bab iv jahe
DESCRIPTION
sdhckjhvuxdgfvdivfho;lvm .xd,vb jdkxfgiuzkfhos;zckmzslxfvjzsogujlnbz;xlv kpd;bgkp;TRANSCRIPT
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
No Tanggal Perlakuan Pengamatan Gambar1 16/10/2014 Semua peralatan yang akan digunakan
dicuci dan dikeringkanSemua peralatan siap digunakan
2 16/10/2014 jahe yang telah dikeringkan ditimbang dengan neraca analitik
Berat jahe yang diperoleh adalah 75,35 gram
3 16/10/2014 Jahe yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher dua
Jahe kering siap utuk didistilasi
4 16/10/2014 Dirangkai alat distilasi uap seperti pada gambar
Alat-alat distilasi telah tersambung dengan baik dan siap dijalankan
5 16/10/2014 Proses distilasi dimulai, dengan memasukkan Katel uap ke dalam labu alas bulat dan mesin air dihidupkan
Proses distilasi berlangsung, cairan berwarna bening mulai menetes ke dalam corong pisah
6 16/10/2014 Diamati proses distilasi Pada waktu 1 jam 4 menit: diperoleh tetesan pertama minyak berwarna kuning
Pada waktu 2 jam: diperoleh minyak berwarna kuning bercampur dengan larutan berwarna bening
7 16/10/2014 Proses distilasi dihentikan Peralatan dilepaskan8 16/10/2014 Ditimbang botol vial Berat botol vial: 11,11 gram9 16/10/2014 Dimasukkan minyak/ distilat ke dalam
botol vialMinyak berwarna kuning didalam botol smpel
10 16/10/2014 Ditimbang botol vial yang telah terisi minyak/distilat
Berat botol vial dan distilat: 11,36 gramBerat minyak/distilat: 0,25 gram
11 16/10/2014 Jahe/ residu yang telah didistilasi dikeringkan kembali
Didapatkan jahe/residu kering
12 23/10/2014 Jahe ditimbang dengan neraca analitik Didapatkan berat jahe kering : 27,6 gram
13 23/10/2014 Jahe dibungkus dengan kertas saring seperti timbel
Didapatkan timbel yang berisi jahe kering
14 23/10/2014 Dimasukkan pelarut etanol ke dalam labu alas bulat
Di dalam labu alas bulat terdapat etanol tidak berwarna
15 23/10/2014 Dimasukkan timbel ke dalam ekstraktor soxhlet
Timbel berada di dalam ekstraktor soxhlet
16 23/10/2014 Dirangkai alat-alat ekstraktor soxhlet Alat-alat ekstraktor soxhlet telah terhubung satu sama lain
17 23/10/2014 Proses ekstraksi dimulai hingga 6 kali sirkulasi
Sirkulasi 1: 48 menitSirkulasi 2: saat selang waktu 8 menitSirkulasi 3: selang waktu 7 menitSirkulasi 4: selang waktu 5 menitSirkulasi 5: selang waktu 8 menitSirkulasi 6: selang waktu 7 menit
18 23/10/2014 Proses ekstraksi dihentikan Alat-alat dilepaskan dan hasil ektraksi digunakan untuk percobaan selanjutnya
19 23/10/2014 Hasil ektraksi diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator
Didapatkan hasil ektraksi/ eugenol tanpa pelarut berwarna coklat muda
20 23/10/2014 Ditimbang berat botol sampel Berat botol sampel: 111 gram
21 23/10/2014 Dimasukkan hasil ekstraksi dalam botol sampel dan ditimbang kembali
Berat sampel : 0,36 gram
22 23/10/2014 Diamati minyak yang diperoleh Minyak yang diperoleh berwarna coklat mudah
23 13/11/2014 Disiapkan chamber, plat KLT, untuk proses kromatografi lapis tipis
Peralatan kromatografi siap digunakan
24 13/11/2014 Dimasukkan larutan n-hexane sebanyak 6 ml dan larutan ethyl asetat sebayak 4 ml ke dalam chamber
Campuran larutan di dalam chamber
25 13/11/2014 Campuran larutan dijenuhkan dengan menutup chamber dengan pnutup kaca
Campuran larutan telah jenuh
26 13/11/2014 Pada plat KLT diberi tanda batas atas dan bawah (1,5 cm dan 1 cm)
Plat KLT siap digunakan
27 13/11/2014 Sampel eugenol diteteskan pada plat KLT sebanyak 5 kali
Sampel berada pada plat KLT
28 13/11/2014 Dimasukkan plat KLT ke dalam chamber dan ditutup kembali
Bagian bawah plat tercelup dalam pelarut
29 13/11/2014 Diamati proses naiknya pelarut hingga batas atas pada plat
Pelarut naik perlahan-lahan hingga batas atas plat
30 13/11/2014 Plat diangkat dan dikeluarkan dari chamber
Plat KLT siap digunakan untuk perlakuan selanjutnya
31 13/11/2014 Plat KLT disinari dengan sinar UV Tampak spot-spot noda
sebanyak 3 spot yang ditandai
32 13/11/2014 Ditentukan nilai RF dengan mengukur jarak pelarut dan jarak spot noda
Jarak pelarut: 7,4 cmJarak spot 1: 1,1 cmJarak spot 2: 2,5 cmJarak spot 3: 5,9 cm
33 13/11/2014 Diambil/dikerok bagian spot menggunakan spatula dan dimasukkan dalam tabung sentrifuge
Tiga tabung sentrifuge terdapat sampel/ spot yang berbeda
34 13/11/2014 Ditambahkan larutan n-heksana sampai tanda batas pada tabung kuvet
n-heksana dan spot/ sampel terdapat di dalam tabung sentrifuge
35 13/11/2014 Disentrifuge selama 2 menit Endapn berada dibagian bawah
36 13/11/2014 Ketiga sampel dianalisis dengan spektrifotometer UV-VIS dengan n-hexane sebagai blanko
Didapatkan 3 spectrum untuk masing-masing sampel:Sampel 1: λmaks 213 nm, absorbansi 0,083Sampel 2: λmaks 224 nm, absorbansi 0,022Sampel 3:λmaks 224 nm absorbansi 0,027
4.2 Data Pengamatan
Analisa Spektrofotometri UV-VIS
Sampel Panjang gelombang maksimum λmaks (nm)
Absorbansi
1 213 0,0832 224 0,0223 224 0,027
Analisa Kromatografi Lapis Tipis
Spot Noda Jarak Pelarut Jarak Spot Noda Harga RF1
7,4 cm1,2 cm 0,148
2 2,5 cm 0,3373 5,9 cm 0,797
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan Harga RF
RFJarak Yang DitempuhSubstansiJarak Yang DitempuhPelarut
Jarak pelarut : 7,4 cm
Jarak spot 1 = 1,1 cm
RF=1,1cm7,4 cm
=0,148
Jarak spot 2 = 2,5 cm
RF=2,5cm7,4 cm
=0,337
Jarak spot 3 = 5,9 cm
RF=5,9cm7,4 cm
=0,797
4.3.2 Perhitungan Rendemen
Rendemen=Berat Hasil Yang DiperolehBerat Awal Sampel
×100 %
Rendemen=0,36gram27,6gram
×100 %=1,30 %
4.4 Analisa Prosedur
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe kering
menggunakan metode destilasi uap dan ekstraktor soxhlet serta mengidentifikasi senyawa
penyusun minyak jahe menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan analisis menggunakan
spektrofotometri Uv-Vis. Prinsip percobaannya adalah dengan mengisolasi minyak jahe dari
rimpang jahe kering menggunakan metode destilasi uap dan mengekstraksi residu destilasi
menggunakan ekstraktor soxhlet untuk memperoleh oleoresin kemudian dianalisis menggunakan
KLT dengan tujuan sebagai metode analisis kualitatif dan kuantitatif, serta analisis menggunakan
spektrofotometri UV-VIS untuk menganalisis gugus kromofor dalam molekul.
Rimpang jahe mula-mula dikupas kulitnya tpis-tipis untuk diambil bagian dalamnya,
kemudian jahe diiris tipis-tipis untuk mempercepat proses pengeringan. Jahe yang telah
dibersihkan kemudian dijemur hingga kering tanpa pinyinaran matahari langsung untuk
menghidari perusakan komponen penyun jahe. Rimpang jahe kering kemudian ditimbang
menggunakan neraca analitik sebagai alat untuk mengetahui massa suatu zat, berat rimpang jahe
kering yang diperoleh adalah 75,35 gram. Jahe kering dimasukkan ke dalam labu alas bulat
untuk proses distilasi uap. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah sampel yang akan didistilasi.
Kemudian bagian-bagian alat distilasi dishubungkan satu sama sama lain agar proses distilasi
dapat berlangsung dengan maksimal. Adapun bagian-bagian alat distilasi uap yang digunakan
antara lain bola percik yang berfungsi untuk menghindari masuknya percikan uap air ke dalam
kondensor, ketel uap berfungsi untuk menghasilkan uap panas yang membuat sampel
menghasilkan destilat, kondensor berfungsi mendinginkan uap suatu sampel agar dapat berubah
fasa menjadi fasa cair sedangkan air dingin yang dialirkan agar uap-uap panas tersebut dapat
mencair, perlu diperhatikan water in dan water outnya agara proses pendinginan/pengembunan
dapat berkerja maksimal. Setelah alat-alat distilasi dihubungkan dengan benar dan air dingin
dialirkan menuju kondensor, proses distilasi dimulai saat ketel uap dimasukkan ke dalam labu
alas bulat karena saat ketel uap dimasukkan dalam wadah sampel maka uap panasnya
mengakibatkan komponen volatile dalam rimpang jahe akan menguap. Fungsi dilakukan proses
distilasi uap adalah untuk memisahkan senyawa volatile yang terdapat dalam rimpang jahe.
Kemudian minyak jahe hasil destilasi disimpan di dalam botol vial dan sebelumnya ditimbang
terlebih dahulu, berat botol vial adalah 11,11 gram. Tujuan penyimpanan ini untuk digunakan
pada proses analisa selanjutnya. Residu hasil destilasi uap dikeringkan (terhindar dari sinar
matahari secara langsung) untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam residu.
Percobaan selanjutnya adalah ekstraksi residu menggunakan ekstraktor soxhlet untuk
menghasilkan oleoresin. Fungsi dilakukan ekstraksi residu hasil percobaan sebelumnya adalah
untuk mendapatkan komponen oleoresin jahe (komponen non volatil). Mula-mula residu yang
telah dikeringkan ditimbang dengan neraca analitik. Berat residu yang diperoleh adalah 27,6
gram. Penimbangan ini berfungsi untuk mengetahui berat awal residu. Kemudian jahe
dimasukkan ke dalam kertas saring yang telah dijahit sisi-sisinya sehingga membentuk timbal
yang sesuai dengan ukuran chamber ekstraktor. Tujuan residu dibungkus dengan kertas saring
adalahuntuk memisahkan dan menyarig filtrat yang diperoleh dengan residunya agar tidak ikut
tercampur dengan filtrat di dalam labu alas bulat. Timbal dimasukkan ke dalam chamber
ekstraktor yaitu sebagai wadah sampel yang akan diekstraksi. Kemudian sebanyak 250 ml etanol
dimasukkan ke dalam labu alas bulat, etanol berfungsi sebagai pelarut yang memiliki polaritas
yang tinggi, sehingga mampu mengekstraksi oleoresin secara maksimal. Kemudian alat- alat
ekstraktor soxhlet dihubngkan satu sama lain hingga siap digunakan. Kondensor yang berfungsi
mendinginkan uap suatu komponen sehingga dapat berubah fasa menjadi fasa cair. Heating
mantle sebagai pemanas yang berfungsi memanaskan pelarut dalam labu alas bulat. Setelah itu
proses ekstraksi dimulai dengan menyalakan heating mantle dan diamati hingga terjadi enam
siklus ekstraksi agar dapat diperoleh hasil ekstraksi yang maksimal. Satu siklus ditandai dengan
pelarut yang telah memenuhi pipa sifon kemudian turun kembali ke dalam labu. Prinsip dari
ekstraktor soxhlet adalah penyaringan yang berulang –ulang dengan pelarut tertentu untuk
memisahkan satu komponen yang terdapat dalam zat padat untk mendapatkan hasil yang
makimal. Setelah diamati enam siklus maka proses ekstraksi dihentikan dengan mematikan
heating mantle, kemudian didiamkan hingga alat –alat ekstraktor dapat dilepaskan. Hasil yang
didapatkan dalam labu alas bulat adalah campuran antara oleoresin jahe dan pelarut etanol. Oleh
karena itu etanol harus dipisahkan dari ekstrak dengan menguapkan pelarut etanol dengan rotary
evaporator. Fungsi rotary evaporator adalah untuk menguapkan pelarut dengan menambahkan
panas dalam campuran pelarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.
Prinsip rotary evaporator yaitu pemanasan menggunakan hot plate dibantu dengan penuunan
tekanan pada labu alas bulat atau sampel yang dipercepat dengan pemutaran pada labu alas bulat
(sampel). Proses penguapna ini dilakukan hingga diperoleh pelarut yang sudah tidak menetes
pada labu alas bulat penampung. Hasil yang didapatkan disimpan dalam botol sampel yang telah
ditimbang terlebih dahulu.
Proses percobaan selanjutnya adalah analisis komponen penyusun oleoresin dengan
metode kromatografi lapis tipis. Mula-mula larutan n-heksana sebanyak 6ml dan larutan etil
asetat sebanyak 4ml dimasukkan ke dalam chamber. Campuran ini berfungsi sebagai eluen
pengembang yang merupakan fasa gerak sehingga akan membawa dan memisahkan beberapa
komponen dalam suatu sampel melalui fasa diamnya (plat tipis). Selanjutnya eluen ini
dijenuhkan dengan cara menutup dan didiamkan beberapa saat agar noda atau sampel mudah
naik saat plat dimasukkan dalam chamber. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan pada plat tipis
yang telah diberi tanda batas atas dan bawah. Plat ini meupakan fasa diam yang terbuat dari
silica gel. Plat yang sudah diotolkan sampel dimasukkan dalam chamber menggunakan pinset,
tujuannya agar plat tegak lurus dan eluen dapat meresap secara optimal pada plat. Chamber
ditutup untuk menjaga keseimbangan tekanan di dalma chamber sehingga tidak mempengaruhi
proses penyerapan. Setelah eluen mencapai batas atas plat diangkat dan disinari dengan sinar
UV. Detektor UV berfungsi untuk mendeteksi warna-warna komplemen yang dihasilkan pada
plat. Spot noda ditandai untuk mempermudah pengukuran dan pengerokan spot. Kemudian
ditentukan nilai RF dengan mengukur jarak spot noda dan jarak pelarut. Spot noda dikerok
kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifug untuk disentrifugasi. Sebelum disentrifuge
ditambahkan n-heksana untuk melarutkan spot noda. Sentrifugasi dilakukan selama dua menit
untu memisahkan endapan dengan pelarut berdasarkan berat partikel terhadap densitasnya.
Tahap terakhir menganalisa sampel dengan spektrofotometer UV VIS double beam untuk
mengidentifikasi gugus kromofor dalam sampel yang emiliki panjang gelombang yang berbeda
serta serapan atau absorbansi yang berbeda. Prinsip spektrofotometri UV VIS adalah penyerapan
sinar tampak oleh ultraviolet dengan suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ke tingkat energi yang paling tinggi (excited
state).
4.5 Analisa Hasil
Berdasarkan hasil percobaan isolasi dan identifikasi senyawa penyusun minyak jahe diperoleh
minyak jahe hasil destilasi uap dalam jumlah yang sangat sedikit, berwarna kuning kecoklatan
dan memiliki bau yang khas. Sedikitnya hasil yang diperoleh disebabkan karena rimpang jahe
kering yang digunakan hanya 75,35 gram. Oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk analisa
lebih lanjut. Pada ekstrasi residu dengan ekstrakstor soxhlet didapatkan oleoresin jahe yang
berwarna coklat muda dan memiliki aroma yang pedas. Namun hasil yang diperoleh sangatlah
sedikit hanya 0,36 gram. Sehingga didapatkan randemen 1,30%. Berdasarkan randemen yang
diperoleh menunjukkan hasil yang diperoleh tidak maksimal, hal ini dapat disebabkan
kandungan oleoresin dalam sampel telah mengalami lisis oleh pemanasan dan karena pelarut
yang digunakan telah terkontaminasi sehingga tidak dapat mengesktraksi secara sempurna. Hasil
analisa komponen penyusun oleoresin dengan KLT didapatkan harga Rf yang berbeda-beda, spot
noda 1 Rf = 0,148 ; spot noda 2 Rf = 0,337 ; dan spot noda 3 Rf = 0,797. Perbedaan harga Rf ini
dikarenakan perbedaan kepolaran eluen, semakin banyak n-hexane yang digunakan maka eluen
juga bersifat non polar, karena n-hexane bersifat non polar dibandingkan etil asetat sehingga nilai
Rf dari spot semakin besar bila senyawa tersebut bersifat polar karena interaksi dengan absorben
non polar tidak sekuat interaksi senyawa non polar dengan absorben non polar. Senyawa yang
bersifat non polar akan lebih lambat naiknya sehingga jarak yang ditempuh lebih rendah dan
harga Rf nya akan lebih kecil. Hasil analisa spektrofotometri UV-VIS pada sampel 1 terdapat
suatu komponen dengan panjang gelombang (λ) 213 nm dan absorbansi 0,083. Sampel 2 panjang
gelombang (λ) 224,50 nm dan absorbansi 0,022, dan sampel 3 panjang gelombang (λ) 224,50 nm
dan absorbansinya 0,027. Jahe mengandung komponen minyak menguap atau volatil oil, minyak
tidak menguap atau non volatil oil dan pati. Minyak menguap yang biasanya disebut minyak
atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak tak menguap biasa
disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdapat
pada oleoresin yaitu minyak atsiri dan fixed oil yang terdiri dari Zingerol, Shogaol, dan Resin.
Sedangkan komponen utama minyak jahe adalah Zingiberen dan Zingiberol. Pada pengamatan
dengan sinar UV yang mendekati panjang gelombang sinar tampak terlihat adanya spot. Hal ini
karena senyawa yang menyerap sinar pada panjang gelombang sinar tampak mengandung ikatan
tunggal atau sedikit ikatan rangkap. Absorbsi sinar UV-VIS terbatas untuk sejumlah gugus
fungsi yang disebut kromofor. Sampel 1 dengan panjang gelombang 213 nm adalah senyawa
Zingerol yang memiliki gugus hidroksi, metil dan karbonil dengan range panjang gelombang
186-280 nm, sedangkan pada sampel 2 dan 3 memiliki panjang gelombang yang sama yaitu
224,50 nm, komponen dalam sampel diduga Shogaol (memiliki ikatan rangkap lebih banyak
sehingga akan menyerap sinar UV 254 nm). perbedaan hasil yang diperoleh dengan literatur
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis bahan, jenis pelarut, kondisi ekstraksi yang meliputi
metode, waktu, jenis pelarut, perbandingan bahan dengan pelarut dan suhu. Berdasarkan harga
absorbansi menunjukkan penyerapan maksimum komponen-komponen tersebut pada panjang
gelombang tersebut diperoleh komponen 1 lebih besar daripada komponen 2 dan 3, hal ini berarti
komponen sampel 1 lebih banyak di dalam oleoresin dibanding komponen 2 dan 3.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil proses distilasi uap didapatkan minyak jahe dalam jumlah yang sangat sedikit dan
berwarna coklat muda serta memiliki aroma yang khas. Hasil isolasi oleoresin dengan ekstraktor
soxhlet didapatkan oleoresin berwarna kuning kecoklatan memiliki rasa yang pedas, dengan
randemen adalah 1,30%. Identifikasi senyawa penyusun minyak jahe yaitu oleoresin
menggunakan KLT didapatkan 3 spot noda yang mencerminkan 2 macam komponen yaitu
Shogaol pada panjang gelombang 224,50 nm dan Zingerol pada panjang gelombang 213 nm.
nilai Rf masing-masing spot adalah 0,148 ; 0,337 ; dan 0,797. Dari hasil analisis
spektrofotometer UV-VIS didapatkan absorbansi komponen 1, 2, 3 berturut-turut adalah 0,083 ;
0,022 ; dan 0,027.
5.2 Saran
Perlu diperhatikan jumlah sampel yang akan digunakan agar diperoleh hasil yang
maksimal serta pengeringan rimpang jahe harus dilakukan semaksimal mungkin agar kandungan
air dalam rimpang jahe dapat berkurang sehingga didapatkan hasil yang maksimal.