bab iv hasil penelitian dan pembahasan...1 campursari kecamatan ngadirejo kabupaten temanggung tahun...
TRANSCRIPT
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini akan menguraikan antara lain:
(1) kondisi awal, (2) siklus I, (3) siklus II, dan (4) pembahasan antarsiklus.
4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian dilakukan di kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Campursari
semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 25 siswa. Untuk itu
peneliti melakukan observasi terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan angket motivasi sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang
diperoleh oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Motivasi Siswa Pra Siklus
Siswa Kelas 5 SDN 1 Campursari Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Interval Kategori Frekuensi Persentase
Skor dibawah 47 Motivasi Sangat Kurang 1 4%
Skor 48 - 55 Motivasi Kurang 2 8%
Skor 56 - 63 Motivasi Cukup 10 40%
Skor 64 - 71 Motivasi Tinggi 10 40%
Skor diatas 72 Motivasi Sangat Tinggi 2 8%
Jumlah 25 100%
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui frekuensi yang pada kategori
motivasi cukup, motivasi kurang dan motivasi sangat kurang frekuensinya 13
siswa dengan Persentase 52%. Sedangkan kategori motivasi tinggi atau sangat
tinggi hanya 12 siswa dengan Persentase 48%. Rendahnya motivasi siswa
dipengaruhi dalam proses pembelajaran IPA kurang menekankan siswa untuk
termotivasi dalam kegiatan kerja kelompok dikarenakan guru kurang menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif saat pembelajaran. Selain itu dalam kerja
57
kelompok biasanya siswa yang mengerjakan didominasi oleh siswa yang
berkemampuan tinggi saja sehingga siswa yang lain tidak bersemangat dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, terlihat dari
nilai ulangan harian siswa sebelum tindakan pada mata pelajaran IPA sebagian
besar siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 70),
sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk
membantu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa Kelas 5 SD Negeri
1 Campursari kecamatan Ngadirejo kabupaten Temanggung tahun pelajaran
2013/2014 pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil dari observasi dengan
guru kelas dapat di lihat dalam tabel ketuntasan siswa sebagai berikut:
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar PraSiklus
Siswa Kelas 5 SDN 1 Campursari Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Kategori Keterangan Frekuensi Persentase
Tuntas ≥70 10 40%
Belum tuntas < 70 15 60%
Jumlah 25 100%
Rata-rata 64,6
Standar Deviasi 11,35
Minimal 40
Maksimal 85
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa perolehan
nilai PraSiklus dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai di atas dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 10 dengan persentase 40%,
sedangkan yang belum mencapai ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa dengan
persentase 60%. Dengan rata-rata 64,6 dan standar deviasi 11,35. Nilai terendah
40 dan nilai tertinngi 85. Berdasarkan Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2
dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:
58
Gambar 4.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PraSiklus
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa
memahami materi yang disajikan dikarenakan beberapa faktor, diantaranya faktor
dari guru dan siswa itu sendiri. Selain itu proses pembelajaran IPA kurang
menekankan siswa untuk aktif dalam menemukan konsep IPA dan motivasi dalam
kegiatan kerja kelompok. Faktor dari guru dikarenakan, guru kurang memiliki
keterampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif saat pembelajaran
atau selalu menggunakan pembelajaran yang monoton, sedangkan faktor dari
siswa dikarenakan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pecahan masih
kurang bahkan ada beberapa siswa yang belum bisa, sehingga kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal IPA masih kurang dan belum mendapatkan tindak lanjut
dari guru. Kedua faktor tersebut menjadi hambatan dalam transformasi ilmu
pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif. Faktor
tersebut menyebabkan siswa dalam memahami materi menjadi kurang maksimal
dan hasil belajar siswa rendah. Selain itu, guru juga kurang menekankan motivasi
kelompok siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung, sehingga siswa yang
mengerjakan didomonasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja sedangkan
siswa yang berkemampuan rendah cenderung tidak berperan dalam
menyelesaikan tugas kelompok.
59
4.1.2. Deskripsi Siklus I
Pada siklus I akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus I yang meliputi
tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi.
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dibagi menjadi 3 pertemuan.
4.1.2.1.Tahap Perencanaan
Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan yaitu
pertemuan I, II, dan pertemuan III. Adapun rencana tindakan adalah setelah
diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru
kelas 5 sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan
disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbantuan
alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan I,
maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja kelompok, lembar observasi. Peneliti
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) silkus I dengan SK: 7.
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan
sumber daya alam, dengan KD: 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah
karena pelapukan dan KD: 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Pada pertemuan
I ini yang akan dibahas yaitu proses pembentukan tanah dan macam-macam
batuan. Pada pertemuan II yang akan dibahas yaitu macam-macam pelapukan dan
jenis-jenis tanah serta cara menanggulangi pengikisan tanah. Pada pertemuan III
ini siswa dan guru mengingat pelajaran yang lalu dan siswa diberikan tes evaluasi
sebagai tes siklus I.
4.1.2.2.Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I dilaksanakan pada
minggu ketiga bulan Maret 2014. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 3 kali
pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali
pertemuan untuk tes formatif mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus I.
Setiap pertemuan dilaksanakan 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. Pelaksanaan
tindakan dan observasi ini merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran dari
60
awal sampai akhir pembelajaran. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi
dari rencana yang dibuat dalam RPP. Sedangkan observasi dilakukan pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Hasil observasi aktivitas guru dalam
proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri atas 35 aspek
dan dalam pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 25 aspek. Lembar aktivitas guru
dan siswa berpedoman pada skala nilai angka (numerical rating scale) dengan
skor tiap item adalah 1-4. Jawaban dibuat berdasarkan deskripsi aspek yang
diobservasi yaitu skor 1 berarti mendeskripsikan kurang, skor 2 berarti
mendeskripsikan sedang, skor 3 berarti mendeskripsikan baik, dan skor 4 berarti
mendeskripsikan sangat baik. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model STAD diisi oleh observer dengan cara
melingkari pada kolom skor yang sesuai dengan pengamatan. Setelah itu skor
dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I ini dilakukan pada hari Sabtu
tanggal 22 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk
berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi
berupa pertanyaan yaitu sebutkan asal usul tanah. Siswa disuruh menyebutkan
bahan pembentuk tanah, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Kemudian guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5 orang secara heterogen. Kemudian guru menjelaskan sekilas
tentang materi proses pembentukan tanah dan macam-macam batuan dengan
membawa alat peraga. Siswa diminta mengadakan pengamatan. Guru
memberikan LKK mengenai macam-macam batuan untuk dikerjakan di dalam
kelompok. Siswa termotivasi dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai guru memanggil salah
satu siswa secara acak, kemudian siswa mencoba untuk menjawab pertanyaan dan
61
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa
kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil
diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah
selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan
balik sebagai penguatan. Siswa mengerjakan kuis yang diberikan guru dan akan
langsung dikoreksi oleh guru dan siswa. Guru memberikan penghargaan terhadap
kelompok yang mencapai kategori super team, great team, good team.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan semangat bagi kelompok yang
belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa
dan melakukan refleksi. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama diperoleh
dari lembar observasi dijabarkan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
62
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1 2 7
Menyampaikan tujuan,
apersepsi, dan memotivasi
siswa
5 3, 4 11
Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok belajar
7 6 5
Mempresentasikan materi
14 8, 13 9, 10,
11, 12 24
Membimbing kelompok
belajar
16, 17 15, 18 19, 20 16
Kuis
21, 22,
23 9
Penghargaan Kelompok 24, 25 6
Kompetensi guru 28 26, 27 11
Menyimpulkan materi
29, 30,
31, 32,
34, 35
33 22
Jumlah 2 2 19 12 111
Berdasarkan tabel 4.3 hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan
model pembelajaran STAD dalam mata pelajaran IPA dapat diketahui aspek yang
memperoleh skor 1 sebanyak 2 nomor, skor 2 sebanyak 2 nomor, skor 3 sebanyak
19, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 13 nomor dan total skor
seluruhnya 111. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 2
indikator, masing-masing indikator memperoleh skor 3 dan 4 sehingga berjumlah
7. Pada aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan nomor
indikator 5 mendapat skor 3, sedangkan indikator 3 dan 4 mendapat skor 4
sehingga berjumlah 11. Pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok
belajar nomor indikator 7 mendapat skor 2 dan indikator 6 mendapat nilai 3
sehingga berjumlah 5. Pada aspek mempresentasikan materi nomor indikator 14
mendapat skor 2, sedangkan nomor indikator 8 dan 13 mendapat skor 6, serta
pada nomor indikator 9, 10, 11, dan 12 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 24.
63
Aspek membimbing diskusi kelompok belajar pada nomor 16, 17 mendapat skor 1
dan skor nomor 15 dan 18 adalah 4, serta nomor indikator 19, dan 20 mendapat
skor 4 sehingga jumlah keseluruhan adalah 16. Kemudian pada aspek
memberikan kuis kepada siswa ketiga nomor indikator 21, 22, dan 23 mendapat
skor 3 sehingga berjumlah 9. Pada aspek memberikan penghargaan kelompok,
kedua indikator memperoleh skor 3 sehingga berjumlah 6. Pada aspek kompetensi
guru nomor indikato 28 mendapat skor 3, sedangkan skor pada nomor indikator
26 dan 27 adalah 4 sehingga berjumlah 11. Selanjutnya pada aspek menyimpulkan
materi nomor indikator 29, 30, 31, 32, 34, dan 35 mendapat skor 3 dan skor
nomor 33 yaitu 4 sehingga berjumlah 22.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan
pertama diperoleh dari lembar observasi yang dijabarkan dalam beberapa aspek
dari beberapa indikator, indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1 4
Menyimak tujuan,
apersepsi, dan motivasi dari
guru
4 2, 3 11
Menyimak guru
mempresentasikan materi
7 5, 6 8, 9 16
Membentuk kelompok
belajar
10 4
Belajar dalam kelompok 13, 14,
15 12 11 9
Kuis 18 16, 17 8
Penghargaan Kelompok 19, 20 8
Kegiatan akhir
21, 23,
25 22, 24 17
Jumlah 3 3 8 11 77
64
Berdasarkan tabel 4.4 hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan
model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat diketahui aspek yang
memperoleh skor 1 sebanyak 3 nomor, skor 2 sebanyak 3 nomor, skor 3 sebanyak
8 nomor, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 11 nomor dan total skor
seluruhnya adalah 77. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 1
indikator yang memperoleh skor 4 sehingga jumlahnya 4. Pada aspek menyimak
apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran pada nomor indikator 4 mendapat
skor 3, sedangkan indikator 2 dan 3 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 11. Pada
aspek menyimak guru mempresentasikan materi pada nomor indikator 7
mendapat skor 2, sedangkan nomor indikator 5 dan 6 mendapat skor 3, serta pada
nomor indikator 8 dan 9 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 16. Pada aspek
membentuk kelompok belajar nomor indikator 10 mendapat skor 4 sehingga
jumlahnya 4. Aspek belajar dalam kelompok pada nomor 13, 14, dan 15 mendapat
skor 1, pada nomor 12 mendapat skor 2, dan skor nomor 11 adalah 4, sehingga
jumlah keseluruhan adalah 9. Kemudian pada aspek kuis nomor indikator 18
mendapat skor 2, sedangkan nomor 16 dan 17 mendapat skor 3 sehingga
berjumlah 8. Pada aspek penghargaan kelompok, kedua indikator memperoleh
skor 4 sehingga berjumlah 8. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir nomor
indikator 1, 23, dan 25 mendapat skor 3 dan skor nomor 22 dan 24 yaitu 4
sehingga berjumlah 17.
2) Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus I pada pertemuan II dilakukan
pada hari Jum’at tanggal 28 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru
menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai guru
melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya.
Kemudian menunjukkan batuan yang mengalami pelapukan.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5 orang secara heterogen. Kemudian guru menjelaskan sekilas
tentang materi pelapukan batuan, bagian-bagian tanah, jenis-jenis tanah dan cara
65
mencegah pengikisan tanah dengan bantuan alat peraga. Siswa diminta
mengadakan pengamatan. Guru memberikan LKK mengenai macam-macam
batuan untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa termotivasi dalam kelompok
berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
Setelah selesai guru memanggil salah satu siswa secara acak, kemudian siswa
mencoba untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal
yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan
kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Siswa
mengerjakan kuis yang diberikan guru dan akan langsung dikoreksi oleh guru dan
siswa. Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mencapai
kategori super team, great team, good team.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan semangat bagi kelompok yang
belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa
dan melakukan refleksi. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua diperoleh dari
lembar observasi dijabarkan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.5 berikut ini:
66
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
2 1 7
Menyampaikan tujuan,
apersepsi, dan memotivasi
siswa
3,4,5 9
Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok belajar
7 6 7
Mempresentasikan materi
8, 14
9, 10,
11,
12,13
26
Membimbing kelompok
belajar
16,17
15,18,
19,20 22
Kuis 23 21,22, 11
Penghargaan Kelompok 24, 25 6
Kompetensi guru
26, 27,
28 12
Menyimpulkan materi
29, 30,
32
31,33,
34,35 25
Jumlah 0 0 15 20 125
Berdasarkan tabel 4.5 hasil observasi kegiatan guru dapat diketahui tidak
ada yang memperoleh skor 1 dan skor 2, aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak
15, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 20 nomor dan total skor
seluruhnya 125. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 2
indikator, masing-masing indikator memperoleh skor 4 dan 3 sehingga berjumlah
7. Pada aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan nomor
indikator 3,4 dan 5 mendapat skor 3, sehingga berjumlah 9. Pada aspek
mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar nomor indikator 7 mendapat
skor 3 dan indikator 6 mendapat nilai 4 sehingga berjumlah 7. Pada aspek
mempresentasikan materi nomor indikator 8 dan 14 mendapat skor 3, sedangkan
nomor indikator 9,10,11,12, dan 13 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 26.
Aspek membimbing diskusi kelompok belajar pada nomor 16, 17 mendapat skor 3
dan skor nomor 15 dan 18 adalah 4, serta nomor indikator 19, dan 20 mendapat
67
skor 4 sehingga jumlah keseluruhan adalah 22. Kemudian pada aspek
memberikan kuis kepada siswa ketiga nomor indikator 23 mendapat skor 3
sedangkan nomor indikator 21 dan 22 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 11.
Pada aspek memberikan penghargaan kelompok, kedua indikator memperoleh
skor 3 sehingga berjumlah 6. Pada aspek kompetensi guru nomor indikator 26,27,
dan 28 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 12. Selanjutnya pada aspek
menyimpulkan materi nomor indikator 29, 30, 32, mendapat skor 3 dan skor
nomor 31,33,34, dan 35 yaitu 4 sehingga berjumlah 25.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan
pertama diperoleh dari lembar observasi yang dijabarkan dalam beberapa aspek
dari beberapa indikator, indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1 4
Menyimak tujuan,
apersepsi, dan motivasi dari
guru
2, 3, 4 12
Menyimak guru
mempresentasikan materi
7 5,6,8,9 18
Membentuk kelompok
belajar
10 4
Belajar dalam kelompok
12, 13,
14, 15 11 16
Kuis 18 16, 17 11
Penghargaan Kelompok 19, 20 8
Kegiatan akhir
21 22, 23,
24, 25 19
Jumlah 0 1 6 18 92
Berdasarkan tabel 4.6 hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan
model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat diketahui tidak ada
aspek yang memperoleh skor 1, skor 2 sebanyak 1 nomor, skor 3 sebanyak 6
68
nomor, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 18 nomor dan total skor
seluruhnya adalah 92. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 1
indikator yang memperoleh skor 4 sehingga jumlahnya 4. Pada aspek menyimak
apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran pada nomor indikator 2, 3, dan 4
mendapat skor 4, sehingga berjumlah 12. Pada aspek menyimak guru
mempresentasikan materi pada nomor indikator 7 mendapat skor 2, sedangkan
nomor indikator 5, 6, 8, dan 9 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 18. Pada
aspek membentuk kelompok belajar nomor indikator 10 mendapat skor 4
sehingga jumlahnya 4. Aspek belajar dalam kelompok pada nomor 12,13, 14, dan
15 mendapat skor 3, dan skor nomor 11 adalah 4, sehingga jumlah keseluruhan
adalah 16. Kemudian pada aspek kuis nomor indikator 18 mendapat skor 3,
sedangkan nomor 16 dan 17 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 11. Pada aspek
penghargaan kelompok, kedua indikator memperoleh skor 4 sehingga berjumlah
8. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir nomor indikator 21 mendapat skor 3 dan
skor nomor 22, 23, 24 dan 25 yaitu 4 sehingga berjumlah 19.
3) Pertemuan ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III dilakukan pada hari
Sabtu tanggal 29 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai guru melakukan apersepsi
dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya..
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan
inti yaitu guru membagikan tes formatif berupa soal pilihan ganda kepada siswa.
Kemudian siswa mengerjakan tes formatif secara individu. Dilanjutkan dengan
pembahasan soal tes formatif yang disampaikan oleh guru dan siswa menyimak
pembahasan soal tes formatif. Setelah itu guru meminta siswa mengisi angket
motivasi untuk mengukur tingkat motivasi siswa selama pembelajaran dilakukan.
Dalam kegiatan akhir guru menyampaikan materi pembelajaran pada
pertemuan berikutnya serta menutup pembelajaran.
69
4.1.2.3.Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran
STAD. Selain itu digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan
apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan indikator
yang diharapkan. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari
pertemuan I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi
atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru
kelas, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas 5. Dalam
diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD
bagi guru kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini didapatkan
bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran serta guru merasa
lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan
dipahami serta siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya
yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti.
Berdasarkan analisis angket motivasi siswa terdapat 15 siswa yang
mencapai kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi dengan persentase
60% artinya lebih besar dari rata-rata sebelum dilakukan tindakan yaitu 48%
sehingga indikator pencapaian motivasi belum tercapai. Hasil evaluasi yang
diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan KKM = 70 maka diperoleh dari
seluruh siswa yang berjumlah 25 siswa dalam belajarnya sebanyak 19 siswa
tuntas dengan Persentase 76% dan rata-rata 73,8. Berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar
siswa, peneliti memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan siswa
dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan KKM ≥ 70. Dari hasil
evaluasi siswa pada siklus I ternyata ketuntasan siswa baru mencapai 76%.
Artinya jika dilihat dari Persentase motivasi dan hasil belajar yang ditentukan
hasil evaluasi tertulis siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang
diharapkan.
Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada
siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setiap
70
kegiatan pembelajaran agar meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I
adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan
a. Rancangan pembelajaran sudah terencana dengan baik.
b. Siswa lebih termotivasi dalam belajar dengan menggunakan pembelajaran
tipe STAD.
c. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, motivasi siswa lebih
meningkat.
d. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.
2) Kekurangan
a. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD belum terbiasa
dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b. Masih adanya siswa yang belum termotivasi secara optimal.
c. Guru terkadang masih memanggil salah satu siswa yang pernah
dipanggilnya.
3) Penyelesaian
a. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
b. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok agar siswa
semakin termotivasi dalam pembelajaran.
c. Guru memanggil siswa secara acak dan diusahakan jangan memanggil
siswa yang sudah pernah dipanggil.
4.1.3. Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan hasil tindak lanjut dari refleksi yang dilakukan pada
siklus I dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran lebih maksimal. Pada
deskripsi siklus II akan diuraikan tentang kegiatan dalam siklus II yang meliputi
71
tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi.
Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi 3 pertemuan.
4.1.3.1.Tahap Perencanaan
Rencana pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 3 pertemuan
yaitu pertemuan I, II, dan pertemuan III. Adapun rencana tindakan adalah setelah
diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru
Kelas 5 sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan
disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe STAD serta alat
penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan I, maka
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran,
diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja kelompok, lembar observasi. Peneliti
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan I dengan SK: 7.
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan
sumber daya alam dan KD: 7.3 Mengidentifikasi struktur bumi. Pada pertemuan I
ini yang akan dibahas yaitu struktur lapisan bumi. Pada pertemuan II ini yang
akan dibahas yaitu lapisan atmosfer bumi. Pada pertemuan III siswa diberikan tes
evaluasi sebagai tes siklus II.
4.1.3.2.Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus II ini hampir sama dengan
pelaksanaan tindakan siklus I yaitu merupakan deskripsi dari tahap persiapan
hingga tahap pelaksanaan dan observasi, di mana tahap pelaksanaan terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan akhir, yang membedakan dengan siklus I adalah pada
materi pembelajaran dan teknik yang digunakan dalam pengelolaan kelas.
Pelaksanaan tindakan dan observasi siklus II dilaksanakan pada minggu pertama
bulan April 2014. Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan,
yaitu 2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan tes formatif
untuk mengevaluasi siklus II. Setiap pertemuan dalam pelaksanaan tindakan
siklus II terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit. Tahap pelaksanaan
72
observasi siklus II dilaksanakan seiring sejalan dengan tahap pelaksanaan
tindakan yaitu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Pelaksanaan
observasi siklus II hanya dilakukan 2 kali yaitu pada saat proses pembelajaran dan
tidak dilakukan pada saat pertemuan ketiga untuk tes formatif mengevaluasi hasil
belajar siswa pada siklus II. Pelaksanaan observasi merupakan deskripsi observasi
kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilakukan pada hari Jum’at tanggal 04
April 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam
kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa pertanyaan
yaitu bagian bumi yang sering kita injak, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan
pembelajaran. Kemudian menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan STAD.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5 orang secara heterogen. Kemudian guru menjelaskan sekilas
tentang materi struktur lapisan bumi dengan bantuan alat peraga. Siswa diminta
mengadakan pengamatan. Guru memberikan LKK mengenai struktur lapisan
bumi untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa termotivasi dalam kelompok
berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
Setelah selesai guru memanggil salah satu siswa secara acak, kemudian siswa
mencoba untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal
yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan
kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Siswa
mengerjakan kuis yang diberikan guru dan akan langsung dikoreksi oleh guru dan
73
siswa. Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mencapai
kategori super team, great team, good team
Dalam kegiatan akhir guru memberikan semangat bagi kelompok yang
belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa
dan melakukan refleksi. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama diperoleh
dari lembar observasi dijabarkan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1,2 8
Menyampaikan tujuan,
apersepsi, dan memotivasi
siswa
4 3,5 11
Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok belajar
7 6 7
Mempresentasikan materi
8,11,12
, 14
9,
10,13 24
Membimbing kelompok
belajar
15,16,
17,18,
19,20
24
Kuis
21,22,
23 12
Penghargaan Kelompok 24, 25 8
Kompetensi guru 28 26, 27 11
Menyimpulkan materi
30, 32
29,31,
33,34,
35
26
Jumlah 0 0 9 26 131
Berdasarkan tabel 4.7 hasil observasi kegiatan guru dapat diketahui tidak
ada yang memperoleh skor 1 dan skor 2, aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak
9, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 26 nomor dan total skor
74
seluruhnya 131. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 2
indikator, nomor indikator 1 dan 2 memperoleh skor 4 sehingga berjumlah 8. Pada
aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan nomor indikator
4 mendapat skor 3, sedangkan nomor indokator 3 dan 5 mendapat skor 4 sehingga
berjumlah 11. Pada aspek mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
nomor indikator 7 mendapat skor 3 dan indikator 6 mendapat nilai 4 sehingga
berjumlah 7. Pada aspek mempresentasikan materi nomor indikator 8,11,12 dan
14 mendapat skor 3, sedangkan nomor indikator 9,10, dan 13 mendapat skor 4,
sehingga berjumlah 24. Aspek membimbing diskusi kelompok belajar pada nomor
15,16, 17,18,19, dan 20 mendapat skor 4 sehingga jumlah keseluruhan adalah 24.
Kemudian pada aspek memberikan kuis kepada siswa nomor indikator 21,22, dan
23 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 12. Pada aspek memberikan penghargaan
kelompok, kedua indikator memperoleh skor 4 sehingga berjumlah 8. Pada aspek
kompetensi guru nomor indikator 28 mendapat skor 3 sedangkan nomor indokator
26 dan 27 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 11. Selanjutnya pada aspek
menyimpulkan materi nomor indikator 30, 32, mendapat skor 3 dan skor nomor
29,31,33,34, dan 35 yaitu 4 sehingga berjumlah 26.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan
pertama diperoleh dari lembar observasi yang dijabarkan dalam beberapa aspek
dari beberapa indikator, indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
75
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1 4
Menyimak tujuan,
apersepsi, dan motivasi dari
guru
2, 3, 4 12
Menyimak guru
mempresentasikan materi
5,6,7,
8,9 20
Membentuk kelompok
belajar
10 4
Belajar dalam kelompok
15 11, 12,
13, 14 19
Kuis
16, 17,
18 12
Penghargaan Kelompok 19, 20 8
Kegiatan akhir
22 21, 23,
24, 25 19
Jumlah 0 0 2 23 98
Berdasarkan tabel 4.8 hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan
model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat diketahui tidak ada
aspek yang memperoleh skor 1 dan skor 2, skor 3 sebanyak 2 nomor, dan aspek
yang memperoleh skor 4 sebanyak 23 nomor dan total skor seluruhnya adalah 98.
Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 1 indikator yang
memperoleh skor 4 sehingga jumlahnya 4. Pada aspek menyimak apersepsi,
motivasi dan tujuan pembelajaran pada nomor indikator 2, 3, dan 4 mendapat skor
4, sehingga berjumlah 12. Pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi
pada nomor indikator 5, 6, 7, 8, dan 9 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 20.
Pada aspek membentuk kelompok belajar nomor indikator 10 mendapat skor 4
sehingga jumlahnya 4. Aspek belajar dalam kelompok pada nomor 15 mendapat
skor 3, dan skor nomor 11, 12, 13, 14 adalah 4, sehingga jumlah keseluruhan
adalah 19. Kemudian pada aspek kuis nomor indikator 16, 17, dan 18 mendapat
skor 4, berjumlah 12. Pada aspek penghargaan kelompok, kedua indikator
76
memperoleh skor 4 sehingga berjumlah 8. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir
nomor indikator 22 mendapat skor 3 dan skor nomor 21, 23, 24 dan 25 yaitu 4
sehingga berjumlah 19.
2) Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II dilaksanaan pada hari
Sabtu tanggal 05 April 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai guru melakukan apersepsi
dengan suatu pertanyaan yaitu udara yang ada di bumi. Kemudian dilanjutkan
dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5 orang secara heterogen. Kemudian guru menjelaskan sekilas
tentang materi pelapukan batuan, bagian-bagian tanah, jenis-jenis tanah dan cara
mencegah pengikisan tanah dengan bantuan alat peraga. Siswa diminta
mengadakan pengamatan. Guru memberikan LKK mengenai lapisan atmosfer
bumi untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa termotivasi dalam kelompok
berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
Setelah selesai guru memanggil salah satu siswa secara acak, kemudian siswa
mencoba untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk seluruh kelas. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal
yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan
kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Siswa
mengerjakan kuis yang diberikan guru dan akan langsung dikoreksi oleh guru dan
siswa. Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mencapai
kategori super team, great team, good team
Dalam kegiatan akhir guru memberikan semangat bagi kelompok yang
belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa
77
dan melakukan refleksi. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua diperoleh
dari lembar observasi dijabarkan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1,2 8
Menyampaikan tujuan,
apersepsi, dan memotivasi
siswa
3,4,5 12
Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok belajar
6,7 8
Mempresentasikan materi
8,9,
10,11,1
2,13,14
28
Membimbing kelompok
belajar
15,16,
17,18,
19,20
24
Kuis
21,22,
23 12
Penghargaan Kelompok 24, 25 8
Kompetensi guru
26,
27,28 12
Menyimpulkan materi
30
29,31,
32, 33,
34, 35
27
Jumlah 0 0 1 34 139
Berdasarkan tabel 4.9 hasil observasi kegiatan guru dapat diketahui tidak
ada yang memperoleh skor 1 dan skor 2, aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak
1, dan aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 34 nomor dan total skor
seluruhnya 139. Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 2
indikator, nomor indikator 1 dan 2 memperoleh skor 4 sehingga berjumlah 8. Pada
aspek melakukan apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan nomor indokator
78
3, 4, dan 5 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 12. Pada aspek
mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar nomor indikator 6 dan 7
mendapat skor 4 sehingga berjumlah 8. Pada aspek mempresentasikan materi
nomor indikator 8,9,10,11,12,13, dan 14 mendapat skor 4, sehingga berjumlah
28. Aspek membimbing diskusi kelompok belajar pada nomor 15,16, 17,18,19,
dan 20 mendapat skor 4 sehingga jumlah keseluruhan adalah 24. Kemudian pada
aspek memberikan kuis kepada siswa nomor indikator 21,22, dan 23 mendapat
skor 4 sehingga berjumlah 12. Pada aspek memberikan penghargaan kelompok,
kedua indikator memperoleh skor 4 sehingga berjumlah 8. Pada aspek kompetensi
guru nomor indokator 26, 27, dan 28 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 12.
Selanjutnya pada aspek menyimpulkan materi nomor indikator 30 mendapat skor
3 dan skor nomor 29,31,32,33,34, dan 35 yaitu 4 sehingga berjumlah 27.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan kedua
diperoleh dari lembar observasi yang dijabarkan dalam beberapa aspek dari
beberapa indikator, indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
79
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2
Aspek yang Diamati Skor Penilaian
Jumlah
Skor 1 2 3 4
Memeriksa kesiapan
pembelajaran
1 4
Menyimak tujuan,
apersepsi, dan motivasi dari
guru
2, 3, 4 12
Menyimak guru
mempresentasikan materi
5,6,7,
8,9 20
Membentuk kelompok
belajar
10 4
Belajar dalam kelompok
15 11, 12,
13, 14 19
Kuis
16, 17,
18 12
Penghargaan Kelompok 19, 20 8
Kegiatan akhir
21, 22,
23, 24,
25
20
Jumlah 0 0 1 24 99
Berdasarkan tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan
model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA dapat diketahui tidak ada
aspek yang memperoleh skor 1 dan skor 2, skor 3 sebanyak 1 nomor, dan aspek
yang memperoleh skor 4 sebanyak 24 nomor dan total skor seluruhnya adalah 99.
Pada aspek memeriksa kesiapan pembelajaran terdiri dari 1 indikator yang
memperoleh skor 4 sehingga jumlahnya 4. Pada aspek menyimak apersepsi,
motivasi dan tujuan pembelajaran pada nomor indikator 2, 3, dan 4 mendapat skor
4, sehingga berjumlah 12. Pada aspek menyimak guru mempresentasikan materi
pada nomor indikator 5, 6, 7, 8, dan 9 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 20.
Pada aspek membentuk kelompok belajar nomor indikator 10 mendapat skor 4
sehingga jumlahnya 4. Aspek belajar dalam kelompok pada nomor 15 mendapat
skor 3, dan skor nomor 11, 12, 13, 14 adalah 4, sehingga jumlah keseluruhan
adalah 19. Kemudian pada aspek kuis nomor indikator 16, 17, dan 18 mendapat
80
skor 4, berjumlah 12. Pada aspek penghargaan kelompok, kedua indikator
memperoleh skor 4 sehingga berjumlah 8. Selanjutnya pada aspek kegiatan akhir
nomor indikator 21, 22, 23, 24 dan 25 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 20.
3) Pertemuan ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan III dilakukan pada hari
Jum’at tanggal 11 April 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai guru melakukan apersepsi
dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan
inti yaitu guru membagikan tes formatif berupa soal pilihan ganda kepada siswa.
Kemudian siswa mengerjakan tes formatif secara individu. Dilanjutkan dengan
pembahasan soal tes formatif yang disampaikan oleh guru dan siswa menyimak
pembahasan soal tes formatif. Setelah itu guru meminta siswa mengisi angket
motivasi untuk mengukur tingkat motivasi siswa selama pembelajaran dilakukan.
Dalam kegiatan akhir guru menyampaikan materi pembelajaran pada
pertemuan berikutnya serta menutup pembelajaran.
4.1.3.3.Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan
I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala
kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, guru
observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa Kelas 5. Dalam diskusi
berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi guru
kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru
kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik, bagi
siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta dengan bekerja
kelompok siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang
berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti. Hasil refleksi
dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran STAD. Setelah selesai
81
pembelajaran pada siklus II pertemuan III maka dilaksanakan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
Hasil analisis angket motivasi siswa terdapat 22 siswa yang mencapai
kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi dengan persentase 88%.
Sesuai dengan indikator peningkatan motivasi yang telah ditentukan yaitu
sebanyak 80% dari keseluruhan siswa dalam kategori motivasi tinggi atau
motivasi sangat tinggi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan
belajar dengan KKM= 70 maka diperoleh sebanyak 25 dengan prosentase 100%
siswa tuntas artinya semua siswa telah tuntas. Berdasarkan indikator keberhasilan
yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa, peneliti
memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan siswa dinyatakan hasil
belajarnya meningkat yaitu dengan mencapai nilai ≥70. Dari hasil evaluasi siswa
pada siklus II ternyata ketuntasan siswa baru mencapai 100%. Artinya jika dilihat
dari indikator keberhasilan yang ditentukan hasil evaluasi tertulis siswa telah
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan penulis.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan
hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut:
1. Rancangan pembelajaran sudah baik
2. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, motivasi siswa lebih meningkat.
4. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.
5. Siswa termotivasi dengan baik didalam proses pembelajaran.
6. Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengeluarkan pendapat
4.2. Hasil Analisis Data
Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan
siklus II yang meliputi data motivasi belajar IPA dan tes evaluasi siswa pada
akhir siklus. Dari data tersebut kemudian dianalisis dengan membandingkan
data pada tiap siklus yaitu dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikakukan di SD Negeri 1 Campursari
82
diketahui bahwa dari motivasi belajar siswa kelas 5 dari kondisi awal, siklus I,
dan siklus II mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran
STAD. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Campursari
diketahui bahwa dari hasil belajar siswa kelas 5 dari kondisi awal, siklus I, dan
siklus II mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran STAD.
Berhasil atau tidaknya model pembelajaran STAD dapat dilihat dari
motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa. Hasil belajar diperoleh dari hasil tes
formatif siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hasil tes formatif siswa
kondisi awal diperoleh dari data hasil ulangan IPA semester II. Sedangkan data
pada siklus I dan siklus II diperoleh dari tes formatif akhir siklus.
4.2.1. Kondisi Awal
4.2.1.1. Motivasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui tingkat motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA
sebelum diterapkannya model pembelajaran STAD, maka data diperoleh dari hasil
angket motivasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diisi oleh siswa. Angket
motivasi yang dikembangkan dari indikator indikator motivasi. Aspek yang
diukur meliputi 20 aspek.
Berdasarkan angket motivasi sebelum dilakukan tindakan pembelajaran
yang diperoleh oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Motivasi Siswa Pra Siklus
Siswa Kelas 5 SDN 1 Campursari Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Interval Kategori Frekuensi Persentase
Skor dibawah 47 Motivasi Sangat Kurang 1 4%
Skor 48 – 55 Motivasi Kurang 2 8%
Skor 56 – 63 Motivasi Cukup 10 40%
Skor 64 – 71 Motivasi Tinggi 10 40%
Skor diatas 72 Motivasi Sangat Tinggi 2 8%
Jumlah 25 100%
83
Dari tabel 4.11 di atas dapat diketahui frekuensi yang pada Kategori
motivasi sangat kurang sebanyak 1 siswa dengan Persentase 4%, kategori
motivasi kurang sebanyak 2 siswa dengan Persentase 8% dan kategori motivasi
cukup frekuensinya 10 siswa dengan Persentase 40%. Kategori motivasi tinggi
sebanyak 10 siswa dengan Persentase 40%. Kategori motivasi sangat tinggi yaitu
2 siswa dengan Persentase 8%. Berdasarkan tabel 4.11 dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Kondisi Awal
4.2.1.2. Hasil Belajar Siswa
Kondisi awal diperoleh dari data hasil ulangan IPA semester 2 tahun
2013/2014. Data hasil ulangan IPA dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
84
Tabel 4.12
Destribusi Frekuensi Nilai IPA Pra Siklus
No. Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
1 40-49 1 4% Tidak Tuntas
2 50-59 5 20% Tidak Tuntas
3 60-69 9 36% Tidak Tuntas
4 70-79 6 24% Tuntas
5 80-89 4 16% Tuntas
6 90-100 0 0% Tuntas
Jumlah 25 100%
Nilai Rata-rata 64,6
Nilai maks. 85
Nilai min. 40
Tuntas 10
Tidak Tuntas 15
Prosentase Ketuntasan 40%
Prosentase Ketidaktuntasan 60%
Berdasarkan tabel 4.12 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA
dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran yaitu dibawah KKM
70. Dari tabel tersebut diketahui skor nilai antara 40-49 frekuensinya ada 1
dengan Persentase 4% dari jumlah keseluruhan siswa, 50-59 frekuensinya ada 5
dengan Persentase 20% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai antara 60-
69 frekuensinya ada 9 dengan Persentase 36% dari jumlah keseluruhan
siswa, dan skor nilai antara 70-79 frekuensinya ada 6 dengan persentase
24% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 80-89 frekuensinya 4 dengan
Persentase 16%, nilai 99-100 frekuensinya 0 dengan persentase 0% dari jumlah
siswa dan dapat dilihat pada daftar nilai siswa (terlampir). Berdasarkan tabel
4.12 dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
85
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Nilai IPA Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil
perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Jumlah Presentase
1 Tuntas ≥70 10 40%
2 Belum Tuntas <70 15 60%
Jumlah 25 100%
Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sebanyak 15 siswa atau 60%, sedangkan yang sudah mencapai
ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 40%. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
diatas KKM lebih sedikit daripada jumlah siswa yang tidak tuntas.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.13 dapat dilihat pada diagram 4.4 berikut
ini:
86
Gambar 4.4 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
4.2.2. Siklus I
4.2.2.1. Motivasi Belajar Siswa
Hasil tindakan diperoleh dari hasil angket motivasi pada kegiatan
pembelajaran yang telah diisi oleh siswa. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi
dalam kegiatan pembelajaran menggunakan angket motivasi yang dikembangkan
dari indikator indikator motivasi. Aspek yang diukur meliputi 20 aspek.
Hasil motivasi siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada
dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini terlihat dari peningkatan
nilai aspek indikator motivasi yang meningkat. Ini disebabkan karena siswa sudah
terarah dalam kegiatan pembelajaran, siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab,
berdiskusi dalam kelompok dan aktif mengemukakan pendapat ataupun menerima
pendapat. Dan secara kesuluruhan proses pembelajaran sudah baik sehingga
dalam mengikuti proses pembelajaran siswa aktif dalam pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan STAD diperoleh
hasil pengisian angket yang dilakukan oleh siswa terhadap aktivitas motivasi
dalam pembelajaran IPA. Hasil angket dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
87
Tabel 4.14
Hasil Motivasi Siklus I
Siswa Kelas 5 SDN 1 Campursari Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Interval Kategori Frekuensi Persentase
Skor dibawah 47 Motivasi Sangat Kurang 0 0%
Skor 48 - 55 Motivasi Kurang 2 8%
Skor 56 - 63 Motivasi Cukup 8 32%
Skor 64 - 71 Motivasi Tinggi 7 28%
Skor diatas 72 Motivasi Sangat Tinggi 8 32%
Jumlah 25 100%
Dari tabel 4.14 dapat diketahui frekuensi yang pada kategori motivasi
sangat kurang sebanyak 0 siswa dengan Persentase 0%, kategori motivasi kurang
sebanyak 2 siswa dengan Persentase 8% dan kategori motivasi cukup
frekuensinya 8 siswa dengan Persentase 32%. Kategori motivasi tinggi sebanyak
7 siswa dengan Persentase 28%. Kategori motivasi sangat tinggi yaitu 8 siswa
dengan Persentase 32%. Berdasarkan tabel 4.14 dapat digambarkan dalam
diagram 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5 Diagram Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Siklus I
88
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I telah
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan frekuensi yang mendapat kategori
motivasi tinggi atau sangat tinggi sebanyak 15 siswa dengan Persentase 60% yang
sebelumnya hanya 52%. Tetapi indikator pencapaian motivasi siswa belum
tercapai. Sehingga perlu dilaksanakan tindakan pada siklus II.
4.2.2.2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 1 Campursari diperoleh
dengan mengadakan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga. Dari
hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan hasil belajar IPA. Hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 1 Campursari pada Kompetensi Dasar
mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan
mengidentifikasi jenis-jenis tanah disajikan pada tabel daftar nilai IPA
(terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Nilai IPA
Siklus I
No. Nilai Frekuensi Prosentase Keterangan
1 40-49 0 0% Tidak Tuntas
2 50-59 2 8% Tidak Tuntas
3 60-69 4 16% Tidak Tuntas
4 70-79 11 44% Tuntas
5 80-89 6 24% Tuntas
6 90-100 2 8% Tuntas
Jumlah 25 100%
Nilai Rata-rata 73,8
Nilai maks. 100
Nilai min. 55
Tuntas 19
Tidak Tuntas 6
Prosentase Ketuntasan 76%
Prosentase Ketidaktuntasan 24%
Berdasarkan tabel 4.15 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA dapat
dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5 mengalami peningkatan dari
89
kondisi awal, ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar kondisi awal meningkat
menjadi 73,8 sedangkan Persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 76%
yang didapat oleh 19 siswa. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM atau
dikatakatan tidak tuntas mengalami penurunan yaitu menjadi 24% yang
didapat oleh 6 siswa, untuk nilai tertinggi menjadi 100 sedangkan untuk nilai
terendah mejadi 55 yang semula hanya 40. Dari tabel tersebut diketahui
skor nilai antara 40-49 frekuensinya 0 dengan persentase 0% dari jumlah
keseluruhan siswa, 50-59 frekuensinya ada 2 dengan persentase 8% dari
jumlah keseluruhan siswa, skor nilai antara 60-69 frekuensinya ada 4 dengan
persentase 16% dari jumlah keseluruhan siswa, dan skor nilai antara 70-79
frekuensinya ada 11 dengan persentase 44% dari jumlah keseluruhan siswa,
skor nilai 80-89 frekuensinya 6 dengan persentase 24%, nilai 99-100
frekuensinya 2 dengan persentase 8% dari jumlah siswa dan dapat dilihat pada
daftar nilai siswa (terlampir). Berdasarkan tabel 4.15 dapat dinyatakan dalam
diagram sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Hasil Perolehan Nilai siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil
perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.16 berikut:
90
Tabel 4.16
Ketuntasan Belajar Siklus I
No Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Jumlah Presentase
1 Tuntas ≥70 19 76%
2 Belum Tuntas <70 6 24%
Jumlah 25 100%
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa
yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70)
sebanyak 6 siswa atau 24%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan
minimal sebanyak 19 siswa dengan persentase 76%. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas
KKM lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, namun indikator
kinerja hasil belajar IPA yang peneliti tentukan belum tercapai yaitu 80 %.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.16 dapat dilihat dapat dibuat diagram
yang tertuang pada diagram 4.7 berikut ini:
Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar siklus I
91
4.2.3. Siklus II
4.2.3.1. Motivasi Belajar Siswa
Hasil tindakan diperoleh dari hasil angket motivasi pada kegiatan
pembelajaran yang telah diisi oleh siswa. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi
dalam kegiatan pembelajaran menggunakan angket motivasi yang dikembangkan
dari indikator indikator motivasi. Aspek yang diukur meliputi 20 aspek.
Hasil motivasi siswa pada siklus II mengalami peningkatan pada
dibandingkan siklus I. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai aspek indikator
motivasi yang meningkat. Ini disebabkan karena siswa sudah terarah dan terbiasa
dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa aktif dalam kegiatan
tanya jawab, berdiskusi dalam kelompok dan aktif mengemukakan pendapat
ataupun menerima pendapat. Dan secara kesuluruhan proses pembelajaran sudah
baik sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran siswa aktif dalam
pembelajaran.
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan STAD diperoleh
hasil pengisian angket motivasi siklus II yang dilakukan oleh siswa dalam
pembelajaran IPA. Hasil angket dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.17
Hasil Motivasi Siklus II
Siswa Kelas 5 SDN 1 Campursari Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Interval Kategori Frekuensi Persentase
Skor dibawah 47 Motivasi Sangat Kurang 0 0%
Skor 48 - 55 Motivasi Kurang 0 0%
Skor 56 - 63 Motivasi Cukup 3 12%
Skor 64 - 71 Motivasi Tinggi 3 12%
Skor diatas 72 Motivasi Sangat Tinggi 19 76%
Jumlah 25 100%
Dari tabel 4.17 dapat diketahui frekuensi yang pada kategori motivasi
sangat kurang sebanyak 0 siswa dengan Persentase 0%, kategori motivasi kurang
sebanyak 0 siswa dengan Persentase 0% dan kategori motivasi cukup
92
frekuensinya 3 siswa dengan Persentase 12%. Kategori motivasi tinggi sebanyak
3 siswa dengan Persentase 12%. Kategori motivasi sangat tinggi yaitu 19 siswa
dengan Persentase 76%. Berdasarkan tabel 4.17 dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut.
Gambar 4.8 Diagram Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Siklus II
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II
motivasi belajar siswa telah meningkat dibandingkan motivasi belajar siswa pada
siklus I. Pada siklus II kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi
frekuensinya 22 siswa dengan Persentase 88%. Maka indikator peningkatan
motivasi siswa sudah tercapai dengan kategori tinggi atau sangat tinggi. Hal ini
disebabkan karena penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah terbiasa
dalam kegiatan pembelajaran.
4.2.3.2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 1 Campursari pada
Kompetensi Dasar mendeskripsikan struktur bumi disajikan pada tabel daftar
nilai IPA (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.18 yaitu tentang
93
distribusi frekuensi nilai IPA, siswa kelas 5 SD Negeri 1 Campursari Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi Nilai IPA
Siklus II
No. Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
1 40-49 0 0% Tidak Tuntas
2 50-59 0 0% Tidak Tuntas
3 60-69 0 0% Tidak Tuntas
4 70-79 3 12% Tuntas
5 80-89 7 28% Tuntas
6 90-100 15 60% Tuntas
Jumlah 25 100%
Nilai Rata-rata 89,6
Nilai maks. 100
Nilai min. 70
Tuntas 25
Tidak Tuntas 0
Prosentase Ketuntasan 100%
Prosentase Ketidaktuntasan 0%
Dilihat dari tabel 4.18 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA
dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas 5 mengalami
peningkatan dari hasil belajar siklus I, ditandai dengan nilai rata-rata yang
meningkat menjadi 89,6 sedangkan persentase ketuntasan juga meningkat
menjadi 100% yang didapat oleh 25 siswa. Tidak ada siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM atau dikatakatan tidak tuntas, untuk nilai tertinggi menjadi 100
sedangkan untuk nilai terendah 70. Berdasarkan tabel 4.18 dapat dinyatakan
dalam diagram berikut ini:
94
Gambar 4.9 Diagram Hasil Perolehan Nilai IPA siklus II
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil
perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.19 berikut ini:
Tabel 4.19
Ketuntasan Belajar Siklus II
No Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 Tuntas ≥70 25 100%
2 Belum Tuntas <70 0 0%
Jumlah 25 100%
Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa tidak
ada siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) yaitu 0%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
sebanyak 25 siswa dengan persentase 100%. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak
daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, ketuntasan belajar siswa pada
tabel 4.19 dapat dilihat dalam diagram berikut ini:
95
Gambar 4.10 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar siklus II
4.2.4. Analisis Komparatif
Berikut ini dapat dilihat tabel hasil pengisian angket motivasi siswa
sebelum tindakan, siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokkan skor
motivasi dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.20
Hasil motivasi siswa
PraSiklus, Siklus I, Siklus II
Kategori Prasiklus Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Motivasi
Sangat
Kurang
1 4% 0 0% 0 0%
Motivasi
Kurang 2 8% 2 8% 0 0%
Motivasi
Cukup 10 40% 8 32% 3 12%
Motivasi
Tinggi 10 40% 7 28% 3 12%
Motivasi
Sangat
Tinggi
2 8% 8 32% 19 76%
Jumlah 25 100 25 100 25 100
Dari tabel 4.20 dapat diketahui pada prasiklus frekuensi siswa yang
mendapatkan kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi sebanyak 12
96
siswa dengan persentase 48%. Pada siklus I frekuensi siswa yang mendapatkan
kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi sebanyak 15 siswa dengan
persentase 60%. Sedangkan Pada siklus II frekuensi siswa yang mendapatkan
kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi sebanyak 22 siswa dengan
persentase 88%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi setelah tindakan siklus I
dan Siklus II menjadi lebih baik dibandingkan sebelum diberi tindakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dapat dilihat adanya peningkatan motivasi
siswa dalam setiap siklusnya pada kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat
tinggi dengan persentase pra siklus 48% dari keseluruhan jumlah siswa, pada
siklus I dengan persentase 60% dari keseluruhan jumlah siswa, dan pada siklus II
dengan persentase 88% dari keseluruhan jumlah siswa. Grafik peningkatan
motivasi siswa dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.11 Diagram Peningkatan Motivasi Siswa
Selain perbandingan skor motivasi, terdapat juga analisis data kuantitatif
yang berasal dari hasil belajar siswa saat prasiklus, siklus I, dan siklus II akan
disajikan dalam sebuah tabel dan grafik.
97
Tabel 4.21
Hasil belajar siswa
PraSiklus, Siklus I, Siklus II
Statistik Deskriptif
Tindakan PraSiklus Siklus I Siklus II
Rata-rata 64,60 73,80 89,60
Nilai Tengah 65 75 90
Standar Deviasi 11,35 10,53 8,52
Minimal 40 55 70
Maksimal 85 100 100
Dari tabel 4.21 di atas dapat diketahui rata-rata hasil belajar siswa kelas
PraSiklus 64,6, nilai tengah 65 dengan standar deviasi 11,35. Nilai terendah 40
dan nilai tertinggi 85. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh
sebesar 73,8, nilai tengah 75 dengan standar deviasi 10,53. Nilai terendah 55 dan
nilai tertinggi 100. Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh
sebesar 89,6, nilai tengah 90 dengan standar deviasi 8,52. Nilai terendah 70 dan
nilai tertinggi 100. Dari tabel 4.21 dapat dibuat grafik peningkatan rata-rata hasil
belajar siswa sebagai berikut:
Gambar 4.12 Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa
98
Perbandingan ketuntasan siswa Kelas 5 saat prasiklus, siklus I, dan siklus
II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.22
Rekap Ketuntasan Siswa
Siswa Kelas 5 SDN 1 Campursari Semester II
Tahun Pelajaran 2013/2014
Kriteria Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
siswa
Persentase Jumlah
siswa
Persentase Jumlah
siswa
Persentase
Tuntas >70 10 40% 19 76% 25 100%
Tidak
Tuntas
<70 15 60% 6 24% 0 0%
Dari tabel 4.22 rekapitulasi pengelompokkan nilai diatas dapat dilihat
adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti
untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 10 orang.
Sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 19 siswa dan siklus II
jumlah siswa yang tuntas ada 25 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi
tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 15 siswa yang belum tuntas pada
mata pelajaran IPA, setelah siklus I terdapat 6 siswa tidak tuntas dan siklus II
tidak ada siswa tidak tuntas artinya semua siswa atau 25 siswa mengalami
ketuntasan belajar. Ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dalam
setiap siklusnya. Berdasarkan table 4.22 diatas tentang siswa tuntas dan tidak
tuntas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
99
Gambar 4.13 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II
Pada Tabel 4.22 dan diagram 4.13 menunjukkan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar dan
menurunya jumlah siswa yang tidak tuntas.
4.3. Pembahasan
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di Kelas 5 SD Negeri 1
Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung ditemukan bahwa
tingkat motivasi kelompok dan hasil belajar siswa masih rendah, hal ini
disebabkan pemahaman siswa tentang materi cahaya belum menekankan pada
aspek kinerja siswa dalam kelompok. Proses pembelajaran sebelum tindakan
menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa lebih cenderung mendengarkan
ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa
masih bekerja secara individual, tidak tampak motivasi siswa dan tidak dibiasakan
bekerja kelompok dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat jenuh karena
pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA rendah.
Tingkat motivasi siswa tergolong rendah dengan frekuensi pada kategori motivasi
tinggi atau motivasi sangat tinggi sebanyak 12 siswa dengan persentase 48%.
Sedangkan 52% siswa pada kategori motivasi cukup, motivasi kurang, dan
100
motivasi sangat kurang. Pada hasil belajar siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM=70) hanya 10 siswa atau 40% sedangkan siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa atau 60%. Nilai
tertinggi yang didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 85 sedangkan nilai
terendahnya adalah 40.
Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat
memahami materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja,
karena ke-10 siswa ini memang mempunyai kemampuan dalam belajar yang lebih
baik dibandingkan teman-temannya walaupun hanya dengan mendengarkan saja,
sedangkan 15 siswa yang lain belum bisa memahami materi yang disajikan oleh
guru hanya dengan ceramah saja karena kemampuan dalam belajar mereka rendah
jika hanya mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai yaitu
bagaimana menekankan aspek peningkatan motivasi belajar dan meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas agar lebih baik dalam memahami materi pelajaran.
Peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa didapatkan dari hasil
perolehan nilai siklus I dan II adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
Pada Siklus I dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
berdasarkan analisis angket motivasi pada siklus I frekuensi siswa yang
mendapatkan kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi sebanyak 15
siswa dengan persentase 60%. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=70) sebanyak 19 siswa atau 76% dan terdapat 6 siswa yang mendapatkan
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 73,8
sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 55.
b. Siklus II
Pada Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
berdasarkan analisis angket motivasi pada siklus II frekuensi siswa yang
mendapatkan kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi sebanyak 22
101
siswa dengan persentase 88% artinya indikator peningkatan motivasi sudah
tercapai. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak
25 siswa atau 100% dan artinya semua siswa telah tuntas. Nilai rata-ratanya
adalah 89,6 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 70.
Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi prasiklus diketahui terdapat 12
siswa yang mencapai kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi dan
terdapat 10 siswa tuntas dari 25 siswa. Pada siklus I terdapat 15 siswa yang
mencapai kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi dan terdapat 19
siswa tuntas dari 25 siswa. Pada Siklus II terdapat 22 siswa yang mencapai
kategori motivasi tinggi atau motivasi sangat tinggi dan 25 siswa tuntas. Dapat
dilihat dari hasil tersebut bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD baik
digunakan untuk siswa yang belum tuntas maupun yang sudah tuntas. Dengan
pembelajaran yang dilakukan menunjukan bahwa motivasi dan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan.
(Rusman, 2010: 205) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman”. Selain itu hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Donatus (2012). Upaya Meningkatkan Motivasi
Dan Hasil Belajar IPA (Sains) Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Ledok 02 Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada model pembelajaran
konvensional.
Proses pembelajaran dalam pelaksanaan praktik di lapangan yang
dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa hal yang menyebabkan adanya
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Dalam proses pembelajaran tipe STAD yang menerapkan adanya kerja
kelompok dalam suatu pembelajaran dimana setiap siswa dalam masing-masing
kelompok mendapat tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bersama. Hal ini
menjadikan siswa terlihat lebih aktif dalam meningkatkan motivasi untuk
menyelesaikan tugas dalam kelompoknya. Tanggungjawab individu yang terjadi
102
lebih tinggi sehingga pengetahuan yang diterima lebih maksimal karena
pertukaran pendapat antarsiswa. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan
tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah. Proses pembelajaran
yang melibatkan motivasi siswa secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
hasil belajar. Saat pembelajaran siswa yang berkemampuan tinggi dapat
membantu siswa yang berkemampuan rendah sehingga terjadi pertukaran
pengetahuan yang dimiliki.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan
partisipasi dan motivasi siswa. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara
belajar siswa lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial
dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai tujuan utama dalam pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209).
Berdasarkan perolehan skor motivasi dan hasil belajar yang didapatkan
pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih menekankan pada aspek keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran untuk memudahkan siswa memahami materi sehingga dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa siswa Kelas 5 SD Negeri 1
Campursari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun 2013/2014.