bab iv - kumpulan pikiran – dengan berpikir kita ... · web viewpuskesmas kulisusu memiliki 1...

25

Click here to load reader

Upload: vankhanh

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Batas Wilayah

Puskesmas Kulisusu berada dalam wilayah administrasi Kecamatan

Kulisusu Kabupaten Buton Utara dengan wilayah kerja meliputi 5

Kelurahan dan 7 Desa dengan luas wilayah 108,55 km2 dengan rincian

Desa/Kelurahan sebagai berikut :

a. Kelurahan Lipu : 3,99 km2

b. Kelurahan Bangkudu : 8,73 km2

c. Kelurahan Lakonea : 4,88 km2

d. Kelurahan Lemo : 3,38 km2

e. Kelurahan Bone Lipu : 13,69 km2

f. Desa Rombo : 8,44 km2

g. Desa Linsowu : 6,75 km2

h. Desa Loji : 3,25 km2

i. Desa Kalibu : 4,43 km2

j. Desa Eelahaji : 30,3 km2

k. Desa Jampaka : 7,29 km2

l. Desa Tomoahi : 13,27 km2

Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Kulisusu terdiri atas

dataran tinggi dan dataran rendah serta rawa-rawa yang secara administratif

berbatasan dengan :

60

Page 2: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

61

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Kulisusu Utara

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Puskesmas Kulisusu Barat dan

Kecamatan Bonegunu

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lemo

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda

2.Demografi

Jumlah penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja Puskesmas

Kulisusu sekitar 18.066 jiwa yang tersebar di 5 kelurahan dan 7 desa yang

terdiri atas berbagai etnis, agama, budaya, dan tingkat pendidikan. Tingkat

mobolitas penduduk yang cukup tinggi baik yang menggunakan kendaraan

darat maupun kendaraan laut sangat mempengaruhi penyebaran penyakit

terutama penyakit yang berasal dari luar daerah.

3.Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk umumnya pertanian dalam arti luas

yang meliputi petani dibidang pangan, perkebunan, dan pengelolaan budi

daya hasil laut. Sedangkan yang lainnya terdiri dari Pedagang, Pegawai

Negeri baik PNS maupun TNI/Polri termasuk Pegawai Swasta, Buruh

Harian dan sisanya tidak memiliki mata pencaharian yang jelas.

Keadaan ini sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama

yang ada kaitannya dengan kebutuhan pokok sehari-hari (Gizi masyarakat,

pakaian, kondisi perumahan, kemampuan serta kesempatan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai).

Page 3: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

62

4.Tenaga dan Sarana Kesehatan

a) Tenaga Kesehatan

Adapun tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kulisusu Tahun

2009 adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kulisusu Tahun 2009

No Tenaga Kesehatan Jumlah Presentase(%)1 Dokter umum 2 4,082 Perawat 34 69,383 Perawat Gigi 1 2,044 Analis 1 2,045 Bidan 5 10,26 Tenaga Gizi 1 2,047 Tenaga Kesling 1 2,048 SMA 1 2,049 Clening Service 2 4,0810 Supir 1 2,0411 Jumlah 49 100

Sumber : Data Primer 2009

b) Sarana Kesehatan

Puskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai

tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan 1 buah gedung

sebagai tempat perawatan pasien rawat inap, Gudang obat yang terdiri

dari 2 buah ruangan dimana 1 ruangan digunakan oleh Gudang Farmasi

Kabupaten dan Puskesmas Pembantu 6 buah.

B. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Kulisusu Babupaten Buton Utara selama 1 minggu dengan

mengambil sampel keluarga penderita sebanyak 50 Orang. Berdasarkan hasil

Page 4: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

63

pengolahan data yang telah dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai

berikut :

Masalah kesehatan pada dasarnya mengikuti distribusi epidemiologi.

Artinya terjadinya peningkatan suatu penyakit dipengaruhi oleh besarnya

keberadaan faktor-faktor epidemiologi pada suatu daerah atau komunitas

tertentu. Untuk menjelaskan distribusi ini digunakan model Person (orang),

Place (tempat) dan Time (waktu). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam

pengumpulan data epidemiologi dibutuhkan data mengenai karakteristik

orang, waktu dan tempat terkait dengan masalah kesehatan yang diamati

(Bustan, 1996).

Analisis data epidemiologis berdasarkan variable tersebut digunakan

untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas

yang dihadapi. Dengan demikian, memudahkan untuk mengadakan

penanggulangan, pencegahan atau pengamatan. Untuk menentukan adanya

peningkatan atau penurunan insidensi atau prevalensi suatu penyakit yang

timbul, harus diperhatikan kebenaran perubahan tersebut. Perubahan yang

terjadi dapat diakibatkan oleh perubahan semu sebagai akibat dari perubahan

dalam teknologi diagnostik, perubahan klasifikasi, atau kesalahan dalam

perhitungan jumlah penduduk.

1) Karakteristik Responden

Karakteristik responden untuk distribusi ini digunakan model

Person (orang), Place (tempat) dan Time (waktu).

Page 5: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

64

a) Berdasarkan Orang

1) Jenis kelamin

Jenis kelamin responden yang diteliti di wilayah kerja

Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2009 adalah

sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2009

Jenis Kelamin N %Laki-Laki 22 44Perempuan 28 56

Jumlah 50 100Sumber : Data Primer 2009

Dari Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah responden

perempuan lebih banyak dari jumlah responden laki-laki dimana

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (56 %)

sedangkan responden laki-laki sebanyak 22 orang (44 %).

2) Umur

Distribusi umur responden yang diteliti di wilayah

Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2009 seperti

terlihat pada tabel 6 di bawah ini :

Page 6: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

65

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2009

Umur Responden (Tahun)

N %

5 – 9 9 1810 – 14 9 1815 – 19 4 820 – 24 1 225 – 29 6 1230 – 34 7 1435 – 39 5 1040 – 44 5 1045 – 49 1 250 – 54 1 255 – 59 1 2

≥ 60 1 2Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer 2009

Dari Tabel 6 menunjukan bahwa responden terbanyak

adalah umur 5 – 9 tahun dan kelompok umur 10 – 14 tahun dengan

responden masing-masing 9 orang (18 %) sedangkan yang paling

sedikit jumlahnya adalah yang berumur 20 – 24 tahun, 45 – 49

tahun, 50 – 54 tahun, 55 – 59 tahun dan ≥ 60 tahun dengan

responden masing-masing 1 orang (2 %).

3) Pendidikan

Pendidikan responden di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu

terdiri dari berbagai jenjang pendidikan, akan tetapi ada juga

beberapa responden yang tidak bersekolah. Adapun distribusi

responden menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Page 7: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

66

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton UtaraTahun 2009

Pendidikan n %Tidak Sekolah 5 10

SD 14 28SLTP 11 22SLTA 18 36

Diploma/Sarjana 2 4Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer 2009

Tabel 7 menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden

yang terbanyak adalah SLTA dengan 18 responden (36%)

sedangkan paling sedikit adalah Diploma/Sarjana yaitu sebanyak 2

responden (4 %).

b) Berdasarkan waktu

Hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan

dasar di dalam analisis epidemiologi.oleh karena perubahan-

perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan

faktor etiologi baik dalam waktu singkat, periodik maupun sekuler.

Waktu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah .

Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menahun

dan disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang sraf tepi,

kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini memerlukan waktu

membelah diri yang sangat lama dibandingkan dengan kuman yang

lainnya, yaitu 2 – 21 hari. Hal ini merupakan salah satu penyebab

masa tunas yang lama yaitu rata-rata 2 – 5 tahun.

Page 8: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

67

Variabel waktu merupakan factor kedua yang harus

diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas dalam studi

epidemiologi karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi

penyakit selalu didasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan

atau tahunan.

Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam

epidemiologi karena di dasarkan pada kejadian yang nyata dan bukan

berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan pencatatan dan

laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan

insidensi dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan

untuk menyusun perencanaan dan penaggulangan masalah kesehatan

c) Berdasarkan Tempat

Tempat adalah daerah yang dapat dikategorikan sebagai

wilayah tertentu suatu daerah seperti wilayah desa, kecamatan,

kabupaten dan lain-lain. Hubungan antara penyakit dengan tempat

menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempunyai arti penting

sebagai sebab timbulnya penyakit yang ada kaitannya dengan lokasi

tempat tinggal penderita.

Peranan karakteristik tempat dalam studi epidemiologi erat

hubungannya dengan lokasi fisik sepeerti sifat geologi dan keadaan

tanah, keadaan iklim setempat yang erat hubungannya dengan daerah

tropis dan subtropics serta daerah yang beriklim dingin. Selain itu

faktor tempat dapat pula dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan

Page 9: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

68

kepadatan rumuah tangga, jenis penyebab serta jenis vektor setempat

(Noor, 2000).

Puskesmas kulisusu berada dalam wilayah administrasi

kecamatan kulisusu Kabupaten Buton Utara dengan wilayah kerja

meliputi 5 kelurahan dan 7 desa dengan luas wilayah 108,55 km2.

Daerahnya terdiri dari wilayah dataran tinggi dan dataran rendah serta

rawa-rawa.

Penderita penyakit kusta di wilayah kerja puskesmas kulisusu

berjumlah 5 orang yang tersebar di kelurahan/ desa sebagai berikut :

Tabel 8. Jumlah penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2008

No Kelurahan/Desa Jumlah (n) Presentase (%)

1 Desa Loji 1 202 Kelurahan Lemo 2 403 Kelurahan Bangkudu 1 204 Kelurahan Lipu 1 20

Total 5 100Sumber : Data Sekunder 2008

Berdasarkan tabel 8 di ketahuai bahwa penderita kusta

tertinggi berada di Kelurahan Lemo sebanyak 2 penderita dengan

presentase 40 %. Sedangkan penderita kusta yang terendah berada di

Kelurahan Lipu, Kelurahan Bangkudu dan Desa Loji sebanyak 1

orang dengan presentase masing-masing 20 %.

Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam

eoidemiologi deskriptif karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi

kejadian luar biasa atau lokasi penyakit-penyakit endemis sangat

Page 10: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

69

dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran

beberapa penyakit di suatu wilayah. Batas suatu wilayah dapat

ditentukan berdasarkan:

1) Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administrasi atau

fisik, institusi, dan instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan

Negara yang beriklim tropis, subtropics dan negara dengan empat

musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut

mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi

frekuensi maupun jenis penyakit.

2) Batas institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor dan

lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.

Dengan terdapatnya penderita kusta di wilayah kerja

Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara,

semakin memperkuat bahwa faktor geografi dan meteorologi di

Indonesia pada umumnya sangat menguntungkan adanya transmisi

atau penularan penyakit kusta termasuk Kabupaten Buton Utara.

2) Karakteristik khusus responden menurut variabel

yang diteliti

a) Distribusi Kejadian Penyakit Kusta

Distribusi kejadian penyakit kusta berdasarkan hasil skrining

pada 50 responden seperti pada tabel 9 di bawah ini :

Page 11: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

70

Tabel 9. Distribusi kejadian Penyakit Kusta pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kab. Buton Utara Tahun 2009

No Hasil Pemeriksaan N Pesentase (%)

1 Positif 0 02 Negatif 50 100

Sumber : Data Primer 2009

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari hasil pemeriksaan skrining

diperoleh bahwa dari 50 respondent ditemukan semua responden

negatif (100 %). Hal tersebut sesuai dengan Pedoman Pemberantasan

Penyakit Kusta bahwa seseorang yang belum nampak gejala kusta

maka hasil pemeriksaan spesimen BTA selalu negatif.

b) Pengetahuan

Distribusi tingkat pengetahuan responden terhadap kejadian

penyakit kusta dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini :

Tabel 10. Distribusi Pengetahuan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kab. Buton Utara Tahun 2009

No Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Cukup 23 462 Kurang 27 54

Total 50 100Sumber : Data Primer 2009

Tabel 10 menunjukan bahwa dari hasil pengolahan SPSS

tentang pengetahuan diperoleh bahwa pengetahuan yang cukup

sebanyak 23 orang (46 %) sedangkan pengetahuan yang kurang

sebesar 27 orang (54 %).

Page 12: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

71

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan peginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 1997).

Responden yang kurang pengetahuannya tentang penyakit

kusta dapat menyebabkan kurangnya kewaspadaan diri dan kurangnya

upaya pencegahan sehingga memudahkan tertular penyakit kusta. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Djasminto

(2000) mengatakan bahwa cukup kurangnya tingkat pengetahuan

masyarakat tentang suatu penyakit sangat menentukan tingkat kejadian

penyakit pada suatu masyarakat.

Asumsi lain yang masih terjadi di masyarakat yang

berpengetahuan kurang tentang kusta disebabkan kurangnya informasi

mengenai pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta secara baik

dan benar dari pihak pelayanan kesehatan.

Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten

Buton Utara sangat terbuka dalam menerima informasi-informasi

mengenai pola hidup sehat terutama dalam penanggulangan penyakit

kusta, ini terbukti dengan 50 responden yang diteliti semuanya

menyatakan kesediaannya untuk diperiksa kesehatanya dan antusiasme

masyarakat untuk mendengarkan informasi penyakit kusta yang kami

berikan sebelum pemeriksaan dilakukan terutama pencegahan dan

penanggulangannya. Kurangnya informasi tentang penyakit kusta yang

Page 13: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

72

diterima oleh masyarakat baik berdasarkan media yang merupakan

komunikasi satu arah maupun melalui penyuluhan sangat kurang

sehingga usaha masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan

kusta masih sangat minim, terutama dalam kegiatan menjaga

kebersihan lingkungan yang dapat mencegah munculnya penyakit

kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas pelayanan kesehatan masih

bersifat umum, seperti pemberian informasi tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat. Seharusnya materi penyuluhannya mengkhususkan

pada pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta sehingga

masyarakat memperoleh banyak informasi tentang penyakit kusta.

Tindakan preventif yang dilaksanakan masih bersifat

diskriminatif, hanya sebatas pengetahuan responden tentang

bagaimana agar tidak dekat dengan penderita kusta walaupun sudah

diberikan pengobatan.

c) Sikap

Distribusi Sikap responden terhadap kejadian penyakit kusta

seperti terlihat pada tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11. Distribusi Sikap Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kab. Buton Utara Tahun 2009

No Sikap Jumlah (n) Persentase (%)

1 Cukup 21 422 Kurang 29 58

Total 50 100Sumber : Data Primer 2009

Page 14: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

73

Tabel 11 menunjukan bahwa dari hasil pengolahan SPSS

tentang sikap masyarakat tentang kusta diperoleh bahwa sikap

responden yang cukup sebanyak 21 orang (42 %) dan responden

dengan sikap kurang sebanyak 29 orang (58 %).

Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb seorang ahli

Psikososial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif

tertentu. Sikap ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu

kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek,

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek

dan kecenderungan untuk bertindak (tend to be have). Ketiga

komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan

dan emosi memegang peranan penting. Hal ini sejalan dengan

pendapat Notoatmojo (1997) yang mengatakan bahwa sikap

masyarakat terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh keadaan

emosional masyarakat pada saat itu. Sejalan dengan hasil penelitian

Djasminto (2000) mengatakan bahwa sikap yang cukup dan kurang

pada masyarakat tentang suatu penyakit sangat menentukan tingkat

kejadian penyakit dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap kusta pada 50

responden di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton

Page 15: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

74

Utara menunjukan bahwa responden yang memiliki sikap cukup

sebayak 21 orang dengan presentase sebesar 42 % sedangkan

responden yang memiliki sikap kurang sebanyak 29 orang dengan

presentase 58 %. Ini dikarenakan sikap masyarakat terhadap penyakit

kusta masih sangat kurang. Faktor pengetahuan dan kepercayaan

masyarakat tentang adat istiadat mempunyai pengaruh dalam

pembentukan sikap responden terhadap penyakit kusta. Sebagian besar

responden masih mempunyai pemahaman bahwa penyakit kusta

merupakan penyakit kutukan.

Untuk itu petugas kesehatan melakukan upaya-upaya

penyuluhan secara terus menerus dalam langkah pencegahan dan

penanggulangan penyakit kusta.

d) Tindakan

Distribusi tindakan responden terhadap kejadian penyakit kusta

seperti dilihat pada tabel 12 di bawah ini:

Tabel 12. Distribusi Tindakan Masyarakat di Wilayah Kerj Puskesmas Kulisusu Kab. Buton Utara Tahun 2009

No Tindakan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Cukup 10 202 Kurang 40 80

Total 50 100Sumber : Data Primer 2009

Tabel 12 menunjukan bahwa dari hasil pengolahan SPSS

tentang tindakan masyarakat tentang kusta diperoleh bahwa tindakan

Page 16: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

75

responden yang cukup sebanyak 10 orang (20 %) dan responden

dengan tindakan kurang sebanyak 40 orang (80 %).

Tindakan adalah suatu respon seseorang terhadap rangsangan

atau stimulus dalam bentuk nyata yang dapat diobservasi secara

langsung melalui kegiatan wawancara dan kegiatan responden dalam

bentuk tindakan nyata. Terwujudnya sikap agar menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan, misalnya faktor dukungan dari pihak keluarga, teman

dekat atau masyarakat. Sejalan dengan hasil penelitian Djasminto

(2000) mengatakan bahwa tindakan baik dan buruk masyarakat tentang

suatu penyakit sangat menentukan tingkat kejadian penyebarannya di

masyarakat.

Faktor yang memegang peranan penting dalam pembentukan

tindakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan

sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor

ekstern meliputi obyek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan

yang disajikan dalam mewujudkan bentuk perilaku. Kedua faktor

tersebut dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan

lingkungannya apabila perilaku terbentuk dapat diterima oleh

lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan

(Rusli, 2002).

Page 17: BAB IV - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita ... · Web viewPuskesmas Kulisusu memiliki 1 buah Gedung Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan, kemudian dilengkapi dengan

76

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden diperoleh

bahwa responden yang mempunyai tindakan cukup sebanyak 10 orang

dengan presentase 20 % sedangkan responden yang mempunyai

tindakan kurang sebanyak 40 orang dengan presentase 80 %. Berarti

bahwa tindakan responden terhadap penderita penyakit kusta masih

sangat primitif karena masih menganut pola pikir masyarakat lama

bahwa penderita kusta seyogyanya diasingkan dari pemukiman

penduduk.

Faktor eksternal seperti budaya merupakan salah satu faktor

yang membuat responden mempunyai tindakan yang memperlakukan

penderita sangat diskriminatif. Untuk itu pemberian informasi tentang

penyakit kusta merupakan langkah yang baik untuk membangun

kesadaran masyarakat bahwa penyakit kusta dapat diobati dan

penderitanya tidak menularkan penyakitnya jika sudah melakukan

tahap pengobatan sehinggga langkah untuk mengasingkan penderita di

hutan atau jauh dari pemukiman penduduk dapat dicegah. Tentunya

hal ini peran petugas kesehatan dalam melakukan penyuluhan tentang

pencegahan dan penanggulangan serta upaya rehabilitasi penderita

secara terus menerus dan peran serta masyarakat sangat dibutuhkan

untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari penyakit kusta.