bab iv lirta jd

Download BAB IV LIRTA jd

If you can't read please download the document

Upload: silver8oys

Post on 08-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KTI

TRANSCRIPT

40

32

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yakni Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Menyiapkan Kecerdasan Matematika Anak Sejak Dalam Kandungan Di Ruang Poliklinik KIA RSHK Langgur yang dilakukan pada tanggal 31 Mei sampai 04 Juni 2014 dengan jumlah 20 responden. Sebelum penulis menyajikan hasil penelitian, terlebih dahulu penulis memaparkan karakteristik dari responden menurut usia, pendidikan dan pekerjaan sebagai berikut:

Karakteristik RespondenUsia

TABEL 4.1DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN USIA DI POLIKLINIK KIA RSHK LANGGUR TAHUN 2014

NoUsiaFrekuensiPersen (%)123Masa remaja akhir (1725 tahun)Masa dewasa awal (2635 tahun)Masa dewasa akhir (3645 tahun)6122306010Jumlah20100Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa lebih dari setengah 12 responden (60%) berusia 26-35 tahun, sebagian kecil masing-masing 6 responden (30%) berusia 17-25 tahun dan 2 responden (10%) berusia 36-45 tahun, yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik KIA RSHK Langgur.Pendidikan

TABEL 4.2KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DI POLIKLINIK KIA RSHK LANGGUR TAHUN 2014

NoTingkat PendidikanFrekuensiPersen (%)1.2.3.4SDSMPSMAPERGURUAN TINGGI121075105035 Jumlah 20100Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, setengah yakni 10 responden (50%) berpendidikan SMA, hampir setengah yakni 7 responden (35%) berpendidikan Perguruan Tinggi dan sebagian kecil masing-masing 2 responden (10%) berpendidikan SMP dan 1 responden (5%) berpendidikan SD, yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik KIA RSHK Langgur.

Pekerjaan

TABEL 4.3KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN DI POLIKLINIK KIA RSHK LANGGUR TAHUN 2014

NoJenis PekerjaanFrekuensiPersen (%)1.2.3.PNSWiraswastaIRT811140555 Jumlah 20 100Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, lebih dari setengah yakni 11 responden (55%) IRT dan hampir setengah yakni 8 responden (40%) bekerja sebagai PNS sedangkan sebagian kecil yakni 1 responden (5%) bekerja sebagai wiraswasta yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik KIA RSHK Langgur.Variabel yang Diteliti

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan

TABEL 4.4DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN PENGETAHUAN DI POLIKLINIK KIA RSHK LANGGURTAHUN 2014

No.Tingkat PengetahuanFrekuensiPersen (%)1.2.3.4.5.Sangat BaikBaikCukupKurangKurang sekali612110 30605 50

Jumlah20100Sumber: Data Primer, 2014Berdasarkan data pada tabel 4.4 diperoleh data bahwa lebih dari setengah yakni 12 responden (60%) berpengetahuan baik, sebagian kecil yakni 6 responden (30%) berpengetahuan sangat baik serta masing-masing sebagian kecil 1 responden (5%) berpengetahuan cukup dan berpengetahuan kurang.

PembahasanPengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia namun Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Berdasarkan hasil penelitian pada 20 responden menunjukkan bahwa lebih dari setengah yakni 12 responden (60%) memiliki pengetahuan baik, sebagian kecil yakni 6 responden (30%) berpengetahuan sangat baik, serta masing-masing sebagian kecil 1 responden (5%) berpengetahuan cukup dan berpengetahuan kurang tentang menyiapkan kecerdasan matematika anak sejak didalam kandungan.Menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi bila seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihaatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan responden tentang kecerdasan matematika anak sejak didalam kandungan adalah seseorang yang memiliki kemampuan secara luas untuk bisa berubah menjadi tindakan jika disertai dengan kehendak nyata, untuk bisa merealisasikan informasi yang didapatnya menjadi satu tindakan real yang mampu membuat perubahan tertentu tentang tujuan, manfaat dan cara menyiapkan kecerdasan matematika anak sejak didalam kandungan.Menurut asumsi peneliti bahwa lebih dari setengah responden yang mempunyai pengetahuan baik (60%) dan sebagian kecil (30%) memiliki pengetahuan sangat baik dikarenakan responden memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai. Selain itu juga adanya motivasi, minat dari dalam diri untuk membaca dan melihat serta mau mendengar dari berbagai sumber informasi kesehatan baik dari tenaga perawat berupa penyuluhan kesehatan serta pengetahuan dapat diperoleh dari media masa sebagai sarana komunikasi seperti televisi, yang sudah banyak beredar di masyarakat maupun sumber informasi yang lain, maka sudah tentu akan menjadi sumber penambah pengetahuan seseorang. Dari hasil penelitian juga didapatkan ada sebagian kecil (5%) responden yang memiliki pengetahuan yang cukup dan kurang, sehingga boleh dikatakan bahwa sentuhan informasi belum dipahami oleh ibu hamil tersebut, oleh karena itu perlu adanya peningkatakan informasi dari petugas kesehatan sebagai pembawa sumber informasi yang akurat dan terpercaya. Apabila tingkat pendidikan yang rendah ditambah informasi yang kurang memadai, maka sudah tentu pengetahuan seseorang juga akan menjadi berkurang.Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi juga oleh tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa setengah 10 responden (50%) berpendidikan terakhir SMA, hampir setengah 7 responden (35%) berpendidikan perguruan tinggi dan sebagian kecil masing-masing 2 responden (10%) berpendidikan SMP sedangkan 1 responden (5%) berpendidikan SD. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan responden yang baik dapat disebabkan oleh faktor pendidikan yang mana hasil penelitian diperoleh setengah (50%) berpendidikan SMA.Menurut Wahyudi (2012) dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Penilitian juga didapatkan pengetahuan yang kurang (5%) didapatkan pada tingkat pendidikan SD. Dapat dikatakan bahwa sentuhan informasi belum dimengerti dan dipahami oleh ibu tersebut, oleh karena itu perlu adanya peningkatakan informasi dari petugas kesehatan sebagai pembawa sumber informasi yang akurat dan terpercaya. Apabila tingkat pendidikan yang rendah ditambah informasi yang kurang memadai, maka sudah tentu pengetahuan seseorang juga akan menjadi berkurang.Menurut Wied Hary dalam Fadlil (2011) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuanya. Pendidikan sangat menunjang dalam pengembangan ilmu pengetahuan ibu hamil. Hasil ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Wahyudi (2012) pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Menurut asumsi peniliti pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.Selain tingkat pendidikan adapula faktor usia responden juga sangat berperan dalam penerimaan informasi pengetahuan. Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah yaitu 12 responden (60%) berada pada usia masa dewasa awal (26-35 tahun), sebagian kecil masing-masing yakni 6 responden (30%) merupakan kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) serta 2 responden (10%) merupakan kelompok usia dewasa akhir (36-45 tahun).Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan responden yang baik dapat disebabkan oleh faktor usia yang mana hasil penelitian diperoleh lebih dari setengah (60%) berusia 26-35 tahun.Menurut Fadlil (2011) usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Penelitian ini juga didapatkan sebagian kecil pengetahuan yang kurang (10%) didapatkan pada usia 36-45 tahun. Singgih dalam Fadlil (2011) mengemukakan bahwa makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi dalam Fadlil (2011) juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka menurut asumsi peneliti dapat menyimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang, selain pendidikan dan usia pengetahuan dipengaruhi juga oleh pekerjaan. Berdasarkan dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa lebih dari setengah 11 responden (55%) IRT dan hampir setengah 8 responden (40%) bekerja sebagai PNS sedangkan sebagian kecil 1 responden (5%) bekerja sebagai wiraswasta. Dari penelitian didapatkan lebih dari setengah (55%) bekerja sebagai IRT. Menurut Fadlil 2011, memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan. Penelitian ini juga didapatkan sebagian kecil (5%) bekerja sebagai wiraswasta. Interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi. Dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Fadlil, 2011).Menurut asumsi peneliti bahwa pekerjaan mempengaruhi pengetahuan seseorang, apabila seorang berada pada pekerjaan yang memiliki lingkungan dan interaksi sosial yang baik maka akan timbul interaksi baik pula dengan orang lain dalam bertukar pendapat atau informasi.