bab iv hasil percobaan dan analisa...pertama adalah sinyal modulasi itu sendiri, yang kedua adalah...

20
27 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No () () () m %m (mx100) 1 1 68 26 0.44 44 2 1.5 72 8 0.8 80 3 2 70 18 0.59 59 4 2.3 70 20 0.55 55 Gambar 4.1.Sinyal carrier 4 KHz (V/div =5 V, T/div = 0.2 us) Gambar 4.2.Sinyal input 1 KHz (V/div =1 V, T/div =1 us)

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 27

    BAB IV

    HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

    4.1 Amplitude Modulation and Demodulation

    4.1.1 Hasil Percobaan

    Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan fm= 1 KHz, fc = 4 KHz, Ac= 15 Vpp

    No π‘½π’Ž(𝑽𝒐𝒍𝒕) π‘¬π’Žπ’‚π’™(π’Žπ‘½π’π’π’•) π‘¬π’Žπ’Šπ’(π’Žπ‘½π’π’π’•) m %m (mx100)

    1 1 68 26 0.44 44

    2 1.5 72 8 0.8 80

    3 2 70 18 0.59 59

    4 2.3 70 20 0.55 55

    Gambar 4.1.Sinyal carrier 4 KHz (V/div =5 V, T/div = 0.2 us)

    Gambar 4.2.Sinyal input 1 KHz (V/div =1 V, T/div =1 us)

  • 28

    Gambar 4.3. Sinyal hasil modulasi saat 1 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us)

    Gambar 4.4.Sinyal hasil modulasi saat 1.5 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us)

    Gambar 4.5.Sinyal hasil modulasi saat 2 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us)

    Gambar 4.6.Sinyal hasil modulasi saat 2.3 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us)

  • 29

    Gambar 4.7 Sinyal hasil demodulasi(V/div = 1 V, T/div = 1 us)

    4.1.2 Analisa

    Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa sinyal amplitudo hasil modulasi akan

    selalu mengikuti sinyal informasi. Karena pada dasarnya sinyal carrier hanya memiliki

    sifat penghantar (pembawa) tidak memiliki informasi/data apapun. Pada percobaan

    sinyal input diberikan frekuensi sebesar 1KHz dan dihasilkan lebarbidang samping atas

    dan bawah. Kedua lebarbidang tersebut sama dengan gelombang sinyal informasi.

    Bagian sisi atas dan sisi bawah pita frekuensi yang terlihat pada output merupakan

    bentuk gelombang informasi yang dimodulasikan dengan sinyal pembawa yang

    frekuensinya lebih besar. Dari gambar yang terlihat bahwa sinyal termodulasi

    dihasilkan dengan cara sinyal informasi menumpangi sinyal carier. Pada dua sisi band

    tersebutlah sinyal pembawa ditumpangkan oleh sinyal informasi.

    Sinyal informasi dimodulasi dengan merubah nilai amplitudonya. Untuk

    amplitudo gelombang AM, semakin besar amplitudo sinyal informasi amplitudo sinyal

    pembawa juga makin besar dan sebaliknya. Setelah sinyal didemodulasi maka sinyal

    akan berubah ke bentuk semula.

    Persenmodulasi

    Besarnya amplitudosinyal informasi akan mempengaruhi nilai indeks modulasi

    pada sinyal output termodulasi. Nilai indeks modulasi yang mendekati nilai 1 akan

    mempengaruhi kualitas sinyal termodulasi yang menyebabkan sinyal informasi tidak

    dapat terbaca pada sinyal termodulasinya. Begitupun jika nilai indeks modulasi kurang

    dari 1. Indeks modulasi yang terlihatrata – rata berkisar pada 0,80. Pada keadaan

    tersebut sinyal informasi dapat terbaca dengan jelas pada sinyal termodulasinya.

    Semakin besar signal carier / pembawa frekuensi tinggi yang dimodulasikan oleh sinyal

  • 30

    frekuensi rendah semakin besar pula hasil modulasinya. Bahkan saat dimasukkan lebih

    dari 2.3 VPP terjadi over modulasiyaitu sinyal hasil modulasi terdistorsi.

    Koefisienmodulasi diperoleh dari:

    π‘š = 2 π‘‰π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  βˆ’ 2 π‘‰π‘šπ‘–π‘›

    2 π‘‰π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  + 2 π‘‰π‘šπ‘–π‘›=

    π‘‰π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  βˆ’ π‘‰π‘šπ‘–π‘›

    π‘‰π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  + π‘‰π‘šπ‘–π‘›

    Untuk 1 Vpp dengan Vmax = 68 mV dan Vmin = 26 mV

    π‘š = 68 βˆ’ 26

    68 + 26

    π‘š = 42

    94= 0.44

    % modulasi=mx 100% , maka

    % π‘šπ‘œπ‘‘π‘’π‘™π‘Žπ‘ π‘– = 0.44 π‘₯ 100 % = 44 %

    4.2 DSB-SC Modulation and Demodulation

    4.2.1 Hasil Percobaan

    Gambar 4.8.Sinyal pembawa 300 KHz(V/div = 0.2 V)

    Gambar 4.9. Sinyal informasi 1 KHz(V/div 0.2 V, T/div 1 us)

  • 31

    Gambar 4.10.Sinyal DSB-SC hasil modulasi(V/div = 0.2 V)

    4.2.2 Analisa

    IC MC1496 sebagai balance modulator. MC1496 berfungsi sebagai pengganda

    frekuensi ketika suatu sinyal yang sama dimasukkan pada kedua port masukkannya (

    pin 1 dan pin 10 ). Sinyal pembawa akan ditekan sehingga outputnya adalah sinyal

    DSBSC(double side band suppressed carrier). Ketika memodulasi sinyal pembawa

    dengan modulasi amplitude, akan ada 2 komponen frekuensi sebagai hasilnya. Yang

    pertama adalah sinyal modulasi itu sendiri, yang kedua adalah pembawa frekuensi.

    Untuk meningkatkan efisiensi daya, DSB-SC menghapus bagian frekuensi pembawa,

    sehingga frekuensi yang ditransmisikan hanya terdiri band side. Tidak ada pembawa

    muncul dalam output karena arus dasar.

    Sinyal termodulasi AM terdiri dari tiga komponen yaitu komponen pembawa,

    komponen bidang sisi atas, dan komponen bidang sisi bawah. Sinyal ini dapat

    ditransmisikan atau dipancarkan secara keseluruhan ke arah penerima. Transmisi

    semacam ini disebut transmisi DSBFC (Double Side Band Full Carrier ) yang berarti

    pemancaran dua bidang sisi (atas dan bawah) berikut dengan komponen pembawanya.

    Jenis transmisi yang demikian membutuhkan lebar bidang sebesar 2fm, dengan fm

    adalah frekuensi tertinggi sinyal pemodulasi

    Amplitudo puncak komponen pembawa merupakan bagian yang terbesar, yaitu

    Vc. Sedangkan kedua komponen yang lain mempunyai amplitudo puncak yang sama,

    yaitu Β½mVc. Hal ini berarti bahwa jika m=1, maka setiap satuan daya pancaran DSBSC

    terdiri atas dua pertiga bagian komponen pembawa dan sisanya terbagi pada komponen

    bidang sisi atas (USB) dan bidang sisi bawah (LSB).

    Kenyataan di atas merupakan suatu kerugian karena komponen pembawa dengan

    daya yang terbesar dari ketiga komponen yang ada ini, sebenarnya tidak membawa

    informasi apapun. Jenis transmisi DSBSC ( Double Side Band Suppressed Carrier)

    merupakan jenis transmisi sinyal termodulasi AM dimana komponen pembawanya

  • 32

    telah ditekan menjadi nol. Pada jenis ini, lebar bidang yang dibutuhkan sama dengan

    lebar bidang yang dibutuhkan pada transmisi DSBFC.

    4.3 PWM Generation and Reconstruction

    4.3.1 Hasil Percobaan

    Tabel 4.2. Hasil percobaan PWM.

    No Control Voltage (Vpp) Output pulse width (m sec)

    1 2 -

    2 3 -

    3 4 -

    4 5 35 us

    5 6 40 us

    6 7 50 us

    7 8 60 us

    Gambar 4.11.Sinyal input 2 KHz danamplitudo 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 0.1 us)

    Gambar 4.12.Sinyal frekuensi 1 KHz danamplitudo 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

  • 33

    Gambar 4.13. Sinyal outputsaat amplitudo pada 1 KHz 5 Vpp(T/div 50 us)

    Gambar 4.14.Sinyal output saat amplitudo pada 1 KHz 6 Vpp(T/div 50 us)

    Gambar 4.15.Sinyal outputsaat amplitudo 1 KHz 8 Vpp(T/div = 50 us )

  • 34

    Gambar 4.16.Sinyal outputsaat amplitudo pada 1 KHz melebihi 8 Vpp(V/div , T/div )

    Gambar 4.17. Sinyal hasil demodulasi(V/div = 1 V, T/div = 5 us )

    4.3.2 Analisa

    𝑉𝑐 𝑑 = 𝐴 + 𝐡 π‘’βˆ’π‘‘

    𝜏1

    𝑉𝑐 0 = 𝑉𝑐𝑐

    3= 𝐴 + 𝐡 𝑒

    βˆ’0

    𝜏1

    𝑉𝑐𝑐

    3= 𝐴 + 𝐡

    𝑉𝑐 ∞ = 𝑉𝑐𝑐 = 𝐴 + 𝐡 π‘’βˆ’βˆž

    𝜏1

    𝑉𝑐𝑐 = 𝐴

  • 35

    𝑉𝑐𝑐

    3= 𝐴 + 𝐡

    = 𝑉𝑐𝑐 + 𝐡

    𝐡 = 𝑉𝑐𝑐

    3βˆ’ 𝑉𝑐𝑐

    = βˆ’ 2 𝑉𝑐𝑐

    3

    𝑉𝑐 𝑑 = 𝑉𝑐𝑐 βˆ’ 2

    3 𝑉𝑐𝑐 𝑒

    βˆ’π‘‘

    𝜏1

    = 𝑉𝑐𝑐 1 βˆ’ 2

    3𝑒

    βˆ’π‘‘

    𝜏1

    𝑉𝑐 𝑇1 = 2

    3 𝑉𝑐𝑐 = 𝑉𝑐𝑐 1 βˆ’

    2

    3𝑒

    βˆ’π‘‡1𝜏1

    2

    3 = 1 βˆ’

    2

    3𝑒

    βˆ’π‘‡1𝜏1

    βˆ’1

    3 = βˆ’

    2

    3𝑒

    βˆ’π‘‡1𝜏1

    π‘’βˆ’π‘‡1𝜏1 =

    1

    2

    ln π‘’βˆ’π‘‡1𝜏1 = ln

    1

    2

    ln π‘’βˆ’π‘‡1𝜏1 = βˆ’ ln 2

    βˆ’π‘‡1𝜏1

    = βˆ’ ln 2

    𝑇1 = 𝜏1 ln 2 = π‘…π‘Ž + 𝑅𝑏 𝐢 ln 2

    𝑇2 = 0,693 𝑅𝑏 𝐢

    π‘…π‘Ž = 1,2𝐾Ω

    𝑅𝑏 = 8,2𝐾Ω

    𝐢 = 0,0𝑒𝐹

  • 36

    𝑇1 = 0,693 π‘…π‘Ž + 𝑅𝑏 𝐢

    = 0,0651

    𝑇2 = 0,693 𝑅𝑏. 𝐢

    = 0,0568

    𝐷𝑒𝑑𝑦 = 0,693 π‘…π‘Ž + 𝑅𝑏 𝐢

    0,693 π‘…π‘Ž + 2𝑅𝑏 𝐢

    = π‘…π‘Ž + 𝑅𝑏

    π‘…π‘Ž + 2𝑅𝑏

    = 9,4𝐾

    17,6𝐾

    = 0,53

    = 53 %

    Nilai T1 bergantung dari Vs pin kaki 5 sedangkan T2 tidak. Untuk frekuensi

    keluaran duty cycle 50% menandakan tegangan pada alat hanya akan diberikan 50%

    dari total tegangan, pada duty cycle 100% berarti sinyal tegangan dilewatkan

    seluruhnya.

    π‘‡π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = 𝑇1 + 𝑇2

    𝐷𝑒𝑑𝑦 = 𝑇1

    π‘‡π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

    π‘‰π‘œπ‘’π‘‘ = 𝑇1

    π‘‡π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘₯ 𝑉𝑖𝑛

    Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat

    diubah-ubahsecara langsung dengan mengubah nilai T1. Apabila T1 adalah 0, Vout juga

    akan 0. Apabila T1 adalah Ttotal maka Vout adalah Vin atau katakanlah nilai

    maksimumnya.

    Mekanisme untuk membangkitkan sinyal keluaran yang periodenya berulang

    antara high dan low dimana kita dapat mengontrol durasi sinyal high dan low sesuai

    dengan yang kita inginkan.

    Sinyal hasil demodulasi akan kembali pada bentuk awal setelah dilakukan

    demodulasi. Suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM

    dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM.

  • 37

    4.4 PPM Generation and Reconstruction

    4.4.1 Hasil Percobaan

    Tabel 4.3. Hasil percobaan PPM.

    Modulation signal

    amplitude (Vpp)

    Time Periode (ms) Total time periode (us)

    Pulse width

    ON (us)

    Pulse width

    OFF (us)

    0 13 u 6 20

    1 14.4 5.2 19.6

    2 15 4 19

    3 15.6 3.2 18.8

    4 16 2 18

    5 16.8 0.8 17.6

    6 17 0 17

    7 17.6 0.4 18

    Gambar 4.18.Sinyal pemodulasi 1 KHz,amplitudo 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

    Gambar 4.19.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 0 Vpp (V/div = 1 V, T/div = 5 us)

  • 38

    Gambar 4.20.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 2 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

    Gambar 4.21.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 3 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

    Gambar 4.22.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

  • 39

    Gambar 4.23.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 7 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

    Gambar 4.24.Sinyal modulasi saat pemodulasi >7 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us)

    Gambar 4.25. Sinyal hasil demodulasi(V/div = 1 V, T/div =5 us)

    4.4.2 Analisa

    PPM hanya PWM + monostable multi-vibrator.Untuk menghasilkan PPM kita

    memerlukan satu astabil multi-vibrator untuk menghasilkan sinyal PWM dan satu

    monostable multi-vibrator untuk mendapatkan keinginan PPM. Dalam modulasi posisi

    pulsa, posisi pulsa berubah sesuai dengan amplitudo sinyal modulasi, lebar pulsa tetap

    konstan dalam sistem ini, sedangkan posisi masing-masing pulsa bervariasi dengan

  • 40

    mengacu pada amplitudo sinyal modulasi. NE555 pembangkit pulsa digital yang

    merupakan pembawa modulator, tanpa masukan pin5 dari IC, frekuensi pembawa tetap

    dihasilkan pada pin ketiga dari IC. Sementara gelombang sinus sebagai sinyal modulasi

    ke pin5 dari IC, lebar sinyal digital frekuensi tetap bervariasi sehubungan dengan

    amplitudo dari sinyal modulasi. ON saat pulsa digital konstan dan ditentukan oleh

    resistor dan kapasitor. OFF waktu output pulsa digital ditentukan oleh amplitudo sinyal

    modulasi. Pulsa waktu OFF untuk meningkatkan tegangan pada pin5 dari IC sementara

    lebar pulsa waktu OFF lebih luas untuk mengurangi tegangan pada pin5 dari 555 IC.

    Untuk menghitung duty cycle dengan rumus 𝑑𝑒𝑑𝑦 = π‘…π‘Ž+𝑅𝑏

    π‘…π‘Ž+2 𝑅𝑏dengan Ra 3 KHz

    dan Rb 3.9 KHz didapat nilai duty cycle sebesar 0.63 atau 63 %. Berdasarkan

    praktikum saat 0 Vpp dengan Ton13 us dan Ttotal 20 us didapat duty cycle sebesar

    𝑑𝑒𝑑𝑦 = π‘‡π‘œπ‘›

    π‘‡π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™= 0.65 = 65 %

    Terlihat hasil praktikum hampir sama dengan teori.

    Sinyal hasil demodulasi akan kembali pada bentuk awal setelah dilakukan

    demodulasi. Suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM

    dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM.

    4.5 Frequency Division Multiplexing

    4.5.1 Hasil Percobaan

  • 41

    Tabel 4.4. Hasil Percobaan LPF.

    Frekuensi

    Input (Hz)

    Amp

    Input

    (Vpp)

    Amp

    Output

    (Vpp)

    700 11.8 1.2

    800 11.6 1.2

    900 11.4 1.2

    1K 11.4 1

    1.5K 11.2 0.8

    2K 11.2 0.8

    3K 11.2 0.6

    4K 11.2 0.4

    7K 11 0.2

    10K 11 0

    Tabel 4.5. Hasil Percobaan HPF.

    Frekuensi

    Input (Hz)

    Amp

    Input

    (Vpp)

    Amp

    Output

    (Vpp)

    1K 10.6 0

    2K 10.6 0.3

    5K 10.6 0.5

    7K 10.5 0.6

    10K 10.4 1

    11K 10.4 1.1

    13K 10.4 1.1

  • 46

    4.5.2 Analisa

    Low pass filter adalah jenis filter yang melewatkan sinyal frekuensi rendah dan

    menahan sinyal frekuensi tinggi. Analisa dari rangkaian LPF adalah pada low pass filter

    yang telah dibuat mempunyai frekuensi cut off sekitar 1KHz. Sinyal yang diloloskan adalah

    sinyal dengan frekuensi dibawah cut off dan untuk sinyal di atas frekuensi cut off maka akan

    diredam. Pada frekuensi mendekati 10 KHz sinyal output semakin melemah mendekati 0, hal

    ini karena terjadi peredaman. Rangkaian LPF filter RC merupakan jenis filter pasif yaitu

    respon frekuensi yang ditentukan oleh konfigurai R dan C yang digunakan. Rangkaian dasar

    dan grafik respon frekuensi LPF sebagai berikut

    Frekuensi cut-off (fc) dari LPF dengan RC dapat dituliskan dengan persamaan ( LPF

    orde-2)

    𝑓𝑐𝑙 = 1

    2πœ‹ 𝑅1𝑅2𝐢1𝐢2

    𝑓𝑐𝑙 = 1

    2πœ‹ 150𝐾π‘₯150𝐾π‘₯1𝑛π‘₯1𝑛

    𝑓𝑐𝑙 = 1061 𝐻𝑧

    FrekuensiLPFpada data pengukuran sebesar 1 K, terjadi kecocokan antara data dan

    hasil perhitungan.

    Frekuensi cut-off (fc) dari HPF dengan RC dapat dituliskan dengan persamaan ( HPF

    orde-2)

    π‘“π‘β„Ž = 1

    2πœ‹ 𝑅1𝑅2𝐢1𝐢2

    π‘“π‘β„Ž = 1

    2πœ‹ 15𝐾π‘₯15𝐾π‘₯1𝑛π‘₯1𝑛

    π‘“π‘β„Ž = 10610 𝐻𝑧

  • 47

    Frekuensi HPF pada data pengukuran sebesar 10 K, terjadi kecocokan antara data dan

    hasil perhitungan.

    High pass filter akan melewatkan sinyal pada frekuensi diatas cutoff sehingga fungsi

    alih akan maksimum ketika frekuensi membesar. Ini berarti bahwa filter akan melewatkan

    sinyal dengan frekuensi tinggi dan meredam frekuensi rendah.

    4.6 Phase Locked Loop

    4.6.1 Hasil Percobaan

    Gambar 4.27. Sinyal free running 100 KHz ( V/div = 2V , T/div = 5 us )

    Gambar 4.28. Sinyal masukan 5 KHz ( V/div = 0.1V , T/div = 0.1 ms )

  • 48

    Gambar 4.29. Perbandingan sinyal free running dengan sinyal masukan ( T/div 20 us)

    Gambar 4.30. Perbandingan sinyal input dengan output ( V/div = 0.1V, T/div = 20 us)

    4.6.2 Analisa

    Praktikum terbagi dalam dua bagian yaitu modulator FM dan detector FM. Sirkuit

    dirancang untuk beroperasi pada frekuensi pembawa 100 kHz. Tegangan yang dikendalikan

    VCO pada rangkaian pertama digunakan untuk membuat gelombang FM dan rangkaian

    kedua beroperasi sebagai detector FM

    Gambar diatas merupakan rangkaian modulator FM, hanya bagian VCO dari IC yang

    digunakan. Frekuensi yang dihasilkan oleh VCO dapat dicari dengan rumus

    𝑓 = 2.4 𝑉𝑐𝑐 βˆ’ 𝑉𝑐

    𝑅8 𝐢9 𝑉𝑐𝑐

    𝑓 = 2.4 15 βˆ’ 13.6

    2.2𝐾 0.001 𝑒𝐹 15= 101.818 = 101 𝐾𝐻𝑧

  • 49

    Perhitungan hanya selisih sedikit dengan teori dan praktikum yang disebabkan

    pengamatan nilai Vc yang tidak terlalu akurat. Untuk modulator sensitivity dapat dihitung

    dengan

    πΎπ‘œ = βˆ’2.4

    𝑅8𝐢9𝑉𝑐𝑐 (𝐻𝑧/𝑉)

    πΎπ‘œ = βˆ’2.4

    2.2𝐾 0.001 𝑒𝐹 15= βˆ’72.72 𝐾𝐻𝑧/𝑉

    Sehingga

    𝛿 = π‘‰π‘šπΎπ‘œ = 1

    2 𝑉𝑝𝑝 π‘₯ 72.72 𝐾Hz/V = 36.36 KHz

    Gambar diatas menunjukkan detector FM. Loop diatur dengan free running sebesar

    100 KHz oleh C104 dan kombinasi seri R107 dan R106. Komponen R109, C108, R110dan

    C109 membentuk low pass filter untuk menghilangkan jejak 100 KHz sinyal pembawa dan

    setelah melewati C110 hanya menyisakan informasi didemodulasi pada output.

    4.7 Hasil Pengujian

    Pengujian telah dilaksanakan dengan mengujikan 5 pedoman praktikum kepada

    mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Dan Komputer. Kriteria mahasiswa yang akan dijadikan

    responden untuk menguji pedoman praktikum yaitu mahasiswa yang telah atau sedang

    mengambil mata kuliah Elektronika Telekomunikasi atau mahasiswa yang telah mengambil mata

    kuliah Siskom atau UM 1 tetapi belum mengambil mata kuliah Elektronika Telekomunikasi.

  • 50

    4.7.1 Hasil Pengujian Kuisioner

    4.7.1.Hasil Pengujian Rata-rata 𝑨 Tiap Butir Kuisioner

    Dari lampiran B.1 tidak dihasilkan rata-rata dengan nilai < 3. Hal ini berarti butir -

    butir kuisioner dapat dikatakan cukup berhasil ketika diujikan pada responden.

    4.7.2 Hasil Pengujian Nilai Tugas

    Dari lampiran B.2 didapati 24 buah nilai < 75. Hal ini berarti dapat dikatakan

    bahwa responden (mahasiswa) beberapa kurang mampu memahami materi pada pedoman

    praktikum yang disusun ketika diujikan pada responden.

    Namun pada rata-rata nilai tiap topik praktikum, rata-rata nilai tiap responden

    tersebut terdapat 2 nilai dibawah 75. Sehingga jika dilihat dari rata-rata nilai yang

    didapat, bisa dikatakan bahwa responden (mahasiswa) mampu memahami materi pada

    pedoman praktikum.