muhammad al-Ra>zi> Fahr al-Di>n, Mafa>tih al-Ghayb, 3-4.

105

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan

berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon

khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa"? 30

Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Adam diperdaya oleh

iblis. Kalau memang al-Jannah pada kisah ini bermakna Da>r al-

Thawa>b, lalu bagaimana mungkin iblis yang kafir bisa

memasukinya untuk menggoda Nabi Adam, padahal al-Jannah

tersebut hanya bisa dimasuki oleh orang yang bertaqwa.?31

Sedangkan iblis telah dilaknat oleh Allah sewaktu ingkar atas

perintah Allah, dan ia tidak akan bisa memasuki atau menjadi

penghuni al-Jannah Da>r al-Thawa>b karena tempat itu hanya akan

dihuni oleh hamba Allah yang mendapatkan rahmat dariNYA.

Oleh karena itu kiranya al-Jannah pada kisah Nabi Adam ini

tidaklah patut untuk diartikan sebagai al-Jannah Da>r al-Thawa>b.

Apalagi sudah dimaklumi bahwa al-Jannah merupakan tempat

yang steril dari perbuatan dosa dan maksiat, sedangkan Nabi

Adam di dalam al-Jannahnya melakukan perbuatan dosa dan

maksiat.

2. Seseorang yang telah masuk ke dalam al-Jannah yang kekal maka

ia tidak akan pernah keluar lagi, berdasarkan firman Allah:

30

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 490. 31

Ahmad Must}afa al-Mara>ghi>, Tafsi>r al-Mara>ghi>, 86.

106

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali

tidak akan dikeluarkan daripadanya .32

Orang yang telah dianugrahi untuk menjadi penghuni al-

Jannah Da>r al-Thawa>b tidak akan pernah keluar lagi darinya

karena al-Jannah merupakan suatu tempat yang kekal dan

penghuninya juga akan kekal di dalamnya.33

Sedangkan Nabi

Adam keluar dari al-Jannahnya. Peristiwa keluarnya Nabi Adam

ini dari al-Jannah bertentangan dengan sifat kekal bagi penghuni

al-Jannah Da>r al-Thawa>b.

3. Iblis adalah mahluk yang dilaknat setelah ia menolak untuk sujud

penghormatan terhadap Nabi Adam, lalu bagaimana mungkin ia

bisa masuk ke dalam al-Jannah yang abadi padahal ia dibenci

Tuhan.

Al-Jannah Da>r al-Thawa>b, merupakan tempat yang

disediakan bagi orang-orang yang beramal saleh dan taat kepada

Allah. Sedangkan iblis adalah mahluk yang telah dilaknat oleh

Allah dan mereka jauh dari rahmat Allah. Lalu bagaimana

mungkin mereka bisa masuk ke dalamnya setelah mereka

melakukan maksiat dan kufur.?

32

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 394. 33

Umar Sulaima>n al-Ashqar, Al-Yawm al-‘A<<khir: al-Jannah wa al-Na>r (t.t: Da>r al-Nafa>is, 1998),

141

107

4. Kenikmatan di dalam al-Jannah yang dijanjikan tidak akan pernah

musnah sebagaimana firman Allah:

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang

takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya;

buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula).

Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang

tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.34

Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam

surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,

kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia

yang tiada putus-putusnya.35

Oleh karena itu jika Nabi Adam pernah tinggal di

dalamnya niscaya al-Jannah tersebut tidak akan pernah rusak.

Akan tetapi ternyata tempat tersebut rusak, dan Nabi Adam tidak

akan pernah keluar darinya tetapi ternyata Nabi Adam keluar

darinya dan terputuslah kenikmatan tersebut.

5. Hal tersebut bertentangan dengan hikmah (kebijaksanaan) Allah

SWT dengan tiba-tiba menempatkan mahluk di surga yang kekal

dan tidak ada takli>f, padahal Allah tidak akan memberi balasan

tanpa adanya sebuah amal.

34

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 375. 35

Ibid., 343.

108

Al-Jannah Da>r al-Thawa>b merupakan tempat yang di

dalamnya disediakan segala kenikmatan yang sangat agung dan

tidak bisa dibayangkan oleh manusia. Ia merupakan tempat

pembalasan bagi hamba Allah yang beriman dan senantiasa

beramal saleh serta ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan

meninggalkan laranganNYA. Oleh karena itu untuk memperoleh

al-Jannah tersebut, terlebih dahulu harus beramal baik sehingga ia

pantas untuk memperolehnya. Hal ini merupakan sunnatullah yang

berlaku bagi setiap mahluknya, sehinnga apabila ada seseorang

yang mendapatkan balasan tanpa didahului oleh sebuah amal maka

hal tersebut bertentangan dengan sunnatullah, walaupun pada

dasarnya Allah mempunyai hak prerogatif dalam menganugrahi

sebuah karunia pada siapapun yang Dia kehendaki. Berangkat dari

ini maka sekiranya tidak keluar dari sunnatullah, kata al-Jannah

pada kisah Nabi Adam ini harus dimaknai sebagai kebun rindang

yang indah bukan sebagai Da>r al-Thawa>b.

6. Tidak terdapat kontradiksi di dalam penciptaan Adam di bumi dan

di dalam kisahnya tidak terdapat penyebutan tentang pemindahan

Adam ke langit. Seandainya itu terjadi maka semestinya hal

tersebut dijelaskan karena pemindahan Nabi Adam dari bumi ke

langit merupakan salah satu dari kenikmatan yang agung. Dengan

demikian, ini menunjukkan bahwa hal tersebut tidak pernah

109

terjadi, maka makna al-Jannah pada ayat

harus diartikan sebagai al-Jannah yang lain bukan al-Jannah yang

kekal.

Berkenaan dengan redaksi ayat ini, Allah

menggunakan redaksi kata yang menunjukkan bahwa Nabi Adam

diciptakan di dalam al-Jannah tersebut atau di tempat yang dekat dari al-Jannah

tersebut karena jika Nabi Adam diciptakan di bumi dan ia pindah untuk

menempati al-Jannah yang bukan tempat ia diciptakan maka semestinnya redaksi

yang dipakai adalah kata أدخل.36

Pemaknaan kata al-Jannah pada kisah Nabi Adam ini sebagai sebuah

taman atau kebun rindang sesuai dengan tujuan penciptaan Nabi Adam sebagai

khalifah di bumi, dengan demikian keberadaan Nabi Adam dan anak cucunya di

bumi merupakan sebuah keniscayaan bukan semata-mata sebagai balasan

terhadap maksiat yang ia lakukan karena meninggalkan perintah Allah untuk

menjahui pohon larangan yang sifatnya baru37

, karena apabila keberadaan Nabi

Adam di bumi dianggap akibat dosanya karena bermaksiat kepada Allah bukan

karena tujuan penciptaannya, maka hal ini bisa membawa pada doktrin dosa

36

Muhammad ‘Abduh dan Muhammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Mana>r, Juz 1(Kairo: Da>r al-Mana>r,

1947) 277 37

Ibid,.

110

warisan yang merupakan keyakinan prinsipil agama Nasrani, yang menganggap

sekiranya Nabi Adam tidak melakukan dosa maka umat manusia akan tetap

berada di surga.

Keyakinan tentang penciptaan Nabi Adam di surga itu sangat erat

kaitannya dengan doktrin dosa warisan, doktrin penyaliban, penebusan dan

doktrin kebanggkitan, berdasarkan ajaran Paulus (w + 64 M) seperti termuat

dalam himpunan Surat-Surat Paulus dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan

tujuh doktrin paling asasi, yaitu:

1. Yesus Kristus itu Anak Allah. (2 Korintus 1:19 Galatia 1:16)

2. Sengaja menjelma di muka bumi. (Galatia 4: 4-5)

3. Mengalami penderitaan di atas tiang salib. (Rum 6:10-16: 2;

Korintus 5: 14; 1 Timotius 2: 6; 1 Korintus 1: 18-23; 1 Korintus 5:

14; 1 Timotius 2:6; 1 Korintus 1: 18-23; 1 Korintus 15: 3)

4. Guna menebus maut yang diwarisi dari Adam. (1 Timotius 1:15;

Rum 5:18)

5. Kemudian bangkit dari kuburnya. (Rum, 4:24-25; Rum, 6:9; 1

Korintus, 15:4, 1 Korintus, 15:17, 2 Timotius, 2:8)

6. Naik ke langit bersemayam disebelah kanan Allah bapa (KRR 7:

55; Epesus 1:19-20; Kolose 3:1) dan sekaliannya itu adalah rahasia

Ilahi (Divine Mysteries) yang belum pernah diberitakan Tuhan

111

sejak berzaman-zaman kepada siapapun selama ini, kecuali kepada

Paulus saja. (Epesus 3:1-8; Kolose 1: 25-26; Rum 16:25-26)

7. Dan sekaliannya itu mestilah diimani dan jangan bergantung pada

akal. (1 Korintus 2:5)38

Keyakian umat Nasrani ini tentunya bertentangan dengan yang telah

disampaikan oleh al-Qura>n bahwa Nabi Adam dan keturunannya memang

diciptakan untuk menjadi penghuni bumi sebagai khalifah sebagaimana firman

Allah:

Redaksi ayat ini menunjukkan bahwa Allah hendak menciptakan khalifah

di bumi dan pilihan khalifah tersebut diberikan kepada Nabi Adam dan anak

cucunya dan Nabi Adampun diciptakan dari bahan yang ada di bumi yaitu tanah.

Oleh karena itu bukan merupakan hal yang kontadiksi bila tempat tinggal Nabi

Adam yang disebut sebagai al-Jannah tersebut berada di bumi. Namun yang

menjadi pertanyaan adalah: kalau memang benar al-Jannahnya Nabi Adam itu

berada di bumi, lantas dimanakah al-Jannah tersebut berada?.

Menurut keyakinan orang Yahudi Adam tinggal di sebuah tempat yang

bernama surga atau taman Eden. David Erohl yang telah bekerja sama dengan

38

Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama? Interpretasi Baru Ras Adam Menurut al-Quran dan Sains (Yogyakarta: Bunyan,2013), 98-100. 39

QS. 2 (al-Baqarah): 30

112

para peneliti di Oxford University, England, melakukan penyelidikan selama 25

tahun mencari ‚Taman Eden‛.

Taman ini dalam Al-Qura>n terbitan Depag RI diterjemahkan sebagai

surga, dalam bahasa Arab disebut sebagai al-Jannah, dalam bahasa Persia disebut

Paridesa yang berarti taman tertutup, dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan

dengan Paradise. Sementara itu, Eden disebut dengan Edin dalam bahasa Ibrani

yang mempunyai arti tanah kosong atau padang luas. Jadi, secara keseluruhan al-

Jannah adalah taman tertutup yang indah di atas padang luas, yaitu tempat Nabi

Adam dan Hawa bermukim di muka bumi ini.

Berdasarkan kesimpulannya peneliti tersebut menunjuk posisi geografis

yang terkait dengan empat sungai. Dalam Kitab Injil dari Bab 2 ‚Genesis‛

(Kejadian) yang bersumber dari kitab Taurat, disebutkan bahwa:

Tuhan menciptakan taman di timur Eden. Dia menaruh manusia yang

terbuat dari tanah, tuhan menumbuhkan pohon yang menarik dan enak

dimakan, dengan pohon kehidupan di tengah dan pohon pengetahuan baik

dan jahat, dan sungai mengairi Eden untuk mengairi taman dan dari situ

surga terbagi menjadi 4 kepala/cabang, yang pertama bernama Pishon

yang mengaliri Havila yang kaya emas, emas dari negeri ini murni, dan

sungai yang kedua adalah Gihon yang mengairi daerah Kush, sungai

ketiga bernama Hideket yang mengalir ke timur Asha, dan sungai

keempat adalah Perath.

Peneliti tersebut menggunakan pendekatan ilmu arkeologi dengan

didukung citra-citra satelit. Penyelidikannya menemukan bahwa yang dimaksud

sebagai sungai Pishon adalah sungai Kezeluizon (emas) yang mengaliri daerah

Havilah yang memang kaya dengan emas, yang disebut sungai Uizon dalam

113

bahasa Iran kuno ke bahasa Semit atau Ibrani disebut fishon. Sementara itu,

sungai Gihon adalah sungai Gyhun, mengairi daerah yang nama kunonya adalah

Kush, bahkan ada gunung yang disebut Kushshadag di daerah tersebut, keduanya

mengalir ke Laut Kaspia. Selanjutnya, Hideket adalah yang disebut sebagai

sungai Efrat, dan Perath adalah yang disebut dengan sungai Tigris yang

bersumber dari daerah Turki Timur dan Iran Barat, mengalir melalui Irak ke Laut

Arab.

Dari posisi geografis dan data-data arkeologi yang ada, ditambah dengan

data-data dari kitab Injil, jelas kemungkinannya bahwa penciptaan Nabi Adam

dan Hawa adalah di muka bumi ini, yaitu di suatu tempat yang merupakan

sebuah taman di atas dataran hijau yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga

sangat tertutup. Tepatnya adalah di sekitar daerah lembah Tarizh, kaki kubah

vulkanik yang disebut Gunung (Kuh-e) Sahand, Azerbaijan Timur. Daerah

tersebut dibatasi di sebelah salatan oleh dataran Sopotamia yang kini disebut

Irak, sebelah barat dibatasi wilayah Turki (Danau Urmia, Selatan Gunung

Ararat), di sebelah tenggara dibatasi oleh Pegunungan Zagros, Iran pada saat ini.

Walaupun demikian, dari segi waktu dan umur tercatat bahwa hanya

sekitar 7.000 tahun yang lalu, yaitu era Neolitikum, manusia mulai kali pertama

berusaha mengendalikan alam dan sekitarnya, yakni di tempat dulu di Kerajaan

Arata, bangsa Sumeria. Kalangan arkeologi menyebutnya sebagai tempat

peradaban manusia pertama.

114

Fakta tersebut menjadi kontradiktif dengan data umur sains dan lainnya

yang terkini dan lebih akurat, seperti penelitian Rebecca Cann pada tahun 1987

yang menunjukkan bahwa makhluk seperti manusia (homo sapiens sapiens40)

telah muncul lebih awal, sekitar 150.000- 120.000 tahun yang lalu, berdasarkan

penentuan umur fosil dengan Uranium-Thorium Dating Method, dengan

ditemukan di Afrika bagian timur (Delta Omo, Kibish Etiophia, dan Danau

Tanganyika, Tanzania)

Secara sains penentuan umur dengan menggunakan Uranium-Thorium

Dating jelas lebih akurat sehingga perkiraan umur di atas yang tersebut

berdasarkan data arkeologi mulai terbantahkan oleh fakta sains, yakni data

paleontologi. Walaupun demikian, lokasi yang tersebut dalam Kitab Taurat dan

Injil di atas adalah bagian jalur migrasi manusia (homo sapiens sapiens) dari

Afrika Timur, yang telah dilacak oleh sains dan disebut sebagai teori Out of

Africa.41

Berdasarkan penelitian sains ini, lokasi taman Eden yang diyakini oleh

orang Yahudi sebagai surganya Nabi Adam menjadi terbantahkan, karena

diyakini keberadaan manusia pertama telah ada jauh sebelum lokasi taman Eden

itu dihuni oleh manusia. Berdasarkan teori Out of Africa seorang ahli

paleontologi dan antropologi Inggris bernama Christopher Stringer telah

40 Homo sapiens sapiens adalah bahasa latin untuk menyebut manusia (ras Adam) yang artinya

adalah manusia bijaksana atau manusia berpengetahuan yang didalam bahasa Inggris disebut

sebagai Modern Human Beings (Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama?, 21.) 41

Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama?, 91-95

115

menemukan usia tengkorak manusia modern tertua yang utuh di sebuah goa di

Keive, Palestina yang diperkirakan berusia kurang lebih 110.000-120.000 tahun

lalu.42

Sedangkan kalau merujuk pada penjelasan al-Qura>n, di sana tidak

dijelaskan secara gamblang tentang lokasi penciptaan Nabi Adam, tetapi

berdasarkan firman Allah dalm surat al-Baqarah: 30, dapat dijadikan sebagai

landasan asumsi bahwa Nabi Adam diciptakan di bumi berikut al-Jannahnya. Hal

ini dipertegas dengan firman Allah dalam surat al-A’ra>f: 10:

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami

adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu

bersyukur

Berdasarkan ayat ini, bumi merupakan tempat yang disediakan untuk

Nabi Adam dan anak cucunya. Mereka diciptakan, hidup dan tinggal di bumi dan

matipun juga di bumi. Walaupun dalam al-Qura>n tidak dijelaskan secara detail

lokasi penciptaan Nabi Adam, berdasarkan teori Out of Africa, dapat

dimungkinkan bahwa Nabi Adam diciptakan dan tinggal di daratan Afrika dan

sekitarnya. Diduga tanah Arab yang termasuk diantaranya beberapa bagian

Benua Afrika bagian timur dahulu merupakan daerah yang subur pada waktu

planet bumi berumur sekitar kurang lebih 140.000-110.000 tahun yang lalu

42

Ibid., 42. 43

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 222.

116

ketika planet bumi mengalami periode Warm Interglacial (pencairan lapisan

es)44

. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi:

45.

Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum harta menjadi banyak dan melimpah,

sampai-samapi seseorang yang hendak mengeluarkan zakat hartanya tidak

mendapati orang yang mau menerimanya dan sampai tanah Arab kembali

menjadi padang gembala dan sungai-sungai.

Hadis ini menjelaskan bahwa dahulu tanah Arab pernah subur, tentunya

tanah yang subur banyak ditumbuhi oleh pepohonan yang rindang, dan tempat

yang dipenuhi dengan pepohonan yang rindang juga dapat diartikulasikan dengan

kata al-Jannah. Namun kemudian yang menjadi persoalan adalah proses turunnya

Nabi Adam dari al-Jannah, seperti firman Allah:

Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!46

44

Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama?, 103. 45

Abu> al-Husain Muslim al-Qushairi> al-Naisa>bu>ri>, S{ahi>h Muslim, Juz 3 (Bairut: Da>r al-Ji>l, t.th.),

84. 46

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 15.

117

Dari kata ihbit} pada ayat di atas, ada yang berpendapat bahwa Nabi

Adam diturunkan dari luar bumi. Pendapat ini disampaikan oleh ulama’ yang

mengatakan bahwa al-Jannahnya Nabi Adam ada di langit dan ia diasumsikan

telah diciptakan dan dikirim dari al-Jannah yang berada di luar bumi. Mereka

mengartikan kata ihbit} sebagai nuzu>l (turun) sehingga kata diartikan

dengan Penafsiran ini membawa pengertian bahwa Nabi Adam

dipindahkan dari luar angkasa menuju bumi yang diakibatkan oleh perbuatan

dosa yang ia lakukan, sehingga perbuatan dosa tersebut yang menyebabkan ia

dihukum dengan harus meluncur dari surga yang berada di langit ke planet bumi.

Dalam al-Qura>n kata ihbit} dengan berbagai bentuknya dapat dijumpai

sebanyak delapan kali48 yaitu pada: QS. 2 (al-Baqarah): 36, 38, 61 dan 74, QS. 7

(al-A’ra>f): 13 dan 24, QS. 2 (Hu>d): 48 dan QS. 20 (Ta>ha>): 123. Dari delapan ayat

ini, satu ayat menggunakan bentuk Fi’il Mud}a>ri’, yaitu pada QS. 2 (al-Baqarah):

74, sedangkan yang lainnya dalam bentuk Fi’il Amr.

Berbagai kata ihbit} ini tidaklah mempunyai arti turun dari tempat yang

jauh tetapi bisa mempunyai arti beranjaklah, pergilah, menyingkirlah,

berangkatlah, keluarlah dan turunlah. Walaupun demikian tidaklah semua arti

47

Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Waji>z (Damaskus: Da>r al-Fikr, t.th.), 7. 48

Jumlah ini ditemukan setelah melakukan pelacakan dalam al-Qura>n dengan menggunakan

apilikasi Zekr dengan kata kunci هبط

118

menunjukan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan jarak

yang jauh atau sangat jauh. Hal itu telihat dari firman Allah:

Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan

dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang

bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka

(dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari

Kami".49

Kata ihbit} pada ayat ini digunakan ketika Allah memerintahkan turun

kepada Nabi Nuh dari kapal yang jaraknya relatif dekat atau dalam pengertian

masih dalam jarak yang normal yang dapat ditempuh oleh manusia. Pada kisah

Nabi Adam ketika Allah menyuruh turun Nabi Adam akibat melanggar perintah

Allah dengan mengikuti godaan iblis dan iblis saat itu bertindak sebagai

penggoda agar Nabi Adam melanggar perintah Allah, maka kata ihbit} dapat

bermakna enyahlah atau menyingkirlah atau bermakna turun dalam jarak yang

dekat dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah atau bermakna perintah

untuk pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain, seperti firmn Allah dalan

surat al-Baqarah: 61:

49

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 334.

119

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan)

dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada

Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,

yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan

bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah

sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu

memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista

dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi)

karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu

berbuat durhaka dan melampaui batas.50

Dari penjelasan ini, maka kata ihbit} jelas tidak dapat diartikan turun dari

jarak jauh apalagi jarak tempuhnya harus melintasi ruang dan waktu memiliki

perbedaan yang signifikan seperti antara langit dan bumi. Dengan demikian al-

Jannah pada kisah Nabi Adam ini lebih cocok untuk diartikan sebagai taman atau

kebun rindang dan tidak berada di luar planet bumi dan al-Jannah tersebut

dinamakan dengan al-Jannah al-Tadri>b51 yaitu al-Jannah yang merupakan medan

latihan bagi Nabi Adam untuk kepentingan kehidupan di bumi yang penuh

dengan pancaroba.

Berdasarkan penjelasan di atas, pemaknaan al-Jannah pada kisah Nabi

Adam ini dengan makna kebun rindang atau taman lebih logis untuk diterima,

selain karena argumentasinya yang kuat, juga karena pemaknaan al-Jannah

50

Ibid., 19 51

Muhammad Mutawalli>> al-Sha’ra>wi>, Min Fayd} al-Rahma>n (t.t.: Maktabah al-Shaikh al-

Sha’ra>wi al-Islamiyah, t.th.) 81

120

dengan Da>r al-Thawa>b cenderung lebih banyak muatan Israiliyatnya dari pada

mengambil dari isyarat yang terdapat di dalam ayat al-Qura>n sendiri. Oleh karena

itu penulis lebih memilih untuk memaknai kata al-Jannah ini dengan makna

kebun rindang atau taman.