bab iv hasil penelitian 4.1. gambaran umum rumah sakitrepository.helvetia.ac.id/1025/3/bab iv - bab...

39
70 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simeulue di mulai sejak tahun 2002, peletakan batu pertama dilakukan oleh Wakil Presiden RI Bapak Hamzah Haz pada tanggal 15 Januari 2002, dilanjutkan dengan peresmian pelayanan RSUD Simeulue yang menggunakan Puskesmas Simeulue Timur sebagai tempat pelayanan RSUD Simeulue oleh Ketua DPRD Aceh Bapak Muhammad Yus pada tanggal 5 April 2002. Rumah Sakit Daerah Simeulue mulai di bangun tahun 2002 diatas areal seluas 3,880 hektar are dengan menggunakan dana APBD dan APBN selama 3 tahun anggaran dan pada tanggal 28 Agustus 2004 gedung RSUD Simeulue selesai di bangun dan di resmikan oleh Menteri Kesehatan RI Bapak Dr.Achmad Sujudi, sekaligus penetapan RSUD Simeulue sebagai rumah sakit kelas C dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1149/ MENKES /SK /VIII/2003. Kabupaten Simeulue yang terletak di tengah Samudera Hindia dengan luas wilayah 2125,12 km persegi terdiri dari 10 kecamatan dan 138 Desa dengan jumlah penduduk 86.154 jiwa, letak pulau yang terpisah jauh dari pulau Sumatera, namun saat ini dengan sarana jalan yang sudah memadai dan dapat terjangkau dengan roda 2 dan roda 4 keseluruh Kecamatan adalah merupakan salah satu terobosan pembangunan, sehingga masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut.

Upload: others

Post on 25-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 70

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simeulue di mulai sejak tahun 2002,

    peletakan batu pertama dilakukan oleh Wakil Presiden RI Bapak Hamzah Haz pada

    tanggal 15 Januari 2002, dilanjutkan dengan peresmian pelayanan RSUD Simeulue

    yang menggunakan Puskesmas Simeulue Timur sebagai tempat pelayanan RSUD

    Simeulue oleh Ketua DPRD Aceh Bapak Muhammad Yus pada tanggal 5 April

    2002. Rumah Sakit Daerah Simeulue mulai di bangun tahun 2002 diatas areal seluas

    3,880 hektar are dengan menggunakan dana APBD dan APBN selama 3 tahun

    anggaran dan pada tanggal 28 Agustus 2004 gedung RSUD Simeulue selesai di

    bangun dan di resmikan oleh Menteri Kesehatan RI Bapak Dr.Achmad Sujudi,

    sekaligus penetapan RSUD Simeulue sebagai rumah sakit kelas C dengan

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1149/ MENKES /SK

    /VIII/2003.

    Kabupaten Simeulue yang terletak di tengah Samudera Hindia dengan luas

    wilayah 2125,12 km persegi terdiri dari 10 kecamatan dan 138 Desa dengan jumlah

    penduduk 86.154 jiwa, letak pulau yang terpisah jauh dari pulau Sumatera, namun

    saat ini dengan sarana jalan yang sudah memadai dan dapat terjangkau dengan roda

    2 dan roda 4 keseluruh Kecamatan adalah merupakan salah satu terobosan

    pembangunan, sehingga masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan untuk

    mengakses pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut.

  • 71

    4.1.1. Visi dan Misi

    Visi:

    Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Secara Cepat, Tepat dan Berkualitas

    Misi:

    1. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan

    2. Membangun Sistem Manajemen Rumah Sakit yang Baik

    3. Membangun komunikasi yang intens baik secara internal maupun eksternal

    4. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia sesuai dengan kompetensi dan

    profesi masing – masing tenaga

    5. Menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam rangka

    meningkatkan pelayanan baik Preventif, Promotif dan Rehabilitatif.

    4.1.2. Tugas pokok dan Fungsi

    Dalam melaksanankan pelayanan, RSUD Simeulue berusaha dengan

    maksimal serta penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sehingga tercapai

    pelayanan yang maksimal bagi masyarakat yang berobat dilingkungan RSUD

    Simeulue.

    Fungsi

    1. Menyelenggarakan pelayanan medis

    2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis

    3. Menyelenggaran pelayanan rujukan

    4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

    5. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

    6. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

  • 72

    Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue telah dilengkapi Dokter Spesialis

    yang definitif yakni Dokter spesialis Obgyn, Dokter Spesialis Anak, Dokter

    Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Syaraf dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam

    yang merupakan tenaga tetap, sementara Dokter Spesialis Paru, Spesialis Jiwa,

    Spesialis Patologi Klinis, spesialis Anastesi dan Spesialis Radiologi adalah

    merupakan tenaga Kontrak

    4.1.3. Fasilitas

    Fasilitas yang ada di RSUD Simeulue saat ini adalah:

    A. Rawat Jalan

    1. Poliklnik Penyakit Dalam

    2. Poliklinik Bedah

    3. Poliklinik Obgyn

    4. Poli klinik Anak

    5. Poliklinik Neurologi

    6. Poliklinik Gigi

    7. Poliklinik Mata

    8. Poliklinik THT

    9. Poliklinik Paru

    10. Poliklinik Jiwa

    B. Rawat Inap

    1. Ruang Rawat Penyakit Dalam

    2. Ruang Rawat Bedah

    3. Ruang Rawat Obgyn

  • 73

    4. Ruang Rawat anak

    5. Ruang Rawat Perinatologi

    6. Ruang Rawat Inap Neurologi

    7. Ruang Rawat ICU

    8. Ruang Rawat Jiwa

    9. Ruang Rawat KLS I

    10. Kamar Bersalin

    4.2. Karakteristik Responden

    Distribusi frekuensi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis

    kelamin, pedidikan dan lama bekerja.

    4.2.1. Umur Responden

    Umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Staf Penunjang Medis di

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    Kelompok Umur n % 1

    2

    27 - 30 Tahun

    31 - 33 Tahun

    15

    7

    45,5

    21,2

    3 4

    5

    6

    34 - 36 Tahun 37 - 40 Tahun

    41- 43 Tahun

    44 - 46 Tahun

    3 3

    1

    4

    9,1 9,1

    3,0

    12,1

    Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.1 dari 33 responden mayoritas umur responden 27-30

    tahun yakni sebanyak 15 (45,5%) orang, sedangkan umur lebih sedikit yakni 41-43

    sebanyak 1 (3,0%) orang.

  • 74

    4.2.2. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin dapat di lihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Staf Penunjang

    Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun

    2018

    No Jenis Kelamin n %

    1 Laki-Laki 15 45,5 2 Perempuan 18 54,5

    Total 33 100 Sumber : Data Primer

    Berdasarkan Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa staf penunjang medis sebanyak

    18 responden (54,5%) adalah perempuan dan laki laki sebanyak 15 responden (

    45,5%).

    4.2.3. Pendidikan Responden

    Pendidikan Responden dapat dilihat pada Tabel 4.3

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Staf Penunjang

    Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue

    Tahun 2018 No Pendidikan n %

    1

    2 SMA/SMK D-III

    5

    19

    15,2

    57,6 3

    4 S1

    S2

    6

    3

    18,2

    9

    Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.3 distribusi pendidikan sebanyak 19 responden (57.6%),

    D-III dan yang paling sedikit pendidikan S2 sebanyak 3 responden (9)%).

  • 75

    4.2.4. Lama Tugas

    Lama bertugas di bagian Penunjang medik dapat di lihat pada Tabel 4.4

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Lama Bertugas Staf Penunjang Medis di

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    No Lama bertugas n %

    1 < 1 Tahun 6 18,2 2

    3

    1 - 5 Tahun

    > 5 Tahun 20

    7

    60,6

    21,2

    Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.4. memperlihatkan dari 33 responden bahwa 20

    responden (60,6%) lama bertugas 1 - 5 Tahun, > 5 tahun sebanyak 7 responden dan

    < 1 tahun sebanyak 6 responden (18,2%)

    4.3. Analisis data Univariat.

    4.3.1. Kemampuan/Kompetensi

    Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kemampuan

    /Kompetensi

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Ya Tidak

    n % n % n %

    1 Apakah saudara mampu menyusun

    rencana kerja yang telah ditetapkan 16 48,4 17 52,6 33 100

    2 Apakah saudara mampu melaksanaan

    disetiap bidang tugas yang diberikan 15 45,4 18 55,6 33 100

    3 Apakah saudara mampu berkompoten

    di bagian penunjang medik walaupun

    bukan bidang pendidikan anda

    14 42,4 19 48,6 33 100

    4 Apakah saudara mampu mengevaluasi

    hasil laporan 11 33,3 22 66,7 33 100

    5 Apakah saudara mampu memotivasi

    bawahan dan memberikan

    penghargaan berupa reward.

    14 42,4 19 48,6 33 100

    6 Apakah saudara mampu

    mengkoordinir kegiatan inventarisasi

    yang meliputi keputuhan pelayanan

    penunjang medis dan non medis

    16 48,4 17 52,6 33 100

  • 76

    7 Apakah saudara mampu menganalisis

    kebutuhan berdasarkan masukan dari

    unit kerja

    15 45,4 18 55,6 33 100

    8 Apakah saudara mampu/kompoten

    mengkoordinasi yang meliputi

    perencanaan pengadaan kebutuhan di

    unit kerja

    17 51,5 16 48,5 33 100

    Tabel 4.6 Distribusi Kemampuan/Kompetensi Penunjang Medis di

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun

    2018.

    No Kemampuan/Kompetensi n %

    1 Baik 15 45,5

    2 Kurang Baik 18 54,5 Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.6 dari 33 responden yang kemampuan/kompetensi baik

    sebanyak 15 (45,5%) responden, yang kurang baik sebanyak 18 (54,5%) responden.

    4.3.2. Pengalaman

    Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengalaman

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Ya Tidak

    n % n % n %

    1 Apakah saudara sebelumnya pernah

    menyusun rencana kerja disalah satu

    bidang program

    8 24,2 25 75,8 33 100

    2 Apakah saudara sebelumnya pernah

    mengevaluasi satu program dalam

    pelaksanaan yang berdasarakan hasil

    laporan dilapangan

    6 18,1 27 81,9 33 100

    3 Apakah saudara sebelumnya pernah

    melaksanakan koordinir pada salah

    satu unit kerja

    13 39,3 20 60,7 33 100

    4 Apakah saudara pengalaman sesuai

    dengan bidang kerja sekarang 11 33,3 22 66,7 33 100

    5 Apakah dengan pengalaman saudara

    dapat meningkatkan kinerja seseorang 18 54,5 15 45,5 33 100

  • 77

    Tabel 4.8 Distribusi Pengalaman Penunjang Medis di Rumah Sakit

    Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018.

    No Pengalaman n %

    1 Ada 18 54,5

    2 Tidak Ada 15 45,5 Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.8 dari 33 responden yang kategori ada pengalaman

    sebanyak 18 (54,5%) responden, yang kategori tidak ada pengalaman sebanyak 15

    (45,5%) responden.

    4.3.3. Kepemimpinan

    Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang

    Kepemimpinan

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Ya Tidak

    n % f % f %

    1 Seorang pimpinan/atasan harus tegas dan

    disiplin serta paham tugas dan fungsi

    masing-masing stafnya

    8 24,2 25 75,8 33 100

    2 Pimpinan boleh saja menempatkan staf

    dibidang yang walaupun tidak sesuai

    dengan latar belakang pendidikannya

    7 21,3 26 78,7 33 100

    3 Pimpinan harus memahami kebutuhan

    staf dan mendengarkan keluhan mereka

    7 21,3 26 78,7 33 100

    4 Pimpinan harus turun langsung kesetiap

    ruangan untuk melihat pelaksaan tugas

    para stafnya

    9 27,3 24 72,7 33 100

    5 Karena Seorang pimpinan boleh saja

    memindahkan kan staf ke tempat yang di

    tunjuk, walaupun staf tersebut baru

    beberapa bulan di tempat yang lama.

    9 27,3 24 72,7 33 100

  • 78

    Tabel 4.10. Distribusi Kepemimpinan Penunjang Medis di Rumah Sakit

    Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    No Kepemimpinan n %

    1 Baik 12 36,3

    2 Kurang Baik 21 63,7 Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.10 dari 33 responden yang kepemimpinan kategori baik

    12 responden (36,4%) dan kepemimpinan kategori kurang baik sebanyak 21

    responden (63,7%).

    4.3.4. Kebijakan Promosi

    Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kebijakan

    Promosi

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Ya Tidak

    n % n % n %

    1 Apakah ada kebijakan promosi dari

    pimpinan dalam upaya meningkatkan

    kinerja para staf

    17 51,5 16 48,5 33 100

    2 Apakah ada kebijakan promosi yang

    sudah dijadikan salah satu cara menilai

    kinerja staf bagian penunjang medis

    17 51,5 16 48,5 33 100

    Tabel 4.12. Distribusi Kebijakan Promosi Penunjang Medis di Rumah Sakit

    Umum Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    No Kebijakan Promosi n %

    1 Ada 17 51,5

    2 Tidak Ada 16 48,5 Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.12 dari 33 responden yang kebijakan promosi kategori

    ada sebanyak 17 responden (51,5%) dan kategori tidak ada sebanyak 16 orang

    (48,5%).

  • 79

    4.3.5. Motivasi

    Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Motivasi

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Ya Tidak

    n % n % n %

    1 Apakah saudara termotivasi dengan

    volume pekerjaan yang tinggi, dapat

    memacu anda untuk berprestasi lebih

    baik.

    9 27,3 24 72,7 33 100

    2 Apakah saudara termotivasi dalam

    melaksanakan tugas pencapaian yang

    sesuai target capaian SPM pelayanan di

    bidang penunjang medik

    13 39,3 20 60,7 33 100

    3 Apakah saudara termotivasi dalam

    melaksanakan dan menyusun rencana

    kerja berdasarkan peraturan yang

    berlaku untuk pedoman pelaksanaan

    tugas penunjang medis

    12 36,3 21 63,7 33 100

    4 Apakah saudara selalu memiliki sikap

    pribadi penuh tanggung jawab dalam

    melaksanakan tugas kedinasan lain

    yang diberikan oleh Direktur/Wakil

    Direktur.

    9 27,3 24 72,7 33 100

    Tabel 4.14. Distribusi Motivasi Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum

    Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    No Motivasi n %

    1 Baik 13 39,4

    2 Kurang Baik 20 60,6

    Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.14 dari 33 responden yang motivasi kategori baik

    sebanyak 13 (39,4%) responden, dan yang motivasi kategori kurang baik sebanyak

    20 (60,6%) responden.

  • 80

    4.3.6. Kinerja Penunjang Medis

    Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kinerja

    Penunjng Medis

    No Pernyataan

    Jawaban Total

    Ya Tidak

    n % n % n %

    1 Apakah ada melakukan rencana kerja

    berdasarkan peraturan yang berlaku

    untuk pedoman pelaksanaan tugas

    21 63,7 12 36,3 33 100

    2 Apakah ada melakukan pembagian

    tugas para staf yang disesuaikan pada

    masing-masing seksi bagian.

    22 66,7 11 33,3 33 100

    3 Apakah ada memberikan

    arahan/petunjuk kepada staf tugas

    yang akan dilaksanakan

    17 51,5 16 48,5 33 100

    4 Apakah ada melakukan pengawasan

    dan mengevaluasi secara langsung

    hasil laporan para staf

    17 51,5 16 48,5 33 100

    5 Apakah ada melakukan tindakan

    berupa pemberian reward untuk

    memotivasi para staf

    21 63,7 12 36,3 33 100

    6 Apakah ada melakukan koordinir

    inventerisasi sarana dan prasana

    kebersihan dan kerapihan ruangan

    yang anda tepati

    22 66,7 11 33,3 33 100

    7 Apakah ada melakukan pengawasan

    dalam menganalisis kebutuhan

    diberbagai unit kerja

    20 60,7 13 39,3 33 100

    8 Apakah ada melakukan peninjauan

    pengembangan pengadaaan sarana

    dan prasarana di berbagai unit kerja

    23 69,7 10 30,3 33 100

    9 Apakah ada melakukan pengawasan

    penggunaan sarana prasarana agar

    tepat sasaran

    25 75,8 8 24,2 33 100

    10 Apakah ada melakukan koordinasi

    dengan instansi terkait untuk

    penyesuaian pelaksanaan kegiatan

    16 48,4 17 52,6 33 100

    11 Apakah ada melakukan koordinasi

    dengan instansi terkait untuk

    penyesuaian pelaksanaan kegiatan

    19 57,5 14 42,5 33 100

  • 81

    Tabel 4.16. Distribusi Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum

    Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2018.

    No Kinerja n %

    1 Baik 16 48,5

    2 Kurang Baik 17 51,5

    Total 33 100

    Berdasarkan tabel 4.16 dari 33 responden yang kinerja kategori baik

    sebanyak 16 (48,5%) responden, dan yang kinerja kategori kurang baik sebanyak

    17 (51,5%) responden.

    4.4. Analisis Data Bivariat

    Dilakukan sesudah analisis univariat, dilakukan terhadap dua variabel yang

    diduga berhubungan atau korelasi, yakni untuk mengetahui hubungan antara

    variabel bebas dengan variabel terikat.

    4.4.1. Hubungan Kemampuan/Kompotensi dengan Kinerja Penunjang Medis.

    Hubungan antara kemampuan/keterampilan dengan kinerja penunjang

    medis, dapat dilihat pada Tabel 4.17

    Tabel 4.17 Tabulasi Silang Hubungan Kemampuan/Kompotensi dengan

    Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah

    Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    Kemampuan/ Kompotensi

    Kinerja Penunjang Medis Total p-value

    No Kurang Baik Baik

    n % n % n %

    1

    2

    Kurang Baik

    Baik

    13 4

    72,2 26,7

    5 11

    27,8 73,3

    18 15

    100 0.015 100

    Total 17 51,5 16 48,5 33 100%

    Berdasarkan analisis Tabel 4.17 bahwa dari 33 responden terdapat sebanyak

    18 responden yang mempunyai kemampuan/kompetensi kurang baik sebagian

    besar kinerjanya kurang baik yaitu sebanyak 13 responden (72,2%) dan yang baik

  • 82

    sebanyak 5 responden (27,8%) dan dari 15 responden yang mempunyai

    kemampuan/kompetensi yang baik sebagian besar kinerjanya kurang baik sebanyak

    4 responden (26,7%) dan baik yaitu sebanyak 11 responden (73,3%).

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,015 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara kemampuan/kompetensi dengan kinerja penunjang medis.

    4.4.2. Hubungan Pengalaman dengan Kinerja Penunjang Medis

    Hubungan antara Pengalaman dengan kinerja penunjang medis, dapat dilihat

    pada Tabel 4.18.

    Tabel 4.18 Tabulasi Silang Hubungan Pengalaman dengan Kinerja

    Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah

    Kabupaten Simeulue Tahun 2018

    Pengalaman

    Kinerja Penunjang Medis Total p-value No Kurang Baik Baik

    n % n % n %

    1

    2

    Tidak Ada

    Ada

    13

    4

    86,7

    22,2

    2

    14

    13,3

    77,8

    15 18

    100 0.000

    100

    Total 17 51,5 16 48,5 33 100%

    Berdasarkan analisis Tabel 4.18 bahwa dari 33 responden terdapat 15

    responden yang mempunyai pengalaman tidak ada sebagian besar kinerjanya

    kurang baik yaitu sebanyak 13 responden (86,7%) dan yang baik sebanyak 2

    responden (13,3%) dan dari 18 responden yang pengalamannya ada sebagian besar

    kinerjanya kurang baik sebanyak 4 responden (22,2%) dan yang baik yaitu

    sebanyak 14 responden (77,8%).

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara pengalaman dengan kinerja penunjang medis.

  • 83

    4.4.3. Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Penunjang Medis

    Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja penunjang medis, dapat

    dilihat pada Tabel 4.19

    Tabel 4.19 Tabulasi Silang Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja

    Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

    Simeulue Tahun 2018

    Kepemimpinan

    Kinerja Penunjang Medis Total p-value

    No Kurang Baik Baik

    n % n % N %

    1

    2

    Kurang Baik

    Baik

    14 3

    66,7 25

    7 9

    33,3 75

    21 12

    100 0.032 100

    Total 17 51,5 16 48,5 33 100%

    Berdasarkan analisis Tabel 4.19 bahwa dari 33 responden terdapat 21

    responden yang mengatakan kepemimpinan kurang baik sebagian besar kinerjanya

    kurang baik yaitu sebanyak 14 responden (66,7%) dan yang baik sebanyak 7

    responden (33,3%) dan dari 12 responden yang mengatakan kepemimpinan baik

    sebagian besar kinerjanya kurang baik yaitu sebanyak 3 responden (25%) dan yang

    baik sebanyak 9 responden (75%).

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,032 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja penunjang medis.

    4.4.4. Hubungan Kebijakan promosi dengan Kinerja Penunjang Medis

    Hubungan Kebijakan promosi dengan kinerja penunjang medis dapat dilihat

    pada Tabel 4.20

  • 84

    Tabel 4.20 Hubungan Kebijakan promosi dengan Kinerja Penunjang

    Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue

    Tahun 2018

    Kebijakan promosi

    Kinerja Penunjang Medis Total p-value

    No Kurang Baik Baik

    n % n % N %

    1

    2

    Tidak Ada

    Ada

    13 4

    81,3 23,5

    3 13

    18,7 75,5

    16 17

    100 0.002 100

    Total 17 51,5 16 48,5 33 100%

    Berdasarkan analisis Tabel 4.20 bahwa dari 33 responden terdapat 16

    responden mengatakan kebijakan promosi tidak ada sebagian besar mempunyai

    kinerja kurang baik yaitu sebanyak 13 responden (81,3%) dan yang baik sebanyak

    3 responden (18,7%) dan dari 17 responden yang mengatakan kebijakan promosi

    ada sebagian besar mempunyai kinerja kurang baik yaitu sebanyak 4 responden

    (23,5%) dan yang baik sebanyak 13 responden (75,5%).

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,002 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara kebijakan promosi dengan kinerja penunjang medis.

    4.4.5. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Penunjang Medis

    Hubungan antara motivasi dengan kinerja penunjang medis, dapat dilihat

    pada tabel 4.21

    Tabel 4.21 Tabulasi Silang Hubungan Motivasi dengan Kinerja Penunjang

    Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue

    Tahun 2018

    Motivasi

    Kinerja Penunjang Medis Total p-value

    No Kurang Baik Baik

    n % n % N %

    1

    2

    Kurang Baik

    Baik

    15 2

    72 15,4

    5 11

    25 84,6

    20 13

    100 0.001 100

    Total 17 51,5 16 48,5 33 100%

  • 85

    Berdasarkan analisis Tabel 4.21 bahwa dari 33 responden terdapat 20

    responden yang mempunyai motivasi kurang baik sebagian besar kinerjanya kurang

    baik yaitu sebanyak 15 responden (72%) dan yang baik sebanyak 5 responden

    (25%) dan dari 13 responden yang mempunyai motivasi yang baik sebagian besar

    kinerjanya kurang baik yaitu sebanyak 2 responden (15,4%) dan yang baik

    sebanyak 11 responden (84,6%).

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,001 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara motivasi dengan kinerja penunjang medis.

    4.5. Analisis Data Multivariat

    Berdasarkan hasil analisis data bivariat, diketahui bahwa semua variablel

    independen layak dimasukkan jika nilai p-value < 0,25. Kelima variabel bebas

    layak dimasukkan dalam model analisis data multivariat karena mempunyai p-value

  • 86

    Tabel 4.23. Pseudo R Square Model Summary

    Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

    1 17.338a .577 .769

    a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than

    .001.

    Berdasarkan Tabel 4.23. Nilai R Square sebesar 0,769 dan Cox & Snell R

    Square 0,577 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen

    (kemampuan/kompetensi, pengalaman, kepemimpinan, kebijakan promosi dan

    motivasi) dalam menjelaskan variabel dependen kinerja penunjang medis sebesar

    0,769 atau 76,9% dan terdapat 100% - 76,9% = 23,1% faktor lain diluar model yang

    menjelaskan variable dependen seperti faktor sikap, faktor persepsi dll.

    Tabel 4.24. Classivication Result

    Observed Predicted

    Kinerja Percentage

    Correct

    Baik Kurang Baik

    Kinerja Baik 13 3 81.3

    Kurang Baik 4 13 76.5

    Overall Percentage 78.8

    a. The cut value is .500

    a. Berdasarkan Classification table kinerja penunjang medis yang dikategorikan

    baik sebanyak 13 + 3 = 16 responden. Yang benar-benar baik sebanyak 13

    responden, sedangkan 3 responden yang seharusnya kurang baik, namun

    dikategorikan menjadi baik. Kinerja penunjang medis yang dikategorikan

    kurang baik sebanyak 4 + 13 = 17 responden. Yang benar-benar kurang baik

    sebanyak 13 responden, sedangkan 4 responden yang seharusnya kurang baik,

    namun dikategorikan menjadi baik.

    b. Overall Percentage 78,8 yang berarti ketepatan model penelitian ini adalah

    sebesar 78,8%.

  • 87

    Berdasarkan Tabel 4.25 dapat dilihat bahwa proses seleksi dengan metode

    enter. Interpretasi data adalah variabel yang berpengaruh terhadap kepuasaan

    pasien rawat inap yaitu dapat dilihat dari kotak (Sig):

    1. Kemampuan/Kompetensi Exp (B) 24,307 yakni: kemampuan/kompetensi yang

    baik akan berpeluang meningkatkan kinerja penunjang medis 24,3 kali lebih

    baik dibandingkan dengan kemampuan/kompetensi yang kurang baik. Nilai p-

    value > 0,05 diperoleh (P=0,082 > 0,05) yang berarti tidak ada pengaruh

    kemampuan/kompetensi terhadap kinerja penunjang medis.

    2. Pengalaman Exp (B) 33,581 yakni: Pengalaman yang ada akan berpeluang

    meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 33,5 kali dibandingkan

    dengan pengalaman yang tidak ada. Nilai p-value < 0,05 diperoleh (P=0,035 <

    0,05) yang berarti ada pengaruh pengalaman terhadap kinerja penunjang medis.

    3. Kepemimpinan Exp (B) 0,133 yakni: pimpinan yang baik akan berpeluang

    meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 0,13 kali dibandingkan

    dengan pimpinan yang kurang baik. Nilai p-value > 0,05 diperoleh (P=0,238 >

    Tabel 4.25. Hasil Uji Regresi Logistic

    B Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

    Lower Upper

    Mampu 3.191 .082 24.307 .669 882.545

    Pengalaman 3.514 .035 33.581 1.275 884.350

    Kepemimpinan -2.021 .238 .133 .005 3.794

    KebPro 4.517 .038 91.562 1.281 6543.571

    Motivasi 1.437 .290 4.209 .293 60.405

    Constant -15.404 .020 .000

    a. Variable(s) entered on step 1: Mampu, Pengalaman, Kepemimpinan, KebPro, Motivasi.

  • 88

    0,05), yang berarti tidak ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja

    penunjang medis.

    4. Kebijakan promosi Exp (B) 91,562 yakni: kebijakan promosi yang ada akan

    berpeluang meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 91,5 kali

    dibandingkan dengan kebijakan promosi yang tidak ada. Nilai p-value < 0,05

    diperoleh (P=0,038 < 0,05), yang berarti ada pengaruh kebijakan promosi

    terhadap kinerja penunjang medis.

    5. Motivasi Exp (B) 4,209 yakni: motivasi yang baik akan berpeluang

    meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 4,2 kali dibandingkan

    dengan motivasi yang kurang baik. Nilai p-value > 0,05 diperoleh (P=0,290 >

    0,05), yang berarti tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja penunjang

    medis.

    Berdasarkan nilai β setiap variabel dalam model terbaik hasil analisis data

    multivariat, maka model persamaan yang terbentuk adalah sebagai berikut:

    y = α + βpengalaman+ βkebijakan promosi

    Y = -15.404+ 3.514X1 + 4.517X2 / 1 + (-15.404+ 3.514X1 + 4.517X2 )

    Y = -7.373/-7372

    Y = 1.000

    Staf penunjang medis yang pengalaman tidak ada, kebijakan promosi tidak

    ada 0,100 kali kurang baik terhadap kinerja penunjang medis.

  • 93

    BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1. Kinerja Penunjang Medis

    Organisasi penyelenggara kesehatan (Healthcare organizations /HCO)

    harus menyediakan pelayanan penunjang medik secara tepat, cepat dan biaya yang

    efektif. Organisasi penyelenggara kesehatan harus mengusahakan jumlah dan jenis

    pelayanan penunjang medik untuk pelayanan pada pasien. Pelayanan penunjang

    medik yang terlalu banyak, terlalu sedikit, kesalahan atau kualitas yang buruk pada

    piranti penunjang medik akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan secara

    umum dan mengakibatkan peningkatan biaya yang dikeluarkan. Optimalisasi

    pelayanan penunjang dilakukan dengan menyediakan kombinasi dan waktu

    pemeriksaan yang tepat, dan juga harus mempunyai kualitas yang bermutu dan

    biaya yang murah. Upaya penyelenggaraan pelayanan rumah sakit harus di lakukan

    untuk peningkatan mutu pelayanan medik baik melalui akreditasi, sertifikasi,

    ataupun proses peningkatan mutu lainnya. Bidang penunjang medik mempunyai

    tugas mengkoordinir dan melaksanakan pembinaan terhadap pelayanan penunjang

    medik dan non medik, dengan uraian tugasnya diantaranya adalah mengkoordinir

    semua kebutuhan penunjang medik dan non medik, melaksanakan pemantauan dan

    pengawasan serta evaluasi penggunaan fasilitas-fasilitas penunjang medik dan non

    medik serta melaksanakan pemantauan dan pengawasan. Peningkatan kualitas dan

    pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penyediaan

    sarana, prasarana, dan peralatan serta mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan

    keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif yang

  • 94

    menyangkut struktur, proses, outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut

    memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan untuk meningkatkan

    pelayanan pasien, dan memecahkan masalah sehingga pelayanan yang diberikan di

    rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna.

    Hasil dari analisis bahwa dari 33 responden yang kinerja kategori baik

    sebanyak 16 (48,5%) responden, dan yang kinerja kategori kurang baik sebanyak

    17 (51,5%) responden, hal ini dapat di capai dari kemampuan/kompetensi,

    pengalaman, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system) serta motivasi

    seseorang terhadap kinerja. Staf penunjang medis di rumah sakit Simeulue yang

    bekerja > 1-5 tahun sebanyak 20 orang, hal ini dapat mempengaruhi dari pada

    kinerja seseorang disuatu instansi, sebab hal yang berkepentingan dengan sistem

    pekerjaan dapat dikatakan mempunyai pengalaman dari waktu ke waktu. Usia yang

    < 30 tahun ada 15 orang, dengan usia yang masih dapat digolongkan usia produktif

    akan jauh lebih mudah dalam melakukan pekerjaan tersebut.

    Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan merupakan

    gabungan dari karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang. Kinerja adalah

    apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk hasil

    pencapaian seseorang dalam melakukan tugas. Komponen Penting Kinerja

    Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk

    mengidentifikasikan tingkat kinerjanya. Produktifitas kompetensi tersebut diatas

    dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk

    mencapai hasil kinerja (outcome). Memberikan kesempatan kepada staf untuk

    menyampaikan perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi

  • 95

    dua arah antara pimpinan dan staf. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara

    individu maupun dalam kelompok setinggi tingginya. Peningkatan prestasi kerja

    perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja staf, merangsang minat dalam

    pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.

    Chaeroniza (2014). Standard operating procedure (SOP) yang harus dicapai.

    Pada kebijakan pengorganisasian agar memberi pengarahan kepada pegawai agar

    mau bekerja sama dan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.

    Dilakukan perbaikan sistem pengawasan, agar pegawai mentaati peraturan

    organisasi dan bekerja sesuai rencana. Melaksanakan proses peningkatan

    keterampilan teknis, teori, konsep dan moral pegawai melalui pendidikan dan

    pelatihan. Membuat sistem imbal jasa sesuai dengan kemampuan organisasi dan

    hasil kerja bersama dan memberi penghargaan pada pegawai yang bekerja baik

    sehingga akan termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan organisasi.

    Zefri maulana (2016). Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui faktor-

    faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perawat dan penunjang medis pada

    Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Yunus Bengkulu dan (2) Mengetahui faktor

    manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja perawat dan

    penunjang medis pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Yunus Bengkulu.

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yaitu penelitian yang mengambil

    sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

    data. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui

    kuesioner dan data sekunder yang diperoleh berupa informasi dan data dari laporan,

    referensi serta dokumen RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Populasi dalam penelitian

  • 96

    adalah seluruh perawat dan penunjang medis pada RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dan penunjang medis

    menghasilkan 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan RSUD Dr. M.

    Yunus Bengkulu. Ketujuh faktor tersebut adalah : faktor karakteristik individu,

    faktor kebijakan dan komunikasi, faktor pengembangan karyawan, faktor disiplin

    kerja, faktor kemampuan, faktor motivasi, dan faktor lingkungan organisasi

    ditingkatkan; (2) faktor-faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadpa

    kinerja perawat dan penunjang medis pada RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu; dan (3)

    Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja perawat dan penunjang

    medis pada RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu adalah faktor kebijakan dan

    komunikasi.

    5.2. Hubungan Kemampuan/Kompetensi dengan Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.

    Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan

    yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi

    oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Sehingga dapatlah dirumuskan

    bahwa kemampuan/kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang

    dapat terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam

    menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa yang

    ditetapkan. Meskipun bersifat generik standar kompetensi harus memiliki

    kemampuan ukur yang akurat, untuk itu standar harus terfokus pada apa yang

    diharapkan dapat dilakukan pekerja di tempat kerja, memberikan pengarahan yang

    cukup untuk pelatihan dan penilaian, diperlihatkan dalam bentuk hasil akhir yang

    diharapkan, selaras dengan penilaian terkait yang berlaku serta standar produk dan

  • 97

    jasa yang terkait serta kode etik profesi bila ada. Seorang staf yang memilki

    kemampuan/keterampilan yang baik di bidang tugasnya akan dapat melaksanakan

    tugas yang diberikan, walaupun tugas itu tidak sesuai dengan keinginannya.

    Disamping itu seorang staf yang terampil akan memperhitungkan untung

    rugi dari setiap waktu kerja yang ada sehingga dalam melaksanakan kerja biasanya

    staf lebih kreatif dan mampu melakukan komunikasi yang baik dengan rekan

    kerjanya untuk mencapai target kerja yang telah dibebankan dalam timnya.

    Keterampilan menurut Gibson adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas

    yang dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Staf yang

    bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat harus dapat berperilaku

    profesional. Perilaku profesional dapat ditunjukkan dari memiliki dan menerapkan

    ilmu pengetahuan ilmiah dan teknologi staf, memiliki dan menerapkan

    keterampilan profesional dan kehidupan profesional .

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,015 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara kemampuan/kompetensi dengan kinerja penunjang medis. Uji

    regresi kemampuan/kompetensi Exp (B) 24,307 yakni: kemampuan/kompetensi

    yang baik akan berpeluang meningkatkan kinerja penunjang medis 24,3 kali lebih

    baik dibandingkan dengan kemampuan/kompetensi yang kurang baik. Nilai p-value

    > 0,05 diperoleh (P=0,082 > 0,05) yang berarti tidak ada pengaruh

    kemampuan/kompetensi terhadap kinerja penunjang medis. Staf penunjang medis

    di rumah sakit umum Simeulue diantara kinerja yang baik dengan kinerja yang

    kurang baik hanya sedikit perbedaan nilai, hal ini dapat disimpulkan bahwa lama

    berkeja dapat meningkatkan kinerja staf penunjang medis dengan baik, sebab

  • 98

    dengan lama bekerja kemampuan/keterampilan akan semakin meningkat dengan

    ada pengalaman tersebut. hal ini dapat ditingkatkan lebih baik lagi jika ada hal-hal

    yang dapat merangsang staf penunjang medis untuk lebih semangat meningkatkan

    kinerja tersebut.

    Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Kompetensi (X1) dengan

    kooefisien 0,263 ini berarti terjadi pengaruh yang positif antara

    kemampuan/kompetensi dan kinerja pegawai. Artinya jika kompetensi pegawai

    semakin baik maka kemampuan akan menaikkan kinerja pegawai. Hasil penelitian

    membuktikan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

    staff di unit penunjang medik di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan

    dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, pendidikan formal

    memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja karyawan. Dan penelitian

    yang dilakukan oleh Prasojo (2010) Pengaruh Kompetensi, komitmen organisasi

    dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai dilingkungan sekretariat dewan

    perwakilan rakyat daerah Kabupaten Karanganyar, hasil penelitian menunjukkan

    bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di

    lingkungan tersebut.

    5.3. Hubungan Pengalaman dengan Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.

    Pengalaman dapat diartikan sebagai yang pernah dialami (dijalani, dirasa,

    ditanggung, dan sebagainya). Pengalaman bersifat menyeluruh dan mencakup

    segala hal, sedangkan pengalaman kerja didefinisikan sebagai sesuatu atau

    kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang

    dibebankan kepadanya. Dengan pengalaman yang cukup panjang dan cukup

  • 99

    banyak maka diharapkan mereka akan mempunyai kemampuan yang lebih besar

    daripada yang tanpa pengalaman. Orang yang berpengalaman dalam bekerja

    memiliki kemampuan kerja yang lebih baik dari orang yang baru saja memasuki

    dunia kerja, karena orang tersebut telah belajar dari kegiatan-kegiatan dan

    permasalahan yang timbul dalam kerjanya. Dengan adanya pengalaman kerja maka

    telah terjadi proses penambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta sikap

    pada diri seseorang, sehingga dapat menunjang dalam mengembangkan diri dengan

    perubahan yang yang ada disekitar lingkungan kerjanya.

    Pengalaman seorang karyawan memiliki nilai yang sangat berharga bagi

    kepentingan karirnya di masa yang akan datang, pengalaman kerja menunjukkan

    berapa lama agar supaya karyawan bekerja dengan baik. Disamping itu pengalaman

    kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau jabatan yang pernah diduduki oleh

    seseorang dan lamanya mereka bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan

    tersebut. Dengan demikian masa kerja merupakan faktor individu yang

    berhubungan dengan perilaku dan persepsi individu yang mempengaruhi

    pengembangan karir karyawan. Misalnya, seseorang yang lebih lama bekerja akan

    dipertimbangan lebih dahulu dalam hal promosi, pemindahan. Hal ini berkaitan erat

    dengan apa yang disebut senioritas.5 Orang yang berpengalaman merupakan

    karyawan yang siap pakai.

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara pengalaman dengan kinerja penunjang medis. Hasil uji regresi

    pengalaman Exp (B) 33,581 yakni: Pengalaman yang ada akan berpeluang

    meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 33,5 kali dibandingkan dengan

  • 100

    pengalaman yang tidak ada. Nilai p-value < 0,05 diperoleh (P=0,035 < 0,05) yang

    berarti ada pengaruh pengalaman terhadap kinerja penunjang medis.

    Berdasarkan hasil penelitian staf penunjang medis rata –rata memiliki

    pengalaman bekerja, hal ini dilhat dari hasil bahwa ada 18 orang yang memiliki

    pengalaman kerja dari 33 orang. ini dapat juga dilihat dari lama bertugas 1 - 5 Tahun

    ada 20 orang dari 33 staf penunjang medis. Pengalaman dapat meningkatkan kinerja

    seseorang, namun hal ini tidak dapat dipastikan apakah setiap orang yang

    mempunyai pengalaman akan menghasilkan kinerja yang baik, sebab ada faktor

    lain yang dapat menunjang kinerja sesoorang disamping dari pengalaman bekerja,

    misalkan dengan motivasi atau bentuk lain yang dapat memicu semangat kerja

    hingga dengan sendiri meningkatkan kinerja orang tersebut, hal ini sesuai dengan

    penelitian terdahulu.

    Penelitian yang terdahulu, menunjukkan bahwa pengalaman kerja

    berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan melihat taraf signifikansinya yaitu

    sebesar 0,001. Hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah positif,

    artinya semakin baik pengalaman kerja maka kinerja karyawan RS Paru Jember

    akan semakin meningkat. Pada penelitian ini, kinerja karyawan RS Paru Jember

    dipengaruhi oleh Pengalaman Kerja yang baik. Pengalaman kerja adalah tingkat

    penguasaan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam bekerja yang menjadi

    sebuah dasar atas kinerja karyawan. Seorang karyawan Rumah Sakit harus

    mempunyai pengalaman kerja yang cukup tentang tugas dan tanggung jawabnya.

    Oleh karena itu, pengalaman kerja karyawan RS Paru dapat digunakan sebagai

    bekal dalam menjalani kewajibannya karena pengalaman kerja merupakan salah

  • 101

    satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dan sikap kerja yang baik untuk

    membangun hubungan kerja sama dalam bekerja yang berdampak pada kinerja

    karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

    dilakukan oleh Wardayati (2017) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

    5.4. Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.

    Kepemimpinan sifatnya universal, selalu ada dan senantiasa diperlukan

    pada setiap usaha yang terdapat disetiap organisasi, dimanapun dan kapanpun.

    Dimana merupakan masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang

    dipimpin. Beberapa ahli memberi batasan pengertian kepemimpinan yang antara

    lain dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah seni, kemampuan dan

    ketrampilan seorang personel atau kelompok yang menduduki jabatan sebagai

    pimpinan satuan kerja yang berupa suatu hubungan atau proses untuk

    mempengaruhi, meyakinkan, menginspirasi dan membimbing perilaku orang lain

    terutama pengikut atau bawahannya melalui proses komunikasi sehingga orang-

    orang tersebut dapat berpikir, berpartisipasi, bertindak dan beraktivitas sedemikian

    rupa serta dapat digerakkan secara maksimal, terorganisir dan berkomitmen total,

    diinginkan atau sukarela untuk berperilaku positif, bekerja sama dan melaksanakan

    tugas-tugas yang ada sehingga akan memberikan sumbangsih nyata dalam usaha

    pencapaian tujuan organisasi yang diinginkan atau melebihi itu dalam situasi

    tertentu.

    Begitu juga dengan rumah sakit, bagus tidaknya sebuah rumah sakit

    dipengaruhi oleh kualitas direkturnya. Direktur yang bagus akan mampu membawa

  • 102

    rumah sakit dan sumberdaya yang ada menggapai visi yang dicita-citakan

    pemiliknya. Memang tidak hanya direktur yang menentukan keberhasilan sebuah

    rumah sakit, masih banyak variabel lain yang mempengaruhinya, seperti system

    dan budaya kerja yang berlaku, namun paling tidak, direktur yang bagus mampu

    menciptakan atau mengkondisikan situasi dan sumberdaya yang ada untuk

    mendukung tercapainya sebuah cita cita. Termasuk juga mampu menghadapi

    tantangan persaingan dalam industri pelayanan kesehatan yang semakin kompetitif.

    Namun cukup sulit syarat menjadi pimpinan rumah sakit menurut undang undang

    rumah sakit harus tenaga medis. Kalau tidak dokter umum dokter gigi, untuk

    memimpin rumah sakit kompetensi utamanya adalah kemampuan manajerial, yang

    itu tidak pernah didapatkan selama pendidikan dokter. Porsi pengetahuan medis

    menjadi kurang dominan maka meski seorang dokter mampu dalam mengobati

    pasien, senior, dan memiliki pasien banyak, belum tentu mampu mengelola rumah

    sakit dengan baik. Pemimpin yang baik adalah karakter yang kuat, memiliki

    kompetensi, dan punya networking yang luas.

    Pemimpin rumah sakitpun seharusnya begitu. Dengan karakter yang kuat

    akan mampu mengelola berbagai macam profesi yang saling berinteraksi, yang tak

    jarang saling bersitegang mempertahankan egoisme profesinya. Visi yang jelas

    biasanya menyertai pemimpin dengan karakter yang kuat. Kompetensi yang

    dibutuhkan oleh direktur cukup banyak, tidak hanya manajemen sumberdaya

    manusia yang penting dalam menjamin pelayanan yang ramah, tapi juga

    manajemen keuangan, pemasaran, logistik, sistim informasi, keperawataan, dan

    lain lain. Memang tidak mungkin menguasai semua secara mendalam tapi paling

  • 103

    tidak mengerti kerangka berfikirnya sehingga bisa berkomunikasi dan memberi

    arahan kepada bawahan. Kemampuan membangun jejaring diperlukan guna

    membangun kerjasama dengan pihak luar untuk memecahkan masalah yang

    dihadapi. Semisal untuk mendapatkan tenaga medis (dokter atau perawat) yang

    bagus seringkali didapatkan dari hubungan dan lobi banyak pihak. Inilah gunanya

    jejaring. Seorang direktur juga harus bisa membina hubungan yang baik dengan

    regulator (IDI, PERSI, dinas kesehatan, organisasi profesi, dll) agar tidak

    ketinggalan informasi mengingat perubahan peraturan di dunia perumah-sakitan

    sangat cepat sekali.

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,032 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja penunjang medis. Kepemimpinan

    Exp (B) 0,133 yakni: pimpinan yang baik akan berpeluang meningkatkan kinerja

    penunjang medis lebih baik 0,13 kali dibandingkan dengan pimpinan yang kurang

    baik. Nilai p-value > 0,05 diperoleh (P=0,238 > 0,05), yang berarti tidak ada

    pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja penunjang medis.

    Staf penunjang medis 12 orang yang menjawab kepemimpinan tersebut

    memimpin dengan baik, sedangkan 21 orang mengatakan kepemimpinan kurang

    baik. Bisa di lihat adanya kebijakan-kebijakan yang diterapkan namun tidak

    dijalankan, seperti kebijakan promosi yang sebagian staf medis mengatakan tidak

    professional, lebih mengarah ke nepotisme atau ada hubungan saudara dengan

    direktur, juga penempatan staf di ruangan yang lebih banyak tidak sesuai dengan

    latara belakang pendidikannya.

  • 104

    Hal ini sesuai dengan penelitiaan yang dilakukan oleh Julianingtyas (2012)

    yang berjudul “Pengruh Locus of control, Gaya kepemimpinan dan Komitmen

    Organisasi Terhadap Kinerja Auditor” pada penelitiaan tersebut diperoleh hasil

    bahwa kepemimpinan terhadap kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap

    kinerja. Hal penting yang harus dipahami oleh seorang pemimpin dalam

    menerapkan suatu perilaku pemimpin dalam suatu organisasi atau instansi adalah

    bahwa tidak ada suatu perilaku pemimpin yang terbaik, melainkan seorang

    pemimpin harus memiliki sifat berorientasi-prestasi yang artinya kepemimpinan

    yang berorientasi prestasi akan meningkatkan pengarahan bawahan untuk upaya

    akan menghasilkan kinerja yang tinggi bila tugas-tugas ambigu strukturnya berjalan

    dengan baik.

    5.5. Hubungan Kebijakan Promosi dengan Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.

    Memiliki jabatan yang strategis di dalam sebuah perusahaan tentu menjadi

    sebuah kebanggan bagi seorang karyawan. Untuk mendapatkan posisi atau jabatan

    yang strategis tersebut setiap karyawan akan berusaha untuk selalu meningkatkan

    prestasi kinerja mereka dengan melaksanakan setiap tugas pekerjaan dengan sebaik

    mungkin. Karyawan yang berprestasi dalam sebuah perusahaan tentu akan

    mendapatkan penghargaan atau keuntungan yang meliputi banyak hal. Salah satu

    jenis penghargaan untuk karyawan berprestasi adalah adanya promosi jabatan.

    Promosi sendiri merupakan penghargaan kepada seorang karyawan berprestasi

    dalam bentuk kenaikan jabatan atau kenaikan upah dalam sebuah perusahaan.

    Kebijakan sebuah perusahaan dalam melakukan promosi untuk

    pengembangan karier karyawan dengan kinerja yang baik tentu merupakan hal

  • 105

    yang sangat normal dalam dunia kerja. Dengan adanya promosi, seorang karyawan

    tidak hanya merasa dihargai dan diakui kemampuannya, karyawan yang

    dipromosikan tentu bisa mengembangkan kariernya ke jenjang yang lebih tinggi

    lagi untuk menambah pengalaman kerja di dalam sebuah perusahaan.

    Pengembangan karier dapat dilakukan apabila seseorang mengalami peningkatan

    kemampuan, kesejahteraan, kewenangan dan nilai diri, Promosi jabatan merupakan

    salah satu cara yang bisa membuat karier seseorang semakin berkembang. Dan

    seseorang yang ingin mengembangkan kariernya tentu harus siap untuk menerima

    tanggung jawab yang lebih sulit dan berat saat memangku jabatan yang lebih tinggi

    setelah dipromosikan.

    Setiap masing-masing rumah sakit atau sebuah perusahaan mempunyai

    beberapa indikator tersendri yang bisa dijadikan pedoman atau acuan untuk

    mempromosikan seorang karyawan, diantaranya pengalaman kerja karyawan,

    keahlian yang dimilikinya, gabungan antara pengalaman kerja dan keahlian yang

    dimiliki oleh karyawan tersebut. Setiap perusahan memiliki Standard Operating

    Procedures atau SOP promosi dan karier karyawan yang berbeda-beda. SOP

    tersebut biasanya disesuaikan dengan ketentuan dan kebijakan umum yang berlaku

    di perusahaan tersebut. Untuk mengetahui prosedur-prosedur apa saja yang terdapat

    di dalam SOP promosi dan karier karyawan pada sebuh perusahaan. Berikut ini

    salah satu contoh SOP promosi dan karier karyawan yang mungkin bermanfaat

    untuk anda. Contoh SOP promosi dan karier karyawan ini tidak bersifat mutlak

    melainkan bisa dilakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan

    sebuah perusahaan:

  • 106

    SOP bisa berupa: pengajuan promosi dan karier karyawan bisa dilakukan

    apabila adanya perubahan sistem yang ada di sebuah perusahaan, proses pengajuan

    promosi dan karier karyawan harus dibuat secara tertulis, yaitu dengan

    menggunakan formulir pengajuan promosi dan karier karyawan yang diawasi oleh

    manajer personalia, proses pengajuan promosi dan karier karyawan hanya bisa

    dilakukan oleh manajer personalia yang menjadi wakil dari perusahaan untuk

    meminimalisir hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan, pengajuan

    promosi dan karir karyawan harus disetujui oleh manajer operasional dan jajaran

    direksi perusahaan.

    Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,002 < 0,05 artinya ada

    hubungan antara kebijakan promosi dengan kinerja penunjang medis. Hasil Uji

    regresikKebijakan promosi Exp (B) 91,562 yakni: kebijakan promosi yang ada akan

    berpeluang meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 91,5 kali

    dibandingkan dengan kebijakan promosi yang tidak ada. Nilai p-value < 0,05

    diperoleh (P=0,038 < 0,05), yang berarti ada pengaruh kebijakan promosi terhadap

    kinerja penunjang medis.

    Penelitian terdahulu. Karyawan yang seyogianya adalah sumber daya

    manusia yang bekerja untuk perusahaan sudah sepantasnya mendapatkan perhatian

    khusus dari perusahaannya. Laba meningkat, itu karena hasil kerja karyawan yang

    baik, kinerjanya yang baik dan karena dukungan perusahaan yang baik pula. Oleh

    sebab itu, perusahaan sudah sewajarnya untuk memberikan reward kepada

    karyawan atas prestasi yang dicapai perusahaan dalam memenuhi target penjualan

    perusahaan. Tribun Pekanbaru yang bergerak dibidang penjualan surat kabar

  • 107

    harian, pasti memiliki target penjualan yang harus dipenuhi setiap periodenya,

    kenyataan ini dibangun untuk membangkitkan kinerja. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel pengaruh kebijakan promosi

    jabatan terhadap kinerja karyawan sebesar 55.4% dan sisanya 44.6% dapat

    dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji t

    menunjukkan variabel kebijakn Promosi Jabatan berpengaruh positif terhadap

    kinerja karyawan.

    5.6. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Penunjang Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.

    Motivasi seseorang tergantung tujuannya, kebutuhan dan dorongan untuk

    melakukan sesuatu. Motivasi sebagai penggerak dan pendorong seseorang untuk

    berperilaku yang menghasilkan prestasi. Motivasi memiliki peran penting,

    seseorang mau bekerja giat untuk mencapai hasil yang optimal karena memiliki

    motivasi yang kuat. Motivasi kerja terkait dengan imbalan baik ekstrinsik maupun

    intrinsik, kondisi kerja, dan kerjasama antar anggota kelompok dalam organisasi.

    Orang yang memiliki dorongan untuk berkembang dan tumbuh, serta ingin

    mencapai keberhasilan di tentukan oleh seberapa besar motivasi dan usahanya

    kinerja, hasil kerja dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar yang

    ditentukan.

    Teori pengharapan dari Victor Vroom memberikan suatu pernyataan

    tentang adanya suatu hubungan antara motivasi dan kinerja, pernyataan tersebut

    sebagai berikut: “Bahwa seorang karyawan akan bersedia melakukan upaya yang

    lebih besar apabila diyakininya bahwa upaya itu akan berakibat pada penilaian

    kinerja yang baik, dan bahwa penilaian kinerja yang baik akan berakibat pada

  • 108

    kenaikan gaji serta promosi, dan kesemuanya itu memungkinkan yang

    bersangkutan untuk mencapai tujuan pribadinya. Dalam memotivasi para karyawan

    sangat memerlukan motivator atau disebut juga seseorang yang mampu menjadi

    mesin penggerak tenaga kerja. Ada banyak bentuk motivasi kerja yang dapat

    dilakukan oleh motivator untuk merangsang semangat kerja karyawan.

    Menggunakan teknik pengukuran motivasi kerja dan mengolah dengan baik unsur-

    unsur penggerak motivasi merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan

    motivasi pegawai. Melakukan observasi pada beberapa perusahaan juga mampu

    mendukung. Dengan begitu, ada banyak hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk

    meningkatkan motivasi yang berhubungan dengan produktivitas kerja.

    Mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah

    dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi sebagai proses

    mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja

    agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi terbentuk

    dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan

    (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri

    karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.

    Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang

    memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”

    Hasil uji regresi motivasi Exp (B) 4,209 yakni: motivasi yang baik akan

    berpeluang meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik 4,2 kali dibandingkan

    dengan motivasi yang kurang baik. Nilai p-value > 0,05 diperoleh (P=0,0,290 >

    0,05), yang berarti tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja penunjang medis.

  • 109

    Penelitian terdahulu engujian hipotesis pengaruh motivasi kerja (X1)

    terhadap kinerja pegawai (Y2), berdasarkan hasil analisis pengaruh langsung,

    koefisien pengaruh antara motivasi kerja (X1) terhadap kinerja pegawai (Y2)

    adalah sebesar 0.259 dengan p-value sebesar 0.021. Karena nilainya lebih kecil dari

    0,05 mengiidikasikan bahwa hipotesis yang menyatakan “adanya pengaruh

    motivasi kerja (X1) terhadap kinerja pegawai (Y2)” dapat diterima. Mengingat

    koefisien pengaruh motivasi kerja (X1) terhadap kinerja pegawai (Y2) positif, maka

    mengindikasikan terdapat pengaruh yang signifikan Hubungan antara motivasi

    kerja dengan kinerja pegawai.

    5.7. Keterbatasan Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini memiliki berbagai kekurangan,

    diantaranya: 1. Penilaian kinerja staf dalam penelitian ini masih belum mencakup

    semua aspek dari kinerja. 2. Dalam penilaian kinerja belum sepenuhnya

    menunjukkan hasil yang sempurna, karena penilaian kompetensi untuk

    membuktikan kinerja staf penunjang medis dalam penelitian ini masih

    menggunakan pengumpulan data melalui kuesioner dan belum melakukan

    penilaian kompetensi dengan observasi langsung pada tindakan yang dilakukan staf

    dalam melaksanakan pekerjaa. Keterbatasan penelitian, kinerja yang diteliti hanya

    di rumah sakit umum Simeulue bagian penunjang medik, hingga untuk

    menyimpulkan variabel- variabel dengan hubungan terhadap kinerja masih kurang

    spesifik dan akurat dengan responden yang hanya 33 orang.

  • 110

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka

    kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Ada pengaruh kemampuan/kompetensi dengan kinerja penunjang medis

    Rumah Sakit Umum Daerah Simelue. Kemampuan dan keterampilan dapat

    menunjang kinerja staf penunjang medis lebih baik, sebab akan jauh lebih

    mudah melaksanakan tugas-tugas karena sudah paham apa saja yang akan

    dilakukan sebagai staf penunjang medis.

    2. Ada pengaruh pengalaman dengan kinerja penunjang medis Rumah Sakit

    Umum Daerah Simelue. Pengalaman dapat meningkatkan kinerja seseorang,

    sebab dengan pengalaman tersebut akan lebih memudahkan dalam

    menyelesaikan setiap tugas-tugas yang ada.

    3. Ada pengaruh kepemimpinan dengan kinerja penunjang medis Rumah Sakit

    Umum Daerah Simelue. Kepimpinan dalam rumah sakit sangat erat

    hubungannya dengan staf, sebab seorang pemimpian dapat menjadikan staf

    termotivasi atau tidak dalam mencapai kinerja yang lebih baik.

    4. Ada pengaruh kebijakan promosi dengan kinerja penunjang medis Rumah

    Sakit Umum Daerah Simelue. Kebijakan promosi selalu ditunggu oleh setiap

    orang dimana pun dia bekerja, sebab kebijakan promosi menjadi suatu yang

    membanggakan karena terlihat keberhasilan seseorang dalam kinerjanya.

  • 111

    5. Ada pengaruh motivasi dengan kinerja penunjang medis Rumah Sakit Umum

    Daerah Simelue. Motivasi oleh setiap orang dalam bekerja berbeda-beda,

    namun jika dalam lingkungan kerjanya kepemimpinan bagus, rekan kerja

    yang yang selalu memberikan semangat bekerja, serta adanya kebijakan

    promosi maka motivasi seseorang dalam meningkatkan kinerjanya akan jauh

    lebih baik.

    6. Variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja penunjang medis

    adalah variabel kebijakan promosi dengan Exp (B) 91,562 yakni kebijakan

    promosi akan berpeluang meningkatkan kinerja penunjang medis lebih baik

    91,5 kali. Hal ini disebabkan karena apabila seorang pimpinan memberikan

    suatu kebijakan promosi jabatan atau pemberian reward yaitu dengan melihat

    prestasi kerja staf, sehingga dapat menambah semangat untuk menunjukan

    kinerja yang terbaik.

    6.2. Saran

    1. Diharapkan kepada staf penunjang medis agar dapat meningkatkan

    kemampuan/kompetensi dengan mengikuti pelatihan atau seminar yang

    berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam upaya meningkatkan

    kinerja penunjang medis.

    2. Diharapkan kepada staf penunjang medis agar dapat meningkatkan

    pengalamannya dengan mengikuti pelatihan bimbingan tekhnis yang

    berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam upaya meningkatkan

    kinerja penunjang medis.

  • 112

    3. Diharapkan kepemimpinan dalam rumah sakit sangat erat hubungannya

    dengan staf, sebab seorang pemimpin dapat memberikan motivasi dengan

    memberikan suatu promosi yang dapat meningkatkan kinerja staf.

    4. Diharapkan adanya kebijakan promosi dari pihak pimpinan kepada stafnya

    seperti memberikan promosi jabatan, memberikan reward dalam upaya

    peningkatan kinerja.

    5. Diharapkan adanya motivasi kerja karena motivasi setiap orang dalam

    bekerja berbeda-beda, namun jika dalam lingkungan kerjanya bagus, rekan

    kerja yang selalu memberikan semangat dan dukungan kerja, maka motivasi

    seseorang dalam meningkatkan kinerjannya akan jauh lebih baik.

    6. Diharapkan Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan

    sebagai data atau informasi dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut

    dengan menggunakan metodologi yang berbeda.