bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 lokasi...
TRANSCRIPT
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan oleh penulis di SMP N 2 Banyubiru, dengan subjek siswa
kelas VIIC yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa
perempuan. Karena sesuai dengan data penulis bahwa kelas tersebut memiliki tingkat
kecemasan komunikasi interpersonal yang rendah.
Penulis mengambil 22 siswa yang menjadi subjek penelitian yang diambil
berdasarkan hasil dari skala kecemasan komunikasi interpersonal yang diadaptasi
oleh penulis berdasarkan teorinya Burgoon dan Ruffner (dalam Mariani,1991). Dan
membagi menjadi 2 kelompok yaitu 11 siswa kelompok eksperimen dan 11 siswa
kelompok kontrol.
4.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 22 siswa yang hasil pre-testnya menunjukkan
komunikasi interpersonal sedang, rendah, dan sangat rendah. Dalam hal ini
kesamaan antara kedua kelompok dapat dilihat dari hasil uji homogenitas harus
menghasilkan Asymp. Sig. (2-tailed)>0.050, dan dalam penelitian ini hasil uji
homogenitas yaitu 0,261 yang berarti Asymp. Sig. (2-tailed)>0.050. Dari 22 siswa
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
33
Tabel 4.1 dibawah ini merupakan deskripsi mengenai kondisi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan (treatment).
Tabel 4.1 Deskripsi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Nama Jenis Kelamin Hasil Pre-
test
Nama Jenis Kelamin Hasil Pre-
test
AB Laki-laki 62 OP Laki-laki 57
YA Laki-laki 48 RA Laki-laki 55
FA Perempuan 53 SS Laki-laki 60
JP Laki-laki 48 FK Laki-laki 61
RS Perempuan 58 DF Laki-laki 58
RM Laki-laki 58 FH Laki-laki 56
AS Laki-laki 57 AA Perempuan 58
VA Perempuan 55 ZM Laki-laki 62
AT Perempuan 55 RD Perempuan 60
TF Laki-laki 59 AN Perempuan 56
AD Laki-laki 57 MN Laki-laki 48
34
Jumlah 610 Jumlah 631
Rata-rata 55,45 Rata-rata 57,36
Kemudian pada Tabel 4.2 dibawah ini akan dijelaskan mengenai skor
pre test komunikasi interpersonal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol :
Tabel 4.2 Hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Aspek
Nama
Unwilingne
ss
Avording Control Jumlah
KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK
AB OP 26 25 16 15 20 17 62 57
YA RA 20 24 13 14 15 17 48 55
FA SS 22 25 14 17 17 18 53 60
JP FK 19 26 13 16 16 19 48 61
RS DF 23 23 18 16 17 19 58 58
RM FH 25 22 16 15 17 17 58 54
AS AA 26 28 14 14 17 16 57 58
VA ZM 26 28 13 17 16 17 55 61
AT RD 24 26 15 16 17 19 56 61
35
TF AN 27 21 16 15 16 20 59 56
AD MN 25 19 15 13 17 16 57 48
263 267 163 168 185 195 611 629
Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdapat
22 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 11 siswa sebagai kelompok
kontrol dan 11 siswa sebagai kelompok eksperimen. Jumlah skor keseluruhan
kelompok eksperimen yaitu 611 sedangkan jumlah skor yang diperoleh
kelompok kontrol adalah 629.
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil skala komunikasi
interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukkan Asymp.
Sig. (2-tailed) 0.261 > 0.050 , sedangkan mean rank kelompok eksperimen 9,95
dan mean rank kelompok kontrol adalah 13,05 (lihat tabel 3.3).
Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis di atas, selanjutnya
akan diberikan treatment pada kelompok eksperimen yaitu dengan diberikan
layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama sebanyak 8 kali pertemuan,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan treatment. Penyusunan topik dalam
kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan aspek kecemasan komunikasi
interpersonal menurut Burgoon dan Ruffner.
36
Tabel 4.3 berikut ini merupakan susuna program layanan bimbingan
kelompok yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
Tabel 4.3 Program layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama
Aspek
Topik Tujuan Rencan
a
Pelaksa
-naan
Alokasi
Waktu
dan
Pertemua
n
Bentuk
Kegiatan
Unwilin
gness
Ketidakpastian
minat untuk
berpartisipasi
dalam
komunikasi
ditandai
dengan
rendahnya
partisipasi
dalam situasi
komunikasi
1.Individu
mampu
berinteraksi dan
berkomunikasi
secara baik
dengan individu
lain
2.Individu
mampu
menyampaikan
pendapatnya
kepada individu
Agustus
2014
1x30
menit
a. Ceramah
b. Permainan
37
lain
Advordi
ng
Penghindaran
dari partisipasi
karena
pengalaman
komunikasi
yang tidak
menyenangkan
yang ditandai
dengan
kurangnya
pengenalan
situasi
komunikasi
1.Individu
mampu
menumbuhkan
dan
mengekspresikan
komunikasinya
Agustus
2014
1x30
menit
a. Ceramah
b. Permainan
Control Rendahnya
pengendalian
terhadap
situasi
komunikasi
yang terjadi
1.Individu
mampu
menghadapi
situasi saat
berkomunikasi
2.Individu
Agustus
2014
1x30
menit
a. Ceramah
b. Permainan
38
karena faktor
lingkungan,
tidak mampu
menyesuaikan
diri, dan reaksi
dari lawan
mampu
menyesuaikan
diri dengan
orang lain
4.3 Pelaksanaan Penelitian
4.3.1 Perijinan Penelitian
Penulis memberikan surat ijin penelitian kepada SMP Negeri 2
Banyubiru yang prosedur awalnya surat ijin diberikan kepada bagian Tata
Usaha Program Studi Bimbingan dan Konseling dan nantinya pihak Tata
Usaha akan memberikan surat ijin yang disetujui oleh dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk diserahkan kepada pihak SMP
Negeri 2 Banyubiru.
Berdasarkan ijin tersebut, penulis membicarakan prosedur penelitian
yang berupa uji instrument, pre test, post test, dan treatment kepada SMP
Negeri 2 Banyubiru. Uji instrument dan pre test dilaksanakan pada bulan Juli
2014. Sedangkan untuk pelaksanaan layanan (treatment) dan post test
39
dilakukan mulai bulan Agustus 2014 sampai selesai dan dilakukan sesuai hasil
persetujuan anggota kelompok yang menjadi subjek penelitian.
4.3.2 Tes Awal (Pre test)
Pre test dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2014 dengan menyebarkan
skala kecemasan komunikasi interpersonal yang berjumlah 45 item
pernyataan pada 32 siswa SMP Negeri 2 Banyubiru. Setelah dianalisis
terdapat 22 siswa SMP Negeri 2 Banyubiru yang memiliki kecemasan
komunikasi interpersonal dengan kategori sangat rendah. Selanjutnya siswa
SMP tersebut dibagi secara random menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
eksperimen dengan jumlah 11 siswa dan kelompok kontrol dengan jumlah 11
siswa. Berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16.0 for
Windows, dari kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
4.3.3 Perlakuan
Treatment diberikan dengan memberi layanan bimbingan kelompok
teknik permainan sesuai rancangan program yang sudah dibuat oleh penulis
sebanyak 8 sesi dan dilaksanakan pada jam-jam tertentu sesuai dengan
kesepakatan dengan anggota kelompok. Layanan ini dikatakan berhasil
apabila kelompok eksperimen setelah post test menunjukkan peningkatan
40
Kecemasan Komunikasi Interpersonal dan hasilnya lebih tinggi dari kelompok
kontrol. Adapun sesi eksperimen dengan layanan bimbingan kelompok teknik
permainan sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama (Sesi I)
Sesi pertama dilakukan pada hari Jumat, tanggal 15 Agustus 2014
pukul 11.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang akan diberikan saat layanan
berlangsung.
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Sesi pertama merupakan awal dari pertemuan bimbingan kelompok
teknik permainan yang merupakan tahap pembentukan kelompok. Kegiatan
diawali dengan berdoa, yang dipimpin oleh pemberi layanan. Selanjutnya,
pemberi layanan menjelaskan pengertian, tujuan, asas dan prosedur dari
kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan, menyepakati kontrak
waktu, serta memberikan permainan agar anggota kelompok antusias dalam
mengikuti layanan yang diberikan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan pertama yaitu “perkenalan”.
Tujuan dari pertemuan pertama ini adalah agar individu dapat mengenal satu
sama lain. Selanjutnya penulis mengajak kelompok untuk melakukan
41
permainan yaitu permainan “Lempar Bola?”. Permainan ini dimaksudkan
untuk lebih mengenal antar anggota kelompok.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur bimbingan kelompok teknik
permainan dan menanyakan kembali kesiapan anggota kelompok untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
b. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan mengenai yang
akan dibahas, yaitu perkenalan. Selain itu, penulis juga menjelaskan
prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang dipermainkan
yakni mengenai perkenalan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk
memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu.
Hasil observasi kelompok merupakan bahas diskusi setelah permainan
selesai.
c) Setelah semua siswa mengerti tentang penjelasan pemberi layanan
tentang cara bermain. Setelah siap, dimulailah permainan. Masing-
42
masing siswa akan mendapatkan giliran untuk memainkan permainan
tersebut.
d) Permainannya adalah “LEMPAR BOLA”
Langkah-langkah :
1) Pemberi layanan meminta iswa untuk berdiri dan membentuk
lingkaran
2) Pemberi layanan melempar bola kepada salah satu siswa untuk
memperkenalkan nama dan satu hal lain tentang dirinya dalam
bentuk satu kalimat pendek (menyebut hobi, tempat tinggal,
dll)
3) Pemberi layanan meminta siswa kedua untuk mengulang
kalimat siswa pertama. Baru kemudian memperkenalkan
dirinya sendiri. Missal : teman saya Agung, hobi bermain bola,
saya Intan hobi menilus.
4) Siswa ketiga harus mengulang kalimat 2 siswa sebelumnya
sebelum memperkenalkan diri demikian seterusnya sampai
seluruh siswa memperoleh giliran.
5) Apabila siswa tidak dapat mengingat nama dan apa yang
dikatakan siswa sebelumnya, maka ia harus menanyakan
43
langsung pada yang bersangkutan : “siapa nama anda ?” atau
“siapa nama anda dan hobi anda?”
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok. Diskusi diarahkan untuk membicarakan
tanggapan mengenai bagaimana permainan yang baru saja dilakukan.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.1 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang ditaman depan kelas.
Gambar 4.1
c. Tahap Penutup (Penilaian)
44
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi pertama
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota kelompok dalam permainan.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
topik perkenalan, anggota kelompok dapat melatih diri untuk mengenal
orang lain.
2. Pertemuan kedua (Sesi II)
Sesi II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 Agustus 2014 pukul
13.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang akan disampaikan saat layanan
berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
45
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan yang diberikan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan kedua yaitu Komunikasi yang
baik. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan makna
bahwa komunikasi yang baik itu adalah mau berinteraksi dengan orang lain
Selanjutnya penulis mengajak anggota kelompok untuk melakukan
permainan yaitu permainan “Komunikata”. Permainan ini dimaksudkan
untuk menyegarkan kembali anggota kelompok sehingga semakin
bersemangat dalam mengikuti layanan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
b. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu komunikasi yang baik. Selain itu, penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai berikut :
46
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang dimainkan yakni
komunikasi yang baik. Kemudian diadakan tanya jawab untuk
memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan permainan, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan oleh
pemberi layanan.
c) Permainannya adalah “KOMUNIKATA”
Langkah-langkah :
1) Pemberi layanan meminta siswa untuk membagi kelompok
menjadi 2 bagian.
2) Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan masih sisa 1
berperan sebagai pemberi kata untuk masing-masing kelompok.
3) Kata-kata tersebut disampaikan secara berbisik dari siswa satu ke
siswa yang lainnya sesuai dengan urutan masing-masing.
4) Siswa yang paling akhir mendapat giliran menyampaikan apa yang
dia dengar.
d) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok. Diskusi diarahkan untuk membicarakan
47
tanggapan mengenai bagaimana para siswa membawakan sesuai
dengan perannya.
e) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.2 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di taman depan kelas.
Gambar 4.2
c. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi kedua akan
segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi kegiatan
yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
48
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
topik komunikasi yang baik , anggota kelompok dapat melatih diri untuk
berkomunikasi dengan orang lain dalam halnya teman dalam satu
kelompok.
3. Pertemuan ketiga (Sesi III)
Sesi III dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2014 pukul
13.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang digunakan.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
49
Permainan yang dipilh yaitu “The Fast and The Forious”. Permainan
ini dimaksudkan untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam mengikuti
layanan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
permainanyang akan dibahas, yaitu “The Fast and The Forious”. Penulis
juga menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan permainan. Kemudian diadakan tanya
jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan
dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan permainannya, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka
rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri masing-masing peran,
50
usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-
keduanya.
c) Permainannya adalah “The Fast and The Forious”
Langkah-langkah :
1) Permainan ini terdiri dari 12 orang dengan 6 orang pada
masing-masing kelompok. Kelompok dibariskan
menyamping dan satu sama lainnya berhadapan namun
saling memunggungi. Dan setelah itu peserta di
instruksikan untuk posisi duduk bersila.
2) Fasilitator meletakkan buku dan pensil di ujung peserta
terakhir.
3) Peserta saling berpegangan tangan dengan rekan lain dalam
kelompoknya.
4) Peserta diminta untuk berlomba secepat-cepatnya
mengambil suatu benda (buku atau pensil) sesuai dengan
instruksi yang diberikan.
5) Peserta tidak boleh berkomunikasi verbal.
6) Peserta hanya boleh menggunakan bahasa isyarat yang
tidak menyolok. Gerakan seperti : mengangkat tangan kiri,
51
mengelonjorkan kaki kanan, dan lain sebagainya tidak
diperbolehkan.
7) Posisi harus tetap duduk bersila. Peserta hanya boleh
memberikan kode kepada rekan di sebelahnya dan
seterusnya hingga rekan paling ujung yang mengambil
sebuah benda tersebut.
8) Posisi harus tetap duduk bersila. Peserta hanya boleh
memberikan kode kepada rekan disebelahnya dan
seterusnya rekan paling ujung yang mengambil benda
tersebut.
9) Untuk instruksi tentang benda apa yang harus diambil,
misalkan fasilitator menyiapkan sekeping koin, jika yang
muncul angka maka harus memilih buku, jika yang muncul
gambar maka harus memilih pensil.
10) Fasilitator hanya memperlihatkan sisi angka atau gambar
pada peserta di sisi ujung satunya. Peserta tersebut yang
harus mengkomunikasikan kepada rekan sebelahnya akan
benda yang harus diambil.
11) Kelompok yang terlebih dahulu mengambil benda yang
diinstruksikan adalah pemenangnya. Permainan bisa
diulang sesuai kebutuhan. Misalnya dari simulasi sebanyak
52
3x, dan yang paling cepat mengambil benda yang
dimaksud adalah kelompok yang menang.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
permainan itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan.
Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan peran
yang akan dimainkan. Pemain diharapkan dapat memperagakan sikap-
sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok permainan. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan
pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.3 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di taman depan kelas.
53
Gambar 4.3
b. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi ketiga akan
segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi kegiatan
yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
54
topic permainannya “ The Fast and The Forious”, anggota kelompok dapat
melatih diri berkomunikasi dan berorganisasi dengan orang lain.
4. Pertemuan keempat (Sesi IV)
Sesi IV dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014 pukul
11.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang akan disampaikan saat layanan
berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Permainan yang dipilih untuk pertemuan keempat yaitu “Kisah
Angka-Angka”. Permainan ini dipakai agar siswa dapat mengenal satu sama
lain dengan cara santai dan menghapuskan kekakuan. Permainan ini
dimaksudkan untuk menyegarkan kembali anggota kelompok sehingga
semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
b. Tahap Peralihan
55
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
permainan yang akan dimainkan, yaitu “Kisah Angka-Angka”. Penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan permainan yang akan dilakukan “Kisah
Angka-Angka”. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas
masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan permainannya, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka
rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri masing-masing peran,
usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-
keduanya.
c) Permainnya adalah “Kisah Angka-Angka”
Langkah-langkah
56
1) Pemberi layanan meminta seluruh siswa berhitung dari nomor
1 dan seterusnya sampai selesai (habis).
2) Minta setiap siswa mengingat nomor urutnya masing-masing
dengan baik, jika perlu lakukan pengujian dengan menyebut
secara acak beberapa angka dan minta siswa yang disebut
nomornya untuk menyahut „ya‟!, atau tunjuk beberapa orang
siswa secara acak dan tanyakan ia nomor urut berapa.
3) Pemberi layanan menegaskan apakah mereka benar – benar
mengingat nomor urutnya masing – masing.
4) Setelah yakin, jelaskan bahwa pemberi layanan akan
menyampaikan suatu berita atau suatu cerita tertentu di mana
dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka –
angka. Siswa yang disebut angka atau nomor urutnya diminta
segera berdiri dan langsung meneriakkan namanya keras –
keras kepada seluruh siswa lain. Jika terlambat 3 detik, peserta
dikenakan hukuman ramai – ramai oleh siswa lain.
5) Pemberi layanan menanyakan kepada siswa apakah mereka
paham peraturan tersebut?, jika perlu ulangi sekali lagi dan
berikan contoh.
57
6) Pemberi layanan mulai bercerita, “sebenarnya tadi pagi saya itu
bangun pukul tujuh dan saya mandi pukul 8 lalu sarapan pukul
9, setelah itu saya memulai aktivitas dari pukul 11 sampai
dengan pukul 3 sore. ( yang penting, dalam cerita itu ada
disebutkan angka – angka nomor urut peserta setiap satu
kalimat atau setiap selang satu menit ).
7) Dilakukan sampai separuh siswa tersebut nomornya atau
seluruhnya (bergantung kepada kecepatan pemberi layanan dan
siswa dan sesuai dengan waktu yang tersedia)
d) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran sampingan.
Tugas kelompok penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan
permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahas
diskusi setelah permainan selesai.
e) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
permainan itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan.
Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan peran
yang dimainkannya.
58
f) Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan
dapat digunakan untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk
perasaan – perasaan peserta sendiri.
g) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.4 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di taman depan kelas.
Gambar 4.4
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi keempat
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
59
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
permainan “Kisah Angka-Angka”, anggota dapat melatih diri untuk dapat
meningkatkan komunikasi interpersonal.
5. Pertemuan kelima (Sesi V)
Sesi V dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 23 Agustus 2014 pukul
13.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang digunakan.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Permainan yang dipilih untuk pertemuan kelima yaitu “Berdiri
jika…”. Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk menghangatkan, kerjasama,
serta komunikasi antar siswa dalam kelompok. Selanjutnya pemberi layanan
60
mengajak anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu permainan
“Berdiri jika…”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali
anggota kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti
layanan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu menjalin kerjasama dengan orang lain. Penulis
juga menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang dimainkan yakni
“Berdiri jika…”. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas
masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan permainan, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka
rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri masing-masing peran.
61
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Setelah
semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk berembug
beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana permainan itu akan
dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Masing-masing
pemain memerankan perannya berdasarkan peran yang dimainkannya.
d) Perminannya adalah “Berdiri jika….”
Langkah-langkah :
1) Pemberi layanan meminta semua siswa untuk duduk membentuk
lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah.
2) Pemberi layanan menjelaskan kepada siswa bentuk permainannya,
yaitu setiap pemandu mengucapkan kalimat, siswa mengucapkan
kalimat, siswa diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai dengan
dirinya; misal : “ Keluarga saya adalah keluarga pedagang….. “; “
Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik…….
“ dsb.
3) Ucapkan kalimat – kalimat yang relevan dengan keadaan siswa
(jangan sampai ada peserta yang tidak pernah berdiri), contoh –
contoh kalimat misalnya :
- Saya adalah petugas lapangan
62
- Saya lahir di pedesaan
- Saya lahir di kota besar
- Saya memiliki hobby membaca, dsb
4) Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan
nama, asal, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya secara
singkat.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan
pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.5 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di taman depan kelas.
63
Gambar 4.5
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi kelima akan
segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi kegiatan
yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
judul permainan “Berdiri jika…”, anggota kelompok dapat melatih diri
untuk menjalin kerjasama dan komunikasi dengan orang lain.
64
6. Pertemuan keenam (Sesi VI)
Sesi VI dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 Agustus 2014 pukul
13.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang akan disampaikan saat layanan
berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Permainan yang dipilih untuk pertemuan keenam yaitu “Badai
Berhembus”. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu membangun
team yang baik dan menjadikan para siswa lebih mengenal satu sama lain.
Selanjutnya penulis mengajak anggota kelompok untuk melakukan
permainan yaitu “Badai Berhembus”. Permainan ini dimaksudkan untuk
menyegarkan kembali anggota sehingga semakin bersemangat dalam
mengikuti layanan.
b. Tahap Peralihan
65
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
permainan yang akan dibahas, yaitu “Badai Berhembus”. Selain itu, penulis
juga menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang dimainkan yakni
mengenai “Badai Berhembus”. Kemudian diadakan tanya jawab untuk
memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan permainan, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka
rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri masing-masing peran.
c) Permainannya dalah “Badai Berhembus”
Langkah-langkah :
1) Pemberi layanan mengatur kursi –kursi ke dalam sebuah
lingkaran. Pemberi layanan meminta siswa untuk duduk di
kursi yang telah disediakan.
66
2) Pemberi layanan menjelaskan kepada siswa aturan permainan,
untuk putaran pertama pemandu akan bertindak sebagai angin.
3) Pemandu sebagai angin akan mengatakan „ angin berhembus
kepada yang memakai – misal : kacamata‟ (apabila ada
beberapa siswa memakai kacamata).
4) Siswa yang memakai kacamata harus berpindah tempat duduk,
pemadu sebagai angin ikut berebut kursi.
5) Akan ada satu orang siswa yang tadi berebut kursi, tidak
kebagian tempat duduk. Orang inilah yang menggantikan
pemandu sebagai angin.
6) Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang
bertindak sebagai angin harus mengatakan „angin berhembus
kepada yang …………. (sesuai dengan karakteristik peserta,
misal : baju biru, sepatu hitam, dsb)
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
permainan itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan.
Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan perannya
tentang peran yang dimainkannya.
67
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok. Diskusi diarahkan untuk membicarakan
tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya,
cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan
perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.6 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di depan kelas.
Gambar 4.6
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi keenam
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
68
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
judul permainan “Badai Berhembus”, anggota kelompok dapat melatih diri
untuk dapat membangun team yang baik dan menjadikan siswa lebih
mengenal satu sama lain.
7. Pertemuan ketujuh (Sesi VII)
Sesi VII dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28 Agustus 2014
pukul 13.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi yang akan disampaikan saat layanan
berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
69
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan .
Permainan yang dipilih untuk pertemuan ketujuh “Menghitung
Mundur”. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menghangatkan
suasana komunikasi yang baik dengan orang lain. Selanjutnya penulis
mengajak anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu
“Menghitung Mundur”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan
kembali anggota kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti
layanan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
permainan yang akan dibahas, yaitu “Menghitung Mundur”. Selain itu,
penulis juga menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai
berikut :
70
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang dimainkan yakni
mengenai “Mengitung Mundur”. Kemudian diadakan tanya jawab
untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan
dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan pemainan, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka
rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri masing-masing peran.
c) Permainannya adalah “ Menghitung Mundur”
Langkah – langkah :
1) Pemberi layanan meminta siswa untuk berdiri mambentuk suatu
lingkaran. Setiap siswa menghitung secara bergiliran mulai dari 1
sampai 11.
2) Pada saat menghitung, pemberi layanan meminta siswa memenuhi
peraturan : setiap angka „tiga‟ atau „ kelipatan tiga‟, angka itu tidak
disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.
3) Apabila ada siswa yang salah melaksanakan tugasnya, maka
permainan dimulai dari awal.
4) Sesudah 3 – 4 ronde, permainan tahap 1 selesai
71
5) Permainan tahap – 2 dimulai dengan cara yang sama seperti di
atas, tetapi hitungannya dimulai dari angka 11 mundur terus
sampai dengan angka 1. Peraturan yang diterapkan juga sama,
yaitu setiap angka „tiga‟ atau angka „kelipatan tiga‟ , angka itu
tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.
6) Setelah 3-4 ronde, permainan selesai.
7) Pemberi layanan meminta siswa untuk mendiskusikan :
- Manakah yang lebih baik banyak terjadi kesalahan, cara 1 atau
cara 2 ?
- Mengapa demikian ?
- Kira-kira, apa hubungannya permainan ini dengan cara kerja kita
dalam kelompok belajar atau di tengah – tengah kehidupan
masyarakat kita ( apakah mudah mengganti kebiasaan pendekatan
dari atas dengan yang dari bawah ) ?.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan.
Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan permainan
tentang peran yang dimainkannya.
72
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok permainan. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran,
cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan
perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.7 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di depan kelas.
Gambar 4.7
d. Tahap Penutup (Penilaian)
73
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi ketujuh akan
segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi kegiatan
yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
pemainan “Megnhitung Mundur”, anggota kelompok dapat lebih
menghangatkan suasana komuniksi yang baik dengan orang lain.
8. Pertemuan kedelapan (Sesi VIII)
Sesi VIII dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 29 Agustus 2014
pukul 11.00 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan, serta materi layanan yang akan disampaikan saat layanan
berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
74
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do‟a yang dipimpin oleh salah
satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan permainan agar
anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Permainan yang dipilih untuk pertemuan kedelapan yaitu “Mencari
Jodoh”. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu membangun
komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelompok. Selanjutnya penulis
mengajak anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu permainan
“Mencari Jodoh”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali
anggota kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti
layanan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dan menanyakan kesiapan anggota untuk mengikuti
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
75
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang
permainan yang akan dibahas, yaitu “Mencari Jodoh”. Selain itu, penulis
juga menjelaskan prosedur pelaksanaan permainan, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan permainan dan tema yang dimainkan yakni
“Mencari Jodoh”. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas
masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan permainan, dan memilih individu yang akan memegang
peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka
rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri masing-masing peran.
c) Permainnya adalah “Mencari Jodoh”
Langkah-langkah :
1) Pemberi layanan membuat kalimat pendek yang berhubungan
dengan permainan diberikan , misal : Bersama Membangun
Komunikasi. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari jumlah
peserta, kalau peserta 11 orang, harus disediakan 5 kalimat.
2) Pemberi layanan meminta siswa untuk memecah kalimat tersebut
ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas, satu kertas berisi kalimat
“Bersama Membangun” dan satu kertas berisi kata “Komunikasi”.
76
3) Pemberi layanan meminta kedua kertas yang berisi tulisan tadi
digulung.
4) Pemberi layanan membagikan kertas – kertas tergulung yang
sudah disiapkan sebanyak jumlah siswa (apabila siswa ganjil, satu
orang berpasangan dengan pemandu sendiri )
5) Pemberi layanan meminta siswa untuk membuka gulungan kertas
masing – masing dan membaca isinya yaitu sepotong kalimat yang
belum lengkap.
6) Pemberi layanan meminta siswa untuk mencari pasangannya
masing – masing agar kalimat itu menjadi lengkap.
7) Pemberi layanan meminta setiap pasangan berkenalan dan
mendiskusikan arti kalimat tersebut.
8) Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan
memperkenalkan pasangannya dan menyampaikan arti kalimat
kepada peserta yang lain.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
permainan itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan.
77
Masing-masing pemain memerankan perannya peran yang
dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok. Diskusi diarahkan untuk membicarakan
tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya
sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah,
dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
Gambar 4.8 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
permainan yang dilakukan di depan kelas.
Gambar 4.8
78
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi kedelapan
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi
selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do‟a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota sangat tinggi,
dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam memerankan peran
masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis menyimpulkan
bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan dengan
topik “Mencari Jodoh”, anggota dapat melatih diri untuk lebih membangun
komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelompok.
4.3.4 Test Akhir (Post test)
Post test dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Agustus 2014 dengan
menyebarkan skala kecemasan komunikasi interpersonal yang berjumlah 26
item pernyataan pada subjek penelitian, yaitu 22 siswa SMP Negeri 2
Banyubiru. 11 siswa pada kelompok eksperimen dan 11 siswa pada kelompok
kontrol. Tabel 4.4 di bawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre test dan
post test skala kecemasan komunikasi interpersonal kelompok eksperimen
79
Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test skala kecemasan komunikasi
interpersonal kelompok eksperimen
Nam
a Unwilingness Advording Control Jumlah
KE Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
Pre test Post
test
AS 26 32 16 15 20 24 62 71
YA 20 26 13 15 15 16 48 57
FA 22 32 14 16 17 21 53 69
JP 19 28 13 17 16 22 48 67
RS 23 23 18 17 17 17 58 57
RM 25 24 16 13 17 16 58 53
AS 26 33 14 15 17 27 57 75
VA 26 31 13 19 16 20 55 70
AT 24 24 15 14 17 19 56 57
TF 27 25 16 18 16 20 59 63
AD 25 27 15 16 17 22 57 65
80
263 305 163 175 185 224 611 704
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat peningkatan skor skala
kecemasan komunikasi interpersonal masing-masing subjek penelitian pada
kelompok eksperimen. Skor skala komunikasi interpersonal pre test kelompok
eksperimen menyatakan bahwa 11 subjek penelitian merupakan siswa yang
memiliki komunikasi interpersonal kategori rendah yaitu skor antara 45-64,
kategori tinggi yaitu skor 65-84, kategori sangat tinggi yaitu skor 85-104.
Sedangkan pada hasil post test skala kecemasan komunikasi interpersonal
yang telah disebarkan, diketahui bahwa skor skala kecemasan komunikasi
interpersonal masing-masing siswa meningkat, yakni kedalam kategori tinggi
yaitu skor 65-84, dan berkategori sangat tinggi yaitu skor 85-104. Hasil pre
test dan post test kelompok eksperimen akan dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis Mann Whitney. Analisis data menggunakan Statistical Product
and Service Solution for Windows (SPSS) versi 16,0.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Analisis Data Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pemberian layanan bimbingan
kelompok teknik permainan . Observasi dilakukan oleh pemberi layanan. Lembar
observasi terlampir pada setiap satuan layanan bimbingan kelompok, dan dari
81
lembar observasi tersebut dapat terlihat hasil observasi anggota kelompok saat
diberikan layanan.
Tabel 4.5 merupakan lembar observasi oleh pemberi layanan pada saat
layanan bimbingan kelompok teknik permainan berlangsung, yakni pada sesi I,
sesi II, sesi IV, sesi V, sesi VI, sesi VII, dan sesi VIII.
Tabel 4.5 Tabel lembar observasi pemberi layanan sesi I, sesi II, sesi IV, sesi
V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII
Aspek yang diobservasi
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Antusias anggota kelompok
Partisipasi anggota kelompok
Respon anggota kelompok
Kelancaran layanan
Suasana layanan
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok teknik
permainan oleh pemberi layanan pada sesi I, sesi II, sesi IV, sesi V, sesi VI, sesi
VII, dan sesi VIII dapat disimpulkan bahwa pada aspek antusias anggota
82
kelompok, partisipasi anggota kelompok, serta respon anggota kelompok
termasuk kedalam kategori sangat baik, dan untuk aspek kelancaran layanan dan
suasana layanan termasuk kedalam kategori baik.
Berikut merupakan hasil lembar observasi oleh kelompok penonton saat
layanan bimbingan kelompok teknik permainan pada sesi I, sesi II, sesi IV, sesi
V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII berlangsung.
Tabel 4.6 Tabel lembar observasi oleh kelompok penonton sesi I, sesi II, sesi
IV, sesi V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII
Aspek yang diobservasi
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Manfaat layanan
Respon anggota kelompok
Antusias anggota kelompok
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok teknik
permainan oleh kelompok penonton pada sesi I, sesi II, sesi IV, sesi V, sesi V,
sesi VI, sesi VII, sesi VIII dapat disimpulkan pada aspek manfaat layanan, respon
83
anggota kelompok, dan antusias anggota kelompok termasuk kedalam kategori
sangat baik.
Berikut merupakan hasil lembar observasi oleh pemberi layanan saat
layanan bimbingan kelompok teknik permainan sesi III berlangsung.
Tabel 4.7 Tabel lembar observasi pemberi layanan sesi III
Aspek yang diobservasi
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Antusias anggota kelompok
Partisipasi anggota kelompok
Respon anggota kelompok
Kelancaran layanan
Suasana layanan
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok teknik
permainan oleh pemberi layanan pada sesi III dapat disimpulkan bahwa pada
aspek antusias anggota kelompok dan partisipasi anggota kelompok termasuk
kedalam kategori sangat baik, dan untuk aspek respon anggota kelompok,
kelancaran layanan, dan suasana layanan termasuk kedalam kategori baik.
84
Berikut merupakan hasil lembar observasi oleh kelompok penonton saat
layanan bimbingan kelompok teknik permianan pada sesi III berlangsung.
Tabel 4.8 Tabel lembar observasi oleh kelompok penonton sesi III
Aspek yang diobservasi
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Manfaat layanan
Respon anggota kelompok
Antusias anggota kelompok
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok teknik
permainan oleh kelompok penonton pada sesi III dapat disimpulkan pada aspek
manfaat layanan, respon anggota kelompok, dan antusias anggota kelompok
termasuk kedalam kategori sangat baik.
4.4.2 Analisis Data Skala Komunikasi Interpersonal
85
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang
dianalisis adalah data skor post test skala kecemasan komunikasi interpersonal
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 merupakan perbandingan hasil post test skala kecemasan
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 Tabel perbandingan hasil post test skala komunikasi
interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Nama Unwilingness Avording Control Jumlah
KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK
AD OP 26 24 16 17 20 21 62 62
YA RA 20 26 13 14 15 18 48 58
FA SS 22 30 14 17 17 24 53 71
JP FK 19 23 13 11 16 24 48 58
RS DF 23 25 18 16 17 18 58 59
RM FH 25 23 16 11 17 20 58 54
AS AA 26 24 14 19 17 20 57 63
VA ZM 26 20 13 11 16 17 55 48
86
AT RD 24 22 15 17 17 20 56 59
TF AN 27 30 16 17 16 23 59 70
AD MN 25 23 15 15 17 19 57 57
263 270 163 165 185 224 611 659
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil post test skala
kecemasan komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang diuji menggunakan analisis data Mann Whithey.
Tabel 4.10 Hasil analisis data perbandingan hasil post test skala
kecemasan komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen dan
kelompok control
Ranks
VAR00002 N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
VAR0000
1
kelompok
eksperimen
11 13.09 144.00
kelompok control 11 9.91 109.00
Total 22
87
Test Statisticsb
VAR0000
1
Mann-Whitney U 43.000
Wilcoxon W 109.000
Z -1.152
Asymp. Sig. (2-tailed) .249
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.270a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
88
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Setelah diberikan treatment berupa layanan bimbingan kelompok teknik
permainan pada kelompok eksperimen, mean rank hasil skala kecemasan
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen sebesar 13,09. Sedangkan
pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment berupa layanan
bimbingan kelompok teknik permainan, mean rank hasil skala kecemasan
komunikasi interpersonal pada kelompok kontrol sebesar 9,91. Sehingga, mean
rank hasil skala kecemasan komunikasi interpersonal kelompok eksperimen lebih
besar dibandingkan mean rank hasil skala kecemasan komunikasi interpersonal
kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara hasil skala kecemasan komunikasi interpersonal kelompok
eksperimen dengan hasil skala kecemasan komunikasi interpersonal kelompok
kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.249
> 0.050.
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post
test skala komunikasi interpersonal yang diuji menggunakan analisis data Mann
Whitney.
89
Tabel 4.11 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post test
skala komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen
Ranks
VAR000
02 N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
VAR0000
1
pre test 11 7.82 86.00
post test 11 15.18 167.00
Total 22
Test Statisticsb
VAR0000
1
Mann-Whitney U 20.000
Wilcoxon W 86.000
Z -2.671
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.007a
a. Not corrected for ties.
90
Test Statisticsb
VAR0000
1
Mann-Whitney U 20.000
Wilcoxon W 86.000
Z -2.671
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.007a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala kecemasan
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen. Mean rank hasil pre test
skala kecemasan komunikasi interpersonal adalah 7,82, sedangkan mean rank
post test skala kecemasan komunikasi interpersonal adalah 15,13. Mean rank
hasil post test skala kecemasan komunikasi interpersonal lebih besar dibanding
hasil pre test skala kecemasan komunikasi interpersonal pada kelompok
eksperimen.
91
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dan post test skala kecemasan
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.008 < 0.050.
4.5 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah layanan bimbingan kelompok
teknik permainan dapat meningkatkan kecemasan komunikasi interpersonal pada
siswa SMP Negeri 2 Banyubiru.
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0.249 >0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan
antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu,
ada peningkatan kecemasan komunikasi interpersonal yang signifikan, dibuktikan
dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test kelompok eksperimen
dengan hasil Asymp Sig (2-tailed) 0.008<0.050 sehingga dinyatakan signifikan.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis yang diajukan penulis
dapat diterima.
92
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0.249 > 0.050 sehingga dinyatakan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Selain itu, ada peningkatan kecemasan komunikasi interpersonal yang signifikan,
dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test kelompok
eksperimen dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) 0.008 < 0.050 sehingga dinyatakan
signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan kepada kelompok
eksperimen selama proses layanan bimbingan kelompok dengan teknik
permainan berlangsung adalah kelompok eksperimen bisa menerima dan
mempraktikan berbagai macam permainan saat diberikan oleh penulis dengan
baik, penuh antusias, perhatian, mau merespon dengan baik, mau berpartisipasi
dalam kegiatan bimbingan kelompok, sungguh-sungguh dalam memerankan
berbagai macam games dan tugas yang diberikan oleh penulis sehingga berjalan
dengan lancar.
93
Menurut Santoso (1986) bimbingan kelompok adalah Suatu proses bantuan
atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada sekelompok
peserta agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih
mengenal diri, dapat menyesuaikan dirinya. Layanan bimbingan kelompok yang
penulis berikan kepada kelompok eksperimen dapat meningkatkan kepercayaan diri
siswa kelas VII C di SMP N 2 Banyubiru. Dengan kesesuaian tema dan aspek-aspek
kecemasan komunikasi interpersonal siswa yang diadopsi di dalam Burgoon dan
Ruffner (dalam Mariani,1991) yang telah penulis buat atau yang sudah ditulis.