pendahuluan - institutional...
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Akuntansi memegang peranan yang vital dan krusial dalam tatanan ekonomi,
karena dalam setiap pengambilan keputusan (decision making) yang bersifat
keuangan, harus berdasarkan pada informasi-informasi akuntansi. Kenaikan dalam
jumlah, ukuran dan kompleksitas perusahaan telah meningkatkan kebutuhan
masyarakat akan jasa di bidang akuntansi yang dengan sendirinya mendorong dan
menjadikan akuntan sebagai suatu profesi yang sangat dibutuhkan keberadaannya.
Para akuntan yang profesional umum memperoleh pengetahuan akuntansi yang
memadai melalui pendidikan tinggi di bidang akuntansi. Menurut Sundem (dalam
Yuniani, 2010) bahwa pendidikan tinggi akuntansi harus menghasilkan akuntan yang
profesional sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan jasa akuntansi pada abad
mendatang. Pendidikan tinggi akuntansi yang tidak menghasilkan seorang
profesionalisme sebagai akuntan tentunya tidak akan laku dipasaran tenaga kerja.
Dalam program studi akuntansi, mahasiswa diberi bekal mengenai
penyusunan dan pemeriksaan laporan keuangan, perencanaan perpajakan, dan analisis
laporan keuangan. Bekal pengetahuan tersebut yang nantinya dapat digunakan dalam
mengambil keputusan, penyusunan dan pengembangan sistem informasi akuntansi,
dan bagaimana memanfaatkan informasi akuntansi. Sesungguhnya akuntansi tidak
hanya memfokuskan pada masalah perhitungan semata, namun lebih pada penalaran
yang membutuhkan logika berpikir (Suryaningsum et al, 2004). Dengan demikian,
mahasiswa akuntansi dituntut untuk mempunyai pemahaman yang baik setelah
2
mereka memperoleh pengetahuan-pengetahuan akuntansi yang diajarkan pada
sejumlah mata kuliah yang berhubungan dengan akuntansi.
Pemahaman mata kuliah akuntansi yang baik akan mempengaruhi
kemampuan mahasiswa akuntansi saat terjun ke dunia kerja. Tingkat pemahaman
akuntansi antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa lainnya dapat saja berbeda.
Perbedaan tersebut dapat saja terkait oleh sejumlah faktor seperti jenis kelamin,
jurusan saat SMA dan angkatan masuk kuliah.
Jenis kelamin adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Sifat yang melekat
tersebut dapat dipertukarkan, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat
yang satu ke tempat yang lain (Fakih, 1996). Pada saat ini terdapat kecenderungan
meningkatnya perempuan yang memilih profesi di bidang akuntansi. Karakteristik
perempuan yang telaten, teliti, kemampuan berhitung, daya ingat dan ketahanan
mental terhadap uang dan angka-angka, membuat mereka cenderung lebih memilih
bidang akuntansi (Narsa, 2006). Hasil penelitian Carpenter et al (1993) menemukan
bahwa mahasiswa perempuan memiliki prestasi akademik dalam bidang akuntansi
yang lebih baik daripada mahasiswa laki-laki.
Perbedaan tingkat pemahaman akuntansi dapat juga didasari atas dasar
jurusan saat SMA dari mahasiswa yang bersangkutan. Penjurusan diperkenalkan
sebagai upaya untuk lebih mengarahkan siswa berdasarkan minat dan kemampuan
akademiknya. Siswa-siswa yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu eksakta
yang baik, biasanya akan memilih jurusan IPA, dan yang memiliki minat pada sosial
3
dan ekonomi akan memilih jurusan IPS, lalu yang gemar berbahasa akan memilih
Bahasa (http://indosdm.com). Penjurusan siswa di sekolah SMA tidak saja
ditentukan oleh kemampuan akademik tetapi juga harus didukung oleh faktor minat,
karena karakteristik suatu ilmu menurut karakteristik yang sama dari yang
mempelajarinya. Dengan demikian, siswa yang mempelajari suatu ilmu yang sesuai
dengan karakteristik kepribadiannya (minat terhadap suatu ilmu) akan merasa senang
ketika mempelajari ilmu tersebut. Tentu saja hal tersebut akan lebih membantunya
dalam memahami ilmu yang sesuai dengan minatnya tersebut.
Angkatan masuk kuliah dapat saja menentukan perbedaan tingkat pemahaman
akuntansi mahasiswa. Seseorang yang mana lebih dahulu menjadi mahasiswa di
jurusan Akuntansi pada umumnya akan memperoleh ilmu pengetahuan akuntansi
lebih dahulu dibandingkan orang lain yang baru menjadi mahasiswa setahun atau dua
tahun berikutnya. Dengan lebih dahulu memperoleh ilmu pengetahuan akuntansi
dapat saja membuat mahasiswa tersebut mempunyai tingkat pemahaman lebih tinggi
tentang akuntansi dibandingkan mahasiswa lain yang masuk kuliah kemudian.
Persoalan Penelitian
Berdasarkan pendahuluan di atas maka adapaun persoalan penelitian yang
hendak diteliti adalah: apakah terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi
mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, jurusan saat SMA dan angkatan masuk kuliah?
Tujuan Penelitian
4
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui ada tidaknya perbedaan tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, jurusan saat SMA dan
angkatan masuk kuliah.
Telaah Teoritis
Tingkat Pemahaman Akuntansi
American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai proses
mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut (Sumarso, 1999). Pengetahuan akuntansi
dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian)
yang dipraktekkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan
yang diajarkan di perguruan tinggi (Suwardjono, 2005). Akuntansi sebagai objek
pengetahuan di perguruan tinggi, akademisi memandang akuntansi sebagai dua
bidang kajian yaitu bidang praktek dan teori. Bidang praktek berkepentingan dengan
masalah bagaimana praktek dijalankan sesuai dengan prinsip akuntansi. Bidang teori
berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi
praktek akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut
teori akuntansi.
Paham dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau
mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
5
memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah
orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi.
Menurut Budhiyanto dan Nugroho (2004), tingkat pemahaman akuntansi
mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa
yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah-mata kuliah
akuntansi. Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya ditunjukkan
dari nilai-nilai yang di dapatkannya dalam mata kuliah, tetapi juga apabila mahasiswa
tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait.
.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pemahaman akuntansi ditunjukkan
dengan nilai-nilai mata kuliah PBMt yaitu: Pengantar Akuntansi, Akuntansi
Keuangan Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi Biaya,
Akuntansi Manajemen, Sistem Informasi Akuntansi, Teori Akuntansi, Perpajakan,
Pengauditan, dan Manajemen Keuangan.
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Berdasarkan Jenis Kelamin,
Jurusan Saat di SMU dan Angkatan Masuk Kuliah
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Berdasarkan Jenis Kelamin
Kata jenis kelamin berasal dari bahasa Inggris yang disebut dengan gender.
Dalam Webster’s New World Dictionary, jenis kelamin diartikan sebagai perbedaan
yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku
6
(Neufeldt, 1984). Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa jenis
kelamin adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan
(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Tierney, 1989).
Dalam kaitannya dengan tingkat pemahaman akuntansi, mahasiswa
perempuan dalam hal ini diposisikan sebagai individu yang mempunyai tingkat
pemahaman akuntansi yang lebih baik dibandingkan mahasiswa laki-laki. Hal ini
didasari pendapat Mitsos dan Browne (dalam Haralambos dan Horlborn, 2004)
menjelaskan bahwa terdapat bukti bahwa perempuan memiliki tingkat prestasi belajar
yang lebih baik daripada laki-laki. Menurut mereka, perempuan lebih termotivasi dan
bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Prestasi
belajar yang lebih baik pada perempuan tentunya karena mereka lebih baik dalam
memahami pelajaran yang mereka terima dibandingkan laki-laki. Temuan Tjun et al
(2009) memperlihatkan bahwa ada perbedaan pemahaman akuntansi antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa pemahaman akuntansi perempuan lebih besar dari pemahaman akuntansi laki-
laki.
Berdasarkan uraian di atas maka selanjutnya dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H1: terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jenis kelamin
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Berdasarkan Jurusan Saat SMA
7
Sekolah memegang peranan penting untuk dapat mengembangkan potensi diri
yang dimiliki siswa. Oleh karena itu di SMA kita mengenal adanya penjurusan yang
bertujuan agar kelak di kemudian hari pelajaran yang akan diberikan kepada
siswa menjadi lebih terarah karena sesuai dengan minatnya.
Pengarahan sejak dini dimaksudkan untuk memudahkan siswa memilih
bidang ilmu yang akan ditekuninya di Universitas yang tentunya akan mengarah pula
kepada karirnya kelak. Tetapi penjurusan di tingkat SMA tidak selalu menjamin
bahwa seorang siswa akan memilih bidang studi yang sama di Universitas, karena
pada kenyataannya banyak siswa program IPA yang memilih jurusan Ekonomi, atau
siswa jurusan IPS yang memilih program Bahasa (http://indosdm.com).
Dalam kaitannya dengan tingkat pemahaman akuntansi, dapat saja mahasiswa
yang berasal dari jurusan IPS mempunyai tingkat pemahaman akuntansi yang lebih
baik dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA atau Bahasa.
Hal ini didasari karena mereka telah memiliki bekal pengetahuan dasar akuntansi
sewaktu mereka di jurusan IPS saat SMA. Hal ini tentu berbeda dengan mahasiswa
yang berasal dari jurusan IPA atau Bahasa yang tidak mempunyai bekal pengetahuan
dasar akuntansi. Perbedaan tingkat pemahaman akuntansi dapat saja lebih terlihat
sewaktu mahasiswa tersebut mengambil mata kuliah yang berhubungan dengan
akuntansi pada dua atau tiga semester awal. Hal ini mengingat mahasiswa yang
berasal dari jurusan IPA atau Bahasa dapat saja lebih kesulitan menyerap materi-
materi yang diajarkan karena dasar pengetahuan akuntansi yang belum mereka miliki
(meskipun ini tidak bersifat mutlak). Namun dapat saja perbedaan tingkat
8
pemahaman tersebut jika dilihat dari jurusan masuk SMA-nya mulai berkurang
sejalan dengan pengetahuan akuntansi yang diperoleh dalam beberapa semester yang
telah mereka jalani.
Berdasarkan uraian di atas maka selanjutnya dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H2: terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jurusan saat SMA
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Berdasarkan Angkatan Masuk
Kuliah
Angkatan masuk kuliah disini diberi batasan tahun dimana mahasiswa
tersebut masuk ke Fakultas Ekonomi UKSW jurusan Akuntansi. Normalnya,
mahasiswa yang lebih dahulu masuh ke jurusan Akuntansi akan mendapatkan
pelajaran-pelajaran tentang akuntansi lebih dahulu juga dibandingkan mahasiswa
yang masuk kuliah di jurusan Akuntansi tahun berikutnya. Hal ini menjadikan
mereka akan lebih dahulu mengetahui dan memahami akuntansi tersebut. Pernyataan
tersebut di atas setidaknya mendukung apa yang dikemukakan oleh Sugianto (2009)
bahwa kita tidak selalu menjadi senior dalam segala hal. Kita mungkin menjadi
senior dalam suatu hal bukan karena kemampuan dan kelebihan kita melainkan
karena kita mendapat pengetahuan itu lebih dulu.
Berdasarkan uraian di atas maka selanjutnya dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
9
H3: terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan angkatan masuk
kuliah
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi
UKSW Salatiga angkatan 2006 s/d 2009 yang telah mengambil mata kuliah PBMt.
Adapun jumlah mahasiswa tersebut berdasarkan data registrasi semester gasal
2011/2012 adalah sebanyak 494 orang. Tidak semua anggota populasi akan diteliti,
sehingga dilakukan pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah metode non probability sampling dengan teknik convinience
sampling yaitu peneliti memilih sampel dari anggota populasi yang bersedia menjadi
responden (Supramono dan Haryanto, 2003). Untuk menentukan jumlah sampel
digunakan formula yang dikemukakan oleh Yamane (1973) sebagi berikut:
N
n =
1 + Nd2
dimana:
n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
d = prosentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir, dalam hal ini 10%
10
Berdasarkan formula Yamane di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah:
494 n = 1 + 494 (0,1)2
= 83,1 (dibulatkan menjadi 83)
Dengan demikian maka adapun jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 83
orang responden.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data
yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari obyeknya
(Supramono dan Sugiarto, 1993). Data primer dalam penelitian ini berupa data
mengenai identitas responden dan tingkat pemahaman akuntasi responden untuk mata
kuliah PBMt. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Konsep tingkat
pemahaman akuntansi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala
pengukuran rasio yang ditunjukkan dari rata-rata nilai mata kuliah PBMt.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif dengan menggunakan analisis Chi Square (χ2). Analisis dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan bantuan program SPSS 16,0.
Adapun pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jenis
kelamin, jurusan saat SMA dan angkatan masuk kuliah
11
Ha : terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jenis kelamin,
jurusan saat SMA dan angkatan masuk kuliah
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika sig χ2 hitung > 0,05, maka Ho diterima
Jika sig χ2 hitung < 0,05, maka Ho ditolak
Hasil Penelitian
Gambaran Responden
Gambaran responden yang dapat dideskripsikan berikut ini meliputi: jenis
kelamin, asal daerah, jurusan saat SMA, angkatan masuk kuliah dan tingkat
pemahaman akuntansi.
Tabel 1. Gambaran Responden Karakteristik Kategori Jumlah %
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
52 31
62,7 37,3
Total 83 100,0 Asal Daerah Jawa
Sumatera Sulawesi Bali & Nusa Tenggara
76 3 1 3
91,6 3,6 1,2 3,6
Total 83 100,0 Jurusan saat SMA Bahasa
IPA IPS
8 26 49
9,6 31,3 59,1
Total 83 100,0 Angkatan masuk 2006 7 8,4
12
kuliah 2007 2008 2009
19 35 22
22,9 42,2 26,5
Total 83 100,0 Tingkat pemahaman akuntansi
0,00 – 1,99 2,00 – 2,49 2,50 – 2,99 ≥ 3,00
1 13 32 37
1,2 15,6 38,6 44,6
Total 83 100,0 Sumber: Data Primer, 2012
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden
yang penulis dapatkan lebih banyak laki-laki yaitu sebanyak 52 orang (62,7%). Hal
ini memberikan informasi bahwa lebih banyaknya responden laki-laki yang telah
mengambil mata kuliah PBMt. Berdasarkan asal daerahnya, tampak bahwa
mayoritas responden berasal dari Jawa yaitu sebanyak 76 orang (91,6%). Dilihat dari
jurusan saat SMA, tampak bahwa sebanyak 49 orang (59,1%) mahasiswa yang masuk
ke jurusan akuntansi berasal dari latar belakang pendidikan SMA yang sejalan yaitu
dari IPS. Hal ini tentu saja akan membantu mereka untuk lebih mudah mendalami
dan memahami pelajaran-pelajaran akuntansi di bangku kuliah.
Berdasarkan angkatan masuk kuliah di Fakultas Ekonomi UKSW jurusan
akuntansi, tampak bahwa responden terbanyak adalah yang berasal dari angkatan
2008 yaitu sebanyak 35 orang (42,2%) diikuti angkatan 2009 sebanyak 22 orang
(26,5%). Mereka ini telah mengambil mata kuliah PBMt sehingga diharapkan tingkat
pemahaman akuntansinya akan lebih baik dibandingkan mereka yang belum
mengambil mata kuliah PBMt tersebut. Terkait dengan tingkat pemahaman
akuntansi, pada tabel 1 di atas terlihat bahwa jumlah terbanyak ada pada kelompok
13
responden dengan tingkat pemahaman akuntansi yang ditunjukkan pada skor ≥ 3,00
yaitu sebanyak 37 orang (44,6%) diikuti kelompok responden pada skor 2,50 – 2,99
yaitu sebanyak 32 orang (38,6%). Ini berarti tingkat pemahaman akuntansi responden
termasuk dalam kategori memuaskan hingga sangat memuaskan.
Sehubungan dengan tingkat pemahaman akuntansi, dapat dilihat lebih lanjut
tingkat pemahaman akuntansi responden berdasarkan beberapa karakteristik
responden seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Tingkat Pemahaman Akuntansi Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Kategori Rata-rata Tingkat
Pemahaman Akuntansi
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
2,77
2,98
Jurusan saat SMA Bahasa
IPA
IPS
2,39
2,87
2,91
Angkatan masuk
kuliah
2006
2007
2008
2009
2,58
2,81
2,92
2,84
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan Tabel 2 di atas tampak bahwa dilihat dari jenis kelamin, ternyata
rata-rata tingkat pemahaman akuntansi responden perempuan lebih tinggi yaitu 2,98
dibandingkan dengan rata-rata tingkat pemahaman akuntansi responden laki-laki
14
yaitu 2,77. Berdasarkan jurusan saat SMA tampak bahwa rata-rata tingkat
pemahaman akuntansi dari responden yang berasal dari jurusan IPS adalah yang
paling tinggi yakni 2,91 bila dibandingkan dengan jurusan IPA ataupun Bahasa.
Berdasarkan angkatan masuk kuliah tampak bahwa rata-rata tingkat pemahaman
akuntansi dari responden yang berasal dari angkatan 2008 adalah yang paling tinggi
yakni 2,92 bila dibandingkan dengan angkatan lainnya seperti angkatan 2009, 2007
ataupun angkatan 2006.
Tingkat pemahaman akuntansi responden juga dapat diamati berdasarkan rata-rata
nilai mata kuliah PBMt responden sebagaimana tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Pemahaman Akuntansi Berdasarkan
Rata-rata Nilai Mata Kuliah PBMt Mata Kuliah PBMt Rata-rata Tingkat Pemahaman
Akuntansi
1. Pengantar Akuntansi
2. Akuntansi Keuangan Menengah 1
3. Akuntansi Keuangan Menengah 2
4. Akuntansi Biaya
5. Akuntansi Manajemen
6. Sistem Informasi Akuntansi
7. Teori Akuntansi
8. Perpajakan
9. Pengauditan
10. Manajemen Keuangan
3,29
2,75
2,53
2,71
3,02
2,81
2,91
2,66
2,78
2,99
Sumber: Data Primer, 2012
15
Berdasarkan Tabel 3 di atas tampak bahwa dari kesepuluh mata kuliah PBMt
mempunyai nilai rata-rata tingkat pemahaman akuntansi berkisar antara 2,53 hingga
3,29. Nilai rata-rata tingkat pemahaman akuntansi tertinggi adalah pada mata kuliah
Pengantar Akuntansi, sedangkan nilai rata tingkat pemahaman akuntansi terendah
adalah pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, jurusan saat SMA dan
angkatan masuk kuliah. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji chi square
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Hasil Uji Chi Square
Chi square hitung Asymp. Sig.
Tingkat pemahaman akuntansi �
jenis kelamin
12,879 0,005
Tingkat pemahaman akuntansi �
jurusan saat SMA
20,453 0,002
Tingkat pemahaman akuntansi �
angkatan masuk kuliah
13,898 0,126
Sumber: Output Chi Square, 2012
16
Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui bahwa nilai chi square hitung untuk
jenis kelamin sebesar 12,879 dengan angka signifikan 0,005 < 0,05 yang berarti
bahwa H1 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat pemahaman
akuntansi berdasarkan jenis kelamin. Nilai chi square hitung untuk jurusan saat SMA
sebesar 20,453 dengan angka signifikan 0,002 < 0,05 yang berarti bahwa H2 diterima
yang berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan
jurusan saat SMA. Nilai chi square hitung untuk angkatan masuk kuliah sebesar
13,898 dengan angka signifikan 0,126 > 0,05 yang berarti bahwa H3 ditolak yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan
angkatan masuk kuliah.
Pembahasan
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Berdasarkan Jenis
Kelamin
Hasil analisis chi square pada Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jenis kelamin. Perbedaan
tersebut didukung dari hasil crosstabulation antara jenis kelamin dengan tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa dimana perempuan mempunyai tingkat
pemahaman akuntansi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu, melalui
perhitungan mean pada Tabel 2 tampak bahwa mean tingkat pemahaman akuntansi
perempuan sebesar 2,98 sedangkan mean tingkat pemahaman akuntansi laki-laki
17
sebesar 2,77. Perbedaan mean ini tampak signifikan secara statistik dengan
dilakukannya analisis chi quare.
Perempuan dalam proses perkuliahan, pada dasarnya memiliki hak dan
kesempatan yang sama untuk aktif dalam proses perkuliahan tersebut. Perempuan dan
laki-laki mendapat materi kuliah akuntansi yang sama dari pengajar mata kuliah
tersebut. Namun demikian, dari temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa
perempuan ternyata memiliki tingkat pemahaman akuntansi yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Ini bisa terjadi karena perempuan lebih termotivasi dalam
belajar dan mengerjakan tugas-tugas akuntansi yang diberikan pengajar, adanya
kepercayaan diri yang lebih baik yang dimiliki perempuan dalam menyelesaikan
tugas-tugas belajarnya, juga perempuan ternyata lebih suka membaca bahan-bahan
pelajaran dibanding laki-laki. Ciri-ciri ini sejalan dengan pernyataan Mitsos dan
Browne (dalam Haralambos dan Horlborn, 2004) yakni bahwa perempuan lebih
termotivasi belajar, mempunyai kepercayaan diri yang lebih baik dalam
menyelesaikan tugas serta lebih suka membaca.
Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Tjun et al (2009) bahwa ada perbedaan pemahaman akuntansi antara
mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa pemahaman akuntansi perempuan lebih besar dari pemahaman akuntansi laki-
laki.
18
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Berdasarkan Jurusan
Saat SMA
Hasil analisis chi square pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jurusan saat SMA. Perbedaan
tersebut didukung dari hasil crosstabulation antara jurusan saat SMA dengan tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa dimana mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS
mempunyai tingkat pemahaman akuntansi yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa
yang berasal dari jurusan IPA maupun Bahasa. Selain itu, melalui perhitungan mean
pada Tabel 2 tampak bahwa mean tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa yang
berasal dari jurusan IPS sebesar 2,91 yang lebih tinggi dibandingan mean tingkat
pemahaman akuntansi mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA sebesar 2,87 atau
jurusan Bahasa sebesar 2,39. Perbedaan mean ini tampak signifikan secara statistik
dengan dilakukannya analisis chi quare.
Penjurusan yang ada di SMA saat ini adalah penjurusan yang mengarah
kepada suatu tujuan yaitu siswa dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi di jurusan
yang sesuai dengan basic jurusannya di SMA. Dengan mengambil jurusan di
Perguruan Tinggi yang sesuai dengan basic jurusannya di SMA tentunya akan lebih
memudahkan siswa dalam mempelajari lebih mendalam mengenai ilmu pengetahuan
di jenjang Perguran Tinggi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini dimana
mahasiswa akuntansi yang berasal dari jurusan IPS ternyata memiliki tingkat
pemahaman akuntansi yang paling tinggi bila dibandingkan dengan mahasiswa
akuntansi yang bukan berasal dari jurusan IPS.
19
Kemampuan mahasiswa akuntansi yang berasal dari jurusan IPS dalam
memahami akuntansi yang lebih tinggi tersebut wajar saja karena mereka telah
memiliki dasar pengetahuan akuntansi yang mereka dapat sewaktu di SMA. Hal ini
berbeda dengan mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA atau Bahasa yang sama
sekali tidak memiliki dasar pengetahuan akuntansi, sehingga mereka membutuhkan
waktu yang lebih banyak untuk dapat memahami akuntansi. Waktu yang diperlukan
untuk memahami akuntansi akan lebih lama lagi jika dalam perkuliahan mereka tidak
berusaha keras untuk belajar dengan tekun.
Perbedaan Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Berdasarkan Angkatan
Masuk Kuliah
Hasil analisis chi square pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan angkatan masuk kuliah. Tidak
adanya perbedaan tersebut didukung dari hasil crosstabulation antara angkatan masuk
kuliah dengan tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dimana mahasiswa dari
keempat angkatan yaitu 2006 s/d 2009 mempunyai tingkat pemahaman akuntansi
yang tidak banyak berbeda yaitu pada kategori memuaskan hingga sangat
memuaskan. Selain itu, melalui perhitungan mean pada Tabel 2 tampak bahwa mean
tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa yang berasal dari angkatan 2006 sebesar
2,58; dari angkatan 2007 sebesar 2,81; dari angkatan 2008 sebesar 2,92 serta dari
angkatan 2009 sebesar 2,84. Perbedaan mean ini tampak tidak signifikan secara
statistik dengan dilakukannya analisis chi quare.
20
Tidak adanya perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan angkatan
masuk kuliah menunjukkan bahwa tidak ada jaminan mahasiswa akuntansi yang lebih
dahulu masuk kuliah di jurusan akuntansi akan lebih memahami akuntansi
dibandingkan mahasiswa lain yang masuk kuliah setahun atau dua tahun kemudian.
Hal ini bisa terjadi karena adanya ketekunan dan kemauan belajar yang sungguh-
sungguh dari para mahasiswa akuntansi itu sendiri. Sehingga, meskipun mahasiswa
tersebut masuk kuliah setahun atau dua tahun kemudian dibandingkan mahasiswa
akuntansi yang lebih dahulu masuk kuliah, tingkat pemahaman akuntansinya dapat
saja setara dengan seniornya yang telah lebih dahulu mengambil matakuliah-
matakuliah yang berhubungan dengan akuntansi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa seseorang yang lebih dahulu mendapatkan pengetahuan tidak serta merta
berarti ia akan mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap
pengetahuan yang didapatinya itu.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jenis kelamin,
yang ditunjukkan dari nilai chi square hitung sebesar 12,879 dengan angka
signifikan 0,005 < 0,05.
21
2. Terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan jurusan saat
SMA, yang ditunjukkan dari nilai chi square hitung sebesar 20,453 dengan
angka signifikan 0,002 < 0,05.
3. Tidak terdapat perbedaan tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan angkatan
masuk kuliah, yang ditunjukkan dari nilai chi square hitung sebesar 13,898
dengan angka signifikan 0,126 > 0,05.
Implikasi Terapan
Implikasi terapan berupa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian
diantaranya adalah:
1. Mahasiswa akuntansi berjenis kelamin laki-laki perlu lebih meningkatkan
tingkat pemahaman akuntansinya agar dapat bersaing dengan mahasiswa
perempuan. Hal ini karena mereka mendapat materi kuliah akuntansi yang
sama dari pengajar. Untuk itu mahasiswa laki-laki perlu lebih meningkatkan
motivasi belajar, rajin mengerjakan tugas-tugas akuntansi yang diberikan
pengajar serta meningkatkan minat baca akan materi-materi akuntansi.
2. Mahasiswa akuntansi yang berasal dari jurusan non IPS, baik itu IPA maupun
Bahasa perlu lebih banyak meluangkan waktu untuk belajar di luar jam kuliah
guna meningkatkan pengetahuan akuntansinya sehingga bisa bersaing dengan
mahasiswa akuntansi lainnya yang berasal dari jurusan IPS dalam memahami
akuntansi.
22
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal pengukuran tingkat
pemahaman akuntansi. Adapun keterbatasan tersebut adalah bahwa responden
memberikan penilaian mandiri tentang nilai-nilai matakuliah PBMt. Dengan
melakukan penilaian mandiri tersebut tidak menjamin bahwa semua responden
mampu mengingat dengan tepat dan atau menginformasikan secara apa adanya
mengenai semua nilai dari matakuliah PBMt tersebut. Selain itu, penggunaan nilai
mata kuliah sebagai alat ukur tingkat pemahaman akuntansi dapat saja kurang tepat,
karena dapat saja nilai yang dicapai mahasiswa tersebut tidak sepenuhnya murni hasil
usaha mahasiswa tersebut melainkan ada faktor lain seperti misalnya mencontek saat
mengerjakan soal ujian.
Penelitian Mendatang
Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut di atas, maka untuk penelitian
mendatang jika dilakukan penelitian serupa disarankan agar memperbaiki pengukuran
tingkat pemahaman akuntansi. Salah satu caranya adalah dengan meminta kesediaan
responden untuk memperlihatkan dan atau mengcopykan transkrip mata kuliah
kepada peneliti dan selanjutnya peneliti sendiri yang mengisi daftar nilai mata kuliah
PBMt responden sesuai yang tertera dalam transkrip mata kuliahnya. Dalam
23
penelitian selanjutnya nilai tidak menjadi satu-satunya tolak ukur untuk melihat
tingkat pemahaman akuntansi seseorang, perlu dicobakan untuk menggunakan
indikator penilaian tingkat pemahaman akuntansi yang berbeda, misalnya dengan
memberikan tes tertulis kepada responden mengenai materi-materi akuntansi yang
mewakili masing-masing matakuliah PBMt.
Daftar Pustaka
Anonim, 2008. Penjurusan di SMA. http://indosdm.com Budhiyanto, Suryanti J. Dan Nugroho, Ika P., 2004. Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. X, No.2 September 2004.
Carpenter, et al., 1993. Evidence on The Performance of Accounting Students:
Race, Gender, and Expectations. Accounting Education Vol 8 No 1. Fakih, Mansour., 2004. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar,
Jakarta. Haralambos and Holborn., 2004. Sociology: Themes and Perspectives, Sixth
Edition. Harper Collins Publisher, London. Narsa, I Made., 2006. Sex-Role Stereotype dalam Rekruitmen Pegawai Akuntansi
dan Keuangan: Observasi terhadap Pola Rekruitmen Terbuka di Media Masa. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 8 No 2 Oktober 2006.
Neufeldt, Victoria., 1984. Webster's New World Dictionary. Webster's New World
Cleveland, New York. Sugianto, Masim., 2009. Mungkin Kita Hanya Lebih Dulu Tahu.
http://www.kompasiana.com Sumarso, SR., 1999. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Rineka Cipta,
Jakarta.
24
Supramono dan Haryanto., 2003. Desain Proposal Penelitian, Fakultas Ekonomi - UKSW, Salatiga
Supramono dan Sugiarto., 1993. Statistika. Andi Offset, Yogyakarta.
Suryaningsum, et al., 2004. Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali, 2-3 Desember 2004.
Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi; Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.
Tierney, Helen., 1989. Women's Studies Encyclopedia, Vol. I. Green Wood Press, NewYork.
Tjun, Law Tjun, et al., 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat dari Perspektif Gender. Jurnal Akuntansi Vol 1 No 2 November 2009.
Yuniani, Anggun., 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang (dipublikasikan).