bab iv hasil penelitian dan...

44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Setting Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum RSJD Dr. Amino Gondohutomo Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang merupakan rumah sakit khusus tipe A ditingkat Provinsi Jawa Tengah yang berada di jalan Brigjen Sudiarto Nomor 347. Sebagai rumah sakit pusat rujukan pelayanan dan pendidikan kesehatan jiwa kebanggaan Jawa Tengah pada tingkat provinsi, maka RSJD Dr.Amino Gondohutomo dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara melayani masyarakat secara profesional dan mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat. Sebagai rumah sakit jiwa daerah milik provinsi Jawa Tengah, RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang mempunyai visi yaitu menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan Pelayanan Dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Kebanggaan Jawa Tengah. Rumah sakit ini berdiri daiatas luas lahan 60.000 m 2 dan secara keseluruhan jumlah tenaga medis terdidri dari dokter di RSJD. Dr Amino Gondohutomo Semarang 17 orang yaitu terbagi atas 12 orang dokter yang bertugas pada ruang rawat inap, dan 5 dokter umum, serta 7 orang psikiater/spesialis. 51

Upload: letram

Post on 14-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Setting Penelitian

1.1.1 Gambaran Umum RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo

Semarang merupakan rumah sakit khusus tipe A ditingkat

Provinsi Jawa Tengah yang berada di jalan Brigjen Sudiarto

Nomor 347. Sebagai rumah sakit pusat rujukan pelayanan

dan pendidikan kesehatan jiwa kebanggaan Jawa Tengah

pada tingkat provinsi, maka RSJD Dr.Amino Gondohutomo

dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara

melayani masyarakat secara profesional dan mampu

memberikan kepuasan kepada masyarakat. Sebagai rumah

sakit jiwa daerah milik provinsi Jawa Tengah, RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang mempunyai visi yaitu

menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan Pelayanan Dan

Pendidikan Kesehatan Jiwa Kebanggaan Jawa Tengah.

Rumah sakit ini berdiri daiatas luas lahan 60.000 m2 dan

secara keseluruhan jumlah tenaga medis terdidri dari dokter

di RSJD. Dr Amino Gondohutomo Semarang 17 orang yaitu

terbagi atas 12 orang dokter yang bertugas pada ruang rawat

inap, dan 5 dokter umum, serta 7 orang psikiater/spesialis.

51

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

52

Jumlah keseluruhan perawat yaitu 180 orang yang SPK

2 orang, D3 123 orang dan S1 55 orang. Adapun jumlah

pramu husada 14 orang. Sedangkan jumlah tenaga

kesehatan khususnya yang bertugas dipoliklinik jumlah

dokter sebanyak 8 orang dan jumlah perawatnya berjumlah 7

orang.

Jadi ideal perbandingan secara rasio dapat dilihat bahwa

1 orang dokter rata-rata menangani 15-20 pasien di unit

rawat inap apalagi dengan rumah sakit yang bertipe A, maka

perbandingan dari dokter dari unit rawat inap RSJD.Dr Amino

Gondohutomo Semarang belum sesuai dengan standar yang

ideal.

1.1.2 Proses Pelaksanan Penelitian

1.1.2.1 Persiapan Penelitian

Adapun peneliti sebelum turun ke lapangan untuk

melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan segala

sesuatu yang berhubungan dengan proses penelitian dalam

hal ini, peneliti membuat surat pengantar untuk meminta

surat ijin penelitian di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang. Pembuatan surat pengantar melalui bagian tata

usaha Fakultas Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Februari

2012 dan dibuat dalam bentuk surat ijin penelitian dan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

53

ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,

kemudian surat ijin penelitian dibawa ke Diklat RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang dan diproses, surat

balasannya diberikan tanggal 12 Maret 2012.

Setelah itu peneliti menindaklanjuti surat balasan

dengan memenuhi beberapa hal yang berhubungan dengan

penelitian, yaitu mengurus administrasi keuangan dan

meminta persetujuan pada bagian kepala bagian

keperawatan untuk memberitahu untuk ijin penelitian. Selain

itu peneliti pun menyiapkan kamera dan baterai sebagai alat

bantu saat dokumentasi saat melakukan penelitian, serta

peneliti menggadakan beberapa lembar surat persetujuan

pasien saat dilakukan penelitian. Tempat penelitian jauh dari

tempat tinggal peneliti, maka peneliti sebelumnya juga

mempersiapkan tempat tinggal dengan mencari kos-kosan

atau tempat tinggal sementara disekitar rumah sakit jiwa.

Selain mempersiapkan semuanya peneliti pun tetap menjaga

kesehetan, pikiran dan tenaga agar pada proses penelitian

yang akan datang dapat dilaksanakan dengan maksimal.

1.1.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di poliklinik RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang mulai pada:

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

54

Tanggal 13 Maret 2012 pukul 10.00 WIB-12.00 WIB,

adalah hari pertama peneliti melakukan penelitian, saat itu

peneliti mengobservasi pasien-pasien yang datang untuk

kontrol di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang. Beberapa pasien, yang peneliti observasi ada

yang masih mondar-mandir kadang tertawa sendiri, peneliti

mendekati beberapa pasien dan keluarga, namun pasien

sendiri menolak untuk diajak bicara. Pada pukul 11.00 WIB,

peneliti mengobservasi satu orang pasien kemudian pasien

tersebut bisa diajak bicara oleh peneliti. Peneliti meminta

persetujuan untuk mewawancarai pasien bersedia dan

peneliti memberi inform consent untuk ditandatangani oleh

pasien. Peneliti mulai mewawancarai pasien menggunakan

lembar wawancara yang disediakan namun pasien tidak

bersedia untuk direkam suara dan Tn.A dijadikan riset

partisipan pertama.

Tanggal 14 Maret 2012 pukul 10.30 WIB-12.00 WIB

peneliti mulai mengobservasi pasien yang datang untuk

kontrol rutin di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang. Peneliti mendapatkan seorang pasien yang dapat

diajak bicara serta memberi keterangan tentang apa yang

ditanyakan. Pasien dan keluarga yang mengantar juga siap

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

55

untuk diwawancarai, namun saat peneliti meminta ijin untuk

merekam suara pasien menolak untuk direkam suara.

Tanggal 15 Maret 2012 peneliti melanjutkan dengan

penelitian. Peneliti mulai mengobservasi pasien-pasien yang

datang kontrol. Peneliti mendekati salah satu pasien ternyata

pasien tersebut tidak menolak saat didekati serta bersedia

untuk diajak cerita oleh peneliti. Peneliti mulai meminta ijin

untuk mewawancarai pasien dan pasien sendiri bersedia

untuk diwawancarai. Peneliti meminta ijin untuk

menggunakan alat perekam pasien pun siap untuk direkam

suaranya. Pasien siap menandatangani inform consent yang

diberikan. Pada saat ditanya pasien dapat menjawab semua

pertanyaan dengan baik sehingga peneliti mengambil Ny.MF

sebagai riset partisipan kedua.

Tanggal 16 Maret 2012 peneliti melanjutkan

penelitian di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang dan awalnya peneliti mulai mengobservasi pasien-

pasien yang datang, Pada pukul 10.30 WIB peneliti

mendekati pasien dan keluarga, mereka bisa untuk diajak

bicara kemudian peneliti meminta ijin untuk mewawancarai

pasien dan kelurganya bersedia. Namun ketika peneliti

meminta ijin untuk merekam suara, mereka tidak bersedia.

Saat diwawancarai, pasien dan keluarga dapat menjawab

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

56

semua pertanyaan yang diberikan. Pada pelaksanaan

penelitian berikutnya tetap tanggal 16 Maret 2012, peneliti

mengobservasi pasien yang datang kontrol hari itu pukul

11.00 WIB dan kemudian peneliti meminta waktu sehabis

kontrol kesehatan dapat mewawancarai pasien meskipun

saat itu poliklinik hampir tutup pasien bersedia menyediakan

waktu untuk peneliti bisa melakukan wawancara . Peneliti

mendekati salah satu pasien yang datang dengan keluarga.

Setelah peneliti mendekati dan mengajak untuk bicara

mereka dapat merespon dengan baik. Peneliti meminta ijin

untuk mewawancarai pasien dan keluarga. Peneliti juga

meminta ijin untuk merekam suara mereka. Pasien bersedia

dan menandatangani inform consent yang diberikan. Pasien

dapat menjawab seluruh pertanyaan sehingga peneliti

mengambil pasien Sdr.E sebagai riset partisipan ke tiga.

Tanggal 17 Maret 2012 peneliti melanjutkan

melakukan penelitian dan peneliti mengobservasi pasien-

pasien yang datang. Kemudian peneliti mengobservasi dan

melihat keadaan pasien yang bisa untuk diajak bicara.

Peneliti mendekati pasien yang sedang menunggu giliran

berobat saat diajak bicara, isi pembicaraan pasien dapat

dimengerti. Peneliti meminta ijin untuk mewawancarai pasien

serta merekam suaranya, dan pasien tidak berkeberatan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

57

serta mau menandatangani inform consent. Pasien pun

bersedia diwawancarai dengan partanyaan-pertanyaan.

Pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan

seperti menceritakan keadaannya yang dialami. Peneliti

mengambil pasien Ny.M sebagai riset partisipan ke empat.

Tanggal 17 Maret 2012 pukul 10.0 WIB-10.30 WIB

peneliti melakukan wawancara pada salah satu petugas

kesehatan yang bertugas diruang poliklinik rawat jalan.

Peneliti mewawancarai petugas kesehatan untuk menguji

kembali kebenaran data yang disampaikan oleh pasien.

Tanggal 20 Maret 2012 peneliti melakukan

wawancara dengan tetangga atau masyarakat yang tinggal

dekat dengan pasien pada pukul 11.00 WIB di rumah

tetangga. Wawancara yang dilakukan mengenai dukungan

masyarakat pada pasien yang mengalami gangguan jiwa dan

yang melakukan kontrol rutin.

1.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Penelitian Riset Partisipan 1

4.2.1.1 Gambaran Umum Riset Partisipan 1

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 27 tahun

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

58

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Boja- Semarang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Belum bekerja

Diagnosa saat masuk RSJ: Skizofrenia Hebefrenik

Biaya pengobatan : JAMKESMAS

Tn.A merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasien

merupakan anak yatim karena ayahnya telah meninggal dunia,

pasien tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya, pasien belum

punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan namun

kondisinya yang seperti saat ini masih sulit untuk mencari

pekerjaan, status pasien masih lajang tetapi sekarang sudah

memiliki seorang pacar dan saat itu mengantarkan pasien untuk

melakukan kontrol rutin di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang. Pacar pasien mengatakan bahwa ia tahu kalau

pacarnya mengalami sakit jiwa, namun tetap mendukung pasien

agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien

sempat bercerita awalnya ia sakit seperti ini karena awalnya

pasien mendengar suara yang aneh-aneh serta berbicara sendiri,

sehingga pasien diantar oleh ibu dan kakaknya ke rumah sakit jiwa

pada tahun 2006 dan setelah dirawat dan keadaan pasien mulai

membaik ia dipulangkan kerumah dan menjalani kontrol rutin sejak

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

59

dari tahun 2006 sampai sekarang dan pasien baru satu kali rawat

inap di rumah sakit jiwa.

1.2.1.2 Observasi Riset Partisipan 1

1. Penampilan Klien,

Penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki

terlihat bersih, rapi kerah bajunya terlipat rapi, wajah pasien

segar dan ekspresi wajah pasien tersenyum saat sedang

berbicara, dan pasien terlihat percaya diri, tidak menolak saat

didekati pasien mandiri saat melakukan ADL (Activity Daily

Leaving), dan pasian kooperatif dan sebelum didekati Tn.A

mengatakan kalau ingin curhat-curhat.

2. Tingkat Kesadaran,

Sdr. A dalam keadaan sadar yaitu composmentis pasien tidak

ada gangguan memori jangka panjang maupun pendek

3. Kesopanan,

Pasien sabar saat menunggu giliran dan saat dan keasikan

ngobrol diluar ruang poli, sampai namanya sempat dipanggil

dan terlewati, tidak teriak-teriak, tidak membuang ludah

disembarangan tempat namun saat bicara pasien tanpa sadar,

ia mengangkat kakinya diatas kursi sambil berbicara,

4. Pakaian,

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

60

Pasien memakai baju kaos berkerak warna orange, bajunya

dan kerah bajunya tertatah rapi, celana jeans biru bersih dan

mamakai sandal jepit serta memakai tas hitam kecil. Pakaian

yang layak dipakai seperti biasanya dan pakaiannya tidak

sobek.

5. Tingkat Aktivitas Klien,

Pasien mendaftar sendiri, menunggu giliran untuk dipanggil,

kemudian pasien ditemani pacarnya menghadap dokter dan

menunggu giliran mengambil obat, namun saat menunggu obat

pasien mengatakan lama ya! Sudah mulai jenuh menunggu

6. Cara Berbicara Atau Komunikasi Klien Dengan Orang Di

Sekitarnya.

Pasien mau untuk diajak bicara saat diajak bicara ia semangat

bercerita, saat berbicara dengan orang disampingnya ia dapat

merespon dengan baik, bicaranya terlihat sopan isi

pembicaraan dapat dimengerti, dapat menjawab pertanyaan

dengan baik, pasien tidak malu-malu dan ada kontak mata saat

bicara.

1.2.1.3 Analisa Data Riset Partisipan 1

1. Penderita atau individu

a) Motivasi pasien

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

61

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri

individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap

mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh

terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

penderita dalam kontrol penyakitnya. Kepatuhan Tn.A dalam

melakukan kontrol rutin di RSJD Dr. Amino Gondohuntomo

Semarang yaitu bukan paksaan dari pihak lain, namun atas

kemauan pribadi pasien sendiri ingin mempertahankan

kesehatan jiwanya, pasien ingin sembuh dan menjadi

seperti dahulunya.

(R1) “Kesehatan jiwa itu penting ya mbak, karena kalau sehat saya mau untuk melakukan pekerjaan yang positif, dan saya selama ini bicara dan berbicara dengan orang selalu nyambung, dan saya dalam keadaan sadar tetapi pikirannya saya itu yang selalu negatif terus saya tidak tahu kanapa, dan saya ingin untuk selalu berpikir positif karena selama ini yang ada dalam pikirannya selalu memikirkan ha-hal yang buruk jadi saya ingin cepat sembuh dan mendapatkan pekerjaaan sehingga pikiran yang negatif itu bisa hilang….(15-27)

Menurut motivasi pasien selain kesehatan jiwa

penting, pasien juga ingin sembuh dan bisa bekerja serta

dapat menikah dengan pasangannya.

(R1) ”Saya ingin sembuh dan mencari pekerjaan dan setelah mendapat pekerjaan, saya berencana ingin menikah dengan calon pacar saya”....(33-37)

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

62

b) Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat

menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah

putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara

perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol

penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana

penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap

anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya. Dalam melakukan

kontrol rutin, Tn.A juga tetap berpegang teguh pada agama yang

selalu membuat ia kuat dan tabah dalam menerima keadaannya

dan patuh terhadap anjuran yang diberikan kepadanya.

(R1) “Iya keyakinan saya juga yang mendorong saya untuk selalu kontrol rutin karena saya selalu sholat dengan sholat dapat membuat saya untuk tidak menyerah harus patuh kontrol biar cepat sembuh”…..(50-54)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang

paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa

senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan

dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan

mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

63

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk

menunjang pengelolahan penyakitnya. Tn.A merupakan salah satu

pasien yang patuh melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan

jiwanya, di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, selain

kemauan dari diri sendiri adapun dukungan dari keluarga yang

selalu memberi dukungan dengan cara mengingatkan pasien

untuk selalu kerumah sakit untuk kontrol rutin

(R1) “Ia keluarga saya selalu memberi dukungan dan mengingatkan saya untuk selalu kerumah sakit ini setiap bulan biar cepat sembuh keluarga yang mendukung, yaitu kakak-kakak saya dan juga ibu serta pacar saya. Mereka mau agar saya cepat sembuh dan seperti dulu lagi, ”…. (85-91)

Selain itu dukungan yang diberikan yaitu keluarga pun turut

mengantarkan pasien untuk kontrol rurin dan keluarga juga

membiasakan pasien mandiri jadi kadang pasien melakukan kontrol

kesehatan sendiri.

(R1) “ Yang biasa mengantarkan saya kontrol, yaitu ibu dan kadang-kadang mas saya dan kadang-kadang saya datang kontrol rutin setiap bulan sendiri tanpa diantarkan oleh siapa pun” ….(95-99)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

64

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.

Dalam teori Niven (2002), salah satu faktor pendukung

pasien untuk patuh melakukan kontrol merupakan dukungan dari

sosial yaitu masyarakat sekitar pasien, namun menurut penderita

Tn.A menurutnya kurang ada dukungan dari masyarakat dan

tetangga sekitar karena menurut pasien tetangga takut

mengingatkan pasien untuk berobat, karena jika mengingatkan

maka pasien jadi tersinggung dan malu.

(R1) “Ya, ada tetangga yang tahu kalau saya sakit, namun mereka hanya diam dan tidak pernah menyuruh saya untuk kontrol rutin karena mungkin mereka takut saya malu sehingga mereka tidak memberi dukungan seperti kontrol rutin ” ….(106-111)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka

terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat

yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka

dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara

menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari

pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program

pengobatannya. Petugas kesehatan merupakan salah satu

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

65

pendukung dalam meningkatkan kesehatan pasien dan membuat

pasien untuk selalu patuh melakukan kontrol rutin terhadap

kesehatan jiwanya, menurut pasien Tn.A petugas kesehatan

selalu memberi dukungan pada pasien demi meningkatkan

kesehatan pasien dengan cara mengetahui perkembangan dan

mengingatkan untuk melakukan anjuran-anjuran yang diberikan.

(R1) “Ia saat saya melakukan kontrol dokter dan perawat menyuruh saya untuk selalu kontrol rutin dan minum obat secara teratur ” (116-118)

1.2.2 Hasil Penelitian Riset Partisipan 2

4.2.2.1 Gambaran umum Riset Partisipan 2

Nama : Ny. MF

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Sudah menikah

Alamat : Demak

Pendidikan : Paket C

Pekerjaan : Guru TK

Diagnosa saat masuk RSJ : Skizofrenia katatonik

Biaya pengobatan : JAMKESMAS

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

66

Ny.MF sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak dari

suaminya yang pertama namun saat pasien mulai mangalami sakit

pasien diceraikan oleh suami pertamanya dan sekarang pasien

menikah dengan suaminya yang kedua dan mereka juga dikaruniai

dua orang anak, namun anak-anak dari suami yang pertama kini

sudah besar dan mereka sudah berkeluarga dan sekarang tinggal

diluar pulau, sedangkan sekarang pasien tinggal dengan kedua

anak dari suami kedua, dan kedua anaknya masih bersekolah.

Pasien sempat bercerita kalau ia menderita sakit seperti ini sejak

tahun 1995 kemudian pasien diceraikan oleh suami pertamanya,

dan selama pasien sakit ia di bawa ke pengobatan alternatif

sampai tahun 2000 tidak ada perubahan, pada tahun 2003 suami

yang kedua membawa pasien untuk berobat ke RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang dan setelah itu saat melakukan kontrol

rutin pasien sendiri setiap bulan kerumah sakit sendiri, kalau ada

waktu suaminya antar ke rumah sakit tapi hanya sesekali.

1.2.2.2 Observasi Riset Partisipan 2

1. Penampilan

Penampilan dari Ny.MF, dari ujung rambut sampai ujung

kaki rapi dan bersih, baju yang dipakai rapi wajah pasien

tampak segar sekali, ekspresi wajah pasien selalu

tersenyum saat melihat orang yang di sekitarnya, tidak

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

67

menolak ketika didekati, pasien mandiri dalam melakukan

kontrol rutin, pasien melakukan ADL (Activity Daily

Leaving) sendiri, pasien sangat kooperatif.

2. Tingkat kesadaran

Pasien dalam keadaan composmentis, dan tidak

mengalami gangguan memory jangka panjang dan pendek,

dapat mengingat hal-hal yang sudah terjadi pada puluhan

tahun yang lalu maupun sampai sekarang.

3. Kesopanan

Pasien duduk tenang dan sabar dalam menunggu giliran,

berbicara dengan suara yang pelan, tidak berteriak-teriak,

dan tidak membuang ludah disembarangan tempat

4. Pakaian

Pakaian yang digunakan layak untuk dipakai, pasien

memakai baju kokoh wanita berwarna ungu, celana kain

panjang berwarna hitam, memakai kerudung berwarna

ungu, sandal jepit swallow putih dan memakai tas samping

berwarna hitam, pakaian yang dipakainya bersih dan rapih

tidak kusut.

5. Tingkat aktivitas pasien

Saat pasien masuk ke ruang poliklinik aktivitasnya, yaitu

pasien mendaftar, untuk mendapat nomor urut, pasien

duduk menunggu giliran dipanggil dokter, kemudian pasien

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

68

keluar menunggu giliran mengambil obat diwawancarai dan

pasien pulang.

6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain

Pasien mau untuk diajak bicara dapat merespon lawan

bicaranya dengan baik, pasein berbicara dengan sopan, isi

pembicaraan dapat dimengerti, dan dapat menjawab

semua pertanyaan yang diberikan dengan sangat baik,

pasien tidak malu-malu, dan adanya kontak mata pasien

yang baik dengan lawan bicaranya.

1.2.2.3. Analisa Data Riset Partisipan 2

1. Penderita atau individu

Pada saat melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa di

rumah sakit pasien merupakan pribadi yang mempunyai tekad

untuk memeriksakan kesehatannya, seperti pada Ny.MF

melakukan kontrol rutin, atas kemauaan dari dirinya sendiri untuk

sembuh.

a) Motivasi pasien

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri

individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap

mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh

terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

penderita dalam kontrol penyakitnya. Dimana Ny.MF,

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

69

memiliki motivasi untuk cepat sembuh dan bisa mengabdi

pada suami, yaitu sebagai istri yang berguna bagi suami dan

keluarga,

(R2)“Ya, karena mau mengabdi pada keluarga mengabdi pada suami dan ini aku ini kan sudah sembuh sih saya, ya aku anggap sudah sembuh luar biasa tidak seperti waktu itu, saya kan nikah siri suamiku kan juga punya istri pertama gitu tapi aku tidak merebut suami orang, tapi aku merasa apa nunut (numpang) gitu yang penting pengertian, ya ke rumah aku, ya pulang ke rumah aku ya seminggu sekali, kadang dua minggu sekali yang penting di beri nafkah, walaupun kadang ya kurang kadang ya lebih gitu ya kulo (saya) bersyukur, sangat bersyukur sekali. ” ….(199-211)

b). Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat

menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh

terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan

tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,

demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk

melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh

keyakinan penderita. Penderita dengan keyakinan yang kuat

akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika

mengetahui akibatnya. Menurut Ny.MF selama ia melakukan

kontrol rutin satu hal yang membuat ia tabah dan patuh

menjalani kontrol rutin adalah dengan keyakinan dia sendiri,

dimana agama merupakan salah satu penuntun bagi Ny. MF

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

70

sehingga tidak putus asa dalam melakukan kontrol secara

rutin dengan keyakinannya ia ingin sembuh karena anak-

anaknya sudah semakin dewasa jadi pasien harus sembuh

sehingga tidak menjadi beban bagi anak-anaknya,

(R2) “Ya, lah aku harus sembuh aku sudah punya anak empat. Anak-anak ku sudah gede-gede (besar-besar), waktu itu tahun 2003 kan aku sakit yang terakhir kan anu (apa) anakku sudah mulai gede-gede (besar/remaja) yang pertama sudah SMP, aku kan malu kalau kambuh malu kalau dibawa ke rumah sakit, ya aku juga sudah menjadi seorang guru kalau aku sakit ya sangat malu lah, malu anu sama teman-teman rekan-rekan guru,” ….(217-226)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita

yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan

merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan

dukungan dari keluarganya. Dukungan tersebut menimbulkan

kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola

penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti

saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang

pengelolahan penyakitnya. Keluarga merupakan bagian yang

terpenting dari pada pasien, dan pasien pun patuh untuk

melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwanya, karena ia

ingin sembuh dan tidak mau untuk jadi beban bagi keluarga, dan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

71

keluarga pun selalu mendukung pasien untuk selalu melakukan

kontrol rutin.

(R2) “Waktu itu sih yang membawa suami saya yang kedua ini, suami saya itu termasuknya kan tidak disetujui keluarga yaitu yang pertama nikah siri terus diwaroh (dimadu) ya tapi aku tidak merasa begitu tidak merebut suami orang atau diwayo (dimadu) ya gak apa-apa yang penting suami saya selalu memberi nafkah, selalu datang gitu seumpama suami ku tidak sempat pulang ke rumahku ya apa ada orang dari Kudus atau orang mana yang ngantarin jatah untuk belanja, suami ku itu termasuk orangnya anu tahulah sebelum aku cerita ia tahu, jadi aku kadang merasa bersyukur aku berpikir seumpama kulo (saya) gak didampingi oleh suami saya yang sekarang itu entahlah aku gak ngerti lorkidul gak ngerti sana -sini gak ngerti apa-apa, yakin aku kadang merasa begitu, ya suami ku anu orang yang ngertilah”…. (382-302)

Ny.MF dukungan keluarga yang diberikan selain

megingatkan untuk melakukan kontrol rutin dukungan keluarga

yang lain juga yaitu membiarkan pasien untuk melakukan kontrol

rutin sendiri dengan demikian keluarga pun mendukung pasien

agar menjadi mandiri.

(R2) “Selama saya menikah lagi dan pada tahun

2003 suami kedua saya yang ngantarin saya untuk kontrol rutin, tapi selanjutnya sampai sekarang ini saya kontrol sendiri”,...(306-310)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

72

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu

dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Salah

satu faktor yang mendukung pasien untuk patuh melakukan

kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa Ny.MF yaitu berupa

dukungan sosial atau masyarakat sekitar dan Ny. MF sendiri

kurang mendapat perhatian yang baik dari masyarakat sekitar

menyangkut kesehatan jiwanya.

(R2) “Ya tahulah semuanya tahu, ya kalau tetangga bodoh-bodoh amat gak ngurusin, hanya saya pulang mereka tanya dari semarang ya kontrol mbak ngono (disana) ditanya orang ya wes (ya sudah), ya kontrol terus kalau kumat tidak ada yang ngurusi wong tua wes ora ono kabe ngoten (orang tua tidak tidak ada semua. Kata mereka begitu), ” ….(316-330)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka

terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku

sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga

mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara

menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari

pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program

pengobatannya. Dukungan petugas kesehatan yang diberikan

kepada pasien Ny. MF yaitu baik dimana saat dia melakukan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

73

kontrol perawat dan dokter selalu memberi masukan-masukan

berupa rajin minum obat, rajin kontrol rutin demi meningkatkan

kesehatan jiwa pasien.

(R2) ” Ya. Kadang aku nanya gini ya tidak selalu harus kontrol rutin dan aku tanya sampai kapan saya harus berobat harus minum obat rutin dan kontrol rutin,? Sepertinya aku sudah baik Bu aku sepertinya tidak halusinasi ya sudah ndak mendengar suara-suara sudah ndak, sudah bagus karena aku sudah bisa mengajar ya bisa dan tidak kalah dengan orang yang baik dari aku. Saya tanya pada petugas kesehatan, mau tanya jalan keluar selain minum obat ada cara lain bisa ada pengobatan lain maksudnya di apakan supaya tidak tergantung pada obat gitu. ”….(335-348)

1.2.3 Hasil Penelitian Riset Partisipan 3

4.2.3.1 Gambaran umum Riset Partisipan 3

Nama : Sdr. E

Jenis kel : Laki-laki

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Pati

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Dulu Nelayan

Diagnosa saat masuk RSJ: Skizofrenia hebefrenik

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

74

Biaya pengobatan : ASKES dan sedang mengurus

JAMKESMAS

Sdr.E merupakan anak ke lima dari enam bersaudara, pasien

masih mempunyai orang tua yang lengkap dan pasien tinggal

bersama orang tua beserta kakak dan adiknya. Ayah Tn.E adalah

seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) menurut ayah pasien awal

anaknya sakit seperti ini, karena kecelakaan kapal pada tahun

2008 yang membuat sarafnya terganggu sehingga pasien

mendengar suara-suara dan merusak barang-barang yang ada

disekitarnya, dan pada waktu pasien diantar oleh keluarganya

kedukun untuk berobat namun tidak ada perubahan kemudian

pasien dibawa lagi ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

untuk mendapat pengobatan dan pasien dirawat inap selama dua

puluh lima hari kemudian kondisinya semakin membaik dan

keluarga dihubungi oleh pihak rumah sakit untuk menjemput

pasien, dan diberitahu untuk kontrol rutin dan sejak tahun 2008

setelah selesai menjalani rawat inap sampai sekarang pasien

selalu melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa dan kondisi

pasien semakin membaik dan tidak seperti orang yang sakit jiwa

lagi pasien pun selama ini dirawat inap sekali, karena tidak

kambuh penyakitnya.

1.2.3.2 Observasi Riset Partisipan 3

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

75

1. Penampilan

Penampilan Sdr. E terlihat rapi dan bersih dari ujung rambut

sampai ujung kaki, baju yang dipakai dilapisi dengan jaket,

dan kerah jaketnya terlipat dengan rapi, pasien wajahnya

terlihat segar, ekspresi wajahnya tersenyum, pasien tidak

menarik diri saat didekati saat melakukan kontrol pasien

mendiri, melakukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri.

2. Tingkat kesadaran

Pasien dalam keadaan sadar penuh, tidak mengalami

gangguan memori jangka panjang maupun jangka pendek,

sebab mampu mengingat apa yang terjadi sejak dahulu,

sampai sekarang.

3. Kesopanan

Pasien tampak sopan, tidak mondar-mandir, sabar dan

tenang saat menunggu giliran, dan tidak teriak-teriak dan

dapat menjawab pertanyaan dengan suara yang lembut dan

sopan,

4. Pakaian

Pakaian yang dipakai pasien layak, pasien memakai baju

kaos hitam, dilapisi dengan jaket berwarna coklat, memakai

celana panjang jeans biru, dan sandal hitam serta memakai

topi hitam, pakaian yang dipakai tidak sobek dan bersih.

5. Tingkat aktivitas pasien

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

76

Saat pasien masuk, diantar ayahnya, mendaftar,

menunggu giliran untuk di panggil oleh perawat, kemudian

menghadap dokter pasien pun dapat ke kamar mandi

sendiri tanpa diantar oleh orang tuanya,

6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain

Pasien dapat diajak komunikasi dengan baik, isi

pembicaraannya dapat dimengerti, namun kadang suara

pasien agak telo, jadi jawabannya kadang sulit dipahami,

namun pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

dengan jelas, agak malu-malu saat bicara, dan kontak

mata yang baik saat bicara.

4.2.3.3. Analisa Data Riset Partisipan 3

1. Penderita atau individu

a). Motivasi pasien

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri

individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya. Pasien yang sakit dalam hal ini Sdr.E ia merupakan

seorang penderita gangguan jiwa yang menjalani rawat inap di

RSJ, namun hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia merasa masa

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

77

depannya masih panjang sehingga ia mempunyai motivasi, untuk

selalu patuh melakukan kontrol rutin agar dapat mempertahankan

kesehatan jiwanya, karena ia merasa masih dapat melakukan hal-

hal yang berguna.

(R3) ” Kalau sembuh saya mau kerja yang seperti

dulu-dulu sebagai nelayan apa kek yang penting

halal,”….(389-391)

b). Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat

menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh

terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan

tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,

demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk

melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh

keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan

yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan

jika mengatahui resiko yang akan terjadi. Sdr.E mempunyai

keyakinan terhadap agamanya sehingga ketika sakit pasien

selalu melakukan kegiatan agamanya sehingga demikian

dapat membuatnya kuat serta menerima keadaannya

sebagai suatu ujian dari Tuhan sehingga ia pun selalu patuh

melakukan kontrol sebagai salah satu tugasnya berdoa dan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

78

bekerja ia ingin kembali pulih dan mengerjakan apa pun yang

Sdr. E mau.

(R3) “Keyakinan mendukunglah dan hati ini berkata ingin cepat sembuh dan biasanya saya selalu diajar untuk sholat lima waktu dan itu yang membuat saya kuat, bahwa masa depan masih panjang jadi saya harus patuh kontrol biar benar-benar sembuh dan biar saya dapat melakukan apapun yang saya mau.”….(395-402)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita

yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan

merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan

dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut

akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan

mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk

menunjang pengelolahan penyakitnya. Keluaga Sdr.E sangat-

sangat mendukung pasien untuk cepat pulih, dukungan yang

diberikan oleh keluarga yaitu orang tua serta saudara-saudaranya

dukungan yang diberikan berupa moril maupun materil dan

pasien pun selalu diantarkan untuk melakukan kontrol rutin dan

yang biasa rutin mengantar pasien kontrol yaitu ayah pasien,

sedangkan ibu pasien tidak pernah mengantarkan karena

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

79

menurut ayah pasien, ibunya memiliki pendidikan yang rendah

sehingga kurang mengerti dengan kondisi putranya.

(R3) “Ya ada biasanya yaitu keluarga dan keluarga–keluarga yang mendukung, yaitu kakak-kakak kandungku, adik-adikku, ayah dan ibu, ya itu aja, dukungan mereka menyuruh saya rajin kontrol untuk cepat sembuh gitu. ”….(426-431)

Dukungan dari keluarga, yaitu setiap bulan secara rutin

mengantarkan pasien ke rumah sakit jiwa setiap bulan untuk kontrol

rutin.

(R3)”Yang biasa selalu mengantarkan ke rumah sakit untuk kontrol rutin yaitu bapak saja”.… (435-436)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan fasktor-faktor penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Dukungan

sosial yaitu tetangga-tetangga dari Sdr.E dan kenalan atau teman-

teman dari orang tua Sdr.E selalu memberi dukungan namun itu

pada awal-awalnya Sdr.E sakit, namun sekarang dukungan itu

tidak selalu namun hanya sesekali saja kalau sempat. Karena

tetangga dan masyarakat belum mengerti benar tentang

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

80

pentingnya kontrol rutin bagi pasien. Sdr.E juga mengatakan

tetangga kan orang lain jadi mereka sepertinya tidak peduli.

(R3) “Ya itu aku gak tahu ya namanya orang lain bukan keluarga, dan ada yang mendukung, tapi teman dekat, dan dulu saya dirawat inap, ada masyarakat yang datang dengan mobil travel 20 orang datang ke sini, dan saya tidak tahu yang salaman sapa, dan selama ini tetangga yang berupa keluarga saja yang datang ke rumah untuk memberi tahu untuk selalu kontrol rutin, dan itu hanya awal-awal saja namun sekarang dukungan tidak ada karena sudah mau jalan tiga tahun menjalani kontrol rutin, ”…. (451-564)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain

yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan

mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa

perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting.

Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien

dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap

tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi

dengan program pengobatannya. Tugas penting dari petugas

kesehatan yaitu selalu mengingatkan pasien-pasien untuk

patuh melakukan kontrol rutin secara teratur, dan minum obat

pun secara teratur dan di ingatkan untuk pasien Sdr.E dapat

melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat setiap hari.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

81

(R3) ”Ya petugas kesehatan selalu memberi dukungan dengan mengatakan kepada saya, sebulan sekali harus datang kontrol rutin, pelayanan ramah, dokter mengatakan juga untuk mengutamakan kesehatan, sering-sering aja kegiatan dirutinin, olahraga dan rajin sholat. ”….(569-574)

1.2.4 Hasil Penelitian Riset Partisipan 4

4.2.4.1 Gambaran Umum Riset Partisipan 4

Nama : Ny M

Jenis kel : Perempuan

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah tapi cerai

Alamat : Kampung besuk- Semarang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pabrik tahu

Diagnosa saat masuk RSJ : Skizofrenia hebefrenik

Biaya pengobatan : JAMKESMAS

Pasien merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara,

dan pasien pun sudah menikah dan dikaruniai seorang anak

namun sebelum pasien sakit ia kemudian diceraikan oleh

suaminya, dan kini anaknya tinggal bersama suaminya dan pasien

tinggal bersama salah satu kakaknya yang juga mengalami

gangguan jiwa berat dan tidak pernah kontrol karena polio jadi

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

82

tidak bisa untuk berjalan, pasien mengatakan bawha awalnya ia

sakit seperti ini, karena ia mendengar suara-suara yang membisik

di telinganya dan ia bicara sendiri, sehingga kakaknya yang nomor

tiga mengantarkanya kerumah sakit jiwa untuk dirawat. Dan

setelah dirawat di rumah sakit jiwa, pasien di pulangkan ke rumah

dan dianjurkan untuk melakukan kontrol rutin, pasien mulai patuh

melakukan kontrol rutin sejak selesai rawat inap pada tahun 2005

dan pasien pernah satu kali tidak kontrol rutin sekitar tahun 2006

pasien merasakan sakit, pusing dan tidak tenang dan pasien

mendengar seperti suara suami dan anaknya pasien tidak tahan

dengan hal itu, maka pasien takut penyakitnya kambuh dan

dirawat di rumah sakit jiwa sehingga setiap bulan pasien selalu

kontrol rutin tanpa absen sampai sekarang dan kini kondisi

kesehatan pasien sudah seperti orang sehat biasanya.

1.2.4.2 Observasi Riset Partisipan 4

1. Penampilan

Penampilan pasien terlihat rapi dan bersih, wajah pasien terlihat

segar, tidak menarik diri saat didekati, pasein mandiri dapat

melalukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri.

2. Tingkat kesadaran

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

83

Pasien dalam keadaan sadar penuh, kesadaran pasien

composmentis, pasien tidak mengalami gangguan memori jangka

panjang maupun pendek.

3. Kesopanan

Pasien terlihat sopan, saat berbicara pelan, pasien tidak mondar-

mandir, pasien tenang dan sabar dalam menunggu giliran untuk

dipanggil, namun pada saat sedang duduk menunggu, antrian

yang belakang dari pasien sudah dipanggil lebih dulu, maka Ny.M

kemudian menghadap perawat dan menanyakan namanya dari

tadi belum di panggil, dan ia menghadap perawat dengan tenang

dan tidak emosi.

4. Pakaian

Pakaian yang yang dipakai oleh pasien rapi dan bersih, tidak

sobek, baju yang dipakai yaitu baju kokoh berwarna cream dan

tangan panjang, memakai jilbab hitam, dan memakai rok

panjang berwarna hitam serta sandal plastik hitam dan memakai

tas berwarna hitam, pakaian yang di pakai bersih.

5. Tingkat aktivitas pasien

Aktivitas pasien, yaitu masuk ke poliklinik mendaftar untuk

mendapat nomor urut, dipanggil perawat menunggu giliran

dipanggil dokter, ambil obat dan pulang

6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

84

Pasien dapat berinteraksi dengan baik isi pembicaraannya dapat

di mengerti, jawaban yang diberikan jelas, tidak malu-malu saat

berbicara, dan adanya kontak mata yang baik dari pasien.

1.2.4.3 Analisa Data Riset Partisipan 4

1. Penderita atau Individu

Riset Partisipan 4, Ny.M merupakan salah satu penderita

gangguan jiwa yang sudah lama melakukan kontrol rutin di

rumah sakit jiwa, menurut Ny.M sendiri, menyadari bahwa ia

mengalami gangguan jiwa namun ia berusaha mamperkuat

dirinya sendiri untuk tetap mempertahankan kesehatan jiwanya

dengan patuh melakukan kontrol secara rutin terhadap

kesehatan jiwanya karena ia sakit lagi tidak ada yang bisa

mengurusi pasien dan kakaknya.

a) Motivasi Pasien

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri

individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya. Ny.M melakukan kontrol rutin atas motivasi dirinya

sendiri, karena ia ingin sembuh dari sakit karena menurut Ny.M,

ia punya motivasi sendiri untuk kontrol rutin, karena yang

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

85

rasakan sakit bukan orang lain, namun dirinya maka Ny.M punya

kesadaran diri sendiri dalam melakukan perawatan terhadap

keadaan diri yang ia alami.

R4 ” Ya itu motivasi dari diri saya sendiri soalnya kalau gak periksa itu yang ngerasain sakit dan pusing itu diri saya sendiri gitu loh mbak!”…. (617-620)

b) Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya

akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta

dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih

baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat

dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki

keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan

larangan kalau tahu masalah yang akan dialami. Menurut Ny M, ia

adalah seorang yang beragama dan agama juga lah yang menjadi

penuntun penderita dalam menjalani hari-harinya dan dalam

keadaan sakit yang dihadapi ia selalu berdoa sesuai dengan ajaran

agamanya yang dapat membuat Ny.M kuat dan tidak putus asa

dalam menerima kondisi dirinya dan mau melaksanakan

kewajibannya setiap bulan dengan patuh melakukan kontrol rutin

demi kesembuhan dirinya sebab ia yakin ia bisa sembuh.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

86

R4 “Ya keyakinan agama juga perlu kalau umpamanya saya gila gimana ya sebagai pegangan saya ya agama itu, karena dengan berdoa dan membaca ayat-ayat quran dapat memotivasi saya untuk tetap ingin cepat sembuh,”…. (625-630)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita

yang paling dekat dan tidak dapat di pisahkan. Penderita

akan merasa senang dan tentram apabila mendapat

perhatian dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan

dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya

untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih

baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang di

berikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan

penyakitnya.

R4 “Ya semua mendukung kakak-kakak saya mendukung untuk kontrol disini adik saya juga mendukung, dukungannya ya apa itu dengan dikatai kalau kamu gila gimana kalau gak kontrol.”…. (655-659)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang di sebabkan oleh penyakit tertentu dan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

87

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Menurut Ny.M

tetangganya tahu kalau ia sakit dan karena tetangga tahu pasien

selalu pusing maka kadang mereka memberitahu agar pasien

tidak lupa kontrol dirumah sakit.

R4 “Ya tetangga tahu kalau saya sakit, mereka yang memberi tahu untuk saya kontrol rutin itu tentangga, biasanya kadang mereka kerumah dan bilang mbak kontrol nanti kepalanya pusing, karena kepala saya sering pusing mbak!.” ….(673-677)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain

yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan

mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa

perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting.

Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien

dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap

tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi

dengan program pengobatannya. Tenaga kesehatan

merupakan orang yang sangat berperan penting dalam

meningkatkan kesehatan pasien dan Ny.M dengan cara

memberi pengobatan dan selalu mengingatkan untuk selalu

rajin untuk kontrol dan minum obat dengan teratur.

(R4) “Ia perawat dan dokter selalu, memberi dukungan dengan mengatakan supaya

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

88

obatnya diminum rutin biar gak sakit gak kambuh dan gak dengar suara-suara lagi, ”…. (682-677)

(R4) “saya juga di sarankan oleh dokter untuk habis magrib membaca ayat-ayat kurzih ”….(716-719)

4.3 Uji Keabsahan Data

4.3.1 Triangulasi Data

Dalam penelitian ini , peneliti menguji kembali kebenaran data

yang di dapat dari pasien melalui indikator-indikator yang ada

untuk medukung kebenaran data yang diberikan, yaitu

a) Dukungan Keluarga

Sebagai keluarga sangat-sangat mendukung sekali

pasien dalam memeriksakan kesehatan jiwa, dukungan yang

diberikan kepada pasien berupa moril maupun materil dan

mengatakan pasien untuk melakukan kontrol rutin.

b) Dukungan Sosial

Penerimaan masyarakat pada pasien, yaitu sewajarnya

seperti masyarakat biasa, dan pasien diperlakukan dalam

seperti masyarakat biasa, tetangga atau masayarakat tidak

mendukung pasien untuk kontrol rutin setiap bulan di rumah

sakit jiwa.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

89

c) Petugas Kesehatan

Setiap kali pasien melakukan kontrol rutin, petugas kesehatan

selalu memberi dukungan dan memotivasi pasien untuk terus

melakukan kontrol rutin, dengan mengingatkan minum obat

teratur dan menjelaskan pada pasien tentang jamkesmas karena

banyak pasien yang menggunakan jamkesmas.

1.3 Pembahasan

Motivasi adalah kebutuhan psikologis yang telah memiliki

corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus

dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara, yaitu

senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman.

(Sutardjo& Wiramihardja, 2004)

Orang yang mempunyai motivasi diri cenderung lebih

produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan

(Mulyani, 2008).

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada ke-4 orang riset

partisipan maka keempat riset partisipan mempunyai motivasi

masing-masing untuk ingin sembuh dan ke empat riset

partisipan ini ingin kembali ke keadaan sehat kembali dan bisa

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mereka lakukan dan

dapat menjadi orang yang berguna bagi orang yang ada

disekiar mereka yaitu keluarga mau pun tetangga sekitar.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

90

Seperti riset partisipan 1 ingin cepat sembuh dan bisa mencari

pekerjaan, riset partisipan 2 motivasinya tetap menjadi

mengajar di TK (Taman kanak-kanak), bisa mengabdi pada

suami dan keluarga, riset partisipan 3 kalau sembuh ingin

bekerja seperti yang dulu sebagai nelayan dan riset partisipan 4

motivasinya bisa bekerja di pabrik tahu untuk mencari nafkah

bagi pasien sendiri dan kakaknya yang juga sakit.

Keyakinan adalah merupakan pengorganisasian konsep

kognitif, misalnya individu memegang keyakinan yang dapat

dibuktikan melalui kejadian yang dapat dipercaya (Ismani, 2001).

Riset partisipan 1-4 mereka beragama Islam dan memiliki

keyakinan terhadap agama yang mereka anut dimana menurut

ke-4 riset partisipan ketika mereka patuh malakukan kontrol rutin,

keyakinan mereka juga yang mendorong dengan melakukan

kegiatan agama mereka seperti sholat, membaca quran, dapat

menjadi panutan mereka untuk tabah dan tidak putus asa

terhadap keadaan yang mereka alami sehingga selalu semangat

dalam melakukan kontrol rutin secara rutin setiap bulan dan

menurut riset partisipan 2 salah satu hal yang membuat ia

kontrol rutin yaitu untuk sembuh, karena anak-anaknya sudah

besar dan ia tidak mau menjadi beban dalam keluarga dan

bagaimanapun sampai tua ia harus menjalankan kontrol rutin,

karena itu sudah menjadi takdir yang harus ia jalani serta riset

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

91

partisipan 3 ini mengatakan bahwa keadaan yang ia alami saat

ini merupakan salah satu cobaan sebagai seorang makhluk

Tuhan, sehingga ia harus menjalani semua ini dengan sabar.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah

individu, memiliki hubungan antar individu terdapat ikatan,

kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut,

(Johnson & Leni, 2010)

Keluarga adalah tempat pertama kali klien berinteraksi

dan dipandang sebagai pilar utama untuk mencapai

keberhasilan klien bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih

besar. (Andrew,dkk dalam Sudiharto, 2005)

Semua riset partisipan mendapatkan dukungan yang baik

dari anggota keluarga yaitu orang tua, kakak beradik, anak-

anak maupun suami namun riset partisipan 4 tidak

mendapatkan dukungan dari suami dan anak karena ketika

responden sebelum menderita gangguan jiwa, ia diceraikan

oleh suaminya dan anaknya pun dibawa oleh suami sehingga

responden hanya tinggal dengan saudara kandungnya, namun

ia mendapat dukungan untuk patuh kontrol rutin dari saudara-

saudara dan keluarga besarnya, dan adapun riset partisipan

1,2 dan 4 dukungan keluarga yang diberikan selain

mengingatkan setiap bulan untuk patuh kontrol sehingga

penyakitnya tidak kambuh, keluarga memberi dukungan lain,

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

92

dengan membiarkan pasien kadang melakukan kontrol setiap

bulan sendiri, dengan demikian keluarga dapat membuat

pasien untuk semakin mandiri, sedangkan riset partisipan 3

orang tua dan saudara-saudara selalu memberi dukungan

dengan mengingatkan untuk tidak lupa kontrol setiap bulan dan

orang tua yaitu ayah pasien selalu menemani anaknya setiap

bulan untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Jadi ke-4 riset

partisipan ini memiliki dukungan yang besar dari keluarga demi

meningkatkan kesehatan jiwa mereka.

Lingkungan tetangga dan komunitas dimana keluarga

tinggal sangat mempengaruhi keluarga (Friedman,1998)

Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh

terhadap perkembangan manusia, mencakup antara lain

lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan (Riyadi&

Purwanto, 2009)

Tempat tinggal dari ke-4 riset partisipan ini berada

dilingkungan tetangga dan masyarakat. Namun menurut riset

partisipan 1 tetangga tidak mengingatkan untuk kontrol karena

menurut pasien tetangga takut jika mengingatkan pasien akan

malu, riset partisipan 2 tetangga mereka tahu kalau pasien

sakit jiwa namun tetangga/masyarakat sekitar masa bodoh

dengan keadaan yang dialami pasien awal-awalnya saja

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

93

responden mendapatkan dukungan dari tetangga sekitar untuk

kontrol terhadap kesehatannya, riset partisipan 3 mendapat

dukungan masyarakat saat awal sakit dan masuk rumah sakit,

namun seterusnya tetangga menganggap hal tersebut biasa

saja karna menurut riset partisipan 3 mengatakan namanya

juga mereka orang lain jadi tidak peduli serta riset partisipan 4

mendapat dukungan dari tetangga untuk patuh kontrol itu

karena mereka tahu kalau riset partisipan 4 pusing maka

mereka mengingatkan pasien untuk melakukan kontrol jika

tidak pusing tetangga tidak mengingatkan. Jadi dukungan

sosial yang didapatkan dari ke-4 riset partisipan masih kurang.

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam

bentuk bio-psiko sosio-spiritual yang komperhensif, ditunjukan

pada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

(Sudiharto, 2005)

Pelayanan Kesehatan yaitu dokter dan perawat dirumah

sakit dengan memberi perhatian yang baik saat melakukan

perawatan sesuai dengan harapan klien/pasien. (Perry&

Potter, 2005).

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2752/5/T1_462008067_BAB IV.pdf · agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat

94

Dukungan dari petugas kesehatan yaitu perawat dan

dokter di poliklinik RSJD. Amino Gondohutomo Semarang

selalu ada, karena menurut ke-4 riset partisipan, mereka setiap

kali melakukan kontrol mereka selalu diberi obat dan

diingatkan untuk minum obat secara teratur tanpa putus, patuh

kontrol setiap bulan dan tidak boleh terlambat serta pasien

diberitahu untuk setiap hari selalu melakukan aktivitas seperti

berdoa, berolahraga dan mengerjakan sesuatu yang bisa

dikerjakan tanpa ada paksaan dan riset partisipan 4 sempat

terlambat melakukan kontrol sekali maka petugas kesehatan

menanyakan kendalanya dan tetap memberi dukungan untuk

tetap mengingatkan pasien agar tetap melalukan kontrol jadi

dukungan petugas kesehatan pada ke-4 riset partisipan setiap

bulan harus melakukan perawatan dirumah sakit secara rutin

demi meningkatkan kesehatan jiwa pasien untuk lebih baik dari

keadaan sebelumnya.