bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. 1. gambaran...
TRANSCRIPT
36
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Jomblang adalah salah satu desa di kecamatan Jepon Kabupaten Blora.
Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang berkedudukan di Desa
Jomblang dan seorang Kepala Dusun yang berkedudukan di Dusun Kali
Klampok. Ditinjau dari kondisi umum Desa Jomblang memiliki:
1. Luas Wilayah : 940,268 Ha
2. Jumlah Dusun : 2 Dusun
3. Jumlah Rukun Warga : 3 RW
4. Jumlah Rukun Tetangga : 24 RT
5. Jumlah Kepala Keluarga : 946
6. Jumlah Penduduk : 3273
- Laki-Laki : 1.687 orang
- Perempuan : 1.586 orang
7. Batas Desa
- Sebelah Utara : Desa Purworejo
- Sebelah Timur : Hutan
- Sebelah Selatan : Hutan
- Sebelah Barat : Desa Ngampon
Sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani, selain itu
masyarakat di Desa Jomblang juga mempunyai usaha lain. Usaha yang dijalankan
adalah usaha pengerajin kayu jati atau sering di kenal dengan usaha mebel,
37
gambaran Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dilihat dari mata
pencaharian penduduknya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian tahun 2012
NO Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(orang)
1 Tani 1845
2 PNS / TNI 35
3 Pensiun 8
4 Pedagang 30
5 Pengerajin 50
6 Perangkat 13
*)Sumber: LMDH Jati Bagus, 2012, Lembaga Masyarakat Desa Hutan
Tahun2012,[email protected]. Diposkan oleh mohammad amin di 04.30
Berdasarkan data dari table di atas, awalnya usaha industri mebel di Desa
Jomblang berjumlah lima puluh unit usaha, yang dimana data tersebut gabungan
dari usaha bersekala kecil dan menengah, tetapi pada kenyataannya yang mampu
bertahan hingga sekarang hanya dua puluh satu unit usaha kecil dan menengah. Di
Desa Jomblang, hampir semua usaha skala menengah menjalin kemitraan dengan
perusahaan besar. Katagori usaha besar merupakan bagian dari tujuan dan cita-
cita usaha industri mebel di Desa Jomblang. Usaha industri kecil dan menengah
dapat dibedakan secara jelas melalui beberapa kondisi yang nampak saat penulis
mengadakan penelitian. Lokasi usaha kecil di Desa Jomblang pada umumnya
bersebelahan dengan rumah pemilik atau menjadi bagian dari rumah tersebut dan
berada di lingkungan tempat tinggal penduduk disekitar. Usaha industri kecil
memiliki tempat usaha yang lebih sederhana. Pengaturan letak peralatan mesin
menyesuaikan ruang usaha yang terbatas luasnya yang mengakibatkan efisiensi
kerja dengan sendirinya menjadi berkurang.
Usaha industri menengah yang sudah mapan sebelumnya adalah usaha
rumahan. Awalnya industri menengah bisa berkembang sampai saat ini
merupakan hasil kerja keras dari pemilik usaha untuk mengembangkan usaha
38
rumahan menjadi industri yang sekarang masuk katagori usaha menengah, dimana
pada awalnya, pekerja hanya berjumlah dua orang. Hasil dari penelitian yang
telah penulis lakukan di Desa Jomblang, usaha menengah biasanya didirikan lebih
dari sepuluh tahun yang lalu, pengalaman dan keuletan pemilik menjadi kunci
keberhasilan usahanya. Kini rata-rata dari mereka telah memeliki dua lokasi usaha
yang dimana lokasi pertama dijadikan sebagai tempat pengolahan industri mebel
dan lokasi ke dua dijadikan sebagai tempat pemasarannya.
2. Manajemen Usaha Kecil dan Menengah Industri Mebel di Desa
Jomblang
Struktur manajemen usaha kecil dan usaha menengah manufaktur mebel di
Desa Jomblang ditentukan oleh latar belakang pembentukannya. lima dari dua
puluh satu perusahaan mebel yang diteliti yaitu perusahaan mebel milik ibu
Surami, perusahaan mebel milik Hj. Sri Mutiah, perusahaan mebel milik bapak
Saliman, perusahaan mebel milik ibu Hj. Sunik, dan perusahaan milik bapak
Suwandi merupakan usaha keluarga. Struktur manajemen dari sistem usaha
keluarga cenderung bersifat tradisional dengan pola pembagian tugas yang
sifatnya lebih fleksibel. Usaha keluarga cenderung melibatkan keluarga sebagai
pekerja dan sedapat mungkin dalam posisi penting di perusahaan. Bahkan pemilik
memiliki hubungan kekeluargaan dan saling mendukung dalam membesarkan
usaha pada tahap awal perkembangan. Pemilik usaha, terutama orang tua atau
anak laki-laki tertua, menjadi pimpinan perusahaan dan memainkan peran penting
dalam menjaga keberlangsungan usaha.
Mayoritas usaha keluarga yang penulis teliti adalah generasi kedua.
Beberapa usaha tetap mempertahankan pekerja dari generasi sebelumnya, dengan
etos kerja yang terbangun sejak generasi-generasi sebelumnya. Sulit untuk
merubah tradisi ini mengikuti praktek bisnis moderen karena berlangsung cukup
lama. Tantangan mengubah pola kerja tradisional ke arah bisnis moderen
menyebabkan dibentuknya sistim kerja baru guna membangun angkatan kerja
generasi baru. Jumlah pekerja pada usaha kecil sekitar tuju sampai dua puluh
39
orang, tergantung volume pekerjaan yang ada. Jika pesanan meningkat dengan
sendirinya usaha akan mengontrak pekerja tambahan. Keberhasilan membangun
usaha berpengaruh dalam memotivasi pengusaha lain di lingkungan yang sama.
Kesuksesan ini sering kali memicu lainnya untuk membangun usaha di bidang
sejenis. Mereka mengikuti jejak dari pengusaha-pengusaha yang telah terlebih
dahulu meraih kesuksesan. Pada tabel 4.2. berikut ini memberikan gambaran
jumlah para pengelola usaha mebel di Desa Jomblang yang berdasarkan pada
pengelompokan industri usaha kecil dan menengah.
Tabel 4.2. Jumlah Pengelola Usaha Meubel Desa Jomblang Tahun 2013
NO.
Alamat
pengelola
industri usaha
mebel
Industri Usaha Kecil Industri Usaha
Menegah
1. Desa Jomblang
Rt 01 Rw 01 Bapak Suprapto
(Pengerajin Mebel)
2. Desa Jomblang
Rt 04 Rw 01 Bapak Sunoto
(Pengerajin Mebel)
3. Desa Jomblang
Rt 05 Rw 01
Bapak Roni W
(Pengerajin Mebel)
Bapak Sugi
(Pengerajin Mebel)
Ibu Ngasinah
(Pengerajin Usaha
Jati Gede)
Bapak Hj. Rustam
(Pengerajin Usaha
Timur Jati)
Bapak Hj. Agus
(Pemilik Cv.
Harapan Jati)
Bapak Amin
(Pemilik Cv.
Lembah Jati
Santosa)
Ibu Surami
(Pemilik Cv. Jati
Mulyo dan pemilik
toko Gemilang
Mebel)
Bapak Hj. Parno
(Pemilik Usaha
Aneka Mebel)
4. Desa Jomblang
Rt 06 Rw 01 Bapak Supri
(Pengerajin Mebel)
5. Desa Jomblang
Rt 07 Rw 01
Bapak Abdul Kholik
(Pengerajin Mebel)
Bapak Sukarjan
(Pengerajin
sekaligus Pemilik
40
Bapak Khoirul
(Pengerajin Usaha
Ananda Mebel)
toko Cendrawasih)
6. Desa Jomblang
Rt 02 Rw 02
Bapak Suwandi
(Pengerajin
sekaligus Pemilik
toko Prima Mebel)
7. Desa Jomblang
Rt 03 Rw 02 Bapak Jaki
(Pengerajin Mebel)
8. Desa Jomblang
Rt 01 Rw 03
Ibu Hj. Sunik
(Pengerajin dan
Pemilik Usaha
Toko Bintang
Mebel)
Ibu Hj. Sri Mutiah
(Pengerajin dan
Pemilik toko
Mebel Anugrah)
9. Desa Jomblang
Rt 02 Rw 03
Bapak Saliman
(Pemilik Cv. Intan
Mebel)
10. Desa Jomblang
Rt 03 Rw 03 Bapak Janatin
(Pengerajin Mebel)
11. Desa Jomblang
Rt 05 Rw 03 Bapak Sukiran
(Pengerajin Mebel)
JUMLAH
12 Industri Usaha
Kecil 9 Industri Usaha
Menengah
*)Sumber: data Penelitian
Sistem manajemen usaha industri menengah mengalami perubahan
struktur terutama setelah usaha menjalin kontrak kemitraan jangka panjang
dengan perusahaan besar. Perubahan ini terjadi karena adanya tuntutan mengikuti
prinsip-prinsip praktek bisnis moderen, dimana perusahaan melakukan pengaturan
letak peralatan mesin produksi mengikuti standar praktek bisnis yang di contoh
dari perusahaan besar sehingga memudahkan proses perpindahan barang dari
suatu mesin ke mesin lainya untuk tujuan penghematan waktu. Usaha menengah
menerapkan sistem pembagian kerja yang lebih sistematis dan setiap bagian
dipimpin oleh tenaga kerja yang direkrut dari luar daerah. Apabila pesanan
41
melebihi kapasitas produk suatu usaha maka barang tambahan dapat dipesan dari
pengusaha lainnya, namun kerjasama ini memiliki tantangan tersendiri karena
tidak mudah menjaga kualitas standar produk yang telah ditetapkan oleh
perusahaan besar.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pengusaha usaha yang
ada di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, para pengelola usaha
kecil dan menengah industri mebel didalam pengadaan karyawan selain dari
faktor pengalaman dan juga keahlian, para pengelola usaha juga merekrut pekerja
berdasarkan atas masalah pengangguran yang merupakan penyebab lambannya
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Penyebab utama tingginya pengangguran di
Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora antara lain: kurangnya
lapangan kerja, rendahnya jenjang pendidikan yang dicapai masyarakat,
minimnya ketrampilan yang dikuasai oleh sumber daya manusia. Tabel 4.3.
berikut ini memberikan gambaran mengenai rendahnya jenjang pendidikan yang
dicapai oleh masyarakat Desa Jomblang.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
No Pendidikan Jumlah
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 S1 10 9 19
2 D3 3 1 4
3 SMA 216 205 421
4 SMP 289 274 263
5 SD 638 596 1234
6 Tidak Tamat SD 193 182 375
7 Masih Sekolah 304 287 591
8 Buta Aksara 34 32 66 *)Sumber: LMDH Jati Bagus, 2012, Lembaga Masyarakat Desa Hutan
Tahun2012,[email protected]. Diposkan oleh mohammad amin di 04.30
Para pengelola mengharapkan dengan membuka lapangan pekerjaan
kepada masyarakat sekitar dapat membantu pemerintahan Desa Jomblang untuk
mengurangi pengangguran di wilayahnya, sehingga pada akhirnya diharapkan
akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Jomblang
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.
42
Permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha kecil dan menengah pada
saat ini adalah masalah permodalan atau pengelolaan keuangan. Berdasarkan pada
hasil kegiatan penelitian yang penulis lakukan pada usaha kecil dan menengah
industri mebel di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dapat
penulis jabarkan tentang pengelolaan keuangan usaha kecil dan menengah adalah
sebagai berikut :
1. Sifat usaha yang dilakukan untuk usaha kecil sebagian besar dengan
mendirikan usaha sendiri, sedangkan usaha mikro menengah sebagian
besar dilakukan dengan meneruskan usaha orang tuanya.
2. Sistem penjualan yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah industri
mebel tersebut adalah dengan sistem penjualan langsung, sedangkan
sistem pembayaran penjualannya sebagian besar menggunakan sistem
tunai.
3. Asal sumber modal usaha yang digunakan oleh usaha kecil sebagian besar
berasal dari modal sendiri dan sebagian dari pinjaman, sedangkan untuk
usaha menengah sebagian besar modal usahanya berasal dari modal
sendiri.
4. Modal yang berasal dari modal sendiri untuk usaha kecil dan menengah
industri mebel berasal dari dana tabungan, sedangkan modal yang berasal
dari pinjaman untuk kelompok usaha kecil berasal dari perbankan
sedangkan untuk kelompok usaha mikro menengah berasal dari dana
keluarga dan koperasi.
3. Penyiapan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Usaha Kecil dan
Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang
Kebanyakan para pemilik usaha mebel di Desa Jomblang Kecamatan
Jepon Kabupaten Blora belum mengenal istilah tentang pelaksanaan dalam
penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi, hal ini menggambarkan bahwa
memang para pelaku usaha kecil dan menengah memiliki pengetahuan yang amat
terbatas mengenai akuntansi, akan tetapi sebagian besar para pemilik melakukan
43
pencatatan transaksi dan sisanya memiliki bukti transaksi untuk setiap transaksi
usahanya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa walaupun para pelaku usaha kecil
dan menengah tidak mengerti tentang penyiapan dan penggunaan informasi
akuntansi, tetapi sebagian dari mereka secara tidak sadar telah melakukan tahap-
tahap awal yang mendasar tentang penerapan akuntansi. Hanya ketika responden
diajukan pertanyaan mengenai penggunaan akuntansi sebagian besar menjawab
tidak mengerti, dan hanya sebagian kecil yang mengerti tentang informasi
akuntansi.
Perbedaan Struktur modal yang digunakan untuk kelompok usaha kecil
dan usaha menengah tersebut adalah:
1. Sistem administrasi keuangan yang dilakukan oleh usaha kecil dan
menengah industri mebel merupakan pembukuan sederhana, sedangkan
perencanaan dan pengawasan keuangan untuk kelompok usaha kecil
industri mebel tidak dilakukan menyeluruh tetapi cuman sebatas
perhitungan sederhana disaat ada barang masuk dan barang keluar,
sedangkan untuk kelompok usaha menengah industri mebel tidak
dilakukan secara rutin.
2. Kesulitan dalam memperoleh pinjaman yang dialami oleh kelompok usaha
menengah industri mebel tersebut adalah tidak tidak adanya bukti akurat
tentang pembukuan, sedangkan kesulitan dalam memperoleh harta tetap
untuk kelompok usaha mikro kecil industri mebel adalah ketidak
percayaan dari pihak bank dalam pengajuan kredit.
3. Penyebab jumlah keuangan usaha menurun untuk kelompok usaha kecil
dan menengah industri mebel tersebut adalah karena diambil untuk
kepentingan pribadi karena tidak ada pemisahan antara keuangan untuk
usaha dan untuk rumah tangga.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis mengenai Struktur modal
yang digunakan oleh pengusaha industri mebel di Desa Jomblang di atas,
diketahui bahwa alasan mereka melakukan pencatatan dan bukti transaksi adalah
agar lebih jelas transaksi-transaksi yang terjadi sedangkan alasan mereka tidak
44
membuat perhitungan setiap bulannya dan laporan periodik adalah karena mereka
telah melakukannya saat akhir hari. Para pelaku usaha kecil dan menengah juga
mengakui bahwa latar belakang pendidikan mereka serta tidak adanya pelatihan
dan sosialisasi mengenai akuntansi membuat pengetahuan mereka tentang
akuntansi menjadi sangat terbatas.
Penulis mengidentifikasi bahwa lamanya usaha berdampak besar dalam
penyiapan dan penggunaan akuntansi di dalam usaha kecil dan menengah,
semakin lamanya suatu usaha berjalan dapat dijadikan satu acuan untuk melihat
perkembangan usahanya. Pengalaman usaha bagi para pelaku usaha kecil dan
menengah dapat dijadikan sebagai upaya pembelajaran tentang informasi apa
yang dibutuhkan dan digunakan dalam pengambilan keputusan menyangkut usaha
yang dijalankannya. Dari lamanya usaha berjalan, seharusnya para pelaku usaha
kecil dan menengah dapat menilai hal-hal yang kurang dan perlu diperbaiki
termasuk perlunya penerapan siklus akuntansi dalam menjalankan usahanya.
Mengingat tingkat persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kebutuhan akan
akses informasi akuntansi, termasuk didalamnya merupakan penerapan siklus
akuntansi sebagai salah satu indikator kesehatan usaha agar usaha mereka
semakin meningkat.
Dari pengamatan yang telah penulis lakukan, pelaksanaan dalam
penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi seluruh perusahaan kecil dan
menengah di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora tergantung
dengan latar belakang pendidikan pelaku usaha kecil dan menengah. Sedangkan,
sebagian besar para pelaku usaha kecil dan menengah berlatar belakang rata-rata
pendidikan formalnya tamatan Sekolah Dasar. Rendahnya tingkat pendidikan
memiliki dampak terhadap pengetahuan para pelaku usaha kecil dan menengah
mengenai penyiapan dan penggunaan akuntansi.
45
Tabel 4.4. Profil Industri kecil dan Menengah Mebel Desa Jomblang Tahun 2013 Nama
Pengelola
Industri Mebel
Proses Pembentukan Pendidikan Formal Bidang Usaha Produksi
Bapak
Suprapto
Awalnya karyawan di
perusahaan milik Bp. H.
Agus.
Lama Usaha 2 tahun
Jumlah Pekerja 4 orang
Tamatan Sekolah
Dasar
Pembuatan kusen, jendela,
pintu, dan lain-lain.
Bapak Sunoto
Inisiatif Sendiri
Lama usaha 5 tahun
Jumlah Pekerja 8 orang
Tamatan Sekolah
Rakyat
Bermitra dengan Hj. Sri
Mutiah.
Pembuatan lemari, kursi,
tempat tidur, meja, dan
pengolahan limbah-limbah
produksi menjadi hiasan
rumah tangga.
Bapak Roni
Inisiatif Sendiri
Lama usaha 2,5 tahun
Jumlah Pekerja 9 orang
Tamatan SLTA
Bermitra dengan Bp.
Sukarjan.
Pembuatan komponen-
komponen kursi pantai dan
kebun.
Bapak Sugi
Inisiatif Sendiri
Lama Usaha 7 tahun
Jumlah pekerja 5 orang
Tamatan SLTP
Bermitra dengan Bp. H.
Agus.
Pembuatan komponen
untuk Gazebo dan
pembuatan bangku-bangku
taman
Bapak Supri
Inisiatif Sendiri
Lama Usaha 4 tahun
Jumlah Pekerja 3 orang
Tamatan SLTA
Pembuatan lemari dan meja
Volume Produksi sesuai
pesanan
Bapak H.
Agus
Awalnya ikut bapak jaki
kemudian membuka usaha
Putus Sekolah
Dasar
Pembuatan Gazebo, dan
Jual beli mebel antik.
46
sendiri lalu mengalami
kegagalan.
Merintis usaha sampai 4
kali
Pemilik dari UD. Harapan
Jati
Lama usaha 13 tahun
Jumlah Pekerja 12 orang
Ibu Surami
Usaha Keluarga
Pemilik dari UD. Jati
Mulyo
Warisan dari (alm) Bp
Kadam ke istrinya Ibu
Surami di bantu anaknya
Octiska NP
Lama Usaha 11 tahun
Jumlah Pekerja 27 orang
Ibu Surami
tamatan SLTA dan
anakanya masih
berstatus
Mahasiswa di
UKSW
Bermitra dengan PT Lima
Kayu, Pembuatan Rumah
Joglo, Pembuatan Gazebo,
pembuatan barang-barang
mebel ukir, dan lain-lain
Bapak
Suwandi
Usaha Keluarga
Pemilik dari UD. Prima
Warisan dari Santam ke
anaknya Suwandi
Lama usaha 10 tahun
Jumlah Pekerja 30 orang
Tamatan SLTP
Bermitra PT Gemilang
Juwana, pembuatan
Komponen-komponen
mebel.
Bapak Abdul
Kholik
Inisiatif sendiri
Lama usaha 6 tahun
Jumlah pekerja 7 orang
Tamatan MTS
Pembuatan lemari,
pembuatan tempat tidur,
pembuatan bangku dan
kursi
Bapak
Saliman
Usaha Keluarga
Pemilik dari UD. Intan
Mebel
Dikelola oleh Saliman dan
Umi sebagai istrinya
Bapak Saliman
tamatan Sekolah
Dasar dan istrinya
Umi Tamatan
Podok Pesantren
Bermitra dengan
perusahaan besar di
Yogyakarta, pembuatan
kursi pantai, pembuatan
kursi kolam renang,dan
47
Lama usaha 8 tahun
Jumlah pekerja 15 orang
lain-lain
Bapak Jaki
Inisiatif Sendiri
Lama usaha 11 tahun
Jumlah pekerja 2 orang
Tamatan Sekolah
Dasar
Pembuatan kusen
rumah,pintu, jendela,meja
rias, lemari, dan lain-lain.
Bapak
Sukarjan
Inisiatif Sendiri
Pemilik dari UD.
Cendrawasih
Lama Usaha 7 tahun
Jumlah Pekerja 8 orang
Tamatan SLTA
Pembuatan kerajinan dari
akar kayu, dan macam-
macam jenis hiasan dari
bahan kayu.
Ibu Hj. Sunik
Usaha Keluarga
Pemilik dari UD. Bintang
Mebel
Lama Usaha 10 tahun
Jumlah Pekerja 27 orang
Tamatan SLTP
Bermitra PT Gemilang
Juwana, pembuatan
Komponen-komponen
mebel dan pembuatan
perabotan rumah tangga.
Bapak Amin
Inisiatif Sendiri
Pemilik dari UD. Lembah
Jati Santoso
Lama Usaha 9 tahun
Jumlah Pekerja 18 orang
Tamatan MTS
Bermitra dengan gudang
besar di Jawa Timur,
pembuatan kursi pantai,
pembuatan kursi kolam
renang,dan lain-lain
Bapak Sukiran
Inisiatif Sendiri
Lama Usaha 3 tahun
Jumlah Pekerja 10 orang
Tamatan MTS Pembuatan bangku dan
meja
Bapak Supri
Inisiatif Sendiri
Lama Usaha 8 tahun
Jumlah Pekerja 3 orang
Tamatan SMK
Pembuat dan pengelola
limbah mebel menjadi
barang kebutuhan rumah
tangga
Ibu Hj. Sri
Mutiah
Usaha Keluarga
Pemilik dari UD. Anugrah
Warisan dari orang tua dan
Ibu Hj. Sri Mutiah
tamatan SLTA, Bp
Pembuatan kerajinan dari
akar kayu, dan macam-
48
dibantu Bp Taji sebagai
suami dan juga anaknya
Rindi
Lama Usaha 10 tahun
Jumlah Pekerja 28 orang
H. Taji tamatan
SLTA dan anaknya
Rindi Masih duduk
di kelas 2 SMK
macam jenis hiasan dari
bahan kayu.
Bapak H.
Parno
Inisiatif Sendiri
Pemilik dari UD. Aneka
Mebel
Lama usaha 10 tahun
Jumlah pekerja 13 orang
Tamatan Sekolah
Ke Guruan
Pembuatan komponen-
komponen kursi pantai dan
kebun.
Ibu Ngasinah
Inisiatif Sendiri
Pemilik dari UD. Jati Gede
Lama Usaha 11 tahun
Jumlah Pekerja 6 orang
Putus Sekolah
Dasar
Pengolahan limbah mebel
menjadi kerajinan rumah
tangga
Bapak khoirul
Inisiatif Sendiri
Pemilik UD. Ananda
Lama Usaha 7 tahun
Jumlah Pekerja 9 orang
Putus sekolah
SLTP
Pembuatan prabot rumah
tangga seperti tempat tidur,
meja dan kursi tamu,lemari
pakaian, dan lain-lain.
Bapak H.
Rustam
Inisiatif sendiri
Pemilik dari UD. Timur jati
Lama Usaha 7 tahun
Jumlah Pekerja 10 orang
Tamatan SMK
migas
Bermitra dengan ibu
Surami, pembuatan
komponen-komponen dari
Gazebo dan Juga
komponen-komponen dari
pembuatan rumah joglo
*)Sumber: data hasil olahan penelitian
49
B. Pembahasan
Sistem manajemen usaha kecil dan menengah industri mebel di Desa
Jomblang terkait dengan beberapa hal antara lain sumber daya manusia, modal
usaha, bahan baku, peralatan, metode, dan juga pasar. Hal-hal tersebut
mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengusaha dalam membantu
pengambilan keputusan. Sementara itu penyiapan dan penggunaan informasi
akuntansi yang baik merupakan dua hal yang senantiasa menyertai maju
mundurnya suatu perusahaan. Penulis menemukan banyak informasi dari
wawancara dan observasi yang telah dilakukan, untuk itu penulis akan membahas
berbagai temuan untuk menjawab pertanyaan masalah dalam penelitian ini.
1. Industri Mebel Kayu di Desa Jomblang
Menurut masyarakat sekitar mebel kayu adalah istilah yang digunakan
untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang,
tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja
atau tempat menaruh barang dipermukaannya, misalnya Meubel kayu sebagai
tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh
lemari pakaian, lemari buku dan lain-lain. Mebel Kayu dapat terbuat dari kayu,
bambu, dan lain sebagainya. Mebel Kayu sebagai produk artistic biasanya
terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan
dengan penyelesaian akhir yang halus. Pengerajin mebel kayu di Desa
Jomblang adalah pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis
kayu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya serta menerapkan
cara kerja yang bersifat tradisional.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mebel kayu oleh perajin
di Desa Jomblang tersebut adalah kayu jati. Ada 2 jenis bentuk kayu yang
biasa digunakan: kayu balok dan papan. Kayu balok biasanya terdiri dari kayu
keras semata dan digunakan sebagai rangka utama suatu mebel, sedangkan
50
kayu papan sering merupakan kayu gubal atau keras dan dipakai sebagai
dinding dan alas dari suatu mebel.
Mesin dan peralatan yang banyak digunakan pada pembuatan mebel
kayu adalah dalam kegiatan penggergajian/pemotongan, pengamatan,
pemotongan bentuk, pelubangan, pengukiran, pengaluran, penyambungan,
pengampalasan, dan pengecatan. Ada pun mesin dan peralatan yang banyak
digunakan adalah sebagai berikut: circular sawing machine, mesin ketam,
mesin pembentuk kayu (band saw), drilling machine, screwdriver/obeng
tangan, compressor, jig saw, hack saw, tatah kuku/datar, sprayer, palu
besi/kayu, kuas dan lain-lain. Pada dasarnya, pembuatan mebel dari kayu
melalui lima proses utama yaitu proses penggergajian kayu, penyiapan bahan
baku, proses penyiapan komponen, proses perakitan dan pembentukan, serta
proses akhir.
1. Proses Penyiapan Bahan Baku
Setelah bahan baku diperolah dari pengepul kemudian langkah selanjutnya
proses pemodelan atau dengan kata lain bahan baku akan diproses menjadi
komponen-komponen penting dalam perakitan mebel yang diinginkan.
2. Proses Penggergajian Kayu
Bahan baku kayu tersedia dalam bentuk kayu gelondongan sehingga masih
perlu mengalami penggergajian agar ukurannya menjadi lebih kecil seperti
balok atau papan. Pada umumnya, penggergajian ini menggunakan gergaji
secara mekanis atau dengan gergaji besar secara manual.
3. Proses Penyiapan Komponen
Kayu yang sudah dipotong menjadi ukuran dasar bagian mebel, kemudian
51
dibentuk menjadi komponen-komponen mebel sesuai yang diinginkan
dengan cara memotong, meraut, mengamoplas, melobang, dan mengukir,
sehingga jika dirakit akan membentuk meubel yang indah dan menarik.
4. Perakitan dan Pembentukan
Komponen mebel yang sudah jadi, dipasang dan dihubungkan satu sama
lain hingga menjadi mebel. Pemasangan ini dilakukan dengan
menggunakan baut, sekrup, lem, paku atau pun pasak kayu yang kecil dan
lain-lain untuk merekatkan hubungan antara komponen.
5. Penyelesaian Akhir
Kegiatan pada yang dilakukan pada penyelesaian akhir ini yaitu: 1.
Pengamplasan atau penhalusan permukaan mebel, 2. Pendempulan lubang
dan sambungan, 3. Pemutihan mebel dengan (H2O2), 4. Pemelituran atau
sanding sealer, 5. Pengecatan dengan wood stain, 6. Pengkilapan dengan
melamic clear
6. Pengepakan
Pengepakan sebenarnya bukan merupakan proses pembuatan mebel karna
sebelum masuk proses ini mebel telah selesai. Tahap ini merupakan
langkah penyiapan mebel untuk dipasarkan dan hanya ditemukan terutama
pada industri mebel formal.
52
2. Peran Pengusaha Menciptakan, Merumuskan, dan
Mengimplementasikan Tujuan perusahaan dalam Mengembangkan
Usaha Kecil dan Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang
Seorang pengusaha hendaknya harus memiliki bekal pengalaman,
pengetahuan dan seluk beluk tentang bisnis yang mereka jalani. Berdasarkan hasil
penelitian, dari lima puluh usaha mebel yang ada di Desa Jomblang masih tersisa
dua puluh satu pengusaha industri mebel di Desa Jomblang yang masih
menjalankan kegiatan usahanya baik itu bersekala kecil maupun menengah.
Berdasarkan dari hasil penelitian masalah-masalah yang sering dihadapi
oleh para pengusaha industri mebel di Desa Jomblang kebanyakan pada ketidak
mampuan para pengusaha beradaptasi dengan persaingan usaha yang semakin
hari semakin ketat hal ini berdampak pada permodalan usaha yang semakin hari
tidak bisa terpenuhi, pangsa pasar yang semakin hari sulit untuk ditembus, ketidak
mampuan akan pengelolaan manajemen perusahaan dan kelangkaan bahan baku
yang semakin sulit untuk didapat. Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera
di tanggulangi tidak menutup kemungkinan usaha yang telah dijalankan akan
mengalami kemunduran atau dengan kata lain mengalami kegagalan dalam usaha.
Pengusaha industri mebel di Desa Jomblang harus mengerti bagaimana
memulai, mengelola dan menjalankan usaha tersebut tanpa ada masalah dengan
cara buat perencanaan yang lebih matang, seksama dan hati-hati. Buat
perencanaan itu sedetail dan serinci mungkin secara sempurna. Mulai dari soal
legalitas perusahaan, sistem dan tehnik pengelolaan, strategi dan target pemasaran
sampai pada pola-pola kemungkinan pengembangan usaha.
53
Bila ditinjau dari segi modal usaha pengusaha mebel di Desa Jomblang
seharusnya lebih cermat lagi dalam mengalokasikan dana kepada pos-pos yang
benar-benar memerlukan suntikan dana segar, karena apabila seorang pengusaha
sampai kurang cermat dalam mengalokasikan modal usahanya akan berakibat
fatal bagi usaha yang sedang dirintisnya. Modal usaha sebenarnya bukan masalah
sederhana. Tidak sedikit pengusaha muda yang terjebak utang usaha karena salah
perhitungan menentukan modal usaha. Dan tidak sedikit pula dari pengusaha yang
berada di Desa Jomblang sebenarnya tidak memiliki modal mentalitas yang kuat
untuk terjun dalam suatu bisnis industri mebel memaksakan diri yang berakhir
dengan menutup usahanya.
Pengelolaan modal usaha sangat tergantung dari pengusaha itu sendiri.
Hanya sedikit modal usaha dalam suatu bisnis berasal dari kekuatan bakat mental
alami. Kebanyakan dari pengusha di Desa Jomblang yang bertahan hingga saat ini
memiliki modal mental dan pengetahuan dari pengalaman bekerja atau
pengalaman hidupnya sehari-hari. Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah
penulis lakukan selama penelitian dilapangan, sebagian besar dari pengusaha
mebel yang berada di Desa Jomblang memperoleh modal mental dan material
justru karena keingina meraih sukses dari dalam diri mereka sendiri, bukan atas
dorongan orang lain. Bahkan mereka kadang cenderung berbeda dengan
kebanyakan orang yang ada disekelilingnya, karena mereka belajar secara
otodidak, tanpa guru dan tanpa jam-jam belajar yang terencana.
Bila ditinjau dari segi manajemen perusahan terhadap pengelolaan usaha
sebenarnya masalah biasa yang selalu dihadapi oleh pengusaha mebel yang berada
di Desa Jomblang. Menurut hasil pengamatan dan hasil penelitian selama penulis
di Desa Jomblang masalah tersebut bukan hanya terjadi pada para pengusaha baru
yang sedang membangun usahanya, tetapi juga terjadi pada perusahaan-
perusahaan yang telah mapan maupun perusahan yang telah berjalan selama
beberapa tahun.
54
Persoalanya hampir selalu sama, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengontrolan sumber daya alam maupun
sumber daya manusia untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif
disini berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai denganperencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal. Sedangkan masalah terakhir yang sering dirasakan oleh
para pengusaha mebel yang berada Di Desa Jomblang dalam kaitannya dengan
manajemen dan pengelolaan usaha biasanya berujung pada pemasaran dan
evaluasi timbal-balik yang mungkin dilakukan untuk mengembangkan usaha.
Pangsa pasar atau pemasaran dalam suatu usaha kecil dan menengah
merupakan ujung tombak sekaligus nyawa dari suatu perusahan kecil dan
menengah. Hal tersebut tidak bisa tergantikan oleh salah satu unsur lain yang ada,
bahkan modal usaha yang besar dan alat produksi yang canggih sekalipun tidak
bisa menggantikan peran dan fungsi utama pemasaran. Tanpa pemasaran yang
hebat, suatu kegiatan usaha tidak lebih dari kegiatan yang sia-sia. Modal usaha
yang dipaksakan untuk mendirikan perusahaan yang tanpa perhitungan pemasaran
dengan target pangsa pasar yang tepat sama artinya merintis jalan menuju
kehancuran.
Jadi kesimpulan dari peran pengusaha menciptakan, merumuskan, dan
mengimplementasikan tujuan perusahaan dalam mengembangkan usaha kecil
dan menengah industri mebel di Desa Jomblang adalah menghimbau para
pengusaha mebel yang berada di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten
Blora agar tujuan yang mereka cita-citakan dalam mengembangakan dan meraih
sukses didalam menjalankan usahanya harus memiliki sasaran, target dan pangsa
pasar yang sesuai dengan produk yang dihasilkan. Karena pemasaran merupakan
masalah utama dan mendasar dari semua jenis usaha. Hampir penyebab kegagalan
usaha terjadi pada tahap pemasaran, oleh sebab itu jangan pernah meremehkan
unsur pemasaran.
55
3. Peran Pengusaha dalam Menentukan Langkah-langkah Penyiapan
dan Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah Industri Mebel di Desa Jomblang
Penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi merupakan salah satu hal
yang terpenting didalam suatu perusahaan khususnya untuk para pengusaha
industri mebel di Desa Jomblang, minimnya pengetahuan dan pengalaman tentang
akuntansi akan berdampak besar dalam pengembangan usaha. Penyiapan dan
penggunaan akuntansi di dalam perusahaan merupakan sebuah alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas usaha kecil dan menengah
dengan pihak-pihak yang berkepentingan, maksudnya pihak berkepentingan
dipenelitian ini adalah pihak-pihak keuangan yang memiliki peran terhadap posisi
keuangan maupun perkembangan usaha kecil dan menengah yang di kelola oleh
pengusaha industri mebel di Desa Jomblang, pihak-pihak tersebut meliputi para
kreditor, bankir, investor dan pemerintah di Desa Jomblang Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora.
Apabila dilihat dari segi permodalan, para pengusaha industri mebel sering
sekali mengalami kesulitan modal terutama dalam mengembangkan usahanya,
oleh karna itu para pengelola mengajukan pinjaman kepada pihak-pihak yang
dianggap mampu dalm menolong masalahnya terutama dalam hal permodalan
untuk pengembangan usaha tetapi dengan adanya kendala-kendala teknis yang
mengakibatkan para pengelola industri mebel di Desa Jomblang mengalami
kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari pihak-pihak yang berkepentingan
dalam membantu pengusaha dalam permasalahan permodalan usaha.
Ketidak mampuan pengusaha dalam penyiapan dan penggunaan informasi
malah menjadi bumerang tersendiri bagi para pengelola dalam memperoleh
pinjaman dari pihak bank atau pihak-pihak yang di anggap mampu membantu
permasalahan yang di hadapi pengusaha mebel di Desa Jomblang. Minimnya
pengetahuan dan informasi yang didapat oleh pengusaha di Desa Jomblang
mengakibatkan para pengusaha tidak dapat menunjukan pembukuan usahanya
56
ketika dari pihak bank meminta para pengusaha untuk menunjukan pembukuan
usaha yang dikelola oleh para pengusaha industri mebel di Desa Jomblang.
Pihak bank biasanya sangat mementingkan atau memerlukan aliran kas
dan pembukuan usaha yang dikelola oleh para pengusaha kecil dan menengah
industri mebel di Desa Jomblang. Pihak bank memiliki kepentingan yang
berkaitan dengan prospek keuntungan di masa mendatang, juga untuk melihat
perkembangan usaha kecil dan menengah yang dikelola oleh pengusaha mebel di
Desa Jomblang, serta untuk mengetahui jaminan investasi dan untuk mengetahui
kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek. Dari hasil laporan yang di
miliki para pengusaha mebel di Desa Jomblang tersebut pihak bank akan dapat
menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum mengambil
keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari pengusaha mebel
yang berada di Desa Jomblang.
Pihak bank perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari para
pengelola industri mebel di Desa Jomblang yang bersangkutan. Posisi keuangan
para pengelola industri mebel peminta kredit dapat diketahui melalui aliran arus
kas. Hal ini akan dilakukan baik oleh kreditor jangka pendek maupun jangka
panjang. Karena, disamping ingin mengukur kemampuan para pengelola industri
mebel yang ada di Desa Jomblang dalam membayar utang atau bunganya, pihak
bank juga perlu mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup
mendapat jaminan dari para pengelola industri mebel di Desa Jomblang apa tidak.
Pihak bank merasa berkepentingan dengan transparansi arus kas yang
dimiliki oleh para pengelola industri mebel di Desa Jomblang dalam rangka
menentukan kebijaksanaan penanaman modal, atau dengan kata lain para
pengelola industri mebel yang diberikan pinjaman mempunyai prospek yang
cukup baik dan akan memperoleh keuntungan yang memadai. Oleh karna itu para
pengusaha dihimbau sebisa mungkin untuk mencatat dan membukukan setiap
kegiatan transaksi yang telah mereka lakukan secara teratur agar dapat membantu
mereka dalam memantau sejauh manakah usaha yang mereka kelola berkembang,
dan dapat di pergunakan dalam hal-hal lain yang berguna dalam pengembangan
usaha yang mereka kelola.