bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. deskripsi...
TRANSCRIPT
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam bab ini menganilis data primer
yang sudah dikumpulkan untuk menjawab persoalan penelitian
yang telah di kemukakan sebelumya.
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Berdasarkan persoalan dan tujuan penelitian, Penelitian ini
dilakukan dengan mengunakan teknik analisa regresi dan non
probability sampling dengan metode sampling jenuh dan quata
terhadap deskripsi 90 orang pada karyawan Ministério Saúde-
RDTL. Penelitian yang digunakan adalah denagn mengunakan
pendekatan kuantitatif dengan melakukan testing pada insrument–
intrument yang menjadi pengukuran pada masing-masing variabel
untuk mengetahui sejauh mana tingkat responden dalam merespon
terhadap masalah yang ada. Metode yang digunakan adalah
sampling jenuh dan Quota sampling (non probality sampling) dari
6 departemen yang menjadi sampel penelitian memilih 3
departemen yang diangap popolasinya lebih banyak yaitu
departemen Human Resourche, Administrasi dan departmen
Finansa yang dipilih dari 90 orang pegawai untuk dijadikan sampel
testing pada penelitian ini.
Peneliti mulai menyebarkan kuesioner berdasarkan
pendekatan yang dilakukan hari sebelum yaitu berdasarkan surat
Director geral Nomor surat 2015/1481 yang memberi izin untuk
2
melakukan penelitian dan menyebarkan kuesioner berdasarkan
jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 90 orang dari tiga
departemen. Namun pada tahap pengembalian kuesioner yang
dikembalikan ke peneliti tidak memenuhi target dari 90 kuesioner
yang diedarkan, yang kembali hanya 69 kuesioner dan sisanya
tidak dikembalikan ke peneliti, maka untuk melengkapi target
sampel yang di teliti pada minggu berikutnya peneliti membagi
kembali kuesioner yang belum memenuhi target dan peneliti
melakukan konfirmasi tentang kuesioner yang belum
dikembalikan.
Berdasarkan jumlah kuesioner yang telah terkumpul telah
memenuhi target, maka peneliti melakukan tabulasi dan
mengelompokkan data berdasarkan deskripsi responden dan
selanjutkan dianalisis berdasarkan uji anallisi regresi berganda.
4.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Tabel 4.1.
Tahap pengembalian kuesioner
Sumber data 2015
Berdasarkan tabel dibawah ini, Proses penelitian dilakukan
Keterangan Jumlah Kuesioner
Jumlah Yang Di Sebarkan
Kuesioner Yang Kembali
Kuesioner Yang Digunakan
Tingkat Pengembalian
90
90
90
100%
3
berdasarkan surat pengajuan permohonan penelitian yang
berdasarkan surat Director geral Ministério Saúde yang memberi
izin untuk melakukan penelitian, proses penyebaran kuesioner ke
tiga (3) departemen secara bertahap dan berkahir pada 18 Agustus
2015 berdasarkan surat keterangan selesai penelitian
4.3. Demografi Responden
Tabel 4.2
Demografi responden
Berdasarkan tabel 4.2 diatas ini dapat dilihat bahwa dari 90
responden yang ada, 44 atau 48,9 % responden adalah perempuan,
Keterangan Total Responden 90 Persentase
(100)
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 46 51,1
2. Perempuan 44 48,9
Umur Responden
1. 20-30 15 16,7
2. 31-40 36 40,0
3. 41 ke atas 39 53,3
Pengalaman kerja
1. 1-3 tahun 18 20,0
2. 3-10 tahun 40 44,4
3. 11 tahun keatas 32 35,6
Pendidikan
1. SMA 34 37,8
2. D3 atau Diploma 25 27,8
3. S1 29 32,2
4. S2-S3 2 2,2
Sumber data 2015
4
dan sebanyak 46 responden atau 51,1% adalah laki-laki. Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang ditemui hanya selisih sedikit
dan berimbang antara laki-laki dan wanita. Pada usia atau umur
responden yang berusia yang ditemui rata-rata adalah 30-40 dan 41
tahun, dan pendidkan kebanyakan berpendidikan SMA dan S1.
Melihat juga pengalaman kerja berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 69 responden yang yang mempunyai
pengalaman sebanyak 1-3 tahun adalah 18 orang atau 20,0 %, yang
4-10 tahun sebanyak 40 orang atau 44,4 %, yang > 11 tahun 32
orang atau 35,6 %, Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang ditemui mempunyai pengalaman adalah 4-10 tahun.
4.4. Deskripsi Variabel
4.4.1. Variabel Penempatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.3 memperlihatkan bahwa jawaban
diberikan responden untuk keenam indikator dalam variabel ini
sangat bervariasi, hanya saja indikator karyawan mempunyai
keahlian mayoritas tidak setuju bahwa mereka belum mempunyai
keahlian cukup dalam pengembangan tugas diembangnya dan pada
perhitungan nilai rata-rata variabel penempatan kerja memiliki nilai
rata-rata jumlah 15,76,
5
Tabel 4.3
Penempatan Kerja
Sumber Data 2015
pada setiap indikator /instrumen nilai tertinggi pada
pernyataan penempatan kerja yaitu 3,34 dan terendah adalah 3,09
pada indikator mempunyai keahlian dan fasilitas memadai (X1.3
dan X1.5 yaitu memahami tugas pokok dan kondisi tempat kerja
4.4.2. Variabel Kompensasi
Tabel 4.4
Kompensasi yang diterima
Sumber Data 2015
Penempatan Kerja
(X1) SS S N TS STS
Rata-
rata
Sistim recruitment
sesuai dengan
kualifikasi 6 25 31 26 2 3,08
Memiliki Kompentensi 12 31 23 24 0 3,34
Memahami tugas pokok 7 35 28 19 1 3,31
Mempunyai keahlian 7 25 33 25 0 3,16
Fasilitas yang memadai 1 32 32 24 1 3,09
Kondisi tempat Kerja 2 19 54 15 0 3,09
Rata-Rata Variabel 15,76
Kompensasi (X2) SS S N TS ST
S
Rata-
rata
Gaji yang diharapkan
sudah sesuai 5 24 24 34 3 2,93
Gaji secara berkala dan
terus menerus 4 26 21 37 2 2,92
Gaji Cukup dan
Memuaskan 4 17 31 34 4 2,81
Asuransi dan jaminan hari
tua 5 20 36 27 2 2,99
Tunjangan intensif 0 26 28 33 3 2,86
Rata-rata Variabel 14,51
6
Berdasarkan tabel 4.4 diatas memperlihatkan bahwa jawaban
diberikan responden untuk kelima indikator dalam variabel
kompensasi ini sangat bervariasi, dan mayoritas responden memberi
jawaban dari tiap-tiap indikator tidak setuju dengan kompensasi
sekarang yang diterima karyawan pada Ministerio Saúde-RDTL, hal
ini menunjukan bahwa kompensasi yang diharapkan tidak sesaui
dengan apa diharapkan oleh pegawai pada kantor Ministério ini, juga
kenaikan gaji berkala masih tidak terlihat dengan jelas apa yang
diharapkan oleh karyawan, apalagi melihat pada asuransi dan jaminan
hari tua yang sampai sekarang pemerintah belum menjamin semua
termasuk juga tunjangn intensif dan lain sebagainya. Pada
perhitungan nilai rata-rata variabel kompensasi memiliki nilai rata-
rata jumlah 14,51 jadi pada setiap indikator /instrumen nilai tertinggi
pada pernyataan penempatan kerja yaitu 2,93 dan terendah adalah
2,81 pada indikator gaji cukup dan memuaskan.
4.4.3. Variabel Turnover Intention
Tabel 4.5 Turnover Intention
(Sumber Data 2015)
Turnover Intention (Y) SS S N TS STS Rata-
rata
Keinginan keluar/berhenti 1 26 51 12 0 3,18
Sering berargumentasi
terhadap pimpinan 2 32 51 5 0 3,34
Sering mengabaikan tugas
pokok 6 38 36 10 0 3,44
Sering tidak masuk kerja 0 21 44 25 0 2,96
Pindah bilah ada penawaran
kerja ditempat lain 3 51 34 2 0 3,61
Rata-Rata Variabel 16,53
7
Berdasarkan tabel 4.5 memperlihatkan bahwa jawaban
diberikan responden untuk kelima indikator dalam variabel turnover
intention ini sangat bervariasi juga, dan mayoritas responden
memberi jawaban dari tiap-tiap indikator setuju dan tdak setuju
terhadap turnover intention, terlihat dengan jelas bahwa ada
keinginan untuk keluar/berhenti ada 35 responden dan 45 responden
mempunyai keinginan berpindah bila ada penawaran kerja ditempat
lain. Hal ini menunjukan bahwa adanya faktor yang mempengaruhi
turnover adalah ada hubungannya dengan kompensasi dan ketidak
sesuaian dengan penempatan kerja berdasarkan besarnya kompensasi
yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan
prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggungjawab,
jabatan pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi, hal
ini penting supaya semangat kerja dan karyawan yang qualified tidak
berhenti, Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi
kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur layak
adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas
upah minimal pemerintah dan eksternal konsistensi yang berlaku.
4.5. Hasil Analisis Penelitian
4.5.1. Uji validitas
Uji validitas dilaksanakan dengan rumus korelasi bivariate
dengan alat bantu SPSS versi 16,0, itm angket dalam uji validitas di
katakan valid jika harga rhitung > rtabel pada signifikasi 5%,
sebaliknya itu dikatakan tidak valid jika harga rhitung < rtabel pada
8
nilai signifikasi 5%, berikut ini uji validitas penempatan kerja
terlihat 6 dibawah ini:
4.5.1.1. Penempatan Kerja
Tabel 4.6
Uji Validitas Penempatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.6 di atas output niali korelasi antara skor
itm dengan skor total maka nilai rtabel dicari pada signikasi 5%
dengan nilai N 90 adalah 0,2039 maka terlihat jelas diperoleh nilai
rhitung dari 6 indikator tabel di atas pada itm 1 (satu) pada angket
yaitu: 0,546 > 0,203 dinyatakan valid karena rhitung > rtabel pada
signifikasi 5%, begitu juga dengan indikator lainya terdapat pada
tabel di atas.
N = 90 rhitung (0,667) > rtabel (0203) berdasarkan rtabel
signifiaksi 5 % o sesuai dengan tabel statistik
Variabel/Itm Corrected Item
Total Correlation R-Tabel Hasil
PK.X1.1 0,667
0,2039
Valid
PK.X1.2 0,733 Valid
PK.X1.3 0,560 Valid
PK.X1.4 0,643 Valid
PK.X1.5 0,494 Valid
PK.X1.6 0,328 Valid
Sumber data 2015
9
4.5.1.2. Kompensasi
Tabel 4.7
Uji Validitas kompensasi
Sumber data 2015
Berdasarkan tabel 4.7 di atas output niali korelasi antara skor
itm dengan skor total maka nilai rtabel dicari pada signikasi 5%
dengan nilai N 90 adalah 0,2039 maka terlihat jelas diperoleh nilai
rhitung dari 6 indikator tabel di atas pada itm 1 (satu) pada angket
yaitu: 0,730 > 0,203 dinyatakan valid karena rhitung > rtabel pada
signifikasi 5%, begitu juga dengan itm indikator lainya yang
terdapat pada tabel di atas
N = 90 rhitung (0,730) > rtabel (0,203) berdasarkan rtabel
signifiaksi 5 % o sesuai tabel statistik.
Kompensasi (X2)
K. X2.1 0,730
0,2039
Valid
K. X2.2 0,557 Valid
K. X2.3 0,668 Valid
K. X2.4 0,750 Valid
K. X2.5 0,386 Valid
10
4.5.1.3 Turnover Intention
Tabel 4.8
Uji Validitas Turnover Intention
Sumber data 2015
Berdasarkan tabel 4.8 di atas output niali korelasi antara skor
itm dengan skor total maka nilai rtabel dicari pada signikasi 5%
dengan nilai N 90 adalah 0,2039 maka terlihat jelas diperoleh nilai
rhitung dari 5 indikator tabel di atas pada itm 1 (satu) pada angket
yaitu: 0,556 > 0,203 dinyatakan valid karena rhitung > rtabel pada
signifikasi 5%, begitu juga dengan itm indikator lainya .
N = 90 rhitung(0,449) > rtabel (0,203) berdasarkan rtabel signifiaksi
5 % o sesuai tabel statistik.
4.5.2. Uji realibilitas
Uji reliablitas instrument dengan mengunakan instrumen
dengan mengunakn rumus cronbachAlpha. Keputusan untuk
mengetahui bahwa instrument adalah reliabel jika nilai r alpha > 0,6.
Turnover Intention
TI.Y.1 0,556
0,2039
Valid
TI.Y.1 0,680 Valid
TI.Y.1 0.685 Valid
TI.Y.1 0,630 Valid
TI.Y.1 0,569 Valid
11
Tabel 4.9
Uji realibilitas
Sumber Data 2015
Berdasarkan tabel 4.9 di atas output nilai cronbsch’s alpha
antara variavel X dan Y diketahui bahwa nilai alpha lebih besar dari
0,6. Hal ini menunjukan bahwa data dari setiap variabel dinyatakan
reliabel seperti diketahui PK.X1 Nilai alpha 0,610 > 0,6 berarti nilai
variabel ini instrumennya reliabel.
4.5.3. Uji asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data
terdistribusi dengan normal sehingga dapat dikatakan model regresi
telah memenuhi asumsi normalitas.
Variabel/Itm Cronbach”s Alpha N of Itm Hasil
PK.X 1 0,610 6 Reliabel
KP.X 2 0,609 5 Reliabel
TI.Y 0,607 5 Reliabel
12
Gambar 4.1. Uji Normaliatas
Berdasarkan gambar 4 grafik dibawah ini berarti nilai
residual berdistribusi normal, sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi turnover sesauai masukan semua variabel
bebas,hal ini karena semua data menyebar mengikuti garis
normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi heteroskedastisitas artinya bahwa variabel
bebas tidak berubah dari satu sampel ke sampel yang lain, sebab
variabel bebas akan diukur pengarunya terhadap variabel terikat.
Untuk menguji ada tidak heteros dengan cara melihat dari grafik
scatterplot titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini disimpulkan
13
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
tersebut (Imam Ghozali,2005)
Gambar 4.2
Gambar Grafik Scotterplot
Pada gambar 4.2 menunjukan bahwa pada grafik scottreplot
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi heteroskedastitas dalam
penelitian ini terpenuhi.
c. Uji Multikolinieritas
Berdasarkan tabel 4.10 di bawah ini, terlihat bahwa tidak
ada variabel bebas yang memilki nilai tolerance kurang dari 0,10.
Hasil uji VIF juga menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10.
14
Tabel 4.10. Multikolinearritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standar
dized
Coeffic
ients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std.
Error Beta
Toler
ance VIF
1 (Constant) 23.53
8 1.323
17.78
6 .000
Total_X1.PK -.151 .066 -.224 -2.293 .024 .880 1.136
Total_X2.KP -.285 .070 -.399 -4.085 .000 .880 1.136
Sumber Data 2015
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel bebas dalam persamaan regresi.
Hasil analisa pada bagian coefficient terlihat untuk kedua variabel
independent, angka VIF kurang dari 10 (1,136 dan 1,136).
Demikian juga dengan nilai tolerance yang lebih dari 0,1 yaitu
0,863 dan 0,863, dengan demikian dapat disimpulkan model
regresi tersebut tidak terdapat problem multikoliniearitas. Model
regresi yang ada layak untuk dipakai.
15
4.5.4. Regresi Linier Berganda
a. Analisis korelasi berganda (R2)
Tabel 4.11
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .520a .271 .254 1.827
Sumber Data 2015
Berdasarkan tabel 4.11 hasil output SPSS diperoleh dengan
angka R sebesar 0,507, hal ini menununjukan bahwa terjadi
hubungan yang sedang antara penempatan kerja dan kompensasi
dengan turnover intention
b. Analisis Determinasi (R2)
Berdasarkan output SPSS di atas pada tabel 4.11 pada
model (1) untuk menjelaskan besarnya nilai korelasi atau
hubungan(R) antara penempatan kerja dan kompensasi dengan
turnover intention yaitu sebesar 0,520 dan penjelasan besarnya
prosentase pengaruh variabel penempatan kerja terhadap turnover
intention disebut koefesien determinasi yang merupakan hasil dari
pengukuran R. Dari output diperoleh koefesien determinasi pada
model (1) sebesar 0,254 atau 25,4% %, hal ini menunujukkan
bahwa pengaruh variabel independent Penempatan Kerja terhadap
varaibel dependent turnover intention 25,4 % dan sisanya
dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukan dalam model
penelitian ini.
16
c. Uji koefesien regresi secara bersama-sama (Uji F)
Tabel.4.12
Anova
Sumber Data 2015
Berdasarkan tabel 4.12. hasil output terlihat bahwa F hitung
16.156 dengan tingkat signifikasi atau probalitas 0,000(<0,05)
maka secara keseluruhan variabel indenpenden penempatan kerja
dan kompensasi memupunyai hubungan yang linier dengan
varaibel dependen turnover intention
d. Uji Koefisien Regresi secara parsial (Uji t)
Tabel 4.13
Sumber Data 2015
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 107.895 2 53.948 16.156 .000a
Residual 290.505 87 3.339
Total 398.400 89
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.538 1.323 17.786 .000
Total_X1.PK -.151 .066 -.224 -2.293 .024
Total_X2.KP -.285 .070 -.399 -4.085 .000
17
Berdasarkan Tabel 4.13. di atas coefficient, pada kolom B pada
Constatnta adalah 23,538, penempatan kerja adalah -0,151 dan
kompensasi dengan nilai -0,285 atau persamaan regresi yang terbentuk
:Y= 23,538 – 0,151 X1 - 0,285. X2, hasil menunjukkan bahwa:
Penempatan Kerja dengan nilai t hitung -2,293 dengan probabilitas =
0,024 lebih kecil (<0,5) artinya berengaruh negatif dan signifikan
terhadap turnover intention. Untuk variabel kompensasi niali t hitung
sebesar = -0,4.085 dengan probabilitas 0,000 < 0,05 yang berarti
berpengaruh negatif dan pengaruh yang singnifikan terhadap turnover
intention. maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel
penempatan kerja dan kompensasi terhadap turnover intention adalah
tidak searah. Artinya bahwa semakin baik penempatan kerja maka
intensi keluar (turnover Intention) akan semakin menurun. dan semakin
baik kompensasi yang diterima karyawan maka intensi keluar (turnover
Intention) akan semakin menurun.
4.5.6. Pengujian Hipotesis
a. Uji Hipotesis 1 (X1) penempatan terhadap turnover
intention
Berdasarkan hasil perhitungan t hitung pada tabel 4.13
diperoleh nilai t sebesar - 2,293 dengan nilai Probabilitas value
sebesar 0,022. Yang lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh variabel penempatan terhadap turnover
intention. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa
koefisien untuk variabel ini bernilai negatif, sehingga dapat
diartikan bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel penempatan
18
terhadap turnover intention negatif. Kondisi ini mengandung arti
bahwa semakin baik penempatan kerja sesuai dengan job deskripsi
dan kualifkasi yang professional maka semakin turnovernya
semakin rendah juga sebaliknya penempatan tidak diperbaiki akan
turnovernya akan meningkat.
b. Uji Hipotesis 2 (X2) Kompensasi terhadap turnover
intention
Berdasarkan hasil perhitungan t hitung pada Tabel 4.13
diperoleh nilai t sebesar -0,4.085 dengan nilai probabilitas value
sebesar 0,000. Lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh variabel kompensasi terhadap turnover intention.
Sedangkan berdasar persamaan regresi terlihat bahwa koefisien
untuk variabel ini bernilai negatif, sehingga dapat diartikan bahwa
pengaruh yang diberikan oleh variabel kompensasi terhadap
turnover intention negatif. Kondisi ini mengandung arti bahwa
semakin baik sistem penggajian maka semakin rendah turnover
intention.
4.2. Pembahasan
Dari hasil uji klasik, yang terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearkan, dan uji heteroskedastisitas, menunjukan bahwa
data hasil penelitian layak untuk dilanjutkan sebagai data
pendukung analisis regeresi liner berganda dimana data
berdistribusi secara normal, bebas dari multikolinearitas dan tidak
19
mengadung heteroskedastisitas, hasil pengujian mengenai pengaruh
masing-masing variabel indenpenden terhadap dependen
ditunjukan sebagai berikut :
1. Pengaruh Penempatan kerja terhadap turnover Intention
Berdasarkan Tabel 4.13. di atas coefficient, pada kolom
B pada Constatnta adalah 23,538, penempatan kerja adalah -
0,151 dan kompensasi dengan nilai -0,285 atau persamaan
regresi yang terbentuk :Y= 23,538 – 0,151 X1 - 0,285. X2, hasil
menunjukkan bahwa: Penempatan Kerja dengan nilai t hitung -
2,293 dengan probabilitas = 0,024 lebih kecil (<0,5) artinya
berengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention,
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya
adalah tidak searah. Artinya bahwa semakin baik penempatan
kerja maka intensi keluar (turnover Intention) akan semakin
menurun. Penempatan karyawan yang tidak sesuai akan
berakibat pada peningkatan turnover intention.
Berdasarkan hasil uji analisis diatas proses penempatan
kerja terhadap intensi turnover pada Kantor Ministerio Saúde
Timor Leste menunjukan dalam Kategori beragam ada yang
cukup dan tidak ada. Tetapi pada survey awal terdapat adanya
permasalahan dalam hal turnover intention .Ada Karyawan yang
yang memperlihatan kinerja kurang baik karena memiliki
turnover intention tetapi ada juga karyawan yang biasa dan
bahkan ada yang menunjukan kinerja baik walaupun memiliki
turnover intention. Ada banyak faktor yang memperngaruhi
20
intensi turnover seseorang. Faktor-faktor tersebut cukup
kompleks dan saling berkait antara satu sama lainnya antara lain
: usia, lama kerja, tingkat pendidikan, keikatan terhadap
organisasi, kepuasan kerja, dan budaya perusahaan. Penempatan
di Kantor Ministerio Saúde ini masih menjadi permasalahan
karena belum ada kejelasan persyaratan minimal yang jelas
untuk dimiliki karyawan dalam menempati tempat yang sesuai
dengan spesifikasi yang dimiliki oleh karyawan yang
bersangkutan. Melihat begitu krusialnya masalah kepegawaian
ini, maka diharapkan Instansi Ministerio Saúde mampu dalam
mengelola sumber daya manusia-nya dengan baik agar dapat
bekerja secara optimal dan membuahkan hasil yang diharapkan
cukup memuasakan. Jika dilihat dari pendapat beberapa ahli
kepegawaian dapat dilihat bahwa penempatan pegawai secara
tepat pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan
dan keahlian akan menhasilkan kinerja pegawai yang baik,
karena seoarang karyawan cocok dengan pekerjaanya akan
mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan. Kegiatan
penempatan pegawai dalam fungsi kepegawaian, dimulai setelah
organisasi melakasanakan kegiatan penarikan dan seleksi, yaitu
pada saat seoarang calon pegawai dinyatakan diterima dan siap
untuk ditempatkan pada jabatan atau unit kerja yang sesuai
dengan kualifikasinya. Namun ternyata permasalahan tidak
sesederhana itu, karena justru keberhasilan dari keseluruhan
program pengadaan tenaga kerja terletak pada ketepatan dalam
menempatkan pegawai yang bersangkutan.
21
2. Pengaruh Kompensasi yang diterima karyawan terhadap
turnover Intention.
Hasil analisis menunjukan bahwa kompensasi yang Untuk
variabel kompensasi niali t hitung sebesar = -0,4.085 dengan
probabilitas 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara keduanya adalah tidak searah juga. Artinya
bahwa semakin baik kompensasi yang diterima karyawan maka
intensi keluar (turnover Intention) akan semakin menurun
Berdasarkan hasil analisis diatas, peneliti menganalisis
bahwa sistem kompensasi yang ada harus dikelola secara serius dan
tepat, karena jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
pay dissatisfaction, yaitu perasaan ketidakpuasan karyawan atas
balas jasa yang diterimanya sehingga akan berdampak pada
turnover. Melihat dari kebijaksanaan yang lakukan oleh Ministerio
Saúde seharusnya memberikan kompensasi dengan kenaikan gaji
yang sama besarnya kepada para karyawan baik karyawan di
rumah sakit maupun di kantor dinas kesehatan dan kantor
Ministerio Saúde supaya hal ini mengantisipasi tidak terjadi
keinginan-keinginan untuk keluar dari pekerjaannya atau yang
disebut dengan turnover intention, karena besarnya kompensasi
yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan
prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggungjawab,
jabatan pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi,
hal ini penting supaya semangat kerja dan karyawan yang qualified
tidak berhenti, Kompensasi yang diterima karyawan dapat
22
memenuhi kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok
ukur layak adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi
didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan eksternal
konsistensi yang berlaku. karena telah terbukti secara langsung dan
tidak langsung mampu mempengaruhi kinerja karyawan.
Kesalahan dalam menerapkan sistem kompensasi akan berakibat
timbulnya demotivasi dan tidak adanya kepuasan kerja di kalangan
pekerja apabila hal tersebut terjadi dengan baik untuk pekerja. jika
kompensasi diberikan tidak memadai atau kurang tepat maka
prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja akan menurun, dan
akibatnya instansi sendiri yang akan menanggung kerugian
sehingga akan mengakibatkan terjadinya turnover.