bab ii landasan teori a. kajian tentang pendidikan 1...
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Tentang Pendidikan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Filosofi pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu
dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal
dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan
memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan
harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih
berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak
pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."Anggota
keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali
lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota
keluarga berjalan secara tidak resmi1.
1 WWW. Indonesia Wingkipedia. Winkipedia Bahasa Indonesia
13
Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi
yang nyata (manifes) berikut:
a. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
b. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
c. Melestarikan kebudayaan.
d. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam
demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah
orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak
kepada sekolah.
b. Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi
untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini
tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan
masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap
terbuka.
c. Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat
mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan
prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga
diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih
tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
14
d. Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula
memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung
secara ekonomi pada orang tuanya. Menurut David Popenoe, ada lima
macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
a. Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
b. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
c. Menjamin integrasi sosial.
d. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
e. Sumber inovasi social
B. Kajian Tentang Ahlak
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Ahlak
a. Pengertian Akhlak
1). Secara Etimologi
Secara etimologis (lughotan) " “ berasal dari Bahasa Arab
merupakan bentuk jamak dari " yang berarti perangai, akhlak2 .
Kemudian di dalam Kamus Ilmiah Populer akhlak berarti budi
pekerti, tingkah laku, perangai3 .
Dari pengertian etimologis tersebut, dapat disimpulkan
bahwa akhlak berarti budi pekerti, tingkah laku dan perangai
2). Secara Terminologi
Secara terminologi akhlak telah banyak dikemukakan oleh
beberapa ulama yaitu:
2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1972), 120
3 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), 14
15
a). Ibnu Maskawaih yang dikutip oleh Abuddin Nata akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan4.
b). Ali Abdul Hamid Mahmud akhlak adalah istilah bagi suatu
sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu
berpikir dan merenung5.
c). Aminudin memberikan definisi "akhlak" adalah suatu, sifat
yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan6.
d). Yunuhar Ilyas mengemukakan bahwa "akhlak" adalah
nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatan baik/buruk untuk kemudian memilih
melakukan/meninggalkan7 .
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas mengenai
pengertian akhlak dapat di tarik kesimpulan bahwa akhlak adalah
suatu sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi suatu
kepribadian sehingga dari situ timbul berbagai macam perbuatan
4 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 3
5 Ali Abdul Halim Mahmud, AkhlakMulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.32
6 Aminudin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor:
Ghalia Indonesia, t.t), hlm.152 7 Yunuhar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), 2
16
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
pertimbangan.
Dengan demikian diambil dari pengertiannya secara etimologis
dan terminologis, pada dasarnya akhlak merupakan perkataan yang
digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian
diukur dengan baik dan buruk. Dan dalam Islam ukuran yang
digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran
Islam itu sendiri yaitu al- Qur'an dan Hadits yang keduanya
merupakan dasar-dasar ajaran Islam.
b. Ruang Lingkup Ahlak
Dari pengertian akhlak yang telah dikemukakan di atas, dapat
diketahui apa yang menjadi ruang lingkup pembagian akhlak.
Zainudin Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam membagi ruang
lingkup akhlak menjadi 5 bagian yaitu:
1). Akhlak yang berhubungan dengan Allah.
2). Akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri.
3). Akhlak yang berhubungan dengan keluarga.
4). Akhlak yang berhubungan dengan masyarakat.
5). Akhlak yang berhubungan dengan alam8 .
Sedangkan ruang lingkup akhlak secara umum dikemukakan
oleh Abuddin Nata bahwa objek akhlak adalah membahas perbuatan
manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau
8 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 30
17
buruk9 Sedangkan Ahmad Al-Ghazali yang dikutip oleh Abuddin Nata
juga mengemukakan bahwa yang menjadi ruang lingkup akhlak adalah
seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan
maupun kelompok)10
.
Dari pendapat para ahli di atas tampaklah bagi kita bahwa ruang
lingkup akhlak itu sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik
secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal dengan
sesama makhluk-Nya.
2. Pembagian Ahlak
Dalam al-Qur'an telah disebutkan tentang akhlak-akhlak mulia
dan perintah untuk mengerjakannya disebutkan pula bahwa akhlak mulia
sangat penting karena dibutuhkan manusia untuk bisa mendekatkan diri
kepada Allah11
. Disamping itu al-Qur'an juga menyebutkan perilaku-
perilaku tercela serta larangan untuk mendekati dan melakukannya.
Istilah akhlak memiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini
memiliki perbedaan yang signifikan dengan istilah moral dan etika. Standar
ukuran baik dan buruk akhlak adalah berdasarkan al-Qur'an dan As-Sunnah
sehingga bersifat universal dan abadi.
Adapun akhlak itu berkaitan dengan perilaku dalam hubungannya
dengan Allah SWT, diri sendiri, keluarga, masyarakat serta lingkungan.
Nilai-nilai akhlak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
masyarakat setempat, secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu: akhlak
9 Abudin Nata, Op Cit. Hlm.9
10 Ibid
11 Ali Abdul Halim Mahmud, Op cit. hlm. 175
18
yang terpuji (al-akhlak al-karimah/mahmudah) dan akhlak mazmumah
(akhlak tercela). Hal ini akan dibahas satu persatu.
a. Ahlak Terpuji / Mulia (al-akhlak al-karimah/ al-mahmudah)
Akhlak terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam
kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif
bagi kemaslahatan umat12
. Diantara iman yang penting adalah akhlak
mulia 13
.
Klasifikasi akhlak yang termasuk dalam akhlakul karimah itu
menjadi 3 bagian yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia
dan akhlak kepada alam. Adapun klasifikasi sebagai berikut :
1). Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah yaitu sikap dan tingkah laku yang harus
dimiliki oleh setiap manusia dihadapan Allah SWT14
. Dikemukakan
juga oleh Abuddin Nata bahwa akhlak kepada Allah dapat diartikan
sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Khalik15
. Akhlak
kepada Allah, dapat diwujudkan dengan bersyukur atas kenikmatan
yang diberikan oleh Allah di mulai dari kenikmatan hidup,
memberikan panca indera pada manusia, untuk menguasai segala
yang ada di alam semesta ini untuk dijadikan rizki dan sebagai bekal
di dunia ini. Beberapa bentuk aktualisasi dari akhlak kepada Allah.
12
Aminnudin, dkk. Op cit. Hlm. 153 13
Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 36 14
Ibid. Hlm. 38 15
Abudin Nata, Op Cit. Hlm. 14
19
a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah
Beriman dan bertaqwa kepad Allah yaitu mempercayai dengan
sungguh akan kewujudannya dengan segala kesempurnaan,
keagungan, keperkasaan dan keindahan, perbuatan dan
kebijaksanaannya, nama-namanya, sifat-sifatnya dan
zat-zatnya16
. Sebagaimana dikemukakan oleh seorang sufian
AN-Nashar Abadzy bahwa ketaqwaan adalah sikap
kewaspadaan hamba terhadap segala sesuatu selain Allah SWT.
Siapa saja yang menginginkan ketaqwaan yang sempurna, maka
hendaknya ia harus menghindari dari setiap dosa. Selain itu juga
terkandung perintah kepada manusia untuk melakukan tindakan
yang baik demi terimplementasi dalam perbuatan- perbuatan
diantaranya:
a). Berlaku benar.
b). Adil.
c). Memegang amanah.
d). Dapat dipercaya.
e). Dapat menyesuaikan diri dengan orang lain.
f). Menghindari permusuhan dan kezaliman17
.
Ketaqwaan dalam pengertian ini akan menjadi tenaga
pengarah manusia pada tingkah laku yang baik dan terpuji serta
menjadikan penangkal tingkah laku yang buruk. Seseorang
16
Hamdan Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: Al-Manar, 2008), hlm. 618
17 Ibid. Hlm. 620
20
yang telah berhasil mencapai derajat taqwa dan berupaya
meningkatkannya, akan dipandang sebagai manusia yang
sukses dalam agamanya18
.
Berdasarkan uraian di atas bahwasannya keimanan dan
ketaqwaan adalah sifat yang amat penting untuk kita miliki,
karena dengan taqwa dengan didasari iman akan mendorong kita
untuk berakhlakul karimah sehingga kita akan sukses dan
berhasil dalam beragama sehingga kita dapat menjadi makhluk
yang mulia disisi Allah SWT.
b. Sabar (Tabah)
Menurut Al-Naisabury Al-Qusairi sabar artinya
menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan
kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan
menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam
kefakiran dalam bidang ekonomi19
Dikalangan para sufi sabar
diartikan sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah,
dalam menjauhi segala larangan- Nya dan dalam menerima
segala percobaan yang ditimpakannya pada diri kita20
.
Sabar dalam menjalankan pemerintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya maksudnya adalah hilangnya atau
terlepasnya diri dari perasaan terpaksa, tidak tulus, tidak lapang
tergesa-gesa dalam menjalankan titah-titah-Nya. Kesadaran
18
Ibid. Hlm. 621 19
Al-Naisabury Al-Qusairi, al-Risalah al-Qusyairiyah Fi' dalam al-Tasawuf, (Mesir: Dar
al-Khair, t.t), 184 20
Ibid. Hlm. 201
21
tidak akan pernah hadir dalam diri, jika tidak ada rasa ikhlas,
syukur, istiqomah, ridha (lapang dada), husnudzan (berbaik
sangka), dan yakin. Secara garis besar dapat dilihat dari dua sisi
yaitu:
1. Perintah Allah SWT dan sabar dalam menjauhi Sabar
terhadap apa yang diupayakan, seperti sabar dalam
melaksanakan sejauh- jauhnya larangan dan apa-apa yang
dimurkai-Nya.
2. Sabar terhadap apa-apa yang tidak diupayakan, seperti
kesabaran dalam menerima dan menjalani ketentuan Allah
SWT yang menimbulkan rasa penderitaan dan kesulitan
baginya21
.
Menurut Ali bin Abi Thalib bahwa sabar adalah bagian
dari iman sebagaimana kepada yang kedudukannya lebih
tinggi dari jasad22
. Orang sabar akan mencapai derajad yang
tinggi di dunia dan akhirat, sebab mereka telah memperoleh
derajat "kesertaan" disisi Allah. Sebagaimana firmannya :
Artinya: Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan
janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
21
Hamdan Bakran, Op cit. Hlm. 624 22
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983),
hlm. 183
22
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar 23
.
Berdasarkan pendapat para sufi di atas dan diperkuat dengan
firman Allah di atas bahwa sabar sangat memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bersikap
sabar dalam menjalankan ibadah kepada Allah tidak merasa
terbebani dan selalu ikhlas dalam keadaan suka dan duka
menjalani hidup di dunia ini sampai akhirat nanti.
Dengan bersikap sabar kita semua juga akan
mendapatkan kemuliaan dan derajat tertinggi disisi Allah
SWT baik selama hidup sampai nanti di akhirat kelak,
sehingga sabar harus dibina dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari demi terwujudnya kemaslahatan dalam menjalani
hidup didunia sebagai hamba Allah dan harapan
mendapatkan ridho akhirnya di yaumul qiyamah.
3. Tawakal (menyerahkan diri) kepada Allah
Tawaqal adalah aktifitas menyerahkan segala urusan,
ikhtiyar, dan daya upaya yang telah, sedang dan yang akan
dilakukan kepada Allah SWT, serta berserah diri
sepenuhnya kepada-Nya untuk memperoleh keberkahan dan
kemanfataan disisi-Nya24
.
Al-Qusyairi lebih lanjut mengatakan sebagaimana
yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa tawakal tempatnya
23
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Toha Putra, 1995), 268 24
Hamdan Bakarn, Op Cit. Hlm. 630
23
didalam hati, dan timbulnya gerak dalam perbuatan tidak
mengubah tawakkal yang terdapat dalam hati itu25
.
Pengertian tawakal yang demikian itu sejalan pula
dengan yang dikemukakan Harun Nasution. Ia mengatakan
tawakkal adalah menyerahkan diri kepada qada dan
keputusan Allah26
. Praktik berserah diri (tawakal) kepada
Allah telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, yakni ketika
beliau dihasut oleh orang-orang kafir untuk menggetarkan
hati beliau27
.
Dari beberapa pengertian tawakal di atas dapat
penulis ambil kesimpulan bahwa seharusnya di setiap
aktifitas dan perbuatan hendaknya dilandasi oleh tawakal.
Jadi setiap amal perbuatan kita didasari dengan niat kepada
Allah, dengan segala usaha serta ikhtiyar kita hasilnya akan
ditentukan oleh Allah. Dengan cara seperti itu kita akan
selalu menyerahkan segala hasil ikhtiyar kita hanya kepada
Allah. Dengan harapan akan membawa hasil yang penuh
berkah yang sesuai dengan yang kita harapkan dan sesuai
yang diridhoi oleh Allah juga
25
Abdudin Nata. Op Cit. Hlm. 202 26
Harun Nasution. Op Cit. Hlm. 62 27
Hamdan Bakarn, ibid Op Cit. Hlm. 631
24
4. Bersyukur kepada Allah
Bersyukur yaitu manusia mengungkapkan rasa
syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diperolehnya 28
.
Bersyukur kepada Allah adalah perbuatan rasa syukur dan
terimakasih kepada-Nya atas apa-apa yang telah
dianugerahkan, baik yang bersifat lahiriyah ataupun
ruhaniah, baik yang tampak ataupun yang tidak tampak
seperti kesehatan pada jasmaniah, kesehatan pada
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan
sebagainya.
Banyak kenikmatan dan anugerah yang telah diberikan oleh
Allah yang wajib manusia syukuri diantaranya:
a. Kemurahan-Nya dalam memberikan pengampunan dan
pemaafan atas kesalahan dan dosa dari
hamba-hambanya yang ingin melakukan pertobatan dan
penginsafan diri.
b. Anugerah-Nya berupa diturunkannya Al-Qur'an sebagai
pedomandan penerangan dalam kehidupan29
.
c. Anugerah-Nya berupa pertolongan tempat tinggal, rasa
aman, kedamaian dan rezeki yang berlimpah30
.
28
Zainudin Ali, Op Cit. hlm. 33 29
Hamdan Bakra, Op Cit. Hlm. 633 30
Ibid. Hlm 636
25
d. Anugerah-Nya yang lain, sebagaimana diisyaratkan
dalam firman Allah. Q.S. An-Nahl ayat 78:
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur31
."
Ungkapan rasa syukur dapat ditunjukkan melalui
perkataan dan perbuatan. Ungkapan syukur dalam bentuk
kata-kata adalah mengucapkan Alhamdulillah pada setiap
saat. Sedangkan bersyukur melalui perbuatan adalah
menggunakan nikmat Allah sesuai dengan keridhaan-Nya32
.
Kemudian rasa syukur yang terbesar adalah memanfaatkan
dan mengembangkan apa-apa yang telah
dianugerahkan-Nya baik yang ada dalam diri kita maupun
diluar diri kita.
Jadi, orang yang malas/ tidak kreatif dalam
mengexplorasi, mengolah, serta mengembangkan anugerah
yang telah diberikan maka mereka adalah orang yang tidak
pandai bersyukur 33
. Oleh karena itu marilah kita tinggalkan
sifat-sifat malas dan aktifitas yang kurang bermanfaat bagi
31
32
Zainudin Ali. Op Cit. hlm.33 33
Hamdan Bakran. Op Cit. Hlm 640
26
kehidupan kita dengan cara mensyukuri nikmat- nikmat
yang telah dilimpahkan Allah kepada kita semua, dengan
jalan mengembangkan dan memberdayakan sumber daya
keinsanan dan sumber daya alam di sekitar kita. Upaya
tersebut dengan tujuan akan memberikan manfaat bagi
kelangsungan hidup semua makhluk hidup di alam ini
khususnya bagi kita semua sebagai umat manusia.
2). Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada manusia disini adalah akhlak antar sesama
manusia.34
Akhlak terhadap sesama manusia dapat dirinci sebagai
berikut diantaranya:
a). Akhlak kepada diri sendiri
Akhlak kepada sesama yaitu sikap dan memperlakukan
eksistensi diri ini sebagaimana seharusnya dan sebenarnya35
.
Dikemukakan juga oleh Zainuddin Ali dalam bukunya
pendidikan Agama Islam bahwa perilaku mansuia yang
berhubungan dengan individu manusia adalah seperangkat
norma hukum yang dibuat oleh Allah (pencipta) yang
diperuntukkan kepada makhluk manusia (ciptaan), norma
hukum yang dimaksud bersifat mengatur hak perseorangan
manusia dan kewajiban yang harus dipikulnya. Hal ini tercermin
34
Zulkarnaen. Op Cit. Hlm. 40 35
Hamdan Bakran, Op Cit. hlm. 653
27
dalam hukum-hukum Al-Qur'an yang bersifat hubungan
manusia dengan dirinya sendiri.36
Adapun yang termasuk akhlak terhadap diri sendiri
beberapa contohnya adalah:
a. Memelihara kesucian, kebersihan, kesehatan, kerapian dan
kecantikan diri 37
.
b. Berupaya untuk bersikap mandiri suatu sikap tidak selalu
menggantungkan diri kepada orang lain.
c. Berhasabat dengan nuraninya sendiri, siapa saja yang
berhasil bersahabat dengan menyatu dengan nuraninya,
maka Insya Allah kehidupannya akan terhindar dari
kerusakan tipu daya dari permainan dunia seisinya.38
d. Memelihara kerja akal pikiran. Allah memberi akal pada
manusia agar dapat berpikir, menganalisa, membanding dan
mengambil hikmah dari apa saja yang sedang dan akan
dialaminya yang berupa peristiwa/kejadian yang
menyenangkan/menyakitkan.39
e. Memelihara kemuliaan dan kehormatan diri. Allah telah
memilih manusia sebagai penggantinya dalam mengurusi
kerahmatan dibumi, yakni mengekplorasi, mengolah dan
memanfaatkan untuk kebutuhan hidup di dunia.40
36
Zainudin Ali. Op Cit. Hlm. 34 37
Hamdan Bakran Op Cit. Hlm 653 38
Ibid. Hlm. 655 39
Ibid. Hlm. 656 40
Ibid. Hlm. 657
28
Secara singkat dapat di garis bawahi bahwasannya
akhlak terhadap diri sendiri adalah perilaku setiap manusia
sebagai kewajibannya terhadap dirinya sendiri atau sebagai
kholifatu' fil ard yang dibekali dengan akal pikiran dan hati
nurani. Dan dengan dianugerahinya kelebihan akal pikiran dan
hati nurani tersebut, maka kita sebagai manusia mengemban
tugas untuk menjadi manusia yang mandiri dan menjaga
kehormatan kita. Dengan jalan mengolah dan memanfaat segala
apa yang dirahmatkan Allah dimuka bumi ini sebagai bekal dan
kebutuhan hidup didunia.
Akan tetapi kita juga tidak boleh lalai dengan apa yang
telah ada. Karena pada dasarnya kita harus menyadari kita
semua akan kembali kepada Allah begitu juga dengan apa yang
telah dianugerahkan Allah kepada kita semua.
b). Akhlak dalam lingkungan keluarga
Akhlak dalam lingkungan keluarga adalah sikap dan perilaku
terpuji yang harus dipublikasikan dalam bergaul dengan
berbagai individu yang ada dalam lingkungan keluarga
itu.41
Perilaku yang berhubungan dengan keluarga, dapat
diketahui dan dipahami bahwa ikatan hubungan keluarga di
dalam Islam diatur oleh Allah SWT dalam bentuk sistem
kekerabatan dan perkawinan dalam hukum Islam.42
41
Ibid. hlm 658 42
Zainudin Ali Op Cit. hlm. 35
29
Untuk mewujudkan kebahagiaan keluarga, maka kita sebagai
umat Islam harus memperhatikan dan mengimplementasikan
akhlak/perilaku terpuji dalam keluarga. Demi terbentuknya
suatu hubungan keluarga yang diharapkan, maka kita semua
harus menciptakan dan membina suatu hubungan keluarga yang
sesuai dengan norma-norma yang telah diatur Allah dalam
Al-Qur'an.
Di antara contoh dari akhlak dalam keluarga dapat digambarkan
alam perbuatan-perbuatan dibawah ini :
a. Berbuat baik kepada kedua orang tua
Jasa yang terbesar yang kita terima dalam kehidupan ini
adalah kedua orang tua kita. Keduanya telah mencurahkan
tenaga pikiran mental spiritual bahkan hampir seluruh
kehidupannya demi kelangsungan hidup putra-putrinya.
Beberapa perilaku (akhlak) yang wajib bagi seorang anak
kepada kedua orang tua.
1). Berbakti kepada kedua orang tua, karena ridha Allah
adalah ridha kedua orang tua.43
2). Mendoakan kedua orang tua, apakah mereka masih
hidup ataupun sudah mati.44
3). Menyayangi dan mencintai mereka
4). Bertutur kata yang sopan dan lembut
5). Mentaati perintahnya.45
43
Hamdan Bakran. Op Cit. Hlm. 670 44
Ibid. Hlm 671
30
Kedua orang tua adalah orang yang patut kita patuhi dan
dambakan, karena tanpa mereka, kita semua tidak akan ada
didunia ini, oleh sebab itu dalam keadaan bagaimanapun dan
sampai kapanpun kita harus berakhlak baik kepadanya baik
dalam perkataan maupun perbuatan. Karena mengingat
bahwa ridhp Allah adalah ridho orang tua dan murka Allah
adalah murka mereka juga.
b. Berbuat baik kepada sanak saudara
Berbuat baik kepada orang-orang yang mempunyai pertalian
kerabat dan keturunan. Dengan cara menjalin dan
meningkatkan kualitas dan kunatitas silaturrohmi
diantaranya adalah mewujudkan rasa persaudaraan dan
kasih sayang yang kuat diantara mereka.46
c. Berbuat baik antara suami-istri
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan
rahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan masyarakat.
Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang
satu kepada yang lain. Suami istri memikul kewajiban untuk
mengasuh dan memelihara anak- anak mereka, baik
mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun
45
Aminnudin. Op Cit. Hlm. 154 46
Hamdan Bakran. Op Cit. Hlm. 675
31
kecerdasannya dalam pendidikan agamanya, suami istri
wajib menjaga memelihara kehormatannya.47
Berdasarkan bentuk-bentuk akhlak terpuji lingkungan
keluarga di atas, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dengan berakhlak mulia akan mendatangkan hikmah
dilingkungan keluarga diantaranya akan mendatangkan
lingkungan keluarga yang penuh keberkahan, kebahagiaan
ketentraman yang abadi atau juga bisa dikatakan terciptanya
keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah didunia
bahkan sampai di akhirat kelak.
3). Akhlak kepada alam
Akhlak kepada alam mencakup hubungan manusia dengan
lingkungan dan hubungan manusia dengan hartanya. Seorang
muslim hendaknya memiliki sikap menjaga lingkungan dan tidak
berbuat kerusakan, memanfaatkannya untuk kebaikan dan tidak
melakukan eksploitasi yang berlebihan.48
Dikemukakan juga oleh
Abudin Nata bahwa akhlak terhadap lingkungan/alam adalah
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah, kekhalifahan
menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap lingkungan. Kekhalifahan juga mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptaannya.49
47
Intruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Hak
dan Kewajiban Suami Istri pasal 77 ayat 1-4, 42-43 48
Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Op Cit. hlm. 42 49
Abudin Nata, Ahlak...Op Cit. Hlm. 152
32
Adapun bentuk-bentuk daripada akhlak kepada alam atau
lingkungan diantaranya:
a. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
b. Menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati.
Untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
c. Sayang kepada semua makhluk dan menggali potensi alam
seoptimal mungkin demi kemaslahatan umat manusia dan alam
sekitarnya.50
Dari beberapa uraian di atas, kita hidup di dunia ini selain
berhubungan dengan sesama manusia dan kepada pencipta (Allah
SWT), Kita juga harus berhubungan dengan selain manusia yaitu
binatang, tumbuhan dan alam seisinya. Dari kenyataan yang ada
maka kita sebagai makhluk Allah yang beriman dituntut untuk
saling menjaga dan melestarikan semua alam seisinya ini dengan
baik. Allah menciptakan manusia dengan kelemahan kelebihan akal
tak lain adalah untuk membedakan dengan makhluk ciptaan Allah
dengan yang lain. Manusia dengan diberkahi akal didunia ini
dituntut untuk dapat memberi kemanfaatan terhadap makhluk lain,
begitupun sebaliknya manusia juga dituntut untuk dapat menggali
potensi alam beserta isinya ini untuk kemanfaatan seluruh makhluk
penghuni alam semesta ini. Demi kelangsungan selama hidup
didunia dan sebagai bekal diakhirat kelak.
50
Aminudin, dkk, Pendidikan Agama Islam..., Op cit. hlm. 155
33
Demikian dari beberapa bentuk-bentuk akhlak mahmudah/ terpuji
di atas, sebenarnya masih banyak bentuk/contoh akhlak terpuji.
Dapat disimpulkan dari uraian di atas yang menjadi pokok dari
akhlak terpuji di atas. Tuntutan penerapan akhlak terpuji itu adalah
bagaimana kita menjalin hubungan antara Allah (vertikal) dan
hubungan kita terhadap sesama makhluk (horizontal). Penerapan itu
dapat dicapai melalui ranah keimanan, ketaqwaan dan beramal
sholeh.
Ketiga hal ini merupakan landasan dalam pelaksanaan akhlak
mahmudah demi tercapainya kehidupan manusia yang sejahtera
baik didunia maupun di akhirat
b. Akhlak yang tercela (al-akhlak al-madzmumah)
Akhlak tercela yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol Ilahiyah
atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran
syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif
bagi kepentingan umat manusia.51
Akhlak tercela pada dasarnya
timbul karena penggunaan ketiga potensi rohaniah (akal pikiran,
amarah, nafsu syahwat) yang tidak adil.52
Penggunaan ketiganya
apabila digunakan secara berlebihan tidak sesuai dengan standarnya
maka menimbulkan bermacam-macam perbuatan yang tercela.
Adapun perilaku tercela yang disebut dalam al-Qur'an diantaranya
sebagai berikut:
51
Aminudin, dkk, Pendidikan Agama Islam…, Op cit, hlm. 153 52
Ibid. Hlm. 155
34
1). Berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, orang-orang muslim dan
terhadap tanggungjawabnya.
2). Tidak menepati janji dan melanggar akad.
3). Tidak bersabar dan gelisah ketika menerima cobaan.
4). Berdusta keras dan kaku.
5). Dengki, iri hati dan hasad.
6). Egois dan mementingkan diri sendiri.
7). Berbuat zalim.
8). Memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar.53
Masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang jika dilakukan akan
berdampak negatif bagi diri sendiri maupun kepada orang lain.
Di bawah ini akan dirinci pembagian akhlak madzmumah yang
berkaitan dengan Allah, Rasulullah dirinya sendiri, keluarga
masyarakat dan lingkungan, dan segala yang bertentangan dengan
akhlak karimah disebut akhlak madzmumah seperti contohnya:
1). Akhlak madzmumah yang berhubungan dengan Allah. Seperti:
kufur, syirik, munafik, dan lain-lain.
2). Akhlak madzmumah yang berhubungan dengan Rasulullah
seperti: membenci Rasul, tidak percaya adanya Rasul.
3). Akhlak madzmumah yang berhubungan dengan dirinya sendiri,
seperti: putus asa, berdusta, berkhianat, boros, pengecut dan
lain-lain.
53
Ali Abdul Halim Mahmud, AKhlak Mulia.., Op cit. hlm. 177
35
4). Akhlak madzmumah yang berhubungan dengan keluarga
seperti durhaka kepada orang tua, bermusuhan antara saudara.
5). Akhlak mazmumah yang berhubungan dengan masyarakat,
seperti: sombong kepada orang lain, pamer, mengadu domba.54
Dari beberapa contoh akhlak madzmumah/tercela di atas, sebaiknya
dijauhkan dari pribadi setiap manusia umumnya dan khususnya bagi
kita sebagai umat Islam yang beriman, sebab dapat mengakibatkan
dan menimbulkan efek negatif dan kehancuran maupun kebobrokan
umat manusia itu sendiri.
3. Pentingnya Nilai-nilai Akhlak
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama
Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia.55
Akhlak yang
menempuh kedudukan yang istimewa dan sangat penting dalam Islam.
Keberadaannya memiliki kemutlakan yang nyaris Absolut, ibarat Islam
adalah gedung, maka akhlak adalah tiangnya yang wajib ditegakkan oleh
setiap muslim. Maka barang siapa yang menegakkan maka menegakkan
agama dan barang siapa yang mengabaikan berarti merobohkan agama.56
Kemudian perhatian Islam terhadap akhlak dapat pula dijumpai di
perhatian Nabi Muhammad SWA sebagaimana terlihat dalam ucapan dan
perbuatannya yang mengandung akhlak, seperti di dalam haditsnya:
54
Zainudin, M. Jamhari, AlIslam 2..., Op cit. hlm. 100 55
Abuddin Nata, Akhlak…, Op cit.hlm. 67 56
Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000), hlm. 20
36
"Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR.
Ahmad) ".57
Berdasarkan deklarasi Rasulullah SAW dalam haditsnya diatas
yang mengatakan bahwa diri beliau diutus oleh Allah hanya untuk
menyempurnakan akhlak. Ini terbukti pada awal kerasulannya, kiprah Nabi
Muhammad SAW nyata benar dalam mendobrak kejahilan akhlak umat,
mereka lupa dan enggan mengenali tuhannya yang haq, sehingga hidupnya
hanya bernuansa akhlak madzmumah/tercela. Maka kehadiran belaiu
segera berkiprah dengan membimbing mereka ke jalan akhlakul karimah.
Beliau mengajarkan berakhlakul karimah yang berhubungan dengan Allah,
sesama manusia dan dengan lingkungannya. Beliau tidak pernah lelah
dalam mendakwahkan akhlakul karimah kepada semua umat. Melihat dari
rentetan sejarah perjuangan rasul dalam menegakkan akhlak mulia, maka
jelaslah bagi kita keberadaan akhlak sangatlah mutlak dalam Islam.
Hal yang demikian jelaslah penting sekali, menanamkan akhlak
dalam diri pribadi seseorang, karena selain akhlak menempati posisi yang
sangat istimewa dalam Islam tapi juga memiliki keunggulan-keunggulan.
Pertama, akhlak memiliki disiplin moral yang sangat ketat. Kedua, akhlak
tidak memusuhi dan tidak menolak kehidupan manusia. Ketiga, akhlak
sebagai azas kebahagiaan.58
Karena pada dasarnya yang menjadi tujuan
akhlak adalah mencapai kebahagian baik bagi individu maupun
masyarakat.
57
Abuddin Nata, Akhlak., Op cit, hlm. 76 58
Islam Agamaku, Akhlak Dalam Islam, Jangan Buruk Sangka, LaG2is (No. 10 Oktober 2003), hlm. 2
37
Namun kebahagiaan yang bagaimanakah yang ingin dicapai oleh setiap
manusia. Pada uraian berikut akan dijelaskan akhlak sebagai azas
kebahagiaan dan manfaat akhlak mulia.
a. Akhlak Sebagai Azas Kebahagiaan
Kesadaran bahwa manusia dalam hidup ini membutuhkan manusia
lainnya menimbulkan perasaan bahwa setiap pribadi manusia
terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang baik. Manusia yang baik
adalah manusia yang paling banyak mendatangkan kebaikan kepada
orang lain, kesadaran untuk berbuat baik kepada orang lain ini
melahirkan sikap. Dasar untuk mewujudkan keselarasan, keserasian
dan keseimbangan dalam hubungan antar manusia baik pribadi maupun
masyarakat lingkungannya.
Pada hakikatnya orang berbuat baik/berbuat jahat terhadap orang
lain adalah untuk dirinya sendiri, mengapa orang lain senang berbuat
baik kepada kita, karena kita telah berbuat baik kepada orang itu. Hal ini
di jelaskan dalam firman Allah dalam QS. Al-Isra' ayat 7-8:
38
Artiya : "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke
dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya
pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-
habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan
Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan
Sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami
kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam
penjara bagi orang-orang yang tidak beriman."59
Ketinggian budi pekerti yang terdapat pada diri seseorang
menjadikannya dapat melaksanakan kewajiban dan pekerjaan yang baik
dan sempurna, sehingga menjadikan orang dapat hidup bahagia.
Sebaliknya apabila manusia-manusia buruk akhlaknya, kasar tabiatnya,
buruk prasangkanya pada orang lain, maka hal itu sebagai pertanda
bahwa orang itu hidup resah sepanjang hidupnya, karena ketiadaan
keserasiaan dan keharmonisan dalam pergaulannya sesama manusia.
Oleh karena itu pelajaran akhlak bertujuan untuk mengetahui
perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk agar
manusia dapat memegang teguh sifat-sifat yang baik dalam pergaulan
masyarakat.60
Sebab sama-sama mempunyai tugas tertentu dalam
masyarakat yaitu tugas yang harus dilaksanakan untuk keselamatan dan
kemaslahatan bersama dengan menciptakan kebaikan dan tanggung
jawab atas kelakuannya di masyarakat dan bahkan dihadapan Tuhan
nantinya. Jika tiap orang sadar dan mau menjalankan tugas dan
kewajibannya
59
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm 256 60
Asmaran AS, Pengantar Study Akhlak..., Op cit, hlm. 56
39
masing-masing maka akan tercapailah masyarakat yang adil yang
membawa kebahagiaan bagi dirinya dan masyarakatnya. Hal ini
berdasarkan tujuan akhlak yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat baik secara individu maupun masyarakat.
Bahkan dilampaui oleh tujuan akhlak di atas itu, kebahagian
akhirat yang semata-mata untuk mencapai kebahagian dunia yang
dihalalkan yang membawa kepada kebahagian akhirat.61
Kebahagian
dunia yang dengan perseorangan, yaitu kelebihan-kelebihan jasmani
dunia seperti kesehatan kekuatan, kecantikan, panjang umur dan
lain-lain. Begitu juga dengan kebahagian luar, yang paling menonjol
adalah harta, keluarga, kemulian, kemurahan rizki, dan kelebihan
bersifat kejujuran yang tergambar pada 4 keutamaan yaitu hikmah,
keberanian, suci diri dan keadilan, serta apa yang termasuk didalamnya
misalnya kelebihan- kelebihan yang berasal dari taufik Allah, seperti
hidayah Allah, petunjuk, bantuan dan pertolongan-Nya. Sedangkan
kebahagian yang berkenaan dengan masyarakat adalah kesetabilan sifat
tolong menolong, diantara anggota-anggotanya, solidaritas antar
sesama, keikhlasan bekerjanya, rasa tanggung jawabnya, serta
kesadaran mereka terhadap masalah masyarakat dan gejala-gejala lain
yang bisa membawa masyarakat untuk mencapai kebahagian.
Kewajiban seorang mukmin untuk menciptakan lingkungan yang
baik. Hal ini bermula dari diri sendiri, yaitu setiap pribadai bertingkah
laku dengan dasar akhlak yang luhur, seprti:
61
Omar Muhammad, Touny Asy Byaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), hlm. 347
40
1). Beriman Kepada Allah
2). Melaksanakan amal-amal sholeh yaitu melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan baik dan benar.
3). Suka menolong, berpesan terhadap yang baik dan kebenaran.
4). Mewujudkan kesabaran pada diri sendiri , keluarga dan
masyarakat.62
Jika empat dasar akhlak yang luhur di atas telah tertanam pada
setiap pribadi, hingga menjadi sifat dan tabiat dari pribadi
masing-masing dalam bermasyarakat dan berbangsa, maka bangsa ini
akan hidup bahagia, tenang, damai, dan sejahtera. b. Manfaat Akhlak
Mulia
Muslim yang benar selalu menampilkan budi pekerti yang baik,
perangi yang lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi
Muhammad adalah tokoh yang dijadikan idola dan suri tauladan dengan
mencontoh perbuatan akhlak yang mulia dari beliau.63
Demikian ini
menggambarkan bahwa Islam menginginkan suatu masyarakat yang
berakhlak mulia. Akhlak yang mulia ini ditekankan karena akan
membawa kebahagian bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata
lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya
adalah untuk orang yang bersangkutan, sebagaimana firman Allah
dalam QS An-Nahl ayat 97:
62
Asmaran AS, Pengantar Study Akhlak., Op cit, hlm. 59 63
M. Ali Hasyim, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, tt), hlm. 36
41
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.64
Ayat tersebut di atas telah menjelaskan manfaat dari akhlak yang
mulia yaitu seseorang yang beramal sholeh, akan memperoleh
kehidupan yang baik dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda di
akhirat dengan masuknya didalam surga. Hal ini menggambarkan
bahwa manfaat akhlak mulia itu adalah keberuntungan hidup di dunia
dan akhirat. Janji-janji Allah yang demikian itu pasti akan terjadi,
karena ia merupakan sunatullah sama kedudukannya dengan sunatullah
yang bersifat alamiah, asalkan hal tersebut ditempuh dengan cara-cara
yang tepat dan benar.
Selanjutnya selain manfaat akhlak mulia menurut ayat Al- Quran di
atas, juga akan diterangkan tentang manfaat akhlak mulia di antaranya :
1). Memperkuat dan menyempurnakan agama.
2). Mempermudah perhitungan amal di akhirat.
3). Menghilangkan kesulitan.
4). Selamat hidup didunia dan akhirat.65
64
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm 132 65
M. Ali Hasyim, Apakah Anda Berkepribadian...., Op cit, hlm. 173-175
42
Melihat beberapa manfaat di atas, jelaslah bahwa siapa saja yang
berkhlak mulia maka ia juga akan menikmati keuntungan/manfaat dari
akhlak mulia tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari seringnya kita
menjumpai dalam kenyataan sosial bahwa orang yang berakhlak mulia
itu akan semakin sejahtera. Karena orang yang baik akhlaknya pasti
disukai oleh lingkungan masyarakatnya, segala kesulitan dan
permasalahannya akan selalu dibantu untuk memecahkanya, walaupun
tidak diharapkannya.
Oleh sebab itu penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai
akhlak mulia dari diri kita pribadi, karena selain akan mendatangkan
kabaikan pada diri kita sendiri juga dapat mendatangkan kebaikan pada
orang lain. Sehingga kelak nantinya akan selamat dunia dan akhirat.
C. Upaya Pembinaan Ahlak siswa
Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6
tahun.66
Akhlak pada anak usia dini masih dalam keadaan labil. Sehingga pada
masa ini masih membutuhkan perhatian dan bimbingan yang khusus dalam
proses perkembangan akhlaknya. Akhlak atau bisa juga disebut dengan moral
atau kepribadian. Apabila akhlak itu istilah dalam islam dan bersumber atau
yang menjadi acuannya adalah Al-Qur'an dan Assunnah, Maka moral atau
kepribadian istilah dalam masyarakat yang menjadi acuannya adalah akal
pikiran manusia. Keduanya sama-sama untuk menentukan nilai baik dan buruk
terhadap semua perilaku atau perbuatan manusia.
66
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 87 lihat
juga Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar Anak Usia Dini, (Jakarta: Depdiknas, 2002), hlm. 3-4
43
Perkembangan moral pada masa kanak-kanak masih dalam tingkat
yang rendah. Hal ini disebabkan perkembangan intelektual anak yang belum
dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan
salah.67
Pada periode ini anak belum mampu mengerti tentang masalah standar
moral atau akhlak, dalam hal ini anak harus belajar berperilaku moral dalam
berbagai situasi. Mereka hanya bisa belajar bertindak, akan tetapi belum
mengetahui alasannya. Jadi pada periode ini yang lebih ditekankan adalah
pemberian pelatihan dan contoh-contoh perilaku yang baik. Sehingga anak
dapat menirukan dan mengikutinya.
Jadi, untuk menanamkan akhlak pada anak ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dengan taqdim al-takhalli an al-akhlaq al-mazmumah suma
al-tahalli bi al-akhlaq al-mahmudah,68
yakni dalam membawakan ajaran moral
atau al-akhlaq al-mahmudah adalah dengan jalan takhalli (mengosongkan atau
meninggalkan), al-akhlaq al-mazmumah (akhlak yang tercela), kemudian
tahalli (mengisi atau melaksanakan) al-akhlaq al-mahmudah (akhlak yang
terpuji).69
Akhlak yang tercela antara lain adalah hasad, mengambil harta orang
lain, bahil, makan riba, makan harta anak yatim.70
al-akhlaq al-mazmumah
yang lain adalah hianat, tidak menyampaikan amanat, su'uzan.71
Dalam
membawakan ajaran moral itu dapat dilakukan juga dengan memberikan
nasihat dan berdoa: bismillah al-rahman al-rahim alhamdu lillahi al-lazi
hadana ila makarim al-akhlaq.72
Dalam ajaran akhlak itu haruslah menjadikan
67
Elvi Yulian Rahmad, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 160 68
Sayid Usman, Fath al-bab li Tahsin al-Zan, (Betawi: t.p, 1899), hlm. 1 69
Ibid, hal 2 70
Ibid, hal 3 71
Ibid, hlm. 15 72
Ibid, hlm. 5
44
iman sebagai fondasi dan sumbernya. Iman itu sebagai nikmat besar yang
menjadikan manusia bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun cara mensyukurinya adalah dengan melaksanakan amal salih
(al-akhlaq al-mahmudah) dan meninggalkan maksiat.73
Landasan pokok dari
akhlak Islam ada pada iman, yaitu iman kepada Allah, sehingga memiliki moral
force (kekuatan moral) yang sangat kuat. Iman inilah yang merupakan batu
fondasi bagi berdirinya bangunan akhlak Islam. Dapat dikatakan bahwa cara
yang ditempuh dalam membawakan ajaran-ajaran akhlak adalah sebagai
berikut:
a. Dengan Cara Langsung
Dengan ayat-ayat al-Qur'an dan al-Hadis tentang akhlak cara
langsung itu ditempuh oleh Islam untuk membawakan ajaran-ajaran
akhlaknya. Maka wajib atas tiap makhluk mengikuti perintah Allah SWT
dan Rasulnya.74
Nabi Muhammad telah banyak memberikan contoh
tentang moral atau akhlak. 75
Berdusta misalnya adalah perbuatan amat
dibenci oleh Nabi Muhammad, sedangkan kejujuran adalah norma yang
amat dihargai, sehingga beliau mengatakan bahwa kejujuran itu pintu
gerbang masuk surga (dapat membawa seorang ke jalan surga) dan
kedustaan pintu gerbang masuk neraka.
Penyampaian ajaran-ajaran akhlaknya, dapat menggunakan cara yang tidak
langsung yaitu :
73
Mansur, Pendidikan Anak ...,Op cit, hlm. 257 74
Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirk, diterj. Arifin, (Surabaya: Bina Ilmu, 1978), hlm. 182
75 Mansur, Pendidikan Anak ..., hlm. 262
45
1). Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak
Anak suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang
diberikan oleh orang tuanya. Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai
akhlak banyak dikemukakan dalam ajaran Islam antara lain kisah
Nabi-nabi dan umat mereka masing-masing,76
kisah perjalanan Isra'
Mi'raj Nabi Muhammad dan lain-lain. Hikmah dari Isra' Mi'raj yaitu
adanya perintah shalat lima puluh kali menjadi lima kali sehari.
2). Kebiasaan atau latihan-latihan peribadatan
Peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, haji perlu dibiasakan
atau diadakan latihan. Apabila latihan-latihan peribadatan ini betul-
betul dikerjakan dan ditaati, akan lahirlah akhlak Islam pada diri orang
yang mengerjakannya sehingga orang itu menjadi orang Islam berbudi
luhur.
Dalam mengajarkan akhlak terutama kepada anak, dengan
memberikan nasihat kepada anak agar menjauhkan akhlak tercela,
kemudian mengisi, melaksanakan akhlak terpuji. Pentingnya
pengawasan akan perkembangan anak serta menanamkan kebiasaan
yang baik guna mencapai akhlak mulia anak. Penanaman akhlak sangat
dipentingkan dalam pendidikan anak, sifat malu yang kelihatan pada
anak merupakan langkah pertama menuju ke arah kesempurnaan dan
berpikir.77
Pembinaan akhlak memiliki posisi dan kedudukan yang
tinggi dan mulia di dalam Islam. Oleh karena itu para cendekiawan
76
Ibid, hlm. 263 77
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999), 84
46
muslim senantiasa menyertakan pendidikan agama dengan pendidikan
akhlak mereka, serta membimbing agar tujuan utama mereka dalam
menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.