bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 deskripsi...
TRANSCRIPT
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya menunjukkan
self efficacy yang sangat rendah dan rendah. Dari 12 siswa dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam hal ini
kesamaan antara kedua kelompok dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, dan
kategori skor skala self efficacy yang diuji homogenitas harus menghasilkan
Asymp. Sig. (2-tailed)> 0,50. Tabel 4.1 dibawah ini adalah diskripsi mengenai
kondisi kelompok eksperimen dan kontrol sebelum perlakuan.
Tabel 4.1 Diskripsi kelompok eksperimen dan kontrol
No. Eksperimen Kontrol Usia Jenis Kelamin
1. 3 3 15 P
2. 3 3 15 L
Berdasar tabel 4.1. dapat dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan pada usia
dan jenis kelamin antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.2
dibawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre test self efficacy kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol:
Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
No Nama Total Kategori
Eks Kon Eks Kon Eks Kon
1 AG ES 69 80 Rendah Rendah
33
2 AY GZ 67 55 Rendah Sangat Rendah
3 RN DY 58 64 Sangat Rendah Rendah
4 AN BN 52 64 Sangat Rendah Sangat Rendah
5 HM ST 74 66 Rendah Rendah
6 BR GS 72 60 Rendah Rendah
Jml 6 6 392 389
Keterangan : Eks : Eksperimen
Kon : Kontrol
Rendah : 59-80
Sangat rendah : 37-58
Dari tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dalam eksperimen ini terdapat
12 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 6 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan 6 siswa sebagai kelompok kontrol. Jumlah skor keseluruhan
kelompok eksperimen yaitu 392, sedangkan jumlah skor kelompok kontrol 389.
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil skala self efficacy pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukkan sig. sig. 0,748 > 0,5,
sedangkan mean rank kelompok eksperimen 6,83 dan mean rank kelompok
kontrol adalah 6,17.
Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis di atas, selanjutnya
kelompok eksperimen akan diberikan treatment yaitu diberikan layanan
konseling kelompok realita sebanyak 7 kali pertemuan, sedangkan kelompok
kontrol tidak diberikan treatment. Penyusunan topik dalam kegiatan konseling
kelompok didasarkan pada permasalahan siswa yang memiliki self efficacy rendah
dan sangat rendah.
34
Tabel 4.3 Program layanan konseling kelompok realita
No Topik Indikator Tujuan Rencana
pelaksa-
naan
Alokasi
waktu dan
pertemuan
Bentuk
kegiatan
1. Mengatasi
self
efficacy
mengenai
yang
rendah
Siswa telah
mengetahui
seberapa self
efficacy yang
mereka
miliki
Siswa
mengetahui
akan self
efficacy yang
ia miliki
14 Juli
2014
1x45 Sharing,
Konselin
g
kelompok
2. Cara
meningka
tkan
optimism
e diri
Siswa telah
memiliki
pemikiran
mengenai
peningkatan
optimisme
diri
Siswa
mampu
menumbuhka
n optimisme
diri
16 Juli
2014
1x45 Konse-
ling
kelom-
Pok
3. Meningka
tkan
kemampu
an diri
Siswa telah
mengungkap
kan
kemampuan
diri
Siswa
mampu
menggali
kemampuan
dirinya dan
menemukan
cara untuk
meningkatka
n
kemampuan
dirinya
19 Juli
2014
2x45 Konse-
ling
kelom-
Pok
4. Kemampu
an dalam
mengatasi
masalah
Siswa telah
membuat
keputusan
yang tepat
dalam
mengatasi
masalah
dirinya.
Siswa
mampu
dalam
mengambil
keputusan
untuk
mengatasi
masalahnya
22 Juli
2014
1x45 Konse-
ling
kelom-
Pok
5. Kemampu
an
mengeval
uasi diri
Siswa telah
mengumpulk
an cara untuk
mengevaluas
i dirinya
Siswa
mampu
untuk m
engevaluasi
dirinya
27 Juli
2014
1x45 Konse-
ling
kelom-
Pok
6. Meningka
tkan
harapan
individu
Siswa telah
membuat
cara untuk
meningkatka
n harapan
individu
Siswa
mampu
dalam
meningkatka
n harapan
individu
2 Agustus
2014
1x45 Konselin
g
kelompok
7. Siswa telah
memiliki
Siswa
mampu
4 Agustus
2014
1x45 Evaluasi,
post test
35
rancangan
dalam
meningkatka
n keyakinan
diri
dalam
meningkatka
n keyakinan
diri
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Perijinan Penelitian
Penulis memberikan surat ijin penelitian kepada Tata Usaha SMP
Muhammadiyah 5 Wonosegoro yang prosedur awalnya surat ijin diberikan
kepada bagian Tata Usaha Program Studi Bimbingan dan Konseling dan nantinya
pihak Tata Usaha akan memberikan surat ijin yang disetujui oleh dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk diserahkan kepada SMP
Muhammadiyah 5 Wonosegoro.
Berdasarkan ijin tersebut, penulis membicarakan prosedur penelitian yang
berupa uji instrument, pre test, post test, dan treatment kepada SMP
Muhammadiyah 5 Wonosegoro. Uji instrument dan pre test dilaksanakan pada
bulan Maret 2014. Sedangkan untuk pelaksanaan layanan (treatment) dan post test
dilakukan mulai Juli 2014 sampai selesai dan dilakukan sesuai hasil persetujuan
anggota kelompok yang menjadi subjek penelitian.
4.2.2 Tes Awal (Pre test)
Pre test dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2014 dengan menyebarkan
skala self efficacy yang berjumlah 37 item pernyataan pada 23 siswa kelas VIIIA
SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro. Setelah dianalisis terdapat 12 siswa yang
36
memiliki self efficacy dengan kategori sangat rendah dan rendah. Selanjutnya 12
siswa tersebut dibagi secara random menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
eksperimen dengan jumlah 6 siswa dan kelompok kontrol dengan jumlah 6 siswa.
Berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16.0 for Windows, dari
kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga
penelitian dapat dilanjutkan.
4.2.3 Perlakuan
Treatment diberikan dengan memberi layanan konseling kelompok realita
sesuai rancangan program yang sudah dibuat oleh penulis sebanyak 7 sesi dan
dilaksanakan pada jam-jam tertentu sesuai dengan kesepakatan dengan anggota
kelompok. Layanan ini dikatakan berhasil apabila kelompok eksperimen setelah
post test menunjukkan peningkatan self efficacy dan hasilnya lebih tinggi dari
kelompok kontrol. Adapun sesi eksperimen dengan layanan konseling kelompok
realita sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama hari Senin, 14 Juli 2014
a. Tahap Keterlibatan
Sesi satu dilaksanakan pada saat jam pelajaran BK, bertempat di ruang osis.
Ini merupakan sesi awal pertemuan konseling kelompok realita. Pada tahap
keterlibatan pemberi layanan (penulis) memperkenalkan diri duntuk membangun
suatu keakraban antara konselor dengan anggota kelompok. pemberi layanan
37
menjelaskan pengertian, tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan konseling
kelompok.
Dalam sesi keterlibatan ini konselor mengajak anggota kelompok untuk
bermain, agar kelompok semakin bersemangat mengikuti layanan.
b. Tahap Fokus Pada Perilaku Saat Ini
Disini konselor menjelaskan arti, tujuan, asas dan prosedur dari kegiatan
konseling kelompok, menyepakati kontrak waktu serta memberi motivasi kepada
anggota kelompok agar anggota kelompok merasa diterima dan bisa lebih terbuka
dalam menyampaikan permasalahan terkait dengan self efficacy.
Dalam tahap ini, konselor menegaskan kembali kepada anggota kelompok
untuk fokus pada permasalahan yang akan dibahas karena ini baru pertama
kalinya anggota kelompok mengikuti layanan konseling kelompok. Penulis juga
menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Evaluasi Perilaku
Tahap ini diawali dengan konselor menyampaikan kepada anggota kelompok
bahwa permasalahan yang dibahas adalah self efficacy. Konselor mengajak
anggota kelompok untuk menyampaikan permasalahan secara bergantian, dan dari
permasalahan-permasalahan yang ada kemudian secara bersama-sama
mengevaluasi setiap permasalahan yang telah disampaikan. Pada dasarnya
permasalahan anggota kelompok sama, namun anggota kelompok sepakat untuk
membahas permasalahan . Selama ini AG selalu memiliki self efficacy yang
rendah dalam mengerjakan tugas. Menurut AG di kelas teman-temannya lebih
pintar dan AG merasa tidak ada apa-apa dibanding teman-teman. Anggota
38
kelompok mengajak anggota kelompok yang lain untuk menilai/evaluasi
permasalahan AG. Secara bergantian anggota kelompok yang lain memberikan
tanggapan, pertanyaan, dan masukan kepada AG.
d. Tahap Perencanaan dan Tindakan
Dalam tahap ini, konselor mempersilahkan anggota lain ataupun Ag
mengenai pembuatan suatu rencana ataupun tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya mengenai permasalahan tersebut.
e. Tahap Komitmen
Pada tahap komitmen, konselor dan anggota kelompok bertanya terhadap AG
apa yang harus dilakukan dan harus bisa komitmen dengan keputusan yang
diambil untuk penyelesaian masalah tersebut. Dan konselor juga bertanya adakah
kendala jika nanti AG berkomitmen akan solusi permasalahannya ini.
f. Tahap Penolakan untuk Menerima Alasan
Dalam tahap ini, AG dihadapkan dalam permasalahannya dengan
komitmennya, dimana mengalami identitas kegagalan, tahap ini AG harus bisa
menerima identitas gagalnya dengan alasan adanya suatu alasan tertentu yang
membuat identitas gagal.
g. Tidak ada hukuman
Konselor disini menjelaskan pada anggota kelompok mengenai permasalahan
AG yang menolak identitas gagal, dengan mempersilahkan anggota kelompok lain
menanggapi tahap yang sebelumnya dan konselor menjelaskan pada anggota
kelompok bahwasanya setiap kegagalan itu atau kesalahan tidak harus dengan
suatu hukuman. Kemudian dengan itu AG dan anggota kelompok lainnya bisa
39
berkomitmen dan mengevaluasi dari tahap-tahap sebelumnya yang ada pada sesi
konseling.
h. Penolakan untuk Menyerah
Konselor membantu anggota kelompok dengan sikap menolak untuk
menyerah dan menantang mereka dalam menemukan cara keyakinan diri pada
anggota kelompok. Anggota kelompok menaggapi dan mereka mempunyai
perubahan dalam menanggapi masalah di tahap awal sampai terakhir.
Penulis menjelaskan bahwa sesi pertama akan segera diakhiri. Penulis
mengajak anggota kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung.
Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi selanjutnya dan menutupnya
dengan doa.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terdapat respon
anggota kelompok, diketahui bahwa antusais anggota kelompok sangat tinggi,
dibuktikan dengan terbukanya anggota kelompok dalam mengungkapkan
permasalahan maupun menanggapi permasalahan yang ada. Dan melalui
pengungkapan masalah AG disini sebenarnya secara tidak langsung anggota
kelompok yang lain juga tertolong, karena hampir permasalahannya sama.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan siswa, penulis menyimpulkan bahwa
melalui kegiatan konseling kelompok realita sesi pertama siswa dapat mengetahui
pentingnya self efficacy, dan siswa dapat memulainya sekarang. Layanan ini juga
dapat dikatakan berhasil karena siswa telah dapat mengetahui pentingnya self
efficacy.
40
2. Pertemuan kedua hari Rabu, 16 Juli 2014
a. Tahap Keterlibatan
Sesi kedua dilaksanakan pada saat jam pulang sekolah, bertempat di ruang
osis. Pada tahap keterlibatan pemberi layanan (penulis) memperkenalkan diri lagi
untuk membangun suatu keakraban antara konselor dengan anggota kelompok.
pemberi layanan menjelaskan lagi mengenai pengertian, tujuan, asas, dan
prosedur dari kegiatan konseling kelompok.
b. Tahap Fokus Pada Perilaku Saat Ini
Dalam tahap ini, konselor menegaskan kembali kepada anggota kelompok
untuk fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan anggota kelompok
mengikuti layanan konseling kelompok. Penulis juga menanyakan kesiapan
anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Evaluasi Perilaku
Tahap ini diawali dengan konselor menyampaikan kepada anggota kelompok
bahwa permasalahan yang dibahas adalah salah satu masalah dari anggota
kelompok. Dari enam orang, diambil permasalahan AY. Pada dasarnya
permasalahan anggota kelompok sama, namun anggota kelompok sepakat untuk
membahas permasalahan AY. Selama ini AY sering memiliki optimisme yang
rendah akan self efficacy yang ia miliki. AY selalu down saat mengerjakan tugas
sekolah. Konselor mengajak anggota kelompok yang lain untuk menilai/evaluasi
permasalahan AY. Secara bergantian anggota kelompok yang lain memberikan
tanggapan, pertanyaan, dan masukan kepada AY.
41
d. Tahap Perencanaan dan Tindakan
Dalam tahap ini, anggota kelompok lain memberikan masukan suatu tindakan
atau perencanaan mengenai permasalahan AY tersebut.
e. Tahap Komitmen
Pada tahap komitmen, konselor dan anggota kelompok bertanya terhadap AY
apa yang harus dilakukan dan apa bisa komitmen dengan keputusan yang diambil
atas permasalahannya. Dan konselor juga bertanya adakah kendala jika nanti AY
berkomitmen akan memiliki solusi dalam menghadapi masalah.
f. Tahap Penolakan untuk Menerima Alasan
AY dihadapkan dalam permasalahannya dengan komitmennya, dimana
mengalami identitas kegagalan, tahap ini AY harus bisa menerima identitas
gagalnya dengan alasan adanya suatu alasan tertentu yang membuat identitas
gagal.
g. Tidak ada hukuman
Konselor disini menjelaskan pada anggota kelompok mengenai permasalahan
AY yang menolak identitas gagal, dengan mempersilahkan anggota kelompok lain
menanggapi tahap yang sebelumnya dan konselor menjelaskan pada anggota
kelompok bahwasanya setiap kegagalan itu atau kesalahan tidak harus dengan
suatu hukuman. Kemudian dengan itu AY bisa berkomitmen dan mengevaluasi
dirinya dari tahap-tahap sebelumnya yang ada pada sesi konseling.
h. Penolakan untuk Menyerah
AY dengan sikap menolak untuk menyerah dan menantang dalam
menemukan cara meningkatkan optmisme pada anggota kelompok. Anggota
42
kelompok menaggapi dan AY dapat melakukan perubahan dalam menanggapi
masalah di tahap awal sampai terakhir.
Penulis menjelaskan bahwa sesi kedua akan segera diakhiri. Penulis
mengajak anggota kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung.
Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi selanjutnya dan menutupnya
dengan doa.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terdapat respon
anggota kelompok, diketahui bahwa antusais anggota kelompok sangat tinggi,
dibuktikan dengan terbukanya anggota kelompok dalam mengungkapkan
permasalahan maupun menanggapi permasalahan yang ada. Dan melalui
pengungkapan masalah AY disini sebenarnya secara tidak langsung anggota
kelompok yang lain juga tertolong, karena rata-rata permasalahan yang dihadapi
sama.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan siswa, penulis menyimpulkan bahwa
melalui kegiatan konseling kelompok realita sesi kedua siswa dapat mengetahui
pentingnya meningkatkan optimisme pada self efficacynya, dan siswa dapat
memulainya sekarang. Layanan ini juga dapat dikatakan berhasil karena siswa
telah dapat mengetahui pentingnya meningkatkan optimisme akan self efficacy
yang ia miliki.
3. Pertemuan ketiga, Sabtu 19 Juli 2014
a. Tahap Keterlibatan
Sesi ketiga dilaksanakan pada saat sore sebelum buka puasa, bertempat di
suatu rumah makan. Ini merupakan sesi ketiga pertemuan konseling kelompok
43
realita. Pada tahap keterlibatan pemberi layanan (penulis) memperkenalkan diri
duntuk membangun suatu keakraban antara konselor dengan anggota kelompok.
pemberi layanan menjelaskan pengertian, tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan
konseling kelompok.
b. Tahap Fokus Pada Perilaku Saat Ini
Konselor menyepakati kontrak waktu serta memberi motivasi kepada anggota
kelompok agar anggota kelompok merasa diterima dan bisa lebih terbuka dalam
menyampaikan permasalahan terkait dengan kemampuan dirinya dalam hal
akademik.
Dalam tahap ini, konselor menegaskan kembali kepada anggota kelompok
untuk fokus pada permasalahan yang akan dibahas dalam mengikuti layanan
konseling kelompok. Penulis juga menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Evaluasi Perilaku
Tahap ini diawali dengan konselor menyampaikan kepada anggota kelompok
bahwa permasalahan yang dibahas adalah kemampuan diri individu. Anggota
kelompok menyampaikan permasalahan secara bergantian, dan dari
permasalahan-permasalahan yang ada kemudian secara bersama-sama
mengevaluasi setiap permasalahan yang telah disampaikan. Kemudian dipilih satu
permasalah yaitu permasalahan yang dialami oleh RN yaitu tentang kemampuan
diri yang rendah akan akademik di sekolah.
d. Tahap Perencanaan dan Tindakan
44
Dalam tahap ini, konselor mempersilahkan anggota lain ataupun RN
mengenai pembuatan suatu rencana ataupun tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya mengenai permasalahan tersebut.
e. Tahap Komitmen
Pada tahap komitmen, konselor bertanya terhadap RN apa yang harus
dilakukan mengenai komitmen yang diambil untuk penyelesaian masalah tersebut.
Dan konselor juga bertanya adakah kendala jika nanti RN berkomitmen dan
akankah ada solusinya.
f. Tahap Penolakan untuk Menerima Alasan
Dalam tahap ini, RN dihadapkan dalam permasalahannya dengan
komitmennya, dimana mengalami identitas kegagalan, tahap ini RN harus bisa
menerima identitas gagalnya dengan alasan adanya suatu alasan tertentu yang ia
harus menerimanya.
g. Tidak ada hukuman
Konselor disini menjelaskan pada anggota kelompok mengenai permasalahan
RN yang menolak identitas gagal, dengan mempersilahkan anggota kelompok lain
menanggapi tahap yang sebelumnya dan konselor menjelaskan pada anggota
kelompok bahwasanya setiap kegagalan itu atau kesalahan tidak harus dengan
suatu hukuman. Kemudian dengan itu RN dan anggota kelompok lainnya bisa
berkomitmen dan mengevaluasi diri dari permasalahan di tahap-tahap
sebelumnya.
h. Penolakan untuk Menyerah
45
RN dengan sikap menolak untuk menyerah dan menantang dalam
menemukan solusi meningkatkan kemampuan dirinya yang rendah. Anggota
kelompok menaggapi dan RN dapat melakukan perubahan dengan terbukti ia
mampu menemukan solusi akan permasalahan yang di hadapinyaa.
Penulis menjelaskan bahwa sesi ketiga akan segera berakhir. Penulis
mengajak anggota kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung.
Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi selanjutnya dan menutupnya
dengan doa.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terdapat respon
anggota kelompok, diketahui bahwa antusais anggota kelompok sangat tinggi,
dibuktikan dengan terbukanya anggota kelompok dalam mengungkapkan
permasalahan maupun menanggapi permasalahan yang ada.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan siswa, penulis menyimpulkan bahwa
melalui kegiatan konseling kelompok realita sesi ketiga siswa dapat mengetahui
pentingnya meningkatkan kemampuan diri dalam hal akademik, dan siswa dapat
memulainya sekarang. Layanan ini juga dapat dikatakan berhasil karena siswa
telah dapat mengetahui pentingnya meningkatkan kemampuan diri individu dalam
akademik.
4. Pertemuan keempat, hari Senin 22 Juli 2014
a. Tahap Keterlibatan
Sesi keempat dilakukan pada saat di luar jam sekolah, bertempat di halaman
sekitar sekolah. Ini merupakan sesi keempat pertemuan konseling kelompok
realita. Pada tahap keterlibatan pemberi layanan (penulis) memperkenalkan diri
46
duntuk membangun suatu keakraban antara konselor dengan anggota kelompok.
pemberi layanan menjelaskan pengertian, tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan
konseling kelompok.
b. Tahap Fokus Pada Perilaku Saat Ini
Disini konselor menjelaskan arti, tujuan, asas dan prosedur dari kegiatan
konseling kelompok, menyepakati kontrak waktu serta memberi motivasi kepada
anggota kelompok agar anggota kelompok merasa diterima dan bisa lebih terbuka
dalam menyampaikan permasalahan terkait dengan tingkat kemampuan diri
mengatasi suatu masalah.
Dalam tahap ini, konselor menegaskan kembali kepada anggota kelompok
untuk fokus pada permasalahan yang akan dibahas. Penulis juga menanyakan
kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Evaluasi Perilaku
Tahap ini diawali dengan konselor menyampaikan kepada anggota kelompok
bahwa permasalahan yang dibahas adalah mengenai tingkat kemampuan individu
dalam mengatasi suatu masalah. Konselor mengajak anggota kelompok untuk
menyampaikan permasalahan secara bergantian, dan dari permasalahan-
permasalahan yang ada kemudian secara bersama-sama mengevaluasi setiap
permasalahan yang telah disampaikan. Kemudian dipilih permasalahan yang
dialami oleh AN. AN selalu tidak bisa mengatasi permasalahannya, tidak
mempunyai keyakinan diri dalam mengatasi masalahnya, akibatnya dia tidak
pernah bisa menyelesaikan masalahnya. Secara bergantian anggota kelompok
yang lain memberikan tanggapan, pertanyaan, dan masukan kepada AN.
47
d. Tahap Perencanaan dan Tindakan
Dalam tahap ini, konselor mempersilahkan AN mengenai pembuatan suatu
rencana ataupun tindakan yang akan dilakukan selanjutnya mengenai
permasalahan yang dihadapi tersebut.
e. Tahap Komitmen
Pada tahap komitmen, konselor dan anggota kelompok bertanya terhadap AN
apa yang harus dilakukan dan harus bisa komitmen dengan keputusan yang
diambil untuk penyelesaian masalah tersebut. Dan konselor juga bertanya adakah
kendala jika nanti AN berkomitmen akankah AN memiliki solusi untuk
menyelesaikan permasalahannya.
f. Tahap Penolakan untuk Menerima Alasan
Dalam tahap ini, AN dihadapkan dalam permasalahannya dengan
komitmennya, dimana mengalami identitas kegagalan, tahap ini AN harus bisa
menerima identitas gagalnya dengan alasan adanya suatu alasan tertentu yang
membuat identitas gagal. Jadi AN disuruh untuk bisa menerima alasan.
g. Tidak ada hukuman
Konselor disini menjelaskan pada anggota kelompok mengenai permasalahan
AN yang menolak identitas gagal, dengan mempersilahkan anggota kelompok lain
menanggapi tahap yang sebelumnya dan konselor menjelaskan pada anggota
kelompok bahwasanya setiap kegagalan itu atau kesalahan tidak harus dengan
suatu hukuman. Kemudian dengan itu AN dan anggota kelompok lainnya bisa
berkomitmen dan mengevaluasi diri dari tahap-tahap sebelumnya yang telah
terjadi.
48
h. Penolakan untuk Menyerah
Konselor membantu anggota kelompok dengan sikap menolak untuk
menyerah dan menantang mereka dalam menemukan keyakinan diri dalam
kemampuan nya menyelesaikan suatu masalah. Anggota kelompok menaggapi
dan AN kemudian mempunyai perubahan dan mengambil solusi setelah
melakukan sesi konseling.
Penulis menjelaskan bahwa sesi keempat akan segera diakhiri. Penulis
mengajak anggota kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung dan
kemudian menutup kegiatan dengan doa.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terdapat respon
anggota kelompok, diketahui bahwa antusais anggota kelompok tinggi, dibuktikan
dengan terbukanya anggota kelompok dalam mengungkapkan permasalahan
maupun menanggapi permasalahan yang ada.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan siswa, penulis menyimpulkan bahwa
melalui kegiatan konseling kelompok realita sesi keempat siswa dapat
mengetahui pentingnya meningkatkan kemampuan diri dalam mengatasi masalah,
dan siswa dapat memulainya sekarang. Layanan ini juga dapat dikatakan berhasil
karena siswa telah dapat mengetahui pentingnya meningkatkan kemampaun diri
mengatasi suatu permasalahan dengan keyakinan diri yang tinggi.
5. Pertemuan kelima hari Minggu, 27 Juli 2014
a. Tahap Keterlibatan
49
Sesi kelima dilaksanakan pada saat jam pelajaran BK, bertempat di ruang
osis. Pada tahap keterlibatan pemberi layanan menjelaskan pengertian, tujuan,
asas, dan prosedur dari kegiatan konseling kelompok.
b. Tahap Fokus Pada Perilaku Saat Ini
Konselor dan anggota kelompok menyepakati kontrak waktu serta memberi
motivasi kepada anggota kelompok agar anggota kelompok merasa diterima dan
bisa lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahan terkait dengan kemampuan
mengevaluasi diri.
Dalam tahap ini, konselor menegaskan kembali kepada anggota kelompok
untuk fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan anggota kelompok
mengikuti layanan konseling kelompok. Penulis juga menanyakan kesiapan
anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Evaluasi Perilaku
Tahap ini diawali dengan konselor menyampaikan kepada anggota kelompok
bahwa permasalahan yang dibahas adalah mengevaluasi diri. Konselor mengajak
anggota kelompok untuk menyampaikan permasalahan secara bergantian, dan dari
permasalahan-permasalahan yang ada kemudian secara bersama-sama
mengevaluasi setiap permasalahan yang telah disampaikan. Kemudian memilih
salah satu anggota kelompok yaitu HM. Ia mempunya permasalahan dalam
mengevaluasi dirinya, karena bisa dikatanan HM tidak memiliki keyakinan diri
yang rendah untuk mengevaluasi dirinya. Anggota kelompok mengajak anggota
kelompok yang lain untuk menilai/evaluasi permasalahan HM. Secara bergantian
50
anggota kelompok yang lain memberikan tanggapan, pertanyaan, dan masukan
kepada HM.
d. Tahap Perencanaan dan Tindakan
Dalam tahap ini, konselor mempersilahkan anggota lain untuk menanggapi
atau memberikan mengenai pembuatan suatu rencana ataupun tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya sesuai permasalahan HM.
e. Tahap Komitmen
Pada tahap komitmen, konselor dan anggota kelompok bertanya terhadap HM
apa yang harus dilakukan dan harus bisa komitmen dengan keputusan yang
diambil untuk penyelesaian masalah tersebut. Dan konselor juga bertanya adakah
kendala jika nanti HM berkomitmen akankah HM memiliki solusi dalam
komitmennya itu.
f. Tahap Penolakan untuk Menerima Alasan
Dalam tahap ini, HM dihadapkan dalam permasalahannya dengan
komitmennya, dimana mengalami identitas kegagalan, tHM harus bisa menerima
identitas gagalnya dengan alasan adanya suatu alasan tertentu yang membuat
identitas gagal. Dan HM dilatih untuk bisa menerima identitas kegagalan tersebut.
g. Tidak ada hukuman
Konselor disini menjelaskan pada anggota kelompok mengenai permasalahan
HM yang menolak identitas gagal, dengan mempersilahkan anggota kelompok
lain menanggapi tahap yang sebelumnya dan konselor menjelaskan pada anggota
kelompok bahwasanya setiap kegagalan itu atau kesalahan tidak harus dengan
suatu hukuman. Kemudian dengan itu HM dan anggota kelompok lainnya bisa
51
berkomitmen dan mengevaluasi dari tahap-tahap sebelumnya yang ada pada sesi
konseling.
h. Penolakan untuk Menyerah
Konselor membantu anggota kelompok dengan sikap menolak untuk
menyerah dan menantang HM dalam menemukan keyakinan diri dalam
mengevaluasi dirinya. Anggota kelompok menaggapi dan mpada akhirnya HM
mempunyai perubahan dalam menanggapi masalah dan mendapatkan solusi
pemecahan masalah.
Penulis menjelaskan bahwa sesi kelima akan berakhir. Penulis mengajak
anggota kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Berdasarkan
hasil penilaian proses berupa observasi penulis terdapat respon anggota kelompok,
diketahui bahwa antusais anggota kelompok tinggi, dibuktikan dengan terbukanya
anggota kelompok dalam mengungkapkan permasalahan maupun menanggapi
permasalahan yang ada.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan siswa, penulis menyimpulkan bahwa
melalui kegiatan konseling kelompok realita sesi kelima siswa dapat mengetahui
pentingnya self efficacy uuntuk meningkatkan kemampuan dalam mengevaluasi
diri dan siswa dapat memulainya sekarang.
6. Pertemuan keenam hari Sabtu, 2 Agustus 2014
a. Tahap Keterlibatan
Sesi keenam ini dilaksanakan pada saat jam pelajaran Matematika, dimana
sebelumnya sudah diperssilahkan guru matematika, bertempat di ruang osis. Ini
merupakan sesi terakhir pertemuan konseling kelompok realita. Pada tahap
52
keterlibatan pemberi layanan (penulis) memperkenalkan diri duntuk membangun
suatu keakraban lagi antara konselor dengan anggota kelompok. pemberi layanan
menjelaskan pengertian, tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan konseling
kelompok.
Dalam sesi keterlibatan ini konselor mengajak anggota kelompok untuk
bermain, agar kelompok semakin bersemangat mengikuti layanan.
b. Tahap Fokus Pada Perilaku Saat Ini
Disini konselor menjelaskan arti, tujuan, asas dan prosedur dari kegiatan
konseling kelompok, menyepakati kontrak waktu serta memberi motivasi kepada
anggota kelompok agar anggota kelompok merasa diterima dan bisa lebih terbuka
dalam menyampaikan permasalahan terkait dengan self efficacy untuk
meningkatkan harapan individu.
Dalam tahap ini, konselor menegaskan kembali kepada anggota kelompok
untuk fokus pada permasalahan yang akan dibahas Penulis juga menanyakan
kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Evaluasi Perilaku
Tahap ini diawali dengan konselor menyampaikan kepada anggota kelompok
bahwa permasalahan yang dibahas adalah self efficacy untuk meningngkatkan
suatu harapan dalm diri individu. Konselor mengajak anggota kelompok untuk
menyampaikan permasalahan secara bergantian, dan dari permasalahan-
permasalahan yang ada kemudian secara bersama-sama mengevaluasi setiap
permasalahan yang telah disampaikan. Kemudian dibahaslah masalah BR yang
Pada dasarnya permasalahan anggota kelompok sama, namun BR lebih mendekati
53
ke topik bahasan. Konselor mengajak anggota kelompok yang lain untuk
menilai/evaluasi permasalahan BR. Secara bergantian anggota kelompok yang
lain memberikan tanggapan, pertanyaan, dan masukan kepada BR.
d. Tahap Perencanaan dan Tindakan
Dalam tahap ini, konselor mempersilahkan anggota lain ataupun BR
mengenai pembuatan suatu rencana ataupun tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya mengenai permasalahan tersebut.
e. Tahap Komitmen
Pada tahap komitmen, konselor dan anggota kelompok bertanya terhadap BR
apa yang harus dilakukan dan harus bisa komitmen dengan keputusan yang
diambil untuk penyelesaian masalah tersebut. Dan konselor juga bertanya adakah
kendala jika nanti BR berkomitmen akankah BR sudah mempunyai solusi
permasalahannya.
f. Tahap Penolakan untuk Menerima Alasan
Dalam tahap ini, BR dihadapkan dalam permasalahannya dengan
komitmennya, dimana mengalami identitas kegagalan, tahap ini BR harus bisa
menerima identitas gagalnya dengan alasan adanya suatu alasan tertentu yang
membuat identitas gagal.
g. Tidak ada hukuman
Konselor disini menjelaskan pada anggota kelompok mengenai permasalahan
BR yang menolak identitas gagal, dengan mempersilahkan anggota kelompok lain
menanggapi tahap yang sebelumnya dan konselor menjelaskan pada anggota
kelompok bahwasanya setiap kegagalan itu atau kesalahan tidak harus dengan
54
suatu hukuman. Kemudian dengan itu BR dan anggota kelompok lainnya bisa
berkomitmen dan mengevaluasi dari tahap-tahap sebelumnya yang ada pada sesi
konseling.
h. Penolakan untuk Menyerah
Konselor membantu anggota kelompok dengan sikap menolak untuk
menyerah dan menantang mereka dalam menemukan cara keyakinan diri pada
anggota kelompok. Anggota kelompok menaggapi dan mereka mempunyai
perubahan dalam menanggapi masalah di tahap awal sampai terakhir.
Penulis menjelaskan bahwa sesi keenam akan segera diakhiri. Penulis
mengajak anggota kelompok untuk mengevaluasi kegiatan yang berlangsung.
Penulis juga menjelaskan rencana layanan sesi selanjutnya dan menutupnya
dengan doa.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terdapat respon
anggota kelompok, diketahui bahwa antusais anggota kelompok sangat tinggi,
dibuktikan dengan terbukanya anggota kelompok dalam mengungkapkan
permasalahan maupun menanggapi permasalahan yang ada.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan siswa, penulis menyimpulkan bahwa
melalui kegiatan konseling kelompok realita sesi pertama siswa dapat mengetahui
pentingnya self efficacy dalam upaya meningkatkan atau menumbuhkan suatu
harapan individu. Layanan ini juga dapat dikatakan berhasil karena siswa telah
dapat mengetahui pentingnya self efficacy dalam upaya meningkatkan suatu
harapan individu.
55
4.2.4 Test Akhir (Post test)
Post test dilaksanakan pada 04 Agustus 2014 dengan menyebarkan skala
self efficacy yang berjumlah 37 item pernyataan pada subjek penelitian, yaitu 12
siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro. Enam siswa pada
kelompok eksperimen dan enam siswa pada kelompok kontrol. Tabel 4.4 di
bawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre test dan post test skala self efficacy
kelompok eksperimen.
Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test skala self efficacy kelompok eksperimen
Pre Test Post Test
No. Nama Skor Kategori No. Nama Skor Kategori
1 AG 69 Rendah 1 AG 82 Sedang
2 AY 67 Rendah 2 AY 94 Sedang
3 RN 58 Sangat
Rendah
3 RN 107 Tinggi
4 AN 52 Sangat
Rendah
4 AN 87 Sedang
5 HM 74 Rendah 5 HM 99 Sedang
6 BR 72 Rendah 6 BR 89 Sedang
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat peningkatan skor skala self
efficacy masing-masing subjek penelitian pada kelompok eksperimen. Skor skala
self efficacy pre test kelompok eksperimen menyatakan bahwa 6 subjek penelitian
56
merupakan siswa yang memiliki self efficacy rendah yaitu skor antara 59-80.
Sedangkan pada hasil post test skala self efficacy yang telah disebarkan, diketahui
bahwa skor skala self efficacy masing-masing siswa meningkat, yakni kedalam
kategori sedang yaitu skor 81-102, dan berkategori tinggi yaitu skor 103-124.
Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Analisis data menggunakan
Statistical Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 16.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis Data Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pemberian layanan konseling kelompok
realita. Observasi dilakukan oleh pemberi layanan. Lembar observasi terlampir
pada setiap satuan layanan konseling kelompok realita, dan dari lembar observasi
tersebut dapat terlihat hasil observasi anggota kelompok atau siswa saat diberikan
layanan.
Tabel 4.5 merupakan lembar observasi oleh pemberi layanan pada saat
layanan konseling kelompok realita berlangsung, yakni pada sesi I, sesi II, sesi
IV, sesi V, sesi VI, sesi VII
Tabel 4.5 Tabel lembar observasi pemberi layanan sesi I, sesi II, sesi IV, sesi
V, sesi VI, sesi VII
Aspek yang diobservasi Sangat
Baik Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Antusias anggota kelompok
57
Partisipasi anggota kelompok
Respon anggota kelompok
Kelancaran layanan
Suasana layanan
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan konseling kelompok realita
oleh pemberi layanan pada sesi I, sesi II, sesi IV, sesi V, sesi VI, sesi VII dapat
disimpulkan bahwa pada aspek antusias anggota kelompok, partisipasi anggota
kelompok, serta respon anggota kelompok termasuk ke dalam kategori sangat
baik, dan untuk aspek kelancaran layanan dan suasana layanan termasuk ke dalam
kategori baik.
4.3.2 Analisis Data Skala Self Efficacy
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang
dianalisis adalah data skor post test skala self efficacy pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Tabel 4.6 merupakan perbandingan hasil post test skala self efficacy pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.6 Tabel perbandingan hasil post test skala self efficacy pada
kelompok eksperimen dan kelompok control
Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
No. Nama Skor No. Nama Skor
1 AG 82 1 ES 85
2 AY 94 2 GZ 60
58
3 RN 107 3 DY 74
4 AN 87 4 BN 81
5 HM 99 5 ST 73
6 BR 89 6 GS 76
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil post test skala
self efficacy pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji
menggunakan analisis data Mann Whithey.
Tabel 4.7 Hasil analisis data perbandingan hasil post test skala self efficacy
pada kelompok eksperimen dan kelompok control
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Skor kelompok eksperimen 6 9.33 56.00
kelompok kontrol 6 3.67 22.00
Total 12
Test Statisticsb
Skor
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 22.000
Z -2.722
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
59
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Setelah diberikan treatment berupa konseling kelompok realita pada
kelompok eksperimen, mean rank hasil skala self efficacy pada kelompok
eksperimen sebesar 9.33. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan treatment berupa konseling kelompok realita, mean rank hasil skala
self efficacy pada kelompok kontrol sebesar 3.67. Sehingga, mean rank hasil skala
self efficacy kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan mean rank hasil
skala self efficacy kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil self efficacy kelompok eksperimen dengan hasil skala self
efficacy kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0.006 < 0.050.
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post
test skala self efficacy yang diuji menggunakan analisis data Mann Whitney.
Tabel 4.8 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post test skala
self efficacy pada kelompok eksperimen
Ranks
Skor N Mean Rank Sum of Ranks
Total Pretest 6 3.50 21.00
post test 6 9.50 57.00
Total 12
60
Test Statisticsb
Total
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.882
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: skor
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala self efficacy
pada kelompok eksperimen. Mean rank hasil pre test skala self efficacy adalah
3.50, sedangkan mean rank post test skala self efficacy adalah 9.50. Mean rank
hasil post test skala self efficacy lebih besar dibanding hasil pre test skala self
efficacy pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dan post test skala self efficacy
pada kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-
tailed) hasil analisis berjumlah 0.004 < 0.050.
4.4 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah ada peningkatan yang signifikan
dalam self efficacy pada siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro.
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-
61
tailed) sebesar 0.006 < 0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan
antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu,
ada peningkatan self efficacy yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis
data hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan hasil Asymp Sig (2-
tailed) 0.004 < 0.050 sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis
data tersebut maka hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima.
4.5 Pembahasan
Treatment dilaksanakan dalam 7 sesi pertemuan. 1 sesi untuk evaluasi dan
post test dan 6 sesi untuk layanan konseling kelompok realita. Pembahasan
permasalahan dalam konseling berdasarkan aspek-aspek self efficacy menurut
Bandura. Aspek-aspek self efficacy yaitu: (a) outcome expectancy. (b) efficacy
expectancy, (c) outcome value.
Setelah ketujuh sesi dilaksanakan, penulis menyebarkan skala self efficacy
kepada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
sebagai post test. Hasil post test akan menjadi pembanding antara kedua
kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi peningkatan self
efficacy yang signifikan pada kelompok eksperimen. Hal tersebut diketahui dari
hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok eksperimen.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
62
Dengan demikian, layanan konseling kelompok realita dapat
meningkatkan self efficacy siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 5
Wonosegoro.