bab iv hasil penelitian -...
TRANSCRIPT
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam Bab ini akan ditampilkan data dari
pembahasan menyangkut variabel-variabel penelitian
sebagai tindak lanjut dari hasil pengumpulan data
dengan instrumen wawancara dan observasi. Setelah
melakukan penelitian langsung terhadap sasaran
penelitian yang telah ditetapkan dalam batasan dan
rumusan masalah, sesuai prosedur metode penelitian
yang telah ditetapkan. Agar lebih jelas, bab ini akan
menguraikan tentang penyajian data dan analisis hasil
penelitian, yang dibagi dalam dua bagian yaitu: pertama,
Sejarah singkat Bahasa Biak dan gambaran Umum
Tempat penelitian. Kedua, Hasil Penelitian dan Analisis,
yang di uraikan sebagai berikut :
4.1 Sejarah Singkat
Kepulauan Biak-Numfor adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Papua yang merupakan tempat
asal dan tempat tinggal orang Biak. Kepulauan tersebut
terletak disebelah Utara Teluk Cenderawasi. Kabupaten
Biak-Numfor memiliki tiga pulau besar yaitu : Biak, yang
masih berhubungan dekat dengan pulau kedua, yakni
Supiori dan pulau ketiga Numfor. Selain itu, terdapat
56
pula pulau-pulau kecil yang cukup banyak jumlahnya.
Hampir semua pulau itu berpenduduk. Pulau Biak dan
Supiori mempunyai latar belakang sosial budaya dan
sejarah yang dulunya berbeda dengan pulau Numfor,
tetapi lama kelamaan hubungan mereka semakin erat,
sehingga kini terlihatlah satu kebudayaan yang utuh,
yakni kebudayaan Biak. Menurut sejarah katanya, nama
Biak berasal dari kata /byak/ yang berarti :
1). Pulau yang timbul, yakni pulau itu timbul sebagai
pulau karang di tengah-tengah samudera, yang dari
kejauhan kelihatan seperti sesuatu benda terapung-
apung; 2). Orang Asli, orang dalam, orang yang memiliki
tanah, atau orang yang berasal dari darat (udik). Artinya,
pulau Biak dikuasai dan dimiliki oleh orang asli Biak,
yang dulunya sebagian besar berdiam di pedalaman.
Pulau Numfor mempunyai arti yang agak berbeda.
Kata NUMFOR terdiri atas dua kata /num/ artinya „Kayu
Kering‟ dan /for/‟Api‟. Jadi, Numfor artinya kayu kering
untuk menyulut, menghidupkan api. Pulau Numfor
kadang-kadang disebut pula Mafor (periksa Hasslelt
1949 Samsuri 1984). Kata Mafor tidak memiliki arti
dalam bahasa Biak, karena itu tidak dikemukakan
disini. Namun begitu, dalam bahasa Numfor kata mafor
berarti pantangan atau keramat. Demikian halnya kata-
kata bahasa Numfor yang tidak dijumpai dalam bahasa
57
Biak dewasa ini, misalnya: ansona, orwa, orne, osuwa,
roru, toffer, erwasi, kapenayer, biwain, mek, dan lain-
lain. Kata-kata tersebut termasuk kata-kata asli bahasa
Numfor yang tidak terdapat dalam bahasa Biak. Kosa
kata tersebut diatas membuktikan bahwa dahulu pulau
Biak dan Numfor memiliki penduduk dan bahasa
masing-masing. Perkembangan sejarah selanjutnya
sudah berbeda dengan kenyataan di atas.
Dengan perkembangan tersebut Bahasa Biak pun
ikut mengalami perbedaan dalam perkembang seirama
dengan perkembangan penuturnya. Peristiwa tersebut
membawa berbagai dampak dalam kebudayaan
umumnya dan Bahasa khususnya, terutama di pulau-
pulau atau daerah-daerah yang ada penduduk aslinya;
seperti Numfor, pesisir pantai utara “Kepala Burung”
Papua dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Dampak yang
sangat menarik ialah timbulnya ragam bahasa Biak yang
sedikit berbeda dengan bahasa Biak di pulau Biak dan
Supiori. Misalnya ragam bahasa Biak di Dore
Manokwari, Amberbaken, Karon Pantai, dan pulau-pulau
di Raja Ampat terutama Waigeo Utara, Kofiau, sampai
Misol.
Dampak lain yang tidak kalah menarik ialah
terjadinya proses asimilasi antara bahasa Biak dan
bahasa setempat, misalnya bahasa Beser di Waigeo
58
Selatan sampai Batanta Utara. Bahasa asli di Waigeo
Selatan sudah semakin terdesak dengan munculnya
bahasa Beser dan dominannya beberapa bahasa Batanta
dan Salawati Utara, seperti bahasa Maya, bahasa Bantol,
bahasa Tepin, dan bahasa Yenenas. Walaupun bahasa-
bahasa yang disebutkan disini masih dipakai oleh
penuturnya dengan baik, tetapi mereka memahami dan
dapat menggunakan bahasa Biak (Fautgil, 1984). Perlu
dicatat pula disini bahwa sebaran Bahasa Biak kearah
timur cukup jauh pula, yakni mulai dari Yapen Utara,
Kumamba, sampai daerah Sarmi dan terus ke wilayah
Papua New Guinea dan Pasifik. Di daerah-daerah
tersebut, bahasa Biak dikenal dengan baik di samping
bahasa-bahasa asli setempat. Daerah pakai bahasa Biak
yang sangat luas itu disebabkan oleh sebaran penduduk
Biak baik ke timur maupun ke barat. Sekilas catatan
tentang sebaran penduduk Biak dapat dijelaskan bahwa
pada mulanya marga-marga (keret) utama Biak berada
dibagian Utara, tetapi setelah enam peristiwa diatas,
mereka mulai menyebar ke sebelah selatan, timur, dan
barat. Marga-marga utama itu hampir tersebar di setiap
tempat dimana orang Biak bermukim, karena justru
mereka itulah termasuk kelompok besar yang terlibat
langsung dalam proses perkembangan orang Biak hingga
sekarang. Mereka adalah suku-suku besar, marga-marga
yang kuat, dengan mambri-mambri yang tangguh pada
59
masa lampau. Tidak heran kalau mereka mampu hidup
dan bertahan dimana-mana, dengan menggunakan
budaya mereka terutama bahasa sebagai sarana
komunikasi yang sangat pokok dalam kehidupan umat
manusia. Sebagian dari mereka kini menggunakan nama
besar masa lalu seperti Kapisa, Dimara, yang merupakan
gelar yang masih terkait dengan sultan Tidore dan
Ternate. Hidup bersama dengan kelompok etnis yang
berbeda-beda sudah barang tentu saling mempengaruhi,
walaupun seditkit. Pengaruh timbal balik membawa
akibat tertentu pula dibidang bahasa, yakni munculnya
variasi dialektis yang beraneka ragam. Demikian halnya
perkembangan bahasa Biak dimana-mana tentu saling
pengaruh-mempengaruhi, antara bahasa Biak dengan
lingkungan yang dimasuki, maka keberadaan Bahasa
Biak saat ini mengalami berberapa macam ragam/dialek
yang berbeda.
Dari sebaran yang luas itu, Silzer (1991)
memperkirakan jumlah penutur bahasa Biak saat ini
sebanyak 40.000 orang. Menurut perkiraan sekarang ini,
dari keseluruhan daerah pakai bahasa Biak, yakni
sebelah utara Papua New Guinea sampai Kepulauan Raja
Ampat hingga Halmahera dan sekitarnya, terdapat
kurang lebih 50.000 – 70.000 penutur. Jumlah ini
termasuk penutur bukan Etnis Biak yang berdiam di
60
Biak maupun pulau-pulau sepanjang Pantai Utara
Tanah Papua. Hal tersebut didasarkan atas suatu
kenyataan bahwa cukup banyak penduduk yang bukan
etnis biak di Kepulauan Raja Ampat dapat menggunakan
bahasa Biak secara fasih, walaupun mereka memiliki
bahasa daerah sendiri-sendiri (Fautngil, 1984).
Bertolak dari penjelasan diatas, dapat
dikemukakan disini bahwa daerah pakai bahasa Biak
secara geografis terdapat disebelah utara pulau Papua
yang terbentang dari timur sampai ke barat dengan
jumlah penutur yang cukup besar.
4.2 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Sekolah Dasar YPK Effata Waupnor yang berlokasi
di Kota Biak, Kecamatan Biak Kota (Papua) Jl. Teuku
Umar. SD YPK Effata Waupnor adalah salah satu
Lembaga Pendidikan Swasta yang turut mengembang
pelayanan Pendidikan secara Nasional dan merupakan
sekolah binaan dari salah satu Jemaat di Klasis Biak
Selatan (Papua), yaitu Jemaat Effata Waupnor. Sekolah
tersebut mempunyai Visi yaitu, “Terwujudnya kerjasama
sekolah dan masyarakat untuk membentuk siswa yang
cerdas, terampil, santun dan taat beribadah.” Sedangkan
Misi sekolah ini terdiri dari lima hal, pertama
melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran
61
berbasis PAKEM; Mengembangkan bakat dan minat
siswa yang trampil melalui kegiatan ekstrakurikuler;
Membiasakan siswa berperilaku sopan; Membiasakan
siswa melaksanakan kegiatan Keagamaan sesuai ajaran
Kristiani; Kerjasama guru dan orang tua untuk
meningkatkan mutu pendidikan. SD YPK Effata Waupnor
berdiri pada tanggal 1 Januari 1962. SD YPK Effata
Waupnor telah banyak mendapat kepercayaan dari
masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat terlihat pada
jumlah peserta didik yang juga telah mengamanatkan
beberapa lulusan sejak mulai berdirinya sekolah
tersebut.
Tabel 4.1
Jumlah Siswa SD YPK Effata Waupnor
Tahun Ajaran Jumlah
2006/2007 132
2007/2008 182
2008/2009 182
2009/2010 200
2010/2011 200
2011/2012 213
2012/2013 285
Sumber data : Dokumentasi SD YPK Effata Waupnor
Perencanaan program pembelajaran pada Lembaga ini dilaksanakan berdasarkan Satuan Nasional Pendidikan (NSP) dalam permendiknas No.19 tahun
2007, khusus mengacu berdasarkan permendiknas No.41 tahun 2008. Dari acuan tersebut sekolah bebas mengembangkan kurikulum sesuai situasi dan kondisi
setempat. Begitu pula dengan SD YPK Effata Waupnor.
62
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam bagian ini akan disajikan hasil penelitian
tentang proses perencanaan, Pelaksanaan, evaluasi, dan
hasil terhadap program pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor
Kabupaten Biak Numfor yaitu :
4.3.1 Deskripsi Perencanaan Program Pembelajaran
Pada umumnya peran guru SD YPK Effata
Waupnor menyatakan bahwa keterlibatan mereka dalam
perencanaan program pembelajaran bahasa daerah Biak
atau dalam menyiapkan bahan pelajaran kelas dan
dikembangkan masing-masing guru kelas sesuai
kebutuhan anak didik. Pendesaian dan pengembangan
mulok Bahasa Daerah Biak oleh guru berdasarkan
program yang telah disediakan kepala sekolah dengan
Rencana Kegiatan Harian RKH) dan Rencana Kegiatan
Mingguan (RKM).
Para guru di SD YPK Effata waupnor juga
mengatakan bahwa keterlibatan mereka dalam
perencanaan program pembuatan silabus atau
kurikulum yaitu, pembuatan kurikulum mulok
ketrampilan, seni dan budaya. Program tahunan,
semester, tema, pengembangan, indikator dan alokasi
waktu dirancang oleh kepala sekolah dan berikan kepada
63
guru untuk dikembangkan oleh guru masing-masing
dalam kelas.
Pelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak telah
diterapkan pada tahu 2008/2009 namun belum efektif
dilaksanakan dalam pembelajaran karena belum ada
silabus yang baku sebagai acuan dalam pembelajaran
tetapi juga belum ada guru yang berkompeten dan
mampu mengajarkan muatan lokal bahasa daerah
tersebut dan hanya diajarkan berdasarkan panduan
yang pernah dibuat oleh kepala sekolah senior yang
sudah purna tugas. Dalam wawancara juga, guru-guru
mengatakan, bahwa persiapan bahan ajar mulok seni
dan budaya, ketrampilan tersebut disiapkan sebelum
proses belajar mengajar dikelas dilakukan dan itu
disiapkan oleh masing-masing guru kelas. Sedangkan
materi ajar untuk mulok bahasa daerah diajarkan
berdasarkan contoh materi yang telah disiapkan oleh
kepala sekolah seperti dikatakan guru yang sudah lama
mengajar Lima Tahun di kelas tiga ;
GK IIIA:... Kalau Kepala sekolah kami yang dulu itu
pernah membuat satu materi pembelajaran khusus
untuk muatan lokal bahasa daerah Biak tapi bahan
materinya atau topik materinya hanya tema-tema
dasar saja seperti: menyebut angka 1-10 (Kelas I) 1-20
(keles II), 1-50 (kelas III) dalam bahasa biak, menyebut
nama anggota keluarga, mengartikan nama ukiran
64
khas suku biak. Cuma itu saja dan kalau kami
mengajar kadang materi sudah selesai namun waktu
masih banyak, jadi ya... kadang kami juga sulit untuk
melanjutkan PMB, akhirnya siswa diprintahkan
untuk bermain atau disuruh untuk menggambar
bebas saja supaya waktu tidak terbuang percuma...!
Jadi, alokasi waktu itu belum bagus... belum cocok
dengan materi yang diajarkan.
Gambar 4.1:
Guru kelas III seusai wawancara
Tabel 4.2 Silabus pembelajaran Mulok Bahasa daerah Biak
65
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
Memahami Bunyi Bahasa
1.1Membedakan Bunyi
Bahasa, Misalnya : Oser, Suru, Kyor, Fyak, Rim, Wonem, Fik, War,
Siw, Samfur
Berbicara
Mengukapkan pikiran, informasi secara lisan
2.1 Berbicara secara lisan
Tentang berbagai bahasa yang telah didengar dengan baik.
2.2 Mensiskripsikan bunyi bahasa tersebut.
Membaca
Memahami teks pendek dengan membaca nyaring
3.4 Membaca setiap suku kata dengan lafal yang
benar. 3.5 Membaca nyaring
setiap suku kata
dengan intonasi yang benar.
Menulis Menulis permulaan
dengan Mencontoh, melengkapi
dan menyalin
4.1 Mencontoh huruf dan kata yang ditulis di papan tulis dengan
benar. 4.2 Melengkapi kalimat
sederhana yang ditulis di papan tulis
4.3 Menyalin kalimat yang
ditulis dipapan tulis dengan benar.
Sumber Dokumen SD YPK Effata Waupnor: Materi belajar Mulok Bahasa daerah dikelas I-III SD YPK Effata Waupnor 2008/2009.
Pernyataan itu juga didukung oleh kepala sekolah,
meskipun juga diungkapkan bahwa tidak semua guru
66
menyelesaikan persiapannya tepat waktu karena
menentukan tema pembelajarannya sendiri-sendiri
sesuai kebutuhan kelasnya.
KS:..... memang kami telah sampaikan dan sudah di
bentuk dalam pertemuan guru-guru sebelum semua
materi pelajaran diajarkan, guru sudah harus
Mempersiapkan persiapan mengajarnya termasuk
juga pelajaran mulok, Dan harus selesai. Saya juga
berharap guru-guru saya dapat Memaksimalkan
waktu yang ada dengan baik supaya anak-anak juga
dapat Belajar dengan baik. Tapi masih belum
maksimal juga karena ada guru Yang mengajar mulok
tidak tahu bahasa daerahnya sendiri bahkan
mungkin karena gurunya bukan putra daerah
akhirnya sulit untuk mengajarkan Mulok tersebut.
Para guru mengatakan dalam membuat dan
merencanakan pembelajaran itu mengikuti tema yang
sudah ditentukan oleh sekolah. Tugas mereka adalah
mengembangkan dan memilih materi, bentuk kegiatan
dan menciptakan latihan-latihan atau kegiatan yang
sesuai dengan tema tersebut sesuai dengan kompetensi
guru. Guru lain juga memberi alasan lain seperti
terkadang mulok mau diterapkan dengan cara lain
misalnya memberi tari-tarian, mengunjungi tempat
sejarah, membuat prakarya daerah tetapi masih susah
dan banyak kendalanya baik dari waktu, bahan-bahan.
67
Kemampuan dalam daya dan dana belum dapat
membantu guru dalam melaksanakan.
GKI:… Biasanya kalau kami mau mengajar mulok,
baik seni buaya, ketrampilan ataupun bahasa daerah
itu temanya sudah ada dan ada contoh yang dibuat,
dan kami tinggal ikut saja, kami coba kembangkan
dengan apa yang kami tahu saja.
Selain itu para guru juga menjelaskan bahwa
untuk materi ajar mulok disesuaikan dengan kelasnya
(kelas I – III), dalam pelaksanaan penerapan materi ajar
mulok banyak kendalanya tetapi harus tetap diajarkan
karena sangat dibutuhkan bagi pengembangan
pendidikan terkhusus terhadap kecintaan murid
terhadap budaya bangsa secara universal. Dalam
menyiasati kendala untuk tetap menjadi minat murid
mengikuti pembelajaran tersebut maka ada cara lain
yang diditerapkan guru yaitu, guru meluangkan dan
memanfaatkan waktu dan hari khusus untuk sebuah
kegiatan ekstra pembelajaran tersebut yan disebut free
learning. Hal yang dilakukan guru juga secara fisik yaitu
mengajar tari-tarian dan menyanyi lagu-lagu berbahasa
daerah Biak, membuat keterampilan sederhana dengan
menggunakan bahan yang dapat ditemui siswa.
GK II A:... Selama ini ya.. materi ajar kami coba
terapkan, tema pembelajarannya Kami coba buat
68
sendiri, walaupun masih banyak kekurangannya.
Persiapan mengajar juga kami ambil contoh dari
buku paket Bahasa Indonesia, tapi mungkin tidak
semua tema dipakai Sebagai bahan untuk kami pake
mengajar karena kami sesuiakan dengan tingkat
kelas masing-masing. Dan menurut saya pribadi
memang, Mulok Ini penting sehingga saya pribadi juga
mau usul supaya mungkin dapat di masukan dalam
program sekolah, kepsek perlu membuat program
pembelajaran sekolah dengan memberi waktu
tambahan belaja. yang disebut tambahan waktu.
Supaya bisa kami tidak hanya mengajarkan bahasa
daerah saja tapi mungkin bisa tambah dengan buat
pekerjaan tangan ketrampilan, berlatih tari-tarian
lokal. Kalau untuk pelajaran umum lainnya tidak ada
masalah, cuma pelajaran Mulok ini yang sangat perlu
bagi murid supaya mereka juga tahu dan Kenal
bahasa lokalnyasendiri (bahasa daerahnya).
Penerapan mulok ini jadi perhatian khusus kalau
perlu diberi waktu lebih supaya dapat Diterapkan
sebaik mungkin pada anak–anak. Jadi tambahan
waktu juga penting.
Kegiatan ini lebih sangat baik dan bermanfaat bagi
guru dalam mengembangkan kompetensi akademiknya,
meningkatkan nilai–nilai budaya bangsa secara
universal, dan kecintaan akan bahasa ibu (bahasa
daerah).
69
Hal tersebut seperti menanggapi persetujuan orang
tua yang terjadi dalam wawancara dengan OT1, OT2,
OT3 yaitu menginginkan anak–anak mereka juga
mengerti bahasa daerahnya, dengan alasan supaya bisa
membaca, menulis bahkan dalam bercakap setiap hari.
Bukan hanya itu saja tetapi selebihnya memperkaya
budaya bangsa kita.
Meskipun demikian para guru juga mengukapkan
dalam wawancara bahwa cara menyampaikan meteri
atau dalam KBM tidak hanya dalam hal nonfisik saja
karena kekayaan budaya secara lokal itu sangat banyak
sesuai kondisi daerah setempat sehingga yang bersifat
fisik juga perlu diterapkan dengan mengalokasikan
waktu yang baik dalam pembelajaran, dan perlu
dilaksanakan secara sederhana pada siswa sehingga
tidak membebani mereka dalam belajar mulok. GM,
menyatakan bahwa selain memberi materi mulok bahasa
daerah juga perlu diterapkan mulok ketrampilan dan
seni dan budaya seperti menyanyi lagu daerah bahasa
biak dan juga mengenal nama simbol-simbol berupa
ukiran pada gambar-gambar yang dibuat secara
sederhana sehingga tidak membuat anak bosan dalam
menerima pembelajaran.
Dalam observasi, penulis juga menemukan contoh
bagaimana penanaman konsep dari sebuah materi
70
dilakukan belum efektif dan cocok bagi murid. Di kelas I
dalam pengenalan bunyi vokal, lafal kata dan
mengucapan sebuah kata dalam menghitung belum
dilakukan dengan metode yang tepat. Guru belum dapat
menggunakan metode lokal untuk menerapkan
pembelajaran dikelas. Untuk belajar bahasa daerah biak
di SD kelas I guru masih mencontohi dari buku bahasa
Indonesia kelas I. Untuk berbicara menyebutkan satu
kata belum baik sesuai pengucapan yang benar antar
huruf hidup dan huruf mati (Biak-Byak). Menulis dan
mengucapkannya mempunyai perbedaan. Kemudian
masih harus diucapkan berulang-ulang, dan ini
membosankan murid dalam belajar.
Pendapat lain yang diberikan kepala sekolah dalam
hal materi adalah bahwa bagaimana cara menyampaikan
materi tersebut agar dapat dikatakan sesuai bagi siswa ;
KS:.. kalau seandainya kita dapat menyiasati, kadang
kita memberikan Pembelajaran mulok dengan cara
yang gimana, ya.. mungkin bisa pakai Cara bermain,
bernyanyi atau cara yang bagaimana begitu supaya
anak tidak bosan, tidak buat anak malas atau tidak
suka untuk belajar mulok dan itukan tergantung
pada kemampuan guru yang mengajar dan kalau
Guru itu bisa menurut saya itu tidak ada masalah.
Namun ya..! itu masih Menjadi kendala juga
71
disekolah kami dan ya... pokoknya masih harus
ditingkatkan.
Seorang guru yang sebelumnya mengajar disekolah
di desa dan sekarang pindah mengajar di SD ini
melengkapi jawaban kepala sekolah dan menjawab
bahwa ;
GK.IV:... ya memang benar, karena belajar Bahasa
Biak ini harus orang fasih bahasa Biak atau guru
yang bisa barbicara bahasa Biak, hmm... mungkin
kalau kita mau siasati ya kita pakai guru-guru yang
dari kampung saja, contohnya macan saya guru yang
pernah mengajar dikampung (desa). Mengapa...saya
bilang begitu ya... karena kami di kampung itu setiap
hari berbicara pakai Bahasa kami Bahasa Biak. Jadi
mungkin yang cocok mengajar muatan lokal Bahasa
Biak, atau kalau masih ada orang tua-orang tua kita
yang mampu itu kita bisa pakai mereka untuk
mengajar Bahasa Biak kepada anak-anak kita. Ya...
mungkin dengan strategi itu menjadi acuan bagi
guru-guru untuk mau belajar mengembangkan
potensinya dalam belajar berbahasa Biak, atau
mungkin juga murid akan lebih cepat untuk mengerti
dan bisa berbicara Bahasa Biak dengan cepat.
Dalam wawancara, para orang tua menyatakan
sebagai orang tua, kurang berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah dan bahkan tidak pernah
72
mengucapkan ataupun berdialog dengan bahasa biak
dirumah, karena orang tua juga tidak bisa berbicara
bahasa daerah. Sehingga mereka bisa mengatakan
bahwa pembelajaran bahasa Daerah Biak sangat penting
dan harus dimasukan dalam program pembelajaran
bahkan harus tetap ada dalam pelajaran disekolah
supaya anak–anak mempunyai pemahaman dan
pengetahuan yang baik tentang bahasa daerahnya
sebagai bukti bahwa mereka mencintai budaya dan
menjujung tinggi nilai–nilai budaya bangsa yang
sesungguhnya tidak dibiasakan dalam keluarga. Seperti
ungkapan seorang wali murid berikut ini ;
OT.1:.... saya mo bilang bagaimana ya.. bu guru
soalnya saya sendiri juga belum bisa bahasa Biak
dengan baik Bicara bahasa Biak tidak begitu lancar,
mengerti juga sedikit-sedikit saja dan tiap hari itu
Kitong hanya bicara pake Bahasa Indonesia sehari-
hari jadi gimana kitong mo ajar anak-anak Bahasa
biak ibu...
Dan pernyataan tersebut ditegas oleh orang tua
lain bahwa, pembelajaran muatan lokal bahasa Daerah
Biak sangat dibutuhkan dan penting untuk diajarkan di
sekolah-sekolah karena bahasa tersebut paling banyak
penuturnya di daerah kabupaten Biak Numfor. Selain itu
dapat menjadi sebuah jendela budaya secara universal
73
tetapi juga tetap menjadi bagian dalam kecintaan setiap
daerah terhadap kearifan lokal daerahnya dan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Seperti katanya ;
OT.2: Begitu sudah ibu, kitong orang tua ini juga
salah karna kitong juga tra tahu bahasa jadi
bagaimana anak-anak dong mo tahu bahasa biak yoo,
orang tua saja tra tahu baru..Jadi perlu ada perhatian
khusus dan kesadaran dari semua pihak-pihaksaat
dong terapkan Mulok ini: pertama,dari pemda dorang
(Pemerintah Daerah Dinas Pendidikan) karena mereka
yang punya hak to dalam mengambil suatu kebijakan
untuk memajukan Pendidikan didaerah, perlu mebuat
peraturan yang baik atur dana-dana pendidikan buat
anak sekolah dorang. jadi pemerintah dong yang tahu
mana yang baik untuk kita di biak pu kemajuan
pendidikan.Jadi kira-kira pemerintah daerah dong mo
atur bagaimana tergantung dong pu aturan saja.yang
baik dalam mendukung pendidikan, dan harus serius
dalam Memajukan pendidikan itu supaya sumber
daya alam yang ada pun Mampu dikembangkan dan
tidak ikut-ikutan begitu.
Hal yang sama dikatakan oleh guru senior lain
bahwa, supaya pendidikan di daerah tetap berjalan baik
sesuai tujuan pendidikan maka perlu ada kerja sama
yang baik antara semua pihak baik masyarakat
pemerintah daerah dan stack holder lainnya. Pemerintah
74
Bertanggung jawab dan berkewajiban menjalankan
kebijakan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
agar pendidikan formal tetap berlangsung dengan baik.
GS:... Menurut saya supaya pendidikan akan berjalan
baik bila semua pihak ikut Bertanggung jawab,
bekerjasama mendukung dan betul-betul mau membantu pengembangan pendidikan di Daerah kita
ini. selain itu Dinas Pendidikan harus banyak survei
ke lapangan supaya tahu apa yang dibutuhkan
Sekolah-sekolah, apakah KBM berjalan baik
kah...pengajar/guru-guru cukup sesuai kebutuhan sekolah kah...,mungkin sekolah perlu buku–buku
untuk pake belajar kah.. atau kebutuhan sekolah
yang lain-lain begitu...
Hal yang sama dikatan oleh bapak kepala dinas
kecamatan Biak Kota, bahwa ;
PTK/SD:.. ya betul sekali memang masih Perlu
banyak perhatian buat pendidikan Dan memang
kami sebagai bawahan dari dinas pendidikan di
kabupaten memberi bantuan buku-buku pelajaran
yang bermutu sesuai dengan perkembangan
pendidikan yang ada Sebagai Panduan belajar bagi guru dan murid, memberikan training-khusus bagi
guru-guru dilapangan yang materi trainingnya sesuai
kebutuhan kerjanya dilapangan (sekolah), Untuk
mengembangkan mutu mengembangkan pembela-
jaran bernuansa lokal perlu ada kerja sama antara pemerintah, sekolah dan masyarakat dalam
menciptakan SDM yang baik; Bahan ajar, dan juga
panduan-panduan khusus (buku dan sapras yang
lain yang termasuk dalam perangkat pembelajara
Mulok. Itu sesuai dengan kenyataan di lapangan,
jangan hanya kejar Program atau proyek dong punya program kerja saja, tapi harus melihat peningkatan
mutu pendidikan didaerah kita.
75
Seperti sudah terlihat dari hasil wawancara diatas,
bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan
khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan di
daerah yang sangat penting dan membutuhkan tenaga
pengajar yang berkompeten dan serius dalam
melaksanakan pembelajaran baik dalam mendidik
peserta didik, membuat seperangkat bahan
pembelajaran (Silabus), bahkan kemampuan dalam
teknik mengajar agar tujuan intruksional dalam
pembelajaran tersebut dapat tercapai dan mendapat
hasil yang baik.
Berdasarkan hasil observasi, pembuatan
seperangkat bahan ajar khusus mulok bahasa Daerah
Biak telah dilakukan oleh TIM Pengembang Kurikulum
(TPK) pada Dinas Pendidikan kabupaten Biak Numfor.
Namun terlihat secara rasional belum terlaksana dengan
baik, sekolah-sekolah belum mendelegasikan guru-guru
mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak untuk
membuat silabus sebagai panduan pembelajaran dikelas
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kelas masing-
masing. Oleh sebab itu perlu pembenahan ataupun
perbaikan yang lebih baik lagi karena pembelajaran
mulok bahasa daerah tersebut merupakan suatu
kebutuhan penting sebagai sebuah bahasa pengantar
terhadap kadungan pembelajaran yang bernuansa lokal.
76
Dan hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi peserta didik
untuk tetap meningkatkan kecintaan dan menjunjung
tinggi nilai-nilai budaya daerahnya bahkan akan
berkembang mengangkat martabat bangsa dimata dunia.
4.3.2 Deskripsi Pelaksanaan Program Pembelajaran
Data hasil penelitian terhadap pelaksanaan
pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak, antara lain:
guru, siswa, sarana-prasarana, Proses belajar-mengajar,
metode yang digunakan, Media pembelajaran, dan
interaksi warga belajar terhadap pembelajaran.
Seperti dikatakan seorang guru saat penulis
mengikuti work shop kurikulum muatan lokal bahasa
daerah Biak di Dinas Pendidikan kabupaten Biak Numfor
30 oktober 2013. Kata guru tersebut, bahwa dalam
mempersiapkan materi Muatan Lokal Bahasa Biak
sebagai pelajaran bagi siswa harus guru khusus
pelajaran mulok, yang bisa berbahasa Biak (fasih bahasa
daerah Biak), mampu mengartikan kata, kalimat baik
serta semua bentuk-bentuk nama benda, tumbuhan,
dan sebagainya sebagai pengenalan pengetahuan bahasa
daerah Biak kepada siswa. Sehingga siswapun dapat
menerima pembelajaran dengan baik. Selanjutnya guru
juga harus berkemampuan dalam menyusun acuan
77
pembelajaran (silabus/RPP) untuk menjadi panduan
dalam proses belajar mengajar dalam kelas.
Gambar 4.2:
Kelompok Diskusi Work Shop
Berdasarkan diskusi tersebut ditegaskan pula oleh
salah satu kepala sekolah dari gugus sekolah SD YPK
Effata Waupnor bahwa, sebagai guru terkhusus guru
pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak harus
mampu, kreatif, inovatif, dalam menarik minat belajar
siswa, sabar dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik. Dan harus mampu berbahasa Biak dengan
baik untuk mengimplementasikan mulok Bahasa Biak
bagi peserta didik. Selanjutnya dikatakan juga pengguna
Bahasa Daerah Biak dalam lingkungan jenjang
pendidikan di Sekolah Dasar harus menggunakan
78
bahasa yang sederhana yang dapat dimengerti serap dan
mudah ditiru, penggunaan metode sesuai kebutuhan
anak.
Penggunaan Bahasa Daerah Biak di lingkungan
pendidikan pada Sekolah Dasar YPK Effata Waupnor
dianggap belum menyenangkan, belum efektif dan tidak
maksimal oleh hampir semua guru bahkan pelaksana
dinas pendidikan di kabupaten Biak Numfor. Dari
pengamatan peneliti memang sekolah ini belum
maksimalkan pembelajaran mulok Bahasa Biak, bahkan
dalam mempraktekannya juga belum sesuai dengan
tema yang telah dibuat dalam proses belajar dan
mengajar disekolah. Terdapat kekurangan bahan
pembelajaran bahkan alat-alat praktek dalam proses
pembelajaran tersebut. Materi pembelajaran yang
disediakan bagi kelas kecilpun masih kurang cocok dan
bahkan sulit untuk dimanfaatkan oleh guru dalam
memberi pelajaran muatan lokal bahasa Biak. Metode
yang dipakai, media lingkungan alam juga dapat
dimanfaatkan sebagai satu alat bantu dalam
pembelajaran yang ada tidak dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan pembela-
jaran mulok Bahasa Biak diluar kelas bagi siswa,
akibatnya siswa kurang menjadi minat untuk belajar
mulok tersebut. Namun hampir semua guru juga
79
mengatakan ada beberapa hal yang menjadi kekurangan
yaitu kurikulum pelajaran muatan lokal Bahasa Daerah
Biak, tenaga pengajar, sarana prasarana dan buku-buku
penunjang bagi pembelajaran mulok. Beberapa guru
seperti: GK.IA, GK.IIB, GK.IIIB mengatakan bahwa
kekurangan itu menyebabkan guru tidak bisa
menyiapkan lingkungan belajar yang menyenangkan
baik dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga untuk
belajar yang memerlukan praktek tidak dapat
terlaksanakan dengan optimal. Salah satu guru II.A
mengungkapkan bahwa secara akademis anak-anak
harus dididik sesuai tujuan pendidikan yang diajarkan
dan berdasarkan acuan yang telah diprogramkan.
Selanjutnya anak-anak tidak hanya belajar secara
akademis tetapi juga secara sosial emosional dan fisik.
Tetapi SD YPK Effata Waupnor masih kekurangan
beberapa penunjang baik di dalam maupun diluar kelas
yang berhubungan langsung dengan lingkungan Proses
Belajar Mengajar (PBM).
Berdasarkan Observasi dapat dijelaskan bahwa SD
YPK Effata Waupnor memang tidak mempunyai guru
yang professional dalam mengajar mulok, belum ada
ruang khusus untuk praktek, juga sarana penunjang
lain seperti buku, bahan praktek semua itu menjadi
dilemma dalam melaksanakan pembelajaran mulok.
80
Guru tidak fasih berbahasa daerah, kehidupan sosial
siswa di luar sekolah tidak dibiasakan berkomunikasi
Bahasa Daerah Biak, secara fisikpun guru dan siswa
tidak serius mengimplementasikan kebudayaan lokalnya.
Salah satu guru dari kelas III yaitu GK.III.A
mengatakan dalam wawancara bahwa, hal tersebut
sedikit menjadi problem dalam proses belajar mengajar.
Namun guru tersebut mengakui bahwa akan lebih
berkompeten apabila semua pihak ikut berpartisipasi
dalam mengembangkan pendidikan bernuansa lokal.
Peran terpenting yaitu masyarakat dan pengambil
kebijakan.
Dalam studi dokumen peneliti menemukan bahwa
kurikulum yang dipakai mengajar mulok belum
mempunyai satu acuan yang tepat untuk dipakai dalam
proses belajar mengajar. Misalnya di kelas II yang dalam
program pembelajaran efektif mempunyai tema tentang
“nama hari dan bulan” maka untterence dan language
yang adalah memahami dan mengenal tentang nama-
nama hari dan bulan dalam Bahasa Biak. Namun guru
belum tahu bahkan belum pernah mendengar dan tidak
ada sumber buku tentang kata-kata itu dalam Bahasa
Biak maka guru tidak dapat mengajarkan kepada siswa.
Contoh lain misalnya kelas I dengan tema “Memberi
Salam” Untterence dan language yang dilakukan adalah
81
memahami waktu/jam sapaan namun hal tersebut
masih belum dapat dilakukan dengan baik dan tidak
dibiasakan dalam memberi salam atau sapaan dalam
bahasa Biak.
Dalam setting lingkungan pembelajaran yang
berhubungan dengan penataan ruang diantaranya
adalah kearifan lokal budaya lingkungan alam setempat
yang dapat di padukan secara pembelajaran tematik
dimana ada tema-tema yang dapat dipadukan sesuai
dengan pelajaran lain tetapi juga yang berdiri sendiri
berdasarkan konsep pemahaman dan pengetahuan.
Guru mengatakan ;
GK.III.B:.. ya kalau disesuaikan dengan judul/tema,
kami kadang agak susah juga dan bingung juga
contohnya karena kalau ada materi yang harus
dihubungkan dengan keadaan kami disini misalnya
yang berhubungan dengan pelajaran umum to seperti
tentang tumbuhan atau atau juga binatang Materi
kami hubungkan dengan yang ada pada kami, agak
susah juga tapi ya kami coba-coba terapkan saja
dengan apa yang ada pada kami to, contohnya
menyebut nama tumbuhan, binatang yang ada
didaerah kami begitu.
Dari penjelasan guru tersebut dapat dipahami
bahwa pembelajaran mulok dalam memadukan dengan
secara tematik masih agak susah dan mesti perlu
82
peningkatan dan kemampuan dari guru dalam hal
tersebut.
Pelaksanaan Mulok Bahasa Daerah Biak dalam
penelitian ini meliputi tersedianya tenaga pengajar,
tersedianya fasilitas belajar, diperlukan di daerah
setempat.
Ketersediaanya tenaga pengajar Mulok Bahasa
Daerah Biak dilingkungan SD YPK Effata Waupnor
dianggap belum cukup, belum professional dan hampir
sebagian besar guru beranggapan demikian. Dari
pengamatan peneliti memang sekolah ini belum
mempunyai pengajar yang berkompeten dan kurang
berpengalaman dalam mengajar Mulok Bahasa Daerah
Biak, pembelajaran bersistem rolling class yang lokasi
waktu hanya dua jam pelajaran. Sarana prasarana dalam
pelaksanaan pembelajaran belum cukup memadai bagi
pengajar dalam memberikan mulok menjadi kendala saat
pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menjadi sulit
bagi pengajar mulok saat hendak mengajar di kelas,
sedangkan mulok tersebut merupakan bagian penting
dalam pengembangan pendidikan di sekolah tersebut.
Hal tersebut hampir semua guru tersebut mengatakan
bahwa tiga hal yang menjadi kekurangan yaitu guru
tidak pandai atau fasih berbahasa, belum mampu
membuat acuan pembelajaran, dan tidak dapat
83
menggunakan metode yang tepat dalam pelaksanaan
pembelajaran. Beberapa guru seperti GM, GK4
mengatakan bahwa kekurangan itu menyebabkan guru
tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan efektif
sesuai waktu yang telah ditentukan. Sehingga
pelaksanaan pembelajaran tersebut diakali guru dengan
memberi tugas lain yang tidak sesuai dengan program
pembelajaran. Salah satu guru mengungkapkan bahwa ;
GK.I... Kami belum dapat menerapkan mulok itu
dengan baik walaupun sudah di buat wokh shop dan
buku panduan juga sudah dibagikan oleh dinas
kesetiap sekolah untuk kelas kecil saja, namun kami
belum dapat melaksanakan pembelajaran mulok itu
secara efektif.
Ungkapan tersebut ditegaskan oleh Guru kelas II
bahwa ;
GK.II:..Iya Benar kami belum dapat
mengimplementasikan mulok Bahasa Biak itu dengan
baik, kadang kami coba buat kegiatan belajar yang
lain misalnya menggambar, menyanyi, Bahkan kami
menyuruh anak-anak keluar kelas untuk angkat
sampah dengan waktu yang sisa Yang penting waktu
pembelajaran mulok itu bisa terlaksana, karena kami
sudah selesai mengajar Mulok tapi waktu masih ada
tersisa beberapa menit lagi jadi ya kami cari jalan
84
dengan berikan Kegiatan seperti itu yang penting
tepat dengan alokasi waktu pelajaran mulok itu….
Apabila sebuah tema atau topik pembelajaran
telah selesai diajarkan, dan waktu masih tersisa banyak
dalam PBM, maka dapat disertai dengan memberi
nyanyian-nyanyian yang ada hubungannya dengan tema
pembelajaran mulok bahasa daerah misalnya lagu :
“ARWO BABO = PAGI HARI ”
ARWO BABO ARWO BABO KOMASIKO KOMASIKO KOSANSUNKO KOSANSUN KO KORAKOFARKOR KOSASYAR KWAR KOSASYAR KWAR KOBUR BERUM KOBUR BERUM SNAR KOBISER SNAR KOBISER AYE AWINO
Contoh Tulisan Lagu Berbahasa Biak:
“Pagi Hari”
1. Guru
85
Gambar 4.3:
Guru-guru SD YPK Effata Waupnor
Guru sebagai pelaksana kurikulum memegang
peranan penting, kerena tanpa guru tidak akan terjadi
kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM). Guru-guru SD
YPK Effata Waupnor ada 17 orang, dimana 6 guru
bertanggung jawab atas kelas parallel dari kelas I
samapai III. Semua guru–guru SD YPK Effata Waupnor
berpendidikan sarjana (S1 dan D3), 5 orang
berpendidikan Strata-1 pendidikan, 3 orang
berpendidikan Strata-1 Pendidikan Agama Kristen, satu
orang guru merupakan sarjana pendidikan bahasa
inggris dan 8 orang berpendidikan diploma tiga (D3)
PGSD dan 1 orang berpendidikan SGO.
Dalam wawancara para guru menyatakan bahwa
latar belakang pendidikan yang dimiliki mendukung
86
mereka sebagai guru di SD. Namun masih perlu
peningkatan yang lebih baik dalam menerapkan
pembelajaran bernuansa lokal. Seperti dikatakan GK
/IIIB menyatakan bahwa meskipun pendidikan Diploma
yang dimiliki dari PGSD, merasa terbantu dalam
kemampuan melaksanakan Proses Belajar Mengajar
(KBM) oleh pendidikan yang dimiliki. Namun dalam
pembelajaran Mulok masih perlu ada penambahan ilmu
atau pelatihan bagi guru dalam pengembangkan
pendidikan di SD khusus pada pembelajaran muatan
lokal tersebut. GA.I yang berpendidikan S-1 pendidikan
Agama Kristen terdukung dalam pembuatan kurikulum
pembelajaran sesuai bidang studi, namun dalam
mengembangkan sesuai bahasa daerah setempat belum
Efektif dan belaum bisa dalam pengembangan aktifitas-
aktifitas. Sedangkan guru dari tingkat SD yaitu kelas
GA.2 merasa bahwa latarbelakang pendidikannya belum
mendukung dalam hal mengartikan atau menyebutkan
kata sesuai pendidikan Agama Kristen sebagai salah satu
pengembangan karakteristik murid setiap hari dikelas
maupun diluar kelas karena dasar pendidikannya adalah
sebagai guru Agama. Dari contoh tersebut bisa
disimpulkan bahwa latar belakang yang dimiliki para
guru belum mendukung kompetensi pedagogis mereka
dalam penerapan muatan lokal.
87
Pernyataan guru–guru tersebut didukung oleh
kepala sekolah dalam wawancara yang menyatakan
bahwa mereka telah memiliki kompetensi-kompetensi
yang mendukung sebagai pendidik namun masih perlu
training-training khusus untuk menambah kompetensi
mereka dalam mengajarkan mulok kepada murid apalagi
dikelas kecil yang pola pembelajarannya bersifat
Tematik.
2. Siswa
SD YPK Effata Waupnor mempunyai kriteria dalam
menerima siswa baru masuk dikelas I yaitu bagi siswa
yang awal masuk di kelas I minimal berusia 6 dan 7.
Untuk yang berusia 6 tahun harus memiliki surat
keterangan yang jelas, seperti ijazah dari sekolah Taman
kanak–kanak (TK) asalnya sedangkan siswa yang berusia
7 tahun tetapi tidak lewat TK tetap diterima karena
usianya telah sesuai untuk masuk pada Sekolah Dasar.
Sedang perbandingan guru dengan peserta didik adalah
1 banding 30 sampai 50 anak. Artinya 1 orang guru akan
mengajar atau membimbing serta berkonsentrasi pada
pada sekitar 30 sampai 50 anak tersebut. Dengan
jumlah yang mungkin kurang efektif untuk kelas yang
kecil maka kelasnya dibuat kelas palelel dan guru bidang
studi pun dapat diangkat menjadi guru untuk
membimbing salah satu kelas tersebut. Seperti telah
88
disebutkan sebelumnya bahwa perbandingan guru
dengan siswa dikelas sangatlah tidak efektif dalam
proses belajar dan mengajar khusus kelas yang kecil (I –
III) karena dengan jumlah siswa yang banyak dan
dibimbing hanya seorang guru saja, ini akan
memyebabkan kegiatan belajar dikelas akan tidak
nyaman, guru sulit untuk mengontrol siswa, dan situasi
kelas akan sangat tidak mendukung saat PMB
berlangsung. Sebab kelas harus dibuat parallel dan
gurunya harus 2 dibanding 30 sampai 50 agar PMB
dalam kelas tersebut dapat berlangsung dengan baik dan
proses belajarpun dapat berlangsung dengan efektif dan
menyenangkan.
3. Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil observasi dilapangan tentang
sarana prasarana pada SD YPK Effata Waupnor dilihat
ketersediaannya masih perlu mendapat penambahan
agar dapat menunjang proses belajar mengajar. Hal
tersebut didukung oleh guru–guru dalam wawancara
yang semuanya menjawab bahwa untuk sarana
prasarana masih harus perlu mendapat perhatian dari
pemerintah daerah karena masih perlu ditambahkan
beberapa ruang dan tempat khusus untuk belajar yang
membutuhkan praktek seperti lab IPA Sain, Lap Muatan
89
Lokal jadi masih perlu sarana dan prasarana belajar bagi
siswa.
Untuk ruangan–ruangan pembelajaran yang
tersedia adalah rung kelas berjumlah sepuluh ruang
kelas, ruang perpustakaan berjumlah 1 ruang, ruang
guru satu ruang, ruang kantor kepala sekolah 1 ruang,
ruang WC berjumlah 5 ruangan (masing-masing: WC
Murid untuk pria, untuk wanita, dan WC untuk guru
pria, dan untuk guru wanita serta satu ruang untuk WC
Kepala Sekolah). Sedangkan yang tidak tersedia adalah
ruang kesehatan, ruang bimbingan, ruang lab. Sains, lab
komputer dan ruang praktek mulok.
Kemudian untuk sarana pendukung kerja dan
pembelajaran seperti papan tulis, kapur tulis,
penghapus, meja dan kursi untuk siswa dan guru,
lemari penyimpanan arsip dan buku-buku paket semua
tersedia dengan kondisi baik. Sedangkan untuk
pembelajaran mulok disesuaikan dengan sarana
pendukung yang telah ada karena tidak ada sarana
khusus untuk mulok.
Untuk kelengkapan administrasi kelas seperti
silabus atau kurikulum, SKH, SKM, buku mutasi
siswa,buku supervise, Buku penerimaan/pengembalian
raport, buku daftar perabot, buku Bimbingan dan
penyuluhan, buku kenaikan kelas, buku daya serap,
90
buku target kurikulum semua buku tersebut dibuat
dalam satu box file untuk memudahkan guru saat
menyelesaikan administrasi kelas.
Untuk alat permainan edukatif, sekolah ini belum
ada dan hanya dimanfaatkan satu buah alat menghitung
model lama yaitu alat hitung “DEKAK”, dan alat music
(gitas, tifa, dan ukulele) disediakan untuk pembelajaran
muatan lokal saat praktek didalam maupun diluar kelas.
Hanya ruangan khusus untuk pelaksanaan dan
penyediaan untuk bahan praktek muatan lokal yang
belum tersedia.
Sekolah juga telah tersedia seperangkat tape Deck
dan Amplivier sebagai media audio-visual sebagai salah
satu sarana pendukung pembelajaran. Untuk komputer
hanya tersedia dua unit biasanya di gunakan oleh para
guru dan kepala sekolah menyelesaikan administrasi.
Sarana lain pendukung bahan pustaka yang
dimiliki sekolah ini berupa buku–buku cerita yang
ditempatkan diperpustakaan yang sering juga dipakai
para guru sebagai sumber pembuatan materi
pembelajaran.
Yang terakhir, sarana untuk fortofolio seperti
tempat menempel hasil karya anak–anak seperti
gambar–gambar dan ketrampilan lain yang dapat
ditempelkan pada disetiap kelas masing–masing. Para
91
guru memanfaatkan sisi dinding ruangan di kelas.
Sedangkan untuk ketrampilan mulok yang tidak dapat
ditempel dapat disimpan diruang kantor guru atau
dilemari yang telah tersedia pada setiap kelas masing–
masing.
Data hasil penelitian terhadap pelaksanaan
pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak, antara lain:
Proses belajar-mengajar, metode yang digunakan, Media
pembelajaran, dan interaksi warga belajar terhadap
pembelajaran serta hasil penilaian pembelajaran.
4. Proses Belajar-Mengajar
Dalam hal perhatian terhadap individu, guru yang
sudah lama mengajar dikelas I mengungkapkan bahwa
hal tersebut akan disesuaikan dengan kondisi minat
belajar siswa. Guru lain juga sudah lama mengajar
mengatakan bahwa, selama dalam proses belajar
mengajar yaitu dalam hal pengenalan konsep kepada
anak dilakukan sesuai keadaan bakat minat siswa dalam
melalui menggambar, menghitung secara bersama-sama
seperti dalam belajar seni budaya, ketrampilan daerah,
bernyanyi dan lain–lain sehingga guru perlu memberi
perhatian yang sama. Namun untuk hal tersebut masih
perlu keseriusan bagi para guru yang mengajar agar
siswa bersemangat untuk belajar.
92
Dalam Observasi dikelas II, peneliti menemukan
hal yang sejalan dengan pernyataan tersebut. Ketika
penyampaian konsep dalam menghitung, bernyanyi,
menggambar guru hanya melakukan sesuai konsep yang
telah ada dan sering diulang-ulang pembelajarannya.
Akibatnya siswa dalam belajar menjadi bosan dan tidak
berminat, bermain dikelas, keluar masuk kelas sehingga
suasana kelas tidak nyaman, guru membiarkan anak-
anak dalam situasi belajar tidak serius dan akhirnya
anak-anak diperintahkan main diluar kelas menunggu
waktu pulang.
Seorang guru senior yang juga mengajar dikelas I –
III memberi jawaban yang melengkapi pernyataan
sebelumnya.
GS2:…. Kalau menurut saya tu ya guru yang mungkin harus betul-betul serius mengajar Guru fokus begitu
buat dia pu persiapan mengajar apalagi ini anak-anak
kelas paling Kecil maksudnya kelas paling dasar
skali, jadi kira-kira bagaimanlah guru tu dia apa
nananya buat Anak-anak kecil kelas I-III tu dong
senang untuk belajar mulok itu. ya..pasti kitong guru Jadi bisa tahu bagaimana yang baik supaya anak-
anak dong kasian jang dong lari-lari Keluar masuk
kelas, ganggu teman, main-main dan lain–lain tapi
mungkin dong bisa Senang untuk belajar begitu, jadi
yo tergantung gurunya to bisa buat suasana belajar bagus ka tidak sa kira begitu.
Hal tersebut ditanggapi guru lain yang baru pindah
dan mengajar di SD Effata waupnor bahwa, dalam
belajar mulok bahasa daerah yang sekarang mau
93
diterapkan memerlukan keseriusan dan kefasihan dalam
berbahasa, mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan dalam PBM mengucapkan huruf, kata,
dan membuat kalimat yang dalam bahasa daerah biak
dengan baik dan benar agar siswa dapat berminat,
senang dan juga serius untuk belajar. Apalagi bahasa
biak dalam pengucapan huruf itu menggunakan
pengucapan lewat bibir (mulut) misalnya huruf “B-V” itu
anak harus dilatih mengucapkan dengan baik sehingga
terbiasa.
Dalam hal kefasihan atau lancar berbahasa baik
mengucapkan huruf dan kata dalam bahasa biak dalam
pelajaran muatan lokal, guru–guru dalam wawancara
mengatakan bahwa mereka juga masih perlu belajar
dengan baik cara mengucapkan huruf ataupun kata
bahasa biak dengan baik karena dialek bahasa biak ada
berbeda-beda tapi mengucapkan huruf atau kata tetap
sama dan harus sesuai dengan huruf yang terhitung
khusus untuk bahasa biak. Salah satu Guru senior
menjelaskan, seperti berikut ;
GS3:…. Kalau belajar bahasa biak itu kita guru harus
tahu huruf-huruf yang termasuk dalam bahasa biak
Tapi juga harus tahu cara mengucapkan huruf huruf
khusus yang diucapkan dengan bunyi yang Benar,
misalnya huruf “B dan V” karena sebut dua huruf ini
harus pakai bibir dan dibunyikan sperti Kita mau
94
meniup kah.. gimana ee saya mo bilang.. begini
diucapkan dengan keluarkan udara lewat Bibir untuk
menyebut huruf itu. Dan itu perlu latihan juga oleh
bapa/ibu guru dorang karena nyata bahwa bapak/ibu
guru banyak yang belum dapat ucapkan dengan baik,
jadi intinya perlu latihan bicara supaya bisa ajar
murid juga terbiasa bicara bahasa Biak dengan baik.
Berdasarkan jawaban wawancara diatas penulis
memahami, bahwa untuk dapat memberi pelajaran
bahasa biak dengan baik kepada siswa maka guru harus
memiliki kemampuan berbahasa biak dan strategi
seorang guru dalam mengajarkan muatan lokal bahasa
biak kepada siswa. Guru harus mampu mengolah vokal
berbahasa Biak yang baik dalam mengucapkan huruf,
kata ataupun kalimat yang baik sehingga dapat
membuat situasi belajar bagi siswa berlangsung dengan
nyaman dan menyenangkan. Guru pun harus banyak
belatih mengucapkan huruf “B“V”, karena
mengucapkan huruf tersebut harus dengan caranya
yaitu dengan lembut dan kasar sesuai tanda yang
ditentukan pada huruf-huruf tersebut, yaitu huruf ъ
yang ada tanda diatasnya harus diucapkan bersamaan
bunyinya dengan huruf v atau dengan sebutan B lemah.
Hal lain juga dalam belajar mulok bahasa biak harus
banyak membaca buku referensi Bahasa Biak seperti
kamus dasar Bahasa Biak, kamus etnologi Bahasa biak
95
dan buku tata bahasa biak yang telah ada supaya dapat
membantu pemahaman tentang Bahasa Biak tersebut
Seperti yang dalam wawancara dengan salah satu guru
bantu lain yang mengatakan bahwa ;
SPK:... Kalau guru mengajar harus betul–betul tahu
dan memperhatikan huruf yang Termasuk dalam
Bahasa Biak, karena dialek bahasa kita ada sedik
berbeda dengan mereka yang didaerah Biak utara,
Biak timur, dan Biak barat. Jadi guru juga harus bisa
belajar untuk mengucapkan kata dan huruf tertentu
yang digunakan dalam bahasa Biak itu dengan baik
sehingga saat mengajar dapat memberi contoh yang
Baik pula bagi siswa to…! Jadi menurut saya tuh
alangkah baiknya ajarkan anak-anak menggunakan
bahasa Biak yang umum saja supaya mereka cepat
mengerti artinya bahasa Biak yang sudah biasa
dipakai atau sudah Umum dipakai setiap hari.
Ungkapan itu ditegaskan pula oleh salah satu
Orang Tua siswa bahwa, Berkomunikasi Bahasa Biak
kepada anak-anak setiap hari masih sangat sulit dan
masih perlu banyak belajar dan pembiasaan baik kepada
dari orang tua ataupun kepada anak, tetapi kadang
belum dapat tercapai dengan baik, karena kemampuan
dalam berbahasa Biak dan peminat Bahasa Biak sudah
berkurang.
5. Metode Pembelajaran
96
Dalam proses belajar mengajar di SD Effata
Waupnor guru menggunakan beberapa metode dalam
mengajar yang disesuaikan dengan keadaan sekolah
tersebut dalam pembelajaran. Metode tersebut telah
dirancang sebelumnya dalam silabus kecuali pelajaran
mulok bahasa, terkadang tidak menentu karena tema
berubah-ubah sehingga metode mulok juga berganti-
ganti. Sebagai contoh yang diketemukan dalam hasil
wawancara dan pengamatan adalah metode bernyanyi
untuk kegiatan awal, ceramah dan Tanya jawab untuk
mengingatkan kembali (Reminding back) tentang
pelajaran yang telah diajarkan. Selanjutnya terkadang
satu kegiatan guru bisa menggabungkan metode–metode
tersebut, misalnya guru Kelas I mengatakan :
GK.I.B:….. Biasa itu metode yang kitong pakai
ya..menggambar symbol–symbol. Dan itu biasa kitong buat gambar di papan tulis atau kadang digambar di
kertas Lalu dibagikan ke anak-anak lalu mereka
sendiri yang tulis nama symbol itu.Tapi kadang juga
kitong bimbing anak–anak dong untuk bicara atau
ucapkan Nama simbol–simbol itu. Setelah anak–anak dong semua sudah selesai tulis Baru mereka diajak
bernyanyi beberapa lagu daerah dalam bahasa Biak.
Ya Lagu–lagu yang sudah pernah dikase ajar untuk
anak–anak dong menyanyi. Dan mereka bisa
menyanyi lagu bahasa Biak itu.
Terkadang guru hanya menggunakan beberapa
metode pengajaran dalam satu topik bahasan. Misalnya
saja, dalam pengamatan penulis diSD kelas satu guru
97
mengajarkan bahasa daerah biak berdasarkan standar
kompetensi mendengarkan dan membaca sesuai topik
tersebut yaitu mendengarkan bunyi kosa kata dalam
menghitung angaka 1-10 dan kemudian siswa mencoba
untuk mengucapkan kosa kata yang telah didengar
tersebut dengan secara perlahan lahan. Guru
mengingatkan kembali ucapan angka 1-10 dengan Tanya
jawab guru menunjukkan gambar angka 1-10 yang telah
di tulis dipapan tulis. Setelah selesai kegiatan
mendengarkan, berbicara dan membaca barulah siswa
diajak untuk menulis dibukunya masing-masing.
Didalam menulis guru masih harus membimbing siswa
karena anak–anak agar mereka dapat menulis dengan
baik benar. Selama itu kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru-guru bagi siswa SD dalam mengajarkan
muatan lokal bahasa daerah karena hanya sebatas itu
bahan yang dipakai untuk mengajar sehingga anak-anak
hanya menerima pembelajaran sebatas apa yang
diajarkan oleh guru, dan terkadang tidak menjadi suatu
materi pembelajaran yang aktif bagi anak didik.
6. Evaluasi
Dilihat dari kebutuhan dan pelestarian dalam
penerapan mulok bernuansa lokal belum terlalu Nampak
tingkat keseriusan para pendidik untuk
mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar
98
bagi siswa. Siswa belum dibiasakan untuk meminati
pelajaran mulok tidak menjadi pelajaran yang menarik.
Seperti hasil wawancara berikut ini ;
GKII:….. Sebenarnya ibu kalau kita mo lihat dari
pelajaran mulok ini sebenarnya bagus Dan sangat penting io to…? Tra tahu ee, maksud saya sebenarnya
memang Kami berusaha uuntuk mengajar pelajaran
mulok itu tapi ya… Cuma sebatas Itu saja seperti
menghitung, menyebut nama anggota keluarga, dan
mungkin Kami tambah dengan beberapa kata–kata
benda yang cocok kami ajarkan Buat anak-anak dorang, dan itu bagi saya sendiri ibu… tra tahu
dengan guru Kelas lain.. ya karena itu juga karena
saya masih sedikit-sedikit bisa paham Bahasa biak
yang sehari- hari saja, dan metode yang kami pakai
juga ya yang Sudah umum dipakai itu to… jadi pasti itu juga yang buat anak-anak tidak Terlalu serius
atau minat untuk belajar mulok, tapi menurut saya
mulok itu Bagus dan penting untuk kitong pu anak-
anak dibiak ini. Tapi ya.. perlu apa E, guru khusus,
terus mungkin atau guru-guru perlu dikase pelatihan
kah, Supaya guru dong bisa mantap kalo mengajar mulok ibu.
Jadi, para guru juga mengungkapkan bahwa
metode dalam mengajarkan molok itu sangat penting
dan dibutuhkan dan sesuai atau tidak tergantung pada
kemampuan dari guru yang mengajarkan mulok tersebut
kepada siswa, dengan kreatifitas guru membuat
pelajaran itu menarik secara langsung akan membuat
anak-anak juga memberi respon atau hasil yang baik
pula.
99
Sehubungan dengan hal tersebut kepala sekolah
menyampaikan bahwa seharusnya masih perlu ada
perhatian khusus bagi para guru. Perlu ada pengajar
khusus mata pelajaran muatan lokal bila perlu diadakan
pelatihan bagi guru-guru tentang pengembangan
pembelajaran mulok ini karena pelajaran itu sangat
penting bagi anak sekolah dasar di daerahnya masing
masing termasuk kami di SD YPK effata Waupnor. Selain
itu pelatihan diperlukan karena dapat membantu para
guru untuk mengembangkan potensi guru dalam hal
menggunakan metode sesuai dengan kondisi tempat
mengajar. Dan itu akan menjadi perhatian penting juga
oleh kepala sekolah sehingga dapat dibentuk semacam
tim untuk membantu mendukung mengembangkan
kepentingan pendidikan khusus pelajaran mulok di
sekolah ini.
7. Media Pembelajaran
Dari hasil observasi, SD YPK Effata Waupnor
menyediakan media pembelajaran yang masih dalam
kondisi yang baik dan menjadi sarana pendukung dalam
proses belajar. Misalnya papan tulis dan kapur yang
disediakan untuk setiap kelas, alat musik guitar yang
digunakan saat molok seni budaya, seperangkat
komputer itu hanya dipakai oleh guru yang bisa
mengoperasikannya dan bagi guru kelas kecil hanya bisa
100
menyesuaikan, sering menggunakan media manual yaitu
menggambar di papan tulis atau siswa sediakan sendiri
dari rumah sebagai pengganti media yang tidak tersedia
disekolah. Untuk media manual guru menulis simbol-
simbol atau ukiran budaya Biak anak-anak menirukan
dengan menulis simbol-simbol tersebut, untuk media
yang disediakan anak-anak yaitu menyediakan sisa kain
bekas yang bermotif papua dan dibuat prakarya dari
anak-anak dan disesuaikan dengan jenjang kelas anak-
anak.
Dalam pemilihan media untuk mengajar di SD YPK
Effata Waupnor guru mengacu pada pengalaman dan
disesuaikan dengan kegiatan. Guru kelas dua yang
menjelaskan bahwa dalam menggunakan media
tergantung pada kegiatan dan pelajarannya, misalnya
kalau menyanyi menggunakan papan tulis untuk
menuliskan lagu bahasa Biak untuk bernyanyi bersama
dan anak-anak paling senang bernyanyi bersama-sama.
Kalau untuk belajar menghitung dalam bahasa Biak
guru dapat menggunakan alat menghitung model lama
(DEKAK) untuk menarik perhatian dan semangat belajar
anak, tetapi pada umumnya guru hanya memanfaatkan
papan tulis saja.
Dalam persiapan media pembelajaran terkadang
guru harus berusaha mempersiapkan lebih dahulu 1
101
hari sebelum pelajaran dikelas karena media tersebut
yang akan dipakai dikelas. Namun dalam wawancara
juga terungkap bahwa kadang media yang akan dipakai
tidak dapat di buat oleh guru karena guru kurang
trampil juga dalam membuat media mulok untuk dipakai
dalam pembelajaran. Seperti menurut salah satu guru
karena media yang dibutuhkan belum dapat disediakan
guru dan untuk menyiapkan itu memerlukan waktu
yang akan melebihi alokasi waktu yang tersedia dalam
proses belajar.
4.3.3 Deskripsi Evaluasi Program Pembelajaran
Data hasil penelitian terhadap evaluasi
pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak terlihat dari
ungkapan salah satu guru memberikan contoh dengan
menunjukkan program hari efektif belajar seperti yang
terlihat pada gambar tabel.
Tabel 4.3
Susunan Program Pengajaran Muatan
Lokal di SD YPK Waupnor Kab. Biak Numfor
No Komponen Alokasi Waktu
102
1.
A.Mata Pelajaran I II III IV V VI
Pend. Agama 3 3 3 3 3 3
2. Pend. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bhs. Indonesia 7 7 7 7 7 7
4. Matematika 6 7 8 8 8 8
5. IPA ( Ilmu Peng.Alam) 2 2 2 5 5 5
6 IPS (Ilmu Peng. Sosial) 2 2 2 3 3 3
7 Seni Budaya &
Ketrampilan
2
2
2
2
2
2
8 Penjas 3 3 2 2 2 2
9 B. Muatan Lokal:
a. Bahasa Inggris
b. Bahasa Biak
C. Pengembangan Diri: a. Olah Raga
b. Pramuka
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
Jumlah 30 31 31 35 35 35
GK.III:… coba ibu lihat ini waktu untuk pelajaran mulok, Ini waktu yang dialokasikan buat pelajaran
mulok Apakah bisa saya siapkan media untuk belajar
kah.., Saya sangat sulit untuk menyediakan media
mulok Menurut saya… waktu perlu ditambah karena
mulok itu banyak Prakteknya juga dan kita harus sesuaikan dengan tema yang diajarkan. iya jadi sa
kira begitu bu.. waktu perlu ditambah biar mulok juga
dapat diajar dengan baik tapi juga guru dapat belajar
dalam buat media pembelajaran.
Menurut guru tersebut media sangat penting
dalam mengajar mulok, ketika media dapat mampu
disiapkan pembelajaran akan terlaksana dengan baik,
perlu ada solusi dalam menyediakannya karena
merupakan salah satu bagian dalam perangkat
103
pembelajaran. Kenyataan tersebut merupakan hal yang
tersulit bagi guru dan siswa dalam kegiatan proses
belajar mengajar dan perlu banyak persiapan yang baik
sebagai penunjang belajar.
Beberapa kesulitan lain yang dihadapi guru dalam
mempersiapkan media mulok ini. Empat guru
menyatakan yaitu faktor waktu, dua guru menyatakan
kemampuan atau ketrampilan guru, dan satu guru
menyatakan ketersediaan bahan untuk pembuatan
media sebagai alat peraga dalam pembelajaran mulok.
Guru terpaku pada bahan yang sudah ada dan harus
dapat kreatif untuk dapat membuat dan menggunakan.
Dan hal tersebut yaitu penggunaan media sebagai satu
metode dalam pembelajaran membutuhkan pendekatan
yang cocok dengan tingkat dan kebutuhan anak didik
serta perlu kesiapan dan kemampuan dari guru dalam
membuat hal tersebut.
Masalah penyiapan Media atau metode dalam
pembelajaran mulok ini memerlukan kemampuan
tersendiri dari pendidik yang dibenarkan oleh kepala
sekolah ;
KS:….. iya harus perlu latihan banyak dalam menggunakan juga guru harus mampu dan pandai
menciptakan media atau buat apalah: gambar kah,
foto, tunjukan benda dilingkungan yang cocok dengan
anak-anak to, supaya anak mau belajar dan senang
104
ikut pelajaran mulok. Eee karena ada banyak kesulitan dan kendala dalam mengajar mulok ini
(bahasa Daerah). Dan selama ini sangat disanyangkan
karena belum obtimal walaupun sudah lama ya
diterapkan mulok bahasa daerah ini, mungkin waktu
dalam menyiapkan, kurang mampunya guru meyiapkan diri mengajarkan mulok,atau mungkin
karena harus diajarkan ya akhirnya dilaksanakan
saja. Setelah dilakukan ternyata tidak ada hasil yang
baik ee. Tujuan menyediakan media sebagai metode
pembelajaran itu saja Cuma bisa di buat aoleh satu
atau dua guru saja, tidak tahu kenapa juga mungkin gurunya tidak bisa buat atau mungkin dia tidak
berbakat, soalnya ini pelajaran mulok ya.. harus
orang yang punya bakat dan talenta juga itu. Tapi ya
itu ada nilai tambah untuk jadi poin tambahan buat
anak-anak sekolah to…!
Jadi media sebagai metode dalam pembelajaran itu
sangat penting dan bermanfaat sekali, namun
ketersediaannya tidak optimal dan berpengaruh kepada
persiapan bahkan dalam menciptakan sangat sulit
dilakukan termasuk juga dalam menggunakan metode
dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi kendala dan
penghambat bagi guru dalam mengimplementasikan
mulok tersebut.
Penjelasan guru tersebut ditegaskan juga oleh
Kabid. Dikjar Dinas Pendidikan dalam wawancara ;
KD:... iya memang benar bahwa selama ini kalau mau
dilihat muatan lokal khusus untuk Bahasa Daerah
Biak ini sangat memprihatinkan, kenapa saya bilang
begitu, ya karena kenyataan dilapangan khusus
disekolah (SD) kebanyakan anak-anak putra Daerah
105
sendiri sudah tidak mampu/tidak bisa berbicara
dengan bahasa lokalnya_sendiri_(Bahasa_Biak).
Gambar 4.4:
Diskusi Work Shop Mulok Bahasa Daerah Biak
(Dinas P&P Kab. Biak Numfor)* Kabid. Dijar
Kepala sekolahpun mendukung pernyataan
tersebut dimana dalam wawancara mengungkapkan
bahwa materi-materi yang disampaikan ke murid masih
umum disesuaikan dengan beberapa tema dalam buku
bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan kemampuan
guru yang mengajar dan murid yang menerima
pelajaran.
106
KS:.... Menurut kami masih perlu banyak belajar atau
latihan dalam hal berbicara, kenapa?... Kami menilai
masih ada guru putra daerah sendiri yang tidak bisa
dalam berbicara Bahasa Biak, padahal dia lahir dan
dibesarkan didaerahnya sendiri tapi Tiadak bisa
bicara Bahasa Biak sudah pasti akan susah dalam
mengajar, apalagi dalam membuat persiapan
mengajar, penggunaan metode dan media
Pembelajaran dikelas. Tetapi juga kalau guru kelas tu
Orang amber (pendatang), pastinya akan lebih susah
lagi dalam berbicara bahasa daerah setempat,
Bagaimana? yang orang Biak saja tidak bisa apalagi
guru amber (dari daerah lain).
Merujuk pada uraian penjelasan diatas dapat
dipahami bahwa masih terdapat dilema dalam penerapan
pembelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak bagi siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Biak Numfor.
4.3.4 Hasil Proses Belajar Mengajar (PBM)
Berdasarkan hasil observasi, dalam proses Belajar
mengajar, interaksi yang terjadi pada semua anak, yaitu
dalam pembelajaran mulok Bahasa Daerah pada
kegiatan inti pembelajaran anak kurang menaruh
perhatian full untuk mendengarkan dan saat dilatih
berbicara, berkomunikasi, sangat sulit mereka kurang
berinteraksi atau memberi respons balik pada guru.
107
Dalam setiap kegiatan, terkadang anak suka
bermain, tidak berminat untuk belajar. Hal tersebut
penulis temukan saat melakukan observasi dikelas. Saat
observasi dalam wawancara sebagian guru mengakui
bahwa dalam proses belajar mengajar masih cenderung
anak bermain, tidak minat belajar, kurang berinteraksi
terhadap pelajaran bahasa. Hal ini merupakan sebuah
dilema bagi guru dalam proses belajar mengajar karena
masih melibatkan peran guru. Dua guru dari kelas II A
dan II B memberikan penjelasan yang hampir sama
dengan guru kelas III A dan IIIB menjelaskan bahwa
terkadang anak suka bermain dalam kelas saat pelajaran
diberikan, hal itu dipengaruhi oleh kurang minatnya
siswa belajar bahasa Biak, dan kurang kreatifnya guru
dalam menciptakan suasana belajar dikelas. Sehingga
anak tidak merasa membutuhkan atau suka dengan
pembelajaran tersebut. Berdasarkan observasipun,
memang ada beberapa anak yang mengikuti kegiatan di
kelas, namun hanya sebagai pelajaran dan tidak fokus
hanya asal-asalan saja mengikuti pelajaran tersebut, ada
juga yang memberi respon apabila ditanya oleh guru
itupun kalau ditunjuk oleh guru. Untuk kasus seperti
itu, salah satu guru yang diwawancarai mengatakan:
GK.IIIA:… e biasanya kalau awal waktu pelajaran mau dimulai kami mulai dengan menyanyi satu lagu
daerah untuk menarik perhatian mereka terhadap
108
pelajaran mulok ini, dan kami tanyakan lagu daerah apa yang mau dinyanyikan, tapi itu kadang anak-
anak lupa dan tidak ingat lagunya sehingga guru
harus menuntun untuk mengingatkan lagu yang
pernah dinyanyikan atau juga kalau ada anak yang
punya pengalaman dirumah tentang lagu daerah bisa kita ajak untuk memimpin lagunya buat dinyayikan
bersama. Tetapi sering terjadi yaitu guru yang harus
memberi rangsangan pada anak bukan pada nyanyi
saja tapi juga pada saat dilatih membaca, menulis
pelajaran mulok tersebut. Dan itu terkadang buat
guru juga sedikit susah bahkan tidak serius dalam memberikan pelajaran mulok, anak-anak biasanya
dibiarkan juga main atau beraktifias sendiri dikelas.
Sebagian besar guru memberikan jawaban yang
mendukung contoh tersebut bahwa mereka memberi
motivasi bagi siswa yaitu dengan mengingatkan atau
mengajak mereka untuk bisa tertarik pada pelajaran itu.
Namun terkadang juga guru tidak serius dan fokus
untuk mengajar mulok tersebut dan anak-anak
dibiarkan beraktifitas sendiri dalam kelas, bermain,
menggambar. Jadi inti dalam pembelajaran untuk
menanamkan rasa minat, dan kecintaan pada pelajaran
mulok tersebut tidak optimal karena gurupun tidak
fokus dalam melaksanakannya.
Semua guru dalam wawancara mengatakan bahwa
mereka banyak mengalami dilemma dalam mengajarkan
mulok kepada anak didik. Selalu tidak tepat sasaran
termasuk dalam penyesuaian dengan pelaksanaan
kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Hal-hal yang
menjadi kendala dan penyebab ada bermacam-macam.
109
Seperti dikatan oleh dua guru pada sekolah SD yang lain
GC.I dan GC.2 mengungkapkan bahwa salah satu
penyebabnya adalah situasi kelas, maksudnya adalah
pada saat anak mempunyai masalah terhadap minat
belajar tetang muatan lokal, perhatian mereka pada
guru, hubungan sosial mereka dengan teman ataupun
mereka tidak mentaati tata tertib dalam kelas
menyebabkan suasana belajarpun tidak menyenangkan
dan tidak fokus. Pada saat itu guru mencoba untuk
menghentikan kegiatan dan diganti dengan menasihati
dan memberikan tugas anak-anak untuk menggambar
bebas sesuai keinginan mereka. Hal tersebut membuat
pelajaran tidak sesuai dengan jadwal dan tema
pembelajaran yang telah ada.
Guru lain juga memberi alasan lain seperti
terkadang mulok mau diterapkan dengan cara lain
misalnya memberi tari-tarian, mengunjungi tempat
sejarah, membuat prakarya daerah tetapi masih susah
dan banyak kendalanya baik dari waktu, bahan-bahan
dan juga kemampuan guru dalam melaksanakan.
Dari studi dokumentasi ditemukan juga bahwa
penilaian Dalam segi alokasi waktu belajar sangat tidak
efektif. Ketersedian waktu dalam proses belajar mengajar
mempengaruhi kesiapan guru dan juga siswa dalam
berinteraksi, penyediaan media/alat peraga dalam
110
mengimplementasikan muatan lokal bahasa daerah
Biak. Seperti terlihat pada tabel berikut ini ;
Tabel 4.4
Jam Pelajaran Muatan Lokal di SD YPK Waupnor Kabupaten Biak Numfor
Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar
Mata Pelajaran I I I III IV V VI
Bahasa Daerah 1 1 1 2 2 2
Muatan lokal yang lain 2 2 2 2 4 4
Jumlah 3 3 3 4 6 6
Sumber: Data diambil dari pengalaman penulis dalam melaksanakan tugas.
a. Lamanya jam pelajaran
1. Kelas I dan II = 30 menit
2. Kelas I s/d VI = 40 menit b. Jumlah jam pelajaran per-minggu kurikulum
muatan lokal
1. Kelas I, II dan III = 3 JP
2. Kelas IV = 4 JP
3. Kelas V = 6 JP
4. Kelas V-VI = 6 JP
Laporan penilaian hasil efektif belajar siswa dapat
dilihat pada contoh tabel 4.4 terlihat bahwa alokasi
waktu pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak sangat
tidak efektif jika harus mengimplementasikan
Pembelajaran Mulok sesuai silabus yang terlihat pada
111
tabel 4.2. Sebagai laporan kepada orang tua siswa pada
setiap semester akhir dan dibuat dalam bentuk buku
Raport dimana harus mendeskripsikan hasil belajar
siswa seperti terlihat pada tabel 4.5 terhadap daya serap
siswa. Hal ini membutuhkan keseriusan para pendidik
dan pengembang pendidikan dalam meningkatkan dan
menunjang pedidikan khususnya dalam
mengimplementasikan kurikulum muatan lokal pada
tingkat Sekolah Dasar.
Hasil pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak
yang diberikan kepada anak didik dalam proses belajar
mengajar implementasinya tidak terpadu dan bentuk
penilaian hanya terfokus pada hasil kerja siswa yang
diarahkan dan dibimbing oleh guru. Hasil kegiatan siswa
seperti karya kerja siswa seperti berbicara, membaca,
dan menulis hasilnya di isi pada buku atau daftar nilai
yang telah disediakan guru kelas masing-masing. Penulis
menemukan bahwa berdasarkan visi-misi perkembangan
sekolah tersebut dalam lingkup pembelajaran mulok bagi
siswa belum mempunyai tingkat-tingkat perkembangan,
ada beberapa anak tidak mampu mencapai tingkat
perkembangan sesuai tujuan pembelajaran tersebut.
Tabel 4.5
Daya serap siswa pada Daftar buku pegangan guru Tahun aj. 2010/2011- semester Ganjil (I)
112
Kelas. I Jml Anak* Lingkup
Pekembangan
Kelas. II Jml Anak*
Lingkup perkembangan
Kelas. III Jml Anak*
Lingkup Perkambangan
Mendengarkan
0,23 % = 23 anak
Mendengarkan
0,20 % = 20 anak
Mendengarkan
0.21 % = 21 anak
Berbicara 0,23 %
= 23 anak
Berbicara 0,22 %
= 22 anak
Berbicara 0,23 %
= 23 anak
Membaca 0,23 %
= 23 anak
Membaca 0,23 %
= 23 anak
Membaca 0,22 %
= 22 anak
Menulis
0.21 % = 21 anak
Menulis
0,22 % = 22 anak
Menulis
0,23 % = 23 anak
Sumber dokumen SD YPK Effata Waupnor dari kls I-III.
(* dari 25 anak.
Terlihat pada tabel 4.2, bahwa untuk lingkup
perkembangan mulok bahasa Daerah Biak dimana
seharusnya mencapai tingkat perkembangan atau
mampu mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis dalam hasil berkomunikasi dengan orang lain
ataupun dalam menyelesaikan lembar latihan (soal)
dalam pembelajaran. Namun dalam tabel 4.5 tidak
semua anak dinilai guru dapat mencapai semua target
pembelajaran itu. Sebagai contoh dari setiap kelas
jumlah anak 25 orang di kelas I untuk semester ganjil (I)
untuk perkembangan mulok bahasa daerah Biak, dalam
mendengarkan 23 anak yang tidak tahu, kelas II 20
113
anak, kelas III anak, belum dapat serius dalam
mendengarkan pembelajaran mulok bahasa daerah Biak
tersebut. Telah dijelaskan sebelumnya di aspek proses
interaksi dalam pembelajaran bahwa anak kurang
menaruh perhatian full untuk mendengarkan dan saat
dilatih berbicara, berkomunikasi, sangat sulit mereka
kurang berinteraksi atau memberi respons balik pada
guru. Kemudian anak di kelas II dan III pada lingkup
berbicara, membaca dan menulis misalnya ada 22 dan
23 anak yang tidak dapat menguasai menerima atau
serius mempelajari Mulok Bahasa Daerah Biak dengan
baik.
Mengenai hasil tersebut guru mengungkapkan
dalam wawancara bahwa hal itu memang terjadi, ada
guru yang mengatakan pendapat bahwa hal tersebut
menjadi dilemma karena belum sesuai dengan tujuan
dari apa yang manjadi visi-misi dari SD YPK Effata
Waupnor yang seharusnya mampu mengembangkan
mulok bahasa daerah Biak disekolah tersebut yang juga
disebut salah satu sekolah percontohan mulok Bahasa
Daerah Biak yang membuat seperangkat silabus mulok
Bahasa Daerah Biak untuk dipakai dalam proses belajar
disekolah. Guru kelas IIA mengungkapkan hal yang
sama dengan guru lain.
GK.IIA:… e kalau dilihat dari hasil anak-anak waktu
kenaikan kelas kah itu ya nilainya harus diberikan
114
yang baik padahal sebenarnya belajar belum bagus tapi ya itu karena mereka anak didaerah biak jadi
mau gimana harus dikase nilai 7 atau 8. Tetapi nilai
itu tidak memberi motivasi buat anak itu lebih belajar
bahasa Biak lebih sungguh-sungguh disekolah atau
dirumahnya. Ya mungkin di sekolah kurang mungkin di rumah bisa lebih lagi karena dirumahkan orang tua
pasti bisa lebih komunikasi dengan anak jadi pasti
anak senang untuk belajar juga jadi pasti kalau
belajar di kelas sudah ada pengalaman to.., tapi ya..
tidak juga.
Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat
dikatakan bahwa ketidakmampuan anak dalam tingkat
perkembangan akademik khusus pembelajaran Bahasa
Daerah Biak masih sangat memprihatinkan dan harus
banyak perhatian khusus dari guru, orang tua agar
dapat bekerja sama dengan para guru untuk
mengembangkan pembelajaran mulok bahasa daerah
tersebut. Walaupun nanti hal itu akan menjadi acuan
khusus bagi pihak pemerintah yaitu dinas pendidikan
untuk lebih memperhatikan kemajuan pendidikan sesuai
dengan tujuan pendidikan Nasional yang ada di negara
kita.
Namun melihat dari acuan atau silabus
pembelajaran yang hanya berisikan bagian pelajaran
dasar seperti menghitung dan membaca dalam bahasa
Biak yang masih memerlukan peningkatan isi
pembelajaran, memang harus diajarkan dengan
sungguh-sungguh bagi anak-anak apalagi untuk anak
115
pada jenjang sekolah dasar dan itu tidak salah karena
merupakan pelajaran yang paling dasar perlu
diperkenalkan pada anak. Atau ada alasan lain juga
bahwa anak tidak semua dari Biak ada yang dari
pernakan serui dan juga gurunya yang mengajar belum
tahu bahasa daerah Biak dengan baik sehingga belum
mampu mengajar dengan baik pula. Seperti yang
diungkapkan oleh kepala sekolah ;
KS:….. Ya kalau dilihat dari sisi akademik, ee memang
saya mo bilang bahwa, kami tidak mempunyai satu
standart pembelajaran mulok bahasa daerah Biak
yang pas untuk diajarkan kepada anak-anak, karena memang masih perlu banyak perhatian yang serius
juga perlu pendekatan-pendekatan yang pas pada
belajar mulok bahasa daerah ini. Bukan hanya
siswanya saja tapi guru juga harus pandai dan bisa
mampu mengaplikasiakan mulok bahasa itu kepada
anak-anak. Karena ini berhubungan dengan nilai-budaya khas daerah. Ya.. jadi guru jangan hanya ajar
mulok yang dasar-dasar saja tapi dikembangkan juga
yang lebih lagi karena kita ini guru jadi harus bisa to..
begitu kira-kira.
Dalam wawancara dengan orang tua, mereka
memberikan pendapat yang mendukung dengan apa
yang di sampaikan oleh guru dan kepala sekolah, bahwa
hasil yang diharapkan mereka tidak hanya bersifat
akademisnya utuh tetapi juga pada perkembangan setiap
harinya dengan lingkungan (sosial) dan dalam
prakteknya dalam berkomunikasi atau berinteraksi
dengan orang lain. Para orang tua juga menyatakan
116
bahwa mereka ingin anak-anak mereka dapat mengerti
pelajaran yang bersifat loka didaerah, sehingga anak
mereka punya pengetahuan yang baik tentang nilai-nilai
budayanya yang begitu banyak dan saat melanjutkan ke
jenjang sekolah selanjutnya mereka lebih paham lagi
akan cara melestarikan nilai-nilai budayanya dengan
baik. OT3 dan OT4 mengungkapkan bahwa soal
akademik memang suatu keharusan dan tetap
diperkenalkan dalam pendidikan tetapi alangkah lebih
baik lagi lebih ditingkatkan hasil yang optimal pada
perkembangan dalam kemandirian dalam mempraktek-
kan nilai-nilai luhur budayanya.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan data yang dtelah dipaparkan diatas
dapat disimpulkan pada tiap pembahasan yaitu:
4.4.1 Perencanaan Pembelajaran
Melihat pada peran guru dalam pembuatan
perencanaan pembelajaran (silabus) di SD YPK Effata
Waupnor adalah dalam pembuatan rancangan bahan
ajar khusus pada mata pelajaran muatan lokal bahasa
daerah Biak, kemudian dijabarkan dalam pembagian
kegiatan mingguan dan harian dimana dalam
penjabarannya termasuk pembagian alokasi waktu,
pengolaan kelas sampai pada hasil sebagai penilaian
117
akhir keberhasilan siswa. Penyusunan bahan ajar
berdasarkan program tahunan (semester) sesuai yang
dikembangkan kepala sekolah berdasarkan
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan dan UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Hasil data tersebut sejalan
dengan hasil penelitian Fauzyyah, dkk (2008) yaitu
bahwa seorang guru sebelum melakukan proses belajar
mengajar perlu ada pengelolaan dan pemetaan, silabus
dan program penunjang pembelajaran lainnya yang
didalamnya sudah terencana mengenai tujuan, bahan
ajar, alokasi waktu, media strategi dan bagaimana
mengevaluasinya serta termasuk dalamnya bagaimana
apabila tujuan pembelajaran tidak tercapai, bagaimana
kerjasama antar semua pihak dalam turut memajukan
pendidikan dengan bernuansa kontekstual.
Hal tersebut juga berarti bahwa kurikulum atau
silabus yang telah dikembangkan SD YPK Effata
Waupnor masih perlu dikembangkan dan melibatkan
semua pihak dalam turut meningkatkan pendidikan
mulok didaerah setempat sesuai dengan yang dijelaskan
oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
Provinsi (2011), berdasarkan PERDASUS No.05 Tahun
2006 pasal 30, tentang Kurikulum Muatan Lokal di
Pendidikan Dasar, bahwa mulok Bahasa Daerah bisa
118
dimasukan dalam kurikulum muatan lokal sebagai
bahasa pengantar dan untuk lebih mendapat tujuan
yang baik perlu ada dukungan dari pihak pemerintah
daerah setempat yaitu harus ditetapkan dalam peraturan
Daerah/Kota sehingga dapat dikembangkan oleh bagian
pengembangan atau pengelola pendidikan didaerah
terhadap program-program pembelajaran dan rancangan
bahan ajar bagi kemajuan pendidikan didaerah tersebut.
Dari paparan diatas dapat dikatakan bahwa dalam
mengembangkan pembelajaran dan meningkatkan
belajar siswa perlu ada persiapan dan dukungan baik
dari semua pihak supaya penyelenggaraan pendidikan
dalam sistem belajar mengajar disekolah dan
perencanaan bahan ajar mulok berjalan optimal
ditunjang oleh dana, sarana prasarana yang baik
(lengkap) maka persiapan-persiapan pembelajaranpun
akan berjalan optimal sesuai dengan kebutuhan anak
didik.
Dalam pembuatan dan pengembangan materi
maupun kegiatan dalam silabus guru perlu banyak
peningkatkan kompetennya dan berusaha menyesuaikan
dengan kebutuhan zaman dan juga kebutuhan anak-
anak. Artinya perlu memperkenalkan materi ajar kepada
anak dengan pendekatan-pendekatan yang sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhannya seperti
119
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Guru
belum mampu memberi bahan ajar, perlu ada traning-
traning khusus dan buku-buku panduan bagi guru agar
dapat mengajar anak sesuai dengan kemampuan anak
dan akan terlihat dari keseriusan dan kemampuan anak
dalam menerima pelajaran mulok seperi berbicara,
membaca dan menulis anak dalam hasil penilaian belum
berhasil karana anak didik dalam komunikasi setiap hari
belum dapat berbicara dengan bahasa daerahnya kepada
orang lain. Hal ini perlu keseriusan, bimbingan, atau les-
les khusus serta panduan belajar yang lebih baik agar
anak terbiasa dan berminat untuk belajar bahasa
daerahnya. Selain itu cara penyampaian konsep atau
materi perlu ditingkatkan agar dapat menciptakan
suasana menyenangkan sehingga tidak membuat anak
bosan atau malas belajar mulok bahasa daerah. Kepala
sekolahpun harus bekerja sama berperan aktif dalam
selalu mengecek keseuaian materi dan metode yang
digunakan guru-guru dalam pelaksanaan silabus
pembelajaran dikelas. Sehingga proses belajar mengajar
yang dilakukan benar-benar terjadi sesuai dengan
tingkat belajar siswa SD.
Dari data terlihat pula bahwa para guru kurang
atau belum aktif serta belum mampu, tidak terbiasa
dalam berbicara ataupun mengucapkan huruf, kata-
120
kata, dan kalimat dalam Bahasa Biak. Sehingga untuk
memperkenalkan dan mengimplementasikan kepada
anak didik belum nampak. Padahal pengenalan
perkembangan kognitif dan bahasa kepada anak didik
didalam pelaksanaan pembelajaran mulok dari kelas
kecil (I, II, & III) sangat penting, dalam proses belajar
mengajar mulok juga harus mempunyai porsi lebih
dibanding dengan pembelajaran lainnya dan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan, pengalaman anak dan
kebutuhannya. Seperti pendapat Orrison (2012) yang
mengatakan bahwa semua pengalaman belajar anak
harus disesuaikan dengan mempertimbangkan
kemampuan dan keinginan atau minat anak dalam
menerima pelajaran. Sejalan dengan itu Sutarmanto,
(2012) menuliskan bahwa menghargai keunikan cara
belajar, kebutuhan perkembangan, minat, kemampuan
serta karakteristik mereka dan pada akhirnya mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu dengan
menanamkan konsep dan nilai-nilai tertentu. Maka,
kurikulum atau silabus di SD YPK Effata Waupnor
sebagai aspek konteks merupakan penunjang
pendidikan yang harus dikembangkan lebih baik lagi
dalam implementasi kurikulum muatan lokal bahasa
Biak, mengikuti kebutuhan dan minat anak yaitu
mampu mendengarkan, membaca, berbicara dan
menulis dan harus tetap diusahakan untuk diajarkan
121
sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan
bermakna sesuai nilai-nilai budayanya.
4.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
menyatakan bahwa Pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini
mengandung arti bahwa suatu pembelajaran akan terjadi
atau terlaksana apabila ada pertemuan antara seorang
pendidik (guru) dengan yang didik (Siswa) dalam suatu
wadah tertentu (kelas), didalam pertemuan tersebut akan
terjadi satu kegiatan belajar dan mengajar dan terjadi
interaksi antara guru dan peserta didik, dalam interaksi
tersebut akan menghasilkan perubahan terhadap anak
untuk suatu yang tetap dalam kebiasaan perilaku,
pikiran dan sifatnya baik dalam ruangan maupun diluar
ruangan.
Terkait dengan hal tersebut diatas diketahui
bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa
Daerah Biak dianggap guru, siswa, dan sarana
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran adalah
salah satu hal penting dalam mendukung pelaksanaan
mulok Bahasa Daerah Biak disekolah. Tidak jauh
pentingnya juga dengan situasi lingkungan sosial
sekitarnya. Akan menjadi yang akan menjadi usaha
122
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan
datang. Namun kenyataannya, bahwa hal-hal tersebut
belum berlangsung dengan baik di lingkungan Sekolah
Dasar YPK Effata Waupnor tempat pembelajaran Mulok
Bahasa diselenggarakan, belum menunjukan bahwa
interaksi pembelajaran terhadap mulok Bahasa Daerah
belum terimplementasi efektif dan efisien. Selain
mendukung pelaksanaan pembelajaran di sekolah belum
ada pula daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, serta pertumbuhan anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu bisa menyerap
dan mempraktekan nilai-nilai budaya dengan alam dan
masyarakatnya. Oleh karena itu walaupun pihak sekolah
SD YPK Effata Waupnor tidak terlalu serius untuk
memperhatikan linkungan sekitar penggunaan bahasa
daerah Biak sebagai bagian dalam mengimplementasikan
mulok bahasa daerah tersebut, maka ini sangat penting
bagi guru dan peserta didik.
123
Melihat pada Pelaksanaan mulok Bahasa Daerah
Biak Nampak pada tenaga pengajar, ketersedianya
fasilitas belajar, diperlukan di daerah setempat.
Ketersediaanya tenaga pengajar mulok bahasa
daerah Biak dilingkungan SD YPK Effata Waupnor
dianggap belum cukup dan tidak professional. Dalam
mengimplementasikan pembelajaran mulok Bahasa
Daerah Biak belum bermakna, artinya perlu mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi
pelajaran yang dipelajari itu. Terkait dengan hal itu
Trianto (2010) mengatakan bahwa “dalam
mengimplementasikan Pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara
simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah
usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan mulok
bahasa daerah Biak senagai bahan ajar dapat dilakukan
secara berkelanjutan atau perlu ditingkatkan sehingga
dapat mencapai tujuan yang maksimal sesuai dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
124
Atas dasar pernyataan diatas dapat diketahui
bahwa, dalam pelaksanaan muatan lokal bahasa daerah
Biak sebagai bahan ajar di SD YPK Effata Waupnor perlu
diperhatikan hasil pembelajarannya bagi anak didik
dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar
mengajar siswa dapat berinteraksi dengan guru sehingga
terjadi perkembangan dan pengalaman belajar yang
bermakna, siswa menjadi berminat menerima
pembelajaran tersebut dengan baik. Hal tersebut
dipengaruhi juga dengan kemampuan guru dalam
menyiapkan semua perangkat pembelajaran sebagai
penunjangnya, misalnya sarana prasarana, metode,
media, dan perangkat lain yang sesuai dengan
kebutuhan belajar saat itu. Evaluasi pelaksanaan
pembelajaran dilihat pada aspek :
1. Guru
Dari data latar belakang pendidikan yang dimiliki,
maka guru-guru SD YPK Effata Waupnor telah
memenuhi kualitas akdemik sebagai guru SD. Hal ini
bila dilihat dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.16 Tahun 2007 tentang Standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru ;
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau
125
psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
Meskipun demikian, guru-guru tersebut sebagian
hampir telah memenuhi semua kompetensi sebagai
pendidik. Penguasaan kompetensi-kompetensi guru
seperti yang telah dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional
yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian sosial dan
profesional sangat penting. Karena menurut Sauri (2010)
peserta didik yang berkualitas tergantung pada sejauh
mana seorang pengajar (guru) itu bisa menjadi seorang
pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi
mengarahkan mereka.
Dari berbagai keterangan diatas dipahami bahwa
salah satu aspek masukan (input) yang penting bagi
pendidikan adalah guru. Guru merupakan sumber
pengetahuan, penyedia bahan pembelajaran, dan
pengajar (pendidik). Oleh sebab itu sangat penting sekali
bagi sebuah lembaga pendidikan untuk memiliki guru
berkualitas yang dapat menguasai empat kompetensi
yang diisyaratkan sebagai pelaksana kurikulum. Itulah
sebabnya keberhasilan pelaksanaan kurikulum
dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensi guru
dalam melakukan rencana-rencana pengajaran tersebut.
Data menunjukan bahwa di SD YPK Effata Waupnor
telah hampir memenuhi hal tersebut. Dikatakan hampir
126
karena masih ada yang harus ditingkatkan yaitu jenis
pendidikan para guru serta kemampuan pedagogis dari
beberapa guru dalam menyiapkan media pembelajaran
dan kemapuan khusus dalam pembelajaran muatan
lokal dalam melakukan tugasnya sebagai motivator
dalam pembelajaran. Sehingga guru sebagai aspek
masukan di SD YPK Effata Waupnor ini dapat dikatan
sangat penting karena terlihat masih banyak guru
belum mampu menjalankan tugasnya secara kompeten
untuk mengimplementasikan kemampuan khusus
terhadap muatan lokal bahasa daerah Biak bahkan
sebagai motivator dalam memfasilitasi media
pembelajaranpun tidak mampu. Oleh karena itu guru
perlu mendapat tambahan pengetahuan dan ketrampilan
misalnya melalui traning-traning (pelatihan) ataupun
seminar-seminar bila perlu bisa diusahakan mendapat
pendidikan khusus untuk jalur muatan lokal bahasa
daerah Biak jenjang sekolah dasar sehingga dapat
memenuhi kompetensinya terutama pada pedagogis dan
profesionalnya.
2. Siswa
Dalam usia masuk sekolah pada jenjang Sekolah
Dasar diSD YPK Effata Waupnor untuk awal masuk
adalah usia 6 bagi anak yang telah lulus TK dan bagi
usia 7 tahun bagi anak yang baru mau disekolahkan.
127
Hal tersebut telah sesuai dengan menjamin tercapainya
mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah,
pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional telah
menetapkan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
Dasar, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 bahwa Standar
pelayanan minimal pendidikan dasar (SPM) merupakan
tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar,
sekaligus sebagai acuan dalam perencanaan program
dan penganggaran pencapaian target masing-masing
daerah kabupaten/kota. Hal tersebut sangat penting
kerena kurikulum atau program kegiatan pada anak usia
sekolah tersebut dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Melihat dari beberapa pernyataan tersebut, maka
aspek siswa menjadi dukungan sangat baik bagi
pelaksanaan kurikulum. Hal itu karena, usia siswa di SD
YPK Effata Waupnor baik untuk mengikuti pendidikan
sekolah dasar. Hal tersebut juga berarti bahwa program
perencanaan yang telah dirancangpun diberikan kepada
peserta didik harus tepat. Seluruh kegiatan-kegiatan
atau bahan ajar yang dibuat mengacup pada standar
perkembangan anak untuk usia SD dari kemendiknas
kepada anak dengan tahap perkembangan yang sesuai.
128
Selain itu dengan guru pembimbing dalam rombongan
belajar dengan murid yang tidak terlalu banyak, setiap
anak diharapkann bisa mendapat perhatian dan
bimbingan yang optimal dari guru.
3. Sarana Prasarana (Sapras)
Secara umum sarana prasarana yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran mulok Bahasa daerah Biak
diSD YPK Effata Waupnranor terlihat belum mendukung
karena masih kurang lengkap. Sarana prasarana ini
mencakup ruangan, sarana pendukung kerja dan
pembelajaran, kurikulum atau silabus, media, bahan
pustaka dan sarana pendukung lainnya. Ada hal-hal
yang belum bisa disediakan oleh sekolah namun tidak
menggangu jalannya proses belajar mengajar. Misalnya
media pembelajaran, ruangan praktek, buku-buku
panduan dan ruang bimbingan.
Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
guru akan menjadi efektif apabila didukung oleh sarana
pembelajaran yang tersedia. Sarana pembelajaran
merupakan imput yang sangat penting karena apabila
sarana tidak memadai akan menghambat kegiatan
belajar mengajar (syadid, 2011). Seturut dengan itupula
Djatmiko (2006) juga mengatakan bahwa sehebat
apapun guru dalam menguasai pengetahuan dan
teknologi, tanpa didukung oleh sarana prasarana yang
129
memadai maka hasil yang diharapkan tidak dapat
dicapai secara maksimum.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kelengkapan
sarana parasarana mampu menjadi faktor pendukung
penerapan dalam mengimplementasikan pembelajaran
dan hasil yang diharapkan. Oleh sebab itu sangat
penting bagi lembaga pendidikan untuk melengkapi
sarana prasarana di SD YPK Effata Waupnor dikatakan
masih perlu dilengkapi sarana prasarana agar proses
belajar mengajar dapat berjalan efektif.
4. Metode Pembelajaran
Sekolah Dasar YPK Effata Waupnor belum dapat
mengimplementasikan pembelajaran dengan efektif,
salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi
adalah metode yang di selenggarakan dalam proses
pembelajaran yang dipandang masih belum efektif.
Indikasi ke arah sana tampak dengan adanya guru yang
masih banyak terjebak dalam praktek pembelajaran yang
cenderung membosankan bahkan membuat siswa
menjadi tertekan. Dalam berinteraksi dengan siswa,
posisi guru terasa masih sangat dominan, sementara
siswa cenderung berada dalam posisi yang tidak berdaya.
130
Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan
tampak kurang bervariasi, biasanya hanya
mengandalkan dalam bentuk ceramah yang membuat
siswa menjadi malah terkantuk-kantuk. Hal tersebut
terindikasi bahwa guru masih belum mampu atau masih
terjebak dengan penggunaan metode dalam proses
belajar mengajar (Ahmad Sudrajat, 2008).
5. Media Pembelajaran dalam Bentuk Gambar
Dalam suatu proses belajar mengajar, ada satu
unsur yang sangat penting adalah media pengajaran.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai,
meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung. Meskipun
demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi
utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
SD YPK Effata Waupnor memyediakan media
pembelajaran yang masih dalam kondisi yang baik dan
menjadi sarana pendukung dalam proses belajar.
Misalnya papan tulis dan kapur yang disediakan untuk
setiap kelas, alat musik guitar yang digunakan saat
131
molok seni budaya, seperangkat komputer itu hanya
dipakai oleh guru yang bisa mengoperasikannya dan bagi
guru kelas kecil hanya bisa menyesuaikan, sering
menggunakan media manual yaitu menggambar di
papan tulis, tetapi masih ada kesulitan dalam dan
hambatannya, misalnya dalam menjelaskan nama simbol
yang ditulis, syair lagu yang dinyanyikan dan bentuk
gambar yang dapat diartikan sebagai pengetahuan bagi
siswa. Misalnya gambar: benda, buah tumbuhan dan
lain-lain yang ada di lingkungan sekitar.
Penggunaan media pendidikan dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga
pembelajaran lebih bermakna bagi berbagai kemampuan
siswa (Azhar Arsyad, 2002).
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan media pendidikan dalam
pembelajaran akan lebih mempunyai makna bagi
berbagai kemampuan siswa baik kognitif, afektif ataupun
psikomotoriknya, sehingga dengan penggunaan media
pendidikan dalam proses belajar mempunyai dampak
yang positif terhadap kemampuan siswa. Selanjutnya
media pembelajaran yang digunakan dalam sebuah
pembelajaran dapat meningkatkan daya tarik siswa
terhadap pelajaran yang disampaikan, hal itu
disebabkan jika dalam proses pembelajaran dengan
132
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang di ajarkan, maka siswa akan memiliki
pandangan serta pengetahuan yang lebih konkrit dan
dapat digunakan sebagai alat pengingat bagi siswa.
Media pembelajaran dapat meningkatkan daya tarik
sehingga dapat memberikan rangsangan untuk belajar
hal ini di sebabkan karena materi pelajaran di kemas
dalam bentuk lain dari biasanya yaitu dengan
menggunakan media, maka dengan begitu daya tarik
siswa akan meningkat terhadap pelajaran, jika sudah
tertarik mereka akan mempunyai motivasi untuk belajar
karena motivasi sangat berpengaruh dalam pencapaian
hasil belajar pada seorang siswa. Media pembelajaran
dapat di pakai sesuai dengan kebutuhan baik oleh
pengajar ataupun oleh siswa, maksudnya adalah
penggunaan media dapat digunakan dan di sesuaikan
dengan materi yang berkaitan sehingga dapat
memperjelas penyajian materi yang di sampaikan oleh
pengajar sedangkan siswa juga dapat menggunakan
media pendidikan sebagai sarana penunjang belajar.
Secara umum, manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara
guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih
efektif dan efisien. Seperti dikata : Kemp dan Dayton
(1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat
media dalam pembelajaran yaitu: 1). Penyampaian
133
materi pelajaran dapat diseragamkan, 2). Proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, 3). Proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4). Efisiensi dalam
waktu dan tenaga, 5). Meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa.
4.4.3 Evaluasi Program Pembelajaran
Menurut Mulyasa (2008), pelaksanaan program
pembelajaran adalah suatu proses penerapan ide,
konsep dan kebijakan aktivitas pembelajaran sehingga
peserta didik menguasai kompetensi tertentu sebagai
interaksi dengan lingkungan dimana proses belajar
mengajar terjadi dan akan berdampak pada beberapa
aktivitas dalam proses ini yang berpengaruh pada hasil.
Dalam memberikan perhatian guru hanya
melakukan beberapa variasi dalam pembelajaran
berdasarkan kondisi dan kebutuhan kelas masing-
masing. Misalnya dalam hal pengenalan konsep kepada
anak dilakukan sesuai keadaan bakat minat siswa dalam
melalui menggambar, menghitung dalam bahasa biak
secara bersama-sama dan juga seperti belajar seni
budaya, ketrampilan daerah, bernyanyi dan lain–lain
sehingga guru perlu memberi perhatian yang sama.
Namun untuk hal pengembangan bakat ketrampilan dan
membuat gambar-gambar ukiran atau simbol-simbol
budaya daerah dan membaca itu guru harus
134
memberikan perhatian secara individual. Begitupun
dalam organisasi dikelas guru juga banyak
menggunakan perintah supaya anak dapat
mendengarkan apa yang disampaikan. Ada guru yang
memberi motivasi kepada anak, misalnya menggunakan
inisiatif atau ide anak dan memuji saat berhasil
menjawab atau melakukan tugas. Tetapi ada juga guru
yang tidak melakukan itu.
Dalam menciptakan iklim belajar pun guru harus
banyak aktif sehingga bisa mendapat respon dari siswa
saat proses belajar mengajar terjadi, guru harus memberi
pendekatan-pendekatan yang dapat membuat anak
bersemangat dan berminat untuk mengikuti pelajaran
dikelas. Dari apa yang dipaparkan diatas, terhadap
kegiatan yang dilakukan para guru di SD YPK Effata
Waupnor pada saat pembelajaran maka dapat dikatakan
guru menanamkan konsep dengan tetap memperhatikan
kenyamanan anak dalam belajar. Hal tersebut seperti
beberapa pendekatan sebagai salah satu model
pembelajaran bagi siswa yang ditulis Rusman (2012)
dalam bukunya Killen, Roy dalam bukunya yang
berjudul Effective Teaching Strategies mengemukakan
bahwa ada dua pendekatan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada guru (teacher centered approach) dan
135
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
(student centered approach). Pendekatan pembelajaran
berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan
kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini
guru menempatkan diri sebagai orang yang serba tahu
dan sebagai satu-satunya sumber belajar. Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru memiliki ciri
bahwa manajemen dan pengelolaan pembelajaran
ditentukan sepenuhnya oleh guru. Peran siswa pada
pendekatan ini hanya melakukan aktivitas sesuai dengan
petunjuk guru. Siswa hampir tidak memiliki kesempatan
untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan
keinginannya. Selanjutnya pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (derect instruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pada strategi ini
peran guru sangat menentukan baik dalam pilihan isi
atau materi pelajaran maupun penentuan proses
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berorientasi
pada siswa adalah pendekatan pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, menejemen, dan pengelolaannya
ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini siswa
memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan
136
kreatifitas dan mengembangkan potensinya melalui
aktifitas secara langsung sesuai dengan minat dan
keinginannya. Pendekatan ini, selanjutnya menurunkan
trategi pembelajaran discovery dan inkuiry serta strategi
pembelajaran induktif, yaitu pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Pada strategi ini peran guru lebih
menempatkan diri sebagai fasilitator, pembimbing
sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih terarah.
Jadi fungsi Pendekatan Pembelajaran adalah sebagai
pedoman umum dalam menyusun langkah-Iangkah
metode pengajaran yang akan digunakan. Hal yang sama
dikutip Wina sanjaya dari J.R David, strategi diartikan
sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particuler educational goal. Jadi dengan
demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
4.4.4 Hasil Pembelajaran
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan
diatas tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
maka yang terakhir adalah Hasil terhadap empat hal
tersebut. Ada dua hal yang patut di cermati dari
pengertian diatas. Pertama, strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
137
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Sehingga nantinya dapat memberi hasil pembelajaran
yang Optimal pada prestasi belajar siswa. Dari data yang
didapatkan mengenai hasil ini, ada beberapa tujuan
pemebelajaran yang tidak bisa dicapai. SD YPK Effata
Waupnor sendiri tidak melakukan tindak lanjut, berarti
mengenai hal tersebut karena ada tiga hal yang yang
harus dibenahi: pertama standar kurikulum/program
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
mulok bahasa daerah ini belum baku, sehingga guru
tidak dapat mengembangkannya dalam proses belajar
mengajar yang tentunya anak didik tidak bisa menerima
dengan sepenuhnya. Kedua Sekolah kurang
membudayakan bahasa daerah dalam kehidupan anak
didik setiap hari disekolah dan tidak mendudukung.
Akibatnya anak tidak terlalu fokus dan berminat untuk
mengikuti pelajaran mulok bahasa daerah Biak karena
pelaksanaannya tidak efektif dan kurang menyenangkan.
Ketiga kemampuan guru dalam mengajar mulok tersebut
belum efektif sehingga untuk menilai kemampuan atau
keberhasilan anak dalam belajar belum baik dan biasa-
biasa saja.
138
Hasil temuan diatas tentu mempengaruhi pula
tercapainya salah satu misi SD ini yaitu membuat proses
belajar mengajar di sekolah ini menjadi pembelajaran
yang afektif, kreatif dan menyenangkan. Hal ini
mengakibatkan siswa tidak bisa mengembangkan minat
dan dalam menyerap dan mempraktekkan nilai-nilai
luhur budayanya sendiri dalam bidang seni, tari dan
bahasa daerah yang sendiri, seperti yang dikatakan oleh:
Burhanuddin dan Sumiati (2011) tentang pilar-pilar
pendidikan menurut UNESCO (United Nation for
Education, Scientific, and Cultural Organization), yaitu: (1)
learning to know; (2) learning to do; (3) learning to be; dan
(4) learning how to live together.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Empat
pilar pendidikan tersebut memberikan implikasi bahwa
hasil pendidikan dewasa ini diarahkan untuk dapat
menghasilkan manusia yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan dan disesuaikan dengan
kondisi sekolah masing–masing. Sehingga guru sebagai
perancang dan penyedia materi ajar dituntut
memberikan bahan–bahan yang sesuai dan bisa
memenuhi tuntutan perubahan tersebut tetapi juga
didukung oleh peraturan daerah seperti dalam
PERDASUS Papua Tahun 2006 No, 05 pasal 30 tentang
pengembangan kurikulum muatan lokal Bahasa Daerah.
139
Dengan demikian kesimpulannya bahwa hasil
penelitian ini dapat dikatakan bahwa Manajmen
Perencanaan pembelajaran Mulok Bahasa Daerah yang
dilaksanakan di SD YPK Effata Waupnor sepenuhnya
belum mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan.
Kurikulum SD ini masih perlu dikembangkan dan buat
buat ulang untuk meningkatkan pendidikan khusus
pada pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak.
Sehingga dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan
sekolah tetapi juga dalam perkembangan dan kemajuan
selanjutnya yaitu dapat mengimplementasikan nilai-nilai
dan kekayaan budayanya. Namun dilihat dari hasilnya
belum maksimal, maka timbul pertanyaan apakah dalam
penerapan pembelajaran tersebut anak telah distimulasi
dengan baik sesuai kebutuhannya untuk mengembang
dan anak telah siap untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya.
Melihat dari alasan-alasan yang telah tersebutkan,
maka akan lebih baik lagi bila SD ini juga bisa menindak
lanjuti hasil-hasil yang selama ini masih kurang dan
belum diperoleh. Dimana ada kesenjangan antara hasil
yang diperoleh dengan hasil yang direncanakan. Hal itu
bisa diartikan bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan
sesuai aturan yang berlaku dalam dunia pendidikan
misalkan pada perencanaan bahan ajar yang digunakan
140
sebagai pembelajaran itu sendiri, proses dalam
mengimplementasikannya ataupun faktor-faktor lain.
Sehingga dapat mengambil tindakan dalam memperbaiki
ataupun membuat perubahan yang sesuai untuk
mengatasi kesenjangan tersebut.
Berdasarkan semua hasil pembahasan dalam
konteks perencanaan pembelajaran, pelaksanaan,
evaluasi dan hasil perencanaan pelaksanaan
pemebelajaran tersebut diatas maka peneliti merangkum
apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam Manajemen pembelajaran muatan lokal Bahasa
Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak
Numfor (Papua). Faktor yang perlu menjadi perhatian
sehingga tidak menghambat tetapi mendukung
pelaksanaan pendidikan dan perlu di tingkatkan dan
ditinjau ulang maupun dirubah dan diperbaiki.
Sekolah merupakan unit organisasi yang berada
dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-
program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan
Demikian pula pribadi yang ada dalam sekolah hidup
dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar
mereka dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan
lingkungannya. Murid merupakan bagian integral dari
masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan
program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik
141
pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan
kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk
dan mengintegrasikan pribadi kepada masyarakat.
Kemudian Pengakuan atas perbedaan berarti pula
memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa
yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus
merupakan program pendidikan yang bersifat luwes,
yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan
minat dan kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidik
pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan
lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi ke arah
kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Dengan memperhatikan tujuan serta fungsi
muatan lokal berarti muatan lokal mempunyai
kedudukan yang penting dan strategis, yaitu sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam KTSP dan
merupakan salah satu komponen KTSP. Adapun ruang
lingkup muatan lokal yang dikemukakan oleh Pusat
Kurikulum Balitbang Kemdiknas (2006) adalah bahwa
Keadaan daerah merupakan segala sesuatu yang berada
di daerah tertentu yang berkaitan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial-
budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang
diperlukan oleh masyarakt di suatu daerah khususnya
untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf
142
kehidupan masyarakat tersebut yang disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah
yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut
misalnya kebutuhan untuk: 1) Melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah, 2) Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah. 3) Meningkatkan
penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan seharihari,
dan menunjang pemberdayaan individu dalam
melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
4) Meningkatkan kemampuan berwirausaha. 5) Lingkup
isi/jenis muatan lokal, lingkup isi/jenis muatan lokal
dapat berupa; bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian
daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat
istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas
lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap
perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Beberapa hal yang menjadi penghambat dalam
program perencanaan pembelajaran mulok Bahasa
Daerah di SD YPK Effata Waupnor terlihat pada : kurang
seriusnya para pendidik dalam mengimplementasikan
pembelajaran Mulok tersebut, perhatian dari pemrintah
kurang begitu terarh sesuai dengan visi misinya hanya
mengejar target program kerja dan kurang fokus pada
tujuan pendidikan itu sendiri, perencanaan
143
pembelajaran atau silabus belum sesuai dengan tingkat
kebutuhan belajar anak, lingkungan sosial belajar anak
belum terlalu menunjang pelaksanaan belajar. Pada
aspek input adalah sekolah belum mampu menyediakan
ataupun mengusahakan sarana prasarana sehingga
motivasi belajar anak belum berkembang dengan baik.
Selanjutnya dari pelaksanaannya, bahwa kompetensi
beberapa guru belum terpenuhi dengan baik belum
dapat menjalankan tugasnya dengan baik pula sebagai
motivator anak dalam berinteraksi dengan anak, dan
masih menggunakan media yang gambar-gambar
manual sebagai salah satu alat peraga dalam
pembelajaran namun terkadang guru masih mengalami
kesulitan dalam hal menanjemen waktu dan
menyediakan bahan untuk materi belajar tertentu. Dan
terakhir aspek hasil adalah belum adanya tindak lanjut
yang serius dalam meresponi kesenjangan dari pada
hasil pembelajaran yang direncanakan dengan hasil yang
didapatkan sehingga tidak ada perubahan dan hasil yang
optimal dalam melakukan penilaian terhadap apa yang
dilakukan berdasarkan hasil tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat
dipahami bahwa masih perlu pembenahan, perlu
kearifan dari semua stacke holder yang terkait dalam
mengembangkan dan ingin memajukan pendidikan di
144
daerah agar pembangunan dan mutu pendidikannya
berkualitas guna kemajuan generasi muda tetapi juga
bagi daerahnya.