bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripsi...

24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua ( HKCA Panua ) Kawasan HKCA Panua secara administrasi terletak di kecamatan Paguat dan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Sedangkan secara geografis terletak antara 0°32 - 0° 44 LU dan 121°41 - 122°0 BT. Kawasan ini dapat ditempuh dengan menggunakan kenderaan roda empat maupun roda dua. Lokasi Cagar Alam Panua ini berada pada jarak sekitar 160 km dari Kota Gorontalo, dan dapat dicapai melalui Jalan Trans Sulawesi yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam ( 180 menit ). Adapun batas batas wilayah dari Kawasan HKCA Panua adalah : Sebelah Utara : Berbatasan denagan Desa Teratai Kecamatan Marisa. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Teluk Tomini. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Maleo Kecamatan Paguat. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Tomini. Luas keliling Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua adalah 45.575 ha dan sudah ditata batas. Tata batas dilapangan dilakukan dengan pemasangan pal batas yang jumlahnya 290 buah.

Upload: truongduong

Post on 08-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan hasil olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua ( HKCA Panua )

Kawasan HKCA Panua secara administrasi terletak di kecamatan Paguat

dan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Sedangkan secara geografis

terletak antara 0°32 - 0° 44 LU dan 121°41 - 122°0 BT. Kawasan ini dapat ditempuh

dengan menggunakan kenderaan roda empat maupun roda dua. Lokasi Cagar Alam

Panua ini berada pada jarak sekitar 160 km dari Kota Gorontalo, dan dapat dicapai

melalui Jalan Trans Sulawesi yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam ( 180 menit ).

Adapun batas – batas wilayah dari Kawasan HKCA Panua adalah :

Sebelah Utara : Berbatasan denagan Desa Teratai Kecamatan Marisa.

Sebelah selatan : Berbatasan dengan Teluk Tomini.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Maleo Kecamatan Paguat.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Tomini.

Luas keliling Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua adalah 45.575

ha dan sudah ditata batas. Tata batas dilapangan dilakukan dengan pemasangan pal

batas yang jumlahnya 290 buah.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

2. Topografi

Kawasan ini mempunyai topografi mulai dari dataran rendah hingga berbukit

dengan ketinggian mencapai 1. 420 meter dari permukaan laut.

3. Jenis tanah

Jenis tanah pada kawasan ini sebagian besar berwarna merah, kuning, dan

agak kehitam – hitaman sebagian besar berlempung dan berpasir dengan kedalaman

0, 60 meter.

4. Iklim

Keadaan iklim di wilayah Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua

relatif normal. Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang tahun dengan

periode antara bulan November – Januari dan Maret – Mei. Masa kering antara bulan

Agustus – September. Angin dan topografi sangat berpengaruh terhadap curah hujan

di wilayah ini. Sebagai contoh wilayah bagian utara dan tengah (Libuo dan Bunuyo)

curah hujannya tinggi karena pengaruh angin timur laut. Secara umum curah hujan di

daerah Hutan Panua curah hujan antara 1.700 – 2.200 mm per tahun. Sedangkan di

wilayah Gorontalo rata – rata 1.200 mm per tahun. Adapun suhu udara rata – rata

antara 20° - 28 ° C.

5. Jenis Flora dan Fauna

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua memiliki potensi biotik

kawasan berupa flora dan fauna. Disebelah utara Jalan Trans Sulawesi dapat dijumpai

beberapa jenis flora antara lain : Beringin (Ficus Sp), Cempaka (Michelia Spp ),

Nantu (Nyatoh ), Kayu Damar ( Agathis Cabillardiari ). Sedangkan disebelah selatan

Jln. Trans Sulawesi sebagian besar ditumbuhi Mangrove dan dipesisir pantai

ditumbuhi Cemara (Casuarina Junghuhiana), Anggrek (Coelogyne Pandurate Sp).

Jenis Satwa yang terdapat didalam Cagar Alam Panua antara lain : Maleo

(Macrocephalon Maleo), Anoa (Buballus Depresicorrnis), Burung Rangkong

(Phyticerox Casidix).

6. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Sekitar Kawasan

Tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan masih tergolong cukup

rendah. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun

yang tidak mengerti pendidikan dasar padahal dalam usia tersebut seharusnya mereka

wajib mengikuti pendidikan.

Inilah kondisi masyarakat sekitar kawasan yang diharapkan bisa membantu

pemerintah dalam hal pemanfaatan kawasan hutan konservasi ini sehingga

diharapkan akan mencapai tujuan pemanfaatan yang optimal.

7. Kegiatan Wisata yang dapat dilakukan di Kawasan HKCA Panua

Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Kawasan HKCA Panua adalah

sebagai berikut :

1. Sight Seeing.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

2. Berkemah yang banyak dilakukah oleh anak – anak pramuka.

3. Hiking yang banyak dilakukan oleh anak pecinta alam.

4. Fotografi.

5. Penelitian Flora dan Fauna yang banyak dilakukan oleh peneliti.

6. Studi.

4.2 Hasil Penelitian

Adapun data yang diperoleh penulis dalam pemanfaatan Kawasan Hutan

Konservasi Cagar Alam Panua antara lain :

4.2.1 Data Kunjungan Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua

Berdasarkan hasil penelitian, pengunjung yang datang ke Kawasan HKCA

Panua cukup bervariasi, mulai dari kelompok pecinta alam, pelajar, peneliti, maupun

wisatawan yang menyenangi kawasan alam / wisata minat khusus. Tujuan mereka

mengunjungi Kawasan HKCA Panua ini juga berbeda – beda seperti berkemah,

fotogarafi, melihat flora dan fauna langka, meneliti, maupun meng-explore hutan

konservasi. Kondisi ini dapat menggambarkan seberapa besar potensi dan

pemanfaatan di Kawasan HKCA Panua dimasa depan.

Sementara jumlah kunjungan ke Kawasan HKCA Panua ini cukup baik, yang

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Tabel 4.1

Data kunjungan wisata minat khusus di Kawasan Cagar Alam Panua.

No

Tahun

Jumlah Kunjungan Wisata Minat Khusus

Wisatawan Nusantara

Wisatawan Mancanegara

1

2010

465 orang

10 Orang

2

2011

510 orang

13 Orang

3

2012

632 orang

23 Orang

Sumber : Badan Konservasi Cagar Alam Panua & Statistik Kepariwisataan

Kab.Pohuwato, Tahun 2012

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa kunjungan tiap tahunnya

selalu meningkat, dan wisatawan yang datang kebanyakan adalah wisatawan

nusantara yang di dominasi oleh wisatawan lokal Gorontalo.

4.2.2 Fungsi pemanfaatan Kawasan HKCA Panua di Kabupaten Pohuwato

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak pengelola dalam rangka

pemanfaatan kawasan hutan konservasi ini, maka pemanfaatan dapat dibagi menjadi

1. Pembagian Zonasi pemanfaatan ekowisata.

Pihak pengelola dalam hal ini Badan Konservasi Sumber Daya Alam

(BKSDA) telah membagi zona kawasan konservasi menjadi 5 zona, antara lain zona

inti, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan lokal, zona pemanfaatan umum,

dan zona pemanfaatan pariwisata. Pada zona pemanfaatan pariwisata pihak pengelola

tidak melakukan pembangunan fasilitas karena hutan konservasi adalah hutan yang

dilindungi, dan pihak pengelola bekerjasama dengan Dinas Kehutanan, Dinas

Pariwisata, dan masyarakat sekitar kawasan cagar alam untuk melakukan penjagaan,

pemeliharaan, penghijauan pada Cagar Alam Panua.

Pengunjung Kawasan HKCA Panua selain bisa mengunjungi Zonasi

Pemanfaatan Pariwisata, pengunjung juga bisa mengunjungi 3 zonasi lainnya, yaitu :

1. Zona Perlindungan Bahari yaitu zona kawasan yang terhubungan dengan Pantai

Tanjung Maleo yang direncanakan oleh pengelola Kawasan HKCA Panua dan

Pemerintah Kabupaten Pohuwato untuk dijadikan tempat penangkaran Penyu,

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

selain itu pada zonasi ini difasilitasi Speed Boat oleh BKSDA untuk menyeberang

ke Pulau Lahe.

2. Zona Pemanfaatan Lokal yaitu zona kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

sekitar kawasan untuk membuka lahan pertanian demi menunjang ekonomi

masyarakat sekitar kawasan. Pada zona ini pengunjung dapat melihat bagaimana

masyarakat sekitar kawasan dalam membuat Madu Alami, serta dapat belajar

bagaimana bercocok tanam yang baik.

3. Zona Pemanfaatan umum di Kawasan HKCA Panua dimanfaatkan sebagai tempat

yang direncanakan untuk dibangun fasilitas seperti cottage, & Restaurant.

Kawasan HKCA Panua pada zona ini, banyak dimanfaatkan oleh pengunjung

untuk bersantai di tepi Pantai Tanjung Maleo, dimanfaatkan untuk berkemah oleh

anak – anak pecinta alam.

Sebelum masuk ke kawasan hutan konservasi ini, pengunjung atau

wisatawan harus memiliki izin tertulis dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (

BKSDA ) Sulawesi Utara, karena di Gorontalo belum mempunyai kantor BKSDA,

yang ada hanya kantor pembagian wilayah sebagai kantor pengawasan terhadap

konservasi. Setelah mendapatkan surat izin masuk kawasan hutan konservasi, akan

ada petugas yang mengantarkan pengunjung / wisatawan untuk menyusuri kawasan

hutan. Masuk Kawasan Cagar Alam Panua harus pada jam 10.00 am – 01.00 pm &

04.00 pm – 06.00 pm karena pada jam itu Burung Maleo tidak melakukan aktivitas

bertelur. Dalam kawasan hutan pengunjung tidak diizinkan membawa makanan,

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

kecuali air mineral. Makanan yang dibawa harus dititipkan di pos penjaga dekat

Pantai Tanjung Maleo, hal ini dilakukan agar para pengunjung tidak akan

meninggalkan sisa – sisa makanannya di dalam Kawasan Hutan Konservasi Cagar

Alam Panua.

Peran pengelola Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua sangatlah

penting demi penjagaan, pemeliharaan kawasan hutan. Salah satu peran BKSDA

yang sangat penting yaitu melaksanakan rancangan konservasi, karena rancangan

konservasi itu sangat berguna demi kelangsungan hidup flora & fauna yang berada di

kawasan hutan. Pihak pengawas lapangan di Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam

Panua ada 5 orang, setiap harinya mereka menjalankan tugas untuk menjaga Kawasan

HKCA Panua, memindahkan telur Burung Maleo lalu menimbun telur Maleo di dekat

pesisir Pantai Tanjung Maleo, memberi makan Burung Maleo yang berada dalam

penangkaran, serta menjaga kebersihan kawasan cagar alam sesuai dengan program

BKSDA yaitu melaksanakan rancangan konservasi.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, BKSDA mempunyai fungsi :

1. Penyusunan program pengembangan kawasan cagar alam, serta promosi dan

informasi.

2. Pelaksanaan konservasi kawasan serta jenis tumbuhan dan satwa.

3. Pengamanan Kawasan dan jenis sumber daya alam hayati di luar kawasan.

4. Pembinaan Cinta Alam dan penyuluhan konservasi sumber daya alam.

Pemanfaatan HKCA Panua sebagai destinasi berbasis ekowisata telah

diterapkan oleh BKSDA pada tahun- tahun sebelumnya, tetapi karena banyaknya

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

kendala, maka pemanfaatannya baru bisa dilakukan pada tahun 2009. Pengelola

memanfaatkan zona intensif di Kawasan HKCA Panua sebagai kegiatan pariwisata

mengalami tantangan karena kunjungan wisatawan di Kawasan HKCA Panua belum

terlalu banyak, yang datang lebih banyak tergolong pelajar, mahasiswa, dan

wisatawan lokal. Kegiatan pariwisata yang dilakukan di Kawasan HKCA Panua

adalah sight Seeing, berkemah, hiking, fotografi, penelitian flora & fauna, melihat

penangkaran Burung Maleo, menikmati fasilitas Out Bound , melihat Green House

flora yang ada di Kawasan HKCA Panua. Pemanfaatan area untuk pariwisata belum

terlalu di perhatikan karena dilihat dari kondisi Kawasan Hutan Konservasi Cagar

Alam Panua yang harus dipertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem, tetapi karena

banyak yang meminati perjalanan ketempat yang masih alami.

Pemanfaatan Kawasan HKCA Panua sebagai destinasi berbasis ekowisata

difasilitasi oleh pengelola sebagai berikut :

1. Penangkaran Burung Maleo yang bisa dilihat langsung oleh pengunjung yang

datang ke HKCA Panua.

2. Penyediaan fasilitas Out Bound pada zona pemanfaatan pariwisata.

3. Green House yang bisa dilihat langsung oleh pengunjung.

Salah satu prinsip pengelolaan konservasi di Cagar Alam adalah harus

adanya prinsip pengakuan apresiasi dan partisipasi yaitu adanya subsidi silang dalam

pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam ( KPA ) dan Kawasan Suaka Alam ( KSA )

yang diharapkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, khususnya dalam

menjamin dan meningkatkan pengamanan kawasan. Pengamanan kawasan di

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Kawasan HKCA Panua adalah langsung dari pihak Polisi Kehutanan dari Dinas

Kehutanan Pohuwato, ini merupakan bentuk kerjasama dari pihak pengelola dengan

instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan Kawasan HKCA Panua. Selain

itu BKSDA dan Dinas Kehutanan Pohuwato sama – sama meningkatkan pengamanan

pada kawasan, kedua instansi ini membuat peraturan tentang tata tertib wisatawan

lokal maupun asing yang akan berkunjung ke Kawasan HKCA Panua agar tidak

merusak kawasan Cagar Alam. Pengelola akan memberikan sangsi pada

wisatawan yang dalam melakukan aktivitas wisatanya tidak bertanggung jawab pada

lingkungan Kawasan HKCA Panua. Sangsi yang diberikan berupa teguran, dan

nasehat agar kiranya wisatawan yang datang lebih mencintai alam dan lingkungan .

2. Pengelolaan Destinasi Berbasis Ekowisata

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak Dinas Kehutanan

Kabupaten Pohuwato dalam rangka pemanfaatan Kawasan HKCA Panua sebagai

destinasi berbasis ekowisata, Dinas Kehutanan telah memberikan tanggung jawab

sepenuhnya pada BKSDA agar memanfaatkan dengan sebaik – baiknya daerah

pemanfaatan ekowisata. Selain itu Dinas Kehutanan bersama – sama mengadakan

pelestarian hutan dalam hal ini pemanfaatan hutan secara lestari dan pengawetan

berbagai sumber alam yang berada di dalam sekitar Kawasan HKCA Panua.

Pengelolaan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga secara terus – menerus dapat

memberikan produksi dan jasa yang diharapkan, tetapi tidak mengurangi fungsi

Kawasan HKCA Panua sebagai destinasi ekowisata dan tidak menimbulkan dampak

lingkungan yang tidak diinginkan.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Peran dan fungsi Dinas Kehutanan pada Kawasan HKCA Panua sangat

penting demi penjagaan, pemeliharaan, dan penghijauan kawasan hutan. Dinas

Kehutanan melakukan upaya penanganan pada masalah perambah hutan melalui

program – program pemukiman kembali ( resettlement ). Karena itu, upaya semacam

ini perlu dilanjutkan dengan pendekatan yang lebih partisipatif. Meningkatnya jumlah

perambah hutan telah menjadi masalah dalam kerangka pelestarian ekosistem hutan,

jika ini terjadi maka akan banyak satwa langka yang ada di Kawasan HKCA Panua

ini punah.

3. Promosi Kawasan HKCA Panua

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak Dinas Pariwisata

Kabupaten Pohuwato dalam rangka pemanfaatan Kawasan HKCA Panua, Dinas

Pariwisata merupakan satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai tugas pokok

melaksanakan kegiatan bidang Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, dan

Telekomunikasi. Dalam bidang Pariwisata, telah dilakukan berbagai program dan

kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek dan daya tarik wisata dengan

melibatkan masyarakat setempat.

Dinas Pariwisata sangat berperan dalam hal mempromosikan Kawasan

HKCA Panua, karena cagar alam ini adalah satu – satunya destinasi wisata minat

khusus di Kabupaten Pohuwato. Berbeda dengan daerah wisata yang diizinkan

pembangunan fisik dan kegiatan manusia untuk berekreasi, wilayah cagar alam

dilindungi keasliannya untuk menjaga otentisitas ekosistem beserta flora dan

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

faunanya, tetapi wilayah cagar alam tidak dilarang untuk kegiatan rekreasi karena

dalam wisatanya adalah wisata yang bertanggung jawab.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan, penulis

menemukan kajian pembahasan yang berkaitan dengan pemanfaatan kawasan

ekowisata diantaranya tahap pemanfaatan, pelestarian, penjagaan pada kawasan,

faktor penghambat dalam pemanfaatan Kawasan HKCA Panua, serta bagaimana

konsep pengelolaan, maka pembahasan ini dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

4.3.1 Penerapan pemanfaatan, pelestarian dan penjagaan di Kawasan HKCA

Panua sebagai destinasi berbasis ekowisata.

Penerapan pemanfaatan, pelestarian dan penjagaan di Kawasan HKCA

Panua secara kelembagaan, instansi yang berwenang dalam pengelolaan dan

pemanfaatan Kawasan HKCA Panua adalah Departemen Kehutanan dalam hal ini

Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Namun demikian dalam persoalan

lingkungan tidak menjadi tanggung jawab satu instansi saja, tidak saja menjadi

tanggung jawab Departemen Kehutanan, tetapi pemerintah kabupaten/propinsi dan

juga masyarakat harus secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap kelestarian

sumber daya alam di wilayahnya.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Dalam rangka otonomi daerah diharapkan untuk lebih menekankan prinsip

demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan

potensi dan keanekaragaman daerah baik sumber daya manusia dan alamnya, maupun

tatanan serta budaya yang ada dan akan selalu bekembang. Proses otonomi daerah

perlu diartikan sebagai tanggung jawab, kewajiban dan wewenang pembangunan dari

para pelaku (stakeholders) di pusat pemerintahan ke semua pelaku pembangunan di

daerah otonom, baik di tingkat propinsi, kabupaten dan kota (Soerjani, 2000).

Di era Otonomi Daerah tentu tidak diharapkan bahwa yang terjadi adalah

hanya berupa pemindahan sebagian kewenangan politik, administrasi dan finansial ke

tata pemerintahan yang ada di daerah (propinsi/kabupaten/kota) tanpa menangkap

peluang-peluang perbaikan yang bisa dicapai dengan era yang baru ini

(desentralisasi).

Prinsip umum kelestarian yang diterapkan dalam pemanfaatan cagar alam

sebagaimana dinyatakan Uppon dan Bass (1995) dalam Sardjono (2004), adalah :

a. Kelestarian Lingkungan (environmental sustainability) menunjukkan bahwa

ekosistem mampu mendukung kehidupan organisme secara sehat, disamping

pada waktu yang bersamaan mampu memelihara produktifitas. Hal ini

mensyaratkan pengelolaan hutan yang menghormati dan dibangun atas dasar

proses-proses alami.

b. Kelestarian Sosial (social sustainability) ; merefleksikan hubungan antara

pembangunan dan norma-norma sosial, suatu kegiatan secara sosial lestari

bilamana memiliki kesesuaian dengan norma-norma sosial atau tidak melebihi

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

kapasitas masyarakat untuk suatu perubahan, dan

c. Kelestarian Ekonomi (economic sustainability) ; menuntut bahwa keuntungan

bagi suatu (beberapa) kelompok tidak melebihi biaya yang diperlukan dan

kapital yang setara dapat diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya.

Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, kewenangan konservasi

masih ada di tangan pemerintah pusat, padahal ada banyak inisiatif di tingkat

daerah mengenai pengelolaan kawasan konservasi yang belum terakomodir oleh

peraturan pusat. Hal ini menjadi pertanyaan, sejauh mana masyarakat

memberikan masukan bagi peraturan di pusat terkait dengan pengelolaan kawasan

konservasi (Eddy Manopo Angi, 2005).

Kawasan yang ditetapkan pemerintah pusat sebagai kawasan dengan fungsi

konservasi berada di wilayah administratif daerah. Pemerintah daerah tentu lebih

memahami kondisi aktual dan kebutuhan bagi pemanfaatan destinasi ekowisata yang

baik.

Pemanfaatan destinasi adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan –

tindakan planning, organizing, actuating dan controlling dimana masing – masing

bidang digunakan, baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan diikuti secara

berurutan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula. Adapun

tindakan – tindakan pemanfaatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan ( Planning )

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Perencanaan di Kawasan HKCA Panua yaitu bukan pada fasilitasnya, tetapi

bagaimana merencanakan Cagar Alam ini dapat diharapkan menjadi salah satu

destinasi ekowisata tanpa mengurangi adanya hal – hal yang tidak diinginkan, yaitu

keluhan wisatawan terhadap akses ke Kawasan HKCA Panua. Prinsip pengelolaan

ekowisata dalam satu kawasan yang dilindungi dapat menjamin keutuhan dan

kelestarian ekosistem hutan, oleh karena itu terdapat beberapa butir prinsip

pengelolaan ekowisata yang harus dipenuhi.

2. Pengorganisasian ( Organizing )

Penyusunan organisasi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan

usaha menyusun organisasi yaitu membuat suatu struktur, wewenang formal melalui

bagian – bagian yang akan dilaksanakan, dengan meliputi menentukan batas – batas

tugas ( wewenang ) dan tanggung jawab, kegiatan yang mengkoordinasikan bagian –

bagian dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, mengelompokkan kegiatan –

kegiatan yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kedalam unit – unit kerja secara

menentukan hubungan kerja kedalam unit – unit kecil. Di Kawasan HKCA Panua

setiap karyawan dalam hal ini pengelola di BKSDA bertujuan memberikan info yang

aktul, benar, terpercaya tentang Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua, serta

bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung di Kawasan HKCA Panua. Badan

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) adalah organisasi pelaksana tugas teknis

di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Alam. Badan Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas penyelenggaraan

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan

cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, koordinasi teknis

pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan

satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, UPT Badan Konservasi Sumber Daya

Alam menyelenggarakan fungsi :

1. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi

pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan

taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar

kawasan konservasi.

2. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan

taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar

kawasan konservasi.

3. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung; penyidikan,

perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan dan tumbuhan dan satwa liar di

dalam dan di luar kawasan konservasi.

4. Pengendalian kebakaran hutan.

5. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

6. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

7. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

serta pengembangan kemitraan.

8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi.

Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam.

3. Penggerakan ( Actuating )

Penggerakan yang dimaksud adalah untuk menuntun, membimbing, serta

mengawasi jalannya kegiatan wisata minat khusus. Actuating atau tahap penggerakan

ini merupakan penggerakan dari pengelola guna memberikan konsep – konsep

kelestarian lingkungan.

4. Pengawasan ( Controling )

Pengawasan terhadap lingkungan Kawasan HKCA Panua adalah

pengawasan terhadap satwa – satwa langka yang ada di hutan tersebut. Dalam

pengawasan dan pemanfaatanya pengelola harus memperhatikan standarisasi sesuai

manfaat hutan tersebut. Pengawasan terhadap Kawasan HKCA Panua dilakukan oleh

BKSDA dan Dinas Kehutanan demi tercapainya penjagaan yang terarah.

Sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka berikut ini

peneliti menjelaskan tentang faktor penghambat dari pemanfaatan HKCA Panua.

a. Partisipasi Masyarakat

Berkembangnya industri pariwisata karena didukung oleh tingkat partisipasi

dari masyarakat sebagai pengguna ataupun pelayanan jasa. Namun kurangnya minat

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

wisata khusus memberikan kurangnya pengunjung di Kawasan HKCA Panua karena

tingkat partisipasi masyarakat setempat sangat rendah padahal tempat wisata ini

sangat mudah dijangkau oleh pengunjung, akses ke cagar alam sangat mudah tanpa

melalui hambatan atau ancaman yang berbahaya.

Tingkat partisipasi masyarakat juga berhubungan dengan upaya peningkatan

kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan karena dengan pendidikan

akan sangat berpengaruh pada tingkat kesadaran masyarakat akan pemanfaatan

kawasan ini sebagai kawasan ekowisata. Mayoritas penduduk di sekitar Kawasan

HKCA Panua ini memeluk agama islam dengan mata pencaharian masyarakat sekitar

berdasarkan hasil observasi adalah petani dan nelayan.

Usaha peningkatan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan kawasan

HKCA Panua dapat dilakukan oleh pengelola kawasan dalam hal ini BKSDA dan

Dinas kehutanan agar dapat memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan kawasan

HKCA Panua, serta selalu melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan dan

pengembangan wisata minat khusus.

Cagar Alam ini sangat menarik untuk dikunjungi karena selain pengunjung /

wisatawan bisa menikmati pesona keindahan hutan, pengunjung juga bisa menikmati

keindahan pantai yang sangat indah yaitu Pantai Tanjung Maleo yang berada di

pinggir bibir Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua.

Faktor penghambat lainnya adalah perambahan yang dilakukan oleh

masyarakat disekitar Kawasan HKCA Panua bukan sepenuhnya berorientasi pada

kayu saja akan tetapi lebih pada praktek membuka lahan untuk usaha pertanian dan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

perkebunan. Secara alamiah, apabila dari masyarakat setempat berpartisipasi secara

langsung dalam bentuk berprofesi sebagai pengguna pariwisata, maka pengunjung

dari luar daerah akan tertarik berkunjung ke cagar alam ini.

Padahal, banyak peran yang bisa dimainkan masyarakat dalam pengembangan

objek wisata tersebut. Masyarakat lokal semestinya dilibatkan dalam proses

perencanaan, pembangunan, pengawasan pariwisata. Namun usaha pelibatan

masyarakat dalam pengembangan pariwisata mengalami kendala dalam

penerapannya, karena :

1. Sumber daya masyarakat lokal kurang dan bahkan tidak mengetahui visi

pemanfaatan pariwisata secara jelas.

2. Rendahnya minat dan kesadaran ( awareness ) sumber daya masyarakat local

terhadap pentingnya pariwisata.

3. Rendahnya kemampuan sumber daya masyarakat local dalam bidang

kepariwisataan.

4. Kesenjangan budaya ( cultural berrier ) antara sumber daya masyarakat lokal dan

wisatawan.

Hal inilah yang menjadikan masyarakat lokal hanya menjadi objek dan

penonton saja dan bukan sebagai subjek atau pelaku pariwisata. Dalam hal ini

pengelola bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Pohuwato untuk

mengizinkan masyarakat kawasan untuk memanfaatkan Zona Pemanfaatan Lokal

untuk dijadikan sebagai lahan pertanian untuk menunjang ekonomi masyarakat

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

sekitar kawasan. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar kawasan tidak merambah

hutan, dan tetap menjaga kelestarian hutan konservasi.

b. Promosi Pemasaran

Tidak berkembangnya Kawasan HKCA Panua dibandingkan dengan

kawasan lain dapat dilihat dari sepinya pengunjung, baik pengunjung wisatawan lokal

maupun wisatawan mancanegara. Sepinya pengunjung tersebut diakibatkan oleh

kurangnya promosi pemasaran cagar alam, padahal Kawasan HKCA Panua ini dapat

dipasarkan secara global karena memiliki panorama alam yang sangat indah. Jenis

satwa yang terdapat di Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua ini sangat

beragam sehingga dapat menunjang kegiatan – kegiatan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan pariwisata berbasis ekowisata.

Kelemahan yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal mempromosikan

pemasaran Kawasan HKCA Panua adalah kurangnya akses komunikasi kedaerah lain

sehingga potensi cagar alam ini kurang tersosialisasi secara publik. Padahal, pihak

pengelola selain membuat brosur tentang cagar alam juga melakukan promosi

pemasaran wisata dapat dilakukan melalui akses situs internet, dan promosi melalui

situs internet sudah mulai dilakukan sejak tahun 2005. Distribusi brosur / leaflet dapat

diletakkan di pintu masuk Bandar Udara, di hotel – hotel yang bisa bekerjasama

membantu promosi wisata minat khusus. Distributor ini dilakukan agar para

wisatawan yang datang ke Gorontalo dapat membaca informasi tentang objek – objek

wisata yang ada di Gorontalo.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

Promosi juga berpengaruh pada interaksi wilayah / daerah dengan wilayah /

daerah lainnya, dengan menggunakan jenis sarana tertentu. Banyaknya wilayah /

daerah yang berhubungan merupakan interaksi. Pola interaksi wilayah wilayah sangat

ditentukan oleh karakteristik fisik wilayah.

Secara administratif, Gorontalo merupakan provinsi muda di Indonesia

sehingga potensi yang ada di daerah ini belum terlalu dikenal oleh wisatawan

nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Berdasarkan kondisi ini, interaksi

wilayah sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan pemasaran pariwisata. Kendala

tersebut masih dalam tahap melakukan upaya – upaya untuk mencari solusi dengan

cara menawarkan kerjasama dengan pihak tertentu.

Kemudian, yang menghambat faktor interaksi wilayah tersebut adalah

tinjauan secara geografis. Secara geografis, daerah Gorontalo berbatasan dengan

Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Utara. Hubungan transportasi

dengan Provinsi Sulawesi Tengah hanya dilalui oleh transportasi darat, hubungan

transportasi Gorontalo – Manado pada umumnya melalui transportasi darat dan

frekuensi transportasi udara hanya 4 ( empat ) kali dalam seminggu, dan hubungan

Gorontalo – Makassar adalah melalui transportasi udara dengan tingkat frekuensi

setiap hari, serta kapal penumpang yang menghubungkan daerah Gorontalo dengan

daerah lainnya melalui transportasi laut. Berdasarkan kurangnya transportasi tersebut,

maka potensi daerah Gorontalo kurang tersosialisasi karena wisatawan sangat kurang

yang berkunjung di daerah ini, maka dari itu pengelola harus melakukan kerjasama

dengan Dinas Perhubungan agar kiranya dapat mengoptimalisasikan transportasi

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

yang ada di Gorontalo dengan cara menambah transportasi udara, agar akses menuju

Gorontalo mudah dicapai.

4.3.2 Konsep pengelolaan Kawasan HKCA Panua di Kabupaten Pohuwato

Daerah Gorontalo mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik

wilayah nusantara maupun wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, pemerintah

Gorontalo telah mencanangkan program pengembangan pariwisata sejak terbentuk

menjadi provinsi yang ke 32 di Indonesia.Hal ini bertujuan agar kawasan wisata

tersebut dapat dikelola dengan professional serta dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat di sekitarnya, selain menambah devisa negara. Lebih lanjut lagi,

pengembangan program pariwisata seharusnya dapat memberikan dampak positif

bagi masyarakat sekitar dan memberikan kesadaran sikap bagi masyarakat Gorontalo

dalam menyonsong peran pariwisata yang semakin mengglobal.

Oleh karena itu, agar wisatawan banyak yang berkunjung pada objek wisata

ini, perlu suatu strategi pengembangan program pariwisata. Berdasarkan masalah

tersebut, konsep yang ditawarkan penulis tentang konsep pemanfaatan Kawasan

HKCA Panua adalah sebagai berikut :

a. Konsep Aman

Aman adalah suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana tenang

dan tenteram bagi wisatawan. Selain itu juga berarti bebas dari rasa takut dan

khawatir akan keselamatan jiwa, raga dan harta milik atau bebas dari ancaman,

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

gangguan, dalam menciptakan pesona aman di Kawasan HKCA Panua pengelola

harus bekerjasama dengan polisi hutan dan masyarakat setempat.

Berdasarkan pengamatan di Kawasan HKCA Panua dapat dilihat dari

aktivitas para pengunjung, dimana mereka tidak mengkonsumsi makanan pada saat di

Kawasan HKCA Panua, karena yang boleh dibawa didalam Kawasan HKCA Panua

hanya air mineral. Hal ini dilakukan agar konsep ekowisata berbasis lingkungan tetap

terjaga.

b. Konsep Tertib.

Tertib adalah suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan suasana tertib

dan teratur secara disiplin dalam semua kehidupan masyarakat. Termasuk tertib

dalam segi peraturan dimana wisatawan akan mendapat suasana pelaksanaan

peraturan yang konsisten dan seragam dimana saja. Tertib dari segi waktu dimana

wisatawan akan menemukan segala sesuatu yang pasti waktunya sesuai terjadwal.

Tertib dari segi mutu pelayanan dimana wisatawan akan mendapatkan mutu

pelayanan yang bermutu tinggi. Tertib dalam segi informasi dimana wisatawan selalu

mudah mendapatkan informasi yang akurat dan dalam bahasa yang mudah

dimengerti.

c. Konsep Ramah Tamah

Ramah tamah adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam

pergaulan hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa, suka

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …eprints.ung.ac.id/1672/9/2012-2-93403-331309017-bab4...Sedangkan secara geografis ... Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang

memberikan pelayanan dan ringan tangan untuk membantu tanpa pamrih, baik yang

diberikan oleh petugas / aparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisatayang

secara langsung melayaninya.

Sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan, penduduk sekitar Kawasan

HKCA Panua sangat ramah dan mereka selalu melakukan komunikasi pada

wisatawan yang datang. Keramah tamahan penduduk setempat merupakan daya tarik

tersendiri bagi Kawasan HKCA Panua. Lagi – lagi hal ini butuh peran aktif dari

instansi terkait untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat

yang bertindak sebagai “tuan rumah”. Kalau hal ini dilaksanakan secara baik, maka

pengunjung di tempat ini akan bertambah jumlahnya.