bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. 1. gambaran...

21
36 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Jomblang adalah salah satu desa di kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang berkedudukan di Desa Jomblang dan seorang Kepala Dusun yang berkedudukan di Dusun Kali Klampok. Ditinjau dari kondisi umum Desa Jomblang memiliki: 1. Luas Wilayah : 940,268 Ha 2. Jumlah Dusun : 2 Dusun 3. Jumlah Rukun Warga : 3 RW 4. Jumlah Rukun Tetangga : 24 RT 5. Jumlah Kepala Keluarga : 946 6. Jumlah Penduduk : 3273 - Laki-Laki : 1.687 orang - Perempuan : 1.586 orang 7. Batas Desa - Sebelah Utara : Desa Purworejo - Sebelah Timur : Hutan - Sebelah Selatan : Hutan - Sebelah Barat : Desa Ngampon Sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani, selain itu masyarakat di Desa Jomblang juga mempunyai usaha lain. Usaha yang dijalankan adalah usaha pengerajin kayu jati atau sering di kenal dengan usaha mebel,

Upload: hoangkiet

Post on 06-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

36

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Jomblang adalah salah satu desa di kecamatan Jepon Kabupaten Blora.

Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang berkedudukan di Desa

Jomblang dan seorang Kepala Dusun yang berkedudukan di Dusun Kali

Klampok. Ditinjau dari kondisi umum Desa Jomblang memiliki:

1. Luas Wilayah : 940,268 Ha

2. Jumlah Dusun : 2 Dusun

3. Jumlah Rukun Warga : 3 RW

4. Jumlah Rukun Tetangga : 24 RT

5. Jumlah Kepala Keluarga : 946

6. Jumlah Penduduk : 3273

- Laki-Laki : 1.687 orang

- Perempuan : 1.586 orang

7. Batas Desa

- Sebelah Utara : Desa Purworejo

- Sebelah Timur : Hutan

- Sebelah Selatan : Hutan

- Sebelah Barat : Desa Ngampon

Sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani, selain itu

masyarakat di Desa Jomblang juga mempunyai usaha lain. Usaha yang dijalankan

adalah usaha pengerajin kayu jati atau sering di kenal dengan usaha mebel,

37

gambaran Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dilihat dari mata

pencaharian penduduknya dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2012

NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah

(orang)

1 Tani 1845

2 PNS / TNI 35

3 Pensiun 8

4 Pedagang 30

5 Pengerajin 50

6 Perangkat 13

*)Sumber: LMDH Jati Bagus, 2012, Lembaga Masyarakat Desa Hutan

Tahun2012,[email protected]. Diposkan oleh mohammad amin di 04.30

Berdasarkan data dari table di atas, awalnya usaha industri mebel di Desa

Jomblang berjumlah lima puluh unit usaha, yang dimana data tersebut gabungan

dari usaha bersekala kecil dan menengah, tetapi pada kenyataannya yang mampu

bertahan hingga sekarang hanya dua puluh satu unit usaha kecil dan menengah. Di

Desa Jomblang, hampir semua usaha skala menengah menjalin kemitraan dengan

perusahaan besar. Katagori usaha besar merupakan bagian dari tujuan dan cita-

cita usaha industri mebel di Desa Jomblang. Usaha industri kecil dan menengah

dapat dibedakan secara jelas melalui beberapa kondisi yang nampak saat penulis

mengadakan penelitian. Lokasi usaha kecil di Desa Jomblang pada umumnya

bersebelahan dengan rumah pemilik atau menjadi bagian dari rumah tersebut dan

berada di lingkungan tempat tinggal penduduk disekitar. Usaha industri kecil

memiliki tempat usaha yang lebih sederhana. Pengaturan letak peralatan mesin

menyesuaikan ruang usaha yang terbatas luasnya yang mengakibatkan efisiensi

kerja dengan sendirinya menjadi berkurang.

Usaha industri menengah yang sudah mapan sebelumnya adalah usaha

rumahan. Awalnya industri menengah bisa berkembang sampai saat ini

merupakan hasil kerja keras dari pemilik usaha untuk mengembangkan usaha

38

rumahan menjadi industri yang sekarang masuk katagori usaha menengah, dimana

pada awalnya, pekerja hanya berjumlah dua orang. Hasil dari penelitian yang

telah penulis lakukan di Desa Jomblang, usaha menengah biasanya didirikan lebih

dari sepuluh tahun yang lalu, pengalaman dan keuletan pemilik menjadi kunci

keberhasilan usahanya. Kini rata-rata dari mereka telah memeliki dua lokasi usaha

yang dimana lokasi pertama dijadikan sebagai tempat pengolahan industri mebel

dan lokasi ke dua dijadikan sebagai tempat pemasarannya.

2. Manajemen Usaha Kecil dan Menengah Industri Mebel di Desa

Jomblang

Struktur manajemen usaha kecil dan usaha menengah manufaktur mebel di

Desa Jomblang ditentukan oleh latar belakang pembentukannya. lima dari dua

puluh satu perusahaan mebel yang diteliti yaitu perusahaan mebel milik ibu

Surami, perusahaan mebel milik Hj. Sri Mutiah, perusahaan mebel milik bapak

Saliman, perusahaan mebel milik ibu Hj. Sunik, dan perusahaan milik bapak

Suwandi merupakan usaha keluarga. Struktur manajemen dari sistem usaha

keluarga cenderung bersifat tradisional dengan pola pembagian tugas yang

sifatnya lebih fleksibel. Usaha keluarga cenderung melibatkan keluarga sebagai

pekerja dan sedapat mungkin dalam posisi penting di perusahaan. Bahkan pemilik

memiliki hubungan kekeluargaan dan saling mendukung dalam membesarkan

usaha pada tahap awal perkembangan. Pemilik usaha, terutama orang tua atau

anak laki-laki tertua, menjadi pimpinan perusahaan dan memainkan peran penting

dalam menjaga keberlangsungan usaha.

Mayoritas usaha keluarga yang penulis teliti adalah generasi kedua.

Beberapa usaha tetap mempertahankan pekerja dari generasi sebelumnya, dengan

etos kerja yang terbangun sejak generasi-generasi sebelumnya. Sulit untuk

merubah tradisi ini mengikuti praktek bisnis moderen karena berlangsung cukup

lama. Tantangan mengubah pola kerja tradisional ke arah bisnis moderen

menyebabkan dibentuknya sistim kerja baru guna membangun angkatan kerja

generasi baru. Jumlah pekerja pada usaha kecil sekitar tuju sampai dua puluh

39

orang, tergantung volume pekerjaan yang ada. Jika pesanan meningkat dengan

sendirinya usaha akan mengontrak pekerja tambahan. Keberhasilan membangun

usaha berpengaruh dalam memotivasi pengusaha lain di lingkungan yang sama.

Kesuksesan ini sering kali memicu lainnya untuk membangun usaha di bidang

sejenis. Mereka mengikuti jejak dari pengusaha-pengusaha yang telah terlebih

dahulu meraih kesuksesan. Pada tabel 4.2. berikut ini memberikan gambaran

jumlah para pengelola usaha mebel di Desa Jomblang yang berdasarkan pada

pengelompokan industri usaha kecil dan menengah.

Tabel 4.2. Jumlah Pengelola Usaha Meubel Desa Jomblang Tahun 2013

NO.

Alamat

pengelola

industri usaha

mebel

Industri Usaha Kecil Industri Usaha

Menegah

1. Desa Jomblang

Rt 01 Rw 01 Bapak Suprapto

(Pengerajin Mebel)

2. Desa Jomblang

Rt 04 Rw 01 Bapak Sunoto

(Pengerajin Mebel)

3. Desa Jomblang

Rt 05 Rw 01

Bapak Roni W

(Pengerajin Mebel)

Bapak Sugi

(Pengerajin Mebel)

Ibu Ngasinah

(Pengerajin Usaha

Jati Gede)

Bapak Hj. Rustam

(Pengerajin Usaha

Timur Jati)

Bapak Hj. Agus

(Pemilik Cv.

Harapan Jati)

Bapak Amin

(Pemilik Cv.

Lembah Jati

Santosa)

Ibu Surami

(Pemilik Cv. Jati

Mulyo dan pemilik

toko Gemilang

Mebel)

Bapak Hj. Parno

(Pemilik Usaha

Aneka Mebel)

4. Desa Jomblang

Rt 06 Rw 01 Bapak Supri

(Pengerajin Mebel)

5. Desa Jomblang

Rt 07 Rw 01

Bapak Abdul Kholik

(Pengerajin Mebel)

Bapak Sukarjan

(Pengerajin

sekaligus Pemilik

40

Bapak Khoirul

(Pengerajin Usaha

Ananda Mebel)

toko Cendrawasih)

6. Desa Jomblang

Rt 02 Rw 02

Bapak Suwandi

(Pengerajin

sekaligus Pemilik

toko Prima Mebel)

7. Desa Jomblang

Rt 03 Rw 02 Bapak Jaki

(Pengerajin Mebel)

8. Desa Jomblang

Rt 01 Rw 03

Ibu Hj. Sunik

(Pengerajin dan

Pemilik Usaha

Toko Bintang

Mebel)

Ibu Hj. Sri Mutiah

(Pengerajin dan

Pemilik toko

Mebel Anugrah)

9. Desa Jomblang

Rt 02 Rw 03

Bapak Saliman

(Pemilik Cv. Intan

Mebel)

10. Desa Jomblang

Rt 03 Rw 03 Bapak Janatin

(Pengerajin Mebel)

11. Desa Jomblang

Rt 05 Rw 03 Bapak Sukiran

(Pengerajin Mebel)

JUMLAH

12 Industri Usaha

Kecil 9 Industri Usaha

Menengah

*)Sumber: data Penelitian

Sistem manajemen usaha industri menengah mengalami perubahan

struktur terutama setelah usaha menjalin kontrak kemitraan jangka panjang

dengan perusahaan besar. Perubahan ini terjadi karena adanya tuntutan mengikuti

prinsip-prinsip praktek bisnis moderen, dimana perusahaan melakukan pengaturan

letak peralatan mesin produksi mengikuti standar praktek bisnis yang di contoh

dari perusahaan besar sehingga memudahkan proses perpindahan barang dari

suatu mesin ke mesin lainya untuk tujuan penghematan waktu. Usaha menengah

menerapkan sistem pembagian kerja yang lebih sistematis dan setiap bagian

dipimpin oleh tenaga kerja yang direkrut dari luar daerah. Apabila pesanan

41

melebihi kapasitas produk suatu usaha maka barang tambahan dapat dipesan dari

pengusaha lainnya, namun kerjasama ini memiliki tantangan tersendiri karena

tidak mudah menjaga kualitas standar produk yang telah ditetapkan oleh

perusahaan besar.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pengusaha usaha yang

ada di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, para pengelola usaha

kecil dan menengah industri mebel didalam pengadaan karyawan selain dari

faktor pengalaman dan juga keahlian, para pengelola usaha juga merekrut pekerja

berdasarkan atas masalah pengangguran yang merupakan penyebab lambannya

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Penyebab utama tingginya pengangguran di

Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora antara lain: kurangnya

lapangan kerja, rendahnya jenjang pendidikan yang dicapai masyarakat,

minimnya ketrampilan yang dikuasai oleh sumber daya manusia. Tabel 4.3.

berikut ini memberikan gambaran mengenai rendahnya jenjang pendidikan yang

dicapai oleh masyarakat Desa Jomblang.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

No Pendidikan Jumlah

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 S1 10 9 19

2 D3 3 1 4

3 SMA 216 205 421

4 SMP 289 274 263

5 SD 638 596 1234

6 Tidak Tamat SD 193 182 375

7 Masih Sekolah 304 287 591

8 Buta Aksara 34 32 66 *)Sumber: LMDH Jati Bagus, 2012, Lembaga Masyarakat Desa Hutan

Tahun2012,[email protected]. Diposkan oleh mohammad amin di 04.30

Para pengelola mengharapkan dengan membuka lapangan pekerjaan

kepada masyarakat sekitar dapat membantu pemerintahan Desa Jomblang untuk

mengurangi pengangguran di wilayahnya, sehingga pada akhirnya diharapkan

akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Jomblang

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.

42

Permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha kecil dan menengah pada

saat ini adalah masalah permodalan atau pengelolaan keuangan. Berdasarkan pada

hasil kegiatan penelitian yang penulis lakukan pada usaha kecil dan menengah

industri mebel di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dapat

penulis jabarkan tentang pengelolaan keuangan usaha kecil dan menengah adalah

sebagai berikut :

1. Sifat usaha yang dilakukan untuk usaha kecil sebagian besar dengan

mendirikan usaha sendiri, sedangkan usaha mikro menengah sebagian

besar dilakukan dengan meneruskan usaha orang tuanya.

2. Sistem penjualan yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah industri

mebel tersebut adalah dengan sistem penjualan langsung, sedangkan

sistem pembayaran penjualannya sebagian besar menggunakan sistem

tunai.

3. Asal sumber modal usaha yang digunakan oleh usaha kecil sebagian besar

berasal dari modal sendiri dan sebagian dari pinjaman, sedangkan untuk

usaha menengah sebagian besar modal usahanya berasal dari modal

sendiri.

4. Modal yang berasal dari modal sendiri untuk usaha kecil dan menengah

industri mebel berasal dari dana tabungan, sedangkan modal yang berasal

dari pinjaman untuk kelompok usaha kecil berasal dari perbankan

sedangkan untuk kelompok usaha mikro menengah berasal dari dana

keluarga dan koperasi.

3. Penyiapan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Usaha Kecil dan

Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang

Kebanyakan para pemilik usaha mebel di Desa Jomblang Kecamatan

Jepon Kabupaten Blora belum mengenal istilah tentang pelaksanaan dalam

penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi, hal ini menggambarkan bahwa

memang para pelaku usaha kecil dan menengah memiliki pengetahuan yang amat

terbatas mengenai akuntansi, akan tetapi sebagian besar para pemilik melakukan

43

pencatatan transaksi dan sisanya memiliki bukti transaksi untuk setiap transaksi

usahanya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa walaupun para pelaku usaha kecil

dan menengah tidak mengerti tentang penyiapan dan penggunaan informasi

akuntansi, tetapi sebagian dari mereka secara tidak sadar telah melakukan tahap-

tahap awal yang mendasar tentang penerapan akuntansi. Hanya ketika responden

diajukan pertanyaan mengenai penggunaan akuntansi sebagian besar menjawab

tidak mengerti, dan hanya sebagian kecil yang mengerti tentang informasi

akuntansi.

Perbedaan Struktur modal yang digunakan untuk kelompok usaha kecil

dan usaha menengah tersebut adalah:

1. Sistem administrasi keuangan yang dilakukan oleh usaha kecil dan

menengah industri mebel merupakan pembukuan sederhana, sedangkan

perencanaan dan pengawasan keuangan untuk kelompok usaha kecil

industri mebel tidak dilakukan menyeluruh tetapi cuman sebatas

perhitungan sederhana disaat ada barang masuk dan barang keluar,

sedangkan untuk kelompok usaha menengah industri mebel tidak

dilakukan secara rutin.

2. Kesulitan dalam memperoleh pinjaman yang dialami oleh kelompok usaha

menengah industri mebel tersebut adalah tidak tidak adanya bukti akurat

tentang pembukuan, sedangkan kesulitan dalam memperoleh harta tetap

untuk kelompok usaha mikro kecil industri mebel adalah ketidak

percayaan dari pihak bank dalam pengajuan kredit.

3. Penyebab jumlah keuangan usaha menurun untuk kelompok usaha kecil

dan menengah industri mebel tersebut adalah karena diambil untuk

kepentingan pribadi karena tidak ada pemisahan antara keuangan untuk

usaha dan untuk rumah tangga.

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis mengenai Struktur modal

yang digunakan oleh pengusaha industri mebel di Desa Jomblang di atas,

diketahui bahwa alasan mereka melakukan pencatatan dan bukti transaksi adalah

agar lebih jelas transaksi-transaksi yang terjadi sedangkan alasan mereka tidak

44

membuat perhitungan setiap bulannya dan laporan periodik adalah karena mereka

telah melakukannya saat akhir hari. Para pelaku usaha kecil dan menengah juga

mengakui bahwa latar belakang pendidikan mereka serta tidak adanya pelatihan

dan sosialisasi mengenai akuntansi membuat pengetahuan mereka tentang

akuntansi menjadi sangat terbatas.

Penulis mengidentifikasi bahwa lamanya usaha berdampak besar dalam

penyiapan dan penggunaan akuntansi di dalam usaha kecil dan menengah,

semakin lamanya suatu usaha berjalan dapat dijadikan satu acuan untuk melihat

perkembangan usahanya. Pengalaman usaha bagi para pelaku usaha kecil dan

menengah dapat dijadikan sebagai upaya pembelajaran tentang informasi apa

yang dibutuhkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha

yang dijalankannya. Dari lamanya usaha berjalan, seharusnya para pelaku usaha

kecil dan menengah dapat menilai hal-hal yang kurang dan perlu diperbaiki

termasuk perlunya penerapan siklus akuntansi dalam menjalankan usahanya.

Mengingat tingkat persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kebutuhan akan

akses informasi akuntansi, termasuk didalamnya merupakan penerapan siklus

akuntansi sebagai salah satu indikator kesehatan usaha agar usaha mereka

semakin meningkat.

Dari pengamatan yang telah penulis lakukan, pelaksanaan dalam

penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi seluruh perusahaan kecil dan

menengah di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora tergantung

dengan latar belakang pendidikan pelaku usaha kecil dan menengah. Sedangkan,

sebagian besar para pelaku usaha kecil dan menengah berlatar belakang rata-rata

pendidikan formalnya tamatan Sekolah Dasar. Rendahnya tingkat pendidikan

memiliki dampak terhadap pengetahuan para pelaku usaha kecil dan menengah

mengenai penyiapan dan penggunaan akuntansi.

45

Tabel 4.4. Profil Industri kecil dan Menengah Mebel Desa Jomblang Tahun 2013 Nama

Pengelola

Industri Mebel

Proses Pembentukan Pendidikan Formal Bidang Usaha Produksi

Bapak

Suprapto

Awalnya karyawan di

perusahaan milik Bp. H.

Agus.

Lama Usaha 2 tahun

Jumlah Pekerja 4 orang

Tamatan Sekolah

Dasar

Pembuatan kusen, jendela,

pintu, dan lain-lain.

Bapak Sunoto

Inisiatif Sendiri

Lama usaha 5 tahun

Jumlah Pekerja 8 orang

Tamatan Sekolah

Rakyat

Bermitra dengan Hj. Sri

Mutiah.

Pembuatan lemari, kursi,

tempat tidur, meja, dan

pengolahan limbah-limbah

produksi menjadi hiasan

rumah tangga.

Bapak Roni

Inisiatif Sendiri

Lama usaha 2,5 tahun

Jumlah Pekerja 9 orang

Tamatan SLTA

Bermitra dengan Bp.

Sukarjan.

Pembuatan komponen-

komponen kursi pantai dan

kebun.

Bapak Sugi

Inisiatif Sendiri

Lama Usaha 7 tahun

Jumlah pekerja 5 orang

Tamatan SLTP

Bermitra dengan Bp. H.

Agus.

Pembuatan komponen

untuk Gazebo dan

pembuatan bangku-bangku

taman

Bapak Supri

Inisiatif Sendiri

Lama Usaha 4 tahun

Jumlah Pekerja 3 orang

Tamatan SLTA

Pembuatan lemari dan meja

Volume Produksi sesuai

pesanan

Bapak H.

Agus

Awalnya ikut bapak jaki

kemudian membuka usaha

Putus Sekolah

Dasar

Pembuatan Gazebo, dan

Jual beli mebel antik.

46

sendiri lalu mengalami

kegagalan.

Merintis usaha sampai 4

kali

Pemilik dari UD. Harapan

Jati

Lama usaha 13 tahun

Jumlah Pekerja 12 orang

Ibu Surami

Usaha Keluarga

Pemilik dari UD. Jati

Mulyo

Warisan dari (alm) Bp

Kadam ke istrinya Ibu

Surami di bantu anaknya

Octiska NP

Lama Usaha 11 tahun

Jumlah Pekerja 27 orang

Ibu Surami

tamatan SLTA dan

anakanya masih

berstatus

Mahasiswa di

UKSW

Bermitra dengan PT Lima

Kayu, Pembuatan Rumah

Joglo, Pembuatan Gazebo,

pembuatan barang-barang

mebel ukir, dan lain-lain

Bapak

Suwandi

Usaha Keluarga

Pemilik dari UD. Prima

Warisan dari Santam ke

anaknya Suwandi

Lama usaha 10 tahun

Jumlah Pekerja 30 orang

Tamatan SLTP

Bermitra PT Gemilang

Juwana, pembuatan

Komponen-komponen

mebel.

Bapak Abdul

Kholik

Inisiatif sendiri

Lama usaha 6 tahun

Jumlah pekerja 7 orang

Tamatan MTS

Pembuatan lemari,

pembuatan tempat tidur,

pembuatan bangku dan

kursi

Bapak

Saliman

Usaha Keluarga

Pemilik dari UD. Intan

Mebel

Dikelola oleh Saliman dan

Umi sebagai istrinya

Bapak Saliman

tamatan Sekolah

Dasar dan istrinya

Umi Tamatan

Podok Pesantren

Bermitra dengan

perusahaan besar di

Yogyakarta, pembuatan

kursi pantai, pembuatan

kursi kolam renang,dan

47

Lama usaha 8 tahun

Jumlah pekerja 15 orang

lain-lain

Bapak Jaki

Inisiatif Sendiri

Lama usaha 11 tahun

Jumlah pekerja 2 orang

Tamatan Sekolah

Dasar

Pembuatan kusen

rumah,pintu, jendela,meja

rias, lemari, dan lain-lain.

Bapak

Sukarjan

Inisiatif Sendiri

Pemilik dari UD.

Cendrawasih

Lama Usaha 7 tahun

Jumlah Pekerja 8 orang

Tamatan SLTA

Pembuatan kerajinan dari

akar kayu, dan macam-

macam jenis hiasan dari

bahan kayu.

Ibu Hj. Sunik

Usaha Keluarga

Pemilik dari UD. Bintang

Mebel

Lama Usaha 10 tahun

Jumlah Pekerja 27 orang

Tamatan SLTP

Bermitra PT Gemilang

Juwana, pembuatan

Komponen-komponen

mebel dan pembuatan

perabotan rumah tangga.

Bapak Amin

Inisiatif Sendiri

Pemilik dari UD. Lembah

Jati Santoso

Lama Usaha 9 tahun

Jumlah Pekerja 18 orang

Tamatan MTS

Bermitra dengan gudang

besar di Jawa Timur,

pembuatan kursi pantai,

pembuatan kursi kolam

renang,dan lain-lain

Bapak Sukiran

Inisiatif Sendiri

Lama Usaha 3 tahun

Jumlah Pekerja 10 orang

Tamatan MTS Pembuatan bangku dan

meja

Bapak Supri

Inisiatif Sendiri

Lama Usaha 8 tahun

Jumlah Pekerja 3 orang

Tamatan SMK

Pembuat dan pengelola

limbah mebel menjadi

barang kebutuhan rumah

tangga

Ibu Hj. Sri

Mutiah

Usaha Keluarga

Pemilik dari UD. Anugrah

Warisan dari orang tua dan

Ibu Hj. Sri Mutiah

tamatan SLTA, Bp

Pembuatan kerajinan dari

akar kayu, dan macam-

48

dibantu Bp Taji sebagai

suami dan juga anaknya

Rindi

Lama Usaha 10 tahun

Jumlah Pekerja 28 orang

H. Taji tamatan

SLTA dan anaknya

Rindi Masih duduk

di kelas 2 SMK

macam jenis hiasan dari

bahan kayu.

Bapak H.

Parno

Inisiatif Sendiri

Pemilik dari UD. Aneka

Mebel

Lama usaha 10 tahun

Jumlah pekerja 13 orang

Tamatan Sekolah

Ke Guruan

Pembuatan komponen-

komponen kursi pantai dan

kebun.

Ibu Ngasinah

Inisiatif Sendiri

Pemilik dari UD. Jati Gede

Lama Usaha 11 tahun

Jumlah Pekerja 6 orang

Putus Sekolah

Dasar

Pengolahan limbah mebel

menjadi kerajinan rumah

tangga

Bapak khoirul

Inisiatif Sendiri

Pemilik UD. Ananda

Lama Usaha 7 tahun

Jumlah Pekerja 9 orang

Putus sekolah

SLTP

Pembuatan prabot rumah

tangga seperti tempat tidur,

meja dan kursi tamu,lemari

pakaian, dan lain-lain.

Bapak H.

Rustam

Inisiatif sendiri

Pemilik dari UD. Timur jati

Lama Usaha 7 tahun

Jumlah Pekerja 10 orang

Tamatan SMK

migas

Bermitra dengan ibu

Surami, pembuatan

komponen-komponen dari

Gazebo dan Juga

komponen-komponen dari

pembuatan rumah joglo

*)Sumber: data hasil olahan penelitian

49

B. Pembahasan

Sistem manajemen usaha kecil dan menengah industri mebel di Desa

Jomblang terkait dengan beberapa hal antara lain sumber daya manusia, modal

usaha, bahan baku, peralatan, metode, dan juga pasar. Hal-hal tersebut

mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengusaha dalam membantu

pengambilan keputusan. Sementara itu penyiapan dan penggunaan informasi

akuntansi yang baik merupakan dua hal yang senantiasa menyertai maju

mundurnya suatu perusahaan. Penulis menemukan banyak informasi dari

wawancara dan observasi yang telah dilakukan, untuk itu penulis akan membahas

berbagai temuan untuk menjawab pertanyaan masalah dalam penelitian ini.

1. Industri Mebel Kayu di Desa Jomblang

Menurut masyarakat sekitar mebel kayu adalah istilah yang digunakan

untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang,

tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja

atau tempat menaruh barang dipermukaannya, misalnya Meubel kayu sebagai

tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh

lemari pakaian, lemari buku dan lain-lain. Mebel Kayu dapat terbuat dari kayu,

bambu, dan lain sebagainya. Mebel Kayu sebagai produk artistic biasanya

terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan

dengan penyelesaian akhir yang halus. Pengerajin mebel kayu di Desa

Jomblang adalah pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis

kayu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya serta menerapkan

cara kerja yang bersifat tradisional.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mebel kayu oleh perajin

di Desa Jomblang tersebut adalah kayu jati. Ada 2 jenis bentuk kayu yang

biasa digunakan: kayu balok dan papan. Kayu balok biasanya terdiri dari kayu

keras semata dan digunakan sebagai rangka utama suatu mebel, sedangkan

50

kayu papan sering merupakan kayu gubal atau keras dan dipakai sebagai

dinding dan alas dari suatu mebel.

Mesin dan peralatan yang banyak digunakan pada pembuatan mebel

kayu adalah dalam kegiatan penggergajian/pemotongan, pengamatan,

pemotongan bentuk, pelubangan, pengukiran, pengaluran, penyambungan,

pengampalasan, dan pengecatan. Ada pun mesin dan peralatan yang banyak

digunakan adalah sebagai berikut: circular sawing machine, mesin ketam,

mesin pembentuk kayu (band saw), drilling machine, screwdriver/obeng

tangan, compressor, jig saw, hack saw, tatah kuku/datar, sprayer, palu

besi/kayu, kuas dan lain-lain. Pada dasarnya, pembuatan mebel dari kayu

melalui lima proses utama yaitu proses penggergajian kayu, penyiapan bahan

baku, proses penyiapan komponen, proses perakitan dan pembentukan, serta

proses akhir.

1. Proses Penyiapan Bahan Baku

Setelah bahan baku diperolah dari pengepul kemudian langkah selanjutnya

proses pemodelan atau dengan kata lain bahan baku akan diproses menjadi

komponen-komponen penting dalam perakitan mebel yang diinginkan.

2. Proses Penggergajian Kayu

Bahan baku kayu tersedia dalam bentuk kayu gelondongan sehingga masih

perlu mengalami penggergajian agar ukurannya menjadi lebih kecil seperti

balok atau papan. Pada umumnya, penggergajian ini menggunakan gergaji

secara mekanis atau dengan gergaji besar secara manual.

3. Proses Penyiapan Komponen

Kayu yang sudah dipotong menjadi ukuran dasar bagian mebel, kemudian

51

dibentuk menjadi komponen-komponen mebel sesuai yang diinginkan

dengan cara memotong, meraut, mengamoplas, melobang, dan mengukir,

sehingga jika dirakit akan membentuk meubel yang indah dan menarik.

4. Perakitan dan Pembentukan

Komponen mebel yang sudah jadi, dipasang dan dihubungkan satu sama

lain hingga menjadi mebel. Pemasangan ini dilakukan dengan

menggunakan baut, sekrup, lem, paku atau pun pasak kayu yang kecil dan

lain-lain untuk merekatkan hubungan antara komponen.

5. Penyelesaian Akhir

Kegiatan pada yang dilakukan pada penyelesaian akhir ini yaitu: 1.

Pengamplasan atau penhalusan permukaan mebel, 2. Pendempulan lubang

dan sambungan, 3. Pemutihan mebel dengan (H2O2), 4. Pemelituran atau

sanding sealer, 5. Pengecatan dengan wood stain, 6. Pengkilapan dengan

melamic clear

6. Pengepakan

Pengepakan sebenarnya bukan merupakan proses pembuatan mebel karna

sebelum masuk proses ini mebel telah selesai. Tahap ini merupakan

langkah penyiapan mebel untuk dipasarkan dan hanya ditemukan terutama

pada industri mebel formal.

52

2. Peran Pengusaha Menciptakan, Merumuskan, dan

Mengimplementasikan Tujuan perusahaan dalam Mengembangkan

Usaha Kecil dan Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang

Seorang pengusaha hendaknya harus memiliki bekal pengalaman,

pengetahuan dan seluk beluk tentang bisnis yang mereka jalani. Berdasarkan hasil

penelitian, dari lima puluh usaha mebel yang ada di Desa Jomblang masih tersisa

dua puluh satu pengusaha industri mebel di Desa Jomblang yang masih

menjalankan kegiatan usahanya baik itu bersekala kecil maupun menengah.

Berdasarkan dari hasil penelitian masalah-masalah yang sering dihadapi

oleh para pengusaha industri mebel di Desa Jomblang kebanyakan pada ketidak

mampuan para pengusaha beradaptasi dengan persaingan usaha yang semakin

hari semakin ketat hal ini berdampak pada permodalan usaha yang semakin hari

tidak bisa terpenuhi, pangsa pasar yang semakin hari sulit untuk ditembus, ketidak

mampuan akan pengelolaan manajemen perusahaan dan kelangkaan bahan baku

yang semakin sulit untuk didapat. Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera

di tanggulangi tidak menutup kemungkinan usaha yang telah dijalankan akan

mengalami kemunduran atau dengan kata lain mengalami kegagalan dalam usaha.

Pengusaha industri mebel di Desa Jomblang harus mengerti bagaimana

memulai, mengelola dan menjalankan usaha tersebut tanpa ada masalah dengan

cara buat perencanaan yang lebih matang, seksama dan hati-hati. Buat

perencanaan itu sedetail dan serinci mungkin secara sempurna. Mulai dari soal

legalitas perusahaan, sistem dan tehnik pengelolaan, strategi dan target pemasaran

sampai pada pola-pola kemungkinan pengembangan usaha.

53

Bila ditinjau dari segi modal usaha pengusaha mebel di Desa Jomblang

seharusnya lebih cermat lagi dalam mengalokasikan dana kepada pos-pos yang

benar-benar memerlukan suntikan dana segar, karena apabila seorang pengusaha

sampai kurang cermat dalam mengalokasikan modal usahanya akan berakibat

fatal bagi usaha yang sedang dirintisnya. Modal usaha sebenarnya bukan masalah

sederhana. Tidak sedikit pengusaha muda yang terjebak utang usaha karena salah

perhitungan menentukan modal usaha. Dan tidak sedikit pula dari pengusaha yang

berada di Desa Jomblang sebenarnya tidak memiliki modal mentalitas yang kuat

untuk terjun dalam suatu bisnis industri mebel memaksakan diri yang berakhir

dengan menutup usahanya.

Pengelolaan modal usaha sangat tergantung dari pengusaha itu sendiri.

Hanya sedikit modal usaha dalam suatu bisnis berasal dari kekuatan bakat mental

alami. Kebanyakan dari pengusha di Desa Jomblang yang bertahan hingga saat ini

memiliki modal mental dan pengetahuan dari pengalaman bekerja atau

pengalaman hidupnya sehari-hari. Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah

penulis lakukan selama penelitian dilapangan, sebagian besar dari pengusaha

mebel yang berada di Desa Jomblang memperoleh modal mental dan material

justru karena keingina meraih sukses dari dalam diri mereka sendiri, bukan atas

dorongan orang lain. Bahkan mereka kadang cenderung berbeda dengan

kebanyakan orang yang ada disekelilingnya, karena mereka belajar secara

otodidak, tanpa guru dan tanpa jam-jam belajar yang terencana.

Bila ditinjau dari segi manajemen perusahan terhadap pengelolaan usaha

sebenarnya masalah biasa yang selalu dihadapi oleh pengusaha mebel yang berada

di Desa Jomblang. Menurut hasil pengamatan dan hasil penelitian selama penulis

di Desa Jomblang masalah tersebut bukan hanya terjadi pada para pengusaha baru

yang sedang membangun usahanya, tetapi juga terjadi pada perusahaan-

perusahaan yang telah mapan maupun perusahan yang telah berjalan selama

beberapa tahun.

54

Persoalanya hampir selalu sama, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengontrolan sumber daya alam maupun

sumber daya manusia untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif

disini berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai denganperencanaan, sementara

efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan

sesuai dengan jadwal. Sedangkan masalah terakhir yang sering dirasakan oleh

para pengusaha mebel yang berada Di Desa Jomblang dalam kaitannya dengan

manajemen dan pengelolaan usaha biasanya berujung pada pemasaran dan

evaluasi timbal-balik yang mungkin dilakukan untuk mengembangkan usaha.

Pangsa pasar atau pemasaran dalam suatu usaha kecil dan menengah

merupakan ujung tombak sekaligus nyawa dari suatu perusahan kecil dan

menengah. Hal tersebut tidak bisa tergantikan oleh salah satu unsur lain yang ada,

bahkan modal usaha yang besar dan alat produksi yang canggih sekalipun tidak

bisa menggantikan peran dan fungsi utama pemasaran. Tanpa pemasaran yang

hebat, suatu kegiatan usaha tidak lebih dari kegiatan yang sia-sia. Modal usaha

yang dipaksakan untuk mendirikan perusahaan yang tanpa perhitungan pemasaran

dengan target pangsa pasar yang tepat sama artinya merintis jalan menuju

kehancuran.

Jadi kesimpulan dari peran pengusaha menciptakan, merumuskan, dan

mengimplementasikan tujuan perusahaan dalam mengembangkan usaha kecil

dan menengah industri mebel di Desa Jomblang adalah menghimbau para

pengusaha mebel yang berada di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten

Blora agar tujuan yang mereka cita-citakan dalam mengembangakan dan meraih

sukses didalam menjalankan usahanya harus memiliki sasaran, target dan pangsa

pasar yang sesuai dengan produk yang dihasilkan. Karena pemasaran merupakan

masalah utama dan mendasar dari semua jenis usaha. Hampir penyebab kegagalan

usaha terjadi pada tahap pemasaran, oleh sebab itu jangan pernah meremehkan

unsur pemasaran.

55

3. Peran Pengusaha dalam Menentukan Langkah-langkah Penyiapan

dan Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Pengembangan Usaha

Kecil dan Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang

Penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi merupakan salah satu hal

yang terpenting didalam suatu perusahaan khususnya untuk para pengusaha

industri mebel di Desa Jomblang, minimnya pengetahuan dan pengalaman tentang

akuntansi akan berdampak besar dalam pengembangan usaha. Penyiapan dan

penggunaan akuntansi di dalam perusahaan merupakan sebuah alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas usaha kecil dan menengah

dengan pihak-pihak yang berkepentingan, maksudnya pihak berkepentingan

dipenelitian ini adalah pihak-pihak keuangan yang memiliki peran terhadap posisi

keuangan maupun perkembangan usaha kecil dan menengah yang di kelola oleh

pengusaha industri mebel di Desa Jomblang, pihak-pihak tersebut meliputi para

kreditor, bankir, investor dan pemerintah di Desa Jomblang Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora.

Apabila dilihat dari segi permodalan, para pengusaha industri mebel sering

sekali mengalami kesulitan modal terutama dalam mengembangkan usahanya,

oleh karna itu para pengelola mengajukan pinjaman kepada pihak-pihak yang

dianggap mampu dalm menolong masalahnya terutama dalam hal permodalan

untuk pengembangan usaha tetapi dengan adanya kendala-kendala teknis yang

mengakibatkan para pengelola industri mebel di Desa Jomblang mengalami

kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari pihak-pihak yang berkepentingan

dalam membantu pengusaha dalam permasalahan permodalan usaha.

Ketidak mampuan pengusaha dalam penyiapan dan penggunaan informasi

malah menjadi bumerang tersendiri bagi para pengelola dalam memperoleh

pinjaman dari pihak bank atau pihak-pihak yang di anggap mampu membantu

permasalahan yang di hadapi pengusaha mebel di Desa Jomblang. Minimnya

pengetahuan dan informasi yang didapat oleh pengusaha di Desa Jomblang

mengakibatkan para pengusaha tidak dapat menunjukan pembukuan usahanya

56

ketika dari pihak bank meminta para pengusaha untuk menunjukan pembukuan

usaha yang dikelola oleh para pengusaha industri mebel di Desa Jomblang.

Pihak bank biasanya sangat mementingkan atau memerlukan aliran kas

dan pembukuan usaha yang dikelola oleh para pengusaha kecil dan menengah

industri mebel di Desa Jomblang. Pihak bank memiliki kepentingan yang

berkaitan dengan prospek keuntungan di masa mendatang, juga untuk melihat

perkembangan usaha kecil dan menengah yang dikelola oleh pengusaha mebel di

Desa Jomblang, serta untuk mengetahui jaminan investasi dan untuk mengetahui

kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek. Dari hasil laporan yang di

miliki para pengusaha mebel di Desa Jomblang tersebut pihak bank akan dapat

menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum mengambil

keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari pengusaha mebel

yang berada di Desa Jomblang.

Pihak bank perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari para

pengelola industri mebel di Desa Jomblang yang bersangkutan. Posisi keuangan

para pengelola industri mebel peminta kredit dapat diketahui melalui aliran arus

kas. Hal ini akan dilakukan baik oleh kreditor jangka pendek maupun jangka

panjang. Karena, disamping ingin mengukur kemampuan para pengelola industri

mebel yang ada di Desa Jomblang dalam membayar utang atau bunganya, pihak

bank juga perlu mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup

mendapat jaminan dari para pengelola industri mebel di Desa Jomblang apa tidak.

Pihak bank merasa berkepentingan dengan transparansi arus kas yang

dimiliki oleh para pengelola industri mebel di Desa Jomblang dalam rangka

menentukan kebijaksanaan penanaman modal, atau dengan kata lain para

pengelola industri mebel yang diberikan pinjaman mempunyai prospek yang

cukup baik dan akan memperoleh keuntungan yang memadai. Oleh karna itu para

pengusaha dihimbau sebisa mungkin untuk mencatat dan membukukan setiap

kegiatan transaksi yang telah mereka lakukan secara teratur agar dapat membantu

mereka dalam memantau sejauh manakah usaha yang mereka kelola berkembang,

dan dapat di pergunakan dalam hal-hal lain yang berguna dalam pengembangan

usaha yang mereka kelola.