bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar
secara konvensional atau hanya menggunakan metode ceramah saja. Guru
cenderung mentransfer ilmu pada siswa, guru lebih aktif dari pada siswa, sehingga
siswa menjadi pasif dan cenderung bosan. Ketidak aktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar menjadi faktor yang menyebabkan hasil belajar menjadi kurang
maksimal. Ketika belajar mengajar berpusat pada guru, siswa pasif dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga tidak mengalami proses yang bermakna. Maka
pengetahuan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan maksimal melihat
kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku,
berdampak pada kekurang aktifan siswa kelas III dalam menerima materi
pembelajaran.
Adapun rumus untuk menentukan Range, banyak kategori dan interval
adalah sebagai berikut :
Range / Jangkauan = skort tertinggi – skor terendah
Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n
Interval =
Dalam menentukan pembuatan interval nilai mencari cara menentukan
interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan
mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus
sebagai berik
K= Jumlah kelas interval
Log= logaritma
n= jumlah data
Log 18 = 1,25
47
K = 1 + 3,3 log n = 18
K = 1 + 3,3 .1,25
K = 1 + 4.125
K = 5,125 dibulatkan menjadi 6.
Berikut disajikan data hasil belajar IPA sebelum diberikan tindakan, melalui tabel
berikut ini:
Tabel 4. 1
Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan
Mengacu pada tabel diatas, diketahui bahwaperbandingan siswa yangbelum
mencapai KKM adalah 14 siswa atau sebesar 77.78%, sedangkan siswa yang
tuntas dari KKM adalah 4 siswa atau 22. 22 %. Uraian siswa yang mendapatkan
nilai di bawah KKM seperti diuraikan melalui tabel 1.1, yaitu bahwa siswa yang
mendapat nilai 40 – 46 sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar 27.78%,
siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 47 - 53 sebanyak 3 siswa dengan
persentase sebesar 16.67% , siswa yang mendapatkan nilai pada interval 54 - 60
sebanyak 6 siswa, dengan persentase sebesar 33.33%, tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 61 – 67, sementara siswa yang tuntas KKM, yang
mendapatkan nilai pada interval nilai 68 – 74 sebanyak 2 siswa dengan persentase
11.11%; siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 75 – 81 sebanyak 2
No Interval Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Persentase (%)
1 40 – 46 5 27.78 Tidak tuntas
2 47 – 53 3 16.67 Tidak tuntas
3 54 – 60 6 33.33 Tidak tuntas
4 61 – 67 - - -
5 68 – 74 2 11.11 Tuntas
6 75 – 81 2 11.11 Tuntas
Jumlah 18 100 KKM 65
Rata-rata 55.39
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 40
Siswa yang Tuntas 4
Siswa yang Belum Tuntas 14
48
siswa dengan persentase 11.11. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 55.39
dengan perolehan nilai terendah yaitu 40 dan tertinggi 80.
Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum diberikan tindakan
disajikan pada grafik berikut ini:
Gambar 4. 1 Diagram Hasil dan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
Adapun keseluruhan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas belajar
sebelum dilakukan tindakan disajikan dalam diagram berikut ini:
Gambar 4. 2 Total Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Sebelum
Tindakan
Berdasarkan pada acuan KKM = 65, maka persentase keseluruhan siswa
yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM,
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 2
0
2
4
6
40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81
5
3
6
2 2
Hasil dan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
0
2
4
6
8
10
12
14
Sebelum Tindakan
14
4
Belum Tuntas
Tuntas
49
Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 65 14 77.77 Belum tuntas
2 ≥ 65 4 22.23 Tuntas
Jumlah 18 100
Rata-rata 55.39
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 40
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas III SDN Kauman Kidul
Salatiga, sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh
nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) sebanyak 14 siswa
atau 77.77% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 4 siswa atau 22.23% .
Berikut persentase siswa yang belum mencapai KKM ataupun yang telah
mencapai KKM disajikan pada gambar berikut ini:
Gambar 4. 3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
Berdasarkan pengamatan sebelum dilakukan penelitian, rendahnya hasil
belajar siswa disebabkan oleh siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pelajaran
IPA. Dalam proses pembelajaran, siswa kelas III cenderung ramai, dan malas
untuk mengerjakan tugas dari gurunya. Selain itu, cara guru mengajar yang masih
didominasi dengan ceramah membuat kelas menjadi monoton dan sajian pelajaran
menjadi kurang menarik perhatian siswa. Mengacu pada data hasil belajar,
termasuk ketuntasan belajar yang dicapai siswa kelas III SDN Kauman Kidul
0
20
40
60
80
Persentase KetuntasanSebelum Tindakan
77.77
22.23 Belum Tuntas
Tuntas
50
Salatiga, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas, dalam rangka untuk
mengubah situasi pembelajaran yaitu hasil dan ketuntasan belajar yang dicapai
siswa; juga di dalamnya mengubah proses pembelajaran agar ssiwa menjadi
tertarik untuk belajar IPA. Penelitian PTK ini menggunakan metode discovery dan
media benda nyata, yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus akan
memuat dua pertemuan.
4.1.1 Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum dilakukan penelitian tindakan, terlebih dahulu diadakan sosialisasi
rencana tindakan kelas yang sebelumnya telah dirancang oleh peneliti; dalam
bentuk didiskusikan dan dibahas dengan guru peneliti (guru mitra yang akan
mengajar), tentang pembelajaran IPA dengan metode discovery dan media benda
nyata. Sosialisasi ini dimaksudkan agar ada kesepahaman, antara peneliti dengan
guru kelas yang berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan
hasil sosialisasi dengan kolaborator ini, maka hal-hal yang diputuskan dan
direncanakan dalam tahap ini antara lain:
1) Menyepakati bahwa tindakan akan dilakukan pada dua siklus, dimana masing-
masing siklus dilaksanakan masing-masing dua pertemuan.
2) Menyusun kembali RPP berdasarkan kesepakatan antara guru sebagai
kolaborator yang mengajar dengan peneliti; dimana RPP yang disusun
kembali, tetap mengacu pada sintaks pembelajaran discovery dan media benda
nyata.
3) Menyiapkan semua alat peraga; dimana alat peraga yang disiapkan, berkaitan
dengan materi pembelajaran yang akan diberikan.
4) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti
lembar observasi hasil kesepakatan dengan guru.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah disusun RPP, menyiapkan dan mengecek semua alat peraga, juga
instrumen observasi yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti dan guru
51
bersepakat untuk melakukan perbaikan pembelajaran, dengan rincian sebagai
berikut:
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa,
mengatur tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Siapakah yang pernah
melihat gunung? Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu salah satu bentuk
permukaan bumi: pergunungan adalah kumpulan gunung-gunung, pergunungan
tertinggi di Indonesia adalah Jaya Wijaya. Setelah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran itu. Setelah penjelasan
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap berikutnya,
yaitu kegiatan inti.
2) Kegiatan Inti
Sebelum memberikan pemaparan materi tentang bentuk permukaan bumi,
yaitu pergununggan dapat di daratan yang paling tinggi dibandingkan daratan
lainnya, terlebih dahulu guru membagi siswa dalam empat kelompok, dimana dua
kelompok pertama, masing-masing beranggotakan lima siswa, dan dua kelompok
lainnya, masing-masing beranggotakan empat siswa. Pengelompokkan siswa
dilakukan atas pertimbangan heterogenitas, mulai dari jenis kelamin, prestasi
akademik, maupun usia. Setelah dilakukan pembagian kelompok, guru
membagikan beberapa contoh gambar dan diperlihatkan benda nyata di luar kelas.
Langkah berikut yang dilakukan guru adalah memberikan pemaparan dan
penjelasan materi bentuk permukaan bumi yaitu bentuk kenampakan permukaan
bumi terdiri dari daratan, dan pergunungan. Setelah memberikan pemaparan
tentang materi bentuk permukaan bumi, guru menginstruksikan kepada masing-
masing kelompok untuk berdiskusi tentang materi, dan selanjutnya menuntun
siswa untuk melihat pemandangan diluar kelas. Hasil percobaan dan pengamatan
52
siswa kemudian didiskusikan dalam kelompok dan selanjutnya dipresentasikan di
depan kelas.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan ini, guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan
tentang materi yang baru saja dipelajari. Sebelum menutup pelajaran, guru
memberikan tugas terkait dengan materi untuk dikerjakan di rumah. Tujuan
pemberian tugas ini adalah agar siswa dapat mengetahui yang mana termasuk
wilayah perairan dan wilayah daratan, tentang materi yang baru saja dipelajari.
Pada bagian akhir, guru juga mengingatkan bahwa akan masih ada pertemuan
berikutnya membahas materi yang sama, dengan sub materi yang berbeda.
Pertemuan II
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada pertemuan II ini, meliputi
beberapa kegiatan seperti membuka pembelajaran dengan salam, berdoa,
mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta
siswa untuk mengumpulkan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dan
melakukan apersepsi. Apersepsi diberikan dalam bentuk pertanyaan: Siapa yang
pernah melihat globe ? Bagaimana bentuk globe? Bagaimana bentuk bumi kita?
Setelah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
pembelajaran itu. Setelah penjelasan tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu kegiatan inti.
2) Kegiatan Inti
Setelah dilakukan menjelaskan tujuan pembelajaran, guru memperlihatkan
globe benda nyata, yang akan diperlihatkan ke siswa tersebut. Langkah berikut
yang dilakukan guru adalah memberikan pemaparan dan penjelasan materi bentuk
permukaan bumi yaitu wilayah daratan dan wilayah perairan. Setelah memberikan
pemaparan tentang materi bentuk permukaan bumi, guru menginstruksikan
kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi tentang materi, dan
selanjutnya menuntun siswa untuk membedakan bentuk globe dan bola. Setelah
53
pengamatan siswa kemudian berdiskusi dalam kelompok dan selanjutnya
dipresentasikan di depan kelas.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan ini, guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan
tentang materi yang baru saja dipelajari. Sebelum menutup pelajaran, guru
memberikan tes tentang materi yang baru saja dipelajari, juga materi dari
pertemuan I sebelumnya. Demi memperkuat pemahaman pada materi yang baru
saja diberikan, guru memberikan tugas kepada siswa. Pada bagian akhir, guru juga
mengingatkan bahwa akan masih ada pertemuan berikutnya membahas materi
yang sama, dengan sub materi yang berbeda.
c. Observasi
1) Kinerja Guru
Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah
keseluruhan aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Fokus amatannya adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran discovery
dan media benda nyata dalam pembelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi.
Hasil observasi disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 3
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Penerapan Metode Discovery dan
Media Benda Nyata
Siklus Materi Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
I Bentuk kenampakan
permukaan bumi terdiri dari
daratan dan perairan.
54 67,5% Cukup baik
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan metode discovery
dengan memanfaatkan media benda nyata dalam pembelajaran, dinilai dengan
rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
54
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor
penilaian yang berjumlah 54 atau persentasenya adalah 67,5%. Meskipun berada
pada kategori cukup baik, namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran
pada siklus I dilaksanakan kurang maksimal. Pembelajaran berlangsung kurang
maksimal, karena jika diamati tiap item pada lembar kinerja guru masih terdapat
beberapa kekurangan yaitu: (1) kesesuaian antara apersepsi dengan pokok bahasan
yang dibahas, masih berada pada kategori dilakukan kurang baik; (2) sumber
belajar dalam hal ini media nyata yang dipilih guru dapat belum dapat
meningkatkan semangat belajar dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
karena item ini pun masih berada dalam kategori kurang baik; (3) demikian juga
pada item melibatkan siswa secara langsung maupun tidak langsung dalam
pemanfataan media benda nyata; (4) interaksi yang bersifat positif atau interaksi
yang nyaman antara guru dan siswa juga berada pada kategoi masih kurang baik;
(5) item guru membimbing kelompok-kelompok belajar dalam berdiskusi juga
masih berada pada kategori kurang baik; dan (6) guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok dalam
mempresentasikan hasil kerjanya juga berada pada kategori kurang baik.
2) Aktivitas Siswa
Selain kinerja guru, perlu juga diamati aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas
siswa ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana metode discovery learning
dengan memanfaatkan media benda nyata sebagai metode pembelajaran
memberikan pengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Disamping itu, pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai kesesuaian langkah
pembelajaran metode discovery learning dengan memanfaatkan media benda
nyata dengan proses pembelajaran yang berlangsung.
Tabel 4. 4
55
Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Penerapan Metode Discovery dan Media
Benda Nyata
Siklus Materi Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
I Bentuk kenampakan
permukaan bumi terdiri
dari daratan dan perairan.
49 61.25% Cukup
baik
Data aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran metode discovery
learningdengan memanfaatkan media benda nyata pada siklus I dihitung dengan
cara sebagai berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor
penilaian yang berjumlah 49 atau persentasenya adalah 61.25%. Meskipun berada
pada kategori cukup baik, namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran
pada siklus I dilaksanakan kurang maksimal. Pembelajaran berlangsung kurang
maksimal, karena jika diamati tiap item pada lembar aktivitas masih terdapat
beberapa kekurangan yaitu: (1) siswa belum siap menerima pelajaran, karena pada
item ini skor yang diperoleh adalah 2 atau berada pada kategori kurang baik; (2)
siswa juga belum mendengarkan secara baik penjelasan kompetensi yang hendak
dicapai dalam pembelajaran yang akan berlangsung; (3) siswa juga masih kurang
baik tingkat keaktifannya dalam bertanya ketika guru menjelaskan materi
pelajaran; (4) disamping itu, ditemukan bahwa belum ada interaksi yang positif,
yang nyaman dan saling mendukung, dalam diskusi diantara para siswa; (5)
keterlibatan siswa juga masih kurang dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena kebiasaan siswa yang hanya mendengarkan ceramah guru, sehingga ketika
diminta untuk menjadi partisipan aktif dalam belajar, tampak bahwa siswa masih
sangat canggung dengan hal ini; (6) ditemukan juga bahwa keberanian siswa
56
dalam mengungkapkan pendapatnya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya
ataupun menanggapi, masih juga berada pada kategori kurang baik; (7) tampak
juga bahwa siswa belum termotivasi dan antusias selama mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan menerapkan metode discovery dengan memanfaatkan
media benda nyata; (8) tampak juga bahwa siswa belum merasa tertarik
mempelajari materi dengan media benda nyata yang ditentukan oleh guru; (9)
siswa juga merasa belum terbimbing selama proses pembelajaran berlangsung;
dan (10) siswa masih pasif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru tentang
materi bentuk permukaan bumi yang belum dipahami.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan, dalam maksud untuk memperbaiki
situasi pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan pada kinerja guru
maupun aktivitas siswa, dengan hasil seperti dipaparkan di atas, maka dapat
dipastikan bahwa kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran, akan berkontribusi langsung pada hasil belajar siswa.
3) Hasil Belajar Siswa
Penilaian belajar siswa dilakukan pada akhir siklus I pertemuan 2, dalam
bentuk tes tertulis pilihan ganda.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono (2011:34-35) yang
menggunakan rumus K=1+3,3 log n.
Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:
Range / Jangkauan = skort tertinggi – skor terendah
Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n
Interval
Dalam menentukan pembuatan interval nilai mencari cara menentukan
interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan
mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus
sebagai berikut:
K= Jumlah kelas interval
Log= logaritma
57
n= jumlah data
Log 18 = 1,25
K = 1 + 3,3 log n = 18
K = 1 + 3,3 .1,25
K = 1 + 4.125
K = 5,125 dibulatkan menjadi 6.
Hasil belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 5
Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa
pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang
mencapai kentuntasan belajar (KKM= 65) sebanyak 12 siswa atau 66.67% dari
kondisi awal yang hanya mencapai 22.23%, sedangkan siswa yang belum
mencapai kentuntasan belajar sebanyak 6 siswa atau sebanyak 33.33%, dari
kondisi awal sebelum tindakan yaitu 77.77%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas
sebelum tindakan adalah 55.39 dengan perolehan nilai terendah yaitu 40 dan
No Interval Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Persentase (%)
1 55 – 61 6 33.33 Tidak tuntas
2 62 – 68 4 22.22 Tuntas
3 69 – 75 7 38.89 Tuntas
4 76 – 82 1 5.56 Tuntas
Jumlah 18 100 KKM 65
Rata-rata 66.39
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 55
Siswa yang Tuntas 12
Siswa yang Belum tuntas 6
58
tertinggi 80. Kondisi ini berubah setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana
perolehan nilai terendah yaitu 55 dan nilai tertinggi 80, nilai rata-rata siswa
meningkat menjadi 66.39. Nilai pada rentang 55 – 61 sebanyak 6 siswa dengan
persentase 33.33%, siswa yang mendapat nilai pada interval nilai 62 – 68
sebanyak 4 siswa dengan persentase 22.22%, siswa yang mendapat interval nilai
69 – 75 sebanyak 7 orang dengan persentase 38.89%, sedangkan siswa yang
mendapatkan nilai interval 76 – 82 sebanyak 1 orang dengan persentase 5.56%.
Rekapitulasi perolehan hasil belajar pada siklus I tersebut, disajikan pada gambar
berikut ini:
Gambar 4. 4 Jumlah Perolehan Nilai Berdasarkan Interval Nilai
Total siswa yang tuntas maupun belum tuntas belajar pada siklus I disajikan
dalam diagram berikut ini:
Gambar 4. 5 Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Siklus I
0
2
4
6
8
55 - 61 62 - 68 69 - 75 76 - 82
6
4
7
1
Hasil Belajar Siklus 1
0
2
4
6
8
10
12
Siklus I
6
12
Belum Tuntas
Tuntas
59
Berikut disajikan dalam tabel, persentase ketuntasan belajar siswa pada
siklus I.
Tabel 4. 6
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 65 6 33.33 Belum tuntas
2 ≥ 65 12 66.67 Tuntas
Jumlah 18 100
Rata-rata 66. 39
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 55
Persentase ketuntasan belajar siswa sebelum dilakukan tindakan diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
sebanyak 14 siswa atau 77.77%; sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 4 siswa dengan persentase 22.23%. Kondisi ini berubah
setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang berhasil lulus
KKM sebanyak 12 siswa atau 66.67% dan siswa yang belum berhasil lulus KKM
sebanyak 6 siswa atau 33.33%.
Berikut persentase hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. 6 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
4) Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I
untuk mengukur perubahan hasil belajar IPA siswa.
0
20
40
60
80
Persentase KetuntasanPada Siklus I
33.33
66.67
Belum Tuntas
Tuntas
60
Berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase
ketuntasan belajar IPA siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus 1.
Tabel 4. 7
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I
No Kode
Siswa
Nilai
Awal Keterangan Siklus I Keterangan
1 AV2014 40 Belum tuntas 55 Belum tuntas
2 BV2014 60 Belum tuntas 60 Belum tuntas
3 CV2014 50 Belum tuntas 60 Belum tuntas
4 DV2014 70 Tuntas 70 Tuntas
5 EV2014 60 Belum tuntas 65 Tuntas
6 FV2014 55 Belum tuntas 65 Tuntas
7 GV2014 45 Belum tuntas 70 Tuntas
8 HV2014 70 Tuntas 75 Tuntas
9 IV2014 50 Belum tuntas 60 Belum tuntas
10 JV2014 40 Belum tuntas 65 Tuntas
11 KV2014 55 Belum tuntas 70 Tuntas
12 LV2014 75 Tuntas 75 Tuntas
13 MV2014 45 Belum tuntas 65 Tuntas
14 NV2014 60 Belum tuntas 60 Belum tuntas
15 OV2014 50 Belum tuntas 70 Tuntas
16 PV2014 80 Tuntas 80 Tuntas
17 QV2014 55 Belum Tuntas 60 Belum tuntas
18 RV2014 40 Belum Tuntas 70 Tuntas
Jumlah nilai 1015 1195
Rata-rata 55.56 66.39
Perbandingan jumlah siswa maupun persentase siswa yang tuntas hasil
belajarnya sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I, disajikan melalui
tabel berikut ini:
61
Tabel 4. 8
Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Sebelum Tindakan dengan Siklus I
No. Nilai
Kondisi Awal Siklus I
Jumlah
Siswa
Persentase
(%) Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tuntas 4 22.23 12 66.67
2 Belum
Tuntas 14 77.77 6 33.33
Jumlah 18 100% 18 100%
Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah
maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah
siswa yang tuntas yaitu 4 siswa dengan persentase 22.23%, meningkat menjadi 12
siswa pada siklus I dengan persentase 66.67% atau terjadi kenaikan 44.44%.
Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I yaitu 14 siswa dengan
persentase 77.77% dan turun menjadi 6 siswa dengan persentase 33.33%, setelah
diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 44.44%.
Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum
tindakan dan setelah tindakan pada siklus I
Gambar 4. 7 Total Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Sebelum
Tindakan
0
5
10
15
Sebelum Tindakan
14
4
Belum Tuntas
Tuntas
62
Gambar 4. 8Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Siklus 1
Gambar 4. 9 Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
Sebelum Tindakan dengan Siklus I
Sementara itu, perbandingan persentase ketuntasan belajar sebelum tindakan
dan setelah tindakan disajikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 4. 9
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan
dengan Siklus I
No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
1. Kondisi Awal 4 22.23 14 77.77
2. Siklus I 12 66.67 6 33.33
0
2
4
6
8
10
12
Siklus I
6
12
Belum Tuntas
Tuntas
0
2
4
6
8
10
12
14
Sebelum Tindakan Siklus I
14
6
4
12
Belum Tuntas
Tuntas
63
Adapun perbandingan persentase ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan
dan setelah tindakan pada siklus I, disajikan melalui diagram berikut ini:
Gambar 4. 10 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum
Tindakan
Gambar 4. 11 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Gambar 4. 12 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Sebelum Tindakan dengan Siklus I
0
20
40
60
80
Persentase KetuntasanSebelum Tindakan
77.77
22.23 Belum Tuntas
Tuntas
0
10
20
30
40
50
60
70
Persentase KetuntasanPada Siklus I
33.33
66.67
Belum Tuntas
Tuntas
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
Sebelum Tindakan Siklus I
77.77%
33.33%
22.23%
66.67%
Belum Tuntas
Tuntas
64
d. Refleksi
Refleksi merupakan tahap analisis melihat kelemahan-kelemahan,
kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan yang perlu diperbaiki dan
dipertahankan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan pada hasil observasi melalui
kinerja guru dan aktivitas siswa, dilakukan diskusi dengan guru agar dilakukan
perbaikan pada kinerja guru maupun aktivitas siswa pada siklus berikutnya.
Adapun berdasarkan hasil diskusi dengan guru, maka hal-hal yang perlu untuk
menjadi masukan perbaikan pada siklus II, antara lain:
1) Guru
a) Mengupayakan agar ada kesesuaian antara apersepsi dengan pokok bahasan
yang dibahas.
b) Mengupayakan agar memilih sumber belajar dalam hal ini media nyata dapat
meningkatkan semangat belajar dan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
c) Perlu melibatkan siswa secara langsung maupun tidak langsung dalam
pemanfataan media benda nyata.
d) Perlu membangun interaksi yang bersifat positif atau interaksi yang nyaman
antara guru dan siswa.
e) Perlu untuk membimbing kelompok-kelompok belajar dalam berdiskusi.
f) Perlu untuk mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok dalam mempresentasikan hasil kerjanya.
2) Siswa
a) Agar siap menerima pelajaran.
b) Agar mendengarkan secara baik penjelasan kompetensi yang hendak dicapai
dalam pembelajaran yang akan berlangsung.
c) Agar menjadi dalam bertanya ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
d) Agar terjadi interaksi yang positif, yang nyaman dan saling mendukung,
dalam diskusi diantara para siswa.
e) Agar terlibat penuh dalam pembelajaran.
65
f) Agar memiliki keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya ketika
diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun menanggapi.
g) Agar termotivasi dan antusias selama mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan metode discovery dan media benda nyata.
h) Agar tertarik mempelajari materi dengan media benda nyata yang
ditentukan oleh guru.
i) Agar merasakan dan mengalami terbimbing selama proses pembelajaran
berlangsung;
j) Agar menjadi aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru tentang
materi bentuk permukaan bumi.
Hal-hal di atas, direncanakan akan dilakukan pada siklus II. Maksudnya
adalah, dengan mengandaikan jika melakukan hal-hal yang menjadi kekurangan
di atas, maka situasi pembelajaran akan terus menjadi lebih baik, dan konsekuensi
ikutannya adalah hasil belajar maupun jumlah dan persentase ketuntasan belajar
siswa menjadi meningkat.
4.1.2 Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka dalam perencanaan ini hal-hal yang
rencananya akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II antara
lain:
1. Merevisi kembali apersepsi yang telah disusun pada RPP sebelumnya, dimana
apersepsi yang direncanakan pada siklus II ini, agar lebih sesuai dengan materi
pelajaran yang akan diberikan.
2. Merevisi benda-benda nyata yang akan digunakan, agar dapat meningkatkan
semangat dan pemahaman belajar siswa.
3. Memposisikan diri sebagai fasilitator dalam kelas, agar siswa dapat terlibat
secara penuh dalam pembelajaran.
4. Menjadi lebih rileks dan lebih terbuka, agar siswa menjadi lebih nyaman
selama proses pembelajaran.
5. Merencanakan membimbing kelompok-kelompok belajar siswa, melalui
mendampingi siswa selama melakukan diskusi, memberikan petunjuk-
66
petunjuk agar siswa lebih mudah menemukan jawaban atas soal-soal yang
sedang didiskusikan.
6. Memberikan evalusi pada hasil diskusi, termasuk memberikan penghargaan
berbentuk pujian dan motivasi kepada siswa maupun kelompok yang antusias
dalam melakukan diskusi.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam revisi rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa,
mengatur tempat duduk siswa, juga mengatur suasana agar lebih nyaman dan
melakukan apersepsi. Apersepsi diberikan dalam bentuk pertanyaan “Siapakah
yang pernah pergi ke pantai”? bagaimana dengan bentuk pantai yang kalian lihat?
Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan pada hari itu, yaitu salah satu bentuk permukaan bumi, Bentuk
kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. Setelah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
pembelajaran.
Setelah penjelasan tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada
tahap berikutnya, yaitu kegiatan inti.
2. Kegiatan Inti
Setelah dilakukan menjelaskan tujuan pembelajaran, guru membagikan alat-
alat berupa benda nyata, yang dilakukan diluar kelas. Benda nyata yang
digunakan adalah air, sawah, dan sungai. Langkah berikut yang dilakukan guru
adalah membeikan pemaparan dan penjelasan materi bentuk permukaan bumi
67
yaitu cekungan dan tonjolan selalu ada. Setelah memberikan pemaparan tentang
materi bentuk permukaan bumi, guru menginstruksikan kepada masing-masing
kelompok untuk terlebih dahulu melakukan percobaan agar memahami
pertanyaan apersepsi, termasuk materi bentuk permukaan bumi yaitu bentuk
kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. Selanjutnya, siswa
diminta berdiskusi tentang materi. Selama diskusi kelompok, guru berkeliling
ruangan, bertanya kepada masing-masing kelompok, kendala-kendala apa saja
yang dihadapi kelompok, termasuk guru memberikan petunjuk-petunjuk
mengenai kemungkinan jawaban yang harus didiskusikan oleh kelompok. Setelah
selesai berdiskusi, guru menuntun dan menunjuk salah satu kelompok untuk
mempresentasikan di depan kelas. Selama presentasi, guru menuntun yang lain
untuk aktif bertanya, dengan memberikan petunjuk-petunjuk agar siswa
mendapatkan ide untuk mengajukan pertanyaan. Dengan cara ini, siswa mulai
aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok. Guru juga menuntun
kelompok yang presentasi untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan kelompok lain. Ternyata, dengan cara ini, siswa mulai aktif baik
mengajukan pertanyaan, maupun mengajukan jawaban, dan sebaliknya siswa
melakukan sanggahan atas jawaban-jawaban. Setelah waktu presentasi selesai,
tidak lupa guru mengevaluasi presentasi kelompok, juga mengevaluasi tiap-tiap
siswa dalam mengajukan pertanyaan maupun mengajukan jawaban atas
pertanyaan.
3. Kegiatan Akhir
Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara individual untuk
dikerjakan di rumah, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum
memahami pelajaran termasuk belum memahami metode pembelajaran untuk
bertanya, guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan dan guru
mengingatkan untuk mempelajari sub materi berikutnya yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru juga memberikan pujian kepada siswa
yang aktif bertanya, sambil memotivasi pada siswa yang lain, bahwa bertanya
adalah hal yang penting dan mendasar di dalam belajar.
68
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada pertemuan II ini, meliputi
beberapa kegiatan seperti membuka pembelajaran dengan salam, menyapa
masing-masing siswa agar suasana lebih rileks dan santai, berdoa, mengabsen,
mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta siswa untuk
mengumpulkan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dan melakukan
apersepsi. Agar siswa mudah menjawab apersepsi, berdasarkan acuan pada
pertemuan I, guru sebelumnya memberikan sedikit percobaan berkaitan dengan
pertanyaan apersepsi, Apa yang kalian lihat dari lingkungan yang ada
dilingkungan sekolah?” bagaimana bentuk dataran tinggi, bentuk rendah, bentuk
sungai? Setelah siswa menjawab pertanyaan apersepsi dengan benar, guru
melanjutkan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui
pembelajaran pada hari itu.
2. Kegiatan Inti
Melihat perkembangan keaktifan siswa pada pertemuan pertama dengan
beberapa revisi yang dilakukan guru dalam pembelajaran, dalam kegiatan inti ini
ada beberpa langkah yang dilakukan guru, memberikan pemaparan dan penjelasan
materi sifat-sifat cahabentuk permukaan bumiya yaitu cekungan dan tonjolan
selalu ada. Setelah memberikan pemaparan tentang materi bentuk permukaan
bumi, sama seperti pada pertemuan pertama, guru menginstruksikan kepada
masing-masing kelompok untuk terlebih dahulu melakukan percobaan agar
memahami pertanyaan apersepsi, termasuk materi bentuk permukaan bumi yaitu
cekungan dan tonjolan selalu ada. Selanjutnya, siswa diminta berdiskusi tentang
materi. Selama diskusi kelompok, guru berkeliling ruangan, bertanya kepada
masing-masing kelompok, kendala-kendala apa saja yang dihadapi kelompok,
termasuk guru memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kemungkinan jawaban
yang harus didiskusikan oleh kelompok. Setelah selesai berdiskusi, guru
menuntun dan menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan di depan
kelas. Selama presentasi, guru menuntun yang lain untuk aktif bertanya, dengan
69
memberikan petunjuk-petunjuk agar siswa mendapatkan ide untuk mengajukan
pertanyaan. Dengan cara ini, siswa ternyata makin aktif dalam mengajukan
pertanyaan kepada kelompok. Guru juga menuntun kelompok yang presentasi
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kelompok lain.
Ternyata, dengan cara ini, siswa menjadi makin aktif baik mengajukan
pertanyaan, maupun mengajukan jawaban, dan sebaliknya siswa melakukan
sanggahan atas jawaban-jawaban. Setelah waktu presentasi selesai, tidak lupa
guru mengevaluasi presentasi kelompok, juga mengevaluasi tiap-tiap siswa dalam
mengajukan pertanyaan maupun mengajukan jawaban atas pertanyaan.
3. Kegiatan Akhir
Setelah semua kelompok selesai melakukan presentasi, guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-hal yang belum dipahami. Ada siswa
mengacungkan tangan; awalanya guru berpikir bahwa siswa tersebut hendak
bertanya, ternyata siswa tersebut mengeluarkan pendapatnya : “bu, ternyata
metode discovery menyenangkan ya bu, saya jadi banyak tahu tentang materi
yang diajarkan. Dibandingkan kalau dengar saja, saya jadi bosan dan mengantuk”.
Sebelum menutup pelajaran, guru memberikan tes akhir kepada siswa, juga
memberikan pujian dan mengucapkan terimakasih atas kerjasama selama peneliti
melakukan penelitian.
Guru juga mengingatkan siswa, untuk dapat menggunakan metode discovery pada
mata pelajaran yang lain, atau mungkin juga dalam membuat rencana-rencana
yang lain.
c. Observasi
Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah hasil revisi
keseluruhan aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Fokus amatannya adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran discovery
dan media benda nyata dalam pembelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi;
juga bagaimana respons siswa dalam melakukan pembelajaran dengan metode
discovery dan media benda nyata. Hasil observasi disajikan dalam tabel berikut
ini:
70
1) Kinerja Guru
Mendasarkan pada refleksi siklus I, diadakan perbaikan-perbaikan tindakan
mengenai kinerja guru dalam menerapkan metode discovery dan media benda
nyata dalam pelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi.
Dalam maksud untuk mengetahui terjadi perubahan kinerja guru dalam
menerapkan metode discovery dan media benda nyata, berikut ini diuraikan dalam
tabel hasil pengamatan guru menerapkan metode discovery dan media benda
nyata.
Tabel 4. 10
Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II dalam Menerapkan Metode
Discovery dan Media Benda Nyata
Siklus Materi Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
II Cahaya dapat
dibiaskan dan
cahaya dapat
diuraikan
74 92.5% Baik sekali
Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor
penilaian yang berjumlah 74 atau persentasenya adalah 92.5%. Dengan perolehan
hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II, setelah mendapatkan masukan untuk melakukan beberapa
revisi pelaksanaan pembelajaran dengan acuan pada hasil observasi siklus I.
Kinerja guru dikatakan masuk dalam kriteria baik sekali, karena jika dilihat pada
tiap item langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan, ada 90 %
langkah-langkah yang masuk dalam kategori dilaksanakan sangat baik, dan 10%
sisanya masuk dalam kategori dilaksanakan cukup baik (Kinerja guru dapat dilihat
pada lampiran lembar observasi kinerja guru siklus II).
2) Aktivitas Siswa
Selain kinerja guru, perlu juga diamati aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas
siswa ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana metode discovery dan media
benda nyata sebagai model pembelajaran memberikan pengaruh dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Disamping itu, pengamatan ini
71
dimaksudkan untuk menilai apakah revisi yang menjadi masukan pada siklus I,
telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran metode discovery dan media
benda nyata dengan proses pembelajaran yang berlangsung.
Tabel 4. 11
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Penerapan Metode Discovery
dan Media Benda Nyata
Siklus Materi Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
II Bentuk
kenampakan
permukaan bumi
terdiri dari daratan
dan perairan.
71 88.75% Baik sekali
Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor
penilaian yang berjumlah 71 atau persentasenya adalah 88.75%. Dengan
perolehan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa meningkat setelah guru
melakukan beberapa revisi pelaksanaan pembelajaran dengan acuan pada hasil
observasi siklus I. Aktivitas siswa dikatakan masuk dalam kriteria baik sekali,
karena jika dilihat pada tiap item langkah-langkah pembelajaran yang harus
dilaksanakan, ada 55 % langkah-langkah yang masuk dalam kategori
dilaksanakan sangat baik, dan 45% sisanya masuk dalam kategori dilaksanakan
cukup baik (Total aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran lembar observasi
aktivitas siswa siklus II).
3) Hasil Belajar Siswa
Penilaian belajar siswa dilakukan pada akhir siklus II pertemuan 2, dalam
bentuk tes tertulis pilihan ganda. Dalam menentukan interval nilai agar lebih
mudah mengelompokkan berbagai nilai atau data yang sudah diperoleh, maka kita
bisa menggunakan pengelompokkan dalam bentuk tabel. Dengan demikian akan
lebih mudah melihat dan mengetahui tentang jangakuan skor tertinggi dan skor
terendah, banyaknya katagori serta interval dari data yang ada. Dalam hal ini,
72
peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono (2011:34-35) yang menggunakan
rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk menentukan Range.
Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:
Range / Jangkauan = skort tertinggi – skor terendah
Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n
Interval
Dalam menentukan pembuatan interval nilai dengan baik, peneliti
menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil
nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai berikut:
K= Jumlah kelas interval
Log= logaritma
n= jumlah data
Log 18 = 1,25
K = 1 + 3,3 log n = 18
K = 1 + 3,3 .1,25
K = 1 + 4.125
K = 5,125 dibulatkan menjadi 6.
Hasil belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 12
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Interval Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Persentase (%)
1 65 – 71 1 5.56 Tuntas
2 72 – 78 10 55.56 Tuntas
3 80 – 85 6 33.33 Tuntas
4 86 – 92 1 5.56 Tuntas
Jumlah 18 100 KKM 65
Rata-rata 77.22
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 65
Siswa yang Tuntas 18
Siswa yang Belum Tuntas -
73
Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan
hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Jika pada siklus I,
siswa yang tuntas belajar mencapai 66.67% dari total jumlah keseluruhan siswa,
maka pada siklus II siswa yang tuntas belajar 100%; dengan uraian sebagai
berikut: siswa yang mendapatkan nilai pada interval 65 – 71 berjumlah 1 siswa
dengan persentase 5.56%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 72 – 78 ada
10 siswa dengan persentase 55.56%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval
79 – 85 ada 6 siswa dengan persentase 33.33%, siswa yang mendapatkan nilai
pada interval 86 – 92 ada 1 dengan persentase masing-masing 5.56%.
Adapun perolehan jumlah siswa yang mendapatkan nilai pada masing-masing
interval di atas, disajikan melalui diagram berikut ini:
Gambar 4. 13 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II
Berikut disajikan dalam tabel persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II,
Berikut ini.
Tabel 4. 13
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 65 - - Belum tuntas
2 ≥ 65 18 100 Tuntas
Jumlah 18 100
Rata-rata 77. 22
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 65
1
10
6
1
0
2
4
6
8
10
12
65 - 71 72 - 78 79 - 85 86 - 92
Hasil Belajar Siklus II
74
Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah
maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah
siswa yang tuntas yaitu 4 siswa dengan persentase 22.23%, meningkat menjadi 12
siswa pada siklus I dengan persentase 66.67% atau terjadi kenaikan 44.44%,
Kemudian mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau
mengalami kenaikan 77.7% dibandingkan sebelum tindakan atau 33.33% setelah
tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I
yaitu 14 siswa dengan persentase 77.77% dan turun menjadi 6 siswa dengan
persentase 33.33%, setelah diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami
penurunan 44.44%, dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa
yang belum tuntas pada siklus II.
4) Perbandingan Hasil dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan
Siklus II
Untuk mengukur perubahan hasil belajar IPA siswa, berikut ini disajikan
perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan belajar IPA siswa
sebelum tindakan, setelah tindakan pada siklus I dan setelah tindakan pada siklus
II melalui tabel berikut ini.
Tabel 4. 14
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dengan Siklus II
No Kode
Siwa
Nilai
Siklus
I
Keterangan Siklus II Keterangan
1 AV2014 55 Belum tuntas 65 Tuntas
2 BV2014 60 Belum tuntas 75 Tuntas
3 CV2014 60 Belum tuntas 75 Tuntas
4 DV2014 70 Tuntas 80 Tuntas
5 EV2014 65 Tuntas 85 Tuntas
6 FV2014 65 Tuntas 75 Tuntas
7 GV2014 70 Tuntas 80 Tuntas
8 HV2014 75 Tuntas 75 Tuntas
9 IV2014 60 Belum tuntas 75 Tuntas
10 JV2014 65 Tuntas 75 Tuntas
11 KV2014 70 Tuntas 80 Tuntas
12 LV2014 75 Tuntas 75 Tuntas
75
13 MV2014 65 Tuntas 75 Tuntas
14 NV2014 60 Belum tuntas 75 Tuntas
15 OV2014 70 Tuntas 80 Tuntas
16 PV2014 80 Tuntas 90 Tuntas
17 QV2014 60 Belum tuntas 75 Tuntas
18 RV2014 70 Tuntas 80 Tuntas
Jumlah nilai 1195 1390
Rata-rata 66.39 77.22
Dari data tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Pada siklus I siswa yang tuntas hasil belajar 12 siswa (66.67%), siswa yang belum
tuntas belajar mencapai 6siswa (33.33%) dari total 18 siswa, dengan nilai rata-rata
pada siklus I yaitu 66.39. Pada siklus II, peningkatan hasil belajar meningkat
mencapai 18 siswa (100%) dari 18 siswa, nilai rata-rata dari studi awal 66.39 naik
menjadi 77.22.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, dan
pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil, karena semua siswa berhasil lulus
dari KKM. Berikut disajikan perbandingan jumlah ketuntasan siswal belajar pada
siklus I dengan siklus II.
Tabel 4. 15
Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
No Nilai
Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa Persentase (%)
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 Tuntas 12 66.67 18 100
2 Belum Tuntas 6 33.33 - -
Jumlah 18 100% 18 100%
Mendasarkan pada tabel di atas, berikut akan disajikan dalam diagram jumlah
siswa yang tuntas dan belum tuntas pada siklus I dengan siklus II berikut ini:
76
Gambar 4. 14 Jumlah Siswa Tuntas dan Belum Tuntas pada Siklus I
Gambar 4. 15 Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Siklus I
dengan Siklus II
Pada pemaparan berikut ini, akan disajikan perbandingan keseluruahan hasil
belajar maupun jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa mulai sebelum
tindakan, siklus I hingga siklus II.
Berikut disajikan perbandingannya melalui tabel berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
Siklus I
6
12
Belum Tuntas
Tuntas
0
5
10
15
20
Siklus I Siklus II
6
12
18
Belum Tuntas
Tuntas
77
Tabel 4. 16
Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II
No Nilai
Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
Siswa %
Jumlah
Siswa %
1 Pra Tindakan 4 22.23 14 77.77
2 Siklus I 12 66.67 6 33.33
3 Siklus II 18 100 - -
Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah
maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah
siswa yang tuntas yaitu 4 siswa dengan persentase 22.23%, meningkat menjadi 12
siswa pada siklus I dengan persentase 66.67% atau terjadi kenaikan 44.44%,
Kemudian mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau
mengalami kenaikan 77.7% dibandingkan sebelum tindakan atau 33.33% setelah
tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I
yaitu 14 siswa dengan persentase 77.77% dan turun menjadi 6 siswa dengan
persentase 33.33%, setelah diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami
penurunan 44.44%, dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa
yang belum tuntas pada siklus II. Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan metode discovery dan media benda nyata berhasil pada
pelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi pada siswa kelas III SDN Kauman
Kidul Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Hasil ini disajikan pada diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar pada
kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat dilihat berikut ini:
78
Gambar 4. 16 Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II
Gambar 4. 17 Total Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Sebelum
Tindakan
Gambar 4. 18 Jumlah Total Siswa Tuntas dan Belum Tuntas pada Siklus I
0
5
10
15
Sebelum Tindakan
14
4
Belum Tuntas
Tuntas
0
5
10
15
Sebelum Tindakan
14
4
Belum Tuntas
Tuntas
0
2
4
6
8
10
12
Siklus I
6
12
Belum Tuntas
Tuntas
79
Gambar 4. 19 Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
Sebelum Tindakan dengan Siklus I dan siklus 2
d. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya,
penulis bersama observer melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan
pembelajaran memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana semua siswa
pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang telah dipaparkan oleh peneliti, penerapan discovery
learning dengan memanfaatkan media benda nyata pada siswa kelas III SDN
Kauman Kidul Salatiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra Siklus
atau sebelum tindakan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 4 siswa (22.23%) dari
18 siswa, dengan nilai rata-rata 55.56. Setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 12 siswa
(66.67%) dengan nilai rata-rata 66.39. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus I yaitu 44.44%, Setelah
mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus
I, dilakukan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II, diketahui
bahwa semua siswa berhasil tuntas dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata-
rata 77.22. Mengacu pada hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
SebelumTindakan
Siklus I Siklus II
14
6
4
12
18
Belum Tuntas
Tuntas
80
ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 33.33%.
Berdasarkan pada hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode
discovery learning dan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar sesuai
dengan yang direncanakan.
Mengantisipasi hal tersebut, sebelum dilakukan tindakan pada siklus II
terlebih dahulu peneliti berdiskusi dengan observer tentang hal-hal yang perlu
diperbaiki dan lebih difokuskan pada siklus II. Di atas telah dipaparkan bahwa
setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi ketuntasan hasil belajar sebesar
33.33%. Semua siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode discovery learning dan media benda nyata pada mata
pelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi, lulus dari kriteria KKM, dengan
nilai rata-rata 77.22.
Demikian juga dengan keaktifan belajar siswa. Jika pada siklus I, keaktifan
belajar siswa untuk menggunakan metode discovery dan media benda nyata
adalah 61.25%, terjadi peningkatan keaktifan belajar untuk menggunakan metode
discovery dan media benda nyata sebanyak 27.5% lagi sehingga menjadi 88.75%.
Hasil ini mengindikasikan bahwa metode discovery dan media benda nyata sangat
cocok diterapkan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA. Metode
pembelajaran ini cocok diterapkan, karena metode ini sesungguhnya berangkat
dari hal-hal nyata yang telah diketahui siswa, namun hanya dicocokan dengan
konsep dan teori-teori IPA yang dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mulai dari pra siklus, siklus I,
dan siklus II dengan standar kompetensi memahami perubahan yang terjadi di
alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam bahwa penerapan
discovery learning dengan memanfaatkan media benda nyata dapat peningkatan
hasil belajar IPA pada siswa kelas III semester II SDN Kauman Kidul Salatiga
pada mata pelajaran IPA tentang bentuk permukaan bumi tahun ajaran 2013/2014.
81