bab iv hasil penelitian dan pembahasan a....
TRANSCRIPT
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA Kristen Satya Wacana Salatiga atau lebih dikenal dengan nama
SMA LABORATORIUM terletak di Jalan Diponegoro No.52-60 Salatiga.
Bangunan sekolah ini berada di kawasan kampus Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, karena di bawah badan penyelenggara yang sama pula yaitu
YPTK Satya Wacana. Gedung sekolah berlantai tiga dibangun dengan desain
modern. Memiliki ruang-ruang kelas dengan ukuran ruang satu dengan yang
lain tidak persis sama, untuk memberi variasi-variasi baru pada siswa dengan
mengadakan pertukaran ruang belajar.
Gedung Pusat Sumber Belajar (PSB) merupakan gedung berlantai 4,
dimana lantai 1 digunakan untuk ruang pimpinan sekolah dan staff
administrasi sekolah, sedangkan PSB menempati lantai 2 sampai dengan
lantai 4. Perpustakaan sekolah yang melayani SLTP dan SMA secara terpadu
menempati lantai 2 memiliki model meja baca, baik untuk kelompok maupun
individual yang menjamin siswa dapat menggunakan secara maksimal.
Sampai saat ini perpustakaan sekolah laboratorium telah memiliki ribuan
judul buku yang meliputi koleksi buku-buku pelajaran, penunjang, referensi,
fiksi dan nonfiksi yang dipinjamkan kepada siswa secara gratis. Koleksi
tersebut belum termasuk koleksi majalah kependidikan ilmiah, harian lokal
dan nasional.
47
Pusat media pendidikan menempati lantai 3 dan 4. Disini disiapkan
media-media pendidikan sebagai penunjang proses belajar mengajar, yang
terdiri atas OHP, slide projector, video tape recorder, serta media-media
pendidikan lain sebagai alat peraga pendidikan, diantaranya peta, globe,
miniatur candi dan patung, wayang (golek, kulit, krucil) dan lain-lain.
Adapun beberapa fungsi Sekolah Laboratorium antara lain:
a. Sebagai lembaga pendidikan yang merupakan bagian dari Sistem
Pendidikan Nasional sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Sebagai Sekolah unggulan terutama dalam proses pendidikan yang
diselenggarakannya.
c. Sebagai tempat untuk mengadakan penelitian atau eksperimen atau
pengembangan dalam bidang kependidikan.
d. Sebagai Sekolah model untuk sekolah-sekolah Kristen lain di Indonesia.
e. Sebagai sarana penunjang bagi pengembangan kemampuan profesional
kependidikan mahasiswa, dosen, FKIP dan unit-unit lain di lingkungan
YPTK Satya Wacana serta tenaga kependidikan sekolah atau perguruan
tinggi atau instansi lain yang memerlukannya.
f. Sebagai lembaga yang menyediakan calon siswa atau mahasiswa bagi
jenjang pendidikan yang lebih tinggi di lingkungan YPTK Satya Wacana.
48
Selain fungsi diatas, Sekolah Laboratorium juga mempunyai beberapa
tugas diantaranya:
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran pada jenjang pra sekolah,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.
b. Memberikan layanan pendidikan termasuk pembinaan kepribadian, dan
kehidupan kerohanian, dan pengajaran secara optimal dengan
memanfaatkan unit-unit penunjang di YPTK Satya Wacana.
c. Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang kependidikan.
d. Menemukan inovasi-inovasi dalam bidang kependidikan untuk ditularkan
atau dijadikan model bagi sekolah-sekolah Kristen lain di Indonesia.
e. Membantu FKIP dan unit-unit lain di lingkungan YPTK Satya Wacana
serta sekolah atau perguruan tinggi lain dalam pengembangan kemampuan
profesional kependidikan, bila diperlukan.
f. Mengadakan hubungan keterkaitan dalam bidang akademik antar jenjang.
Sekolah Laboratorium mempunyai Program Internasional dengan
mengadakan pertukaran pelajar. Pada tahun ajaran 2011/2012 ini panitia
program telah mengirim pertukaran siswa sebanyak 7 orang ke Melbourne
(Scotch College: 2 siswa, Mt.Erin: 3 siswa, Catholic Lady College: 2 siswa).
(www.sekolahlab.uksw.edu).
.
49
B. Deskripsi Kondisi Awal
Keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah dibutuhkan sebagai dasar
untuk pengembangan materi, hal ini sangat dipengaruhi oleh metode
pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang pasif akan menghambat
kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran sejarah siswa dituntut benar-benar aktif.
Kondisi awal hasil belajar mata pelajaran sejarah siswa kelas X-5
masih terdapat 3 siswa yang belum tuntas, dikarenakan guru dalam
menyampaikan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab saja serta belum memanfaatkan media pembelajaran. Cara mengajar
seperti ini akan memberikan kesan menjenuhkan dan membosankan bagi
siswa sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya.
Hasil belajar pada Ulangan Tengah Semester Gasal bahwa belum
semua siswa kelas X-5 tuntas dalam belajar sejarah. Paparan hasil belajar
siswa pada Ulangan Tengah Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 dapat
dilihat dari tabel 1 berikut:
50
Tabel 1. Hasil Ulangan Tengah Semester 1 Kelas X-5
Keterangan: ---*): siswa belum ada NISN
Kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran make a
match, yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan
mempelajari sejarah kurang maksimal. Dari tabel di atas dapat diperoleh data
bahwa siswa yang sudah tuntas sesuai KKM (65) pada Ulangan Tengah
Semester 1 berjumlah 26 siswa, sedangkan yang belum tuntas ada 3 siswa.
Nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
No NISN Nilai KKM: 65
Ket 1 9961828448 74 Tuntas 2 9961723451 87,2 Tuntas 3 9961722748 84,2 Tuntas 4 ---*) 73,4 Tuntas 5 9961722736 73,4 Tuntas 6 9951827196 85,8 Tuntas 7 ---*) 77,2 Tuntas 8 9961235002 76,6 Tuntas 9 9963877056 84,6 Tuntas
10 9961722723 83,8 Tuntas 11 9952589444 58,6 Belum Tuntas 12 9965855721 69,2 Tuntas 13 9961728928 78,2 Tuntas 14 9961722711 73,4 Tuntas 15 9961722713 63,2 Belum Tuntas 16 9968493782 82,6 Tuntas 17 9940911697 75,8 Tuntas 18 9961706260 77,2 Tuntas 19 9961722728 88,2 Tuntas 20 ---*) 77 Tuntas 21 9951827263 85,2 Tuntas 22 ---*) 67,8 Tuntas 23 ---*) 78 Tuntas 24 99642278425 63,6 Belum Tuntas 25 9968878313 84,4 Tuntas 26 ---*) 79,6 Tuntas 27 9961722701 73,4 Tuntas 28 9960352523 85,4 Tuntas 29 9961723463 84,4 Tuntas
Jumlah 2245,4
51
Tabel 2.Nilai Klasikal Kondisi Awal
No Aspek Nilai
1 Rata-Rata Klasikal 77,4
2 Nilai Terendah 58,6
3 Nilai Tertinggi 88,2
4 Prosentase Ketuntasan (%) 89,6
Daftar pada tabel 2 di atas akan lebih jelas dengan grafik 1 sebagai berikut:
Grafik 1.Nilai Klasikal Kondisi Awal
Pada grafik 1 dapat dilihat perolehan hasil belajar siswa kelas X-5
pada mata pelajaran sejarah dengan nilai rata-rata klasikal sebesar 77,4, nilai
terendah 58,6, nilai tertinggi 88,2 dan ketuntasan klasikal 89,6%.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I ini pelajaran sejarah dengan pokok bahasan tradisi
sejarah pada masa aksara awal perkembangan Hindu-Buddha, sudah
menerapkan model pembelajaran make a match. Hasil belajar siswa setelah
tindakan siklus I, disajikan pada tabel 3 dibawah ini:
52
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Keterangan: ---*): siswa belum ada NISN
Berdasarkan hasil penelitian siklus I ini, subjek yang mengikuti proses
belajar mengajar dan evalusi sebanyak 27 siswa dari 29 siswa keseluruhan
kelas X-5. Hal ini dikarenakan 2 orang siswa sedang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, sehingga nilai 0 pada
hasil belajar siklus I karena siswa tidak mengikuti proses belajar mengajar
dan evaluasi. Untuk lebih jelas lihat tabel 4 berikut:
No NISN Pra Siklus
Siklus I Keterangan KKM: 65
1 9961828448 74 70 Tuntas 2 9961723451 87,2 80 Tuntas 3 9961722748 84,2 0 Tuntas 4 ---*) 73,4 67,5 Tuntas 5 9961722736 73,4 70 Tuntas 6 9951827196 85,8 87,5 Meningkat Tuntas 7 ---*) 77,2 80 Meningkat Tuntas 8 9961235002 76,6 70,5 Tuntas 9 9963877056 84,6 82,5 Tuntas
10 9961722723 83,8 77,5 Tuntas 11 9952589444 58,6 80 Meningkat Tuntas 12 9965855721 69,2 77,5 Meningkat Tuntas 13 9961728928 78,2 75 Tuntas 14 9961722711 73,4 82,5 Meningkat Tuntas 15 9961722713 63,2 0 Belum Tuntas 16 9968493782 82,6 80 Tuntas 17 9940911697 75,8 82,5 Meningkat Tuntas 18 9961706260 77,2 87,5 Meningkat Tuntas 19 9961722728 88,2 80,5 Tuntas 20 ---*) 77 75 Tuntas 21 9951827263 85,2 70.5 Tuntas 22 ---*) 67,8 70 Meningkat Tuntas 23 ---*) 78 70,5 Tuntas 24 99642278425 63,6 67,5 Meningkat Tuntas 25 9968878313 84,4 82,5 Tuntas 26 ---*) 79,6 77,5 Tuntas 27 9961722701 73,4 80,5 Meningkat Tuntas 28 9960352523 85,4 87,5 Meningkat Tuntas 29 9961723463 84,4 80 Tuntas
Jumlah 2245,4 2092,5
53
Tabel 4. Nilai Klasikal Pra Siklus dan Siklus I
No Aspek Nilai
PeningkatanPra Siklus Siklus I
1 Rata-Rata Klasikal 77,4 77,5 0,1
2 Nilai Terendah 58,6 67,5 8,9
3 Nilai Tertinggi 88,2 87,5 -
4 Prosentase Ketuntasan (%) 89,6 96,3 6,7
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I dengan pokok
bahasan tradisi sejarah pada masa aksara ini sudah menerapkan model
pembelajaran make a match. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar. Diperoleh hasil untuk nilai terendah 67,5 dengan
peningkatan 0,1, rata-rata klasikal 77,5 terdapat peningkatan 0,1 dan
ketuntasan klasikal 96,3% dengan peningkatan 6,7%. Tabel 4 diatas akan
tampak lebih jelas dengan grafik 2 berikut ini:
Grafik 2. Perbandingan Nilai Klasikal Pra Siklus dan Siklus I
Perolehan nilai Pra Siklus yang ditunjukkan pada grafik 2, untuk rata-
rata klasikal adalah 77,4 dan 77,5 pada siklus I. Nilai terendah Pra Siklus
sebesar 58,6 dan 67,5 pada siklus I, Sedangkan nilai tertinggi Pra Siklus
54
adalah 88,2 menjadi 87,5 pada siklus I, dan ketuntasan klasikal Pra Siklus
89,6% meningkat menjadi 96,3%.
Pada saat yang sama, observer (kolaborator) melakukan pengamatan
dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan meliputi: lembar
pengamatan kegiatan siswa (aktivitas siswa) dan lembar pengamatan kegiatan
guru dalam menerapkan model pembelajaran make a match. Hasil observasi
kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar siklus I dapat dilihat pada tabel
5 berikut:
Tabel 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
No Aspek yang diamati Baik Sekali Baik Cukup Kurang
1 Keaktifan dalam pembelajaran 4 - - 2 Memperhatikan penjelasan
guru 4 - -
3 Mengerjakan tugas yang diberikan guru 4 - -
4 Memahami tugas masing-masing 4 - -
5 Berpartisipasi dalam pembelajaran 3 - -
6 Apabila mengalami kesulitan, berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman lain.
4 - -
7 Kelancaran pada saat presentasi 4 - -
Rata-Rata 3,43 0,43 0 0
Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I dapat digambarkan
sebagai berikut: keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik sekali,
siswa baik sekali dalam memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik sekali, siswa
dengan baik sekali dapat memahami tugas masing-masing, beberapa siswa
yang mengalami kesulitan berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman
55
lain, siswa mampu mempresentasikan materi dengan baik sekali (walaupun
ada beberapa siswa masih merasa malu) sehingga diperoleh nilai rata-rata
pada siklus I sebesar 3,43. Siswa yang turut berpartisipasi dalam mengikuti
pembelajaran mendapat nilai kriteria baik dengan nilai rata-rata 0,43.
Sedangkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I dapat dilihat
pada tabel 6 di bawah:
Tabel 6. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
No Kegiatan Baik Cukup Kurang
A. Pendahuluan 1 Apersepsi 3 - 2 Menyampaikan tujuan yang akan
dicapai 3 -
3 Menjelaskan materi pelajaran 2 - 4 Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Make a Match 3 -
B. Kegiatan Inti 5 Membagi siswa dalam kelompok-
kelompok belajar 3 -
6 Mengawasi jalannya permainan 3 - 7 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam permainan 2 -
8 Memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan 3 -
9 Memberi penghargaan terhadap keberhasilan siswa 3 -
10 Menyimpulkan materi pelajaran dengan melibatkan siswa 3 -
C. Kegiatan Penutup 11 Memberikan tes 3 - 12 Menutup pelajaran 3 -
Rata-Rata 2,5 0,3 0
Dari tabel hasil pengamatan kegiatan guru dapat dijelaskan bahwa
guru dalam memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran make a match pada mata
pelajaran sejarah, membagi siswa dalam kelompok belajar, mengawasi
56
jalannya permainan, memberikan bantuan kepada siswa yang kesulitan
dalam belajar, dan melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi, yang
diakhiri dengan menutup pelajaran dan memberikan tes sudah baik dengan
nilai rata-rata 2,5. Namun, guru dalam menjelaskan materi dan memberi
motivasi untuk menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam permainan
masih cukup dengan nilai rata-rata 0,3. Guru juga belum mengelola waktu
dengan efektif, dikarenakan waktu pelajaran yang singkat sehingga kurang
signifikan dengan penerapan model make a match.
Diakhir proses belajar mengajar, guru membagikan lembar angket
untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran sejarah dengan
menggunakan model make a match. Hasil angket respon siswa (tanggapan
siswa) terhadap model pembelajaran make a match pada siklus I
dipaparkan dalam tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Angket Respon Siswa Siklus I
No Pertanyaan Tanggapan
Ya Tidak 1 Apakah guru kalian menjelaskan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran Make a Match? 100% -
2 Apakah pembelajaran Make a Match menyenangkan?
100% -
3 Apakah dengan pembelajaran Make a Match membuat kamu mudah memahami pelajaran?
85% 15%
4 Apakah dengan pembelajaran Make a Match mendorong kamu lebih kreatif?
96% 4%
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Make a Match?
4% 96%
Rata-Rata 77% 23%
Hasil angket respon siswa terhadap penerapan model make a match
setelah kegiatan belajar mengajar pada siklus I, terdapat 100% siswa
57
merasa senang, 15% siswa tidak memahami pelajaran, 96% mendorong
siswa lebih kreatif dan 4% siswa yang merasa kesulitan belajar.
Pada siklus I terdapat peningkatan dalam kemampuan belajar
siswa, namun peneliti belum merasa berhasil karena nilai rata-rata klasikal
belum mencapai indikator kerja (>90). Selain itu, belum semua siswa
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan masih terdapat siswa yang
merasa kesulitan belajar dengan model make a match. Oleh karena itu,
peneliti perlu melaksanakan siklus II dengan memperbaiki strategi
pembelajaran.
D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Oleh karena indikator yang telah ditetapkan belum tercapai, maka
dilanjutkan pada siklus II ini. Pada siklus II, siswa diberi peluang lebih
banyak untuk aktif belajar dalam kelompok yang akan lebih memperkaya
pengetahuan dan pemahamannya saat belajar bersama teman, sedangkan
guru memfokuskan dalam peningkatan pembelajaran dan berperan sebagai
pembimbing terhadap siswa. Pokok bahasan pada siklus II mengenai karya
sastra masyarakat Indonesia pada masa aksara. Hasil belajar siswa pada
siklus II dapat disajikan pada tabel 8 dibawah ini:
58
Tabel 8.Hasil Belajar Siswa Siklus II
KKeterangan ---*) : siswa belum ada NISN Nilai 0: siswa tidak mengikuti proses belajar mengajar dan evaluasi
Hasil belajar siswa pada siklus II tampak lebih meningkat
dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang mengikuti proses belajar
mengajar dan evaluasi pada siklus II berjumlah sama dengan siklus I yaitu
27 siswa dari 29 siswa keseluruhan. Dua (2) orang siswa sedang sakit
sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran. Nilai klasikal antara siklus I
dengan siklus II disajikan pada tabel 9 dibawah ini:
No NISN Pra Siklus
Siklus I
Siklus II Keterangan KKM:
65 1 9961828448 74 70 0 - Tuntas 2 9961723451 87,2 80 100 Meningkat Tuntas 3 9961722748 84,2 0 100 Meningkat Tuntas 4 ---*) 73,4 67,5 95 Meningkat Tuntas 5 9961722736 73,4 70 95 Meningkat Tuntas 6 9951827196 85,8 87,5 100 Meningkat Tuntas 7 ---*) 77,2 80 100 Meningkat Tuntas 8 9961235002 76,6 70,5 90 Meningkat Tuntas 9 9963877056 84,6 82,5 90 Meningkat Tuntas
10 9961722723 83,8 77,5 95 Meningkat Tuntas 11 9952589444 58,6 80 100 Meningkat Tuntas 12 9965855721 69,2 77,5 80 Meningkat Tuntas 13 9961728928 78,2 75 100 Meningkat Tuntas 14 9961722711 73,4 82,5 100 Meningkat Tuntas 15 9961722713 63,2 0 85 Meningkat Tuntas 16 9968493782 82,6 80 100 Meningkat Tuntas 17 9940911697 75,8 82,5 100 Meningkat Tuntas 18 9961706260 77,2 87,5 100 Meningkat Tuntas 19 9961722728 88,2 80,5 100 Meningkat Tuntas 20 ---*) 77 75 95 Meningkat Tuntas 21 9951827263 85,2 70.5 0 - Tuntas 22 ---*) 67,8 70 82,5 Meningkat Tuntas 23 ---*) 78 70,5 97,5 Meningkat Tuntas 24 99642278425 63,6 67,5 92,5 Meningkat Tuntas 25 9968878313 84,4 82,5 95 Meningkat Tuntas 26 ---*) 79,6 77,5 75 Meningkat Tuntas 27 9961722701 73,4 80,5 100 Meningkat Tuntas 28 9960352523 85,4 87,5 100 Meningkat Tuntas 29 9961723463 84,4 80 100 Meningkat Tuntas
Jumlah 2245,4 2092,5 2567,5
59
Tabel 9.Nilai Klasikal Siklus I dan Siklus II
No Aspek Nilai
PeningkatanSiklus I Siklus II
1 Rata-Rata Klasikal 77,5 95,09 17,59
2 Nilai Terendah 67,5 75 7,5
3 Nilai Tertinggi 87,5 100 12,5
4 Prosentase Ketuntasan (%) 96,3 100 3.7
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah
75 sehingga terdapat peningkatan 7,5, nilai tertinggi 100 dengan
peningkatan 12,5, rata-rata klasikal 95,09 yang berarti terdapat
peningkatan 17,59 dan ketuntasan klasikal 100% dengan peningkatan
3,7%. Tabel 9 diatas dapat digambarkan dengan grafik 3 berikut:
Grafik 3. Perbandingan Nilai Klasikal Siklus I dan Siklus II
Pada grafik 3. terlihat bahwa rata-rata klasikal pada Siklus II
mengalami peningkatan. Siklus I rata-rata klasikalnya adalah 77,4
meningkat menjadi 77,5 pada siklus II. Nilai terendah pada siklus I 67,5
meningkat menjadi 75 pada siklus II. Begitu juga dengan nilai tertinggi
60
sebesar 87,5 pada siklus I meningkat menjadi 100 pada siklus II dan
ketuntasan klasikal pada siklus I 96,3% meningkat menjadi 100%.
Pengamatan terhadap kegiatan siswa pada siklus II tetap
dilaksanakan oleh observer. Hasil observasi kegiatan siswa dalam proses
belajar mengajar siklus II dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 10. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
No Aspek yang diamati Baik Sekali Baik Cukup Kurang
1 Keaktifan dalam pembelajaran 4 - - - 2 Memperhatikan penjelasan
guru 4 - - -
3 Mengerjakan tugas yang diberikan guru
4 - - -
4 Memahami tugas masing-masing
4 - - -
5 Berpartisipasi dalam pembelajaran
4 - - -
6 Apabila mengalami kesulitan, berinisiatif menanyakan kepada guru atau teman lain.
4 - - -
7 Kelancaran pada saat presentasi 4 - - -
Rata-Rata 4 0 0 0
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa bahwa
siswa semakin aktif dalam pembelajaran, memahami tugasnya masing-
masing, mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu.
Dalam pembelajaran siswa juga mulai berani bertanya kepada guru apabila
mengalami kesulitan, keseluruhan siswa sudah mampu berpartisipasi
mengikuti pembelajaran (tanpa rasa canggung), siswa berani (tidak merasa
malu), lancar pada saat presentasi dengan baik sekali dan mencapai nilai
61
rata-rata 4. Perbandingan nilai kegiatan siswa antara siklus I dengan siklus
II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Rata-Rata Nilai Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II
No Nilai Siklus I Siklus II
1 Baik Sekali 3,43 4
2 Baik 0,43 0
3 Cukup 0 0
4 Kurang 0 0
Tabel 11 diatas dapat digambarkan dengan grafik 4 sebagai berikut:
Grafik 4.
Perbandingan Rata-Rata Nilai Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II
0
1
2
3
4
Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Siklus I
Siklus II
Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran model make a
match, dengan nilai rata-rata 3,43 pada siklus I meningkat menjadi 4 pada
siklus II untuk kriteria baik sekali. Sedangkan kriteria baik pada siklus I
sebesar 0,43 menurun menjadi 0 pada siklus II.
Pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II dilaksanakan
oleh observer dengan mencatat semua kegiatan guru pada lembar
observasi yang sudah disedakan. Hasil observasi kegiatan guru dalam
62
proses belajar mengajar selama siklus II dapat dilihat pada tabel 12
berikut:
Tabel 12.Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus II
No Kegiatan Baik Cukup Kurang
A. Pendahuluan 1 Apersepsi 3 - - 2 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai 3 - - 3 Menjelaskan materi pelajaran 3 - - 4 Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran Make a Match 3 - -
B. Kegiatan Inti 5 Membagi siswa dalam kelompok-
kelompok belajar 3 - -
6 Mengawasi jalannya permainan 3 - - 7 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam permainan 3 - -
8 Memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan
3 - -
9 Memberi penghargaan terhadap keberhasilan siswa
3 - -
10 Menyimpulkan materi pelajaran dengan melibatkan siswa
3 - -
C. Kegiatan Penutup 11 Memberikan tes 3 - - 12 Menutup pelajaran 3 - - Rata-Rata 3 0 0
Pada siklus II guru telah menunjukkan peningkatan dalam
mengelola kelas. Guru dapat berinteraksi dengan siswa sehingga mampu
memberikan motivasi untuk menumbuhkan partisipasi siswa dalam
permainan dengan baik dan mencapai nilai rata-rata 3. Guru juga sudah
mampu mengatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar
mengajar berjalan dengan efektif. Nilai rata-rata kegiatan guru siklus I dan
siklus II disajikan pada tabel 13 berikut:
63
Tabel 13.Rata-Rata Nilai Kegiatan Guru Siklus I dan Siklus II
No Nilai Siklus I Siklus II
1 Baik 2,5 3
2 Cukup 0,3 0
3 Kurang 0 0
Dari tabel 13 tersebut di atas, maka dapat dibuat dengan grafik 5
dibawah ini:
Grafik 5.
Perbandingan Rata-Rata Nilai Kegiatan Guru Siklus I dan Siklus II
0
1
2
3
Baik Cukup Kurang
Siklus I
Siklus II
Rata-rata nilai kegiatan atau aktivitas guru pada siklus I untuk
kriteria baik sebesar 2,5 meningkat menjadi 4 pada siklus II. Sedangkan
untuk kriteria cukup sebesar 0,3 pada siklus I menurun menjadi 0 pada
siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam menerapkan
pembelajaran model make a match semakin baik.
Pada siklus II ini juga dibagikan angket kepada siswa, yang
berfungsi untuk mengetahui tanggapannya terhadap pembelajaran sejarah
dengan menggunakan model make a match. Hasil angket respon siswa
64
(tanggapan siswa) terhadap pelaksanaan pembelajaran model make a
match pada siklus II dipaparkan pada tabel 14 berikut:
Tabel 14.Hasil Angket Respon Siswa Siklus II
No Pertanyaan Tanggapan
Ya Tidak 1 Apakah guru kalian menjelaskan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran Make a Match? 100% -
2 Apakah pembelajaran Make a Match menyenangkan?
100% -
3 Apakah dengan pembelajaran Make a Match membuat kamu mudah memahami pelajaran?
96,3% 3,7%
4 Apakah dengan pembelajaran Make a Match mendorong kamu lebih kreatif?
100% -
5 Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran Make a Match?
- 100%
Rata-Rata 79,26% 20,74%
Hasil angket respon siswa pada siklus II memperlihatkan bahwa
adanya peningkatan yang signifikan. Diperoleh hasil 100% dapat
mendorong siswa lebih kreatif dalam pembelajaran, 100% siswa tidak
merasa kesulitan lagi dalam pembelajaran dengan model make a match,
dan sedikit sekali siswa yang tidak memahami pembelajaran (kurang
memahami materi pelajaran) dengan penerapan model make a match yaitu
hanya 3,7%. Rata-rata nilai angket respon siswa pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini:
Tabel 15.
Rata-Rata Nilai Angket Respon Siswa Siklus I Dan Siklus II
No Tanggapan Siklus I Siklus II
1 Ya 77% 79,26%
2 Tidak 23% 20,74%
Tabel 15 diatas terlihat jelas dengan grafik 6 dibawah ini:
65
Grafik 6.
Perbandingan Rata-Rata Nilai Angket Respon Siswa Siklus I Dan Siklus II
Pada siklus I, rata-rata nilai yang diperoleh untuk angket respon
siswa yang merasa senang, terdorong lebih kreatif, dan tidak merasa
kesulitan dengan penerapan pembelajaran model make a match sebesar
77%. Hasil tersebut mengalami peningkatan sebesar 79,26% pada siklus
II. Untuk siswa yang kurang memahami pembelajaran dengan model make
a match pada siklus I dari 23% menurun menjadi 20,74% pada siklus II.
Berdasarkan beberapa hasil yang telah diperoleh pada siklus II, maka
peneliti tidak melanjutkan untuk siklus berikutnya.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Rata-Rata Klasikal dan Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran model make
a match telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
nilai yang sudah diperoleh,. Nilai rata-rata klasikal dari tiap siklus dapat
dilihat dari tabel 16 berikut:
66
Tabel 16.Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Aspek Nilai
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Rata-Rata Klasikal 77,4 77,5 95,09
2 Nilai Terendah 58,6 67,5 75
3 Nilai Tertinggi 88,2 87,5 100
Tabel 16 diatas akan lebih jelas dengan grafik dibawah ini:
Grafik 7. Perbandingan Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pada grafik 7. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata
klasikal pada Pra Siklus yaitu 77,4 menjadi 77,5 pada siklus I dengan
prosentase 0,12%. Pada siklus II rata-rata klasikal meningkat menjadi
95,09 yang berarti terdapat kenaikan 22,7%. Nilai terendah pada Pra
Siklus sebesar 58,6 meningkat menjadi 67,5 pada siklus I dengan
prosentase 15%. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 75 dengan
prosentase kenaikan 11,1%. Begitu juga untuk perolehan nilai tertinggi,
pada Pra Siklus sebesar 88,2 menjadi 87,5 pada siklus I dengan
prosentase 0,8%. Pada siklus II meningkat secara signifikan sebesar 100
67
dengan prosentase 14,3%. Peningkatan rata-rata klasikal pada siklus I
yang masih relatif kecil disebabkan siswa belum terbiasa belajar dengan
model make a match, dan waktu untuk evaluasi siswa juga relatif
singkat (hanya 10 menit) dikarenakan adanya pengurangan waktu
belajar dari pihak sekolah.
Ketuntasan minimum kelas dari tiap siklus juga mengalami
peningkatan. Prosentase ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran
sejarah dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 17.Prosentase Ketuntasan Klasikal
No Tahap
Perbaikan
Prosentase
Belum Tuntas Tuntas
1 Pra Siklus 10,4% 89,6%
2 Siklus I 3,7% 96,3%
3 Siklus II 0% 100%
Dari tabel 17 dapat diperjelas dengan grafik 8 dibawah ini:
Grafik 8.Prosentase Ketuntasan Klasikal
68
Dilihat dari prosentase ketuntasan klasikal pada Pra Siklus
sebesar 89,6% meningkat menjadi 96,3% pada siklus II dengan
peningkatan prosentase 6,7%, dan sebesar 100% pada siklus II dengan
peningkatan prosentase 3,7%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran dengan model make a match dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.
2. Partisipasi Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam dua (2)
siklus kegiatan pelaksanaan tindakan kelas, menunjukkan bahwa
partisipasi atau aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
mengalami kenaikan. Pada siklus I nilai rata-rata partisipasi atau
aktivitas siswa untuk kriteria baik sekali sebesar 3,43, sedangkan pada
siklus II menjadi 4. Hal ini disebabkan antara lain perhatian siswa
dalam menerima materi pembelajaran masih terfokus kepada guru,
sehingga siswa belum mampu untuk memahami materi pelajaran secara
individu (mandiri). Sedangkan pada siklus II dengan belajar bersama-
sama secara diskusi dalam kelompok, siswa dapat lebih memahami dan
mengerti materi pembelajaran.
3. Aktivitas Guru
Observasi yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran
sejarah SMA Kristen Satya Wacana yang bertindak sebagai observer,
menyatakan bahwa aktivitas atau kegiatan guru selama pembelajaran
pada siklus I maupun siklus II dinilai baik. Hal ini dipandang sesuai
69
dengan kenyataan, dimana aktivitas guru banyak berfungsi sebagai
fasilitator yang membimbing para siswa dalam memahami konsep
pembelajaran.
4. Kendala yang Ditemukan
Pada siklus I kendala yang dijumpai seperti alokasi waktu yang
sangat singkat (35 menit), sehingga proses belajar mengajar sedikit
terburu-buru agar semua rencana yang telah disiapkan oleh guru dapat
terlaksana. Selain itu, beberapa siswa banyak yang mengajukan
pertanyaan di luar materi yang disampaikan sehingga guru harus
menjelaskan terlebih dahulu. Sedangkan pada siklus II kendala pada
siklus I relatif tidak ditemukan, hanya sedikit kendala teknis pada kabel
LCD. Hal lain adalah sedikit kerepotan mengatur siswa mengubah
tempat duduk membentuk lingkaran sesuai dengan kelompoknya
masing-masing agar mudah dalam diskusi.