bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 ......29 siswa yang memahami dan menguasai materi energi...

27
28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Pada ulangan formatif dengan materi energi, hasil belajarnya masih kurang (di bawah KKM 70). Dengan penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru selama ini pada mata pelajaran IPA, maka siswa-siswi di SD Negeri Tengaran kurang memahami materi. Maka dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Tengaran, siswa-siswi dapat melakukan dan mengeluarkan pendapat secara langsung. Hasil observasi awal di SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu kepada siswa, guru lebih aktif daripada siswa sehingga siswa dalam pembelajaran tidak bermakna dan mengakibatkan hasil belajar rendah. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang nantinya akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan dua kali pertemuan pada setiap siklusnya dan tiap pertemuan masing-masing 2 x 35 menit. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus pertama pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015 dari siswa kelas 3 yang berjumlah 47 siswa, membahas materi energi. Pada pertemuan 2 tanggal 20 Maret 2015 dilakukan dengan tujuan untuk perbaikan hasil agar maksimal. Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015, pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2015. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh sebelum pelaksanaan siklus,

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang. Pada ulangan formatif dengan materi

energi, hasil belajarnya masih kurang (di bawah KKM 70).

Dengan penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru selama

ini pada mata pelajaran IPA, maka siswa-siswi di SD Negeri Tengaran

kurang memahami materi. Maka dengan menerapkan model pembelajaran

Make a Match dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Tengaran, siswa-siswi

dapat melakukan dan mengeluarkan pendapat secara langsung.

Hasil observasi awal di SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang, pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas

guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Guru cenderung

mentransfer ilmu kepada siswa, guru lebih aktif daripada siswa sehingga

siswa dalam pembelajaran tidak bermakna dan mengakibatkan hasil belajar

rendah.

Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu jenis

penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang

nantinya akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini

dilaksanakan dua siklus dengan dua kali pertemuan pada setiap siklusnya

dan tiap pertemuan masing-masing 2 x 35 menit. Setiap siklus terdiri dari

kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus pertama pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret

2015 dari siswa kelas 3 yang berjumlah 47 siswa, membahas materi energi.

Pada pertemuan 2 tanggal 20 Maret 2015 dilakukan dengan tujuan untuk

perbaikan hasil agar maksimal. Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada

tanggal 26 Maret 2015, pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 27 Maret

2015. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh sebelum pelaksanaan siklus,

29

siswa yang memahami dan menguasai materi energi pada pembelajaran IPA

hanya 36,17 %, maka peneliti berusaha mengadakan perbaikan yang

dilaksanakan selama 2 siklus.

4.2 Deskripsi Kondisi Pra Siklus

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran terletak di

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Sebelum pelaksanaan Siklus 1

dan Siklus 2 terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan

tujuan untuk mengetahui keaktifan dan tingkat keberhasilan siswa atau hasil

belajar IPA. Observasi dilakukan pada saat guru kelas 3 mengajar mata

pelajaran IPA dan mengamati aktivitas siswa selama PBM berlangsung.

Setelah melakukan observasi, peneliti meminta hasil ulangan harian IPA

pada guru kelas.

4.2.1 Keaktifan

Kondisi awal keaktifan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian

tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan

di kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

tahun pelajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 47 siswa pada pembelajaran

IPA, terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah dan cenderung pasif. Hal

ini bisa terlihat dari hasil observasi pada saat guru sedang mengajar, siswa

tidak mendengarkan guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol

dengan teman. Setiap diberi pertanyaan, kurang dari 10 siswa yang berani

menjawab pertanyaan dari guru. Demikian juga, setiap diberi kesempatan

bertanya, hanya satu atau dua siswa yang berani untuk bertanya.

Hal tersebut juga terjadi pada saat guru sedang menjelaskan materi

pembelajaran, siswa tidak konsentrasi dalam belajar atau ia melamun dalam

mengikuti pelajaran. Disamping itu siswa kurang aktif dan cenderung santai

dalam pembelajaran, dimana saat berkelompok, selalu ada siswa yang

kurang aktif dan cenderung santai. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru

terkesan guru yang lebih dominan, sedangkan siswa hanya mengikuti saja

instruksi guru.

30

4.2.2 Hasil Belajar

Pembelajaran IPA siswa kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang pada kondisi pra siklus ini, menggunakan

metode ceramah dimana siswa hanya menjadi pendengar sehingga sering

timbul kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini menunjukkan hasil belajar

yang belum memuaskan, yaitu masih ada 30 siswa atau 63,83 % siswa yang

belum tuntas, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan

adalah 70. Untuk lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1

di bawah ini.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus

Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

≥ 70 17 Tuntas 36,17 %

< 70 30 Belum Tuntas 63,83 %

Jumlah 47 100 %

Jika dilihat dari hasil nilai prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar

masih rendah, terbukti dari jumlah siswa 47 masih ada 30 siswa atau 63,83

% yang belum mencapai ketuntasan dan baru 17 siswa atau 36,17 % yang

sudah mencapai ketuntasan atau mendapatkan nilai ≥ 70. Berikut disajikan

grafik perolehan hasil belajar IPA siswa pada gambar 4.1

31

Gambar 4.1

Hasil Belajar IPA Pra Siklus

Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.1 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2

Persentase Ketuntasan Nilai Pra Siklus

Pembelajaran saat prasiklus ini dilakukan dengan metode ceramah,

dimana pada saat kegiatan inti guru menjelaskan materi, siswa

mendengarkan. Pada saat guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar

siswa tidak ada yang mengajukan pertanyaan. Pada kegiatan akhir setelah

diadakan penilaian ternyata hasil belajarnya belum sesuai harapan.

0

5

10

15

20

25

30

35

≥ 70 < 70

Ju

mla

h S

isw

a

Nilai

Tuntas

Belum Tuntas

36,17%

63,83%

Tuntas

Belum Tuntas

32

Melihat kondisi tersebut, maka peneliti melakukan suatu tindakan

dalam pembelajaran IPA tentang energi melalui model pembelajaran Make a

Match. Make a Match adalah suatu model pembelajaran yang dapat menarik

perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada

pembelajaran dengan model Make a Match siswa akan memperoleh satu

kartu (kartu soal atau kartu jawaban) setelah itu mereka akan mencari

pasangan dari kartu yang dipegangnya. Hal tersebut dapat membangkitkan

keingintahuan siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpikir.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

4.3.1 Rencana Tindakan

Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah

untuk melakukan observasi di kelas 3 SD Negeri Tengaran. Setelah

mendapat izin dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara dan

observasi di kelas 3, mengidentifikasi kebutuhan siswa, mencari kendala apa

saja yang dialami guru dalam mengajar IPA, mengidentifikasi kondisi

keaktifan belajar siswa di kelas, dan meminta data nilai hasil belajar IPA

pada siswa kelas 3.

Berdasarkan permasalahan yang dijumpai dalam observasi, peneliti

menyiapkan teknik untuk melakukan perbaikan nilai IPA. Berikut ini

persiapan yang dilakukan peneliti pada Siklus I adalah: a) Mempersiapkan

silabus mata pelajaran IPA kelas 3 SD semester 2 pada pokok bahasan

energi yaitu pada Kompetensi Dasar 4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan

tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari,

b) Menyiapkan materi pelajaran dan sumber belajar yang akan digunakan, c)

Menyusun RPP dengan menggunakan Make a Match, d) Menyiapkan sarana

dan prasarana serta membuat media / alat peraga guna mendukung

pelaksanaan kegiatan pembelajaran, e) Menyiapkan lembar observasi, f)

Membuat kisi-kisi soal evaluasi hasil belajar IPA, g) Melakukan uji coba

instrument, h) Menyusun soal tes hasil belajar siswa, i) Mengkomunikasikan

rencana pembelajaran kepada guru kelas 3.

33

Peneliti melakukan dua kali pertemuan dengan guru kelas untuk

mengenalkan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

Pertemuan pertama untuk menyerahkan silabus dan RPP, sedangkan

pertemuan kedua untuk memantapkan kesiapan guru kelas dalam

menerapkan Make a Match. Pada pertemuan ini guru dan peneliti melakukan

sharing apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan apa saja yang nantinya

akan masuk dalam penilaian baik itu penilaian tertulis maupun penilaian

dalam observasi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian guru kelas

memiliki peran besar dalam mengontrol keterlaksanaan sintaks agar model

Make a Match dapat digunakan sebagai upaya perbaikan nilai IPA siswa.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret

2015 di kelas 3 dengan jumlah siswa 47 mengacu pada RPP yang telah

dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada

prasiklus tidak terulang pada Siklus I.

Pelaksanaan tindakan Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan, yaitu

pertemuan 1 dan 2. Tiap pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2

x 35 menit, dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran

dan pertemuan kedua untuk mengulang kembali sebagai penguatan konsep

dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan

dalam kegiatan ini adalah menyusun RPP IPA beserta instrument penilaian

terdiri dari kisi-kisi soal, butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian,

lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan peraga berupa kartu soal dan

kartu jawaban.

1) Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret

2015, dimulai pada jam 09.00 – 10.10. Pada pertemuan ini guru

membahas mengenai materi energi. Langkah-langkah pembelajaran

dengan model Make a Match adalah sebagai berikut :

34

a) Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah

mengucapkan salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa.

Setelah itu, siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan

“Cuaca hari ini cerah. Matahari bersinar terik. Jika kalian berdiri di

lapangan sana (sambil menunjuk lapangan), apa yang akan kalian

rasakan?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

pertemuan 1 dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas hari

ini yaitu tentang energi.

b) Kegiatan Inti

Pada tahap awal kegiatan inti guru melakukan tanya jawab

tentang pengertian energi. Kemudian guru menyiapkan alat peraga

berupa lilin dan korek api. Guru menyalakan lilin tersebut dan

menunjuk 4 siswa untuk maju ke depan. Siswa secara bergiliran

mendekatkan tangannya ke lilin tersebut. Guru memberikan

pertanyaan mengenai apa yang dirasakan setelah mendekatkan

tangan mereka. Setelah itu, guru menjelaskan tentang macam-macam

bentuk energi.

Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok satu

menerima kartu soal dan kelompok satunya menerima kartu

jawaban.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartu yang dipegangnya.Setelah itu, setiap siswa membacakan kartu

yang telah dicocokkannya dan menempel kartu tersebut pada tempat

yang disediakan.Kemudian guru bersama siswa mencocokkan hasil

kerja yang telah dilakukan oleh siswa.Selanjutnya guru bersama

dengan siswa bertanya jawab mengenai pembelajaran hari ini.

c) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat

kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

35

2) Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Maret 2015,

dimulai pada jam 07.00 – 08.10. Pada pertemuan ini guru mengulang

kembali materi energi. Langkah-langkah pembelajaran dengan model

Make a Match adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan kegiatan berupa

berdoa, presensi, kemudian guru mengadakan tanya jawab materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

b) Kegiatan Inti

Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru

membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing

siswa. Siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dipegangnya

kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya sesuai dengan

batas waktu yang telah ditentukan.Siswa menempelkan hasil

kerjanya di tempat yang disediakan kemudian secara berpasangan

membacakan hasil jawaban atas kartunya. Guru bersama dengan

siswa mencocokkan hasil kerja siswa kemudian mengambil

kesimpulan atas konsep materi yang telah dipelajari.

c) Kegiatan Penutup

Siswa mengerjakan soal evaluasi melalui tes tertulis dalam

bentuk pilihan ganda dengan 20 nomor soal.

4.3.3 Observasi

Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang

sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan

lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk

memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan

diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses

36

pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses

perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

a. Aktivitas Guru

Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus I dapat dilihat pada tabel

4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I

No. Indikator Total Skor Kriteria

1. Pra pembelajaran 107 Baik

2. Membuka pembelajaran

3. Penguasaan materi pembelajaran

4. Pendekatan / strategi pembelajaran

5. Pemanfaatan media pembelajaran /

sumber belajar

6. Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keterlibatan siswa

7. Penilaian proses dan hasil belajar

8. Penggunaan bahasa

9. Penutup

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai aktivitas guru selama kegiatan

pembelajaran dapat dijelaskan bahwa:

a. Skor aktivitas guru pada Siklus I adalah 107.

b. Skor maksimal aktivitas guru adalah 33 item x 4 = 132.

c. Pengkategorian:

1) Aktivitas guru kurang jika nilai ≤ 72.

2) Aktivitas guru cukup jika nilai 73 – 92.

3) Aktivitas guru baik jika nilai 93 – 112.

4) Aktivitas guru sangat baik jika nilai 113 – 132.

d. Tingkat aktivitas guru adalah dalam kategori baik, yaitu berada di

rentang nilai 93 – 112.

37

b. Keaktifan

Kondisi awal keaktifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas

dilakukan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat

bahwa keaktifan siswa masih rendah. Setelah dilakukan tindakan Siklus

I keaktifan siswa mengalami peningkatan. Hasil pengamatan yang

dilakukan oleh observer dan peneliti terhadap kegiatan siswa selama

proses pembelajaran pada Siklus I antara lain guru sudah menerapkan

pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match, terutama saat

mencocokkan pasangan kartu yang dimiliki siswa serta member

penjelasan mengenai kartu tersebut, siswa mulai antusias untuk

mendengarkan penjelasan guru. Siswa yang berbicara sendiri atau

mengganggu teman saat penjelasan guru mulai berkurang sehingga

suasana kelas tidak ramai / gaduh. Siswa juga sudah cukup baik dalam

melaksanakan diskusi kelompok serta terlihat ceria dalam mengikuti

pelajaran.

Pada tahap observasi ini peneliti menggunakan 6 indikator

keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 122)

sebagai acuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa. Indikator

keaktifan belajar siswa tersebut adalah:

1) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang

memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh

dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dibutuhkan.

2) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan

dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).

3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media /

alat peraga yang diciptakan.

4) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses

pembelajaran.

5) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar

yang ada dalam proses pembelajaran.

38

6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

Indikator yang pertama yaitu perhatian dan antusias siswa dalam

mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada

siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang dibutuhkan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh

observer dan peneliti, siswa mulai antusias dan memperhatikan

penjelasan dari guru. Namun masih ada beberapa siswa yang belum

memperhatikan atau melamun saat kegiatan pembelajaran. Hal ini

terlihat saat observer melihat wajah siswa, mereka terlihat

memperhatikan tetapi tatapan matanya kosong. Saat ditanya, siswa

tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.

Indikator kedua yaitu kebebasan atau keleluasaan melakukan

sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian

belajar). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti,

siswa masih belum diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam

pembelajaran. Saat menyimpulkan hasil kegiatan, guru menyimpulkan

sendiri hasil kegiatan dan langsung menuliskannya di papan tulis. Siswa

belum diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka. Selain

itu guru juga belum memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Indikator ketiga yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk

belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. Hasil

pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah terlibat

langsung dengan media / alat peraga yang diciptakan berupa kartu

berpasangan, namun masih ada beberapa siswa yang perlu dibimbing

oleh guru karena siswa tersebut belum begitu mengerti dengan aturan

permainan yang telah disampaikan oleh guru.

Indikator keempat yaitu kesediaan siswa dalam merespon dan

menanggapi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang

dilakukan observer dan peneliti, siswa nulai merespon dan menanggapi

dengan baik dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru

39

bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan, sebagian siswa

bersedia menjawab pertanyaan. Namun sebagian lagi lebih memilih

untuk mengobrol dengan teman dan tidak berani untuk menjawab

pertanyaan.

Indikator kelima yaitu kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-

tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal

ini adalah kerjasama antar siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan

observer dan peneliti, siswa terlihat masih belum bisa bekerjasama

dengan temannya. Saat kegiatan mencari pasangan kartu, siswa belum

bisa tertib dalam mencari pasangan kartunya sehingga banyak waktu

terbuang ketika proses pencarian tersebut, akibatnya masih ada

beberapa siswa yang belum bisa menemukan pasangan kartunya.

Indikator keenam atau indikator yang terakhir yaitu kesiapan dan

kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah

bersedia mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Namun ada

beberapa siswa yang tidak mau mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya dengan alasan malu karena berpasangan dengan lawan

jenis.

4.3.4 Hasil Tindakan

Hasil belajar yang diperoleh dari Siklus 1 ditunjukkan melalui tabel

4.5 berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan distribusi

ketuntasan hasil belajar IPA, 65,96 % dari seluruh siswa yang ada telah

mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 70, sedangkan siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa atau 34,04 % dari

seluruh siswa yang ada. Persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa

dari prasiklus ke Siklus 1 meningkat sebesar 29,79 %.

40

Tabel 4.3

Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I

Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

≥ 70 31 Tuntas 65,96 %

< 70 16 Belum Tuntas 34,04 %

Jumlah 47 100 %

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.2 dapat dilihat pada

gambar 4.3

Gambar 4.3

Hasil Belajar IPA Siklus I

Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.4.

0

5

10

15

20

25

30

35

≥ 70 < 70

Ju

mla

h S

isw

a

Nilai

Tuntas

Belum Tuntas

41

Gambar 4.4

Persentase Ketuntasan Nilai Siklus I

Berdasarkan gambar 4.2 dan 4.4 terdapat perbedaan perolehan nilai.

Data menunjukkan adanya peningkatan belajar sebesar 29,79 %, yaitu dari

sebelum perbaikan sebesar 36,17 % menjadi 65,96 %.

4.3.5 Refleksi

Setelah mengimplementasikan RPP IPA pada Siklus I, selanjutnya

diadakan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan

pengamatan atau temuan dari observer dan hasil belajar IPA. Hasil

pengamatan tindakan ini didiskusikan, dianalisis dan disimpulkan. Dari

kesimpulan inilah, kemudian dipergunakan sebagai bahan perbaikan pada

pelaksanaan tindakan Siklus II.

Pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasil belajar IPA sudah

mengalami peningkatan, tetapi masih ada siswa yang nilainya masih di

bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Pembalajaran IPA kelas 3

dengan kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pemgamatan tentang

pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari pada

65,96%

34,04%

Tuntas

Belum Tuntas

42

Siklus I ini belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan karena ketuntasan

belajar baru 65,96 %.

Dalam proses pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi ada beberapa

hal yang perlu perbaikan. Hal tersebut adalah belum semua siswa bisa

menemukan pasangan kartu soal maupun jawaban, siswa ada yang berbicara

sendiri dengan temannya, dan ada yang tidak mau bekerjasama dengan

temannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerjasama dan hasil pengerjaan

soal dimana siswa yang memperoleh nilai di atas 70 ada 31 siswa dan yang

mendapat nilai di bawah 70 ada 16 siswa.

Dari hasil pelaksanaan tindakan, permasalahan-permasalahan yang

muncul selama pembelajaran Siklus I adalah:

(1) Masih ada siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan

mencari pasangan.

(2) Siswa masih belum bekerjasama dengan baik.

(3) Siswa masih kebingungan tentang bagaimana cara melaksanakan

langkah-langkah mencari pasangan.

(4) Keberanian dalam menyampaikan pendapat masih kurang.

(5) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mendengarkan

penjelasan dari guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan observasi pada Siklus I, hal-hal yang diperlukan untuk

memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu antara lain :

(1) Memberikan teguran kepada siswa yang tidak bisa diajak kerja

sama pada saat mencari kartu pasangan.

(2) Memberikan penjelasan secara rinci aturan main dan batasan

waktu sehingga siswa tidak kebingungan dan mampu

mengimplementasikan perintah yang diberikan oleh guru.

(3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang

materi yang belum dipahami, ini dilakukan untuk melatih

keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan atau

menyampaikan pendapat.

43

4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

4.4.1 Rencana Tindakan

Pada Siklus II pelaksanaan memperhatikan kekurangan-kekurangan

pada Siklus I dengan cara memperbaikinya, agar tidak terjadi lagi kendala-

kendala yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Sebelum

pelaksanaan tindakan pada Siklus II ini, peneliti menyiapkan segala sesuatu

yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya RPP, lembar evaluasi,

lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang / lokasi yang akan

digunakan yaitu di ruang kelas 3.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret

2015 di kelas 3 dengan jumlah siswa 47 mengacu pada RPP yang telah

dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada

siklus I tidak terulang pada Siklus II.

Pelaksanaan tindakan Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan, yaitu

pertemuan 1 dan 2. Tiap pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2

x 35 menit, dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran

dan pertemuan kedua untuk mengulang kembali sebagai penguatan konsep

dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan

dalam kegiatan ini adalah menyusun RPP IPA beserta instrument penilaian

terdiri dari kisi-kisi soal, butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian,

lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan peraga berupa kartu soal dan

kartu jawaban.

1) Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Maret

2015, dimulai pada jam 09.00 – 10.10. Pada pertemuan ini guru

membahas mengenai materi sumber energi dan menghemat energi.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model Make a Match adalah

sebagai berikut :

44

a) Kegiatan Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah

mengucapkan salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa.

Setelah itu, siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan

“Energi apa yang dihasilkan oleh lampu tersebut? Darimana energi

itu berasal? Pada siang hari lampu lebih baik dinyalakan atau

dimatikan? Mengapa?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran pertemuan 1 dan guru menyampaikan materi yang

akan dibahas hari ini yaitu tentang sumber energi dan menghemat

energi.

b) Kegiatan Inti

Pada tahap awal kegiatan inti guru mengulang kembali

macam-macam bentuk energi. Kemudian guru melakukan tanya

jawab tentang pengertian sumber energy. Siswa diajak mengamati

gambar petani yang sedang menjemur padi, orang bersepeda, kincir

angin, dan perahu layar.Siswa mengemukakan pendapatnya tentang

gambar tersebut. Guru menjelaskan sumber-sumber energi dan cara

menghemat energi.

Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok satu

menerima kartu soal dan kelompok satunya menerima kartu

jawaban.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartu yang dipegangnya. Setelah itu, setiap siswa membacakan kartu

yang telah dicocokkannya dan menempel kartu tersebut pada tempat

yang disediakan.Kemudian guru bersama siswa mencocokkan hasil

kerja yang telah dilakukan oleh siswa.Selanjutnya guru bersama

dengan siswa bertanya jawab mengenai pembelajaran hari ini.

c) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat

kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

45

2) Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Maret 2015,

dimulai pada jam 09.00 – 10.10. Pada pertemuan ini guru mengulang

kembali materi sumber energi dan menghemat energi. Langkah-langkah

pembelajaran dengan model Make a Match adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan kegiatan berupa

berdoa, presensi, kemudian guru mengadakan tanya jawab materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

b) Kegiatan Inti

Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru

membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing

siswa. Siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dipegangnya

kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya sesuai dengan

batas waktu yang telah ditentukan. Siswa menempelkan hasil

kerjanya di tempat yang disediakan kemudian secara berpasangan

membacakan hasil jawaban atas kartunya. Guru bersama dengan

siswa mencocokkan hasil kerja siswa kemudian mengambil

kesimpulan atas konsep materi yang telah dipelajari.

c) Kegiatan Penutup

Siswa mengerjakan soal evaluasi melalui tes tertulis dalam

bentuk pilihan ganda dengan 20 nomor soal.

4.4.3 Observasi

Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang

sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan

lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk

memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan

diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses

46

pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses

perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

a. Aktivitas Guru

Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus II dapat dilihat pada tabel

4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II

No. Indikator Total Skor Kriteria

1. Pra pembelajaran 117 Sangat baik

2. Membuka pembelajaran

3. Penguasaan materi pembelajaran

4. Pendekatan / strategi

pembelajaran

5. Pemanfaatan media pembelajaran

/ sumber belajar

6. Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keterlibatan siswa

7. Penilaian proses dan hasil belajar

8. Penggunaan bahasa

9. Penutup

Berdasarkan tabel 4.4 mengenai aktivitas guru selama kegiatan

pembelajaran dapat dijelaskan bahwa:

a. Skor aktivitas guru pada Siklus II adalah 117.

b. Skor maksimal aktivitas guru adalah 33 item x 4 = 132.

c. Pengkategorian:

1) Aktivitas guru kurang jika nilai ≤ 72.

2) Aktivitas guru cukup jika nilai 73 – 92.

3) Aktivitas guru baik jika nilai 93 – 112.

4) Aktivitas guru sangat baik jika nilai 113 – 132.

47

d. Tingkat aktivitas guru adalah dalam kategori sangat baik, yaitu

berada di rentang nilai 113 - 132.

b. Keaktifan

Pada Siklus I keaktifan siswa berdasarkan hasil observasi yang

telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa sudah mengalami

peningkatan, namun masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan Siklus II keaktifan

siswa mengalami peningkatan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh

observer dan peneliti terhadap kegiatan siswa selama proses

pembelajaran pada Siklus II antara lain kesiapan siswa dalam mengikuti

pelajaran sudah baik. Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru dan

tidak membuat suasana kelas gaduh. Ketika guru memberi pertanyaan,

siswa aktif menjawab. Begitu juga ketika guru meminta siswa maju ke

depan, siswa dengan segera mengerjakan perintah guru dengan sangat

baik.

Sama dengan Siklus I, pada tahap observasi ini peneliti juga

menggunakan 6 indikator keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006: 122) sebagai acuan untuk mengetahui tingkat

keaktifan siswa. Indikator keaktifan belajar siswa tersebut adalah:

1) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang

memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh

dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dibutuhkan.

2) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan

dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).

3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media /

alat peraga yang diciptakan.

4) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses

pembelajaran.

5) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar

yang ada dalam proses pembelajaran.

48

6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

Indikator yang pertama yaitu perhatian dan antusias siswa dalam

mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada

siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang dibutuhkan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh

observer dan peneliti, siswa antusias dan memperhatikan penjelasan

dari guru. Tidak ada siswa yang membuat gaduh maupun mengobrol

dengan teman.

Indikator kedua yaitu kebebasan atau keleluasaan melakukan

sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian

belajar). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti,

siswa telah diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam pembelajaran.

Saat menyimpulkan hasil kegiatan, guru menyimpulkan hasil kegiatan

bersama siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat

mereka. Hal ini terlihat ketika guru menanyakan apa saja yang sudah

dipelajari pada hari itu, siswa berebut untuk menjawab. Selain itu guru

juga sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Indikator ketiga yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk

belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. Hasil

pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, semua siswa sudah

terlibat langsung dengan media / alat peraga yang diciptakan berupa

kartu berpasangan. Kegiatan mencari pasangan berlangsung dengan

lancar, tidak ada siswa yang membutuhkan bimbingan guru.

Indikator keempat yaitu kesediaan siswa dalam merespon dan

menanggapi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang

dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah merespon dan menanggapi

dengan baik dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru

bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan, sebagian besar siswa

bersedia menjawab pertanyaan. Walaupun masih ada satu atau dua

siswa yang masih belum berani untuk menjawab pertanyaan.

49

Indikator kelima yaitu kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-

tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal

ini adalah kerjasama antar siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan

observer dan peneliti, siswa terlihat mulai bisa bekerjasama dengan

temannya. Saat kegiatan mencari pasangan kartu, siswa bisa

melaksanakannya dengan tertib dalam mencari pasangan kartunya

sehingga tidak banyak waktu yang terbuang ketika proses pencarian

tersebut. Sebagian besar siswa mampu menemukan pasangan kartunya

dengan benar.

Indikator keenam atau indikator yang terakhir yaitu kesiapan dan

kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah

bersedia mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Tidak ada lagi

siswa yang malu untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

karena sudah terbiasa.

4.4.4 Hasil Tindakan

Hasil belajar yang diperoleh dari Siklus II ditunjukkan melalui tabel

4.5 berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan distribusi

ketuntasan hasil belajar IPA, 100 % dari seluruh siswa yang ada telah

mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 70. Persentase peningkatan

ketuntasan belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II meningkat sebesar

34,04 %.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II

Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

≥ 70 47 Tuntas 100 %

< 70 0 Belum Tuntas 0 %

Jumlah 47 100 %

50

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada

gambar 4.5

Gambar 4.5

Hasil Belajar IPA Siklus II

Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6

Persentase Ketuntasan Nilai Siklus II

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

≥ 70

Ju

mla

h S

isw

a

Nilai

Tuntas

100%

0%

Tuntas

Belum Tuntas

51

4.4.5 Refleksi

Setelah guru melakukan proses pembelajaran, maka yang menjadi

refleksi pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa. Guru telah

menerapkan model pembelajaran Make a Match dengan baik dan dilihat dari

aktivitas belajar siswa, pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Berdasarkan dari data pengematan diketahui bahwa siswa

menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswa pada Siklus II

mencapai ketuntasan.

4.5 Pembahasan

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian

tentang keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas 3 dengan model

pembelajaran Make a Match.

Pada penelitian ini, keaktifan siswa yang diobservasi meliputi: 1)

Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan

pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan, 2) Kebebasan atau

keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak

lainnya (kemandirian belajar), 3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk

belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan, 4) Kesediaan

siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran, 5)

Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada

dalam proses pembelajaran, 6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat peningkatan

keaktifan dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Make a Match

dalam pelajaran IPA. Berikut disajikan perbandingan kenaikan keaktifan

dan hasil belajar siswa sebagai berikut:

52

Tabel 4.6

Rekapitulasi Pengamatan Keaktifan Siswa

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Siswa tidak

mendengarkan guru

yang sedang

mengajar tetapi

mereka mengobrol

dengan teman.

Masih ada beberapa

siswa yang belum

memperhatikan atau

melamun saat

kegiatan

pembelajaran.

Tidak ada siswa

yang membuat

gaduh maupun

mengobrol

dengan teman.

2 Guru yang lebih

dominan,

sedangkan siswa

hanya mengikuti

saja instruksi guru.

Siswa belum diberi

kebebasan untuk

mengemukakan

pendapat mereka.

Siswa diberi

kebebasan untuk

mengemukakan

pendapat mereka.

3 Siswa belum

terlibat secara

langsung.

Masih ada beberapa

siswa yang perlu

dibimbing oleh guru

karena siswa

tersebut belum

begitu mengerti

dengan aturan

permainan yang

telah disampaikan

oleh guru.

Kegiatan mencari

pasangan

berlangsung

dengan lancar,

tidak ada siswa

yang

membutuhkan

bimbingan guru.

4 Kurang dari 10

siswa yang berani

menjawab

pertanyaan dari

guru.

Sebagian siswa

lebih memilih untuk

mengobrol dengan

teman dan tidak

berani untuk

menjawab

pertanyaan.

Sebagian besar

siswa bersedia

menjawab

pertanyaan.

5 Saat berkelompok,

selalu ada siswa

yang kurang aktif

dan cenderung

santai.

Masih ada beberapa

siswa yang belum

bisa menemukan

pasangan kartunya.

Sebagian besar

siswa mampu

menemukan

pasangan kartunya

dengan benar.

53

6 Sebagian besar

siswa belum berani

mempresentasikan

hasil kerja

kelompoknya di

depan kelas.

Beberapa siswa

yang tidak mau

mempresentasikan

hasil kerja

kelompoknya

dengan alasan malu

karena berpasangan

dengan lawan jenis.

Tidak ada lagi

siswa yang malu

untuk

mempresentasikan

hasil kerja

kelompoknya

karena sudah

terbiasa.

Hasil belajar dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Distribusi Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Tahap Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas

Prasiklus 47 17 (36,17 %) 30 (63,83 %)

Siklus I 47 31 (65,96 %) 16 (34,04 %)

Siklus II 47 47 (100 %) 0 %

Dari tabel 4.7 ini dapat dijelaskan perbandingan hasil belajar setiap

siklus. Pada kondisi awal atau prasiklus dari jumlah 47 siswa terdapat 30

siswa atau 63,83 % yang belum tuntas belajarnya, sedangkan 17 siswa atau

36, 17 % sudah tuntas belajarnya. Setelah dilaksanakan pembelajaran Siklus

I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu dari 47 siswa yang

sudah tuntas hasil belajarnya mencapai 31 siswa atau 65,96 % dan tinggal

16 siswa atau 34,04 % yang belum tuntas hasil belajarnya.

Melihat hasil belajar pada Siklus I yang masih ada siswa yang

belum tuntas hasil belajarnya atau nilainya belum mencapai 70, maka perlu

dilaksanakan pembelajaran pada Siklus II. Hasil belajar yang diperoleh

setelah dilaksanakan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan adanya

peningkatan ketuntasan hasil belajar. Siswa yang berjumlah 47 siswa atau

100 % dapat mencapai ketuntasan, atau dapat dikatakan bahwa dari 47 siswa

telah memperoleh nilai hasil belajar ≥ 70. Berdasarkan data di atas dapat

dilihat ketuntasan siswa dari pra Siklus ke Siklus II meningkat sebesar 63,83

%.

54

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus ke Siklus II

No. Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa

(%) Jumlah

Siswa

(%) Jumlah

Siswa

(%)

1. Tuntas 17 36,17 % 31 65,96 % 47 100 %

2. Belum

Tuntas

30 63,83 % 16 34,04 % 0 0 %

Jml 47 100 % 47 100 % 47 100 %

Perbandingan ketuntasan belajar pada pra Siklus, Siklus I, dan

Siklus II dapat ditunjukkan pada gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4.7

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan

Siklus II

Berdasarkan perolehan skor yang didapatkan pada Siklus I dan

Siklus II, maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Make a Match dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa

dengan materi energi pada siswa kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Prasiklus Siklus I Siklus II

Tuntas

Belum Tuntas