bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 subjek...
TRANSCRIPT
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
4.1.1 Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 3 Sugihan dan SD Negeri 4 Sugihan
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012, yang
dijadikan subjek dalam penelitian adalah kelas IV, yaitu kelas IV SD N 4 Sugihan
sebagai kelas eksperimen berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 14 siswa
perempuan dan 12 siswa laki-laki. Kelas IV SD N 3 Sugihan sebagai kelas kontrol
berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.
Berikut ini adalah Tabel 4.1 adalah data subjek penelitian SD N 3 Sugihan dan SD
N 4 Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tabel 4.1.
Data Subjek Penelitian SD N 3 Sugihan dan SD N 4 Sugihan
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012
Keadaan lingkungan SD N 3 Sugihan Kecamatan Toroh, Kabupaten
Grobogan lokasinya terdapat di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten
Grobogan berjarak +8 Km dari kota Purwodadi. Siswa SD Negeri 3 Sugihan 180
anak yang terdiri dari kelas I sampai kelas IV dengan masing – masing terdiri dari
1 kelas. Masing – masing kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 6 guru, 1 guru
pendidikan agama Islam dan 1 guru olah raga. Proses belajar mengajar
berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan 12.10 siang, kecuali pada hari
jum’at dan yang berlangsung mulai dari pukul 07.00 sampai dengan 11.00 siang.
Jumlah tenaga kependidikan di SD Negeri 3 Sugihan adalah sebanyak 10 orang,
dengan perincian 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru PAI, 1 guru olah raga,
32
dan 1 penjaga sekolah. Kondisi sosial ekonomi orang tua murid SD N 3 Sugihan,
yakni sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Perhatian dan kesadaran orang
tua terhadap pendidikan anak – anaknya masih rendah.
Sedangkan SD Negeri 4 Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan
lokasinya terdapat di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan
berjarak +10 Km dari kota Purwodadi. Siswa SD Negeri 4 Sugihan 154 anak
yang terdiri dari kelas I sampai kelas IV dengan masing – masing kelas terdiri 1
kelas. Masing – masing kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 6 guru, 1 guru
pendidikan agama Islam dan 1 guru olah raga. Proses belajar mengajar
berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan 12.10 siang, kecuali pada hari
jum’at dan yang berlangsung mulai dari pukul 07.00 sampai dengan 11.00 siang.
Jumlah tenaga kependidikan di SD Negeri 4 Sugihan adalah sebanyak 10 orang,
dengan perincian 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru PAI, 1 guru olah raga,
dan 1 penjaga sekolah. Kondisi sosial ekonomi orang tua murid SD N 4 Sugihan
tidak jauh beda SD N 3 Sugihan, yakni sebagian besar bekerja sebagai buruh tani.
Perhatian dan kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak – anaknya juga
masih rendah.
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV semester II SD N 3 Sugihan dan
SD N 4 Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran
2011/2012 dengan jumlah seluruhnya 52 siswa. Kemudian dari dua Sekolah Dasar
tersebut dibagi menjadi 2 kelas yaitu SD N 3 Sugihan sebagai kelas kontrol dan
SD N 4 Sugihan sebagai kelas eksperimen.
Sebelum melakukan perlakuan pada kedua kelas, mula-mula guru
diperkenalkan dulu dengan treatment yang akan digunakan yaitu pendekatan
matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setelah itu guru
berlatih menggunakan treatment pada Standar Kompetensi sebelumnya. Untuk
mengetahui keterlaksanaan perlakuan yang diberikan dalam pembelajaran maka
dilakukan observasi. Berkit ini Tabel 4.2 adalah Keterlaksanaan Pra Treatment
Kelas Eksperimen.
33
Tabel 4.2
Keterlaksanaan Pra Treatment Kelas Eksperimen
No Indikator Keterlaksanaan Skor Item Skor Item
Terlaksana Persentase
1 Kegiatan Awal 5 4 18%
2 Kegiatan Inti 12 8 36%
3 Kegiatan Penutup 5 4 18%
Jumlah 22 16 73%
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat tingkat keterlaksanaan guru dalam
pembelajaran secara keseluruhan 73% terlaksana dan 27% tidak terlaksana. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Setelah selesai melakukan latihan
maka guru siap melakukan treatment.
Pada awal pelaksanaan perlakuan siswa pada kelas eksperimen merasa
kebingungan dengan adanya suatu metode yang tidak biasa diterapkan oleh guru.
Tapi dengan bimbingan dan penjelasan, akhirnya siswa mulai dapat memahami
dan dapat menyesuaikan diri dengan metode ini. Pada saat pembelajaran
terkadang terjadi kegaduhan yang membuat waktu pembelajaran tersita. Terutama
pada saat pengelompokan ada beberapa siswa yang tidak fokus pada tugas, tapi
setelah diingatkan siswa kembali mengerjakan tugasnya bersama dengan teman
sekelompoknya. Dengan adanya kebebasan dalam proses pembelajaran terkadang
proses pembelajaran mengalami gangguan dengan adanya siswa yang saling
mengganggu antar kelompok dan timbulnya ketidakcocokan antar anggota dalam
satu kelompok. Akan tetapi hal ini dapat dikendalikan dan diatasi oleh guru.
Pada kelas kontrol, siswa diberikan pembelajaran yang konvensional.
Siswa aktif dalam pembelajaran dan tidak banyak ribut di dalam kelas. Tapi siswa
terlihat bosan dengan pembelajaran yang dilakukan dan kurang memperhatikan.
Guru menanggapi siswa dengan wajar dan menegur siswa agar kembali fokus
pada pembelajaran.
Pada saat pelaksanaan post tes, kelas kontrol melakukan tes terlebih
dahulu pada jam pertama. Setelah itu kelas eksperimen mengerjakan tes pada jam
ketiga. Situasi pada kelas eksperimen dan kontrol relatif tenang saat mengerjakan
tes tersebut. Untuk mengetahui keterlaksanaan perlakuan yang diberikan dalam
34
pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan observasi.
Berkut ini Tabel 4.3 adalah Keterlaksanaan Treatment Kelas Eksperimen
Tabel 4.3
Keterlaksanaan Treatment Kelas Eksperimen
No Indikator Keterlaksanaan Skor
Item
Skor Item
Terlaksana
Pertemuan ke-
Persentase
Pertemuan ke-
1 2 1 2
1 Kegiatan Awal 5 4 5 18% 18%
2 Kegiatan Inti 12 10 10 45% 45%
3 Kegiatan Penutup 5 4 5 18% 23%
Jumlah 22 18 20 82% 86%
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat tingkat keterlaksanaan treatment kelas
eksperimen yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan
pertama secara keseluruhan 82% treatment terlaksana dan pada pertemuan kedua
secara keseluruhan proses pembelajaran 86% treatment terlaksana. Dari hasil
keterlaksanaan treatment, maka dapat dilihat terjadi peningkatan keterlaksanaan
pada saat latihan treatment dengan saat pelaksanaan treatment. Untuk lebih
jelasnya lembar observasi pelaksanaan treatment dapat dilihat pada lampiran.
Bukan hanya kelas eksperimen diberikan treatment dalam proses
pembelajaran. Tetapi pada kelas kontrol juga diterapkan treatment berupa
pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui keterlaksanaan perlakuan yang
diberikan dalam pembelajaran pada kelas kontrol, maka dilakukan observasi.
Berkut ini Tabel 4.4 adalah Keterlaksanaan Treatment Kelas Kontrol.
Tabel 4.4
Keterlaksanaan Treatment Kelas Kontrol
No Indikator Keterlaksanaan Skor
Item
Skor Item
Terlaksana
Pertemuan ke-
Persentase
Pertemuan ke-
1 2 1 2
1 Kegiatan Awal 5 3 5 18% 29%
2 Kegiatan Inti 6 4 3 24% 18%
3 Kegiatan Penutup 6 4 5 24% 29%
Jumlah 17 11 13 65% 76%
35
Dari Tabel 4.4. dapat dilihat tingkat keterlaksanaan treatment kelas kontrol
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama secara
keseluruhan 65% treatment terlaksana dan pada pertemuan kedua secara
keseluruhan proses pembelajaran 76% treatment terlaksana. Dari hasil
keterlaksanaan treatment, maka dapat dilihat terjadi peningkatan keterlaksanaan
pada pertemuan pertama dengan pertemuan kedua. Untuk lebih jelasnya lembar
observasi keterlaksanaan treatment kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan penelitian, maka disajikaan
Tabel 4.5 jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian di SD Negeri 3 Sugihan dan SD
Negeri 4 Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran
2011/2012 sebagai berikut.
36
Tabel 4.5.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SD N 3 Sugihan dan SD N 4 Sugihan
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1. Jum’at, 02 Maret 2012
Perkenalan dengan siswa (kelas eksperimen
dan kelas kontrol)
Melakukan uji pra eksperimen dengan
memberikan soal tes kesetaraan pada kelas
eksperimen dan kontrol
2 Jum’at, 16 Maret 2012 Menyerahkan RPP dan lembar observasi pada
sekolah dan melakukan Revisi
3 Sabtu, 17 Maret 2012 Menyerahkan hasil revisi RPP ke sekolah
4 Kamis, 22 Maret 2012 Guru berlatih menggunakan perlakuan pada
Standar Kompetensi sebelumnya
5. Sabtu, 24 Maret 2012
Pertemuan 1 : Pada kelas eksperimen
dilakukan penyampaian materi dan perlakuan.
Pada kelas kontrol juga melakukan
penyampaian materi tentang pecahan sebagai
bagian dari keseluruhan tentang pecahan.
6. Senin, 26 Maret 2012
Pertemuan 2 : Pada kelas eksperimen
dilakukan penyampaian materi dan perlakuan.
Pada kelas kontrol guru meneruskan
pembelajaran kemarin.
Memberikan post test kepada kelas kontrol
dan kelas eksperimen.
4.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 yaitu dengan
menggunakan analisis diskriptif skor hasil belajar kelas eksperimen dan kelas
kontrol serta uji t Independent Samples Test.
37
4.2.1 Analisis Deskriptif Skor Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dari skor posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen maka dikategorikan
berdasarkan interval skor posttest yang diperoleh. Dalam menentukan interval
yang akan digunakan menggunakan rumus:
i = 5
) minimum nilai - maksimum (nilai
i = 10,45
) 48 - (100
Berikut ini Tabel 4.6 adalah Tabel Distribusi frekuensi skor post test kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dari Tabel 4.6. dapat diketahui pada kelas eksperimen siswa yang
mendapat skor hasil belajar 48 sampai 58,3 terdiri dari 1 anak dengan persentase
4%. Siswa yang mendapat skor hasil belajar 58,4 sampai dengan 68,7 sebanyak 2
anak dengan persentase 8%. Siswa yang mendapat skor hasil belajar 68,8 sampai
dengan 79,1 sebanyak 4 anak dengan prosentase 15%. Siswa yang mendapat skor
hasil belajar 79,2 sampai dengan 89,5 sebanyak 10 anak dengan persentase 38%.
Dan siswa yang mendapat nilai 89,6 ke atas sebanyak 9 anak dengan persentase
35%. Sedangkan siswa pada kelas kontrol siswa yang mendapat skor hasil belajar
48 sampai 58,3 sebanyak 6 anak dengan persentase 23%. Siswa dengan skor hasil
belajar 58,3 sampai dengan 68,7 sebanyak 4 anak dengan persentase 15%. Siswa
yang mendapat skor hasil belajar 68,8 sampai dengan 79,1 sebanyak 3 anak
dengan persentase 12%. Siswa yang mendapat skor hasil belajar 79,2 sampai
38
dengan 89,5 ebanyak 8 anak dengan persentase 31%. Dan siswa yang mendapat
skor hasil belajar 89,6 ke atas sebanyak 5 anak dengan persentase 19%.
Dari Tabel 4.6. dapat dijadikan suatu grafik untuk melihat perbedaan
frekuensi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini Gambar 4.1.
adalah grafik distribusi frekuensi skor post test kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Skor Post Test Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Dari skor hasil belajar kelas ekspeimen dan kelas kontrol dapat dilihat
perbedaannya melalui analisis deskriptif dengan bantuan SPSS 16. Berikut ini
Tabel 4.7 adalah Analisis Deskriptif skor hasil kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Tabel 4.7.
Deskripsi Statistik Skor Post Test Kelas Kontrol Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat pada kelas eksperimen dapat dilihat skor
minimum post test adalah 56, skor maximum post test adalah 100, mean skor
39
Tests of Normality
VAR00
001
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Kelas Eksperi
men .138 26 .200
*
Kontrol .131 26 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
posttest adalah 84,15 dengan standar deviasi 12, 263. Sedangkan pada kelas
kontrol skor minimum post test adalah 48, skor maximum post test adalah 100,
mean skor posttest adalah 75,38 dengan standar deviation 15,988.
4.2.2 Uji t
Setelah diperoleh data skor hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, maka dapat dilaksanakan uji t Independent Samples Test. Dengan syarat
data yang diperoleh telah berdistribusi normal serta homogen. Sehingga sebelum
melakukan uji t Independent Samples Test terlebih dahulu diperlukan uji
normalitas dan uji homogenitas.
Uji Normalitas dilakukan pada skor tes hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Berikut ini Tabel 4.8. adalah hasil analisis uji normalitas skor hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan SPSS 16.0
Tabel 4.8.
Hasil Uji Normalitas Skor Hasil Belajar
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Dari Tabel 4.8. tampak bahwa hasil uji Kolmogrov-Smirnov untuk skor
hasil belajar kelas eksperimen yaitu sebesar 0,138 dengan probabilitas signifikasi
0,200 dan skor hasil belajar kelas kontrol yaitu sebesar 0,131 dengan signifikasi
0,200. Untuk menentukan data tersebut berdistribusi normal maka dilakukan uji
signifikasi normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria nilai signifikansi
> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran signifikasi pada
skor hasil kelas eksperimen lebih dari kriteria (0,200> 0.05). Sedangkan untuk
hasil pengukuran signifikasi pada skor hasil belajar kelas kontrol lebih dari
kriteria (0,200> 0.05). Maka kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Berikut ini
40
Gambar 4.2 disajikan grafik tentang uji normalitas skor hasil belajar kelas
eksperimen.
Gambar 4.2. Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Berikut ini Gambar 4.3. disajikan grafik tentang uji normalitas skor hasil
belajar kelas kontrol.
Grafik 4.3. Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas maka dilakukan uji homogenitas pada
skor hasil belajar yang didapat dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut
Tabel 4.3 adalah hasil analisis uji homogenitas skor hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol
41
Tabel 4.9.
Hasil Uji Homogenitas Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji homogenitas skor hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol menunjukkan bahwa tingkat signifikansi atau nilai probabilitas
sebesar 0,116. Untuk menentukan data tersebut homogen maka dilakukan uji
signifikasi homogenitas Levene Statistic dengan kriteria nilai signifikansi > 0.05.
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran signifikasi pada skor hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari kriteria nilai signifikasi
(0,116> 0.05). Dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, maka dapat dikatakan kedua
kelas tersebut homogen
Setelah semua skor hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilaksanakan uji t Independent
Samples Test. Berikut ini Tabel 4.10 adalah analisis uji t Independent Samples
Test skor hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
42
Tabel 4.10.
Hasil Analisis Uji t Independent Samples Test Skor Hasil Belajar Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.10. terlihat hasil F hitung levene test sebesar 2,561
dengan probabilitas signifikasi 0,116. Nilai t- test for equality of means t hitung
sebesar 2,219. Sig (2-tailed) sebesar 0,031. Sedangkan nilai mean deifference
8, 769.
4.3 Hasil Uji Hipotesis
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, setelah diperoleh dari hasil
t hitung maka analisis hipotesisnya adalah :
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara pendekatan matematika realistik
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran
konvensional dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD
semester II Desa Sugihan Kapupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012.
Hα : Ada perbedaan hasil belajar antara pendekatan matematika realistik melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional
dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD semester II Desa
Sugihan Kapupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan analisis uji hipotesis, H0 diterima jika signifikasi lebih besar
dari 0,05 (H0 > 0,05). Dan H0 ditolak jika signifikasi lebih kecil dari 0,05
(H0 < 0,05). Dari hasil t hitung yang telah dilakukan diperoleh signifikasi 0,031.
Independent Samples Test
Post test
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Levene's Test for Equality
of Variances
F 2.561
Sig. .116
t-test for Equality of Means T 2.219 2.219
Df 50 46.852
Sig. (2-tailed) .031 .031
Mean Difference 8.769 8.769
Std. Error Difference 3.952 3.952
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower .832 .819
Upper 16.706 16.719
43
Jadi t hitung signifikasi lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0,05). Karena signifikasi
lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Kesimpulannya Hα diterima, artinya ada
perbedaan hasil belajar antara pendekatan matematika realistik melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD semester II Desa Sugihan
Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada pembahasan hasil penelitian ini dapat dilihat keberhasilan guru
dalam melaksanakan treatment pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan
matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterlaksanaan
treatment kelas eksperimen saat latihan/ pra treatment yaitu 73% dengan saat
melakukan treatment pada proses pembelajaran pertemuan pertama yaitu 82% dan
petemuan kedua yaitu 86%. Disini terlihat peningkatan keterlaksanaan treatment
menggunakan pendekatan matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Selain kelas eksperimen keterlaksanaan treatment juga dialami pada
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dari persentase
keterlaksanaan treatment kelas kontrol pada pertmuan pertama sebesar 65% dan
pada pertemuan ke dua sebesar 76%.
Dari keterlaksanaan treatment diperoleh skor hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dari skor hasil belajar yang didapat maka dapat
dilaksanakan uji t Independent Samples Test. Dengan syarat data yang diperoleh
telah berdistribusi normal serta homogen. Setelah semua skor hasil belajar pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen, maka
dapat dilaksanakan uji t Independent Samples Test. Dari hasil terlihat uji t
Independent Samples Test hasil F hitung levene test sebesar 2,561 dengan
probabilitas signifikasi 0,116. Dengan kriteria nilai signifikansi > 0,05
(0,116>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kedua subjek memiliki variance
sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen. Nilai t adalah 2,219 dengan
probabilitas signifikasi 0,031. Untuk mengetahui makna dari uji t maka dilihat
dengan kriteria, jika probabilitas signifikan > 0,05 maka tidak ada perbedaan (H0
44
diterima) dan jika probabilitas signifikan < 0,05 maka ada perbedaan (H0 ditolak).
Dari analisis data uji t Independent Samples Test dapat disimpulkan bahwa
probabilitas signifikan yang didapat < 0,05 (0,031< 0,05). Jadi ada perbedaan
hasil belajar antara pendekatan matematika realistik melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional.
Hal ini sesuai dengan hasil data yang diperoleh dan terlihat pada perbedaan
rata- rata skor hasil belajar. Melalui analisis diskriptif dapat terlihat rata- rata skor
hasil belajar kelas eskperimen menggunakan pendekatan matematika realistik
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 84,15. Sedangkan untuk kelas
kontrol terlihat rata-rata skor hasil belajar menggunakan pembelajaran
konvensional yaitu 75,38. Dari rata-rata skor hasil belajar dapat dilihat bahwa
rata-rata skor hasil belajar kelas eksperimen menggunakan pendekatan
matematika realistik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari
pada rata-rata skor hasil belajar kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensinal. SD N 3 Sugihan dan SD N 4 Sugihan memiliki KKM yang sama
yaitu 60. Dari hasil analisis diskriptif diketahui ada beberapa siswa yang
memperoleh skor hasil belajar dibawah KKM. Hal ini terbukti dari skor hasil
belajar minimum kelas eksperimen yaitu 56. Sedangkan untuk skor hasil belajar
minimum kelas kontrol yaitu 48. Sedangakan untuk rata-rata kedua sekolah sudah
diatas KKM.
Penggunaan pendekatan matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat memotivasi siswa dan memberi semangat tolong menolong untuk
mengembangkan keterampilan yang diajarkan guru. Skor hasil belajar kelas
eksperimen yang menggunakan pendekatan matematika melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan pecahan sebagai bagian dari
keseluruhan lebih baik karena siswa lebih mudah menentukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit dengan menggunakan pengalaman dan benda-benda
disekitar siswa. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dan interaksi antar siswa
lain dengan saling berbagi ide serta memberi kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan pendapat. Dengan belajar secara berkelompok dapat berdampak
45
positif bagi seluruh siswa, khususnya bagi siswa yang memiliki kemampuan
akademik rendah.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Siti Umamik 2007.
Menyatakan bahwa Keefektifan Model Pembelajaran Matematika Cooperative
Learning Tipe STAD Melalui Pemanfaatan Alat Peraga Pada Sub materi pokok
Keliling dan Luas Daerah Lingkaran Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas
VIII Semester II SMP Negeri 4 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 berarti
pembelajaran matematika pada sub materi pokok keliling dan luas daerah
lingkaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pemanfaatan
alat peraga lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Dari pembahasan diatas penggunaan pendekatan pendekatan matematika
realistik melalui pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan keterampilan siswa
dalam bekerja sama, berkomunikasi. Serta mampu meyelesaikan permasalah
matematika dalam kehidupan sehari-hari. sehingga siswa akan lebih termotivasi
dalam belajar.